Analisis Instan Problematika Dakwah Kampus PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INI MIMPI KU KAWAN !!! Kawan. Pernah kah membayangkan tentang bagaimana kemenangan dakwah kampus. pernah sepersekian detik kamu berkhayal tentang indahnya kampus ketika nilai Islam meresapi setiap relung mahasiswa di kampus. Tahukah kamu kawan, aku pernah membayangkannya, aku pernah masuk dalam indahnya bermimpi tentang kemenangan itu, rasanya sangat indah, dan aku ingin juga membagi rasa ini kepada kawan semua. Monolog berikut kupersembahkan khusus untuk pejuang dakwah yang tak kenal lelah. Yakinlah bahwa tetes keringat yang berjatuhan adalah saksi bisu atas perjuangan besar Karena rindu pada Rabb..



Aku sedang berjalan di jalan setapak taman masjid kampusku, sebuah masjid kampus yang megah karena arsitekturnya yang kompleks. Arsitektur masjid tanpa pilar dan kubah, serta di alasi oleh kayu yang menghangatkan jemari dan dahi yang bersujud dan bersimpuh meraih nikmat Rabb. Aku menjadi teringat pemandangan 10 tahun lalu, ketika aku dipercaya sebagai amirul mukminin di kampus ini. tidak ada yang berbeda dengan nuansa kampus ini, tidak ada yang berubah dari masjid kampus ini, masih sama, masih sejuk dan menimbulkan sebuah kenangan indah atas perjuangan dakwah aku dan kawankawanku ketika masih mahasiswa. Siang itu, azan zuhur tiba, “Hayya ‘alaa Sholaa” begitulah pekikan muazin ketika aku melepas tali sepatu ku. Terdiam sejenak mencoba melihat sekeliling tempat penitipan, segerombolan orang hilir mudik tergesa-gesa menuju kedalam masjid, mereka berjalan menunduk dan dengan langkah sigap, seakanakan ketinggalan kereta terakhir di stasiun. Mereka bahkan rela membuang makanan yang mereka sedang bawa demi meraih keutamaan Rukun Islam ini. toko pun menutup gerai mereka dan memasang tulisan besar berwarna merah “TUTUP 10 MENIT, SEDANG SHALAT” di depan pintu toko-toko yang menjadi bagian terintegrasi dari masjid kampus ini. Melihat kearah timur, sebuah gedung kayu yang tak berubah masih berdiri tegak disana, bisa aku lihat, mahasiswi berjilbab lebar dengan warna-warni komposisi baju dan rok yang sangat indah. Memberikan kesan anggun tersendiri bagi mereka. Aku



memperhatikan mereka bergegas mengunci pintu gedung kayu dan segera memasuki ruang wudhu perempuan. Aku mencoba berpikir apa yang terjadi, 10 tahun sejak aku berpisah dengan kampus ini dan meraih pendidikan di luar negeri ternyata telah membuat sebuah nuansa berbeda, tapi aku mencoba berpikir kembali “mungkin ini dampak ramadhan yang baru usai pekan lalu”. Kutitipkan sepatu puma berwarna coklat milikiku, ke penitipan sepatu, tak lagi kukenal siapa yang menjaga tempat sepatu itu, diberikanlah kepada ku sebuah kartu yang mirip denga credit card berwarna hijau toska sebagai tanda bukti penitipan sepatuku. Berjalan kembali diriku untuk mengambil air wudhu, “laa ilaaha illalallahu..” azan pun usai, lantai keramik putih itu sudah diganti sepertinya, dengan lantai yang lebih kokoh dan berwarna sawo matang, Basuhan wudhu terakhir ku ke jari kaki kelingking bersamaan dengan bunyi microphone yang sedang di nyalakan, aku pun bergegas menaiki tangga masjid untuk mengikuti ritual Shalat zuhur ini. Terperanjat diriku melihat pemandangan yang hampir tidak bisa aku bayangkan 10 tahun silam, jamaah zuhur sangat berlimpah, hingga ke koridor masjid, balkon lantai dua dipenuhi muslimah-muslimah yang juga dengan rapat menjaga keutamaan shaff berjamaah. Aku berpikir, kawan, mungkin itu mengapa banyak mahasiswa yang terburu-buru menuju masjid, saat ini, hukuman bagi mahasiswa yang telat hadir shalat berjamaah adalah tidak mendapatkan shaff pertama. Subhanallah, kuulangi kawan, hukuman yang mereka khawatirkan jika telat bergabung dalam shalat berjamaah adalah tidak mendapat tempat shalat di shaff pertama. Aku pun terpaksa shalat di koridor selatan masjid, siku-ku sangat dekat dengan tembok pembatas, karena jamaah mencoba mengisi setiap millimeter ruang yang ada dengan baik. Sebuah kebiasaan yang ditempa di masjid kampus ku, teringat saat masih kuliah dulu, imam masjid tidak mau memulai jika shaff tidak kunjung rapat. “rapatkan shaff shalat, ujung kelingking menempel kelingking sebelahnya dan pundak menempel pundak. Pastikan shaff rata dan lurus. Sebaik-baik nya shaff untuk pria adalah shaff pertama, sebaikbaiknya shaff untuk perempuan adalah shaff yang paling belakang. Penuhi dahulu shaff terdepan, pastikan tidak ada celah yang ada, shaff selanjutnya dimulai dari tengah. Rapatkan dan luruskan” Kata-kata rutin yang senantiasa di ulang, dan tanpa sadar aku pun melakukan hal yang sama jika menjadi imam shalat.



Shalat pun dimulai, hening, tenang, tidak ada suara pedagang, tidak ada klakson mobil atau motor, yang ada hanya kicauan burung dan hembusan angin yang membuat sengatan matahari tak terasa pedihnya. Sesekali aku mendengar hentakan kaki pria dewasa yang tergesa-gesa bergabung dalam jamaah; sial aku telat, mungkin itu kata-kata yang ia ucapkan dalam hati, meratapi dirinya yang gagal mendapat shaff pertama. “Assalamualaikum warahmatullah” imam mengakhiri shalat dengan salam yang menggetarkan hati, terasa dalam suaranya ia enggan berhenti dari suatu momen untuk berkomunikasi dengan Rabb. Zikir dan do’a aku lantunkan dalam hati setelah salam ku, seperti biasa aku menutup mataku dalam do’a setelah shalat. Tidak melihat situasi sekitar. Sekitar 5 menit lamanya aku mencoba mencurahkan isi hati ku pada Allah, mengucapkan syukur karena diizinkan kembali ke kampus ini, tempat aku belajar dan mengenal dakwah Islam. “Alhamdulillah”, kalimat tahmid ini menutup do’aku seraya membuka kelopak mata dan bergegas mengambil kacamata. Kulihat kanan dan kiri, dan lagi-lagi aku terkejut dengan pemandangan yang aku lihat lagi saat ini, koridor masih penuh jamaah, hanya sebagian yang telah meninggalkan masjid, dan kulihat di shaff belakang ada rombongan jamaah kedua yang menjalankan shalat, aku yakin mereka bukan telat datang, akan tetapi kapasitas masjid yang terbatas memaksa mereka harus shalat di kloter kedua ( istilah yang kami buat saat masih mahasiswa ). Aku melihat kedepan, seorang lelaki berkaus kerah warna putih, dan dipadu dengan jeans biru serta mengenakan gelang karet sedang membaca Qur’an dengan baik. Di belakangku, tampak mahasiwa high class, yang bisa aku di identifikasikan dari kemeja hitam versacce dan celana coklat tua bermerek arbercrombie, ia sedang sibuk membaca Qur’an melalui layar PDA nya, tipe HP iPaQ seri terbaru, aku mentaksir harganya mencapai 8 juta saat ini. Diseberang sana, di dalam ruang utama, ada 2 orang bercelana bahan hitam dan di padu dengan kemeja, serta berjenggot tipis, kader dakwah ini pastinya , aku tersenyum dalam hati. Mereka sedang mengecek hafalan Qur’an satu sama lain. Indahnya kawan, sangat indah, tiba-tiba aku masuk dalam ruang fantasiku, aku membayangkan, bukan, aku menjadi teringat diriku sendirian di ruang utama masjid kampusku, tak banyak orang saat itu, aku mati-matian menghafal an-naba sendirian, karena malamnya aku harus menyetornya ke murrobi ku, kejadian itu tingkat satu kalau tidak salah, atau ketika tingkat 2, aku bersandar di dinding masjid yang tanpa pilar ini, sendirian ( lagi-lagi ) mencoba menghafal al muzzamil , teringat hari itu hujan lebat, menghafal al muzzamil dalam keadaan hujan menjadi romantika tersendiri bagi diriku.



Allahu akbar yaa Al Aziz, lantutan ayat-ayat mu saling sahut menyahut, saling di lantunkan di masjid ini, di masjid kampus yang akan mencetak banyak sekali pejuang-pejuang peradaban masa depan. Aku beranjak setelah membaca mushaf ku sekitar 4 halaman, kebiasaan yang sejak kuliah aku coba bangun. Pukul 12.30 saat itu, aku beranjak mengambil sepatu ku, dan berjalan menuju gerbang kampus, dan melihat time planning ku di PDA ku, ; 12.45 ; bertemu ketua prodi planologi ( labtek IX A planologi ) 16.00 ; afternoon coffee meet with presiden mahasiswa ( campus centre ) 19.30 ; bertemu aktifis dakwah kampus / sarasehan and dinner ( masjid kampus ) Tiga agenda ini akan mengisi hariku di kampus penuh kenangan dan romantika hidup yang tak tergantikan. Langkah ku menuju gerbang utama kampus disambut dengan baliho besar kegiatan-kegiatan mahasiswa. Tiga baliho di sebelah kanan dan empat baliho di sebelah kiri gerbang utama. Tertera di sana beberapa kegiatan; symposium energy nasional, student entrepreneur expo, kolaborasi seni nusantara, bakti desa : sebuah kontribusi kecil untuk bangsa, penyambutan mahasiswa baru oleh lembaga dakwah kampus, Training ESQ , dan sebuah pengumuman resmi dari rektorat. Kupandangi satu per satu baliho megah ini. lagi-lagi terlintas memori mendirikan baliho ditengah hujan dengan bambu yang seadanya dan alat seperlunya. Sambil berjalan aku mendengar percakapan mahasiswa mahasiswi yang berpapasan denganku ; “alhamdulillah, UTS ku dapat 95” ucap seorang mahasiswa tingkat 1 “Besok Quiz, aku harus shalat tahajud mala mini” bisik seorang mahasiswi ke sahabatnya “waa, barokallah, senangnya ya sidang lulus” di iringi senyum menawan yang ikhlas dari seorang mahasiswi “nanti malam mentoring jam berapa ?” Tanya seorang mahasiswa kepada temannya “eh katanya besok sabtu ada mabit yah di masjid kampus” seorang mahasiswa sedang menelpon temannya “assalamualaikum ukhti, gimana tilawahnya hari ini?” dua orang mahasiswi berjilbab saling bersalaman dan saling menyapa ramah



“bro, udah hafal juz 30 belum ? pekan depan harus setoran nih” seorang mahasiswa memotivasi sahabatnya Lagi-lagi termenung dalam langkah, gila ini kampus, macem pesantren aja pembicaraannya. Tidak ada gossip, tidak ada cacian ke dosen, tidak ada pembicaraan tidak berbobot, tidak ada kata-kata kotor dan tidak ada raut muka jarang shalat rupanya. Aku tersenyum dalam perjalanan ku, mengucap rasa syukur yang mendalam kepada Allah; ya Rabb, sungguh indah janjiMu, terima kasih atas pertolongan yang Engkau berikan kepada kampusku ini. Aku terus melangkah ke dalam kampus, langkah pelan namun pasti sambil mengamati perubahan demi perubahan yang terjadi selama 10 tahun ini. tiba-tiba pundakku di tabrak seorang mahasiswa yang sedang mendengarkan music melalui iPod dan tak sengaja terlepas earphone nya, , lalu terdengarlah lantutan Qur’an dari iPod mahasiswa itu.”punten mas, maaf, saya sedang menghafal musik yang saya dengar” begitu kata mahasiswa tersebut dengan rendah hati. Dalam hati aku menjawab, musik atau ayat Qur’an mas !. Kawan, jika kamu melihat mahasiswa yang menabrakku ku tadi, pasti kamu tak akan menyangka pria ini sedang menghafal Qur’an, tidak tampak dari nya sosok aktifis dakwah yang selama ini kita kenal dan gemar menghafal Qur’an. Dan aku berkata kembali dalam hati, subhanallah, kalau mahasiswa biasanya aja menghafal Qur’an bagaimana para kader dakwahnya, pada hafidz mungkin yah?. Gerombolan muslimah berjilbab dan yang berjilbab aku lihat di sebelah kiri pandanganku, mereka berjalan bersama dan saling bercerita bahagia satu sama lain, sepertinya para muslimah berjilbab sudah bisa merangkul para muslimah yang belum berjilbab. Dalam gerombolah itu tampak, perempuan potongan hongkong, seorang lagi dengan rok serta atasan kemeja dengan rambut yang tampak sehabis di re-bonding, seorang lagi perempuan tomboy, aku bisa mengenalinya karena rambutnya yang seperti cowo, dan seorang lagi perempuan berpakaian seadanya, tapi ia tampak paling antusias mendengar kawannya yang berjilbab lebar bercerita. Di sekitar lapangan tengah kampus, aku melihat sekitar delapan kelompok mentoring sedang duduk melingkar di bawah angin sepoi-sepoi dan daun yang berguguran. Ada kelompok yang tampaknya memiliki mentor yang sangat semangat, aku tertawa melihatnya, anggota kelompok mentoringnya tampak serius memperhatikan sang mentor bercerita. Di sisi lain ada kelompok yang tenang, dan ditengah nya tersedia brownies kukus bandung sebagai pengikat mentoring mereka, disisi lain, ada kelompok yang sedang mengadakan simulasi, cukup heboh kelompok yang satu ini, anak SR kutaksir sepertinya.



Di lain sudut ada kelompok muslimah yang menjalankan mentoring, tampak teteh yang lembut sedang memberikan nasehat kepada anggota mentoringnya. Tidak ada satupun darinya yang mengenakan jilbab, hanya teteh nya saja. Aiih, sungguh indah pemandangan ini, apalagi jika kawan perhatikan apa yang saya lihat, beberapa mahasiswa duduk-duduk di bangku taman sambil membaca Al Qur’an, sebagian membaca buku dengan serius, ada pula yang tiduran di bangku taman sambil murajaah hafalannya. Serta ada sebagian lain yang berdiskusi serius satu sama lain. Hingga tibalah aku ke gedung perkuliahan ku yang dulu, rupanya masih sama, bangunan enam lantai berbentuk landmark Jawa Barat, Tangkuban Parahu. Sebelum menaiki lift menuju ruang kepala program studi, aku mengintip ruang kuliah yang berada tepat di depan lift, ruang kuliah berkapasitas 100 orang itu tampak sama dari segi fisik, tapi aku merasakan ada hal yang beda saat itu, aku mencoba berpikir, kawan, apa yang beda ? Ternyata memang beda, mahasiswa dan mahasiswi tidak lagi duduk bercampur, mereka terpisah oleh jarak sekitar satu bangku, mahasiswa di sebelah kanan dan mahasiswi di sebelah kiri. Mereka semua sibuk mencatat dengan menggunakan laptop yang mereka miliki, memperhatikan dosen yang dengan semangat menjelaskan bagaimana politik dapat mempengaruhi perencanaan suatu wilayah. Tampak oleh ku, papan tulis itu dihiasi dengan lafadz basmallah di bagian atas tengah. Sesekali sang dosen mengaitkan apa yang ia sampaikan dengan ayat yang adi Al Qur’an. “perencanaan ini adalah sebuah keharusan bagi sebuah negara, walau ada ilmuwan yang berpandangan, doing nothing is planning, tapi Allah pernah berfirman dalam Ar Rdbu ayat 11 bahwa Ia tidak akan mengubah keadaan sebuah kaum kecuali kaum itu berusaha untuk mengubahnya,. Jadi jika perencanaan itu tidak dilakukan, maka sama saja kita anti perubahan” begitulah ungkap dosen tersebut dengan intonasi yang membuat setiap orang memperhatikannya, dan membuat jentik jemari kita siap siaga untuk mencatat setiap kata yang terlontar dari mulutnya. Aku melihat ke ujung lorong gedung ini, kuingat bahwa di situ ada secretariat himpunan mahasiswa program studi ku, kucoba menghampiri dengan rasa ingin tahu, perubahan apa yang telah terjadi. Mading ucapan ulang tahun masih sama seperti dulu, aku membaca salah satu pesan yang ada di madding ucapan ulang tahun itu, aku terbelalak melihat kata-kata ucapan yang ada. “selamat milad, semga semakin dekat dengan Allah” “met ulang tahun yah ! semoga semakin dewasa dan bertambah ketaqwaannya”



“happy b’day my bro, people love you my man, and hope Allah also love you too” “met lamet kk, sukses dunia dan akhirat” Hmhm… tersenyum sendiri diriku membacanya, lalu, di samping madding selamat ulang tahun ada madding lagi, disana di tuliskan kata-kata bijak yang membuat orang yang membacanya tergugah dan termotivasi. Kata-kata dari hadits Rasul, potongan ayat atau sajak arab kuno, dan ada pula quotes dari orang hebat, Donald trump,bung hatta, dan barrack obama tertulis disana. Aku meyakinkan diri bahwa pesan kata bijak ini member nilai tersendiri bagi mading ini. Memasuki ruang himpunan, aku mendengar seseorang sedang melantunkan Al Qur’an, kulihat sekeliling, ada yang sedang mengerjakan tugas, ada yang sedang rapat kaderisasi. Aku mendengar bahwa mereka sedang menyusun kurikulum mentoring agama untuk di masukan dalam sistem kaderisasi mahasiswa baru. Bahkan, taukah kamu kawan, ada seorang peserta rapat menyeletuk, “gimana kalau kita buat standar ibadah harian untuk para peserta kaderisasi yang muslim”. Tak berlama-lama aku mengabiskan waktu di himpunan, sudah pukul 12.45, aku harus bergegas ke ruang ketua program studi. Setiba aku ke ruang ketua program studi aku disambut bak anak yang kembali dari perantauan. Kita berbicara sejenak mengenai disertasi S-3 ku yang mendapat hasil sangat memuaskan.”sudah bapak bilang, mahasiswa Indonesia itu cerdas-cerdas, sungguh kamu buat bapak bangga, rekan saya di sana memuji habis teori kamu tentang integras pengelolaan kawasan pesisir, sungguh orisinal”. Pembicaraan berlanjut tentang kondisi keislaman kampus, beliau lagi-lagi berkata “saya juga sangat senang dengan kondisi Islam di kampus sekarang ini, para aktifis dakwah nya adalah yang terbaik secara akademik di kelas, hampir seluruh asisten praktikum di isi oleh orang-orang masjid itu, dan mereka juga cerdas. Tingkat mencontek di kelas turun drastis, mahasiswa menunjukkan hormatnya pada dosen, dan proses triple loop learning berjalan dengan baik” Pembicaraan kami semakin menarik dan tak terasa sudah pukul 15.00, saya pun berpamitan dengan beliau, dan beliau pun juga harus mengajar pukul 15.30. “sekarang jadwal kuliah tidak boleh berbentrokan dengan jadwal shalat, ini kebijakan rektor baru” dalam hati aku berkata kembali, seperti nya pak rector sudah berafiliasi kepada Islam. Aku kembali ke masjid kampus, dan melihat mahasiswa berjalan cepat menuju masjid, sangat banyak jumlahnya, seperti jamaah haji yang hendak melempar jumrah. Aku pun shalat ashar, dan setelah itu aku menuju campus centre.



Aku sengaja tiba lebih awak 15 menit dari waktu yang dijanjikan karena ingin bernostalgia dengan campus centre, maklum sewaktu tingkat empat, aku bersama teman teman di badan eksekutif mahasiswa memperjuangan campus centre agar menjadi student centre secara fungsional, dan sepertinya cita-cita itu bisa aku lihat terwujud saat ini. Duduk aku sendiri di anak tangga campus centre, lagi-lagi aku memperhatikan tingkah laku mahasiswa yang ada disana. Ada kumpulan mahasiswa sedang rapat dalam bentuk melingkar, akan tetapi ada batas antara pria dan wanita. Aku melihat sepasang mahasiswa dan mahasiswi yang berpapasan, mereka saling menyapa tapi tidak bersentuhan satu sama lain. Sepertinya budaya salaman berlawanan jenis sudah tidak popular lagi. Di seberang sana, juga ada kelompok mahasiswa yang sedang mentoring, sepertinya sang mentor sedang mengajarkan cara membaca Al Qur’an yang baik kepada para peserta mentoring. Lapangan basket pun tampak ramai, ada yang berubah kawan, bukan lapangannya, tapi para pemain basket mengenakan celana di bawah lutut, bukan celana panjang memang, tapi aku yakin aurat mereka telah tertutup. Tak lama kemudian, sang presiden mahasiswa datang, “kak yusuf” ia menyapa. “Ya, saya presiden mahasiswa kak,” ia melanjutkan kalimatnya diiringi salam yang hangat dari beliau.



Saya



memperhatikan anak ini, pakaiannya casual, paduan celana jeans dan kemeja putih lengan panjang, aku menilik ke dalam saku kemejanya, ada mushaf kecil di dalamnya. Subhanallah, presiden mahasiswa kampusku seorang yang dekat dengan Qur’an. Kami pun berbicara tentang berbagai hal, dimulai dari kenalan singkat, pembicaraan mengenai kisah mahasiswa dan perjuangannya masa lalu, dilanjutkan dengan kondisi saat ini, dan pada bagian ini ia bercerita dengan semangat. “kampus ini sekarang bisa dikatakan tiada hari tanpa ta’lim, ya karena hampir setiap hari ada lembaga dakwah program studi yang mengadakan ta’lim. Mahasiswa pun sudah menyadari perannya dan kapasitasnya dalam kontribusi kepada masyarakat. Saat ini Indonesia bisa merasakan manfaat kemahasiswaan dengan nyata” ia bercerita dengan bangga dan menggebu-gebu. Aku pun terbawa oleh arus kisahnya itu, sangat membanggakan memang. “mahasiswa pun sudah tersadari bahwa Agama adalah suatu yang integral dengan kehidupan seharihari. Para ketua himpunan dan unit saat ini pun juga mempunyai ta’lim khusus untuk mereka, isinya di sesuaikan dengan kebutuhan mereka sebagai pemimpin”. Sepertinya lembaga dakwah kampus sudah berhasil menanamkan nilai Islam dengan baik. Pembicaraan kami akhirnya masuk ke inti pembahasan,



yakni ia meminta saya untuk mengisi di sebuah acara diklat aktifis kampus yang akan di selenggarakan satu bulan lagi. Magrib pun tiba, masjid kampus menjadi tempatku berteduh kembali, setelah ibadah magrib, aku berencana menghabiskan target tilawah ku yang ku targetkan 2 juz satu hari, tinggal 6 halaman lagi, bisalah 10 menit selesai. Ternyata aku tak sendirian membaca Al Qur’an saat itu. Mahasiswa sepertinya mengalokasikan waktu diantara magrib dan isya untuk memaksimalkan interaksi dengan Qur’an, kebanyakan dari mereka tilawah dan murajaah. Tidak banyak yang meninggalkan masjid untuk makan malam atau pulang ke kost. Mereka benar-benar telah memilih untuk mengisi waktu diantara shalat ini untuk mengisi kembali semangat mereka dalam beraktifitas dengan cara yang sangat mulia, berinteraksi dengan Qur’an. Isya berkumandang, aku pun shalat berjamaah kembali, sungguh nikmat hari ku ini. setelah sekian lama berkelana demi gelar Ph.D aku akhirnya bisa merasakan Shalat berjamaah empat kali di kampus ku, dengan bacaan imam yang panjang nan merdu, membuat para jamaah hanyut dalam do’a dan komunikasi kepada Allah. Seperti sendiri di padang pasir, tak ada yang melihat, hanya aku dan Rabb ku, sangat terasa menggetarkan hati setiap untaian ayat yang diucapkan imam. Fabi ayyiaa laa irabbikumaa tukadzibaan, lantutan Ar Rahman ini membuat separuh jamaah menangis, aku rasa mereka mahfum terhadap makna dari ayat ini. Shalat Isya pun usai, dan aku mempersiapkan diri untuk janjiku yang terakhir hari ini. Tak lama setelah shalat rawatib , pundakku ditepuk dari belakang, “akh yusuf, bagaimana kabarnya, pertemuan kita di sekre saja kak, teman-teman sudah menunggu disana” kami pun berangkulan seakan kawan lama yang bertemu kembali, lalu bersama menuju sekre. Sekre yang membesarkan namaku 10 tahun silam. Aku memasuki gedung kayu itu, sekre nya masih di lantai dua, Cuma saat ini tampak lebih besar rapih. Aku masuk dan bersalaman dengan sekitar delapan pengurus lembaga dakwah kampus lainnya. Aku mencoba melihat sekeliling, ada beberapa piagam mengisi pelatihan, dan aku memperhatikan dengan seksama buku dalam rak buku yang tersusun rapih, aku melihat buku-buku tulisanku dulu tentang dakwah kampus masih di simpan dengan baik di rak itu. Romantika masa lalu, aku pun teringat pada kawan-kawan seperjuangan ku di kampus, 3,5 tahun di lembaga dakwah kampus dan 1 tahun di badan eksekutif mahasiswa membuat aku memiliki cukup modal untuk berjuang melewati dunia nyata.



Pertemuan malam itu dengan kawan-kawan dari lembaga dakwah kampus adalah sebuah kenangan tersendiri bagi hidupku kawan, aku seakan 10 tahun lebih muda, aku seakan memasuki suatu dunia khayal baru, ketika mereka menceritakan kesuksesan mereka. Rencana besar mereka yang akan menjadi tuan rumah international Islamic student conference tahun depan, lalu mereka memperlihatkan suatu sistem memuat controlling 600 kelompok mentoring di kampus , mereka juga denga bahagia memperlihatkan dokumentasi acara mereka yang selalu di hadiri banyak mahasiswa. Malam itu sangat indah kawan, dan kalimat terakhir dari mereka sebagai ungkapan perpisahan malam itu dan ucapan selamat datang kembali bagi saya. “ahlan wa sahlan Pak Yusuf, kami harap kita bisa membuat legenda dakwah kampus bersama” —————Ya kawan, kita akan selalu berjuang bersama Kita akan buat legenda kita bersama —————Ini adalah mimpi ku kawan, bukan khayalan belaka tetapi sebuah cita-cita mulai. Kawan, apakah kamu bisa merasakan keindahan yang kurasakan ? rasakanlah kawanku, rasakan keindahan ini…



Sepatah Kata dari Penulis “Di antara dua orang yang memiliki kompetensi teknis dan kepemimpinan yang sebanding, yang akan melesat tinggi adalah yang piawai dalam menyampaikan gagasan di depan banyak orang.”



Mempunyai segudang ide yang baik, tetapi tanpa kemampuan untuk menyampaikannya dengan berpengaruh kepada orang lain – hanya akan menjadikan kita orang berpengetahuan yang tidak terlihat.



Rasa Syukur serta pujian hanya bagi Allah yang telah banyak memberikan kekuatan, dan pertolongannya dalam perjuangan dakwah Islam selama ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, sosok manusia sempurna yang Allah utus sebagai teladan bagi kita semua para muslim di dunia. Perkembangan dakwah kampus di Indonesia saat ini semakin baik dan terbukti telah mampu mencetak alumni yang kuat secara kompetensi dan baik secara pemahaman Islam. Perubahan demi perubahan di dalam tubuh lembaga dakwah kampus kian terasa. Perbaikan sistem kaderisasi, regenerasi kader yang berkelanjutan, daya jangkau syiar yang semakin luas, serta pendanaan dakwah yang independen. Dalam konteks darkwah kampus sekala nasional, FSLDK sebagai forum yang menyatukan ratusan LDK se-Indonesia juga semakin banyak berkiprah dan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan dakwah. Perlu kita sadari bersama pula bahwa pergerakan Dakwah Islam di Indonesia saat ini –khususnya dakwah mahasiswa- menjadi pergerakan yang maju dan bebas ketimbang Negara lainnya. Kebebeasan dan dinamisasi dakwah di Negara ini menjadi sebuah inspirasi tersendiri bagi para kader dakwah kampus di negeri lain. Satu keluarga menjadi model LDK Nasional berbasis pembinaan dan kompetensi melingkupi seluruh sayap dakwah menuju Indonesia Islami Kalimat diatas merupakan kalimat visi GAMAIS ITB 2008-2013 dimana menjadi tanggung jawab besar bagi GAMAIS ITB untuk bisa berkontribusi dalam dakwah di tingkat nasional. Salah satu hal yang sedang kami coba kampanyekan dalam beberapa bulan ini adalah kemampuan dan kebiasaan menulis diantara kader



dakwah kampus. Karena kekuatan pemikiran dan kemampuan menyampaikan pendapat adalah sebuah kekuatan tersendiri yang harus dimiliki oleh setiap kader dakwah untuk menunjang perkembangan dakwah kedepannya. Kekuatan tulisan mempunyai berbagai keistimewaan antara lain dapat dibaca oleh banyak orang yang berasal dari lintas generasi, dan tulisan pula yang membuat orang berpikir lalu mendapat inspirasi untuk membuat gagasan yang lebih baik. Dengan semakin banyak kader dakwah yang mampu menyampaikan gagasannya dalam bentuk tulisan, maka kekayaan wawasan kader dakwah kampus tentang pemahaman dan pengalaman dakwah kampus akan bertambah. Perproblematikaan yang saat ini terjadi akibat belum terbiasanya budaya menulis diantara kader adalah minimnya referensi kader dakwah terkait dakwah kampus itu sendiri. Dalam 20 tahun perjalanan dakwah kampus, tidak sampai 50 buku yang pernah ditulis. Oleh karenanya, menjadi sebuah tanggung jawab bagi kita semua kedepannya untuk mampu berpikir, berdiskusi serta mengemukakan pendapat dalam bentuk tulisan sehingga gagasan kita dapat bermanfaat bagi kemajuan dakwah kampus kedepannya. Dalam menjalankan roda dakwah kampus, kita seringkali menemui problematika yang berulang dan bisa terjadi pada LDK manapun. Problematika klasik, itulah istilah yang gemar kita gunakan, dan problematika klasik ini seringkali berulang dan tak tertanggulangi karena solusi yang dijalankan pada sebuah LDK adalah solusi yang hanya menyentuh sisi kulitnya saja. Sedangkan sebab utama dari problematika ini tidak pernah dipikirkan dan dirumuskan sebagai landasan awal dalam menyusun solusi dari problematika yang ada. Berkat izin Allah, buku kedua saya yang berjudul ANALISIS INSTAN PROBLEMATIKA DAKWAH KAMPUS dapat diselesaikan dalam waktu tiga bulan dengan Memanfaatkan waktu liburan semester dan ditulis di tiga kota yang berbeda



( Padang, Bandung dan Jakarta ).



