Analisis Arti Literal Dan Non-Literal Pada Lirik Lagu Langit Abu-Abu Karya Tulus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS ARTI LITERAL DAN NON-LITERAL PADA LIRIK LAGU LANGIT ABU-ABU KARYA TULUS Marsha Rizka Putri 19010296 A4 Bimbingan dan Konseling 2019 [email protected]



PENDAHULUAN Indonesia memiliki banyak keunikan baik dari segi bahasa maupun seni dan budaya yang membuat Indonesia menjadi istimewa. Salah satu bukti bahwa Indonesia memiliki ragam keunikan diantaranya adalah terdapat keindahan sastra dari bahasa Indonesia itu sendiri seperti contoh dimana terdapat beberapa kalimat yang memiliki makna yang berbeda dari kalimat tersebut, adapun kalimat yang memiliki arti langsung maupun arti tidak langsung dan lain-lain. Selain keindahan dari segi sastra bahasa, terdapat keindahan dari seni yaitu seni musik, dimana banyak lagu-lagu populer di Indonesia yang mengkolaborasikan keindahan sastra dalam format lagu. Salah satu penyanyi yang menggunakan sastra didalam lagulagunya adalah Muhamad Tulus Rusyidi atau yang lebih sering dikenal dengan ‘TULUS’. Diantara banyak lagu yang ia ciptakan terdapat satu album berisi lagulagu yang mengandung arti literal maupun non literal yaitu album ‘Monokrom’. Salah satu lagu dari album tersebut yang akan dibahas adalah lagu dengan judul ‘Langit Abu-Abu’. Lagu ini menjadi pokok bahasan dikarenakan memiliki berbagai lirik yang didalamnya mengandung makna yang ambigu dan terdapat pula majas atau gaya bahasa yang menarik untuk dibahas, terdapat berbagai makna yang dapat dianalisis dari segi sastra dalam setiap penggalan lirik lagu ‘Langit Abu-Abu’ ini . Tujuan dari pembahasan makna lirik lagu ini adalah agar kita bisa mengetahui gaya bahasa apa dan makna apa yang TULUS sebagai penulis lagu coba untuk sampaikan. Dengan menggunakan teori semantik yang didalamnya akan membahas makna literal dan non-literal, lagu berjudul ‘Langit Abu-Abu’ ini akan dibedah makna yang terkandung didalam lagu tersebut.



PEMBAHASAN Bahasa secara ilmu dapat diartikan sebagai lambang bunyi yang dipergunakan oleh khalayak masyarakat untuk berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari bahasa digunakan dari berbagai kalangan baik anakanak hingga lansia, karena bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa seseorang dapat menyampaikan apa yang ingin diutarakan. Dapat kita ketahui bahwa bahasa merupakan alat untuk menyampaikan infromasi untuk berkomunikasi serta berinteraksi yang hanya dimiliki oleh manusia. Tanpa bahasa manusia akan terkendala ketika melakukan komunikasi dengan yang lainnya (Chaer & Agustina, 2010) dalam (Baiq & Tajudin, 2019:26). Di dalam bahasa tentu terdapat makna atau arti yang terkandung di dalamnya, yang membuat bahasa tersebut bisa dipahami dan digunakan dalam kehidupan seharihari. Indonesia sendiri memiliki ragam bahasa dan keindahan sastra yang dapat digunakan dan tentu keseluruhan tersebut mengandung arti yang berbeda-beda. Indonesia memiliki bahasa yang beragam dan tentunya dengan arti yang beragam pula, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk tujuan sebagai alat komunikasi seluruh rakyat Indonesia, di dalam bahasa Indonesia sendiri pun terdapat arti yang dapat tersalurkan langsung dan adapun yang tidak langsung. Arti atau makna merupakan maksud yang terkandung dalam sebuah perkataan, bahasa, maupun ungkapan. Dalam sebuah ilmu terdapat yang dinamakan kajian semantik yang di dalamnya membedah makna dari sebuah pembahasan. Arti terbagi menjadi arti literal dan arti non literal. Dalam arti literal merupakan makna secara harafiah atau secara langsung tanpa adanya maksud arti atau makna yang lain terkandung di dalam kalimat tersebut, arti literal ini memiliki makna yang tertuju langsung sehingga terhindar dari kesalahan pandangan atau persepsi. Sedangkan arti non literal adalah arti yang tidak tertuju secara langsung atau arti non literal ini berkaitan dengan gaya bahasa untuk menghasilkan sebuah arti atau makna tertentu. Pada biasanya arti langsung dapat ditemukan dalam sebuah informasi berita, karya tulis ilmiah, buku pelajaran, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk arti non literal dapat ditemukan dalam sebuah syair, puisi, lagu, dan sebagainya yang bertujuan untuk memperkaya arti sehingga memiliki arti yang banyak dan terbilang ambigu.



