Analisis Batu Menangis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis Drama Batu Menangis 1. Struktur  Prolog LEGENDA BATU MENANGIS Kalimantan yang dulu disebut juga Borneo, adalah salah satu pulau terbesar di nusantara dengan kekayaan alamnya yang menakjubkan serta hutan yang lebat dengan ratusan sungai yang berkelok-kelok telah memberi kehidupan bagi rakyat Kalimantan. Alkisah nan jauh di desa terpencil di tengah pedalaman,hiduplah seorang janda tua dengan anaknya yang bernama Darmi. Sejak ayah Darmi meninggal, kehidupan mereka menjadi susah. Ayah Darmi tidak mewariskan harta sedikitpun. Sang ibu terpaksa bekerja di sawah orang sebagai buruh upahan. Sementara putrinya,Darmi adalah seorang gadis yang manja. Selain manja,ia juga adalah seorang gadis yang malas dan pesolek, kerjanya hanya bersolek dan mengagumi kecantikannya. Hingga suatu hari….  Dialog o Orientasi Ibu : “Darmi, Darmi,anakku,ayo bantu ibu bekerja di sawah” Darmi : “Hah? Bekerja di sawah? Gak salah tuh?” (melihat ke ibunya) Ibu : “Iya,nak. Sesekali bantulah ibu” Darmi : “Tidak,tidak bu, aku tidak mau bekerja di sawah. Nanti bisa-bisa kulitku kotor, dan oh jari-jariku yang lentik ini bisa rusak,uh” (menunjukan jarinya) Ibu : “Apa kamu tidak kasihan pada ibu?” Darmi : “Kasihan pada ibu?? Buat apa juga kasihan, gak ada gunanya!, sudahlah ke sawah sendiri saja!” *Demikianlah berkali-kali Darmi tidak mempedulikan ibunya yang dengan susah payah bekerja,demi mendapatkan upah yang tidak terlalu besar. Tapi setelah mendapat upah..* Ibu : “Wah…untunglah ,upah kali ini bisa untuk membeli beras” (memegang uang dengan wajah gembira) *Ketika itu Darmi mendengar Darmi : “Baru dapat bayaran ya? Coba berapa?” (Darmi merebut uang ibunya) *Lalu dihitunglah uang ibunya



Darmi : “Wah! Cukup nih untuk beli baju baru yang kuincar” (Wajah gembira) Ibu : “Tapi nak… uang itu akan ibu buat untuk membeli beras” Darmi : “Ouw,begitu ya… nih aku kembalikan” (Sambil melambaikan uang yang dipegangnya) *Ketika ibunya hendak mengambilnya, Darmi menarik kembali uang itu Darmi : “Hahaha, enak aja. Uang ini akan kupakai untuk beli baju baru,biar penampilanku ga kumal seperti ibu” Jawab Darmi sambil meledek ibunya Ibu : “Tapi kita akan makan apa nak?,jika uang itu kamu ambil?” Darmi : “Ah! Gak mau tau! Bodoh banget jadi orang” *Darmi pun pergi meninggalkan ibunya Karena tidak dapat mencukupi kebutuhannya, ibu Darmi pun pergi ke rumah tetangganya yang kaya untuk meminjam uang (Ketika di rumah Pak Seno & istrinya) Bu Seno : “Ada urusan apa bu, kok sampai ke rumah saya?” (raut wajah kebingungan) Ibu Darmi : “hmm…” (canggung) Bu Seno : “Ada apa?” Pak Seno : “Ada apa,bu? Udah gak usah malu-malu…katakan saja” Ibu Darmi : “Pak Seno,bolehkah saya meminjam uang untuk membeli beras? Akhir-akhir ini,saya kesulitan ekonomi” Pak Seno : “Lah? Bukankah hari ini ibu sudah mendapat upah dari sawah? Apakah tidak cukup?” Bu Seno : “Haduhh suamiku,masa kamu gak tahu anaknya ,Darmi. Si Darmi itu pasti selalu minta apapun secara paksa. Benar-benar anak tak tahu diri!” Pak Seno : “Darmi?? Rasanya aku pernah mendengar nama itu..” (mengingat-ingat) Pak Seno : “Oh! Si Darmi yang katanya cantik jelita itu kan? Pemuda-pemuda desa sering membicarakannya…. Sayang sekali,wajahnya cantik,tapi perilakunya seperti itu” Bu Seno : “Husst, jangan keras-keras, sampingmu itu ibunya” Pak Seno : (diam sejenak untuk memikirkan apa yang hendak diperbuatnya) Pak Seno : “Baiklah,bu… ini ada sedikit uang yang bisa kami berikan” (Pak Seno menyerahkan uang kepada Ibu Darmi)