Buku ini mencoba memberikan solusi praktis atas



problematika dakwah kampus klasik yang saya himpun dari berbagai pertanyaan yang sering saya dapatkan ketika mengisi pelatihan manajemen dakwah kampus. pertanyaan yang ada saya coba jawab dengan pola memberikan sebab atau alasan mengapa problematika yang ada dapat terjadi lalu diberikan solusi secara sistematis sesuai dengan pandangan dan pengalaman saya sebagai pelaku dakwah kampus. Ucapan terima kasih saya haturkan kepada Keluarga saya yang selalu mendukung segala aktifitas dakwah yang saya lakukan. Seluruh Anggota Keluarga Mahasiswa Islam ( GAMAIS ITB ) yang telah memberikan sebuah keluarga baru yang sangat indahdi kampus ITB, secara khusus kepada BPH GAMAIS ITB 2007-2008 ( gamma, adit, iqbal, dimas, yuli, ardhesa, citra, nurdin, shinta, norma, ahmad, yovi, ilham, arinda, gesa, panji, nunu, amin, biba, toni, dinda, ika, albaz, masayu, yuda, morin, totoh, ayunita, agtri, luthfi, dina, gumi, vidi, aisar, imas dan ardian ) yang telah menjadi inspirator, motivator, dan kritikus bagi saya dalam menjalankan amanah dakwah di ITB. Serta seluruh kader dakwah di seluruh Indonesia yang telah memberikan sebuah pengalaman dakwah yang sangat unik bagi saya pribadi. Buku ini secara khusus saya persembahkan untuk Anda semua, karena bagaimanapun tanpa Anda buku ini tidak akan pernah terpikirkan. Semoga buku ini bisa bermanfaat bagi para ADK maupun LDK yang ada di seluruh Indonesia dalam menjalankan agenda dakwah di kampusnya. Semoga kita semua bisa berkarya dan berinovasi dalam dakwah



ini sampai tegaknya Islam dan tidak ada fitnah lagi dan sampai ketaatan hanya milik Allah semata [ Al Baqarah 193 ] Segala kritik dan saran sangat saya harapkan untuk perbaikan diri kedepannya. Akhir kata, selamat berjuang saudaraku. Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan kamu tetap mempelajarinya [ Ali Imran 79 ] Jakarta, Syawal 1429 H



Ridwansyah Yusuf Achmad



Komunikasi Ikhwan dan Akhwat Bagaimana mensolidkan kinerja ikhwan dan akhwat , karena selama ini sering kali antara ikhwan dan akhwat bermaksud menjaga interaksi, namun terkadang ada hal hal yang seharusnya dikomunikasikan namun tidak di lakukan sehingga seringkali muncul masalah atau kesalahpahaman ikhwan dan akhwat ? Masalah klasik yang hampir tidak pernah usai hingga saat ini, bagaimana agar komunikasi ikhwan dan akhwat berjalan baik dengan tetap menjaga hijab. Saya masih berpikir kenapa masalah ini bisa muncul. Akan tetapi ketika saya mencoba merenung, kejadian ini bisa terjadi akibat idealisme yang masih tinggi dari para kader dakwah yang betul betul ingin menjaga hatinya dari segala fitnah yang bisa merusak keberkahan dakwah. Tentu ini adalah hal positif bagi dakwah kampus yang kita cintai ini. Tapi perlu kita evaluasi terkait apakah batasan yang terlalu rigit ini membuat komunikasi terhambat dan berakibat pada menurunnya produktifitas dakwah. Jika memang tidak berakibat negatif, tentu itu merupakan kabar baik, dan mungkin Anda bisa memberikan solusi yang baik untuk mengatasi kendala ini. Saya akan mencoba memaparkan pandangan saya terkait problematika ini dengan latar belakang saya di kampus “ikhwan” ITB. Ketika membaca buku men from mars and women from venus, saya mulai sedikit memahami karakter ikhwan dan akhwat dari segi psikologi. Saya mencoba melalukan beberapa pengamatan kepada teman-teman saya di ITB terkait fenomena ini. Rapat demi rapat, kepanitiaan demi kepantiaan hingga sekarang dalam badan pengurus harian GAMAIS, saya baru memahami bagaimana seorang pria berpikir tentang perempuan dan perempuan berpikir tentang pria. Untuk para pria, perlu Anda pahami bahwa perempuan relatif lebih peka dan sensitif ketimbang pria. Perempuan lebih tertata dalam menyusun agenda, maka sering kita lihat perempuan lebih rapih dalam segala hal. Karena mereka melakukan sesuatu dengan perencanaan, baik itu jangka pendek atau panjang. Perempuan yang bekerja biasanya lebih rajin ketimbang pria, ini mengapa kita mulai melihat para perempuan yang telah menjadi profesional atau pejabat, karena mereka rajin dalam menjalankan tugas. Satu hal yang perlu diingat oleh para pria adalah perempuan tidak suka di khianati dan perempuan itu butuh kepastian. Untuk para perempuan, perlu saya sampaikan bahwa pria memang cenderung egois dan self-oriented. Seorang pria lebih bisa menghabiskan waktunya sendirian ketimbang perempuan. Dan seorang pria ketika sudah masuk keduniannya akan sulit untuk diganggu. Sebutlah seorang pria yang sedang badmood dan ia memilih untuk sendiri untuk mengembalikan mood nya, maka ia akan sangat terganggu sekali jika ada yang menggangu, bahkan sebuah sms bisa membuat mood nya lebih parah. Sehingga seringkali ia mengabaikan panggilan yang ada. Saya menyebutnya, pria mempunyai gua sendiri yang dimana hanya ia yang memahaminya, dan seorang perempuan sepertinya harus menunggu pria ini keluar gua nya baru bisa memanggil pria ini. Pria relatif lebih ingin diperhatikan dan dipahami, karena sedikit ”sentuhan” saja bisa membuat seorang pria berpikir terbalik 180o. Oleh karena itu, seorang perempuan kiranya perlu memahani mengenai kebutuhan dasar pria ini untuk membentuk pola komunikasi yang baik. Pada kasus nyata, bisa kita ambil contoh dua buah kisah yang saya akan beri pandangan point of view yang harus diambil. Kisah pertama, sekelompok ikhwan dan akhwat yang berada dalam sebuah kepanitiaan. Dimana mereka biasa menjalankan rapat rutin untuk membahas segala sesuatu. Pada suatu ketika, ketua panitia dihadapi pada sebuah kondisi dimana butuh keputusan cepat, padahal saat itu waktu sudah menunjukan pukul 19.00, dan keputusan harus sudah ada malam itu juga. Sehingga ketua panitia ( ikhwan tentunya ), memutuskan untuk mengumpulkan seluruh panitia ikhwan untuk membahas masalah tersebut, dan terselesaikanlah masalah itu. Esok siangnya seluruh panitia rapat kembali ( ikhwan dan akhwat ), dan ketua panitia menceritakan kejadian malam hari itu, setelah mendengar cerita itu, pihak panitia akhwat



merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan kebijakan, akhwat merasa hanya sebagai pelaksana keputusan dan berbagai keluhan lain. *pada kasus ini akhwat merasa di khianati dalam arti tidak diberi kepercayaan untuk ikut berpikir bersama, atau merasa dilangkahi dalam mengambil keputusan. *pria ketika sudah mengerjakan sesuatu relatif keasikan sendiri sehingga lupa bahwa ada pihak akhwat yang perlu dilibatkan Kisah kedua, seorang ketua muslimah di sebuah lembaga dakwah mencoba meng-sms seorang ketua LDK di waktu pagi hari ( sekitar waktu tahajud ), akhwat ini mengetahui bahwa sangat tidak ahsan untuk meng-sms seorang ikhwan pada waktu tersebut, akan tetapi, karena sebuah masalah yang perlu dibahas segera, dengan segala pertimbangan dan kebulatan hati, ia memutuskan untuk meng-sms ketua LDK ini dan meminta diadakan rapat mendadak pagi itu untuk membahasa hal yang penting. Akan tetapi, dikarenakan ketua LDK ini sedang dilanda masalah pribadi yang membuat dirinya tidak ingin diganggu untuk sementara waktu, maka ia tidak membalas sms ketua muslimahnya. Mungkin dikarenakan, berbagai miscall yang dilontarkan oleh akhwat ini, ketua LDK ini akhirnya memutuskan untuk membalas sms akhwat ini dengan asalan saja dan seakan menggantungkan keputusan. Hingga akhirnya akhwat ini mengancam sesuatu sehingga ketua LDK itu memutuskan untuk mengadakan rapat di pagi harinya. Setelah menjalani rapat, akhwat ini meminta berbicara terhadap ketua LDK, dan mengungkapkan kekecewaannya kepada ketua LDK ini dan mengatakan bahwa ketidakpastian yang ketua LDK berikan membuat ia tidak tenang. *perempuan tidak suka ketidakpastian yang berlarut, butuh ketegasan sikap. Saya merekomendasi kepada para pria untuk sesegera mungkin membalas sms akhwat dengan baik untuk menghindari konflik seperti diatas. *pria yang sedang dilanda masalah tidak ingin diganggu, bahkan ketika kadar masalahnya cukup tinggi, ia tidak ingin diganggu oleh amanah dakwah, ia lebih memilih sendiri dan tidak bertemu dengan orang orang untuk sementara waktu Dengan memahami karakter masing-masing ini, saya berharap Anda dapat mencoba mulai mengaplikasikan hal untuk memahami kekurangan masing-masing. Bermula dari pemahaman ini, selanjutnya saya akan memaparkan bagaimana cara lain untuk membangun komunikasi yang baik dengan tetap menjaga batasan yang ada. Hijab saat rapat Beberapa kampus yang pernah saya kunjungi relatif punya cara tersendiri dalam mengaplikasikan hijab dalam sebuah rapat, ada yang membatasa pria dan perempuan dengan batas permanen seperti tembok, ada yang beda ruangan, ada yang dalam bentuk papan setinggi dua meter, atau ada yang cukup dengan jarak 2 meter antara ikhwan dan akhwat. Semua tergantung kebutuhan dan budaya di masing masing kampus. Bagaimana pun bentuk hijab nya , ada beberapa hal yang perlu dipenuhi, yakni : 1.



Jelasnya perkataan setiap anggota rapat



2.



Tidak membuat ikhwan dan akhwat terkesan rapat sendiri



3.



Pemimpin rapat bisa melihat semua peserta rapat ( ikhwan dan akhwat )



4.



Kondisi peserta harus tetap kondusif, jangan sampai karena terpisah oleh tembok, atau papan besar membuat peserta rapat tidur-tiduran karena tidak tampak oleh lawan jenis



5.



Ada medua penghubung informasi yang bisa dilihat oleh semua peserta, seperti papan tulis, agar tidak terjadi assymetric information



6.



Tidak menimbulkan kesan angker atau eksklusif terhadap orang selain kader yang melihat proses rapat



Proses komunikasi yang efesien Komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat perlu diefesienkan sedemikan rupa, agar tidak terjadi fitnah yang mungkin bisa terbentuk. Saya akan mengambil contoh sms seorang ikhwan ke akhwat, dalam dua versi dengan topik yang sama, yakni mencocokan waktu untuk rapat. Versi 1 Ikhwan : assalamu’alaikum ukhti, bagaimana kabarnya ? hasil UAS sudah ada ?  Akhwat : wa’alaikum salam akhie, alhamdulillah baik, berkat do’a akhie juga, hehehe, UAS belum nih, uhh, deg deg an nunggu nilainya, tetep mohon doanya yah !! Ikhwan : iya insya Allah didoakan, oh ya ukhti, kira kira kapa yah bisa rapat untuk bahas tentang acara ? Akhwat : hmhmhm... kapan yah ? akhie bisanya kapan, kalo aku mungkin besok siang dan sore bisa Ikhwan : okay, besok sore aja dech, ba’da ashar di koridor timur masjid, jarkomin akhwat yang lain yah Akhwat : siap komandan, semoga Allah selalu melindungi antum Ikhwan : sip sip, makasih yah ukhti, GANBATTE !! wassalamu’alaikum Akhwat : wa’alaikum salam



Versi 2 Ikhwan : assalamualaikum, ukh, besok sore bisa rapat acara ditempat biasa ? untuk bahas acara Akhwat : afwan, kebetulan ada quis, gimana kalo besok siang aja? Ikhwan : insya Allah boleh, kita rapat besok siang di koridor timur masjid, tolong jarkom akhwat, syukron, wassalamu’alaikum Dari dua contoh pesan singkat ini kita bisa melihat bagaimana pola komunikasi yang efektif dan tetap menjaga batasan syar’i. Pada versi 1 kita bisa melihat sebuah percapakan singkat via sms antara ikhwan dan akhwat yang bisa dikatakan sedikit “lebai” ( baca “ berlebihan ), sedangkan pada versi 2 adalah percakapan antara ikhwan dan akhwat yang to the point, tanpa basa basi. Sebenarnya bagaimana kita membuat batasan tergantung bagaimana kita membiasakannya di lembaga dakwah kita saja. Perlu adanya leader will untuk membangun budaya komunikasi yang efesien dan “secukupnya”. Dalam hal percakapan langsung, seorang ikhwan dan akhwat sangat diharapkan untuk menjauhi percapakan berdua saja, walau itu di tempat umum. Saya menyarankan agar salah satu ikhwan atau akhwat meminta muhrimnya (sesama jenis kelamin) untuk menemaninya. Dengan itu diharapkan pembicaraan menjadi terjaga dan meminimalkan kesempatan untuk khilaf. Dengan melakukan pembicaraan yang secukupnya ini sebetulnya dapat lebih membuat pekerjaan menjadi lebih cepat dan efektif. Karena setiap pembicaraan yang dilakukan tidak ada yang sia sia, semua membahas tentang agenda dakwah yang dilakukan. Selain itu perlu kiranya kita mengurangi waktu ikhwan dengan akhwat untuk bekerja bersama pada waktu dan tempat yang sama. Sebutlah untuk pekerjaan mengepak sembako untuk baksos, saya merekomendasikan agar kegiatan dilakukan terpisah. Jangan ikhwan dan akhwat sama sama melakukan sebuah aktifitas,



contohnya lagi ikhwan dan akhwat bersama sama menimbang gula, ikhwan memasuki gula ke plastik dan akhwat menimbang dan mengikat plastik. Saya merekomendasikan agar hal seperti ini tidak terjadi, karena proses ini memungkinkan adanya kesempatan untuk khilaf. Kita tidak akan pernah mengetahui isi dari pikiran dan hati seseorang. Oleh karena itu diperlukan regulasi yang tepat untuk menjaga kader dari hal hal yang bisa merusak keberkahan dakwah. Untuk kasus kerja bersama baksos, bisa saja menjadi ikhwan mengerjakan di bagian pengepakkan beras dan gula, akhwat mengerjakan pengepakkan susu dan minyak. Regulasi tidak tertulis Adanya regulasi tidak tertulis, atau mungkin tertulis jika cocok dengan budaya di LDK masing-masing, akan tetapi saya merekomendasikan kepada Anda agar regulasi terkait hubungan ikhwan dan akhwat bersifat tidak tertulis saja. Regulasi ini adalah ketentuan yang “memaksa” para kader untuk mengikutinya, dan bentuk sangksi yang diberikan berupa sangksi moral saja. bentuk regulasi ini seperti etika ketika rapat yang bisa dimaktubkan dalam mekanisme rapat, di GAMAIS kami membuat beberapa ketentuan rapat, yakni terkait posisi dan waktu rapat yang diperbolehkan, seperti hijab dengan jarak 2-3 meter antara ikhwan dan akhwat, rapat antara ikhwan dan akhwat tidak boleh dilakukan setelah maghrib, dan sebagainya. Regulasi lain terkait, pembatasan hubungan ikhwan akhwat melalui pertemuan tatap muka, sms, maupun telepon diatas pukul 21.00 hingga subuh, kecuali dalam keadaan darurat, dan lain-lain. Bentuk dan penerapan regulasi ini perlu disesuaikan dengan kondisi kader di Lembaga dakwah. Saya memang sedikit moderat terkait hal ini, sehubungan dengan jumlah kader baru yang semakin membludak¸sehingga butuh waktu untuk pemahaman, akan tetapi bagi kader inti akan ada ketentuan khusus. Pemanfaatan media terbuka bersama Media bersama yang dimaksud seperti mailing list (milist), papan komunikasi (pakom), yahoo!conference, dan lainnya. Media ini bersifat terbuka dan bisa digunakan dan di akses bersama, sehingga pembicaraan yang dilakukan akan seputar pada inti permasalahan. Sebutlah pembicaraan pemimpin ikhwan dan akhwat seputar IP Kader, dengan media terbuka bersama ini akan membuat mereka akan membahasa hanya tentang IP kader dan solusinya. Akan tetapi jika pembicaraan tanpa media pembatasnya, maka bisa jadi pembicaraan antara dua pemimpin ini menjadi curhat masalah IP mereka masing-masing. Penyesuaian dengan iklim Lembaga Dakwah Dari semua kebijakan dan tata etika komunikasi ikhwan dan akhwat ini perlu adanya wiseness dari pihak pemimpin untuk menyesuaikan dengan kondisi masa kampus dan kader di Lembaga Dakwah. Jangan sampai komunikasi yang dilakukan antara ikhwan dan akhwat justru membuat objek dakwah menjadi takut untuk bergabung bersama kita, dan justru me-demarketisasi lembaga dakwah kita. Kebijakan yang diterapkan di GAMAIS memang moderat, dan tidak terlalu rigit terkait hal ini. Pertimbangan yang dilakukan



mengingat GAMAIS sedang membangun pendekatan dan kepercayaan secara masif kepada objek dakwah. Hal ini memang sedikit menuntut kami menjadi moderat akan beberapa hal yang bisa di tolerir. Seperti rapat yang tanpa hijab fisik, lalu ikhwan dan akhwat jika bertemu tidak selamanya harus saling membelakangi, cukup tidak bertatapan, dan lain lain. Memang ini menjadi tantangan tersendiri untuk memastikan kemoderatan ini tidak berdampak pada rusaknya keberkahan dakwah, akan tetapi kami berhasil membangun image bahwa GAMAIS tidak angker dan eksklusif.



Membuat sistem kaderisasi LDK kami berencana untuk membuat sistem kaderisasi yang komprehensif dari tingkat satu hingga lulus, bagaimana cara membuatnya dan apa saja yang perlu diperhatikan ? Berbicara tentang bagaimana sistem kaderisasi kita akan bericara tentang algoritma berpikirnya. Karena memang sistem kaderisasi sebetulnya akan baik jika pelaksananya memahami apa yang dilakukan dan mengetahui keluaran dari sistem yang akan dibangun. Adanya sebuah sistem kaderisasi yang komprehensif dan bertahap adalah bagian dari usaha kita untuk membentuk kader yang berkompeten secara terus menerus. Karena disadari atau tidak kebutuhan akan kader yang berkompeten seperti tidak bisa dibendung lagi. Kita akan berpikir bagaimana agar seorang yang bergabung dengan dakwah dengan alasan ingin belajar agama dan saat itu belum bisa mengaji dan dengan mengikuti alur kaderisasi yang dibuat ia akan menjadi seorang da’i yang produktif serta militan. Anda tidak bisa mengandalkan input yang baik saja untuk mendapatkan kader yang berkompeten, sudah saatnya, lembaga dakwah yang membentuk kader yang berkompeten tersebut. Seseorang yang telah memasuki alur kaderisasi yang ada berarti seorang yang telah siap untuk mengikuti pembinaan berkelanjutan untuk pengembangan potensi dirinya. Sebagai seorang pengkader kita perlu memahami bagaimana peran kaderisasi dalam skematik dakwah kita, saya akan gambarkan dalam gambar tahapan dakwah dibawah ini,



Peran syiar



Peran



Pada skematik ini ini kita bisa melihat dari 4 tahap dakwah, kaderisasi memegang peran ¾ bagian dari keseluruhan tahapan yang ada. Pada tahap perkenalan untuk rekruitment kader peran syiar sangat berpengaruh, akan tetapi pada tahap selanjutnya, kaderisasi lah yang akan berperan. Makanya, banyak yang sering menyebut lembaga dakwah adalah lembaga kaderisasi. Memang karena pada dasarnya dakwah yang dilakukan adalah untuk membina objek dakwah agar dapat menjadi kader yang kuat dan amanah. Selanjutnya dalam berpikir bagaimana untuk membuat sistem kaderisasi kita akan selalu bermula dari output yang diharapkan atau dalam bahasa kaderisasi adalah karakter dan kompetensi apa yang akan ada pada kader setelah mengikuti alur kaderisasi ini. Prof. Zuhal dalam bukunya menceritakan tentang konsep berpikir bermula dari akhir dan berakhir dari awal. Saya pikir konsep ini bisa kita aplikasikan dengan baik untuk membuat sistem kaderisasi. Bermula dari akhir, pada tahapan awal membuat sistem kaderisasi kita perlu menentukan profil ( karakter dan kompetensi ) kader lembaga dakwah kita. Sebutlah untuk kebutuhan kader dakwah kampus, kita membutuhkan kader yang Qur’ani, Intelek, Profesional, Inklusif, Dinamis, dan Sehat. Maka 6 profil ini akan selalu menjadi pegangan kita dalam berpikir tentang alur dan materi yang akan dibuat. Selanjutnya kita menentukan berapa lama proses kaderisasi ini akan dijalankan. Pada umumnya masa kuliah adalah 4 tahun (untuk yang kampus dengan masa studi bukan 4 tahun bisa disesuaikan), maka kita menentukan bahwa lama jenjang kaderisasi ini adalah 4 tahun , terhitung dari pertama kali masuk hingga lulus.



I



II



II



IV



Setelah mengetahui lama alur ini, kita perlu melihat kembali, jenjang karir lembaga yang akan ada, sebutlah : a.



Maganger



b.



Staff



c.



Kepala Departemen / Kepala Sektor



d.



Kepala Lembaga Dakwah



Dengan empat jenjang karir ini, kita bisa melihat bagaimana nanti kader akan menjadi apa di tahun keberapa. Diperlukan juga penentuan kapan seseorang akan memimpin sebuah lembaga, barulah kita bisa menentukan yang lainnya. Contoh : a.



Kepala lembaga ( semester 6 dan 7 )



b.



Kepala departemen ( semester 4 dan 5 )



c.



Staff ( semester 2-3 )



d.



Maganger ( semester 1 )



Ini merupakan contoh hirarki angkatan dalam kepemimpinan lembaga dakwah, dengan efektifitas 3 angkatan untuk menjalankan roda dakwah. Dengan penentuan ini makan kita juga bisa menentukan jenjang kader yang akan dibuat. Jenjang kader dibutuhkan untuk memudahkan pengelompokkan pembinaan yang akan dilakukan, sehingga terbentuk cluster pembinaan pada setiap jenjang ini. Perlu diingat bahwa adanya penjenjangan ini bukan untuk membedakan, tapi agar adanya keseimbangan antara pemahaman dengan beban tanggung jawab yang akan dibangun. Berdasarkan apalah seorang kader menaiki jenjang, sejauh pengamatan saya ada beberapa tipe kenaikan jenjang, yakni ; a.



Penjenjangan berbasis tahun, jadi setiap kader akan menaiki jenjang tertentu seiring kenaikan tingkat dalam akademis



b.



Penjenjangan berbasis diklat, dimana seorang kader dapat menaiki jenjang tertentu setelah mengikuti diklat tertentu



c.



Penjenjangan berbasis profil, setiap kader bisa menaiki jenjang tertentu ketika sudah memenuhi profil tertentu. 



Sebutlah, dari sisi profil Qur’aniyah, dengan jenjang kader 4 tahap, pada tahap satu ia harus hafal 1/3 juz Al Qur’an, pada tahap 2 ia harus hafal 2/3 juz Al Qur’an dan seterusnya.



Jenjang pengkaderan ini lalu disesuaikan dengan jenjang karir dalam lembaga dakwah. Dengan adanya sinkronisasi antara jenjang kader dengan jenjang karir dakwah, maka kita akan memiliki kader yang betul betul telah memenuhi kriteria untuk sebuah tanggung jawab tertentu., contoh :



Sebagai tambahan, perlu adanya penamaan pada setiap jenjangnya. Contohnya :



Setelah kita menentukan alur yang akan digunakan, selanjutnya kita akan menentukan materi apa yang diberikan pada setiap jenjangnya. Dalam menentukan materi ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Barulah pada bagian selanjutnya kita berpikir berakhir dari awal. 1.



Kondisi eksisting kader



2.



Kebutuhan dasar kader



3.



Output yang diharapkan



4.



Kondisi akademik di kampus



5.



Tantangan dan kebutuhan kedepan



Materi yang ditentutkan juga perlu menyesuaikan profil yang akan dibentuk dan paradigma bahwa kita adalah seorang yang mengikuti alur ini. Anda harus bisa berasumsi bahwa Anda adalah seorang kader yang mengikuti alur, sehingga apa yang kita susun bukan berdasarkan apa yang kita butuhkan, tapi apa yang kader butuhkan. Materi pun perlu ditentukan tingkatan prioritasnya, mana yang harus disampaikan, mana yang bisa tidak disampaikan, mana yang disampaikan pada kondisi tertentu atau pada kader tertentu saja. Materi yang diberikan diharapkan dapat meliputi beberapa hal, antara lain : 1.



Aspek diniyah ( fiqih, akhlak, sirah, dll )



2.



Aspek Qur’aniyah ( tahsin, tahfidz, tafsir )



3.



Aspek pengembangan potensi diri ( leadership, negoisasi, komunikasi , pribadi visioner)



4.



Motivasi diri



5.



Akademik ( tutorial, persiapan pasca kampus )



6.



Pemahaman dakwah kampus



7.



Softskill ( menyetir, memasak, multimedia )



Ketujuh poin ini sebisa mungkin diberikan secara seimbang, sehingga kader memiliki banyak input bagi dirinya dan memberikan kesempatan bagi kader untuk terus mengembangkan diri. Dengan adanya keseimbangan ini kader juga akan memiliki pengetahuan yang komprehensif. Sehingga dapat menjadi modal penting bagi dirinya untuk menjalankan beban tanggung jawab dakwah dengan baik. Terkait penentuan materi, saya merekomendasikan untuk dicari dari berbagai buku referensi dan permintaan dari kader sendiri. Penentuan metode menjadi tahap selanjutnya dalam penyusunan sistem kaderisasi. Metode adalah sebuah cara atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan materi tertentu. Bisa jadi satu metode untuk beberapa materi, atau satu materi membutuhkan beberapa metode untuk disampaikan, dengan sebuah landasan, yakni ketersampaian materi secara tepat kepada kader. Penentuan metode ini perlu diperhatikan,karena sering saya melihat penyampaian metode yang monoton ( sebutlah dengan ceramah saja ) membuat kader jenuh, dan justru penyampaian materi menjadi kurang tepat. Beberapa contoh metode yang bisa dilakukan antara lain : Mentoring, Seminar, Focus group discussion, Penugasan, Membaca buku, Rihlah (jalan jalan), Membuat tulisan, Outbound, Kemah, Olahraga, Talkshow, Mimbar bebas, Menemui tokoh / seorang yang punya ilmu , Bakti sosial, dan Kaderisasi aktif Sebagai seorang pengkader diperlukan adanya mix and match antara materi dan metode, perlu dipastikan bahwa setiap materi mempunyai pasangan metode yang tepat. Pengembangan metode biasanya bisa sangat bervariatif, untuk satu contoh metode talkshow, bisa dengan satu pembicara, dua pembicara, debat antar pembicara, kupas tuntas hingga puas, atau diskusi. Imajinasi dan kreatifitas dari pengelola kaderisasi perlu ditingkatkan. Ada baiknya menurut saya seorang pelaksana kaderisasi untuk mengikuti pola pembinaan atau pengembangan diri dari lembaga selain lembaga dakwah yang di ikutinya. Karena variasi metode sekarang semakin berkembang pesat. Tahap akhir dari penyusunan sistem kaderisasi adalah mengoverlay atau mengsinkronsiasikan antara alur, jenjang, materi dan metode yang telah ada dalam skema atau alur yang bisa dipahami dengan mudah. Adanya skematik ini diharapkan dapat mempermudah pemahaman dari pelaksana maupun kader yang menjalani pola ini. Dengan adanya sistem yang komprehensif dan bertahap ini diharapkan lembaga dakwah bisa produktif membentuk kader dakwah yang nantinya akan menjadi aset sangat berharga untuk perbaikan dakwah di kampus Anda.



Syuro ( rapat ) Efektif Saya jenuh dengan kondisi rapat di kampus saya, tidak tepat waktu, bertele-tele, dan tidak jelas. Bagaimana caranya agar rapat yang dilakukan dapat efektif ? Rapat merupakan sebuah bentuk focus groups discussion yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam sebuah komunitas untuk membahas suatu kondisi atau masalah. Pada konteks lembaga dakwah mahasiswa, rapat seringkali menjadi momok yang melekat pada diri seorang kader. Istilah ahli syuro atau manusia syuro melekat pada beberapa orang yang gemar melakukan rapat. Pertanyaan yang muncul adalah, apakah rapat yang kita lakukan sudah efektif untuk menghasilkan sebuah keputusan. Pada kenyataannya saya sering melihat bahwa rapat yang dilakukan sangat jauh di nilai efektifitas yang disampaikan Allah pada surat Al Ashr. Problematika kecil seperti rapat tidak dimulai dan diakhiri tepat waktu, agenda yang tidak jelas, pembahasan berkepanjangan, ketidaktercapaian tujuan rapat, atau bahkan alokasi waktu rapat yang kurang tepat. Sebagai seorang kader dakwah seharusnya kita bisa mencontohkan bagaimana rapat yang efesien dan efektif. Tentu kita ingin menjalani rapat yang cepat dan menghasilkan keputusan yang tepat. untuk sebuah keinginan ini, perlu ada beberapa pra-syarat yang dimiliki oleh para anggota tim sebelum melakukan rapat, yakni : 1.