Berkaitan dengan arti non literal, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya dalam arti non literal terdapat sebuah gaya bahasa yang biasa disebut sebagai majas. Majas terbagi menjadi beberapa macam yaitu majas alegria (majas yang mengungkapkan kiasan atau penggambaran), metafora (majas yang menggunakan perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda), metonimia (majas yang



menggunakan



sebuah



merek



atau



brand),



litotes



(majas



yang



mengungkapkan penurunan kualitas), hiperbola (majas yang menggunakan ungkapan yang dilebih-lebihkan), ironi (majas yang menggunakan sindiran yang menyembunyikan fakta dengan mengatakan hal yang sebaliknya), dan lain sebagainya. Tentunya majas-majas ini digunakan untuk memperkaya arti dari sebuah kalimat. Majas merupakan salah satu gaya bahasa dan bahasa tentu memiliki arti dan arti terbagi menjadi dua yaitu arti literal yang mengandung makna secara harfiah atau langsung dan arti non literal yang mengandung makna secara tidak langsung salah satunya majas. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa arti non literal dapat kita jumpai dalam sebuah puisi, syair, lagu dan lain sebagainya. Dalam sebuah lagu tentulah terdapat lirik yang menggambarkan lagu tersebut. Lirik merupakan kumpulan kalimat yang dapat mengungkapkan perasaan dan emosi dari seseorang yang menyusun lirik tersebut, entah dalam sebuah puisi maupun lagu. Salah satu interpretasi sebuah keindahana dari karya sastra, lirik lagu mempunyai keunikan dan kelebihan dalam pengungkapan bahasanya. Lirik lagu tidak terlalu terikat oleh aturan-aturan kebahasaan seperti harus berima ataupun memiliki ketentuan kebahasaan lain (Semi dalam Vietcia, 2019:5). Lirik dapat menggambarkan sebuah perasaan penulis, namun tidak sedikit penulis menggunakan gaya bahasa dan menyisipkan arti tidak langsung atau arti non literal dalam liriknya untuk membebaskan pendengar mengasumsikan arti dari lirik tersebut sehingga penulis menulis liriknya dengan dua arti atau ambigu. Tetapi, penulis tentu tidak sematamata menulis lirik semua menggunakan gaya bahasa tanpa ada arti langsung, tentu penulis akan menyisipkan arti secara literal dan non literal terutama pada lagu. Beberapa lagu yang mengandung gaya bahasa dan memiliki arti literal dan non literal adalah lagu-lagu karya dari Muhammad Tulus Rusyidi atau ‘TULUS’ yang di dalam karya lagunya, ia menggunakan gaya bahasa sehingga terkolaborasi



antara arti literal maupun non literal. Di antara banyak karyanya TULUS memiliki satu album yang berisikan lagu-lagu dengan lirik mengandung arti literal dan non literal, salah satu lagunya adalah ‘Langit Abu-Abu’ yang terdapat dalam album Monokrom. Berikut ini makna literal dan non literal dalam lirik lagu ‘Langit AbuAbu’ milik TULUS di dalamnya menceritakan tentang sosok yang menghampiri ketika ia terpuruk dan membutuhkan bantuan tetapi saat urusan sedihnya selesai, ia menghilang pergi bersama yang lain.



