Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI (AIR SUSU IBU) DI RUANG NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) GEDUNG BEDAH PUSAT TERPADU (GBPT) RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA Tantini Ika Trisnawati*, Supatmi,S.Kep.Ns.,M.Kes.** Gita Marini,S.Kep.Ns.,M.Kes.** **Dosen Keperawatan FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya *Mahasiswa Keperawatan FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya Program Studi S1 Keperawatan Email: [email protected] Pendahuluan : Air Susu Ibu (ASI) merupakan program yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO). ASI eksklusif yaitu bayi diberikan ASI saja tanpa makanan pendamping dari sejak ia lahir hingga usia 6 bulan. ASI eksklusif merupakan faktor yang penting bagi tumbuh kembangnya bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis faktor yang mempengaruhi Pemberian ASI di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2019. Metode : Penelitian ini menggunakan desain Analitik Corelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasinya Seluruh ibu Neonatus yang dirawat di ruang Neonatal Intensive Care Unit (N:60 Pasien). Sampling yang digunakan Purposive Sampling. Sampel diambil Sebanyak 50 ibu Neonatus yang dirawat di ruang Neonatal Intensive Care Unit. Variabel independen (Pengetahuan, Ketersediaan fasilitas,Dukungan Tenaga Kesehatan, Dukungan Suami) dan variabel dependen (Pemberian ASI). Analisis : Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner Pemberian ASI, kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-Square (X2)Test dengan tingkat signifikasi ≤ 0,05. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan, ada pengaruh faktor pengetahuan, faktor ketersediaan fasilitas, faktor dukungan tenaga kesehatan dan faktor dukungan suami terhadap Pemberian ASI di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh faktor pengetahuan, faktor ketersediaan fasilitas, faktor dukungan tenaga kesehatan dan faktor dukungan suami terhadap pemberian ASI di Neonatal Intensive Care Unit RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Diskusi : Peneliti berikutnya agar dapat mencari dan menerapkan inovasi terbaru dalam upaya meningkatan pemberian ASI serta pengembangan instrumen yang lebih baik lagi dan melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pemberian ASI agar neonatus dapat tumbuh maksimal sehingga meningkatkan derajat kesehatan setiap neonatus.



Kata Kunci : Pemberian ASI, Neonatal Intensive Care Unit, ibu Neonatus



PENDAHULUAN Penyakit kronis pada anakanak Air Susu Ibu (ASI) merupakan program yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO). ASI eksklusif yaitu bayi diberikan ASI saja tanpa makanan pendamping dari sejak ia lahir hingga usia 6 bulan. ASI eksklusif merupakan faktor yang penting bagi tumbuh kembangnya bayi. ASI mengandung semua zat yang diperlukan bayi, seperti kolostrum, kandungan makro dan mikronutrien dengan kadar yang cukup bagi si bayi (Winarno, 2013). Di negara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian, dan sekitar 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat ditekan salah satunya adalah dengan menyusui, karena Air Susu Ibu (ASI) sudah terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Found (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar anak sebaiknya disusui hanya ASI selama paling sedikit 6 bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI seharusnya dilanjutkan sampai umur dua tahun (WHO, 2015). Program ASI merupakan program promosi pemberian ASI saja pada bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Tahun 10, pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PPASI) yang salah satu tujuannya adalah untuk membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi dari lahir sampai usia 4 bulan. Tahun



2004, sesuai dengan anjuran WHO, pemberian ASI eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana dinyatakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.450/MENKES/SK/VI/2004. Kegagalan pemberian ASI disebabkan karena kondisi bayi (BBLR, trauma persalinan, infeksi, kelainan kongenital, bayi kembar dll) dan kondisi ibu (pembengkakan, abses payudara, cemas/kurang percaya diri, anggapan yang salah tentang nilai susu botol, ingin bekerja, ibu kurang gizi, dll). Selain itu penyebab kegagalan menyusui adalah karena inisiasi yang terhambat, ibu belum berpengalaman, paritas, umur, status perkawinan, merokok, pengalaman menyusui yang gagal, tidak ada dukungan keluarga, kurang pengetahuan, sikap dan keterampilan, faktor sosial budaya dan petugas kesehatan, rendahnya pendidikan laktasi saat prenatal dan kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung laktasi (Brown, 2012). Kegagalan menyusui juga disebabkan karena faktor status gizi ibu sebelum hamil, selama hamil dan selama menyusui. Hal ini terjadi karena selama menyusui, terjadi mobilisasi lemak tubuh ibu untuk memproduksi ASI dan simpanan lemak ibu dengan status gizi kurus lebih rendah dari simpanan lemak tubuh pada ibu normal. Status gizi ibu selama menyusui merupakan efek dari status gizi ibu sebelum hamil dan selama hamil (peningkatan berat badan selama hamil). Pertambahan berat badan ibu selama hamil tergantung pada status gizi ibu sebelum hamil. Ibu yang memiliki status gizi baik selama hamil, cadangan lemak tubuhnya cukup



untuk menyusui selama 4 – 6 bulan, tetapi ibu dengan status gizinya kurang cadangan lemak tubuhnya kemungkinan tidak cukup untuk menyusui bayinya 4 – 6 bulan (Irawati, 2013). Masih banyak ibuibu yang tidak memberikan ASI ke bayinya secara eksklusif. Berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2010. Ibu-ibu yang memberikan ASI hanya sebesar 33,6%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia 2011-2012, cakupan pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia menunjukkan kenaikan dari 61,3% pada 2009 menjadi 61,5% pada tahun 2010. Namun, pada Indonesia sehat 2010, target ASI selama 6 bulan adalah 80%. Pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Banten sendiri pada tahun 2010 hanya 52,7%. Penelitian yang dilakukan dibeberapa negara tentang pemberian susu formula pada neonatus kurang dari 6 bulan sebanyak 33% di tahun 2015 dan meningkat menjadi 39% di tahun 2016 (Pierro,et.al, 2016). Survey Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan Pemberian susu formula di Indonesia meningkat dari 15% di tahun 2013 menjadi 30% di tahun 2017, rinciannya sebesar 31,5% pada bayi usia 0-1 bulan dan sebesar 18% pada bayi usia 2-3 bulan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang NICU RSUD Dr. Soetomo Surabaya diketahui jumlah neonatus yang dirawat dalam satu bulan rata-rata sejumlah 70 neonatus. Prosentase pemberian susu formula pada neonatus di awal-awal kehidupan selama dirawat diruang NICU sebesar 100% atau seluruh bayi diberikan susu formula. Alasan utama diberikan susu formula karena adanya kondisi kelemahan pada ibu setelah persalinan atau operasi sectio