2.



3.



Adanya penghormatan terhadap waktu. penghormatan terhadap waktu ini bertujuan agar kita dapat lebih bisa mengatur budaya waktu yang mungkin sudah terlalu rusak di Indonesia. akan tetapi seorang yang bisa memberikan dedikasinya terhadap waktu adalah seorang yang sangat menghargai dirinya. lebih dari itu, bentuk kita menghormati waktu adalah bagian dari kita menghormati orang lain. kita perlu sadari bahwa setiap orang mempunyai aktifitas lain. sehingga bagi bangsa yang berbudaya, manajemen waktu yang baik adalah sebuah pra syarat. Fokus pada apa yang dikerjakan, rapat seringkali menjadi tidak efektif karena peserta rapat tidak fokus penuh pada pembahasan yang dilakukan. Ketidakfokusan ini membuat ide ide tidak mengalir dan pembahasa terhambat. Bahkan terkadang pemimpin rapat terkesan berbicara sendiri, karena para peserta rapat hanya mencatat atau mengerjakan yang lain. Mempersiapkan bahan rapat dengan baik. Pembahasan rapat yang baik perlu di dukung oleh data data yang terkini dan bisa dipertanggungjawabkan. Seorang peserta rapat diharapkan dapat menyiapkan bahan rapat atau usulan yang ada untuk membuat pembahasan lebih komprehensif dan efesien. Ketidaklengkapan data pendukung dalam sebuah rapat membuat rapat jadi berbasis dugaan bukan pada kondisi nyata di lapangan.



Ketiga poin diatas adalah pra-syarat yang dibutuhkan bagi kita anggota rapat agar dapat membentuk rapat yang baik. Selanjutnya, bagaimana tips untuk membangun rapat yang “hidup” dan efektif. Seperti yang telah kita pahami bersama bahwa rapat adalah media penting dalam penyusunan strategi organisasi. Efektifnya rapat juga akan mencerminkan seberapa efektif kita dalam menjalankan tugas di lapangan. a.



b.



Pemberitahuan rapat sejak awal. Pada kondisi tidak mendadak, biasanya rapat sudah terencana sebelumnya. Ada baiknya bila pemimpin rapat memberitahu sejak dini kapan rapat akan diadakan dan dimana tempatnya. Pemberitahuan ini diharapkan dapat memberikan waktu untuk berpikir para anggota rapat terkait ide yang bisa diberikan di rapat, serta mengalokasikan waktunya untuk hadir dan berpikir di rapat ini, sehingga peserta rapat dapat lengkap. Waktu pasti rapat. Dalam kondisi sesama kader yang sibuk, kita perlu sekiranya mematok waktu rapat secara tegas, sebutlah untuk lima pembahasan kita memerlukan waktu 60 menit, maka saat memberi info jadwal rapat, kita akan memberitahu waktu yang dialokasikan adalah satu jam saja. Dengan adanya waktu yang tepat, akan membangun budaya menghargai waktu diantara peserta rapat.



c.



d.



e.



f.



g.



h.



i.



j.



Pemberitahuan agenda pembahasan. Agar pembahasan yang dilakukan dapat menghasilkan keputusan yang tepat, maka sebaiknya agenda apat diberitahukan bersamaan dengan pemberitahuan jadwal rapat. Agenda rapat tidak sekedar pembahasan umum seperti “rapat panitia ramadhan, atau rapat departemen media”, akan tetapi dengan pemberitahuan spesifik seperti “agenda rapat : sinkronisasi timeline antardepartemen, distribusi dan alokasi dana untuk 3 bulan kedepan, atau penentuan penerima beasiswa organisasi. Ini merupakan contoh yang bisa digunakan, sehingga peserta rapat akan berpikir untuk mengeluarkan idenya sebelum rapat, hal ini membuat pembahasan menjadi cepat dan efektif. Memulai rapat tepat waktu. Terkadang sebagai pemimpin rapat kita segan memulai rapat ketika anggota masih sedikit, disini perlu adanya leader will untuk mengubah kebiasaan yang ada, dengan memulai rapat tepat waktu berapa pun anggota yang telah ada. Dengan adanya kebisaan ini , lambat laun akan adanya willingness dari peserta rapat untuk selalu datang rapat tepat waktu. Memanfaatkan media rapat secara efektif. Media rapat penunjang minimal adalah papan tulis dan spidol yang memungkinkan peserta rapat mengikuti pembahasan secara tepat. Jika memungkinkan penggunaan media pendukung seperti laptop dan infokus untuk memudahkan penampilan data pendukung untuk bahan penunjang rapat. Bentuk media pada dasarnya bisa apa saja yang terpenting dapat memenuhi kebutuhan. Hanya satu notulensi saja. Pada sebuah rapat ada baiknya hanya satu orang saja yang ditugaskan sebagai pencatat, agar peserta lain dapat fokus pada pembahasan. Jika memungkinkan, rapat direkam saja dalam MP3, sehingga tidak ada satupun peserta rapat yang tidak fokus. Penggunaan perangkat penunjang seperti laptop bisa digunakan agar setelah rapat selesai seluruh peserta rapat meng-copy –data hasil notulensi rapat. Dinamisasi rapat. Seorang pemimpin rapat diharapkan dapat mendinamisasi rapat dengan memberikan kesempatan –jika perlu dipancing- peserta rapat agar bisa mengungkapkan pemikirannya. Secara umum pola pembahasan bisa seperti berikut : i. Penyampaian masalah / agenda pembahasan ii. Pemaparan singkat data pendukung iii. Brainstorming analisis iv. Brainstorming solusi v. Memilih alternatif solusi vi. Kesimpulan Ketegasan dari pemimpin rapat. Pada dasarnya tidak ada keputusan yang terbaik, akan tetapi yakinlah bahwa keputusan yang diambil melalui sebuah musyawarah adalah hasil yang dinilai Allah sebagai sebuah kebaikan, manusia ditugaskan untuk berpikir dan bertindak, sedangkan Allah menentukan hasilnya. Sebagai seorang pemimpin rapat diperlukan adanya ketegasan dan kebijakan untuk menentukan sebuah keputusan, ketegasan ini juga akan berdampak secara psikologis terhadap jalannya sebuah keputusan di lapangan pasca-rapat. Kesimpulan dan pembagian tugas. Setelah semua pembahasan selesai, seorang pemimpin rapat atau notulen diharapkan mengulang semua hasil pembahasan dan pembagian tugas yang perlu dilakukan setelah rapat ini. Dengan adanya penjelasan ulang dan jobdesk yang jelas, aplikasi dari rapat dapat berjalan dengan baik. Serba aneka pendukung. Sebagai sebuah organisasi dakwah maka tentu ada faktor non-teknis yang diperlukan untuk mendukung rapat yang dilakukan. Dalam sebuah agenda dakwah maka keberkahan dari Allah adalah orientasi kita, dan selalu terisinya nilai samawi dalam diri menjadi sebuah kekuatan tersendiri bagi kita dalam menjalankan aktifitas dakwah. Untuk satu hal ini saya akan memberi porsi khusus, yakni :



i. Adanya ketentuan untuk melakukan beberapa aktifitas ibadah pendukung sebelum rapat, seperti himbauan untuk tilawah beberapa halam sebelum rapat, atau kewajiban untuk Qiyamulail sebelum rapat. ii. Rapat diisi oleh tausiyah singkat ( tidak lebih dari 15 % alokasi waktu rapat-untuk efektifitas ) yang diharapkan dapat menjadi motivasi dan pengisi ruhiyah peserta rapat. iii. Rapat dimulai dengan tilawah atau tasmi untuk memberikan penyegaran diri di awal rapat, dan rapat diakhir dengan do’a agar apa yang telah dibahas dan yang akan dilaksanakan mendapat kemudahan dari Allah



Menjadi Mentor Idaman Bagaimana agar saya bisa menjadi mentor yang baik ? apa saja yang harus saya persiapkan dan harus saya pahami ? Mentor adalah salah satu bentuk kaderisasi dua arah yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan da’iyah seorang kader. Pada saat seseorang menyampaikan materi, secara tidak langsung ia juga belajar untuk memahami kembali materi yang ada. Orang bijak pernah berkata, ketika Anda bisa mengajarkan sesuatu kepada orang lain, maka Anda berarti telah memahami sesuatu. Saya sangat sepakat dengan statement ini, dimana seseorang yang menjadi mentor tentu akan menyiapkan dirinya dengan baik. Proses kaderisasi dua arah ini sangat diharapkan dapat dilakukan oleh semua kader, bagaimana seorang kader dakwah bisa melakukan aktifitas tarbiyah dan dakwah secara bersamaan. Oleh karenanya dibutuhkan pelatihan dan kesempatan untuk mempraktikan menjadi mentor sejak dini dan berkelanjutan. Dalam beberapa kesempatan saya memberikan materi pada diklat mentor pada beberapa kampus atau SMU, saya menemukan masalah yang kerap ditemukan oleh para mentor pemula. Permasalahan ini seputar, ketidakpahaman materi, kemampuan komunikasi yang terbatas, kepercayaan diri, serta kekhawatiran tidak bisa menjadi mentor yang amanah. Dan, yang membuat saya bingung adalah, kenapa semua alasan ini sering dijadikan sebuah alasan untuk tidak mau menjadi mentor. Penundaan kesiapan ini justru membuatnya tidak menjadi mentor untuk selamanya karena tidak urung memulai. Pada dasarnya alasan diatas bisa diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Ketidakpahaman akan materi bisa disolusikan dengan membaca buku referensi yang tepat, saya sangat kagum pada buku Satria Hadi Lubis yang banyak berbicara tentang menjadi mentor yang baik. Selain buku panduan menjadi mentor, buku buku pemahaman diniyah dan wawasan umum perlu juga kita baca. Permasalahan komunikasi bisa diselesaikan dengan latihan berbicara dari lingkup yang kecil, mungkin dimulai dari didepan satu orang saja, lalu didepan 5 orang, dan seterusnya hingga ada keyakinan pada diri untuk berbicara, atau mungkin berbicara di depan cermin dapat menjadi media untuk latihan tambahan. Ketidakercayaan diri juga saat ini bisa dibantu dengan mencoba berpikir positif serta memandang kelebihan diri sebagai sebuah keunggulan. Selain itu berlatih menjadi mentor dengan membina dari yang lebih muda bisa menjadi media latihan yang baik. Sebutlah Anda seorang mahasiswa tingkat 2, maka bisa menggunakan siswa SMU sebagai latihan untuk memberikan materi mentoring. Untuk kekhawatiran bahwa Anda tidak bisa amanah akan apa yang disampaikan, Anda bisa mentekadkan dalam diri bahwa setelah Anda menyampaikan sesuatu, maka Anda akan langsung menjalankannya. Bisa saya coba memahami bahwa sebab mengapa ada kader yang punya permasalahan diatas adalah dikarenakania tidak cukup memiliki bekal yang layak untuk menjadi mentor, selain bekal secara ilmu, bekal secara pengalaman atau jam terbang menjadi kebutuhan tersendiri. Berbagai teori tentang mentor ideal mungkin sudah banyak bisa kita dapati, akan tetapi ternyata untuk mengaplikasinya secara penuh merupakan tantangan tersendiri, karena setiap orang punya personal capacity yang berbeda dan kondisi setiap anggota kelompok juga berbeda. Sehingga trik di lapangan akan lebih bermanfaat ketimbang pemahaman materi saja. Pada kasus ini saya akan menyampaikan beberapa tips saja untuk menjadi seorang mentor yang memahami posisinya, saya tidak akan berbicara materi apa yang tepat atau bagaimana berkomunikasi, akan tetapi jika Anda memahami peran Anda sangat penting sebagai mentor ini, harapan saya Anda bisa termotivasi untuk menjadi mentor yang terus belajar menjadi lebih baik. Dalam ekskalasi tahapan pembinaan, kita mengenal beberapa tahapan, yakni ;



Peran mentoring dalam tahapan ini ada pada tahap ke-dua, dimana proses pembentukan kader. Mentoring berperan dalam menguatkan kader yang sudah baik, dan membentuk kader baru menjadi seorang kader yang militan dan produktif. Supplai kader ini akan menentukan keberhasilan pada tahapan selanjutnya. Saya pernah menganalogikan mentoring sebagai tulang punggung dakwah yang selalu mencetak darah (baca:kader) baru setiap tahunnya. Jika dipresentasekan, maka kurang lebih komposisinya dalam hal keberhasilan dakwah adalah Fase perkenalan



: 30 %



Fase pembentukan



: 30 %



Fase penataan



: 20 %



Fase eksekusi



: 20 %



Besarnya komposisi ini menggambarkan bahwa peran sentral mentor dalam mengelola mentoring merupakan peran besar yang sangat strategis dalam pembangunan dakwah kampus kita. Oleh sebab itu, pengelolaan mentoring serta pemahaman mentor yang baik adalah sebuah kebutuhan untuk menguatkan basis ekspansi lembaga maupun kader. Kader yang kuat akan mampu merencanakan dan menjalankan sistem yang kuat, dan sistem yang kuat juga akan menghasilkan kader yang kuat pula. Berikut akan saya paparkan sedikit mengenai tips untuk menjadi mentor yang baik untuk peserta mentoringnya. Memiliki Ruhiyah yang stabil Kekuatan ruhiyah atau saya sering menyebut kekuatan langit yang Allah berikan untuk kadernya yang memiliki kedekatakan kepada-Nya. Kekuatan ruhiyah lah yang menunjan seorang kader untuk selalu bertahan dalam dakwah, ia memiliki keyakinan dan keikhlasan bahwa setiap aktifitas yang dilakukan adalah dengan tujuan mendapatkan ridho Allah semata. Sehingga segala tantangan yang dihadapi dapat ia maknai sebagai sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas keimanan atau sebuah teguran atas kelalaian yang mungki terjadi. Kekuatan ruhiyah dalam konteks mentoring berdampak pada kemampuan diri untuk menyampaikan materi dan diresapi oleh peserta mentoring, dengan kekuatan ini pula, Allah akan membalas cinta kita dengan membukakan hati hati dan pikiran kita dan binaan kita untuk menerima apa yang kita sampaikan. Saya pernah menemukan seorang mentor yang memiliki kelemahan dalam hal berkomunikasi, akan tetapi ia memiliki keunggulan ruhiyah yang baik untuk menunjang amanahnya sebagai seorang mentor, sehingga Allah memudahkan kelompoknya dengan membukakan hati binaannya yang saat itu masih jauh dari Allah dan saat ini menjadi seorang kader yang sangat produktif. Kekuatan ini memberikan ketenangan dan emosi yang menyatukan hati Anda dengan binaan dalam rajut tali menali Kecintaan kepada Allah semata. Mengenal Pribadi Binaan Mengenal dengan baik binaan atau peserta mentoring adalah hal yang perlu dilakukan untuk menguasai medan kelompok, mengenal secara pribadi binaan sejak awal dengan harapan dapat segera “in” dengan binaan dan terbentuk kepercayaan diantara mentor dan binaan. Kepercayaan ini adalah modal yang penting bagi seorang mentor dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu, perlu kiranya seorang mentor



mengetahui apa saja yang perlu dipahami olehnya untuk dapat memberikan empatinya dengan baik kepada binaannya. Karakter, mengetahui bagaimana karakter umum dari binaan, Anda bisa menggunakan buku panduan personality plus untuk mengidentifikasikan karakter binaan. Apakah ia seorang korelis, melankolis, plegmatis, dan sangunis. Dengan mengetahui bagaimana karakternya Anda akan lebih mudah untuk memahami binaan. Kultur, setiap orang punya kultur yang berbeda-beda, seorang dari Aceh, medan, tentu berbeda dengan seorang dari Jawa atau papua. Setiap kultur ini punya kekhasan masing-masing. Gunakan perbedaan kultur yang ada sebagai kesempatan untuk lebih dekat, dan gunakan kesaam kultur dengan binaan sebagai pendekatan untuk menyampaikan materi. Latar belakang, masa lalu atau latar keluarga yang berbeda akan berpengaruh terhadap pola pikirnya. Seorang kader yang berasal dari keluarga yang bercukupan tentu akan punya taste dan preference yang khas. Seorang kader yang mungkin punya masa lalu yang suram tentu akan berpikir beda dengan seorang kader yang berasal dari keluarga ulama. Anda sebagai mentor diharapkan dapat mengetahui latar belakang binaan dan dapat mengemas materi sesuai dengan pola pikir binaan. Visi Personal, setiap manusia mempunyai keinginan, dan masa depan masing-masing. Anda sebagai mentor sangat dituntut untuk mengetahui apa yang akan jadi keinginannya di masa datang, sehingga Anda dapat membimbingnya untuk menuju masa depannya yang baik. Kompetensi, maksud kompetensi disini adalah kemampuan pribadi binaan, apakah itu kompetensi agama, kompetensi akademik, kompetensi seni, kompetensi olahraga, kompetensi softskill, atau kompetensi lainnya. Jadikan kompetensi ini sebagai sebuah kelebihan binaan dan gunakan kesempatan ini sebagai upaya untuk pendekatan materi. Seorang mahasiswa IT bisa didekati dengan contoh contoh istilah programming yang cocok dengan materi. Atau mahasiswa kedokteran yang bisa menggunakan pendekatan bedah mayat sebagai upaya untuk lebih melihat keagungan Allah. Mengetahui peran Anda Brother/sister, Seorang kakak / saudara , seorang mentor akan berfungsi sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta mentoring dalam hal diskusi dan menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi, oleh karena itu seorang mentor perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh hati para peserta mentoring sehingga terjadi keterbukaan, dan terbentuk nuansa kekeluargaan dalam kelompok mentoring tersebut. Coach, Sosok pelatih, pelatih adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara melakukan sesuatu, mencontohkan, mengawasi peserta latihan melakukan sesuatu, memotivasi ketika gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi agar peserta dapat melakukan suatu hal. Untuk itu diperlukan karakter pengkader yang ulung bagi seorang mentor. Karena ialah yang akan senantiasa berinteraksi dengan para peserta mentoring untuk dibutuhkan pula kemampuan merangkul dan mempengaruhi dari seorang mentor. Pathfinder, Petunjuk jalan, seorang mentor diharapkan dapat sebagai pembimbing bagi para peserta mentoring untuk menapaki masa depannya. Dalam hal ini seorang mentor perlu memahami potensi dari peserta mentoring dan memberinya alternatif pilihan terkait masa depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah program studi, seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan gambaran yang jelas mengenai pilihan yang ada, dan memberikan rekomendasi kepada peserta mentoring. Oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat memiliki karakter pemimpin yang bisa mengarahkan peserta mentoring. Headhunter, Penyiapan dan Pembentuk Mentor baru, kebutuhan dakwah kampus akan mentor atau mentor senantiasa bertambah, oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat membentuk karakter peserta mentoring untuk dapat menjadi mentor di masa yang akan datang.



Variasi Metode Metode penyampaian materi divariasikan sebanyak mungkin, jika memungkinkan cara penyampaian berbeda setiap pekannya. Minimal siapkan 4 variasi metode, sehingga setiap variasi ditemui setiap bulan. Sebutlah, pertemuan olahraga bersama, bedah buku, kunjungan ke ustadz/tokoh, rihlah, memasak bersama, skill pendukung untuk bekeluarga (membetulkan mobil, membetulkan listrik, menjahit, dan lain-lain), makan bareng, simulasi dan lain lain. Variasi ini bertujuan untuk menghindari kejenuhan binaan. Penyampaian materi pun juga disesuaikan dengan kebutuhan agar binaan siap untuk menerimanya.



Refernsi bagaimana menyentuh hati ; abbas asyisi buku terbitan ustadz satria hadi lubis



Syiar : berbicara dari hati Kondisi di kampus kami semakin heterogen, membuat LDK sulit untuk melakukan agenda syiar, bagaimana caranya agar kami dapat menjalankan syiar yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan objek dakwah ? Ketika mendapatkan pertanyaan ini, saya seketika teringat oleh Saudara saya Adrian Fetriska, mantan Ketua LDK FKI Rabbani UNAND. Saya teringat akan presentasi beliau tentang syiar dengan hati, oleh karena itu untuk pertanyaan ini, izinkan saya untuk menjawab dengan pedoman slide presentasi adrian tentang syiar. Telinga dapat disentuh dengan mulut, mata dapat disentuh dengan mata, kulit bisa disentuh dengan kulit. Tetapi karena kita berbicara tentang dakwah, yang bersinggungan dengan hati atau perasaan objek dakwah, maka hati lah yang bermain, dan hati hanya dapat disentuh dengan hati. “Memahami apa yang dirasakan dan diharapkan orang lain membutuhkan hati yang selalu hidup, karena hanya hati yang bisa membaca hati.” Syiar merupakan suatu usaha atau suatu proses penyampaian pesan-pesan tertentu atau perkataan atau perbuatan yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan untuk menyeru dan mendorong agar orang lain memenuhi ajakan atau seruan tersebut. Pesan pesan disini dimaksudkan adalah pesan yang telah disedikan oleh Allah dalam Al Qur’an dan di dukung oleh perkataan Rasul. Sebenarnya kita sangat beruntung sebagai aktifis dakwah Islam, dimana isi atau konten dakwah sudah ada dan cara untuk melakukan serta koridornya juga sudah jelas. Tinggal bagaimana kita menyesuaikan saja dengan kondisi objek dakwah. Salah satu keunggulan Rasulullah dalam berdakwah adalah kelembutan hatinya. Dalam sebuah kisah, Rasul selalu rajin menyuapi seorang yahudi tua yang tidak bisa melihat ( baca:buta ) setiap pagi, padahal yahudi tua ini selalu menghina Rasul. Mencerca agama Islam. Akan tetapi rasul tetap saja menyuapinya tanpa pernah terlewat seharipun. Ketika Rasul meninggal, Sahabat Abu bakar berinisiatif untuk menggantikan peran beliau dalam menyuapi seorang yahudi tua ini. Orang tua yahudi



: kamu, siapa ? orang biasa yang menyuapi ku sangat lembut dan menenangkan



Abu bakar



: (terdiam)



Orang tua yahudi Abu bakar



: kamu siapa ? kemana orang yang biasa menyuapi ku ? : saya abu bakar, orang yang terbiasa menyuapi mu telah meninggal, Muhammad Rasulullah Telah tiada



Orang tua yahudi



: (menangis)



Setelah kejadian ini orang tua tersebut akhirnya menyatakan diri masuk Islam. Ini merupaka sebagian dari contoh kebaikan hati Rasul terhadap umatnya bahkan seorang yang membenci dirinya. Dan ( lagi-lagi ) kekuatan hatilah yang mengubah seseorang, membukakan hati seseorang dan menjadi kunci sukses dakwah. Dalam konteks dakwah kampus, peran kader sebagai individu dalam menyampaikan risalah dakwah berperan signifikan. Keteledanan, budi pekerti, dan tutur kata yang baik adalah profil yang diharapkan ada dalam setiap kader. Sebagai lembaga dakwah, perlu juga menampilkan sisi Islam yang Ar Rahman dan Ar Rahiim, sisi Islam yang sangat disenangi oleh semua orang. Penampilan sisi ini bisa ditampilkan secara visual dalam bentuk media publikasi, nama dan tema kegiatan, serta materi yang disampaikan. Selain itu, mengajak secara personal oleh kader kepada objek dakwah juga merupakan bentuk berbicara dengan hati. Jangan terlalu sering memanfaatkan media “benda mati” seperti leaflet, poster atau baligo untuk mengajak. Karena pada dasarnya “mereka” tidak bisa berbicara. Optimalkan setiap potensi kader untuk mengajak dan berbicara dengan hatinya setiap penggalan risalah Islam yang mulia ini.



Adrian fetriska dalam presentasinya menyampaikan tips bagaimana syiar dengan hati ini dijalankan. Beliau menamakannya ADRIAN THEORY. Akan tetapi saya akan menjabarkan menurut intrepertasi saya yang berlandaskan pengalaman saya selama di dakwah kampus. A



Amati objek dakwah. Mengamati dan memahami karakter objek dakwah serta apa yang dibutuhkannya. Setiap medan dakwah mempunyai kekhasan tersendiri dan keunikan tersendiri.



D



Dekati dengan pendekatan Objek. Objek dakwah punya keinginan dan harapan tertentu terhadap kader. Pada dasaranya mereka hanya butuh disapa dan didekati. Banyak keinginan dari objek dakwah terhadap kita, akan tetapi terkadang kita justru tertutup dan tidak mendekat dengan alasan “tidak nyambung”. Dalam dakwah, terkadang kita perlu sedikit “berkorban perasaan” dengan mengikuti “gaya” objek dakwah yang masih dalam batas syariah. Seperti mahasiswa yang mungkin terbiasa menggunakan celana jeans, dengan menanggalkan celana bahan yang menjadi identitas aktifis dakwah dan mengganti dengan celana jeans untuk kita bisa diterima oleh objek dakwah.



R



Respon kebutuhannya. Cepat tanggap terhadap apa yang dibutuhkan oleh objek dakwah, sebagai contoh, pada bulan ramadhan, massa kampus biasanya butuh jadwal imsakiyah, ta’jil berbuka, informasi tentang puasa, dan kesempatan untuk beramal lebih. Lembaga dakwah sekiranya cepat merespon kebutuhan ini untuk mendapat hati para mahasiswa.



I



Inisiatif secepatnya. Jangan terlalu lama dalam perencanaan. Segera cepat tanggap dan laksanakan respon yang ada. Jangan sampai keterlambatan respon ini membuat objek dakwah tidak bersemangat lagi atau berpindah haluan, sehingga hilang kesempatan kita untuk menyentuh mereka.



A



Anda gunakan bahasa mereka. Bahasa disini, selain bahasa lingual juga terkait bahasa tubuh, dan materi yang disampaikan. Secara lingual, kita bisa menggunakan bahasa keseharian objek dakwah, apakah itu “aku” dan “kamu” atau “gw” dan “loe” atau “saya” dan “anda”. Tidak perlulah kita terobsesi dengan bahasa arab akan tetapi kita menjadi “makhluk planet” yang hanya menggunakan bahasa yang hanya diantara kita yang mengerti, seperti “ana” dan “antum” atau “afwan” dan “tafadhol”. Secara materi, maksudnya sampaikan sesuatu yang dianggap sesuai dengan kepahaman objek dakwah saat itu. Sebutlah untuk materi “mengenal Allah”, pada tahap awal bisa kita menyampaikan hal yang sederhana tapi tepat, seperti “asmaul husna” atau “tanda-tanda Allah di Alam”. Penyampaian materi yang tepat akan memudahkan objek dakwah memahami apa yang kita maksud.



N



Ndak bacilemak peak. Dalam bahasa minang berarti tidak berantakan atau terstuktur. Adanya perencanaan yang matang, analisis objek yang baik, serta proses yang di monitor dengan rapi dan evaluasi untuk perbaikan kedepannya. Selain itu, tidak berantakan ini juga terkait pengemasan kita. Terkadang kita terlalu menganggap enteng hal yang sederhana, sehingga penyampaian acara seakan “seadanya” dan “dipaksakan”.



Referensi



: slide powerpoint : berbicara dari hati. Adrian Fetriska



Menghilangkan Kesan Eksklusif Bagaimana caranya agar menghilangkan eksklusifitas antara kader dakwah dengan objek dakwah. Hal ini sangat menghambat keberterimaan dakwah di massa kampus ? Eksklusif atau terbatas bagi sebagian orang saja. Coba Anda berpikir terlebih dahulu mengapa hal ini bisa terjadi, mengapa eksklusifitas ini menjadi sebuah trademark tersendiri bagi aktifis dakwah. Berbagai pendapat sering terdengar seperti kuper, tidak gaul, sok suci, kaku, tidak bisa menerima perbedaan, tidak mau bergabung dengan kita-kita, dan sebagainya. Pertama kali tiba di kampus saya sangat merasakan kekentalan dalam hal ini. Apakah memang kader dakwah harus terasing untuk mendapat kemenangan Allah ?. Saya berpikir, sebetulnya kader dakwah yang menjauh dari massa atau memang massa menolak kader dakwah. Pengamatan saya berlanjut sekitar beberapa pekan hingga mendapatkan sebuah kesimpulan bahwa memang kader dakwah lah yang menjauh dari massa. Entah bagaimana sebab nya, kader lebih senang menyendiri dengan Qur’an ketimbang diskusi perkuliahan dengan teman-teman satu lab, kader lebih senang “kabur” dengan cepat setelah kuliah selesai untuk ke masjid ketimbang bersapa dan berbasa-basi ria dengan teman satu kelas, kader lebih senang makan sendirian atau makan dengan sesama kader ketimbang makan bersama teman-teman satu himpunan program studi. Kenyataan pahit ini harus kita terima dengan sebuah pernyataan bahwa kader belum siap berbaur dengan massa. Daya imunitas yang lemah ini justru membuat kader semakin tampak aneh dan tidak diterima. Ketidakterimaan ini membuat tidak adany kepercayaan massa terhadap kader yang membuat apapun agenda dakwah yang dilakukan tidak akan direspon positif oleh massa. Mengapa hal ini bisa terjad?, memang dalam materi mentoring tidak ada materi khusus terkait bagaimana menjadi kader yang inklusif. Untuk menjadi kader yang inklusif kita perlu belajar di sekolah dunia, alias belajar secara mandiri. Kemampuan adaptasi dari seorang menentukan kemampuan seorang untuk berkembang dimasa yang akan datang. Saat ini kemampuan adaptasi dan bisa diterima atau bahkan memimpin di setiap kelompok masyarakat menjadi sebuah advantage yang akan menjadi poin plus bagi pihak personalia dalam menerima seorang pegawai. Kita tidak akan berbicara tentang pekerjaan, kita akan sedikit berdiskusi tentang sejauh mana kita mengenal massa kita. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan yang bisa Anda jawab sendiri dan silahkan intropeksi setiap poin pertanyaan untuk kebaikan keberterimaan dakwah di Kampus Anda. 1. 2. 3.