Tak mungkin secepat itu kau lupa Air mata sedihmu kala itu Kalimat “Tak mungkin secepat itu kau lupa” mengandung makna literal atau secara langsung karena dari kalimat tersebut tidak mengandung arti lain, menggambarkan seseorang yang merasa tidak menyangka bahwa ‘kau’ dalam lagu ini akan dengan mudahnya melupakan kesedihan yang sosok ‘kau’ alami. Bait kedua lirik menunjukkan sebuah gaya bahasa Majas Alegori yaitu majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan atau penggambaran karena liriknya yaitu “Air mata sedihmu kala itu” kalimat yang digaris bawahi memiliki arti non literal yang menunjukkan bahwa saat seseorang menangis karena perasaan sedih yang ia alami tetapi dalam lirik disini kata ‘menangis’ direpresentasikan menjadi ‘air mata’.



Mengungkapkan semua kekurangannya Semua dariku yang tak dia punya Daya pikat yang memang engkau punya Sungguh-sungguh ingin aku lindungi Dalam bait ini semua liriknya mengandung makna literal, karena tidak terlihat lirik yang memiliki arti lain karena lirik ini hanya memiliki satu arti dimana sosok ‘aku’ ini merasa bingung terhadap sosok ‘kau’ dimana ketika ia merasa sedih, ia menceritakan semua kekurangan orang lain kepada sosok ‘aku’ ini dan mulai membandingkan ‘aku’ dengan orang lain tersebut. Pada kalimat “Mengungkapkan semua kekurangannya Semua dariku yang tak dia punya. Daya pikat yang memang engkau punya Sungguh-sungguh ingin aku lindungi” dapat



diartikan bahwa sosok ‘kau’ memiliki daya tarik yang dapat memikat orang-orang sehingga sosok ‘aku’ ingin melindunginya agar tidak ada orang lain yang terpikat kepada sosok ‘kau’ ini, sehingga hanya ‘aku’ lah satu-satunya yang dapat merasakan daya pikatnya.



Dan setelah luka-lukamu reda Kau lupa aku juga punya rasa Lalu kau pergi kembali dengannya Aku pernah menyentuhmu apa kau malu Bait ini mengandung unsur arti literal dan non literal, dibaris pertama dituliskan ‘Dan setelah luka-lukamu reda’ memiliki arti ketika sosok ‘kau’ sudah kembali pulih dari rasa sedih yang sempat ia alami, merupakan kalimat yang memiliki arti literal. Untuk baris kedua pada kalimat ‘kau lupa aku juga punya rasa’ mengandung arti literal dimana terdapat penegasan dari sosok ‘aku’ untuk ‘kau’ yang tidak mengetahui atau tidak ingat bahwa sosok ‘aku’ memiliki perasaan kepada ‘kau’ , kemudian dalam baris ketiga dijelaskan kemana sosok ‘kau’ ini pergi, yaitu kembali bersama dengan orang lain yang dahulu pernah membuat luka atau membuat sosok ‘kau’ ini sedih. Masuk ke baris keempat yang menggunakan majas sinisme dan termasuk ke dalam arti non literal karena pada liriknya ditulis ‘Aku pernah menyentuhmu apa kau malu’ disini sosok ‘aku’ mulai merasa aneh kepada sosok ‘kau’ yang masih saja kembali kepada orang yang telah menyakitinya dan hanya kembali untuk berkeluh kesah tentang kesedihannya kepada sosok ‘aku’ ketika ia sudah kembali membaik dengan perasaannya ‘kau´disini lalu kembali dengan orang lain dan sosok ‘aku´ mengatakan yang dapat diartikan bahwa “dahulu saat ‘kau’ susah datang kepadaku, saat kau bahagia lantas pergi. Padahal aku tahu semua masalahmu, apakah kau tak tahu seterpuruk apa kau dahulu?” Di bawah basah langit abu-abu Kau dimana? Di lengagnnya malam menuju minggu Kau dimana?