caesaria, produksi susu ibu yang masih kurang, dan juga beberapa pertimbangan kondisi medis yang mengindikasikan neonatus untuk diberikan susu formula. Kondisi bayi yang dipertimbangkan perlunya susu formula yakni ketika ada kontraindikasi untuk mendapatkan ASI (Suroto et.al, 2012). Pada beberapa kelainan metabolik atau genetik, tubuh tidak mempunyai enzim tertentu untuk mencerna salah satu komponen dalam susu, baik susu manusia maupun hewan sehingga bayi tidak boleh menyusu (Fitriani, et.al, 2015). Susu formula juga mungkin diberikan pada neonatus dengan kemungkinan memiliki risiko hipoglikemia, gejala dehidrasi, berat bayi turun 8—10%, kuning karena ASI (breastmilk jaundice), atau bayi yang terpisah dari ibu karena adanya kelainan kongenital sehingga sulit untuk menyusu langsung (Wijaya, 2018). Pemberian susu formula pada bayi juga dimungkinkan karena keadaan-keadaan yang terjadi pada ibu, seperti puting rata, puting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, infeksi payudara, abses payudara, dan karena produksi ASI tidak adekuat (Fitriani et al., 2015). Pemberian susu formula juga memiliki kegunaan pada kondisi ibu yang kontraindikasi untuk menyusui. Seperti pada ibu dengan HIV positif, penderita HTLV (Human Tlymphotropic Virus) juga ibu yang menderita CMV (Citomegalovirus) (Oktova, 2017). Pertimbangan memberi susu formula pada beberapa kondisi kesehatan ibu antara lain ibu yang merokok, peminum alkohol, pengguna ekstasi, amfetamin, dan kokain dapat dipertimbangkan untuk diberi susu formula (Marnoto, 2015).



Beberapa situasi lain dimana dibenarkan untuk memberi susu formula seperti laktogenesis memang terganggu, insufisiensi kelenjar mammae primer, pasca operasi payudara, dan rasa sakit hebat ketika menyusui yang tidak teratasi oleh intervensi medis maupun non medis (Sunarti, 2006). Berbagai upaya telah diupayakan dalam rangka pemberian ASI kepada bayi di ruang NICU. Namun, upaya tersebut belum sepenuhnya diterima oleh berbagai pihak. Pemberian ASI dianggap hal yang bersifat kecenderungan pada bayi dengan proses kelahiran secto caesaria di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) (Yuviska, 2018). Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Faktor yang mempengaruhi Pemberian ASI di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan Desain penelitian adalah Analitik Corelasi dengan pendekatan Cross Sectional, yakni merupakan jenis penelitian yang menekankan variabel-variabel yang diukur pada waktu pengukuran hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2014). Tujuannya adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pemberian ASI di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu Neonatus yang di rawat di Neonatal Intesive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo Surabaya Pada bulan November 2019 (N : 60 Neonatus). Teknik



sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah Sebagian ibu Neonatus yang di rawat di Neonatal Intesive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo Surabaya Yang berjumlah (n : 50 Neonatus) memenuhi kriteria inklusi yaitu 1) Ibu dari Neonatus yang sedang menjalani perawatan di Ruang NICU, 2) ibu dari Neonatus yang mendapatkan ASI maupun susu formula selama dirawat di Rung NICU, 3) Ibu dari Neonatus yang bisa baca tulis. 4) Ibu dari Neonatus yang bersedia menjdi responden penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan lembar observasi mengadopsi dari penelitian terdahulu oleh Wahyuningsih 2018 yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan ibu dalam pemberian ASI terhadap berat badab bayi di RSUD Sleman dan RS PKU Muhmmadiyah Gamping”. Yang sudah di uji validitas dan reabilitasnya. Kuesioner berisi pernyataan yang tersusun berdasarkan indicator : pengetahuan ibu, ketersediaan fasilitas, dukungan tenaga kesehatan, dukungan suami. Serta Lembar observasi digunakan untuk mengetahui pemberian ASI yang diisi oleh petugas kesehatan yang merawat neonatus. Lembar observasi terdiri dari usia neonatus, diagnosa medis yang mendasari neonatus dirawat di NICU, jenis ASI yang diberikan dan cara pemberianya Pemberian ASI. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Umum



Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu



berusia 21-24 hari sebanyak responden (0%).



Jumlah Responden Usia Ibu (f) (%) 1 25-27 tahun 13 26 2 28-30 tahun 9 18 3 31-33 tahun 3 6 4 34-36 tahun 12 24 5 37-39 tahun 8 16 6 40-41 tahun 5 10 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil penelitian bahwa sebagian besar dari total keseluruhan usia ibu, berusia 25-27 tahun sebanyak13 responden (26%). Sebagian kecil dari total keseluruhan usia ibu, berusia 31-33 tahun sebanyak 3 responden (6%).



Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan



No .



Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Bayi Jumlah Responden Usia bayi f % 1 1-4 hari 10 20 2 5-8 hari 22 44 3 9-12 hari 4 8 4 13-16 hari 6 12 5 17-20 hari 5 10 6 21-24 hari 0 0 7 25-30 hari 3 6 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan hasil penelitian bahwa sebagian besar dari total keseluruhan usia bayi, berusia 5-8 Hari sebanyak 22 responden (44%). Sebagian kecil dari total keseluruhan usia bayi , No .