Apakah anda mengetahui tempat makan siang teman-teman satu kelas Apakah anda mengetahui gosip atau isu yang beredar diantara teman satu program studi Apakah anda mengetahui siapa saja teman satu lab anda yang akan menjadi dosen, pengusaha, politikus, atau pegawai setelah lulus ? 4. Apakah anda pernah mengikuti kebiasaan teman satu kelas dalam menghabiskan akhir pekan ? 5. Apakah anda pernah belajar kelompok atau mengerjakan tugas bersama dan anda diminta oleh mereka sebagai pemimpin kelompok dengan pertimbangan kompetensi dan kepercayaan, bukan sebagai “tumbal” belaka ? 6. Pernahkan anda memenangi pooling sebagai “terbaik”, “suami idaman”, “terpercaya”, “terasik”, atau “terfavorit” dalam pooling sederhana di kelas? 7. Apakah anda pernah diminta memimpin do’a atau imam sholat saat sedang acara syukuran ? 8. Seberapa sering teman anda yang paling tidak dekat dengan anda bercerita dan berkonsultasi masalah pribadinya kepada anda ? 9. Seberapa banyak teman anda yang bertanya masalah agama ke anda ? 10. Sejauh mana anda dibutuhkan di kelas ? ketika anda sakit berapa banyak teman sekelas anda yang meng-sms, atau menelpon, atau menjenguk anda ?



11. Seberapa banyak teman satu program studi anda yang mengetahui tempat kost anda ? 12. Apakah ketika ada acara ulang tahun atau jalan-jalan bareng satu kelas anda diajak secara khusus oleh teman anda ? Pertanyaan ini bukan sebuah justifikasi buat Anda, akan tetapi 12 pertanyaan sederhana ini bisa menggambarkan sejauh mana kita diterima oleh teman-teman satu kelas atau satu program studi yang notabene nya adalah objek dakwah terdekat kita. saya berpendapat bahwa hilangnya eksklusifitas dari kader kita akan berdampak pada penilaian publik akan kadar eksklusifitas lembaga dakwah. Sehingga pendekatan mengurangi eksklusifitas ini akan saya paparkan dengan menangani permasalahan eksklusifitas kader. Berpikir positif tentang objek dakwah Yakinlah bahwa semua teman kita juga sebetulnya juga sangat mencintai Islam, akan tetapi mengapa mereka belum menjalankan dengan baik dikarenakan alasa mereka belum memahaminya, dan itu merupakan tugas kita untuk memberikan pemahaman kepada mereka untuk belajar tentang Islam. Seburuk apapun teman anda bersikap tentang dakwah, jangan jadikan itu sebagai alasan untuk membencinya, siapa tau ia berkata seperti itu karena ia memang “melihat” islam yang seperti itu, bantulah ia untuk mampu melebarkan pandangannya untuk melihat sisi yang lebh luas dari Islam. Anda jangan berpikir bahwa pikiran saja tidak akan berdampak pada dakwah, anda bisa saja memanipulasi perkataan, akan tetapi Anda tidak akan bisa membohongi raut muka Anda didepan objek dakwah. Pemikiran underestimate Anda kepada objek dakwah akan membuatnya dapat menilai Anda sebaliknya, ia akan merasa bahwa ia telah diremehka, dan ini berdampak negatif untuk dakwah kita. kurangi mendengar info yang kurang sedap tentang teman Anda agar Anda terus merasa tidak berpikir salah tentang seseorang. Sebutlah Anda secara tidak sengaja mendengar salah satu teman Anda terlibat dalam kehidupan malam dan obat terlarang, secara tidak disadari pandangan Anda terhadapnya akan berubah seketika dan justru kontraproduktif bagi usaha kita untuk mendekatinya. Hindari merasa nyaman dalam lingkungan dakwah saya harus mengakui diri saya merasa sangat terjaga jika bersama dengan sesama kader, pesan berisikan nasehat terus berdatangan, saling mengingatkan untuk ibadah menjadi sebuah kebiasaan, pembicaraan yang ada pun seputar umat dan dakwah, tidak ada pembicaraan yang menggunjing dan rekreasi yang dilakukan sangat jauh dari hura-hura dan membuang uang. Tetapi saya merasa jika saya nyaman dan terus lebih banyak berdiam dan bersosialisasi dengan teman teman yang homogen saya menjadi seorang yang tidak berguna saja, kebermanfaatan yang bisa saya berikan sangat sedikit, dan membuat diri semakin jauh dan tidak bisa memahami objek dakwah. Coba Anda memproporsikan kehidupan di lingkungan kader dan di lingkungan objek dakwah secara relevan, sebutlah dengan perbandingan 70% di lingkungan objek dakwah seperti di kantin, di lab, di studio, di himpunan mahasiswa, di perpustakaan atau di lapangan olahraga dan sisa waktu yang 30% digunakan untuk men-charge ulang energi di lingkungan kader yang biasanya di masjid kampus. Kita tidak boleh menganalogikan lingkungan nyaman ini sebagai sebuah bunker, akan tetapi jadilah pom bensin, dimana selama Anda masih punya energi untuk beraktifitas, Anda tidak perlu kembali. Optimalkan diri di lingkungan bersama teman-teman satu kelas. Daya imunitas ini perlu ditingkatkan dengan vaksinasi “kepercayaan diri” dan “anti kenyamanan” sehingga kader tidak lagi steril. Kerentanan terhadap gesekan luar ini perlu dilatih sejak tingkat awal, karena untuk hal ini tidak ada materi khusus, kemampuan Anda sebagai pribadi, kemampuan individu sebagai seorang da’i diuji. Berbaur tapi tidak melebur Mencoba memahami objek dakwah dengan mengikuti kebiasaannya yang masih dalam batas syariah. Dengan ini Anda tidak lagi dianggap “aneh”. Pernah ada definisi apa itu orang gila atau orang aneh, yaitu orang dimana ia berbeda sama sekali dengan orang pada umunya di suatu kelompok. Sebutlah di suatu pesta Anda



hanya mengenakan celana pendek dan kaos, maka Anda akan dianggap orang aneh, atau jika Anda orang baik diantara para pencuri, maka Anda lah yang akan dianggap gila. Pada kondisi ini pilihan kita hanya dua, yakni menyesuaikan atau tinggalkan kelompok ini. Dalam dakwah kampus tentu pilihan pertama coba kita ambil dengan harapan dapat membimbing pelan-pelan teman-teman ke arah yang lebih baik. Bentuk menyesuaikan ini bisa dari hal pakaian, jika pada umumnya seorang kader pria “gemar” berpakaian celana bahan dengan kemeja serta jaket hitam yang menimbulkan kesan “tua” atau “ustadz”, maka cobalah sedikit dimodifikasi agar lebih “nyambung” dengan teman-teman satu kelas, yakni paduan jeans dengan kaos berhem, atau kemeja dengan vest agar tampak lebih “metro” atau sepatu yang lebih casual. Kesan yang ditimbulkan adalah “santai”, atau “rapih”. Untuk perempuan, perlu meninggalkan kesan “angker” dari pakaian yang digunakan yang pada umumnya kader perempuan gemar bergamis, atau setelan pakaian yang gelap. Cobalah di sesuaiakan, apakah dengan padanan warna jilbab dan pakaian yang lebih cerah atau bermotif, sehingga timbul kesan “anggun”. Selanjutnya dari sisi kebiasaan, alangkah baiknya jika kita bisa menghabiskan waktu makan dan belajar bersama teman-teman satu program studi, disana kita juga akan mulai “nyambung” jika teman-teman berbicara mengenai hal-hal yang mungkin untuk kita “tidak penting”, akan tetapi keberadaan kita disana bisa berpera sebagai da’i antara lain untuk mengingatkan agar bertutur kata baik atau mengingatkan saat shalat. Kebiasaan lain seperti jalan-jalan bersama dengan teman-teman untuk sesekali olahraga bersama, atau ke pusat perbelanjaan bisa sesekali kita ikuti, tujuannya adalah untuk menimbulkan kesan bahwa kita “benci dunia” yang membuat objek dakwah menilai kader juga manusia yang butuh kesenangan sesekali, bukan sosok malaikat. Akan tetapi dari segala berbauran ini kita perlu tetap menjaga karakteristik kita. karakteristik dari segi pemikiran dan perkataan. Menurut hemat saya yang menjadi identitas dari kader bukanlah simbol atau penampilan fisik, akan tetapi pemikiran dan perkataannya yang bermanfaat dan berbobot. Disinilah kita bisa menanampkan kesan “bijak” dan “toleran” bagi kader dakwah kita di kampus.



Senioritas Dalam Tubuh Dakwah Di kampus kami, terjadi permasalahan senioritas dalam organisasi, dimana dominansi kakak tingkat berlebihan, dan seakan menganggap kami hanya mesin yang bisa disuruh, bagaimana mengatasi masalah ini ? PER M ASAL A HAN SE PE R T I I NI AD ALAH M AS AL A H I NDI V I DU AL YAN G M E NUR UT PE NG AM A TA N S AY A J A RA NG TE R J ADI DI SE BU AH LEM B AG A D AK WA H. A KA N TE TA PI , S AY A BE R PI KI R, SI AP A TAU M AS ALA H I NI M E MA NG TER J ADI AK AN TET API TI DAK BA NYAK Y ANG M A U M E NG U NG K AP KA NNY A. PER M ASAL AH AN I NI TI M BU L DE NG A N BER B GAI SE B AB, A NT AR A LAI N KETI D AKPE RC AYAA N T ER HA DAP A DI K TI N G K AT AT AU S E NS E OF BE L ONG I NG Y AN G BER LE BI HA N. KE TI K A MA SAL AH I NI TI DAK DI SE LE SAI K AN DE NG AN SEG AR A M A KA A KN A M E NJ ADI SE BU AH T R A DI SI DI DAL AM TU BU H LE M BA G A D AK WA H TE R SE B U T, I NI M E NG A KI B AT KAN KE BE R KA HAN DA L AM DA KW A H TE R ANC AM , K AR EN A PER S AU DAR AA N DI ANT AR A KADE R R ET AK. PER LU KI R A NY A SE BU AH KO M U NI KA SI DU A AR AH U NT U K M E NYE LE SAI KAN M A SAL AH I NI , A GAR SE MU A PI H AK DAPA T TE R FAI LI T ASI KE BU TU H AN NYA. U N TU K M E NJ A W AB PE R TA NY AAN I NI , SAM A SE PER TI SAY A KE TI KA M E NJ AW AB PER TA NYAA N I NI DALAM SE BU A H DI SK USI , S A YA M E N GG U NAK AN RE FE RE NSI DA RI KA KAK TI NG KAT SA YA, S AL AH S AT U K ADER YA NG TE L AH M E N G AJ A RK AN KE P ADA S AY A APA I TU M AK NA “EM P ATI ”, AG U S R E N DY WI J AYA, BE LI A U ADA LAH KE P ADA DEP AR TEM E N H U M AN R ES OU RCE AND LE AR NI NG DE V EL OPM E N T, DE PAR TE M E N PER T AM A Y A NG S A YA M ASU KI DI GAM AI S. BE RI K UT M E RU P AKAN KU TI P AN DARI T U LI S AN BE LI AU YA NG BER J U D UL KE SO M BO NG A N DA N SE NI O R I TAS B U KA N SI F AT DA' I . SESUNGGUHNYA YANG BERIKRAR ROBB KAMI ADALAH ALLAH, KEMUDIAN BERISTIQOMAH, NISCAYA PARA MALAIKAT TURUN (MEMBAWA BERITA), JANGAN KALIAN MERASA TAKUT DAN SEDIH, BERGEMBIRALAH DENGAN SYURGA YANG DIJANJIKAN. KAMI ADALAH PELINDUNG KALIAN DALAM KEHIDUPAN DUNIA DAN DI AKHIRAT KELAK, DI SANA BAGI KALIAN APA YANG DIINGINKAN DAN YANG DIMINTA. YANG DITURUNKAN DARI YANG MAHA PENGAMPUN DAN MAHA PENYAYANG. SIAPAKAH YANG LEBIH BAIK PERKATAANNYA DARI ORANG YANG BERDAKWAH KE JALAN ALLAH DAN BERAMAL SALIH SERTA BERKATA SESUNGGUHNYA AKU TERMASUK ORANG-ORANG MUSLIM (QS Fushilat:30-33) SAUDARAKU, semoga Allah senantiasa memberkahi persaudaraan kita. Penghargaan Allah terhadap kita tersebut bukan untuk dibanggakan, lalu merasa tinggi hati, apalagi ujub – na’udzubillah min dzalik- terhadap diri dan menyombongkan diri dengan meremehkan orang lain. semua itu perbuatan terlarang, bahkan tidak pantas rasanya seorang yang diberikan kemuliaan sebagai da’i melakukan sikap dan perbuatan itu. Lebih dari pada itu –ikhwani- sikap dan perilaku sombong, serta merasa tinggi hati mengakibatkan kerusakan struktur hubungan antara sesama. Bayangkan! Jika manusia saling merendahkan dan meremehkan yang satu dengan yang lainnya. Tidak saling hormat, tidak ada kewibawaan, tidak ada TRUST (saling TSIQOH), tidak ada etika, tidak menghormati tatasusila, apa jadinya kehidupan ini jika itu yang terjadi?. Apa gerangan yang membuat seseorang menjadi sombong, merasa tinggi, merasa lebih hebat dari orang lain ? Ilmu yang dimilikinya ? Tidak ada yang harus dibanggakan dari ilmu yang kita miliki. Ilmu itu pada hakekatnya milik Allah, Dia mengajarkan kepada kita sedikit dari ilmuNya, maka justru ilmu itulah yang seharusnya memberikan rasa takut kepada Allah :



SESUNGGUHNYA YANG PALING TAKUT KEPADA ALLOH DARI HAMBA-NYA HANYALAH ULAMA Atau seseorang bangga dan merasa tinggi hati karena amal-amal dan aktifitas ibadahnya yang begitu banyaknya ? Bukankah seharusnya semakin tinggi keimanan seseorang dan ketakwaannya, semakin ia merendahkan hatinya, baik ke hadirat Allah swt, maupun kepada manusia ( ADZILLATIN ‘ALAL MU’MININ A’IZZATIN ‘ALAL KAFIRIN ), rendah hati di hadapan orang beriman dan tegas di hadapan orang kafir. Nabi Muhammad saw saja sebagai khoiru khalqillah (sebaik-baik makhluk Allah) dan orang yang paling takwa dari umatnya, masih dipesankan Allah swt dalam firmanNya: RENDAHKANLAH HATIMU KEPADA PENGIKUTMU ORANG-ORANG MUKMININ (QS asy-Syu’ara: 215). Bahkan merasa lebih banyak amalnya, lebih tinggi kedudukannya di dalam gerakan dakwah karena merasa lebih dulu aktif dan lebih senior, akan membuat dirinya lebih hina dan lebih buruk dalam pandangan Allah swt. Simaklah pesan-pesan teladan kita Nabi Muhammad saw: JIKA KAMU MENDENGAR SESEORANG BERKATA “SEMUA ORANG RUSAK”, MAKA DIALAH ORANG YANG PALING RUSAK (HR Muslim). CUKUPLAH KEBURUKAN SESEORANG, KARENA IA MENGHINA SAUDARANYA SESAMA MUSLIM (HR Muslim). Nabi Muhammad saw juga mengingatkan dalam sebuah hadits: “Seorang yang berbangga dengan keturunannya, sungguh ia menjadi arang api neraka, atau lebih rendah dari hewan yang bermain-main di kotoran sampah” (HR Abu Daud dan Tirmizi, beliau meng-HASAN-kan hadits ini). SAUDARAKU, semoga Allah senantiasa menjaga dalam ketaatan kepada Allah. Salah satu fikroh dakwah kita adalah “SALAFIYAH” yang menuntut kita untuk meneladani pendahulu pendahulu kita yang shaleh dalam sifat rendah hati mereka. Tidak ada yang merasa lebih hebat betapapun tinggi ilmu yang mereka miliki. Mereka tidak merasa lebih senior betapapun mereka lebih dahulu berbuat dan aktifitas jihad mereka lebih banyak. Kepemimpinan Nabi Muhammad saw memberikan keteladanan kepada umatnya dalam sikap tawadhu’, sebagaimana berita yang diriwayatkan Anas bin Malik, ia berkata: “MESKIPUN (KITA TAHU) BAHWA PARA SHAHABAT ADALAH ORANG YANG PALING CINTA KEPADA RASULULLAH, NAMUN MEREKA TIDAK PERNAH BERDIRI MENYAMBUT KEDATANGAN RASULULLAH SAW, KARENA MEREKA TAHU BAHWA HAL ITU TIDAK DISENANGI NABI SAW” (HR Tirmizi, hadits hasan). Siapa yang tidak mengenal Abdur-Rahman bin Auf yang sangat disegani di kalangan kaumnya. Namun kepiawaian dan kesenioran beliau tidak membuat dirinya tinggi hati sampai kepada pelayannya sekalipun, hal itu dikisahkan oleh shahabat Abu Darda’: “…..ABDUR-RAHMAN BIN AUF SULIT DIBEDAKAN DENGAN PELAYANNYA, KARENA TIDAK NAMPAK PERBEDAAN MEREKA DALAM BENTUK LAHIRIYAHNYA”. Duduk sama rendah berdiri sama tinggi, kira-kira peribahasa itulah yang digunakan. Demikian pula kehebatan Imam Hasan Basri dalam ilmu agama tidak memperdayakan dirinya menjadi seorang yang ‘sok’ atau merasa lebih hebat di hadapan teman-temannya. Suatu saat Hasan Basri berjalan dengan beberapa orang, orang-orang itu berjalan pada posisi di belakang Hasan Basri, maka Hasan Basripun mencegah mereka (melakukan itu), seraya berkata: “TIDAK BENAR HAL INI DILAKUKAN SETIAP HAMBA ALLAH ?”. Sosok Tabi’in seperti Abu Sofyan ats-Tsauri ternyata juga benar-benar teruji sifat tawadhunya. Saat beliau berkunjung ke Ramallah (di Palestina), Ibrahim bin Adham mengutus seseorang kepada Sofyan untuk meminta agar ia datang bersinggah ke rumahnya, seraya berkata: “WAHAI SOFYAN KEMARILAH UNTUK BERBINCANG-



BINCANG”.SAYA INGIN MENGUJI KE-TAWADHU’-ANNYA”. Sofyan pun mendatangi Adham. Ketika Adham ditegur seseorang “Mengapa kamu berbuat demikian”. Adham menjawab “ Demikian pula jabatan dan kedudukan tidak layak dijadikan alasan untuk berbangga diri apalagi mengusungkan dada “akulah orang besar”. Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa Umar bin Abdul Aziz ra kedatangan seorang tamu saat ia sedang menulis, saat lampu padam karena terjatuh, sang tamupun berkata: Biarkan aku ambil lampu itu untuk aku perbaiki ! Umar Sang Khalifah berkata: Tidak mulia seseorang yang menjadikan tamunya sebagai pelayan. Tamu itu berkata lagi: “Atau saya minta bantuan anak-anak”. Umar Amirul Mukminin berkata: Mereka baru saja tidur (jangan ganggu mereka)”. Kemudian Sang Khalifah pun beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil lampu itu dan memperbaikinya sendiri. Tamu itu terheran-heran seraya berseru: “Wahai Amiril Mukminin, engkau melakukannya itu sendiri ? Amiril Mukminin berkata: “Saat saya pergi saya adalah Umar, saat saya kembalipun saya adalah Umar, tidak kurang sedikitpun dari saya sebagai Umar. Sebaik-baik manusia adalah yang tawadhu di sisi Allah swt”. Subhanallah saudaraku, orang-orang yang berhimpun dalam MAHABBAH dan KERIDHOAN Allah sejatinya mengenyahkan sifat sombong, ‘sok’, senioritas apalagi figuritas. Hiasilah diri Antum dengan tawadhu’, rendah hati, selalu merasa memerlukan tambahan ilmu, pengalaman dan merasa saling butuh dengan sesama ikhwah lainnya. DAN JANGANLAH KAMU BERJALAN DI MUKA BUMI INI DENGAN SOMBONG, KARENA SESUNGGUHNYA KAMU SEKALI-KALI TIDAK DAPAT MENEMBUS BUMI DAN SEKALI-KALI KAMU TIDAK AKAN SAMPAI SETINGGI GUNUNG. SEMUA ITU KEJAHATANNYA AMAT DIBENCI DI SISI TUHANMU (QS al-Isra: 37-38). Potongan tulisan diatas merupakan sebuah tausyiah yang bisa berguna untuk kita semua dalam menjalankan amanah dakwah yang diemban. Tidak ada yang lebih baik antara kita dan adik tingkat atau kakak tingkat Anda. Jadikan sesama kader adalah partner dalam berdakwah, jadilah seorang kapten tim ketimbang menjadi diktator. Bukalah ruang menyampaikan aspirasi dan berikan kepercayaan dan kesempatan agar adik-adik kita bisa berkembang. Dakwah yang kita bangun bukanlah membentuk figuritas yang berlebihan, dakwah ini akan terus berjalan, oleh karena itu kita perlu menyiapkan penerus dengan segera. Referensi : kesombongan dan senioritas bukan sifat da’i, Agus Rendy Wijaya



Variasi Agenda Syiar Ramadhan Ramadhan merupakan momen yang dimana mahasiswa lebih ingin belajar tentang Islam dan dekat dengan Allah. Bagaimana agenda Ramadhan yang bisa diterapkan untuk memanfaatkan momen berharga ini ? Bulan penuh keberkahan , bulan dimana setan dan iblis dibelenggu di neraka dan pintu kebaikan di buka lebar oleh Allah. Bulan dimana pahal dilipatgandakan, bulan yang sangat indah bahkan untuk yang tidak berpuasa sekalipun. Di Indonesia nuansa Ramadhan sangat terasa sekali, televisi menyesuaikan acaranya, radio dipenuhi ceramah dan lantunan Qur’an, para selebritis mengenakan pakaian yang menutup aurat, hingga restoran yang ditutup di waktu siang. Momen yang mahal dan membuat semua orang lebih dekat dengan Allah, Shalat lebih rajin, tilawah mulai dijalankan, Shalat malam mulai dilatih dan sense berIslam yang meningkat secara umum. Ini merupakan momen yang harus disiapkan secara matang oleh LDK, karena momen berharga ini bisa sebagai ladang amal bagi kita. Sebelum saya memberikan beberapa usulan agenda, saya ingin mengingatkan satu hal, yakni, komposisikan agenda ramadhan dengan baik agar seluruh civitas akademik dapat tersentuh sedangkan panitia tidak merasa kering karena waktu ibadahnya berkurang. Yakinlah, setiap amal dakwah yang Anda lakukan akan Allah nilai lebih dengan keikhlasan yang Anda miliki. Dalam pembahasan variasi agenda ramadhan ini, saya akan membagi menjadi tiga poin utama, yakni, propaganda, acara dan pelayanan. Propaganda Propaganda yang dilakukan adalah terkait seruan untuk meningkatkan ibadah dan berbuat amal. Menggunakan kalimat atau rangkaian kata yang halus dan mengajak menjadi kunci dalam propaganda ini. Bentuk proganda dengan tulisan yang di goreskan dalam poster, umbul-umbul atau leaflet, seperti untuk shalat malam sebelum sahur, tilawah setiap hari, bersedekah, tebar senyum dan kebaikan, ajakan shalat sunnah dhuha,jangan menyontek saat ujian dan lain-lain. Ajakan ini disebarluaskan secara merata di seluruh penjuru agar terasa suasana ramadhannya. Selain itu pemanfaatan media buletin untuk menyampaikan pesan terkait ramadhan, seperti keutaamaan ramadhan, tips berpuasa, hal-hal yang perlu diketahui terkait puasa, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama berpuasa, makanan sehat untuk sahur dan berbuka bagi mahasiswa, cara meningkatkan konsentrasi belajar saat berpuasa, membuat ramadhan jadi bermakna dan lainnya. Agenda propaganda lain, seperti hari khusus baju koko dan jilbab, setiap hari jumat, kita mencoba mengganungkan propaganda dengan bahasa yang sangat diterima,dan membuat saudara kita menjadi terbiasa untuk menjalani ajakan ini, dalam hal ini menggunakan baju koko bagi pria dan jilbab bagi perempuan. Bentuk lain dari propanda adalah dengan stiker yang bisa dipasang di berbagai tempat untuk mempublikasikan ramadhan di kampus, atau mungkin dengan jadwal imsakiyah versi LDK. Propaganda saat ramadhan diusahakan merata di seluruh kampus, media yang digunakan bisa sangat bervariasi, akan tetapi pesan yang ingin disampaikan jelas dan menggugah untuk dijalankan.



Acara Ta’lim + ifthar bareng Buka puasa bareng dalam berbagai skala selalu menjadi acara wajib saat puasa. Kita bisa mengemas acara ta’lim ini secara rutin dan memiliki kurikulum. Sebisa mungkin agenda ta’lim dengan berbagai tema diadakan setiap hari. Dengan harapan seorang dapat belajar kapanpun ia menginginkan. Buka bareng se-kampus Agenda unggulan GAMAIS ITB saat ramadhan, agenda yang bisa menyerap hingga ribuan mahasiswa dalam buka puasa bareng. Disini LDK berperan dalam memberikan kesempatan untuk seluruh mahasiswa dari berbaga program studi untuk gathering di sebuah titik sembari berbuka puasa. Agenda ini bisa diisi dengan tausiyah dan pergelaran seni yang membuat mahasiswa tidak jenuh. Sahur on the road Agenda ini biasanya bisa menarik massa kampus untuk bergabung sebagai subjek pelaksana. Acaranya sangat sederhana, kita mengumpulkan dana untuk membelikan sejumlah nasi bungkus. Lalu sekitar dini hari, menggunakan kendaraan pribadi secara massal kita membagikan makanan sahur ini untuk masyarakat yang tinggal di jalan. Acara ditutup dengan sahur bareng di sebuah tempat tertentu. Lomba kreatifitas Lomba pada umumnya, tapi bisa dengan jenis perlombaan yang unik seperti fotografi, videografi, grafiti, instalasi, puisi, karya tulis, kaligrafi, dan lain-lain. I’tikaf Pada sepuluh hari menjalang akhir bulan ramadhan , keutamaan i’tikaf sangat dianjurkan oleh Rasul. Kita bisa memfasilitasi i’tikaf di masjid kampus, sehingga mahasiswa bisa beribadah dan kuliah dengan seimbang, Muhasabah Muhasabah bersama, sebutlah dengan tema “kampus berzikir”, sebagai varian pengganti ta’lim dan buka bareng. Charity Kesempatan untuk beramal terbuka, LDK bisa memfasilitasi dalam bentuk penggalangan bantuan kepada massa kampus dengan donasi keliling. Sumbangan bisa diberikan kepada yang membutuhkan, atau bisa jadi mengadakan buka bareng anak yatim, biasanya massa kampus senang kegiatan yang berhubungan dengan anak-anak. Atau mengadakan penggalangan dana dalam bentuk pargelaran musik tradisional. Pelayanan Tilawah spot Biasanya seorang akan enggan jika melakukan sesuatu sendirian, apalagi jika ia pertama kali melakukannya. Salah satunya adalah tilawah. Dengan menyediakan spot khusus di beberapa titik kampus untuk tilawah seorang akan bisa belajar dan mengaji bersama orang-orang yang juga mengaji. Ini juga merupakan bentuk propaganda untuk mengaji Qur’an secara rutin. Pembagian ta’jil



Hal yang ditunggu seoarng ketika berpuasa, kita bisa membagikan ta’jil gratis setiap hari atau menjual dengan harga murah kepada massa kampus yang masih beraktifitas di kampus, apakah ia sedang olahraga, mengerjakan tugas, asistensi, rapat dan lainnya. Anda bertanya-Ustadz Mennjawab Semacam fasilitas untuk menjawab pertanyaan seputar ramadhan, puasa dan Islam. Dibimbing oleh ustadz yang berkompeten, atau oleh dewan syariah LDK untuk menjamin kevalidan jawaban. Varian lain, dengan membuka fasilitas sms panduan ramadhan dengan mendaftar. ( ketik : sms ramadhan kampus kirim ke XXXX ). Ini menjadi pemanfaatan media elektronik yang baik. Atau bisa menggunakan jasa web LDK atau blog agar lebih mudah di akses, bahkan oleh kampus lain. Siaran radio menjelang berbuka Bekerjasama dengan radio kampus, kita menyiarkan acara menjelang berbuka yang di isi oleh kader dakwah yang berkompeten. Pembicaraan seputar ramadhan dan puasa tentunya. Sahur wake up call Fasilitas membangunkan objek dakwah untuk ashur atau shalat tahajud, bisa dengan telepon atau sms. Pada intinya kita memfasilitasi mereka untuk bangun agar tidak telat sahur. Jadwal imsakiyah Membuat jadwal imsak dan waktu shalat untuk objek dakwah dengan versi LDK. Ini berfungsi juga sebagai propaganda. Dibuat untuk seluruh mahasiswa, sehingga setiap ia melihat jadwal puasa ia akan teringat akan lembaga dakwah kita. Pelayan jadwal imsakiyah ini dibutuhkan oleh seluruh muslim.