Ibu Darmi : “Baiklah!, terima kasih banyak tuan atas pinjamannya. Saat gajian nanti, saya janji akan segera mengembalikannya” Pak Seno : “Eitss, tidak usah dikembalikan, anggap saja ini sumbangan” Bu Seno : “Iya, anggap saja ini sumbangan. Tapi jangan sampai uang ini direbut oleh anakmu, si Darmi!” (menatap dengan marah pada ibu Darmi) Ibu Darmi : “Ba..Baiklah nyonya, akan saya gunakan sebaik-baiknya.. saya pamit pulang dulu, terima kasih atas bantuannya” o Komplikasi *Beberapa hari kemudian Ibu Darmi hendak ke pasar,lalu… Ibu : “Nak,ibu mau ke pasar dulu,ya” Darmi :”Eh,bentar bu. Darmi ikut dong, sekalian mau beli bedak. Bedakku udah habis nih..tanpa bedak,nanti wajahku yang mulus ini jadi jelek” Ibu : “Ta.tapi nak, nanti beli bedak jangan mahal-mahal ya,mungkin saja uang ibu tidak cukup” Darmi : “Iyaa iya.Yaa gini nih jadi orang miskin!” (Darmi mengibaskan rambutnya) Darmi : “Eitss...Aku mau ke pasar bersama ibu, asalkan ibu harus berjalan di belakangku” (Jari teluunjuk mengarah ke belakang) Ibu : “Kenapa nak?, padahal aku ini ibumu” Darmi : “Aku tuh malu punya ibu yg jelek,kotor,keriput lagi! Uh, menyebalkan! Ayo cepat!” *Seketika hati Ibunya tersakiti oleh perkataan Darmi *Sewaktu perjalanan menuju Pasar…. Pemuda 1 : “Hai Cantik, mau kemana nih?” Pemuda 2 : “iya,mau kemana kok cantik banget?” Pemuda 1 : “Hey,jangan cuek sama kita dong” Darmi :”Biasa, mau ke pasar” Pemuda 2 : “Oh ya? Ke pasar sama siapa?” Darmi : “kalian apa gak lihat belakang? Tuh” (Darmi menunjuk ibunya) Pemuda 1 & 2 : “Oh sama ibunya” (Jawab serentak)



Darmi : “Hah?? Gila apa?! Orang kek gitu dibilang ibuku? “ Pemuda 1 : “Terus itu siapa,dong?’’ (Kebingungan) Darmi : “Dia itu pembantuku, dia bodoh banget tau nggak,masa tiap makan,aku selalu dikasih nasi kecap,padahal aku kan mintanya daging bukan nasi kecap” Pemuda 2 : “oo, ternyata perempuan tua itu pembantumu… hahaha,maaf ya soalnya kami salah sangka” Pemuda 1 : “Ya udah, kami pergi dulu ya,dahh” *Ibu Darmi yang mendengar itu pun mengelus dada dan ingin menangis, tetapi ia menahannya *Di perjalanan itu , Darmi bertemu kembali dengan temannya sewaktu sekolah Teman : “Lho Darmi, wahh lama tidak bertemu! Gimana kabarmu?” (terkejut) Darmi : “tidak terlalu buruk,kok” Teman : “Semakin dewasa, kamu makin cantik,deh… cocok kalau kamu tinggal di kota, kenapa kamu tidak tinggal di kota aja?” Darmi : “hmm,sebenernya sih aku pingin tinggal di kota,tapi yaa gimana lagi… kasihan pembantuku yang ada di belakang…kalau gak ada aku,dia mau makan apa” (Darmi purapura baik) Teman : “Tidak hanya cantik,kamu juga dermawan.hebat banget lho!. Aku baru sadar kalau kamu kesini sama pembantumu “ Darmi : “sebenarnya dia itu babu ,karena ia tak dapat melunasi hutangnya kepadaku. Tapi ya gimana lagi,aku kasihan…makanya sekarang ia kubayar dan kujadikan pembantu” Teman : “Jarang lho ada orang sepertimu, hahaha….ya udah ya, aku masih ada urusan, udah dulu ya” Darmi : “iya” o Resolusi *Ketika teman Darmi pergi ,ibu Darmi hanya terdiam dan… (Ibu Darmi duduk di tanah, lalu menangis) Darmi :”Ibu! Ayo cepat!” Ibu : “……” Darmi : “Ada apa kok nangis sampai segitunya?”



Ibu nya dengan suara lantang pun megutuk Darmi Ibu : “Ya Tuhan,tolonglah hamba-Mu ini, hamba-Mu sudah tidak kuat lagi menerima cobaan ini,kutuklah anakku Tuhan,kutuklah ia!!” *Petir dan kegelapan pun bergemuruh Darmi : “Apa yang terjadi?! Ibuuu maafkanlah akuu, Ibuuuu!” *Darmi pun berubah menjadi batu, namun begitu ,sang ibu tetap memeluknya dengan kasih sayang Ibu : “Ini merupakan perpisahan terakhir bagi kita,anakku…” Darmi : Ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu!  Epilog Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut ” Batu Menangis” 2. Unsur Rangka cerita : Ibu Darmi kesusahan, dia bekerja keras namun anaknya Darmi selaku memaksa mengambil uangnya demi mempertahankan penampilannya yang cantik sampai akhirnya Ibu Darmi tidak tahan dan mengutuk Darmi menjadi batu. Penokohan : Antagonis : Darmi, dia egois dan sombong. Tidak sopan dan kurang ajar pada orang tua serta tidak memiliki empati Protagonis : Ibu Darmi, penyabar dan pasif. Tritagonis : Pak Seno dan Bu Seno, baik hati dan suka menolong Diksi : Baku Tema/Amanat : Hormatilah orang tua yang telah bekerja keras demi menghidupi keluarga. 3. Alur : Maju 4. Babak : 3 5. Konflik : Darmi yang malu karena ibunya kumal dan jelek.