No 1 2 3



Tingkat Pendidikan



0



Jumlah Responden (f) (%) 5 10 12 24 39 68



SD SMP SMA Perguruan 4 4 8 tinggi Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hasil penelitian bahwa sebagian besar dari total keseluruhan tingkat pendidikan ibu, berpendidikan SMA sebanyak 39 responden (68%). Sebagian kecil dari total ke seluruhan tingkat pendidikan ibu, berpendidikan Perguruan tinggi sebanyak 4 responden (8%). Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Jumlah Responden Pekerjaan f % 1 Bekerja 44 88 2 Tidak Bekerja 6 12 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil penelitian bahwa sebagian besar dari total keseluruhan status pekerjaan ibu, Bekerrja sebanyak 44 responden (88%). Sebagian kecil dari total keseluruhan pekerjaan ibu, tidak bekerja sebanyak 6 responden (12%). No .



Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Persalinan



No .



Kelainan bayi



Jumlah Responden F % 32 64



Jumlah Responden No. f % 1 Sectio Caesaria 28 56 2 Normal 22 44 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil penelitian bahwa bahwa sebagian besar riwayat persalianan, ibu dengan Sectio Caesaria sebanyak 28 responden (56%). Sebagian kecil, ibu persalinan Normal sebanyak 22 responden (44%).



Normal Penyakit 2 6 12 Jantung Bawaan Necrotizing 3 12 24 Enterocolitis Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil penelitian bahwa bahwa sebagian besar, bayi tidak memiliki kelainan sebanyak 32 responden (64%). Sebagian kecil, bayi memiliki kelainan penyakit jantung bawaan sebanyak 6 responden (12%).



Karakteristik Responden kondisi bayi berdasarkan usia kehamilan



Data Khusus Identifikasi Faktor Pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Jumlah Tingkat Responden No. Pengetahuan f % 1 Baik 26 52 2 Cukup 18 36 3 Kurang 6 12 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil penelitian bahwa sebagian besar pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI berkategori baik sebanyak 26 responden (52%). Sebagian kecil pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI berkategori kurang sebanyak 6 responden (12%).



Riwayat Persalinan



Jumlah Responden f % 1 Premature 22 44 2 Aterm 28 56 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan hasil penelitian bahwa bahwa sebagian besar kondisi bayi berdasarkan usia kehamilan, bayi lahir aterm sebanyak 28 responden (56%). Sebagian kecil, kondisi bayi berdasarkan usia kehamilan, bayi lahir premature sebanyak 22 responden (44%). No .



Kondisi Bayi



Karakteristik Responden Berdasarkan Kelainan bayi



1



Identifikasi Faktor Ketersedian Fasilitas ibu dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Jumlah Responden No f % 1 Tersedia 47 94 2 Tidak Tersedia 3 6 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hasil penelitian bahwa Sebagian besar ibu mengatakan terdapat ketersedian fasilitas dalam Pemberian ASI sebanyak 47 responden (94%) dan sebagian kecil ibu mengatakan tidak terdapat ketersedian fasilitas dalam Pemberian ASI sebanyak 3 responden (6%) . Ketersediaan Fasilitas



Identifikasi Faktor Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).



No. 1



Dukungan Suami



Jumlah Responden f % 41 82



Mendukung Kurang 2 9 18 Mendukung Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan hasil penelitian bahwa, Sebagian besar responden mendapat dukungan suami dalam Pemberian ASI sebanyak 41 responden (82%), Sebagian kecil responden mendapat dukungan suami dalam Pemberian ASI berkategori kurang mendukung sebanyak 9 responden (18%).



Identifikasi Faktor Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).



Identifikasi Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).



Jumlah No Dukungan Tenaga Responden . Kesehatan f % 1 Mendukung 50 100 Kurang 2 0 0 Mendukung Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan hasil penelitian bahwa, seluruh responden mengatakan, Tenaga Kesehatan mendukung dalam Pemberian ASI sebanyak 50 responden (100%).



No .



Jumlah Responden Pemberian ASI f % 1 ASI 40 80 2 ASI DOMINAN 10 20 Jumlah 50 100 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan hasil penelitian bahwa, Sebagian besar responden memberikan ASI sebanyak 40 responden (80%), Sebagian kecil responden memberikan ASI Dominan sebanyak 10 responden (20%).



Analisis Faktor Pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).



Tingkat Pengetahuan



Pemberian ASI ASI ASI DOMINAN % f f % 48 24 2 4 32 16 2 4 0 0 6 12 40 10



Baik Cukup Kurang Jumlah Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa dari 40 responden yang memberikan ASI sebanyak 24 responden (48%) memiliki pengetahuan baik dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan dari 10 responden yang memberikan ASI Dominan sebanyak 6 responden (12%) memiliki pengetahuan kurang dalam Pemberian ASI Di Ruang



Total f 26 18 6 50



% 52 36 12 100



Sig (P) 0.000



Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Hasil uji statistik (uji ChiSquare), diperoleh nilai p = 0.000 memperlihatkan bahwa nilai signifikan p ≤ α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian ASI di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo.



Analisis Faktor Ketersediaan Fasilitas ibu dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).



Ketersediaan Fasilitas



Pemberian ASI Total ASI ASI DOMINAN % f % f % 78 47 84 8 16 2 3 6 2 4 50 100 10



f Tersedia 39 Tidak Tersedia 1 Jumlah 40 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa dari 40 responden yang memberikan ASI sebanyak 39 responden (78%) mengatakan tersedia fasilitas dalam memberikan ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan dari 10 responden yang memberikan ASI Dominan sebanyak 2 responden (4%) mengatakan tidak tersedia fasilitas dalam memberikan ASI Di Ruang



Sig (P) 0.037



Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Hasil uji statistik (uji ChiSquare), diperoleh nilai p = 0.037 memperlihatkan bahwa nilai signifikan p ≤ α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat Ketersediaan fasilitas dalam Pemberian ASI di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo.



Analisis Faktor Dukungan tenaga Kesehatan dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).