Variasi Agenda Penyambutan Mahasiswa Baru Kita semua mengetahui bahwa PMB ( penyambutan mahasiswa baru ) adalah momen yang sangat penting untuk rekruitment awal anggota, bagaimana agenda PMB yang telah teruji berhasil menarik banya massa ? Penyambutan mahasiswa baru ( Maba ) bisa dikatakan sebagai momen emas bagi semua lembaga dakwah, bukan lembaga dakwah saja menurut saya, lembaga kemahasiswaan lebih tepatnya. Setiap lembaga mempersiapkan yang terbaik, tim terbaik, dana terbanyak untuk agenda penyambutan Maba ini. Dakwah kampus tidak boleh ketinggalan momen penting yang juga merupakan kesempatan untuk rekruitmen anggota baru.Di bulan Juni dan Juli ini sudah puluhan pesan melalui sms maupun email kepada saya yang bertanya tentang bagaimana agenda PMB yang baik. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan ini dengan sebaiknya, berdasarkan apa yang telah dan akan dilakukan di kampus saya dan hasil diskusi dengan kawankawan di kampus lain. Persiapan panitia sejak 3 bulan sebelum penyambutan adalah langkah pertama yang perlu dilakukan. Mengapa perlu persiapan sejak lama, melihat urgensinya agenda ini maka kita perlu mempersiapkan sejak matang. Jika perlu, waktu liburan kita isi dengan aktifitas kepanitiaan. Kebanyakan agenda PMB adalah agenda multi-event, atau dengan kata lain terdiri dari rangkaian kegiatan. Rangkaian ini biasanya dimulai sejak pertama kali mendaftar ulang hingga beberapa pekan setelah kuliah berjalan. Saya akan mencoba memberikan bagaimana rangkaian PMB ini kita jalankan. Saya akan membagi agenda PMB dalam tiga klaster, yakni, branding, event, dan services. Branding ( pencitraan ) Kesempatan awal bagi kita untuk mengenalkan LDK kita adalah di momen PMB. Pencitraan ini berhubungan dengan tampak visual dari LDK kita. Apakah dalam bentuk poster, umbul-umbul, baligo, leaflet, buletin, dan media lainnya. Pencitraan yang dibangun adalah kehangatan dari LDK, dan bagi LDK yang sudah stabil bisa juga ditonjolkan sisi kebesaran LDK. Kita mencoba membuat Maba menjustifikasikan bahwa LDK adalah lembaga terbesar di kampus. Dengan banyaknya simbol LDK yang tampak dimana mana. Gambar diatas atas logo dari agenda PMB-Ramadhan GAMAIS yang akan di tonjolkan selama 5 pekan awal masa perkuliahan. Pemahaman teknik propaganda ini akan sangat bermanfaat dengan menyesuaikan dengan kondisi kampus, dari segi geografis, dan karakter mahasiswanya. Pencitraan selanjutnya adalah pencitraan kader kita. Kita perlu menyiapkan kader agar siap sedia untuk memberikan kesan yang terbaik bagi seluruh mahasiswa. Kesan yang ditimbulkan bisa yang sangat sederhana saja, seperti kesan penolong, dan ramah. Kader harus siap membantu Maba yang bingung ketika pertama kali masuk kampus. Memberikan informasi dan lain-lain,atau untuk hal yang sangat sepele seperti menunjukkan dimana suatu gedung atau toilet. Yakinlah setiap usaha kecil yang kita lakukan untuk melayani umat akan berbuah sebuah konsekuensi logis yakni keberterimaan dakwah di kampus. Event ( acara ) Terkait event saya akan memberikan beberapa usul agenda yang pernah saya ketahui sukses di kampus. Tasyakuran akbar Ini merupakan bentuk kegiatan yang mengumpulkan seluruh mahasiswa baru dengan menampilkan yang berisikan talkshow dengan tema seperti kiat sukses kuliah, temu mahasiswa berprestasi, lalu mempertemukan seluruh mahasiswa dengan kakak tingkat yang siap membantu mereka. Tujuan dari agenda ini adalah untuk mensyukuri diterimanya mahasiswa di suatu kampus. Sub-acara pendukung lain seperti pembagian Al Qur’an gratis, makan siang bersama, pembukaan mentoring, atau bazar buku kuliah murah bisa menjadi daya tarik tambahan di acara ini.



Talkshow Mahasiswa Berprestasi Talkshow ini beriskan diskusi dengan mahasiswa yang memiliki kelebihan secara akademik maupun nonakademik, seperti mahasiswa yang terancam cum laude atau Presiden BEM, atau mungkin mahasiswa yang mengikuti pertukaran pelajar, dan lain-lain. Tujuan dari acara ini adalah memberikan motivasi awal bagi mahasiswa di awal perkuliahan dan menjadi momen untuk sharing pengalaman. Agenda ini bisa juga dilaksanakan pada skala program studi atau fakultas agar bisa memberikan tips hingga per mata kuliah. Kita bisa juga mengundang dosen sebagai pembicara untuk memberikan materi terkait perkuliahan dan cara sukses menurut sisi dosen. Muhasabah Akbar Bentuk agenda yang mencoba menyentuh sisi emosional mahasiswa, yakni mencoba “membersihkan” diri di awal perkuliahan dengan muhasabah. Muhasabah biasanya bisa membuat seseorang tertarik dikarenakan citra muhasabah yang telah dinilai positif. Self Development and learning Training Sebuah pelatihan yang berisikan materi pengembangan diri dan untuk mengoptimalkan diri sebagai mahasiswa yang berprestasi. Setiap mahasiswa butuh adaptasi pada masa awal perkuliahan. Kita bisa mengundang trainer yang sudah terbiasa dan mempunyai sistem yang baik dalam hal ini, tinggal disesuaikan dengan kondisi karakter mahasiswa. City tour Pada kampus yang banyak mahasiswanya berasal dari luar kota, agenda ini bisa menjadi daya tarik, karena mereka juga ingin mengenal bagaimana kota yang akan mereka diami selama minimal 4 tahun mendatang. Ini bisa menjadi semacam wisata rohani juga jika kita pandai mengemasnya. Keliling kota menggunakan bis dan dengan pemandu untuk menjelaskan daerah yang dilewati. Tempat yang dilewati bisa beragam, apakah itu landmark, tempat bersejarah, tempat belanja atau beli buku, tempat ibadah ( kalau dibandung seperti daarut tahid ), atau tempat rekreasi. Tutorial Tutorial akademik bisa menjadi sebuah pelayanan tersendiri, tutorial ini berisikan latihan soal kuliah dan ditambah tips sebauh kuliah, agenda ini bisa juga di mix-kan dengan ta’lim sebagai penutup. Turnamen olahraga / olahraga bareng Olahraga bisa menyatukan mahasiswa, bahkan dunia. Kita bisa saja menjadi EO dari turnamen olahraga yang sederhana seperti sepakbola atau basket khusus mahasiswa baru. Dengan agenda ini bisa membuat maba mengenal kita sebagai lembaga yang bisa diterima oleh siapa saja dan tidak kaku Kemuslimahan Agenda khusus muslimah tentunya, sejenis kajian yang diperuntukkan bagi muslimah, dirangkai saja dengan tema yang menggelitik dan “kena” dengan maba. Ini merupakan jejaring yang bisa menyentuh hati muslimah, bangun kedekatan antara kader dan mahasiswa baru. Studium General Agenda sejenis talkshow yang mengundang tokoh nasional yang menjadi daya tarik tersendiri. Agenda ini bertujuan untuk memberikan gambaran luas akan kehidupan, sasaran pasar dari agenda ini adalah maba yang senang isu sosial politik kemasyarakatan. Kita mencoba memperkenalkan bagaimana pola pemikiran “cara mahasiswa” yang belum pernah mereka temui di SMU. Open house



Open house lembaga dakwah, bisa dengan mendirikan stand selama satu atau dua pekan untuk memberikan kesempatan kepada maba untuk mengenal lembaga dakwah Anda dan mendaftar sebagai anggota. Services ( pelayanan ) Dalam bentuk pelayanan ini perlu disiapkan dengan baik, karena pelayanan yang baik akan mendukung hadirnya peserta pada agenda lain yang direncanakan. Antara pelayanan dan event adalah setali dua uang, dimana ia akan saling bergantungan dan mendukung satu sama lain. Bentuk pelayanan yang bisa diberikan antara lain. Fasilitas mentoring agama saat fasa orientasi mahasiswa ( Ospek ) Biasanya setiap kampus mempunyai orientasi awal sebelum perkuliahan. Agenda ini pada umunya dilaksankan oleh BEM. LDK bisa berperan dengan mengadakan mentoring agama untuk menyeimbangkan konten materi Ospek agar ada nilai spiritual di dalamnya. Dengan mentoring ini , kita bisa memberikan nuansa ketenangan dan kebahgiaan di tengah prosesi ospek ( yang pada umunya ) cukup menegangkan dan mencengkram. Disini mentoring agama ibarat oase bagi maba yang sedang ospek. Pelayanan sholat berjamah saat fasa orientasi mahasiswa ( Ospek ) Masih seputar ospek, LDK juga bisa memberikan pelayanan shalat berjamaah dengan membuat instalasi wudhu dan tempat sholat yang memadai. Peran pelayanan ini dan membuat peserta ospek merasa “diselamati” oleh kader kita yang memberikan pelayanan sholat yang merupakan kebutuhan mendasar seorang muslim Posko informasi Bagian terpenting dalam pelayanan, posko ini berisikan informasi terkait perkuliahan, seperti dimana membeli buku murah, dimana fotokopi buku, dimana tempat jual CD program, atau tempat membeli buku text fotokopi, atau tempat membeli alat tulis. Selain itu seperti tempat perkuliahan, perkenalam kampus, dan lain-lain. Informasi untuk hidup seperti tempat kost yang dibutuhkan, atau koneksi ke asrama mahasiswa dan beasiswa, tempat membeli pakaian dan keperluan hisup seperti sabun dan lemari. Informasi kegiatan kampus yang bisa dihadiri oleh maba. Dengan pelayanan ini saya yakin, banyak maba yang terbantu, disinilah salah satu poin penting dalam pelayanan. Posko ini bisa dibuka sejak pendaftaran ulang mahasiswa hingga beberapa pekan sesudah kuliah. Posko ini tidak hanya bermanfaat untuk mahasiswa, bahkan orang tua juga bermanfaat. Bazaar buku second hand Buku text terkadang tidak digunakan lagi setelah lulus suatu mata kuliah, atau mungkin mahasiswa yang telah lulus tidak membutuhkan buku atau catatan mereka. Kita bisa mengumpulkan buku ini dan membagikan secara gratis atau menjualnya secara murah ke maba yang membutuhkan. Ini merupakan bantuan yang amat sangat berarti mengingat mahalnya buku text. CD dan Booklet Berisikan hal hal penting yang perlu diketahui oleh mahasiswa baru, seperti pengenalan lingkungan kampus, terkait dimana saja kantin kampus dengan variasi harganya, toilet dimana saja, tempat perkuliahan, tempat belajar, perpustakaan, hot spot, dan lainnya. Pengenalan kota seperti tempat makan murah, tempat beli buku, tempat bersenang senang, tempat rekreasi dan lainnya. Bisa juga diisi dengan pengenalan lembaga dakwah. CD dan Booklet ini bisa dibagikan ke semua mahasiswa secara Cuma Cuma dan bisa jadi bentuk pelayanan yang sedikit mahal. CD ini di buat dalam program Flash MacromediaTM sehingga tampak high-tech dan mudah dan menarik untuk digunakan. Booklet pun dikemas dengan colorfull dan full image serta praktis untuk dibawa kemana-mana.



Mencegah Penyebaran Virus Merah Jambu Di kampus kami ada suatu trend baru diantara aktifis dakwah, yakni hubungan ikhwan dan akhwat yang melewati batas, masalah ini meresahkan sesama aktifis dakwah lain, bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini ? Sejatinya saya tidak begitu suka dengan istilah virus merah jambu,akan tetapi daripada saya membuat istilah lain dan belum tentu diterima, saya mencoba menerima bahwa virus itu memang bernama merah jambu. Terlepas dari namanya yang tidak enak didengar, saya melihat gejala ini mulai timbul pada era dimana kader dakwah semakin bertambah, sehingga kualitas pemahaman tidak merata. Sebetulnya ini bukan hal yang sangat salah, bisa jadi kita melihat dari sudut positif, bahwa ternyata dakwah kampus diterima oleh objek dakwah, bahkan objek dakwah yang belum begitu paham akan ajaran Islam secara menyeluruh. Ya, saya ingin mencoba mengingatkan Anda bahwa VMJ bukanlah hal yang buruk sekali. Kita perlu sedikit mengganti frame kita, jika ada kader yang terkena virus ini, maka ia adalah objek dakwah bagi kita. jadi pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan objek dakwah. Berkembangnya dakwah belakangan ini membuat berbagai metoda pendekatan dakwah dilakukan, apakah itu dengan cerpen, novel atau nasyid. Dan perlu kita ingat bahwa cerpen, novel atau nasyid yang berkembang banyak seputar kisah percintaan suci antara dua kekasih. Ini bisa menjadi salah satu penyebab berkembangnya pemikiran kader. Seharusnya media seperti itu diperuntukkan bagi objek dakwah yang masih awam, akan tetapi entah mengapa kader inti pun juga menyenangi media dakwah seperti itu. Pada dasarnya Virus ini mulai merebak biasanya disebabkan oleh 2 hal, Pertama, longgarnya regulasi atau tata nilai tidak tertulis terkait hubungan ikhwan dan akhwat. Pengamatan saya menilai virus ini cepat merebak di perkotaan, untuk di daerah biasanya lebih sedikit, karena tata nilai hubungan ikhwan dan akhwat lebih rigit. Pencegahan yang bisa kita lakukan untuk virus ini adalah membentengi kader dengan dua kerentanan sebab diatas, yakni dengan tata nilai hubungan ikhwan akhwat serta ukhwah yang kuat. Terkait hubungan ikhwan akhwat, bisa dimulai dengan pembatasan waktu berkomunikasi, seperti tidak ada hubungan komunikasi ( kecuali darurat ) antara ikhwan dan akhwat diantara pukul 21.00 s.d subuh, atau terkait hijab saat bertemu dan rapat, atau pencegahan sms yang tidak penting ( bahkan sms berisikan tausiyah juga bisa menjadi masalah ). Memang diperlukan ketegasan di sisi pemimpin dakwah agar tata nilai ini bisa berjalan, akan tetapi untuk lembaga dakwah yang sangat terbuka dan heterogen memang perlu kebijakan khusus karena salah kebijakan dapat membuat kader antipati dengan dakwah itu sendiri. Kedua, lemahnya ukhwah diantara kader. Mengapa saya mengatakan lemah ukhwah, karena virus ini biasanya bermula dari kurangnya perhatian dari sesama gender, maka ia mencari pelarian ke gender yang berbeda. Memang sudah fitrahnya saya rasa, kita lebih nyaman dengan bercerita dengan lawa jenis. Saya kurang tau mengapa, tapi memang begitu adanya. Selanjutnya sisi ukhwah diantara kader dakwah, coba bangun nuansa kekeluargaan, merajut budaya keterbukaan untuk berbagai kesusahan maupun kesedihan, berbagi senyum dan tangis di antara kader sesama gender. Ketika seseorang sudah nyaman untuk bercerita dengan sesama kader yang satu gender, ia tidak akan berpikir untuk bercerita kepada lawan jenis. Buadaya apresiasi perlu dibangun diantara kader dakwah, mulai dari hal yang sepele seperti mengungkapkan perasaan terima kasih, atau pujian atas keberhasilan, selalu berpikir positif sesama kader, dan budaya saling mendukung satu sama lain. Jika ternyata sudah terjadi kasus ini maka diperlukan penanganan yang tepat dan sabar. Penangananvirus ini harus dengan kesabaran, dan mengutamakan emosi ketimbang logika. Karena seorang yang telah dilanda asmara biasanya sulit menggunakan logika dalam berpikir, emosi lebih berperan dalam hal ini. Maka pendekatan emosi perlu dilakukan agar solusi yang diberikan tidak melukai kedua belah pihak. Mengenali siapa yang terjerat virus ini



Mengenal dengan baik, siapa yang terjangkit virus ini, apakah ia seorang yang memiliki ego tinggi, apakah ia seorang yang baru saja puber, ataukah ia seorang yang pendiam. Selain itu klasifikasikan ia pada sisi amanaha struktural. Apakah ia seorang staf, atau ketua departemen, atau lainnya. Hal ini untuk juga menyesuaikan solusi yang diberikan. Selain itu kenali juga sejauh mana virus ini berdampak pada dirinya, sejauh mana menganggu aktifitas akademik dan dakwahnya. Dengan mengetahui bagaimana kadar virus ini baru bisa kita menentukan langkah selanjutnya. Pendekatan solusi Metode pendekatan solusi yang dilakukan pada dasarnya ada 5 hal, yakni dengan ; 1.



Diskusi rutin ( tidak terjadwal, tapi memiliki alur, untuk menyadarkan tanpa menghakimi )



2.



Pembebanan amanah lebih agar ia lebih fokus pada kegiatan ketimbang urusan hatinya dengan lawan jenis



3.



Menegaskan regulasi atau tata nilai



4.



Mengingatkan melalui mentor yang bersangkutan



5.



Membiarkan saja, akan tetapi tetap pastikan ia dalam lingkungan dakwah, selama ia masih dalam lingkungan dakwah ia akan lebih terjaga, dan mendoakan agar suatu hari sadar



Kesemua pendekatan solusi ini sebisa mungkin dilalukan oleh satu orang saja tidak perlu beramai-ramai, jika perlu virus ini tidak disebarluaskan untuk kepentingan menjaga perasaan saudara kita. Menjalankan dengan sabar Menyelesaikan virus ini butuh kesabaran yang besar, waktu yang diperlukan bisa lama bisa sebentar, tergantung sejauh mana kadar virus dan usaha kita untuk setia “menemani” saudara kita. Dalam proses penyembuhan virus ini, Anda juga tidak boleh menjustifikasi kader ketika diskusi, biarkan ia menyampaikan pendapatnya dan keluhannya, tunjukkan tekad kita bahwa kita bisa menjadi tempat berbagi, yakinlah pula bahwa jodoh selalu ada bagi kita. Meyakinkan dengan pendekatan emosional. Buat ia terbuka, buat ia bercerita, buat ia bisa nyaman dengan kader sesama gender. Memang pada dasarnya tidak ada prosedur atau rumus baku untuk menyelesaikan virus ini, akan tetapi tips yang telah diberikan bisa dijadikan sebuah pegangan untuk menentukan langkah teknis untuk menyelasika virus ini.



Memulai Sebuah Kepengurusan Saya baru terpilih sebagai ketua lembaga dakwah di fakultas saya, selama sepekan ini saya belum banyak melakukan apa-apa, karena saya bingung apa yang harus saya lakukan untuk memulai langkah awal sebagai ketua. Apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang ketua di awal kepengurusannya ? Awal yang baik akan memudahkan langkah di hari-hari berikutnya dalam memimpin sebuah lembaga dakwah. Setiap awalan akan menentukan keberhasilan atau kegagalan sebuah kepengurusan selanjutnya, bagi seorang pemimpin ia akan ditunggu arahan serta kebijakannya oleh kawan-kawannya. Sedangkan yang dipimpin tentu juga bergairah menunggu kebrakan dan inovasi apa yang akan dilakukan oleh seorang pemimpin pada periode baru ini. Memang awal dari sebuah perjalanan menjadi sebuah sensasi tersendiri, akan tetapi jangan sampai pula kita menghabiskan terlalu banyak energi di awal kepengurusan, sehingga energi kita bisa habis meski kepengurusan belum selesai. Saya akan mencoba memberikan beberapa langkah atau prosedur lebih tepatnya, apa yang harus dilakukan di awal kepengurusan. Saya akan memberikan paradigma saya sebagai ketua lembaga dakwah di tingkat kampus, sehingga langkah ini bisa dijalankan dengan pemimpin sebagai subjek utama. Sedangkan yang dipimpin dapat mendukung kebijakan yang ada. Saya menganalogikan prosedur ini dengan take-off sebuah pesawat. Ahli penerbangan berkata bahwa fase take-off adalah fase terpenting, setelah di udara semua kendali pesawat bisa dijalankan secara otomatis. Begitu pula awal kepengurusan yang menurut hemat saya seperti fasa take-off yang sangat penting, jika fasa awal ini sudah lewat, maka selanjutnya akan lebih mudah untuk dikendalikan. Saya menamakan fase ini dengan 7 hari membangun lembaga dakwah. Menbangun Tim Inti ( hari 1 ) Kita semua berkelompok dalam menjalankan tugas dakwah ini, membangun tim inti yang kuat adalah langkah awal, tim ini akan jadi sel terkecil dalam organisasi Anda, dan akan menjadi tumpuan terakhir bagi lembaga dakwah Anda. Usahakan tim ini mempunyai kapasitas yang kuat, minimal sekelas dengan Anda, jika bisa lebih baik kapasitasnya akan membuat tim juga akan lebih produktif. Membangun tim diawali dengan menyampaikan visi masing-masing tentang lembaga dakwah yang Anda pimpin. Ungkapkan semua cita-cita, perubahan, revolusi, dan inovasi apa yang akan dilakukan. Gambarkan secara lisan, bayangan Anda tentang kondisi kampus setelah kepengurusan selesai. Berikan kesempatan untuk mengkhayalkan pikiran besar ini. Komposisi tim inti juga perlu disesuaikan, di GAMAIS, tim inti kami sebanyak 5 orang, dengan perbandingan 3 pria dan 2 perempuan. Membangun Tim Utama ( hari 2 ) Organisasi dakwah tidak hanya bisa dijalankan dengan 5 orang saja tentunya, maka perlu adanya tim Utama yang kemudian akan diposisikan sebagai Badan Pengurus Harian di lembaga dakwah Anda. Mekanisme yang perlu dilakukan adalah ( lagi-lagi ) mengungkapkan visi besar masing-masing anggota tim utama. Berikan kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan cita-cita sesuai dengan bidang spesifikasi mereka. Termasuk hal terpenting adalah menyampaikan cita-cita besar Anda sebagai pemimpin, agar “suhu” dari setiap anggota tim utama sama. Setelah itu mulai lah dengan perkenalan secara mendalam, ketahui sifatnya, kebiasaannya, latar belakangnya, asalnya, ukuran sepatunya, makanan kesuakaannya, apa yang menjadi keahliannya dan ketidaksukaannya. Memahami satu sama lain diantara tim utama adalah bekal yang sangat baik untuk membangun nuansa kekeluargaan. Membangun Paradigma Besar Organisasi ( hari 3 ) Disini kita perlu merumuskan gambaran besar organisasi yang akan dibangun, apa saja cita-cita nya, gambaran visi, dan lain-lain. Jika pada sebelumnya berupa pengungkapan keinginan, pada langkah ini kita



coba mensepakati cita-cita bersama dari lembaga dakwah. Berikan kesempatan bagi seluruh anggota untuk menyampaikan cita-cita nya. Untuk memudahkan algoritma berpikir, coba partisi pembahasan dalam berbagai sesi sesuai dengan sektor pengembangan lembaga dakwah, yakni; sektor internal ( kaderisasi, mentoring, kekeluargaan ), sektor jaringan, sektor syiar dan pelayanan kampus, sektor Annisaa, sektor dana, sektor kesekretariatan, dan sektor akademik dan profesi. Output terpenting dari langkah ini adalah menentukan strukutur organisasi yang dibutuhkan, departemen atau divisi yang akan dibentuk. Bagi bagi kue ( baca : positioning kadept dan korwat untuk disetiap departemen ) ( hari 4 ) Menentukan siapa saja yang akan ditempatkan di suatu departemen untuk menjadi kepala departemen dan koordinator akhwat. Untuk menentukan posisi setiap anggota kita harus mempertimbangkan beberapa hal,antara lain ; 1.



Track record, pengalaman beliau selama di Lembaga dakwah



2.



Potensi dan minat yang dimiliki



3.



Keseuaian sifat antara kadept dan korwat.



Proses ini bisa dengan musyawarah dan ditambah dengan fit and proper test untuk meyakinkan Anda sebagai pemimpin. Open Rekruitment staff departemen ( hari 5 ) Setelah badan pengurus harian ( BPH ) terbentuk barulah kita mulai membuka open rekruitment untuk staff departemen. Open rekruitment dimulai dengan presentasi setiap departemen tentang bidangnya. Setelah itu barulah calon staff memilih ia ingin mana. Untuk membuat efektifitas organisasi kita bisa membuat proses seleksi, berupa wawancara antara calon staff dengan kadept atau korwat. Terkait manajemen lainnya, bisa digunakan sistem kuota organisasi, di lembaga dakwah kami, diterapkan kuota jumlah staff untuk efektifitas. Kami membuat komposisi ideal di setiap departemen, sebutlah tim kaderisasi membutuhkan 4 ikhwan dan 3 akhwat, tim dana membutuhkan 8 ikhwan dan 6 akhwat, begitu seterusnya. Untuk calon staff yang tidak masuk dalam departemen yang dipilihnya langsung diamanahkan di lembaga dakwah di tingkat fakultas dan program studi. Musyawarah Kerja ( hari 6 ) Rapat kerja untuk menentukan arahan dakwah selama satu periode, dimulai dari visi, misi, tujuan sasaran, parameter keberhasilan, strategi dan program kerja serta anggaran. Mekanismenya tidak begitu diatur, utamakan efektifitas rapat dan libatkan sebanyak-banyak kader dalam pembahasan agar terbentuk rasa keberpemilikan terhadap rencana dakwah yang ada. Biasanya proses penyusunannya di bagi dalam 3 sesi. Sesi pertama membahas hal yang umum yang bersifat global keorganisasian. Sesi dua di partisi sesuai masing-masing bidang. Selanjutnya sesi tiga adalah review ulang semua hasil yang telah ada. Family Day ( hari 7 ) Setelah berpikir dengan keras selama satu pekan, alangkah baiknya kita sedikit istirahat dan menguatkan tali kekeluargaan diantara kader. Bentuk family day bisa berupa olahraga bareng, perlombaan, makan bersama, atau jalan-jalan. Apapun itu yang terpenting semua kader merasakan kebahagiaan, sekalian untuk refresing untuk menyongsong satu periode mendatang. Setelah hari ketujuh ini selesai, Insya Allah Anda dan lembaga dakwah sudah lepas landas dan siap untuk menjalankan agenda dakwah yang ada.



Pemilihan Ketua Lembaga Dakwah Bagaimana mekanisme pemilihan ketua lembaga dakwah yang biasa dilakukan pada lembaga dakwah di kampus lain ? Prosesi pemilihan ketua lembaga dakwah adalah momen yang ditunggu setiap tahunnya. Setiap kader atau bahkan massa kampus menunggu-nunggu siapa pemimpin mereka selanjutnya. Apakah ia seorang yang konvensional , moderat atau liberal ataukah ia seorang yang pendiam, banyak bicara atau seadanya. Islam mengajarkan prinsip syuro dalam memutuskan sesuatu. Syuro ini adalah kumpulan orang-orang ( lebih dari satu orang ) yang bermusyawarah bersama untuk memutuskan sesuatu. Prinsip anggota syuro ada dua, keterwakilan dan/atau kompetensi. Keterwakilan dari elemen atau subkelompok yang menunjang sebuah lembaga, dalam hal dakwah kampus, jika kelompok utama adalah LDK, maka sub-kelompok adalah LDF dan LDPS. Sedangkan kompetensi adalah kapasitas internal seseorang, biasanya ada orang yang pandai fiqih, penghafal Qur’an, ahli ilmu keorganisasian, dan ahli strategi dakwah ( penyesuaian dengan kebutuhan dakwah kampus ). Sehingga satu prinsip mendasar dalam menentukan ketua lembaga dakwah adalah dengan syuro. Akan tetapi tentu butuh banyak penyesuaian dari prinsip syuro ini dengan kondisi lembaga dakwah yang ada. Penyesuaian ini tidak akan mengurangi esensi syuro yang ada, dan keputusan yang diberkahi Allah akan terbentuk, Insya Allah. Perlu kiranya pemilihan ketua lembaga dakwah ini memperhatikan beberapa hal untuk meningkatkan kebermanfaatan pemilihan ini. Jangan sampai pemilihan ketua lembaga dakwah hanya “diam-diam” saja dan hanya bermanfaat untuk sesama kader saja. Persiapan sebelum pemilihan Mempersiapkan calon yang akan terpilih nantinya. Persiapkan lebih dari satu calon agar ada komparasi dan team building diantara calon. Karena pada dasarnya tidak ada kader yang benar benar berambisi menjadi ketua lembaga dakwah. Oleh karena itu nuansa persaingan bisa dikatakan tidak ada. Akan tetapi dengan persiapan sebelumnya, mungkin sekitar 1-2 bulan sebelum pemilihan, memungkinkan para calon untuk mempersiapkan diri dengan baik. Publikasi calon dan hasil Pada dasarnya ketua lembaga dakwah adalah pemimpin umat, pada tingkat program studi ketua lembaga dakwah akan menjadi amirul mukminin untuk mahasiswa di satu program studi, begitu pula dengan lembaga dakwah lain. Perlu saya tekankan pentingnya pengenalan calon dan hasil dari pemilihan yang telah dilakukan. Tugas panitia pelaksana pemilihan salah satunya adalah memperkenalkan calon ketua lembaga agar ia bisa dikenal oleh umatnya. Dua faktor pendukung tambahan ini akan menjadi penyempurna konsep pemilihan yang akan dilakukan. Bagaimana prosesinya ? saya biasa melihat lembaga dakwah melakukan pemilihan dalam sebuah muktamar atau musyawarah besar dari lembaga dakwah tersebut. Prosesi dilakukan setelah leporan pertangunggjawaban kepengurusan sebelumnya. Biasanya digabung dalam satu momen ini. Di kampus lain, saya melihat contoh yang berbeda, yakni momen LPJ dipisahkan dengan pemilihan ketua, mereka ber-LPJ dahulu lalu diselingi dengan masa reses sekitar satu pekan, lalu baru diadakan momen pemilihan ketua lembaga dakwah. Kedua bentuk prosesi ini tidak ada yang lebih baik, disesuaikan saja dengan kebutuhan di lembaga dakwah. Selanjutnya saya akan memamparkan bagaimana proses pemilihan ketua lembaga yang pernah saya amati. Musyawarah Majelis Syuro



Metoda yang paling sering digunakan. Pertama kepengurusan sebelumnya meng-screening calon calon yang layak. Setelah itu diadakan seleksi hingga mendapatkan sisa calon ketua yang paling layak. Selanjutnya majelis syuro yang terdiri dari orang-orang yang sudah diamanahkan bermusyawarah dengan data pendukung untuk memutuskan calon yang paling layak. Metode ini dapat melatih kepercayaan kepada syuro. Musyawarah Peserta Forum Pemilihan Proses awalnya sama dengan sebelumnya. Pertama kepengurusan sebelumnya meng-screening calon calon yang layak. Setelah itu diadakan seleksi hingga mendapatkan sisa calon ketua yang paling layak. Setelah itu dipimpin oleh seorang pemimpin sidang, bersama dengan seluruh peserta forum pemilihan ketua bermusyawarah besar untuk menentukan siapa yang paling layak. Untuk memudahkan, biasanya forum dipecah menjadi dua, yakni pria dan perempuan. Setiap gender ini bermusyawarah untuk memutuskan satu suara. Ketika antara pria dan perempuan mengajukan calon yang sama, maka artinya telah terjadi kesepahaman. Akan tetapi jika belum ada kesepakatan, peserta sidang memimpin kembali musyawarah dengan hanya mempertimbangkan dua calon saja. Metode ini berdampak pada meningkatnya rasa kepemilikan dimana semua anggota merasa dilibatkan dalam pemilihan. Musyawarah Antara Calon Proses awalnya sama dengan sebelumnya. Pertama kepengurusan sebelumnya meng-screening calon calon yang layak. Setelah itu diadakan seleksi hingga mendapatkan sisa calon ketua yang paling layak. Lalu diantara calon yang telah terpilih, saling bermusyawarah untuk menentukan siapa yang paling siap diantara mereka. Metode ini dapat menguatkan ikatan hati antar calon, dan biasanya ada komitmen bersama untuk saling mendukung satu sama lain. Jejak Pendapat Seluruh Massa Kampus Ini mungkin bukan metode yang umum, setau saya baru di kampus ITB dengan LDK GAMAIS nya yang menjalankan mekanisme ini. Yakni setiap kader pada jenjang tertentu mempunyai hak untuk mengajukan diri sebagai calon kepala lembaga dakwah. Setiap calon ini, sudah mencapai jenjang tertinggi di kaderisasi lembaga, sehingga dari segi kapasitas internal sudah dinilai layak. Setelah calon mengajukan diri, ia harus mengikuti semacam fit and proper test serta harus memenuhi syarat administrasi. Selanjutnya dilanjutkan dengan kampanye langsung ( hearing ) di area dan waktu yang telah ditentukan, maupun kampanye tidak langsung dengan media untuk mempromosikan dirinya. Setelah itu diadakan jejak pendapat kepada semua masyarakat kampus untuk memilih siapa calon yang paling layak untuk mereka. Metoda ini berdampak sangat positif dalam keberterimaan lembaga dakwah, menimbulkan citra terbuka dan “untuk semua” serta inklusif, dan pemimpin terpilih sudah dikenal dan dipilih langsung oleh masyarakat kampus. Akan tetapi, metoda ini saya rasa baru cocok untuk Lembaga dakwah yang sudah stabil dan memiliki sistem kaderisasi yang baik. Sehingga siapapun dari calon yang terpilih tidak jadi masalah, karena pada dasarnya kapasitas mereka sudah sangat layak semua.