Masih berupa gabungan antara arti literal dan non literal. Baris pertama dalam bait ini merupakan kalimat yang memiliki arti non literal karena di dalamnya terkandung majas alegori karena pada kalimat ‘Di bawah basah langit abu-abu’ bahwa yang digaris bawahi tersebut merupakan kiasan dari kalimat ‘langit mendung’ tetapi penulis menulisnya menggunakan kiasan ‘basah langit abu-abu’ untuk menggambarkan langit mendung pada saat itu tetapi dalam lirik ini juga memiliki artian non literal karena lirik ini memiliki arti lebih dari dua, penulis bisa saja menyatakan bahwa ‘basah langit abu-abu’ ini menandakan ketika sosok ‘aku’ sedang merasa sedih layaknya orang yang sering mengibaratkan hujan dengan kesedihan karena saat hujan air turun dari langit dan saat sedih air turun dari mata, sehingga dalam satu lirik ini terdapat dua arti. Menyambung dibaris kedua yang liriknya ‘Kau dimana?’ mengandung arti literal karena saat ini sosok ‘aku’ menanyakan dimana sosok ‘kau’ ini ketika ‘aku’ sedang sedih. Dilanjutkan dibaris ketiga sosok ‘aku’ kini bertanya ‘Di lengagnnya malam menuju minggu kau dimana?’ arti kata ‘lengang’ disini adalah kesunyian dan kesepian yang dipertanyakan oleh sosok ‘aku’ adalah “dimalam yang sepi sunyi menunggu berganti hari dan ‘kau’ masih belum ada disini (bersama ‘aku’) ada dimanakah ‘kau’ ?” Kala dering masih ada namamu Beberapa pesan singkat untukku Entah apa maksudmu yang kutahu Sayangimu aku telah keliru Keseluruhan bait ini mengandung arti literal, pada baris pertama dan kedua kalimatnya ‘Kala dering masih ada namamu beberapa pesan singkat untukku’ menjelaskan bahwa terkadang sosok ‘kau’ masih sering mengirimkan beberapa pesan karena masih terdengar bunyi dering pesan dari sosok ‘kau’ ini. Dilanjutkan ke baris ketiga dan keempat dimana dijelaskan rasa kekecewaan sosok ‘aku’ karena telah salah untuk menaruh rasa pada sosok ’kau’ ini karena ‘kau’ hanya datang disaat terpuruk kemudian pergi saat sudah membaik. Dari semua arti literal ini penulis hanya mengubah penempatan kata sehingga liriknya saat dibaca menjadi unik dan menarik untuk ditelaah lebih jauh.



SIMPULAN Demikian dari hasil pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa arti literal dan non literal merupakan arti yang memiliki makna secara langsung atau secara harfiah sedangkan arti non literal mengandung makna secara tidak langsung yang direpresentasikan menggunakan gaya bahasa berupa majas dan lain sebagainya. Hal ini terjadi akibat dari kekayaan bahasa yang dimiliki oleh Indonesia sehingga keunikannya dapat dirasakan dalam sebuah puisi, syair, bahkan lagu. Lagu menjadi media penyalur keindahan sastra bahasa Indonesia dengan dimunculkannya lirik-lirik yang indah dan tentunya mengandung arti yang beragam. Salah satu lagu tersebut adalah ‘Langit Abu-Abu’ sebuah karya milik TULUS. Lirik lagu ‘Langit Abu-Abu’ ini mengandung banyak makna atau arti di dalamnya karena terdapat arti secara literal maupun non literal yang menggunakan majas di dalamnya, menceritakan tentang sosok yang menghampiri ketika ia terpuruk dan membutuhkan bantuan tetapi saat urusan sedihnya selesai, ia menghilang pergi bersama yang lain. Lagu ini memilih penggunaan bahasa, penempatan kata yang terbilang unik untuk pendengar sehingga memiliki ketertarikan sendiri akan lagu tersebut, cara penulis menggambarkan sesuatu direpresentasikan dengan sesuatu yang lain, membuat keunikan tersendiri bagi pendengar. DAFTAR PUSTAKA Parera, J. D. (2004). Teori semantik. Erlangga. ANNISA, V. R. M. (2019). Metafora Pada Lirik Lagu-Lagu Tulus Dalam Album Monokrom (Doctoral dissertation, Universitas Ahmad Dahlan). Haula, B., & Nur, T. (2019). Konseptualisasi Metafora dalam Rubrik Opini Kompas: Kajian Semantik Kognitif. RETORIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 12(1), 25-35. Isnaini, H. (2021). Bahasa Indonesia dan Penulisan Karya Ilmiah. CV Pustaka Humaniora, Bandung. Yusuf, T. (2014). Metafora Ganda Pada Kata Majemuk Bahasa. JURNAL ISTEK, 8(1).



Putri, C. S. (2020, October). Bentuk tuturan imperatif tayangan Mata Najwa: Topik ujian reformasi. In Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA) (Vol. 4, No. 1).