Dukungan Tenaga Kesehatan



Pemberian ASI Total Sig ASI ASI DOMINAN (P) % f % f f % 80 47 94 0.000 40 7 14 0 3 6 0 3 6 50 100 40 10



Mendukung Kurang mendukung Jumlah Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari 40 responden yang memberikan ASI sebanyak 40 responden (80%) mendapat dukungan dari tenaga kesehatan dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan dari 10 responden yang memberikan ASI Dominan sebanyak 3 responden (6%) kurang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan dalam Pemberian ASI Di Ruang



Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Hasil uji statistik (uji ChiSquare), diperoleh nilai p = 0.000 memperlihatkan bahwa nilai signifikan p ≤ α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dukungan tenaga kesahatan dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo.



Analisis Faktor Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).



Dukungan Suami



Pemberian ASI Total ASI ASI DOMINAN % f % f % 78 41 82 2 4 2 9 18 8 16 50 100 10



f Mendukung 39 Kurang mendukung 1 Jumlah 40 Sumber : Data Primer (2020) Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa dari 40 responden yang memberikan ASI, sebanyak 39 responden (78%) mendapat dukungan suami dalam pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan dari 10 responden yang memberikan ASI Dominan sebanyak 8 responden (16%) kurang mendapat dukungan suami dalam pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU).



Sig (P) 0.000



Hasil uji statistik (uji ChiSquare), diperoleh nilai p = 0.000 memperlihatkan bahwa nilai signifikan p ≤ α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dukungan suami dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo.



PEMBAHASAN Identifikasi Faktor Pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI berkategori baik sebanyak 26 responden (52%). sebanyak 6 responden (12%) memiliki pengetahuan dalam kategori cukup. Pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 24 responden (44%) yang tingkat pendidikannya rendah, dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 9 responden (17%). Dari 26 reponden ibu yang mempunyai pengetahuan baik sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SMA, dan sebagian kecil memiliki pendidikan PT (perguruan tinggi). Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang umumnya berpengaruh pada tingkat pendapatan keluarga sebagai faktor ekonomi. Pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin mengerti dan faham terhadap menyusui dan semaakin banyak jumlah ibu yang memberikan ASI pada bayinya. Hal ini disebabkan karena ibu bependidikan tinggi biasanya mempunyai banyak pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari luar rumah, sehingga meskipun meninggalkan bayinya tetap memberikan ASI melalui ASI perah yang ditampung (Pump asi). Sedangkan ibu berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menyusui bayinya (Depkes, 2001).



Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam pola pemberian ASI, makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin tinggi prevalensi menyusui secara eksklusif. Dalam penelitian Wahyuni (2015) di Medan diperoleh kecenderungan ibu-ibu berpendidikan sekolah lanjut atas untuk memberikan ASI pada bayinya karena pengetahuannya yang tinggi di dapatkan edukasi terkait ASI lewat Media Promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan ataupun informasi dari media massa dan dari pengalaman hidup, informasi teman ataupun media cetak yang sering dibaca. Menurut penelitian, perilaku yang didasarkan pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Identifikasi Faktor Ketersediaan Fasilitas dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Hasil penelitian menunjukkan Ketersediaan Fasilitas dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo Tahun 2019, sebanyak 47 responden (94%) Mengatakan tersedia fasilitas untuk memberikan ASI. sebanyak 3 responden (6%) Mengatakan tidak tersedia fasilitas untuk memberikan ASI. Ketersediaan fasilitas kesehatan ini dapat berupa ruangan untuk memerah ASI dan tersedianya alat yang dibutuhkan untuk memerah dan menyimpan ASI. Hal ini sejalan dengan penelitian Abdullah (2012) yang menyatakan bahwa ketersediaan fasilitas di instansi berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.



Ruang laktasi/pojok ASI bukan hanya sekedar ruang untuk memerah ASI namun, lebih dari itu fungsi pojok ASI merupakan tempat di mana para ibu menyusui berkumpul dan saling bertukar pengalaman. Hal ini tentu akan memperkaya pengetahuan mengenai ASI dan laktasi. Apalagi pemerintah juga sudah membuat peraturan tentang kewajiban suatu instansi atau perusahaan untuk menyediakan fasilitas kepada karyawannya yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.15 Tahun 2013 tentang tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah air susu ibu. Menurut peneliti hampir seluruh ibu di ruang NICU RSUD Dr Soetomo Surabaya mengatakan ketersedian fasilitas untuk menyusui sangat penting bagi seorang yang ingin memberikan asinya secara ekslusif , baik yang secara langsung maupun yang diperah dan disimpan khusu di freezer penyimpanan ASI. Dari 50 orang yang diteliti 47 mengatakan tersedia fasilitas menyusui dan hasil kuisioner yang diberikan menyatakan ruang perawatan bayi menyediakan botolbotol untuk tempat memerah ASI, ruang perawatan bayi disediakan sendok untuk masing-masing bayi, ruang perawatan bayi disediakan pompa ASI untuk masing-masing ibu, ruangan dilengkapi freezer untuk menyimpan ASI perah, ruang khusus yang nyaman untuk ibu beristirahat/tidur selama bayi dirawat. Di Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya sudah tersedia fasilitas pojok laktasi khususnya diruang NICU hal ini untuk menjadi penunjang bagi ibu yang memberikan ASI nya, sehingga Rumah sakit tetap menyediakan



fasilitas yang memadai demi berrlangsungnya kegiatan menyusui efektif. Identifikasi Faktor Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Pada penelitian kali ini ditemukan bahwa mayoritas responden mendapatkan dukungan informasi terakait ASI eksklusif dari tenaga kesehatan yaitu sebanyak 47 orang (94%). Dukungan tenaga kesehatan di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr Soetomo Surabaya berupa dukungan Informasi Tentang ASI yang adekuat, tenaga kesehatan Memberikan saran dan bantuan teknis maupun praktis terkait pemberian ASI , serta petugas kesehatan memberikan motivasi untuk memberikan ASI. Dukungan Sumber informasi merupakan informasi dari lingkungan sekitar yang bisa diamati dan akan mempengaruhi bertambahnya pengetahuan seseorang (Rahmayani, 2010) . Dalam hal ini, informasi bisa diberikan tenaga kesehatan dalam bentuk penyuluhan. Penyuluhan merupakan salah satu alat yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu menyusui eksklusif (Putra & Windiani, 2013). Sudarma, Momon (2008) pun menyatakan bahwa sumber informasi dari tenaga kesehatan memberikan dampak yang positif terhadap perilaku individu, sehingga individu dapat menunjukkan sikap dan budaya hidup sehat. Tenaga Kesehatan menurut Kementerian Kesehatan RI (2010) adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki



keterampilan dan pengetahuan dalam bidang kesehatan (Khoiniasari, Aik, 2015). Studi Kualitatif yang dilakukan Fikawati dan syafiq (2009) didapatkan bahwa dukungan tenaga kesehatan penolong persalinan memiliki pengaruh paling nyata dalam keberhasilan pelaksanaan ASI eksklusif karena tidak hanya memberi dorongan melalui informasi melainkan juga dorongan berupa tindakan (Abdullah, 2012). Adanya keterpaparan informasi tentang menyusui secara eksklusif memungkinkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif lebih tinggi ( Afriana, Rosita dkk dalam Abdullah (2012). Menurut peneliti hampir seluruh ibu neonatus di ruang Neonatal Intensive Care Unit RSUD Dr Soetomo Surabaya mengatakan mendapat dukungan dari petugas kesehatan yang bertugas di ruangan meliputi dokter, perawat dan bidan. karena sangat pentingnya memberikan ASI Esklusif selama 6 bulan sejak bayi lahir bagi kondisi bayi dan psikologis ibu. Dari 50 orang yang diteliti semua nya 50 responden mengatakan mendapat dukungan dari tenaga kesehatan untuk menyusui dan hasil kuisioner yang diberikan menyatakan dukungan yang diberikan yakni dukungan Informasi Tentang ASI Esklusif yang adekuat berupa Petugas kesehatan memberitahu pentingnya memberikan ASI eksklusif setelah ibu melahirkan, Petugas kesehatan ditempat bayi dirawat mengatakan pemberian ASI lebih baik dari pada susu formula, Dukungan saran dan bantuan petugas kesehatan berupa Petugas kesehatan mendengarkan keluhan ibu tentang pemberian ASI, Petugas kesehatan



selalu mengingatkan saya untuk memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, Petugas kesehatan mengajari saya cara menyusui dengan baik dan benar. Serta dukungan motivasi untuk memberi ASI Eksklusif. Identifikasi Faktor Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Hasil penelitian menunjukkan Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo, sebanyak 41 responden (82%) Mengatakan mendapat dukungan suami untuk memberikan ASI. sebanyak 9 responden (6%) Mengatakan kurang mendapat dukungan suami untuk memberikan ASI. Keluarga merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Dukungan dari keluarga sangat diperlukan oleh seorang ibu dalam keberhasilannya memberikan ASI eksklusif, dukungan dari keluarga Khususnya suami akan mempengaruhi keputusan ibu dalam memberikan ASI eksklusif (Ningsih, 2017) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umar, dkk (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga(Suami) dengan pemberian ASI eksklusif, Ramadani (2009) yang menyatakan bahwa ibu yang mendapat dukungan dari suami akan berpeluang memberikan ASI eksklusif sebesar 3 kali dibandingkan ibu yang tidak mendapatkan dukungan suami. Hasil Penelitian Eva reny(2010) juga memperlihatkan hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga



dan peran ayah dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di mana proporsi praktik pemberian ASI secara eksklusif padakelompok ayah yang mendukung lebih tinggi 2, 25 kali dibandingkan dengan kelompok ayah yang tidakmendukung. Permata (2014) juga menyatakan bahwa ibu yang mendapat dukungan dari keluarga memiliki peluang 14. 5 kali untuk bisa memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Penelitian Abdullah (2012), Rahmawati (2010), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan suami terhadap perilaku ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Menurut peneliti hampir seluruh ibu neonatus di ruang NICU RSUD Dr Soetomo Surabaya mengatakan didukung suaminya untuk menyusui karena sangat penting bagi kondisi ibu dan bayi. Dari 50 orang yang diteliti 41 mengatakan mendapat dukungan dari suaminya untuk menyusui dan hasil kuisioner yang diberikan menyatakan dukungan yang diberikan yakni dukungan Dukungan emosional berupa Suami memberikan kata-kata pujian kepada istri setiap kali selesai/saat menyusui, Suami mendorong istri untuk menyusui sesering mungkin setelah melahirkan, Suami memberikan informasi tentang ASI dan menyusui, misalnya pentingnya ASI atau cara menyimpan ASI perah, dll Suami mengingatkan istri untuk mencukupi kebutuhan gizi selama menyusui, serta Bantuan teknis suami meliputi Suami membelikan makanan tambahan/sumplemen/susu untuk istri selama menyusui, Suami memberikan uang tambahan untuk keperluan perlengkapan bayi, Suami



memijat ketika istrinya kelihatan lelah saat Menyusui. Hal tersebut menjadi penting dilakukan karena dalam pemberian ASI tidak hanya melibatkan ibu tetapi dukungan dari orang orang terdekat dari ibu khusunya suami menjadi support keberhasil dalam memberikan ASI ke bayinya. Identifikasi Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden memberikan ASI eksklusif kepada anaknya yaitu sebanyak 40 responden (80%) dari total 50 responden yang diteliti di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo. Jika mengingat target cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah Jatim, maka penelitian kali ini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari target awal 50% sedangkan hasil penelitian diperoleh data sebanyak 80%. Data dari hasil penelitian ini lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian Rahayu (2011) yang menyatakan bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 63,7% sama dengan data dari Riskesdas tahun 2007. Hasil penelitian ini sejalan deng penelitian Fernando (2018) di poli anak RS Syarif Hidayatullah menunjukkan lebih banyak ibu yang memberikan ASI eksklusif. Namun persentase ini lebih besar dibandingkan penelitian yang dilakukan Pertiwi P (2012) di kelurahan Kuciran Indah Tangerang yaitu sebesar 91,5% responden melaksanakan ASI dan hanya 31,1% ASI eksklusif.Hasil ini juga masih jauh dari target Departemen Kesehatan yaitu 80%. Perbedaan