Peran Koordinator Akhwat ( Korwat ) Apa peran strategis seorang korwat dalam sebuah departemen atau kepanitiaan ? terkadang di kampus kami korwat tampak hanya sebagi “penyampai pesan” saja dari ikhwan ke akhwat. Menurut Kepala Annisaa saya “akhwat mempunyai kekhasan tersendiri, oleh karena itu perlu peran serta lingkup yang luas dari pengelolaan muslimah”. Statement inilah yang membuat saya menaikkan posisi sektor muslimah yang tahun lalu “hanya” selevel divisi, saat ini menjadi sektor yang langsung dibawah koordinasi saya sebagai ketua LDK. Memang setelah mengamati langsung selama 3 tahun di kampus, muslimah mempunyai keunikan tersendiri dalam lingkup dakwah kampus ini. Terkait peran fungsi dan posisi seorang koordinator akhwat, saya mewawancarai khusus korwat Departemen Manajemen Sumber Daya Anggota (MSDA) Nuri Trianti dan korwat departemen ekonomi Dina Rachmi untuk melengkapi pandangan saya terhadap pertanyaan ini. Dalam organisasi dakwah kampus, kita mengenal istilah korwat untuk mendampingi seorang kadept dalam sebuah departemen. Saya pun bertanya pada awalnya,”sebenarnya apa sih peran korwat ? apakah hanya sebagai notulen dan mem-forward pesan ke anggota muslimah yang lain?” “tidak !!”, begitulah jawaban dua korwat tersebut. Peran korwat jauh lebih besar dari itu. Korwat berperan sangat signifikan dalam menjaga keseimbangan departemen dan sebagai penjaga nilai dari sebuah departemen. Terutama dalam kondisi dakwah kampus yang menjaga nilai adab antara muslim dan muslimah. Selain itu muslimah membutuhkan pendekatan khusus dalam berdakwah, sehingga metoda “cuek” dan “terlalu rasional” pria terkadang tidak cocok, dibutuhkan pendekatan “hati ke hati” terhadap kader muslimah, dan itu hanya bisa dilakukan oleh seorang korwat. Sejauh pemahaman saya dan disempurnakan oleh hasil diskusi dengan dua korwat berpengalaman ini, saya bisa menyimpulkan beberapa hal yang menjadi peran strategis utama yang hanya bisa dilakukan oleh korwat. Managerial Peran strategis pertama adalah me-manage atau mengatur dan memimpin para muslimah dalam sebuah departemen atau kepanitiaan. Mengkoordinir muslimah, begitulah peran pertamanya. Bagaimana seorang korwat bisa mengetahui dengan dalam setiap individu muslimah dalam tim serta membimbing mereka agar produktifitas dakwah berjalan. Biasanya dalam kondisi butuh keputusan mendesak, dibuat dua forum dalam sebuah tim, dibagi berdasarkan gender. Dan korwat lah yang memimpin para muslimah ini. Ia pula yang diharapkan dapat sebagai tempat curhat bagi para muslimah yang berada dalam tim, ia yang selalu memberi motivasi dan memberi ucapan selamat atas keberhasilan kepada para muslimah. Upgrading Meningkatkan kapasitas internal setiap anggota tim yang muslimah. Korwat berperan sebagai guru yang memberikan pengetahuan , pengalaman dan saran agar para muslimah dapat menjalankan beban dakwah yang ada dengan baik. Peningkatan kemampuan internal ini adalah bagian dari kaderisasi departemen yang memang harus dilakukan. Harapannya dalam kaderisasi ini seorang korwat dapat membentuk calon penggantinya di kemudian hari. Controlling Memantau kesehatan dan kebahagiaan kader muslimah dalam menjalankan amanah dakwah. Kesehatan yang dimaksud terkait dua hal, kesehatan fisik yang dipengaruhi oleh asupan gizi, lama waktu istirahat dan olahraga yang dijalankan. Serta kesehatan ruhiyah yang dipengaruhi oleh ibadah yang dilakukan, kepahaman, dan kedekatan kepada Allah. Serta tingkat kebahagiaan atau enjoyment dari kader dalam menjalankan agenda dakwah. Oleh karena itu seorang korwat diharapkan dapat memantau kader muslimah dari sisi ini, dan memberikan treatment khusus jika ada masalah atau kendala pada kader.



Penampung Aspirasi Muslimah mempunyai taste and reference tersendiri dalam berpikir dan mengambil keputusan. Oleh karena itu seorang korwat dituntut untuk dapat memancing aspirasi yang ada diantara para kader muslimah dan menampungnya dan menyampaikannya ke kepala departemen atau untuk dibahas di rapat. Selain itu diharapkan seorang korwat dapat menyelesaikan masalah internal muslimah dengan segera. Termasuk pula menampung dan menindaklanjuti aspirasi kader pria terhadap kader perempuan. Komunikasi Dengan Kader Pria Fungsi komunikasi seperti melanjutkan pesan dari kepala departemen terkait rapat dan sebagainya, dan menyampaikan usul-usul dari muslimah yang mungkin sulit untuk mengungkapkan pemikirannya. Dalam sebuah rapat, saya selalu memperhatikan posisi duduk seorang korwat selalu yang paling dekat dengan pria. Ini seperti “penjaga” dari para muslimah dan “pemimpin” dalam sebuah rapat. Memimpin eksekusi agenda khusus muslimah Sebagai contoh dalam departemen kaderisasi, dimana terdapat kaderisasi khusus muslimah. Seorang korwatlah yang akan memimpin rapat, eksekusi dan lain-lainnya. Atau dalam persiapan sebuah acara dimana, kader muslimah diminta untuk mengerjakan bagian tertentu bersama, maka seorang korwat yang mengkoordinir dan sebagai penanggungjawab tugas tersebut Penyeimbang dan back up kepala departemen Bisa dikatakan secara informal seorang korwat adalah wakil ketua departemen dimana ia pengambil kebijakan tertinggi kedua setelah kepala departemen. Selain itu korwat diharapkan mampu memotivasi staff muslim untuk memimpin rapat untuk pengambilan kebijakan jika seorang kepala departemen sedang berhalangan atau bermasalah. Korwat diharapkan juga dapat sebagai penyejuk departemen yang mungkin terlalu dikejar deadline dan rasionalisasi seorang pria. Ia diharapkan dapat sebagai penasehat moril departemen. Peran korwat dalam memberikan motivasi secara khusus kepada kepala departemen untuk memastikan bahwa roda departemen tetap berjalan. Dengan tetap menjaga batasan syariah, seorang korwat dapat menjadi teman diskusi dan berpikir seorang kepala departemen terkait permasalahan di departemennya.



Hubungan LDK-LDF-LDPS Di kampus selain lembaga dakwah di tingkat kampus, juga terdapat lembaga dakwah di tingkat fakultas dan program studi, bagaimana kesemua lembaga ini dapat berjalan beriringan dan tidak tumpang tindih ? Semangat untuk berdakwah yang sangat tinggi menjadi pemicu persaingan kader di lembaga dakwah tingkat kampus dan di tingkat fakultas dan program studi. Setiap kader ingin lembaganya berkontribusi besar dan memberi pengaruh di wilayahnya masing-masing. Untuk mempermudahnya pembahasaan, saya akan menggunakan istilah pusat untuk menggantikan lembaga dakwah tingkat kampus, dan istilah wilayah untuk lembaga dakwah di tingkat fakultas dan program studi. Antara pusat dan wilayah. Ini menjadi pembahasan di kampus saya selama enam bulan untuk membahasa pembagian kerja dan wilayah dakwah agar jelas. Saya sering mendapat pertanyaan yang menandakan sebuah kampus yang belum memiliki batasan yang jelas dalam pembagian ini. Komentar seperti, “ pusat tidak mengetahui caranya menyentuh massa, bisanya Cuma koordinasi saja, wilayah lah yang paling mengetahui karakterk massa”, atau “wilayah tidak mau dikoordinasikan, padahal tujuan dakwah kita sama, kenapa kita harus masing-masing jika bisa satu gerak dan tujuan”. Saya tidak menjustifikasi pendapat mana yang salah atau benar, tetapi pada dasarnya dua komentar ini benar adanya. Memang wilayah lebih mengetahui karakter objek, dan memang pula pusat lebih memiliki pandangan global dan memiliki kapasitas untuk memimpin gerak dakwah satu kampus. Dalam berkembangnya dakwah, ada dua pola perkembangan lembaga dakwah. Pada kampus besar secara geografis, LDF atau LDPS didirikan terlebih dahulu, dan LDK dibangun belakangan. Hal ini membuat terkadang kedudukan dan kredibilitas LDK lemah, karena wilayah sudah bisa berjalan dan tidak butuh LDK. Sedangkan pada kampus yang secara geografis kecil. Biasanya kedudukan LDF dan LDPS justru lebih lemah dan kekuatan LDK jauh lebih besar, hal ini juga mengakibatkan ketimpangan distribusi kader dan pengaruh syiar di kampus. Kita akan mencoba merekayasa bagaimana agar terbentuk harmonisasi antara pusat dan wilayah. Untuk sebuah tujuan dakwah bersama dan gerak yang saling mendukung satu sama lain. Langkah awal yang perlu dibangun dalam membina hubungan ini adalah sebuah kesepakatan bersama terkait pembagian peran dan sebagainya. Bisa diadakan semacam musyawarah besar untuk merampungkan hal ini. Setelah itu barulah dibuat sebuah buku panduan yang menjelaskan secara jelas hasil kesepakatan yang ada, sehingga tujuan dakwah bersama dapat dijalankan oleh generasi dakwah selanjutnya. Perbandingan antara Syiar dan Kaderisasi Perbandingan kerja yang jelas, itulah poin pertama yang perlu dibahas, kita melihat bagaimana potensi serta kendala di pusat dan wilayah, barulah bisa Anda menentukan pembagian peran. Berbagai analisis dasar seperti kecendrungan berkegiatan, karakter human raw material yang ada, kekuatan daya dukung birokrasi, serta analisis daya aruh dari lembaga dakwah. Dari beberapa kampus yang saya amati, ada sebuah keywords yang bisa menjadi benang merah untuk menyelesaikan perbedaan ini. Pada dasarnya lembaga dakwah bergerak di dua hal, yakni kaderisasi dan syiar. Maka kata kunci nya adalah perbandingan syiar dan kaderisasi yang menguntungkan kedua belah pihak. Saya menilai bahwa perbandingan ideal yang bisa dilakukan, untuk kaderisasi 70% pusat dan 30% wilayah sedangkan untuk syiar 30% pusat dan 70% wilayah. Mengapa saya menilai hal ini ideal ? Dari sisi kaderisasi, saya beranggapan bahwa kader harus memiliki pandangan yang luas, istilah think globally act locally dapat digunakan. Pandangan global akan dakwah



serta untuk mencetak kader yang memiliki kualitas yang tidak jauh berbeda bisa diberitanggungjawabkan kepada lembaga dakwah pusat. Sedangkan lembaga dakwah wilayah menjalankan kaderisasi yang bersifat khusus seperti tutorial akademik, kaderisasi pasca kampus, dan sebagainya. Untuk sisi syiar, kita semua sepakat bahwa memang fakultas yang lebih mengenal siapa objek dakwahnya. Bahkwa kedekatakan kader wilayah terhadap objek dakwah membuat ia bisa menyentuh objek dakwah dengan pengorbanan yang ringan. Sedangkan lembaga dakwah pusat, biasanya kurang bisa



menyentuh secara langsung kebutuhan personal dari objek dakwah, sehingga agenda yang diadakan biasanya hanya agenda dakwah yang besar dan butuh pengorbanan banyak. Saya mencoba memilah ini dengan seksama, lembaga pusat menjalankan syiar yang besar saja dan untuk seluruh massa kampus, dengan tujuan untuk corong opini dan propaganda, serta akan di follow up oleh wilayah. Sedangkan wilayah menjalankan agenda syiar medioker akan tetapi lebih intens dan pusat mendukung dari segi jaringan dan dana. Antara Pusat dan Wilayah Perbandingan yang jelas ini akan memudahkan pemahaman antara pusat dan wilayah sehingga sinergisasi dakwah dapat terjadi. Dibawah ini saya berikan contoh pembagian peran antara pusat dan wilayah di GAMAIS ITB. Lingkup Kerja



LDP Kampus, lokal, regional, nasional, dan internasional



Peran



Wajah LDK



Fungsi



- Mengelola dakwah di lingkup kerjanya - Pusat koordinasi semua elemen LDK Khusus: Civitas akademika kampus lintas fakultas/ sekolah dan program studi di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional



Objek



Umum: Masyarakat umum di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional



Kekhasan



- Heterogen - Representasi LDK ITB



Potensi



-



Jaringan yang luas Multi kompetensi Massa yang banyak



LDF/S Fakultas baik di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional - TPB - Untuk LDF/S yang tidak memiliki LDPS, lingkup program studi dihandle oleh LDF/S bersangkutan Elemen LDK di tingkat fakultas/ sekolah - Mengelola dakwah di lingkup kerjanya - Mengelola dakwah TPB



LDPS Program studi baik di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional



Khusus: - Civitas akademika satu fakultas di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional - Mahasiswa TPB ITB



Khusus: Civitas akademika satu program studi di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional



-



Umum: - Civitas akademika kampus lintas fakultas/ sekolah dan program studi di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional - Masyarakat umum di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional - TPB -



Kesamaan kultur objek dalam lingkup fakultas/ sekolah Memiliki posisi yang strategis untuk objek TPB



Elemen LDK di tingkat program studi -



Mengelola dakwah di lingkup kerjanya



Umum: Civitas akademika kampus lintas fakultas/ sekolah dan program studi di tingkat kampus, lokal, regional, nasional, maupun internasional Masyarakat umum di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional -



Kental akan keilmuan dan keprofesian Kultural Kesamaan kultur objek dalam lingkup program studi Kedekatan dengan objek dakwah Mampu bersinergi dengan himpunan Koordinasi lebih mudah



Tabel diatas merupakan gambaran umunya, dan bisa diturunkan kembali ke pembagian peran antara pusat dan wilayah per sektor dakwah ( internal, syiar dan pelayanan kampus, jaringan, dana, annisaa, dan akademik profesi ). Dengan pembagian yang jelas serta dibukukan dalam sebuah buku panduan dakwah, kita akan lebih mudah untuk membangun hubungan pusat dan wilayah yang sinergis dan harmonis. Control System Mekamisme yang dilakukan adalah pemantauan dan penjagaan per sektor atau departemen yang sebidang. Ini dilakukan untuk mempermudah koordinasi. Sebagai contoh ketua LDF dan LDPS berkoordinasi langsung



dengan kepala LDK dalam sebuah musyawarah pimpinan secara rutin. Ketua kaderisasi/ pembinaan/ tarbiyah/ manajemen SDM pusat mengkoordinir ketua kaderisasi/ pembinaan/ tarbiyah/ manajemen SDM wilayah dan seterusnya. Dengan pemantauan per sektor ini akan lebih mudah untuk menggerakkan dan mengkoordinir, dan peran pemimpin wilayah akan terdistribusi ke masing-masing ketua sektor pusat, hal ini membuat daya aruh dan semangat kebersamaan antara pusat wilayah akan terbentuk. Temu Kader Terpusat Ini merupakan sebuah sarana tersendiri untuk mempertemukan dan memberikan arah gerak dakwah untuk seluruh kader dakwah di kampus. Bisa dijalankan setiap sebulan sekali di awal bulan. Isi dari temu kader terpusat ini adalah, arahan dakwah bulanan oleh kepala LDK, taujih dari dewan syariah atau majelis syuro, pengumuman penting terkait dakwah selama satu bulan kedepan dan muhasabah. Ini merupakan sebuah momen bagi seluruh kader kampus untuk menyatukan hati untuk siap bergerak bersama di masing-masing wilayah dakwah. Semangat dan visi setiap orang diharapkan meningkat setelah temu kader terpusat, selain itu temu kader terpusat merupakan sebuah momen untuk mendidik “satu komando, satu perjuangan”.



Membuka Jaringan ke Tokoh Lembaga dakwah di kampus membutuhkan dukungan dari tokoh tokoh publik, baik itu berskala lokal maupun nasional. Bagaiamana cara membangun jaringan ke tokoh publik ? Membangun jaringan adalah sebuah langkah maju untuk mengembangkan lembaga dakwah. Jaringan disini adalah pihak lain, selain lembaga dakwah kita yang bisa kita jadikan partner dalam bekerjasama untuk membesarkan lembaga dakwah kita atau mungkin jaringan ini bisa sebagai supporter dari lembaga dakwah. Paradigma yang perlu dibangun dalam jaringan ini adalah, membangun jaringan bukan berarti ekspansi dakwah, akan tetapi dalam rangka membangun external support system bagi Lembaga dakwah kita. Membangun jaringan ke tokoh, ini yang akan kita coba bahas dalam kesempatan ini. Tokoh dalam definisi saya adalah seseorang yang mempunyai pengaruh luas terhadap masyarakat pada tingkat tertentu dikarenakan potensi atau kekuasaan yang dimilikinya. Membangun jaringan ke tokoh publik bagi sebuah lembaga dakwah juga perlu dilakukan dalam rangka menguatkan kedudukannya di mata publik. Suatu lembaga yang diakui secara moral, sosial maupun politik oleh seseorang akan mempunyai sebuah gain power yang bisa digunakan untuk menguatkan daya aruh sebuah lembaga. Sebagai gambaran tokoh publik apa saja yang bisa dijadikan objek membangun jaringan, antara lain : Tokoh seni dan olahraga ; Tokoh sosial dan agama; Tokoh politik; Tokoh intelektual; duta besar; Pengusaha; dan Pejabat pemerintahan. Pada persiapan awal butuh disiapkan secara individu kader yang akan membangun jaringan ini, memang dalam membangun jaringan, akan ada sebuah tim yang fokus pada pembangunan jaringan ini, akan tetapi kemampuan dan kesiapan personal dalam tim tersebut harus disiapkan dengan baik. 1.



Setiap kader jaringan memiliki perangkat pembangun jaringan dan identitas lembaga. ( seperti kartu nama atau jaket lembaga dakwah )



2.



Memiliki database pribadi untuk mendokumentasian jaringan yang akan dibangun.



3.



Tertanam pemahaman jaringan yang berjaringan. Dengan kata lain, jaringan yang ada merupakan sumber penemuan jaringan berikutnya.



4.



Kemampuan intrapersonal, adaptif, berkomunikasi, retorika, etika, bernegosiasi dan inisiatif yang baik.



5.



Tertanam bahwa jaringan yang dibangun akan dapat mendukung gerak lembaga dakwah



Sebagai individual perlu dibangun nilai-nilai diatas. Bentuk persiapan bisa dengan dua hal, yakni training dan sharing dengan kader yang lebih berpengalaman. Kemampuan membangun jaringan perlu dilatih dan diasah, tidak cukup hanya dnegan pandai berkomunikasi maka ia sudah bisa dikatakan ahli jaringan, seorang kader perlu punya kemampuan lebih dari itu, ia harus berkemampuan adaptif dengan baik, etika publik yang bisa diterima oleh siapapun, serta kemampuan intrapersonal yang baik. Selanjutnya, saya akan memaparkan langkah-langkah dalam membangun jaringan ke tokoh, dari awal hingg bisa dikatakan sebuah lembaga dakwah sudah memiliki jaringan dengan tokoh tersebut. Karena makna jaringan disini tidak sekedar Anda mempunyai nomor telepon atau email dari seorang tokoh, tapi tokoh tersebut sudah memiliki kepercayaan terhadap Anda. 1.



Sebagai seorang kader jaringan seyogyanya memiliki sense untuk mengetahui informasi yang beredar di kalangan stakeholder dakwah. Coba mulai me –mix and match kan agenda dakwah



yang ada dengan kebutuhan mencari jaringan. Kita memulai membangun jaringan tokoh ini dengan berorientasi pada kebutuhan untuk mendukung agenda dakwah yang atau hanya sekedear silahturahim saja dan di tindak lanjuti.. 2.



Ketika sudah mengetahui ada agenda dakwah yang berpotensi untuk menambah jaringan, maka hal yang mesti dilakukan adalah siapkan adalah : a.



Menyiapkan tools jaringan



b.



Membuat list alternatif tokoh yang bisa hubungi



c.



Menghubungi tokoh untuk membuat jadwal bertemu, beri kesempatan kepada tokoh untuk menentukan jadwal yang sesuai untuknya, kita menyesuaikan saja.



d. 3.



Datang dengan on-time dan pakaian rapih



Tetapkan sasaran strategis untuk ke tokoh yang akan ditemui, rencanakan kerjasama apa saja yang bisa diamanfaatkan kepada tokoh tersebut. Seperti kesediaan sebagai pemateri, link jaringan ke tokoh lain, bantuan dana, atau endorsement.



4.



Berangkat dengan keyakinan bahwa tokoh yang akan didatangi akan merespon dengan baik kedatangan Anda. Oleh karena itu Anda pun perlu untuk :



5.



6.



a.



Menyiapkan diri secara mental dan penampilan fisik dengan baik



b.



Berpikir positif terhadap diri



c.



Berpikir positif kepada tokoh yang akan diajak bertemu



Setelah bertemu Anda harus : a.



Murah senyum



b.



Bicarakan hal-hal yang ia tekuni, geluti atau senangi sebagai pembukaan pertemuan



c.



Bicarakan inti tujuan kedatangan dan harapan kepada beliau



d.



Berikan waktu kepadanya untuk bicara, jangan potong pembicaraan.



Setelah berinteraksi, minta dan simpan kartu namanya,beri kartu nama Anda dan katakan bahwa Anda senang sekali bertemu dengan beliau dan akan menghubungi lagi untuk menindaklanjuti pembicaraan yang telah dibuat. Tanyakan kembali kapan Anda bisa menghubungi atau bertemu kembali. Buat agar sang target mengenal baik kita.



7.



Ingatkan kembali jadwal pertemuan dengan sms



8.



Berharap hanya kepada Allah agar jaringan terbentuk dan dokumentasikan apa yang telah didapat dan Laporkan kepada lembaga dakwah bersangkutan dan mengirim data terbaru sampai pada tim data lembaga dakwah.



9.



Menjaga hubungan dengan selalu mengirim pesan berupa undangan untuk menghadiri kegiatan, laporan kegiatan yang telah dijalankan dan kartu ucapan atau sms ketika ada hari raya atau ketika beliau berulang tahun.



10. Kerjasama dapat dilakukan seterusnya dalam kadar yang tepat, tidak terlalu sering, akan tetapi tetap keep in touch.



Dampak positif dari membangun jaringan ke tokoh adalah tokoh membawa kekuatan lembaga atau instansi yang ia pimpin. Seorang ulama memimpin pesantren, seorang pengusaha mempunyai sebuah perusahaan, seorang pejabat pemerintahan memimpin sebuah instansi pemerintah, seorang tokoh politik mempunyai partai politik yang ia pimpin dan seterusnya. Manfaat dari pembangunan jaringan ini terkadang tidak bisa di terka, dari pengalaman kami dalam membangun jaringan biasanya pemanfaatannya pada saat yang tidak terduga. Sebutlah, ketika sedang membutuhkan tempat untuk diklat, dengan jaringan ulama, pesantrennya dapat digunakan untuk diklat. Seorang pejabat pemerintah karena percaya kepada lembaga kami, dengan mudah memberikan bantuan dana untuk kegiatan kami, seorang tokoh lainnya memberikan link kepada kami kepada pihak-pihak yang bisa diajak untuk kerjasama sponsorship. Membangun jaringan adalah awal dari melebarkan jaringan itu sendiri. Membuka sebuah jaringan maka akan memberikan kesempatan untuk membuka berbagai peluang membangun jaringan lainnya.



Parameter Keberhasilan Syiar Apa saja yang menjadi parameter untuk menilai syiar yang dilakukan telah berlangsung dengan baik ? Mulai saat ini kita akan memulai segala sesuatu dengan parameter keberhasilan untuk mengukur sejauh mana agenda yang telah dilakukan memenuhi target yang dibutuhkan. Parameter keberhasilan ini adalah turunan atau pengewejantahan dari strategi dan program yang akan dijalankan. Dalam kontek dakwah kampus yang profeional parameter keberhasilan adalah sebuah input yang sangat penting dalam evaluasi dakwah kedepannya. Parameter ini perlu didukung dengan indikasi tertentu untuk mempermudahkan menilaian. Syiar adalah proses menyampaikan risalah Islam kepada umat dengan metode yang tepat. Berbagai agenda syiar yang kita kenal seperti talkshow, outbound, camping, wisata rohani, bakti sosial, dan sebagainya telah banyak kita jalankan. Akan tetapi, pada beberapa kampus saya mengamati agenda syiar setiap tahunnya tidak jauh berbeda, bahkan, sama lebih tepatnya. Ini menandakan tidak ada proses evaluasi yang dijalankan setiap tahunnya dan menyebabkan lembaga dakwah tidak hayawi (baca: dinamis). Dalam menentukan parameter keberhasilan syiar ada point of view yang bisa diamati. Pertama dari sisi samawi, dan yang kedua dari sisi ardhi.



Samawi Point of View Ini merupakan pola pandang dari sisi fana. Yakni tidak bisa dilihat langsung oleh kasat mata. Hanya Anda sebagai pribadi dan Allah yang bisa menilai apakah parameter ini sudah terpenuhi atau belum. Poin turunan dari pola pandang ini ada dua, yakni ; a.



Kedekatan kader ( subjek dakwah ) kepada Allah, Anda coba evaluasi diri dan minta kader Anda untuk mengevaluasi diri apakah setelah menjalankan sebuah agenda dakwah. Ia semakin dekat dengan Allah, apakah keyakinannya pada Islam meningkat, apakah ibadah hariannya semakin berkualitas dan semakin mendekati seorang yang berjiwa rabbani. Walau hal ini tidak bisa dinilai langsung, akan tetapi faktor kedekatan kader pada Allah adalah syarat mutlak



keberhasilan dakwah dan kemudahan pertolongan Allah dalam perjuangan dakwah kita semua. Oleh karena itu perlu kiranya seorang pemimpin selalu mengingatkan kadernya untuk selalu menjaga niat karena Allah dan menjaga kualitas ibadahnya. b.



Tercerahkannya objek dakwah. Tercerahkan dalam hal ini adanya perubahan secara individu dari objek dakwah. Perubahan ini tidak bisa dievaluasi langsung, dan bukan sekedar berapa banyak yang hadir dalam sebuah agenda dakwah. Akan tetapi perubahan yang terjadi, seperti seorang yang tidak pernah sholat, setelah mengikuti sebuah kajian, ia menjadi rutin sholat, atau seorang yang biasanya tidak pernah puasa di bulan Ramadhan berubah menjadi menjalankan puasa Ramadhan. Ini yang saya maksud dengan tercerahkan.



Ardhiy point of view Ini adalah pola pandang dari sisi duniawi, yang bisa dilihat dengan kasat mata, dan lebih mudah untuk di evaluasi. Pada pola pandang ini lebih menekankan pada kualitas manajemen organisasi dakwah. Pola pandang ini merupakan pola pandang yang dirumuskan oleh Kepala Sektor Syiar dan Pelayanan Kampus GAMAIS ITB Albaz Rosada. Pola pandang yang digunakan yakni ; a.