angka data yang didapat dalam penelitian ini untuk pemberian ASI eksklusif dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti ruang lingkup penelitian yang berbeda, metode, dan lokasi yang berbeda. Perilaku merupakan penghayatan yang utuh dan reaksi seseorang akibat adanya rangsangan baik internal maupun eksternal. Asiyah (2015) menuliskan dalam bukunya bahwa perilaku juga dijadikan sebagai gambaran kecenderungan seseorang untuk bertindak atau melakukan aktivitas sehari-hari. Sedangkan menurut Hakim, Ramlan (2012) Perilaku manusia merupakan aktivitas yang mencakup perbuatan serta tindakan yang telah dilakukannya. Welford (2001) menyatakan bahwa menyusui adalah suatu pengalaman untuk proses pembelajaran bagi beberapa ibu. Menyusui tidak murni berasal dari insting ibu, namun perlu adanya pembelajaran yang dikembangkan untuk menambah pengetahuan mengenai laktasi sehingga ibu dan bayinya memperoleh manfaat yang optimal dari aktivitas menyusui (Juherman, Yulia N, 2008). Jenis minuman yang diberikan responden yang tidakmemberikan ASI eksklusif diantaranya adalah susu formula yang diberikan oleh 10 responden. Analisis Faktor Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa Hasil uji statistik (uji Chi- Square), diperoleh nilai p = 0.000 memperlihatkan bahwa nilai signifikan p ≤ α = 0.05 dengan tingkat keeratan 0,595 termasuk dalam kategori sedang maka dapat



disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI Terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo. Sebanyak 12% responden kurang mengetahui ASI eksklusif. Mereka pernah mendengar namun tidak memahami maksudnya. Pengetahuan yang kurang inilah yang menyebabkan gagalnya pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan Afifah DN (2017) yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi baik informasi cetak maupun media massa maupun sosial. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak terdapat Pengaruh yang signifikan antara tingkat pengetahuan terhadap keberhasilan pemberian ASI . Hal ini sejalan dengan penelitian Anggrita (2009) di Medan bahwa tidak dijumpai hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardeyanti (2007) di Yogyakarta bahwa didapati hubungan antara pendidikan ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif dan disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ibu yang rendah meningkatkan risiko ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang umumnya berpengaruh pada tingkat pendapatan keluarga sebagai faktor ekonomi. Pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu tidak



memberikan ASI pada bayinya. Hal ini mungkin disebabkan karena ibu bependidikan tinggi biasanya mempunyai banyak kesibukan di luar rumah, sehingga cenderung meninggalkan bayinya. Sedangkan ibu berpendidikan rendah lebih banyak tinggal di rumah sehingga lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menyusui bayinya (Depkes, 2001). Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam pola pemberian ASI, makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin rendah prevalensi menyusui secara eksklusif. Dalam penelitian Wahyuni (1998) di Medan diperoleh kecenderungan ibu-ibu berpendidikan sekolah lanjut atas untuk tidak lagi memberikan ASI pada bayinya. Menurut peneliti, semakin tinggi pendidikan seseorang akan membuat seseorang semakin mengerti akan arti kesehatannya, semakin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah mendapatkan informasi sehingga menyebabkan pengetahuan mengenai pemberian ASI semakin baik . Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa mayoritas ibu berpendidikan tinggi tetap memberikan ASI ekslusifnya di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo Tahun 2019 Analisis Faktor Ketersediaan Fasilitas dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa Hasil uji statistik (uji Chi- Square), diperoleh nilai p = 0.037 memperlihatkan bahwa nilai signifikan p ≤ α = 0.05 dengan tingkat keeratan 0,283 termasuk dalam kategori sedang maka dapat



disimpulkan bahwa ada pengaruh tingkat Ketersediaan Fasilitas dalam Pemberian ASI Terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo. Hasil penelitian ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang pemeberian ASI eksklusif yang berbunyi setiap bayi berhak mendapatkan ASI sejak dilahirkan selama 6 bulan dan selama pemberian ASI, pihak keluarga , pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan khusus dan fasilitas khusus, penyediaan fasilitas khusus diaakan ditempat tempat kerja dan sarana umum, hal ini berarti di RSUD Dr Soetomo sudah menjalankan peraturan sesuai aturan pemerintahan yakni menyediakan fasilitas yang menunjang dalam memberikan ASI tentunya Bayi yang mendapatkan ASI dari ibu akan berdampak baik bagi kesehatannya. Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian telah dilakukan oleh Hanulan Septiani dkk (2017) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara ketersediaan fasilitas terhadap pemberian ASI. Hal ini disebabkan oleh fasilitas yang tersedia di rumah sakit dirasa kurang nyaman bagi para ibu sehingga walaupun fasilitas sudah tersedia dari rumah sakit, tetapi para ibu lebih memilih untuk menyediakan fasilitas secara pribadi yang dirasa lebih nyaman sehingga ibu tidak ada alas an untuk tidak memberikan ASI nya. Menurut peneliti, semakin tinggi pendidikan seseorang akan membuat seseorang semakin mengerti akan arti kesehatannya, semakin tinggi pendidikan seseorang,



makin mudah mendapatkan informasi sehingga menyebabkan pengetahuan mengenai pemberian ASI semakin baik . Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa mayoritas ibu berpendidikan tinggi tetap memberikan ASI ekslusifnya di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo. Analisis Faktor Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan Hasil uji statistik (uji Chi-Square), diperoleh nilai p = 0.000 memperlihatkan bahwa nilai signifikan p ≤ α = 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dukungan tenaga kesahatan dalam Pemberian ASI Terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo. Hasil uji chi square menunjukkan dengan nilai keeratan 0,451 menunjukkan keeratan sedang bahwa terdapat hubungan antara Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Pemberian ASI. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa ibu yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan cenderung memberikan ASI eksklusif. Dalam hal ini yang mempengaruhi adalah Aktifnya peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi tentang menyusui maupun pemberian ASI segera setelah melahirkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati (2018) di Wilayah Puskesmas Jagakarsa Jakarta Selatan yang melaporkan bahwa Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Pemberian ASI dengan IMD meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif pada ibu