Cash flow. Dalam perencanaan keuangan pada agenda syiar haruslah berpegang pada nilai balance cashflow atau bahkan surplus cashflow. Pendanaan yang baik akan membuat syiar kita tidak terkesan dipaksakan dan bisa optimal. Syiar yang baik tidaklah harus mahal. Akan tetapi cocok dan sesuai dengan kebutuhan objek dakwah. disinilah perencanaan syiar harus memikirkan dana, jangan sampai dana yang ada terlalu besar. Walau memang dengan rencana anggaran yang besar, bisa menjadikan kader dakwah kreatif dalam menggalang dana. Sebuah lembaga dakwah kampus seharusnya bisa menghasilkan uang dalam jumlah besar. kebebasan finansial membuat sebuah Lembaga dakwah bisa mandiri serta independen dari semua pihak. Jika memungkinkan dibangun sebuah paradigma bahwa event syiar bukanlah momen untuk menghabiskan uang, akan tetapi sebagai momen untuk menghasilkan uang. Kita bisa menggunakan perangkat pendukung akuntansi untuk memudahkan pembukuan anggaran.



b.



Appreciation. Maksudnya adalah tanggapan atau respon dari semua stakeholder yang terkait dengan agenda yang di adakan. Apresiasi pertama tentu dilihat dari perserta atau objek dri agenda yang dibuat. Apakah mereka puas dan senang dengan agenda yang disusun. karena tujuan syiar ini adalah mentransformasi objek dakwah yang masi belum tau menjadi tau. Penilaian termudah dalam melihat apresiasi adalah dengan adanya orang-orang yang tergabung dalam simpatisan dakwah. dalam hal ini peran data sangat penting untuk di gunakan dan berdungsi dalam melihat evaluasi agenda dakwah. Stake holder lainnya seperti pengisi acara, pihak yang diajak kerjasama dana, donatur, dan sebagainya. Apresiasi dari mereka sangat penting karena tanpa mereka agenda dakwah ini tidaklah akan berjalan dengan lancar. Perangkat untuk menilai hal ini dengan observasi langsung saja terhadap stakeholder terkait.



c.



Participation. Partisipasi dari massa kampus atau objek dakwah akan agenda kita, bisa dilihat dari cara mereka merespon dan mendukung agenda kita. Apakah hanya sebagai pengunjung atau juga memberikan dukungan lainnya, ataukah ada kesediaan untuk mengikuti pembinaan dari lembaga dakwah. Perangkat angket atau kuesioner bisa digunakan untuk menilai partisipasi massa sudah optimal.



d.



Value. Selalu ada pemikiran yang akan disampaikan dalam setiap syiar kita. Penyebaran pemikiran risalah Islam ini menjadi sebuah misi dalam dakwah kita. Selain itu nilai yang kita maksudkan sejatinya bisa menjadi corong opini dan mengubah pola pikir dari objek dakwah kita. Dengan selalu berpegang pada value yang akan disampaikan, dakwah ini akan senantiasa selalu pada asholahnya. Pentingnya penentuan value juga harus diperhatikan. Jangan sampai nilai atau pesan yang disampaikan kontraproduktif, karena tidak sesuai dengan kebutuhan objek dakwah. Perangkat angket bisa menilai apakah objek dakwah sudah mendapatkan pesan yang ingin kita sampaikan.



e.



Documentation. Dokumentasi menjadi hal yang sangat mahal. kebiasaan diantara kita semua dokumentasi seringkali terlupakan. sehingga tidak ada hal yang bisa diturunkan ke penerus kita di lembaga dakwah. Ada dua hal yang haru terdokumentasi dengan baik. pertama dokumentasi data seperti notulensi rapat,proposal, ide-ide, dan lain-lain. Kedua dokumentasi foto dan film kegiatan. penyimpanan data ini juga harus terorganisir dengan baik sehingga bisa jadi warisan penting bagi penerus dakwah kita di masa yang akan datang. Perangkat pendukung bisa dengan sebuah database yang dikoordinir oleh tim data lembaga dakwah.



Cara Membuat Proposal Sponsorship Adakah tips untuk membuat proposal sponsor agar dapat menjadi tools yang tangguh untuk mendapatkan kontrak kerjasama dengan perusahaan ? Penggalangan dana melalui donasi atau sponsorship sudah menjadi sebuah cara yang cukup digemari diantara lembaga dakwah. Karena memang usaha ini membutuhkan effort sedikit dari segi waktu, tenaga, dan SDM. Hanya dengan bermodalkan proposal, lalu membuat list perusahaan, menghubungi dan membuat janji, lalu negosiasi dan ditandatanganilah kontrak kerjasama, lalu 1 pekan kemudian dana sponsor sudah di rekening Anda . Anda pasti berkata “yusuf ini pasti bercanda, tidak semudah itu mencari dana dengan sponsorship”. Saya tidak mengatakan bahwa pendapat Anda benar, tapi saya akan mengatakan bahwa memang mencari dana dengan sponsor “semudah itu”. Dua kunci utama dalam mengaet sponsor adalah tools dan communication. Ya, alat yang digunakan dalam hal ini proposal dan perangkat pendukungnya, serta kemampuan komunikasi yakni meyakinkan diri dan pihak sponsor bahwa produk atau acara yang Anda ajukan adalah hal yang menguntungkan. Pada bagian ini saya akan menjawab dan memaparkan dari segi tools saja, untuk kunci kedua atau komunikasi akan saya coba bahas pada kesempatan lain. Proposal, jika mendengar kata ini apa yang akan Anda pikirkan pertama kali ? kumpulan kertas, uang, kontrak, kegiatan, atau apa ? Anda boleh berpikir apapun tentang proposal, tapi saya mempunyai pandangan tersendiri mengenai proposal, dan saya harap Anda bisa mengikuti terlebih dahulu pola pikir saya. Proposal adalah media, penghubung antara satu pihak dengan pihak lain. inilah fungsi utama proposal, ialah yang akan mengkomunikasikan atau menyampaikan pesan yang akan kita sampaikan kepada pihak sponsor. Jika salah mengemas media ini, maka akan berdampak kontraproduktif terhadap hasil yang diharapkan. Coba bayangkan diri Anda seorang CEO atau Direktur Pemasaran dari sebuah perusahaan. Dimana Anda duduk di sebuah kursi empuk dalam ruangan khusus Anda. Didepan Anda ada meja kerja yang dilengkapi dengan komputer dan disisi lain ada tumpukan kertas yang bukan lain adalah tumpukan proposal pengajuan kerjasama yang perlu Anda pelajari dan diambil keputusan, mana yang akan ditindaklanjuti. Dalam kondisi ini, kira-kira proposal seperti apa yang akan Anda ambil dari puluhan proposal yang ada ? “proposal yang menarik”, “proposal yang unik”, dan “proposal yang tipis”. Tiga jawaban ini yang saya dapat dari beberapa kali diskusi dengan bagian pemasaran sebuah perusahaan. Peran proposal adalah sampai pada perusahaan tertentu yang diajukan proposal oleh Anda merespon dan menindaklanjuti pengajuan Anda. Walau ada tahap ini belum ada kesepakatan yang dibuat, tapi yakinlah, ini adalah 50% dari langkah Anda mencapai sebuah kesepakatan kontrak kerjasama. Saya akan menyampaikan pandangan saya dalam dua bagian. Bagian pertama terkait isi proposal dan bagian kedua terkait pengemasan proposal. Isi Proposal Membuat proposal untuk sponsorship berbeda dengan proposal pada umumnya. Pada proposal biasa, kita menuliskan banyak hal dalam proposal tersebut. Disusun dengan rangkaian kata yang indah, dan menghasilkan proposal yang sangat tebal. Ini sangat bertentangan dengan kebutuhan pihak perusahaan yang lebih memilih proposal yang tipis dan to the point. Oleh karena itu isi dari proposal bisa dibatasi menjadi beberapa hal dengan tampilan isi yang disesuaikan. Pendahulan Berisikan dalil pendahuluan untuk mencitrakan bahwa proposal berasal dari lembaga dakwah. Lalu dilanjutkan dengan latar belakang kegiatan dan alasan yang mendasari mengapa kegiatan berlangsung. Serta sedikit profil lembaga Anda. Pada bagian ini maksimal terdiri dari 3 paragraf.



Tujuan Berisikan tujuan mengapa sebuah kegiatan diadakan. Maksimal 1 paragraf. General Information Berisikan informasi umum yang perlu diketahui oleh pihak perusahaan terkait kegiatan yang diajukan. Terdiri dari tempat dan waktu kegiatan, sasaran kegiatan dan target peserta kegiatan. Acara Berisikan acara-acara yang akan ada dalam kegiatan yang diajukan. Sebagai contoh untuk kegiatan Try Out SPMB.



----------------------Acara------------------------Super Try Out Training Games Bazaar Talkshow Doorprize Pengisi Acara Menyebutkan siapa saja yang akan menjadi pengisi acara yang ada. Baik itu, MC, pemateri, narasumber, tokoh, artis atau mungkin pejabat publik. Anggaran Anggaran tidak perlu ditampilkan secara mendetail hingga berapa jumlah selotip yang akan digunakan beserta harganya. Cukup tampilkan hal-hal umum saja yang sudah di akumulasikan. Sebagai contoh;



----------Anggaran---------VENUE



Rp. 30.000.000



PRODUKSI



Rp. 20.000.000



KONSUMSI



Rp. 5.000.000



PUBLIKASI



Rp. 15.000.000



TRANSPORTASI



Rp. 5.000.000



PERLENGKAPAN



Rp. 10.000.000



ADMINISTRASI



Rp. 2.000.000



Total



Rp. 92.000.000



Kategori Sponsor Kategori sponsor jangan ditampilkan dalam bentuk tulisan panjang dengan penjelasan yang berkepanjangan. Tampilkan dalam bentuk tabel yang mudah untuk dibaca dan dipahami. Berikut contohnya;



-----------Kategori Sponsor----------Kontrapertasi



Platinum



Gold



Silver



Bronze



Penyandingan nama sponsor dengan kegiatan



V



-



-



-



Baligo ( 5 buah )



XL



L



M



S



Poster ( 2000 buah )



XL



L



M



S



Leaflet ( 10.000 buah )



XL



L



M



S



Tiket



XL



L



M



S



Kaos ( 1000 buah )



XL



L



M



S



ID Card



XL



L



M



S



Commercial break oleh MC



V



V



V



V



Publikasi media pendukung



V



V



V



V



Jingle perusahaan saat break



V



V



V



V



Hak memberikan brosur



V



V



V



V



Pendirian stand



Exclusif



Front gate



Inner area



Outer area



Pemasangan spanduk perusahaan



50



40



30



10



Publikasi on air



V



V



V



V



Biaya



92.000.000



46.000.000



23.000.000



12.000.000



Tampilan seperti ini akan lebih mudah untuk dipahami oleh pihak perusahaan, karena sederhana dan juga tidak banyak menghabiskan waktu untuk membolak-balikan halaman. Paket Sponsor Ini adalah bagian untuk menampilkan tawaran kerjasama yang bersifat lebih bebas dan biasanya untuk jumlah yang kecil atau dibawah tawaran sponsorship bronze. Ini bisa diajukan untuk perusahaan medioker, dimana ia akan mendapat kontrapertasi sesuai dengan pilihan yang ia ajukan setelah di konversi dengan standar yang kita ajukan. Sebagai contoh.



---------paket sponsor--------No



Kontrapertasi



Jumlah kerjasama ( Rupiah )



1



Baligo ( 5 buah ukuran S )



5.000.0000



2



Poster ( 2000 buah ukuran S )



4.000.000



3



Leaflet ( 10.000 buah ukuran S )



4.000.000



4



Kaos ( 1000 buah ukuran S )



3.000.000



5



Pemasangan Spanduk dan umbul-umbul perusahaan ( 10 buah )



2.000.000



6



Pendirian stand



1.000.000



7



ID Card ( ukuran S )



1.000.000



8



Tiket ( ukuran S )



1.000.000



9



Jingle perusahaan



500.000



Co-partnership Ini merupakan ajuan bentuk kerjasama yang bersifat lebih bebas dan sedikit terlepas dari seputar media dan publikasi, bentuk kerjasam tambahan ditampilkan di bagian ini, seperti pengadaan konsumsi panitia, barter promo, pemberian produk perusahaan, kerjasama jasa perusahaan, pemberian bantuan sosial untuk acara baksos, dan lainnya. Di bagian ini pula disampaikan bahwa bentuk kerjasama lainnya dapat dibicarakan lebih lanjut dan panitia sangat senang dapat berdiskusi dengan pihak perusahaan terkait kerjasama lain yang bisa dilakukan. Penutup Berisikan sebuah harapan dan keyakinan panitia bahwa kegiatan yang dilakukan sangat bermanfaat dan akan berhasil. Serta sebuah ucapan terima kasih kepada pembaca proposal. Contact person Berisikan alamat , email , dan nomor telepon yang bisa dihubungi terkait penindaklanjutan proposal yang telah diajukan.Usahakan nomor handphone CP lebih dari satu orang dan dengan provider yang berbeda. Pengemasan Dalam mengemas proposal perlu direncanakan dengan baik agar menghasilkan yang terbaik pula. Butuh modal yang cukup besar untuk mengemas proposal ini, tapi yakinlah ini akan pula berdampak pada tingkat keberhasilan pemanfaatan proposal. Hanya ada dua tips yang bisa saya berikan dalam mengemas proposal sponsorship, yakni eye catching dan mudah dibaca. Eye catching yang dimaksud adalah unik, kreatif, dan membuat seseorang tertarik untuk membaca dan memilih proposal Anda diantara tumpukan proposal yang diajukan. Mudah dibaca adalah, komposisi tulisan dan warna membuat seseorang mudah membaca dan nyaman untuk mengamati dan memahami isi proposal Anda. Komposisikan tulisan dan warna sedemikan rupa, tambahkan gambar atau variasi tertentu yang menambah estetika proposal. Bentuk dari proposal sendir sangat bervarian, saya pernah menemukan beberapa bentuk proposal yang sangat unik, antara lain ; 1.



Dikemas dalam kertas glossy dan tidak lebih dari 8 halaman. Proposal dibuat sedikit lebar agar ukurannya tidak seperti kertas pada umumnya. Warna dibuat dengan biru cerah yang menarik perhatian.



2.



Dikemas dalam sebuah CD yang di programkan dengan software macromedia flashTM. Ini menimbulkan kesan high-tech dan ramah lingkungan karena tidak menggunakan kertas. Dengan CD



anda bisa mengemas isi tampilan lebih advance karena akan ditampilkan di komputer, isi proposal juga bisa lebih banyak. Tambahkan profil lembaga untuk meyakinkan pihak perusahaan. 3.



Gulungan kain seperti pengumuman kerajaan masa lalu atau jurus rahasia kungfu. Sebuah gulungan kain yang diikat dengan pita yang sangat cantik. Isi proposal hanya pada sebuah kain atau kertas daur ulang yang sepanjang 40 – 50 cm saja. ini sangat membuat seseorang tertarik karena tampilan yang tidak biasa, yakni seperti tabung lonjong. Sangat jauh berbeda dari proposal yang pada umumnya.



4.



Proposal berisikan kertas yang tidak dibukukan, beberapa lembar kertas dimasukkan dalam sebuah kotak yang sangat estetis, kertas hanya berukuran A5 dan untuk membacanya seperti bermain kartu, dimana kita akan membacanya dengan mengambil kertas satu persatu.



5.



Proposal sederhana dengan bentuk bulat, kertas dipotong sehingga menjadi lingkaran, dan dikemas dengan baik. Halaman depan dibuat pop up sehingga mnejadi daya tarik tersendiri bagi proposal tersebut.



Variasi bentuk akan berkembang seiring waktu, semakin banyak seniman yang pandai mengemas desain proposal yang menarik untuk dibaca. Disesuaikan pula dengan budaya yang ada di daerah dan kemampuan dari SDM yang ada. Tetap berpegang pada tips, menarik dan mudah dibaca dalam mengembangan inovasi bentuk proposal.



Strategi Dakwah di Kampus yang Luas dan Tidak Satu Kompleks Untuk kampus yang secara geografis besar atau bahkan kampusnya tidak satu kompleks, bagaimana strategi dakwah yang bisa dilakukan ? Beberapa kampus negeri dan swasta memang memiliki kampus yang luas, seperti kampus universitas Indonesia Depok yang sangat luas dan diselingi hutan, Universitas Hasanudin Makassar yang bahkan angkutan umum masuk ke dalam kampus karena jarak yang jauh antara gedung kuliah dan jalan utama. Atau kampus yang memiliki lebih dari satu kompleks, seperti Universitas Negeri Jakarta Rawamangun atau Institut Pertanian Bogor atau Universitas Dipenogoro Semarang. Saya sendiri berasal dari kampus yang yang kecil, di Institut Teknologi Bandung mahasiswa hanya butuh waktu 5-10 menit untuk berjalan dari gerbang depan ke depan belakang, dan hanya membutuhkan waktu 2 jam saja untuk menutup semua mading kampus dengan publikasi lembaga dakwah. Jawaban saya akan pertanyaan ini bersumber dari diskusi saya dengan kader dakwah dari kampus lain, terutama dari kampus yang pernah saya kunjungi. Tantangan yang dihadapi dalam kondisi ini biasanya terkait syiar kampus dan koordinasi dakwah. Dua fokus inilah yang akan jadi pendekatan saya menjawab pertanyaan ini. Sebelumnya saya akan mengklasifikasikan kondisi geografis kampus untuk memudahkan pendekatan, yakni: 1.



Kampus memiliki lebih dari satu kompleks yang sangat berjauhan ( subjek pengamatan : IPB dan UNPAD)



2.



Kampus memiliki lebih dari satu kompleks, akan tetapi jarak tidak terlalu jauh ( subjek pengamatan : UNJ )



3.



Kampus yang hanya satu fakultas saja yang terpisah dari kompleks kampus utama ( subjek pengamatan : UNAND )



4.



Kampus yang sangat luas dari segi geografis ( subjek pengamatan : UNHAS dan UI )



Empat klasifikasi ini akan menggunakan pendekatan tersendiri. Jawaban yang akan saya berikan merupakan gabungan dari pendapat kader dari kampus yang menjadi subjek pengamatan dan pandangan ideal menurut saya pribadi. Sehingga mungkin ada perbedaan dari apa yang saya tuliskan dengan kenyataan di kampus yang menjadi subjek pengamatan. Kampus memiliki lebih dari satu kompleks yang sangat berjauhan Ada kampus yang dibangun di dua atau mungkin lebih kompleks yang dalam jarak yang berjauhan, selain IPB, UNPAD Bandung juga memiliki 2 kampus yang berjauhan. Saya akan melihat dengan kondisi di IPB terlebih dahulu. Ada dua kampus yang berjarak sekitar 10 km dan waktu tempuh sekitar 45 menit hingga 1 jam. IPB yang saya kenal adalah kampus yang memiliki kader dalam jumlah yang sangat banyak, dan memiliki masa Tahap Persiapan Bersama yang di asramakan. Kebijakan yang dibangun di kampus ini adalah membangun dua Lembaga dakwah, yang masing-masing berdomisili di masing-masing komplek kampus. Al Hurriyah dan Al Ghifary, dua lembaga dakwah kampus ini memiliki kebijakan dan arahan dakwah masing-masing akan tetapi tetap berkoordinasi dalam Forum Silahturahim LDK IPB untuk sinergisasi gerak dakwah. Di UNPAD yang satu kampus berada di daerah jatinangor dan satu lagi di kota Bndung, kebijakan yang diambil adalah mengoptimalkan Lembaga dakwah di tingkat fakultas untuk mengoptimalkan gerak dakwah di masing-masing fakultas. Mereka tetap dengan satu lembaga dakwah tingkat kampus, akan tetapi ada penanggungjawab (PJ) LDK FKDF di kompleks UNPAD Bandung. PJ ini bertugas untuk mengkordinir lembaga



dakwah fakultas yang ada di kompleks kampus tersebut. Untuk agenda syiar skala kampus biasanya tempat kegiatan berpindah-pindah, dan bergantian antara kampus jatinangor dan kampus bandung. Kampus memiliki lebih dari satu kompleks, akan tetapi jarak tidak terlalu jauh Universitas Negeri Jakarta di daerah Rawamangun adalah kampus yang memiliki kompleks dua buah. Mereka menyebutnya Kampus A dan Kampus B, pembagian fakultas memang tidak merata, di kampus B hanya ada dua Fakultas, yakni MIPA dan Olahraga. Kebijakan yang diambil di kampus ini adalah tetap dengan satu komando dalam satu lembaga dakwah tingkat kampus. Dimana fungsi utama lembaga dakwah tingkat kampus adalah mengkoordinir dan menstimulus pergerakan di tingkat fakultas. lagi-lagi memang untuk kampus yang secara geografis luas, pendekatan dengan lembaga dakwah fakultas merupakan cara yang sangat jitu. Untuk agenda syiar biasanya diadakan di kampus A yang lebih banyak mahasiswanya dan juga menjadi basecamp dari lembaga dakwah kampusnya. Untuk “membawa” massa dari kampus A ke kampus B tidak begitu jadi masalah karena jarak yang hanya kurang dari 500 m saja. Media yang digunakan untuk mengajak dengan publikasi dan ajakan individu kader di masing-masing fakultas. Sejauh pengamatan saya kebijakan ini berjalan dengan baik karena lembaga dakwah fakultas dapat menjalankan perannya dengan sangat baik. Pendekatan dakwah lebih intens dilakukan oleh lembaga dakwah tingkat fakultas, pengelolaan independen dari kaderisasi dan syiar dilakukan di fakultas. Kampus yang hanya satu fakultas saja yang terpisah dari kompleks kampus utama Biasanya ini terjadi pada kampus yang mempunyai fakultas kedokteran. Saya mengambil contoh UNAND dengan alasan kebetulan ketika menulis tulisan ini, saya sedang berada di Kota Padang. UNAND memiliki dua kampus. Kampus utama diatas bukit dan kompleks fakultas kedokteran UNAND di daerah Jati, Kota Padang, mereka sering menyebut UNAND bawah. LDK FKI Rabbani UNAND cukup berperan besar dalam gerak dakwah di UNAND, LDF tetap ada, tetapi menurut pengamatan saya kekuatan LDK disini cukup besar. Sehingga beberapa agenda skala kampus dilakukan secara rutin. Untuk penanganan di kampus FK, didirikan SKI ( LDF ) tersendiri yang mengelola kaderisasi dan syiar secara mandiri. Sejauh ini syiar skala kampus selalu diadakan di kampus atas, dan sulit untuk mengajak massa non-kader dari kampus FK untuk mengikuti acara syiar di kampus atas. Mungkin bagian ini cocok dengan seluruh FK di seluruh Indonesia. Adanya FULDFK ( forum ukhwah lembaga dakwah fakultas kedokteran ) bisa menstimulus gerak dakwah di fakultas kedokteran yang relatif panjang karena ditambah pula dengan massa Koas. Saya sangat merekomendasikan untuk menguatkan dakwah di tingkat fakultas terkait kondisi ini. Kampus yang sangat luas dari segi geografis Bagi yang baru datang ke kampus UI Depok Anda pasti tidak akan langsung bisa menghafal dimana FE, dimana FT, dimana FH dan sebagainya. Karena memang luasnya kampus ini. Begitupula kampus UNHAS Makassar yang juga memiliki kampus yang sangat besar pula. Saya mengamati pada kampus yang besar secara geografis ini kekuatan LDK dalam menyentuh langsung massa kampus tidak begitu kuat. Apalagi dengan lembaga dakwah tingkat fakultas yang sangat kuat, dan memang untuk kondisi kampus yang besar secara geografis memang yang harus diutamakan kekuatan lembaga dakwah tingkat fakultas. lembaga dakwah tingkat kampus bisa dengen mengadakan sesekali agenda dakwah skala kampus dan membuat sinergisasi antara LDF, seperti membuat arahan dakwah bersama, isu bersama dan lainnya. Sehingga effort yang dikeluarkan lembaga dakwah tingkat pusat sedikit, akan tetapi karena didukung oleh lembaga dakwah tingkat fakultas, gerak dakwah tetap akan terasa. Fungsi lembaga dakwah tingkat fakultas dapat difokuskan kearah eksternal kampus, seperti menanggapi isu nasional, membantu akselerasi kampus lain, atau membangun jaringan skala internasional.



Urgensi dan Lingkup Dakwah Muslimah Sebenarnya apa urgensi dakwah muslimah dan sejauh mana ruang lingkupnya ? apakah perlu ada bidang khusus yang menangani permasalahan muslimah di sebuah lembaga dakwah ? Sejujurnya jika ditanya pertanyaan ini, saya khawatir tidak dapat menjawab dengan baik, akan tetapi pertanyaan ini beberapa kali ditanyakan kepada saya. Walau memang sebetulnya ada yang lebih berhak untuk menjawab pertanyaan ini, yakni kepala sektor Annisaa GAMAIS ITB, Agtriana Leandini, saya akan mencoba menjawab sejauh pemahaman dan pengalaman serta panduan dari pedoman dakwah GAMAIS 2008-2013. Sesuai yang disabdakan Muhammad Rasulullah bahwa “Wanita adalah tiang Negara !”. Hancur atau majunya suatu Negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya. Seorang penyair bahkan mengatakan bahwa seorang ibu ibarat sekolah, apabila kamu siapkan dengan baik. Berarti kamu menyiapkan satu bangsa yang harum namanya. Begitu juga, orang-orang bijak banyak yang mengaitkan keberhasilan para tokoh dan pemimpin dengan peran dan bantuan kaum wanita lewat ungkapan “Dibalik keberhasilan setiap pembesar, ada wanita!” Tidak dapat dipungkiri bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya yang akan meneruskan tongkat estafet peradaban ini. Tidak heran jika muncul ungkapan, dibalik kelembutan seorang wanita ia bisa mengayunkan buaian di tangan kanan dan mengguncang dunia dengan tangan kirinya. Namun, kesadaran akan hal tersebut belum dimiliki oleh para perempuan secara umum dan para muslimah pada khususnya. Untuk itu, da’wah muslimah sebagai bagian dari da’wah semesta memiliki arti penting mengembalikan pemahaman yang benar tentang peran wanita yang sesuai fitrah dan posisinya dalam Islam. Proses perubahan tak akan terjadi seketika tapi dibutuhkan studi yang mapan, terencana, sistematis, terorganisir secara rapi yang direalisasikan melalui gerakan dakwah yang solid. Karena itu, da’wah muslimah juga harus ditata, dikelola dan diorganisir secara baik dan teratur dengan kepemimpinan yang kokoh dan manajemen yang baik, yang tertuang dalam suatu wadah pergerakan. Urgensi dari dakwah muslimah sangat diyakini menjadi salah satu bagian penting dalam dakwah, bahkan seorang bijak mengatakan pembagian porsi dakwah muslimah dengan dakwah keseluruhan, adalah jika dakwah itu adalah lingkaran, maka dakwah muslimah sebesar setengah lingkaran. Pergerakan dakwah muslimah seperti yang kita ketahui telah bergulir sejak zaman Nabi Muhammad, dimana Nabi menempatkan Istrinya sebagai pemimpin para muslimah. Peran sentral dari muslimah yang juga telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya merupakan urgensi yang saya nilai sebagai landasan mendasar mengapa kita perlu menjalankan dakwah khusus muslimah di kampus.Terkait apa peran dari bidang muslimah dan secara khusus kepala kemuslimahan di sebuah lembaga dakwah, Saya mengamati terdapat tiga peran utama yang bisa dijalankan oleh seorang kepala kemuslimahan.



Wakil ketua lembaga untuk seluruh muslimah. Dimana ia menjadi tangan kanan seorang ketua lembaga. Ketika zaman Rasul, siti Aisyah memerankan peran ini dengan baik. Ia yang memberikan arahan untuk para muslimah, memberikan pembinaan, menyampaikan aspirasi muslimah di syuro, dan sebagai panglima dakwah untuk para muslimah itu sendiri. Saya sangat sepakat jika, posisi seorang kepala muslimah hanya satu tingkat di bawah seorang kepala lembaga dakwah. Pemimpin untuk seluruh koordinator akhwat. Jika seorang kepala lembaga mengkoordinir, membina, dan memimpin langsung kepala departemen di bawahnya. Maka sosok kepala muslimah ini berperan sebagai pengkoordinir, pembina dan pemimpin bagai para koordinator akhwat seluruh departemen. Peran ini diharapkan dapat membuat daya rangkul antara kader pria dan perempuan seimbang. Sebagai pelakasna bidang dakwah muslimah. Fungsi mendasarnya yang ketiga adalah menjalankan dakwah muslimah itu sendiri, baik itu agenda kaderisasi, syiar maupun jaringan muslimah. Secara lingkup dakwah muslimah itu sendiri, menurut kepala sektor Annisaa GAMAIS ITB sangat luas dan meliputi seluruh aspek dakwah kampus. Akan tetapi saya mencoba menyederhanakannya dalam tiga bidang utama, yakni : Kaderisasi¸ yang dilakukan khusus untuk para muslimah. Berbagai agenda kaderisasi butuh ditambahkan kepada para muslimah agar dapat menjadi sosok muslimah ideal. Penambahan agenda kaderisasi ini diharapkan dapat membuat para muslimah ini dapat memahami perannya sebagai individu, anak, Istri, Ibu, dan da’iyah. Tuntutan peran dalam berbagai bidang kehidupan, baik kehidupan rumah tangga, sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik dan pemerintahan, dalam rangka mengemban amanah da’wah, amar ma’ruf nahi mungkar, membutuhkan bekal yang cukup bagi akhwat muslimah untuk menjalankan peran multi dimensi yang di pikul. Sehingga Kampus memiliki tanggung jawab dalam berpartisipasi dalam membentuk muslimah shalehah yang syamil dengan kehadiran bidang muslimah lembaga dakwah yang melakukan program berupa Pembinaan dan Pengembangan Potensi Muslimah. Syiar, secara metode variasi syiar muslimah tidak berbeda jauh dengan dakwah pada umumnya. Akan tetapi syiar muslimah ini mempunyai kekhususan di bidang materi yang akan disampaikan. Karena syiar merupakan bagian dari kaderisasi massal, maka akan tetap mengacu pada pembentukan karakter muslimah yang memahami perannya sebagai individu, anak, Istri, Ibu, dan da’iyah. Contoh beberapa materi yang bisa disampaikan antara lain ; konsep diri muslimah, kewajiban seorang muslimah, fiqih darah wanita, fiqih thaharah, figur muslimah teladan, urgensi dan peran muslimah dalam dakwah, etika interaksi perempuan dan pria, akhlak seorang muslimah, perawatan diri seorang wanita, career planning, dakwah dan rumah tangga, basic lifeskill bagi muslimah, dan muslimah pembelajar. Jaringan, dalam membangun dakwah kita perlu juga untuk mengembangkan jaringan agar dakwah yang dilakukan akan lebih kuat dan bermanfaat. Bidang kemuslimahan yang ada diharapkan pula dapat meluaskan



jaringannya ke sesama lembaga dakwah lain. Selama lembaga dakwah tersebut masih bertujuan untuk menegakkan Islam, cobalah untuk membangun komunikasi dengan mereka. Untuk lingkup dakwah kampus, saat ini ada jaringan muslimah ( JARMUS ) FSLDK. Dimana seluruh bidang kemuslimahan di seluruh kampus di Indonesia yang berada dalam naungan FSLDK terkoordinir dalam Jarmus Nasional. Untuk mewujudkan dakwah muslimah yang baik dan tepat sasaran diperlukan langkah yang bisa ditempuh dalam dakwah muslimah ini sendiri. Bidang muslimah disebuah lembaga dakwah dapat melakukan tiga hal utama sebagai langkah awal. Langkah awal ini diharapkan dapat dijalankan untuk menetralisir segala paradigma tentang muslimah yang salah. a.