menyusi. Peran tenaga kesehatan dalam adalah Pemberian ASI sangat penting. Dengan IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI-nya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan/minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman menempel pada payudara ibu segera setelah lahir. Penelitian lain yang dilakukan di pedesaan Vietnam tahun 2012 dan perkotaan Nepal tahun 2015 yang menunjukkan bahwa immediate breastfeeding (early initiation) pada < 1 jam pertama berhubungan dengan pemberian ASI secara eksklusif. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2016) yang menyatakan bahwa dukungan tenaga kesehatan berpengaruh terhadap pemberian ASI. Hal ini disebabkan oleh tenaga kesehatan yang melibatkan suami dari ibu saat penyuluhan maupun tentang pendidikan kesehatan berlangsung. Penyuluhan maupun pendidikan kesehatan hanya dilakukan setiap 1 miggu sekali dan dilakukan secara berkala atau terus menerus selama bayi menjalani perawatan. Menurut peneliti Dukungan dari para profesional di bidang kesehatan sangat diperlukan bagi ibu, terutama primipara. Pendidikan tentang pentingnya menyusui harus diberikan sejak masa antenatal, yang dilakukan oleh semua tenaga kesehatan baik bidan maupun dokter. Tenaga kesehatan memberikan informasi dan penyuluhan mengenai ASI dan menyusui pada ibu bayi maupun suami.



Analisis Faktor Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Berdasarkan tabel 4.12 menyatakan bahwa Hasil uji statistik (uji Chi-Square), diperoleh nilai p = 0.000 memperlihatkan bahwa nilai signifikan p ≤ α = 0.05 dengan tingkat keeratan 0,628 termasuk dalam kategori sedang maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dukungan suami dalam Pemberian ASI Terhadap Keberhasilan Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo. Hasil penelitian ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang pemberian ASI eksklusif yang berbunyi setiap bayi berhak mendapatkan ASI sejak dilahirkan selama 6 bulan dan selama pemberian ASI, pihak keluarga , pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh memeberikan ASI nya. Dukungan dari keluarga terutama suami merupakan spport dan motivasi untuk ibu agar tetap memberikan ASI. Hasil penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian dilakukan oleh Ratu Ummu (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan suami terhadap keberhasilan pemberian ASI. Hal ini disebabkan oleh suami yang aktif ikut berpartisipasi dalam pemberian ASI. Partisipasi suami dimulai sejak istri menjalani pemeriksaan saat hamil, suami mulai berpartisipasi aktif seperti ikut menemani istri saat sedang diperiksa oleh bidan dan ikut serta saat bidan memberikan berbagai penyuluhan maupun pendidikan kesehatan khususnya



tentang ASI. Ayah yang bertanggungjawab adalah yang dapat melindungi diri dan keluarganya dalam segi ekonomi, gizi, dan kesehatan. Upaya memperbaiki komunikasi antara ayah dan ibu mengenai isu seksualitas dan kesehatan reproduksi serta pengertian atas tanggung jawab bersama sangat penting, sehingga ayah da ibu merupakan pasangan sejajar dalam kehidupan masyarakat maupun pribadi. Hasil penelitian menunjukkan, dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif tinggi, Mayoritas responden mendapat dukungan dari suami untuk ASI eksklusif lebih besar . Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suhendar (2002) menyatakan ibu memberikan ASI Eksklusif karena anjuran keluarga, kemauan sendiri, anjuran tenaga kesehatan, dan anjuran teman. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan persentase terbanyak didapat dari orang tua selaku keluarga ibu tersebut. Menurut Purwanto (1999) perilaku manusia berasal dari dorongan baik dari diri sendiri maupun dari luar, sedangkan dorongan merupakan suatu usaha untuk memenuhi keinginan individu , dengan kata lain, dorongan mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu, dorongan dari orang-orang terdekat baik keluarga , petugas kesehatan dan sebagainya mempengaruhi proses laktasi sehingga dapat membentuk perilaku ibu dalam menyusui secara eksklusif. Hasil penelitian , dukungan Suami dalam pemberian ASI juga tinggi, hal ini mungkin disebabkan oleh pertanyaan mengenai pemberian ASI dalam Kuisioner sudah dipahami dengan baik oleh responden,



sehingga perlu untuk penelitian selanjutnya agar dapat memperbaiki pertanyaan tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Faktor pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI yaitu sebagian besar berkategori baik dan sebagian kecil pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI berkategori kurang. 2. Faktor Ketersedian Fasilitas ibu dalam Pemberian ASI sebagian besar mengatakan tersedia Fasilitas dalam Pemberian ASI dan sebagian kecil mengatakan tidak tersedia Fasilitas dalam Pemberian ASI. 3. Faktor Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Pemberian ASI yaitu seluruh responden mendapat dukungan dari tenaga kesehatan. 4. Faktor Dukungan suami dalam Pemberian ASI yaitu sebagian besar mendapat dukungan suami, Sebagian kecil responden kurang mendapat dukungan . 5. Pelaksanaan Pemberian ASI Esklusif sebagian besar memberikan ASI, Sebagian kecil memberikan ASI non eksklusif. 6. Ada pengaruh Pengetahuan ibu dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). 7. Ada pengaruh Ketersediaan fasilitas dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU). 8. Ada pengaruh Dukungan Tenaga Kesehatan dalam Pemberian ASI Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) . 9. Ada pengaruh Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Di Ruang



Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Saran Berdasarkan kesimpulan, maka untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan Keperawatan Di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Dr. Soetomo, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Bagi Perawat ruangan Diharapkan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab kerja serta pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan perlu dilakukan semaksimal mungkin agar mutu ruangan tetap baik dan kepuasan pasien dalam pelayanan keperawatan lebih optimal. 2. Bagi Ibu Khususnya ibu yang sedang menyusui. Selalu memeriksakan bayinya atau selalu mengikuti jadwal imunisasi dan posyandu agar mendapatkan pengetahuan tentang berbagai macam ilmu baru termasuk ASI eksklusif. 3. Bagi institusi pendidikan khususnya mahasiswa Diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya, dengan metode yang berbeda, menambah variabel, jumlah populasi dan sampel sehingga mendapat hasil yang lebih spesifik dan signifikan. 4. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya NICU RSUD Dr Soetomo Surabaya Melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk memberikan ilmu tentang ASI eksklusif agar dapat meningkatkan ASI eksklusif.



5.



6.



Bagi Pemerintah Menambah fasilitas atau sarana prasarana untuk menunjang ASI ekslusif di tempat kerja. Bagi Peneliti Selanjutnya Agar dapat melakukan penelitian ulang dengan metode yang berbeda seperti pengembangan instrumen yang lebih baik lagi dan melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi Pemberian ASI.



DAFTAR PUSTAKA Alin, Parlin. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Pada Bayi 0-6 Bulan. (online). 2012. Ariani. 2009. Ibu Susui Aku. Cetakan I. Bandung: Khazanah Intelektual. Dinkes Kota Pekanbaru. 2015. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif. Fitriana, Rahayuning dan Nugraheni. 2015. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Ibu Dalam Pemberian ASI Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari Kecamatan Tembalang Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.3, No. 2. Fitriani, K., Rahayuning, D., & Nugraheni. (2015). FaktorFaktor yang Melatarbelakangi Ibu dalam Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari Kecamatan Tembalang Semarang Tahun 2014. Jurnal



Kesehatan Masyarakat, 3(9), 2356–3346. https://doi.org/10.1017/CBO978 1107415324.004 Kasminah. Pengaruh Karakteristik dan Motivasi Bidan Praktek Terhadap Pemberian ASI Pada Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Kota Medan Tahun 2007. Medan : Universitas Sumatera Utara. Kemenkes RI. 2014. Pusat Data dan Informasi 2014: Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. http://www.depkes.go.id/resour ces/download/pusdatin/infodatin /infodatinasi.pdf (Diakses 3 September 2019). Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014: Pemberian ASI Eksklusif. www.depkes.go.id/resources/do wnload/pusdatin/profilkesehatan-indonesia (Diakses 3 September 2019). Marnoto, B. W. (2015). Buku Indonesia Menyusui. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Oktova, R. (2017). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI pada Bayi 0-6 Bulan. Jurnal Kesehatan, 8(3), 315. https://doi.org/10.26630/jk.v8i3. 503 Oktova, R. 2017. Determinan yang Berhubungan dengan Pemberian



MP-ASI Dini pada Bayi Usia 06 Bulan. Jurnal Kesehatan, Vol. III No 1. http://ejurnal.poltekkestjk.ac.id (Diakses 22 Agustus 2019)



Eksklusif. Revisi. Jakarta: Trumbus Agriwidya. Rosita, Syarifah. 2008. ASI untuk Kecerdasan Bayi, Panduan Lengkap Ibu Menyusui. Yogyakarta: Ayyana.



Pierro, J., Abulaimoun, B., Roth, P., & Blau, J. (2016). Factors Associated with Supplemental Formula Feeding of Breastfeeding Infants during Postpartum Hospital Stay. Breastfeeding Medicine, 11(4), 196–202. https://doi.org/10.1089/bfm.201 5.0091



Rombot Gabriella., Grace D. Kandou., Gustaaf A. E. Ratag. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Molompar Tombatu Timur Minahasa Tenggara.



Prasetyono, Dwi Sunar. Buku Pintar ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik, dan kemanfaatannya. Jogjakarta : Diva Press. 2009



Safitri, Anisa Arum. Analisis Faktor Determinan Dari Ayah dan Ibu Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang : FKM UNDIP 2014.



Prawiroharjo. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBPS. 2005 Puspitasari, Ririn Indrawati. 2012. Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Pada Ibu Yang Mempunyai Bayi Usia 0–6 Bulan. Jurnal Bidan Prada, Vol. 3, No. 1. Rau, Muh. Jusman, Nikmah Utami Dewi, Mufydah. 2016. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Mabelopura Palu. Preventif, Vol.7, No.2. M. DHS. 2013. Roesli, U. 2009. Mengenal ASI



Setiyani, Indrawati dan Sumini. 2014. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Susu Formula dengan Praktek Pemberian Susu Formula pada Bayi 7-12 Bulan di Puskesmas Ngemplak Simongan Semarang. Jurnal Abdi Husada. http://jurnal.abdihusada.ac.id (Diakses 11 Agustus 2019). Sunarti. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Susu Anak Pada Keluarga Berpendapatan Rendah. Skripsi Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Suroto, Nugroho, & Fanani. (2012). Faktor yang Mempengaruhi



Keputusan Pembelian Susu Formula Anak (Balita) di Kota Malang. Buana Sains, 12(2), 79–84. Survey Demografi Kesehatan Indoensia 2012: Perbedaan Demografis pada Kematian Bayi dan Anak. http://chnrl.org/pelatihandemografi (Diakses 4 September 2019). Triana. H. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Kelurahan Helvetia Timur. Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id (Diakses 19 Agustus 2019). Wayuni, Tri. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Wonosari Kecamatan Ngoro Mojokerto. Karya Tulis Ilmiah Kebidanan, Poltekkes Majapahit. http://repository.poltekkesmajap ahit.ac.id (Diakses 21 Agustus 2019). Widiawati, I. (2019). Melahirkan Nyaman dan Cepat dengan Hypnobirthing. 7(1), 45–52. Widodo, Yekti. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif : Akurasi dan Interpretasi Data Survei dan Laporan Program. (online).



Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor. 2011. Wijaya, P. W. D. (2018). FaktorFaktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. Skripsi Prodi Pendidikan Dokter FK Universitas Muhammadiyah Surakarta, 121. Yuviska, I. A. (2018). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di BPS Zubaidah Syah, S.ST Kota Bandar Lampung Tahun 2017. Jurnal Kebidanan, 4(2), 54–59. https://doi.org/10.1017/CBO978 1107415324.004