Meluruskan paradigma muslimah agar sesuai dengan fitrahnya. Saat ini banyak pandangan yang salah tentang sebenarnya bagaimana seorang muslimah itu. Atau bahkan paradigma tentang perempuan itu sendiri. Ada sebuah pandangan emansipasi wanita secara berlebihan yang membuat peran sebagai penopan rumah tangga menjadi lemah. Ada pandangan feminisme yang perlu diluruskan dengan koridor Islam. Perlu dijelaskan pula kepada objek dakwah, bahwa Islam tidak memandang perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga, akan tetapi ada peran perempuan yang sangat besar.



b.



Membudayakan gaya hidup islami kepada para muslimah , gaya hidup atau lifestyle dari seorang muslimah yang baik. Gaya hidup ini bisa dalam dua pendekatan, yakni simbolik dan kebiasaan. Secara simbolik yakni dengan membudayakan penggunan jilbab, dan terkait kebiasaan seperti tutur kata, cara tertawa, atau kebiasaan pulang tidak larut malam.



c.



Membentuk karakter



muslimah yang



tawazun, menyeimbangkan secara individu yakni



keseimbangan antara fikriyah, jasadiyah, dan ruhiyah. Serta keseimbangan perannya sebagai ibu, istri dan anak. Sehingga terbentuk sosok muslimah yang memiliki pemahaman yang komprehensif terhadap perannya.



Bagaimana Menokohkan Diri Anda Saat ini FSLDK mempunyai target untuk menokohkan kader dakwah kampus dengan harapan dapat memunculkan figur yang memang “jebolan” dakwah kampus, bagaimana cara Kita sebagai pribadi untuk meningkatkan kapasitas kita dan ketokohan kita di kampus, regional, maupun nasional ? Saya termasuk salah satu orang yang terlibat dalam pembahasan target 1000 Tokoh Aktifis dakwah kampus dengan kawan-kawan dari kampus lain. Memang program ini masih belum berjalan dengan ideal, karena berbagai faktor antara lain; (1) belum siapnya kader dakwah kampus untuk menghadapi dunia luar lembaga dakwahnya, ciri eksklusif masih banyak terdapat pada kader dakwah kampus.(2) kerendahan hati para kader dakwah, sebuah sifat yang sangat terpuji, akan tetapi jika digunakan pada tempat yang salah akan berakibat pada tidak berkembangnya dakwah, saya berpesan agar kita tidak tawadhu salah tempat. (3) kelemahan pemanfaatan teknologi, kemajuan teknologi saat ini semakin berkembang, Anda bisa menjadi seorang yang dikenal luas dengan memanfaatkan teknologi ini, seorang tidak perlu bertemu langsung dengan Anda, akan tetapi ia akan dapat mempercayai Anda serta menganggap Anda seorang yang telah dikenal luas.(4) pendeknya masa perkuliahan, saya merasakan bahwa seorang kader matang saat tingkat tiga, sedangkan masa kuliah pada umumnya hanya 4 tahun, sehingga belum sempat seorang kader menokoh secara nasional, bahkan daerah, ia sudah keburu dikejar dengan kelulusan. (5) tidak merasa ( atau mungkin malu ) sebagai kader dakwah kampus. Beberapa kader pernah saya amati tidak merasa bisa “menjual” dirinya jika ia berpredikat kader dakwah kampus. Mungkin sebetulnya banyak kader yang telah tertokohkan, akan tetapi ia tidak dipandang sebagai kader dakwah kampus. Melihat kenyataan serta tuntutan yang ada terkait ketokohan kader dakwah, perlu kiranya Anda secara pribadi yang menokhkan diri Anda. Saya mempunyai keyakinan bahwa Anda dapat menjadi tokoh yang bermanfaat bagi dakwah kampus. Anda mempunyai potensi sebagai pribadi, Anda punya lembaga dakwah yang menjadi lingkungan Anda belajar dan berdakwah dan Anda bisa memanfaatkan jaringan FSLDK sebagai pendukung ketokohan Anda di tingkat kampus, daerah, bahkan nasional. Pernahkah Anda berpikir bahwa tidak ada definisi tokoh yang sama bagi setiap orang. Karena setiap orang mempunyai standar tersensdiri, kebutuhan idola tersendiri dan kebutuhan panutan yang berbeda-beda. Jadi setiap dari Anda bisa menjadi tokoh dengan potensi yang Anda miliki serta dengan jumlah massa pendukung yang memang akan terkena dampak ketokohan Anda. Saya pernah menulis tentang bagaimana menokohkan kader dakwah, pada tulisan ini saya menyampaikan bahwa kader dakwah bisa menjadi tokoh dari berbagai pendekatan yang ada. Tergantung Anda bisanya menokoh dengan cara yang bagaimana. Apakah Anda sebagai sosok, religi, akademisi, olahragawan, seniman, aktifis mahasiswa, atau lainnya. Tahap pertama adalah menentukan jalur ketokohan Anda. Seorang tokoh yang dibutuhkan saat ini adalah sosok tokoh yang moderat, dimana ia tidak terlalu ekstrem dalam berpikir, akan tetapi tetap dengan landasan berpikir yang kuat. Seorang tokoh yang disenangi adalah tokoh yang luwes, supel dan terbuka serta bisa berkomunikasi dengan orang banyak. Saat ini banyak kader yang mempunyai kapasitas pemahaman yang kuat, akan tetapi hanya sedikit sekali yang bisa membahasakannya kepada objek dakwah yang heterogen dengan baik, alhasil ia hanya bermanfaat bagi sesama kader saja. Baiknya Akhlak serta budi perkerti dan tata bahasa menjadi daya tarik tersendiri, seorang yang berakhlak baik, dan memiliki prilaku yang sangat baik akan menimbulkan pull effect untuk menimbulkan keterkesanan dari masyarakat luas. Seorang tokoh diharapkan pula dapat memahami seni mengkritik dan dikritik dengan baik ( ada buku khusus dengan judul ini ). Karena perlu kita pahami semua, bahwa setiap kebijakan, pemikiran dan tindakan kita pasti ada yang menentang dengan berbagai alasan. Untuk menjadi tokoh yang bijak Anda perlu memahami seni mengkritik dan dikritik ini agar Anda bisa terus maju dan tidak mudah mundur karena kritikan seseorang. Memahami cara mengkritik perlu juga agar Anda tetap bisa menjaga citra sebagai sosok yang tidak asal ngomong. Dalam memahami masyarakat selain Anda perlu menyaring apa yang



dikatakannya, Anda perlu juga memahami sebab atau latar belakang ia mengatakan sesuatu yang bertentangan dengan Anda, sehingga Anda bisa memberikan antitesis yang tepat sasaran. Tokoh bergaul dengan tokoh, dan dari seorang tokoh akan muncul pula tokoh yang lain. banyaklah bergaul dan belajar dengan seseorang yang telah Anda Anggap tokoh, apakah itu sosok ulama, pejabat, penulis, ilmuwan dan sebagainya agar bisa mendapatkan ilmu bagaimana menjadi tokoh dengan baik. Serta untuk mendapatkan jaringan dari tokoh yang kita dekati ini. Semakin banyak referensi tokoh yang Anda miliki, semakin berkarakter diri Anda dalam menokohkan diri. Dari tiga paragraf ini bisa disimpulkan, tahap kedua adalah memahami karakter seorang tokoh. Selanjutnya, tahap ketiga adalah menentukan media yang akan digunakan untuk meningkatkan ketokohan diri. Saat ini berbagai media bisa digunakan untuk meningkatkan ketokohan. Media yang paling sederhana adalah tulisan pemikiran Anda, Anda bisa memulai dengan menyumbangkan tulisan pada media yang telah tersedia, apakah itu media kampus, media daerah, dan media nasional. Mulailah rutin menulis, dengan menulis Anda akan di claim sebagai sosok yang memiliki pemikiran dan suka menyumbangkann ide yang bisa digunakan oleh banyak orang. Buat target pribadi seperti menulis di koran kampus setiap bulan, menulis di media daerah setiap 1 bulan dan menulis di media nasional setiap 2 bulan sekali. Atau, jika memang belum berkesempatan untuk menulis di media yang telah ada, mulailah menulis di media yang Anda buat sendiri, seperti website atau blog.membuat milis dengan Owner diri Anda dan diasuh langsung oleh Anda, dimana Anda rutin mengirim posting tulisan Anda yang bermanfaat. Reza Ervani dengan milis motivasi indonesia berhasil membuat ketokohan ini dengan baik, begitu pula saya mulai memcoba membangun ketokohan dengan cara ini melalui milis tanyajawabLDK. Menyempatkan diri atau memang mendedikasikan waktu Anda sebagai pemateri / pengisi acara / moderator/ peserta aktif dan kritis pada berbagai skala acara/seminar/talkshow/training dapat juga menjadi ekskalasi yang perlu dilakukan oleh Anda untuk meningkatkan kemampuan komunikasi massal serta mendongkrak ketokohan Anda. Tak lupa pula untuk membangun jaringan dengan tokoh lain, seorang tokoh dinilai sudah menjadi “tokoh” jika ia sudah punya relasi dengan tokoh lainnya. Tiga tahap ini saya yakini menjadi cara untuk menokohkan diri Anda sebagai kader dakwah kampus yang akan mencitrakan diri Anda serta dakwah kampus pada umumnya. Dengan pencitraan positif ini diharapkan Anda bisa menjadi duta untuk memajukan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap dakwah kampus yang mampu mensuplai seorang yang bisa diterima di masyarakat. Pesan terakhir dari bagian ini adalah salah satu tantangan dalam ketokohan kader adalah ujian dunia terkait uang, jabatan dan akhlak. Kita membentengi diri dengan kedekatan pada Allah serta selalu dalam lingkungan dakwah dengan kader-kader lainnya yang selalu mengingatkan jika kita khilaf dalam bertindak.



Manajemen Aksi Massa Damai Bagaimana caranya mengadakan aksi, agar pesan dari aksi dapat tersampaikan dan aksi berlangsung tertib ? Salah satu bentuk penyampaian aspirasi kepada pemerintah serta penyampaian pesan kepada masyarakat adalah dengan melakukan aksi massa secara damai. Dalam negara yang berdemokrasi aksi menjadi cara yang dilegalkan, oleh karena itu lembaga dakwah kampus juga harus berperan sebagai guardian of value dari pemerintah serta masyarakat. Mengapa cara yang dipilih adalah aksi ? karena aksi berdampak pada dua sisi, yakni sisi ketersampaian pesan kepada pihak yang diinginkan serta penyadaran masyarakat atas sebuah isu. Sehingga aksi masih menjadi cara yang relevan untuk dilakukan. Penggunaan kata aksi lebih akrab dan lembut ketimbang demonstrasi yang terkadang dinilai negatif oleh berbagai pihak, sedangkan damai adalah untuk mencirikan bahwa lembaga dakwah mempunyai etika ketika beraksi, dimana ia tidak mengganggu hak dari masyarakat lainnya. Citra lembaga dakwah kampus yang selalu damai dan tertib dalam melakukan aksi adalah keunggulan tersendiri bagi kita, ini membuat pesan yang disampaikan dalam aksi dapat sampai dengan jelas kepada pihak yang diinginkan. Pada bagian ini saya akan mengutarakan cara sederhana untuk mengadakan aksi massa damai yang bisa dilakukan oleh lembaga dakwah kampus. Biasanya lembaga dakwah kampus bermain dalam isu terkait sosial masyarakat, dan isu keislaman. Dua isu ini bisa berkembang menjadi berbagai isu turunan lainnya. Saya akan membagi pembahasan dalam 3 tahap, yakni pra-aksi, saat aksi, dan pasca aksi untuk memudahkan pemahaman Anda semua. Pra Aksi Persiapan sebelum aksi adalah bagian yang tidak bisa ditentukan lama waktunya, karena jarak isu dengan aksi yang akan dilakukan bisa panjang, dan terkadang hanya berselang 1-2 hari saja. oleh karena itu, saya hanya akan membahas apa saja yang perlu dipersiapkan sebelum aksi agar aksi dapat berjalan dengan baik. (1) mempersiapkan dan mematangkan isu Kita sebagai mahasiswa perlu memiliki kekuatan dalam pemikiran, termasuk dalam isu yang akan dibuat, kaji sebuah isu dengan mendalam serta didukung data yang akurat agar pesan dan tuntutan yang disampaikan berbobot dan jelas, buat semacam focus group discussion dengan beberapa mahasiswa untuk menentukan dan memantapkan isu. (2) membuat press release Yang berisikan pesan dan tuntutan dari isu yang telah dibahas, sebisa mungkin pesan yang akan disampaikan terfokus dan jangan melebar jauh, sebutlah aksi damai menentang kemiskinan, jangan ditambahkan dengan dukung pergerakan palestina. Ini membuat pesan yang disampaikan menjadi blur sehingga masyarakat tidak bisa meneriman pesan aksi secara jelas. (3) mengumpulkan massa Karena aksi butuh massa, dan salah satu parameter keberhasilan aksi adalah semakin banyaknya massa yang hadir dalam aksi, semakin banyak massa yang hadir akan menjadi force power tambahan bagi kita untuk menunjukkan bahwa banyak orang yang telah memahami isu yang dibawa dan turut berperan dalam menyuarakan isu tersebut, cara mengumpulkan massa sangat banyak, akan tetapi sebagai inisiator aksi Anda perlu untuk memahamkan peserta aksi terkait aksi yang akan dilakukan agar aksi memiliki “jiwa” dan peserta aksi tidak sekedar “tong kosong nyaring bunyinya”. (4) menghubungi media



agar pesan yang disampaikan dapat tersampaikan kepada banyak orang, maka kita perlu mengundang media agar dapat melakukan peliputan aksi yang dilakukan. undang media cetak, audio, dan visual agar aksi ini dapat perhatian dari masyarakat luas. Media biasanya membutuhkan press release untuk kebutuhan pelaporan berita. (5) mempersiapkan perangkat aksi Perangkat aksi yang dibutuhkan antara lain ; spanduk atau baligo berisi pesan aksi, bendera lembaga yang mengusung aksi, press release untuk masyarakat luas,perangkat dokumentasi, poster untuk dibawa oleh peserta aksi, media publikasi tambahan untuk dibagikan ke masyarakat seperti leaflet atau pamflet, pengeras suara seperti TOA dan mobil sound system, dan identitas peserta aksi untuk memastikan aksi tidak disusupi, identitas ini seperti pengikat kepala atau jaket. Selain itu sebagai dinaminasi bisa juga disiapkan yel-yel atau lagu selama aksi yang berisikan pesan perjuangan mahasiswa dan pesan dari isu aksi yang dijalankan. Aksi teatrikal untuk menambah menariknya aksi bisa juga dilakukan. (6) Skenario dan pembagian peran Menentukan arah dan rute aksi serta apa saja yang akan dilakukan. apakah ini hanya aksi penyampaian pesan atau hingga mengadakan audiensi kepada pihak yang ditujukan dan menghasilkan sebuah keputusan bersama. Pembagian peran diantara inisiator perlu juga dilakukan, siapa yang akan sebagai komandan lapangan, humas, P3K, dinamisator, orator, dan pengdokumentasi. Adanya pembagian peran ini diharapkan dapat membuat aksi terarah dan tertib. (7) Menghubungi pihak kepolisian untuk perizinan Setelah semua perencanaan aksi telah tuntas, maka Anda perlu melaporkan aksi yang akan dilakukan ke pihak kepolisian agar aksi mendapatkan perizinan, dan pihak kepolisian dapat membantu mengamankan peserta aksi dengan baik. Saat Aksi Saat aksi adalah fase yang bisa dikatakan fase pembuktian dan perjuangan, karena segala sesuatu dapat berubah ketika sudah di lapangan, oleh karena itu peran komandan lapangan sebagai dirigen aksi sangat dibutuhkan agar segala sesuatu berjalan dengan baik. Banyak hal yang tidak terduga, seperti jadwal aksi yang tidak tepat waktu, massa yang tidak sesuai target, logistik aksi yang telat tiba, dan lainnya. Pesan dari kakak tingkat saya ketika saya pertama kali menjadi peserta aksi adalah “apapun yang terjadi nanti, the show must goes on”. Ya. Aksi harus terus berlanjut dengan segala keterbatasan yang ada. Apa saja yang bisa dilakukan saat aksi antara lain : (1) Membagikan pesan yang telah dibuat, seperti pamflet dan leaflet, tempatkan orang khusus untuk terus membagikan pesan ini kepada masyarakat yang ditemui di jalan (2) Berorasi dalam perjalanan dan di tempat tujuan akhir, orasi adalah bagian dari penyampaian pesan aksi kepada masyarakat luas. selain itu orasi yang dilakukan saat perjalanan bisa sebagai dinamisator massa aksi agar terus bersemangat (3) Yel-yel dan menyanyikan lagu. Ini berguna untuk penyemangat massa aksi dan menarik simpati dari masyarakat luas. melakukan aksi teatrikal juga bisa dilakukan untuk dinamisasi dan media interaktif penyampai pesan aksi (4) Audiensi ke pihak yang dituju, apakah itu pemerintah atau pihak lainnya. Biasanya perwakilan dari peserta aksi yang tentunya pemimpin dari aksi tersebut melakukan dialog kepada pihak yang dituju



untuk menyampaikan tuntutannya dan jika diskusi dan negoisasi berjalan lancar, bisa hingga mencapai sebuah keputusan bersama (5) Pembacaan press release. Hal ini biasanya dilakukan pada akhir aksi dan diharapkan dapat diliput media agar pesan yang kita bawa dapat tersampaikan kepada khalayak luas. Pasca Aksi Langkah terakhir dari aksi adalah pemulangan peserta, biasanya aksi tidak bubar di tempat dibacakannya press release untuk menimbulkan kesan “bubar setelah aksi”, biasanya peserta berjalan kembali ke tempat lain, baru membubarkan diri di tempat tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aksi yang mengusung nama dakwah kampus, antara lain : peserta berjalan dengan tertib, tidak ada sampah berserakan saat aksi berlangsung, kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang baik dan sopan, serta tidak merusak fasilitas umum dan menganggu hak masyarakat. Setelah aksi selesai, sebisa mungkin diadakan evaluasi aksi terkait ketersampaian pesan dan evaluasi teknis untuk menentukan langkah selanjutnya terkait perjuangan isu atau pesan yang disampaikan.



Pemimpin Yang Empati Saya ingin mengetahui cara bagaimana untuk menjadi seorang pemimpin lembaga dakwah kampus yang bisa diterima kader dan objek dakwah ? Setiap pribadi dari seorang muslim adalah pemimpin, ia diciptakan dengan segala potensi yang memungkinkan untuk berbuat berbagai hal untuk mengelola bumi dan umat manusia. Berbicara tentang pemimpin tentu seorang muslim akan langsung merujuk pada pemimpin terbaik sepanjang sejarah manusia, Nabi Muhammad Rasulullah dengan empat sifat utamanya, yakni shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Pemimpin yang memiliki integritas, bertanggungjawab, mampu berkomunikasi dan cerdas. Berpatokan pada empat sifat inilah seorang muslim akan mampu untuk menjadi sosok yang baik sebagai pemimpin. Dalam kondisi kampus yang dimana usia antara pemimpin yang dipimpin tidak berbeda jauh, atau bahkan mungkin yang dipimpin lebih tua ketimbang yang memimpin, diperlukan sebuah kebutuhan pendekatan kepemimpinan tersendiri. Dimana pendekatan kharismatik-berwibawa tidak begitu ampuh untuk beberapa orang karena kedekatan usia yang membuatnya tidak bisa berjaim didepan para kader, karena memang antara kader dan pemimpin sudah mengetahui kelebihan dan kekurangan atau mungkin aib masing-masing. Saya mencoba menawarkan sebuah pendekatan cara pemimpin dengan empati. Dengan kelembutan dan kebersamaan seorang pemimpin akan melakukan pendekatan kepada para kader. Kata empati banyak diartikan sebagai bentuk tindak lanjut aksi dari sesuatu yang dimana kita simpati terhadapnya. Simpati bukan pada kesedihan saja, termasuk simpati terhadap kebahagiaan. Dengan menjadi pemimpin yang empati maka Anda akan dapat menjadi pemimpin yang akan diterima oleh kader maupun objek dakwah baik itu yang lebih muda maupun yang lebih tua. Memiliki Visi A leader is one who knows the way, shows the way and leads the way. Syekh Mustafa Mansyur juga mengatakan dalam bukunya bahwa pemimpin harus bisa berperan sebagai umara dan ulama dalam waktu yang sama, dimana ia memiliki kelebihan dalam hal ilmu dan strategi yang memungkinkan dirinya menjadi seorang pathfinder bagi yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang mampu menunjukkan jalan kepada kader dan objek dakwahnya adalah pemimpin yang mempunyau visi yang jelas, sederhana, dan terorganisir tahapan menuju pencapaian visi yang ada. Yakinkan kepada kader dan objek dakwah tentang gambaran besar Anda memandang lembaga dakwah dan akan Anda bawa kemana Lembaga dakwah ini. Visi besar inilah yang akan membuat seorang akan mengikuti Anda sebagai pemimpin. Kekuatan visi hanya dimiliki oleh sebagian kecil orang, akan tetapi seorang pemimpin harus memilikinya sebagai modal untuk memimpin. Identifikasi Karakter Kader dan Objek Dakwah Seorang pemimpin yang efektif adalah ketika Anda mampu berpikir sebagaimana orang lain berpikir tentang sesuatu. Perlu diingat bahwa Anda memimpin rakyat Anda, bukan memimpin diri Anda. Sehingga Anda tidak bisa memaksakan kepentingan Anda kepada rakyat serta kebiasaan Anda kepada Rakyat. perlu dipahami juga bahwa kader dan objek dakwah tidak akan peduli dengan Anda jika Anda tampak atau memang tidak memperhatikan apa yang mereka anggap sebagai sesuatu yang penting. Anda dituntut harus menjadi bagian dari kader dan objek dakwah Anda, bukan menjauh dari kader dan objek dakwah. Dengan memahami apa yang menjadi taste and reference kader dan objek dakwah, Anda akan lebih mudah untuk menemukan pola memimpin yang tepat bagi rakyat Anda. Menjaga kharisma dengan manajemen Ego Ketika citra Anda sedikit saja jatuh, maka sulit untuk mengembalikannya kembali. Salah satu untuk membuat kharisma Anda tetap terjaga adalah dengan menganggap bahwa orang lain penting untuk Anda. Ketika seorang mengetahui bahwa Anda menganggap dirinya penting, maka Anda akan pula dianggap penting oleh



orang lain. hargai dia, maka dia akan menghargai Anda. Selain itu jangan mencampuradukkan antara keinginan pribadi dengan kepentingan lembaga. Saya kira kader tidak menyukai seorang pemimpin yang sangat berambisius. Tunjukkan bahwa Anda adalah seorang yang siap memimpin bukan seorang yang sangat ingit memimpin. Rendah Hati Hampir semua orang, atau mungkin semua orang tidak menyukai seorang yang sombong dan mementikan egonya. Apalagi untuk sosok pemimpin yang dituntut bisa menjadi figur yang baik. Sejarah telah membuktikan pemimpin yang rendah hati telah berhasil membangun kepercayaan diantara rakyatnya, selain Nabi Muhammad tentunya, ada Mahatma Gandhi di India, Umar Bin Abdul Aziz di timur tengah, Nelson Mandela di Afrika Selatan, dan Raja Thailand saat ini. Dengan perkataan yang menunjukkan bahwa ia tidak lebih baik dari rakyatnya, ia berhasil mengambil hati rakyat, dan rakyat memberikan kesetiaannya kepada pemimpin dalam menunjukkan jalan bagi mereka menuju hidup yang lebih baik. Kontradiksi dengan pemimpin yang memimpin dengan ego, dan terbukti ia telah memimpin sebagai diktator yang hanya akan menimbulkan keresahan dan intimidasi, seperti Hitler di Jerman dan Mussolini di Italia. Seni mengktitik yang baik Walau dalam lembaga dakwah yang berlabel ukhwah, bukan berarti Anda tidak boleh menegur kader ketika salah, justru jika Anda hanya diam, dan menggunakan logika ukhwah dalam berorganisasi dakwah maka tinggal menunggu waktu organisasi Anda hancur karena tidak ada perbaikan atas kinerja yang telah dilakukan. akan tetapi Anda sebagai pemimpin juga perlu memahami bagaimana cara mengkritik agar menjadi sesuatu yang membangun bukan sesuatu yang justru menghakimi kader Anda. Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengkritik kader dengan baik. 1.



Tentukan momen yang tepat untuk mengkritik, jangan terlalu dekat dengan saat ia melakukan kesalahan, agar ia dikritik tidak dalam keadaan emosional. Cari tempat yang tepat pula, agar ia rileks dan menganggap kritikan sebagai nasehat, bukan sebagai bentuk penghakiman.



2.



Sampaikan bahwa apa yang Anda lakukan dengan mengkritik dirinya adalah bentuk kepedulian terhadapnya dan terhadap kemajuan organisasi. Sampaikan bahwa Anda bersedia menjadi bagian dalam membantu dirinya untuk memperbaiki kesalahan yang Anda, dan yakinkan bahwa dia akan bersama-sama dalam menyelesaikan masalah yang ada.



3.



Awali kritikan dengan sebuah motivasi dan pujian kepada kader, agar tampak kritikan yang diberikan seimbang dengan ucapan terima kasih yang diberikan. Anda bisa menggunakan kalimat seperti ini “Gesa, kakak sangat berterima kasih dengan yang kamu perbuat, kakak sangat kagum pada inisiatif kamu saat kakak sedang tidak ditempat, sungguh sangat menunjukkan jiwa pemimpin, akan tetapi ada sedikit masukan untuk kamu......”. Ingat bahwa yang Anda kritik adalah tindakannya bukan pribadinya. Pastikan juga bahwa ia bukan satu-satunya yang pernah melakukan kesalahan tersebut, dan kesalahan yang diperbuat sangat mungkin dilakukan oleh orang lain.



4.



Tawarkan solusi, ini menjadi bagian terpenting dalam seni mengkritik, Anda tidak bisa menyalahkan seseorang tanpa memberikan masukan untuk perbaikan selanjutnya. Berilah ia masukan agar ia dapat melakukan evaluasi dan perbaikan, serta yakinkanlah bahwa Anda akan menjadi bagian yang akan turut memikul tanggung jawabnya. Sehingga ia tidak merasa sendirian, ia tetap merasa sebagai bagian dari keluarga dakwah ini.



Membuat Struktur Organisasi Cara untuk menentukan struktur organisasi yang efektif agar tidak “gemuk” dan tidak “kurus” pula ? Struktur organisasi yang ada pada sebuah lembaga adalah gambaran dari pemimpin lembaga tentang peran, fungsi dan posisi dari lembaga tersebut. Pada lembaga yang setipikal sekalipun, seperti lembaga dakwah kampus, bentuk struktur organisasi bisa berbeda sama sekali. Oleh karena itu memang tidak ada struktur baku untuk sebuah organisasi, bisa berubah setiap tahunnya, dan itu bukanlah hal yang salah. Sekali lagi bahwa struktur organisasi adalah gambaran pemimpin memandang sebuah lembaga. Saya akan mencoba memberikan gambaran untuk mempermudah bagaimana menentukan sebuah struktur untuk studi kasus lembaga dakwah kampus, sesuai dengan apa yang Kita bicarakan dalam buku ini. Secara fungsional lembaga dakwah kampus mempunyai dua peran utama, yakni Kaderisasi dan Syiar. Ini peran utama yang harus selalu ada dalam sebuah lembaga dakwah kampus, basis dasar dari alasan adanya dua peraan ini adalah surat Ali Imran ayat 79 tentang keseimbangan antara dakwah ( baca : syiar ) dan tarbiyah ( baca : kaderisasi ). Untuk memudahkan pembahasaan, saya akan mengganti istilah peran dengan sektor dakwah (menyesuaikan dengan kebiasaan di kampus). Untuk mendukun kedua sektor dakwah ini, dibutuhkan sektor pendukung ( supporting system ) dari dua sisi, yang pertama sektor pendukung internal yakni dana, dan sektor pendukung eksternal yakni jaringan. Sektor pendukung internal dalam hal ini kebutuhan untuk menyukseskan agenda syiar dan kaderisasi dalam bentuk dana, dana dalam dakwah ibarat oli yang mempermulus perputaran roda dakwah. Kebutuhan dana saat ini adalah hal yang mutlak. Selanjutnya sektor pendukung eksternal adalah jaringan, yang dimana dengan jaringan yang dimiliki oleh lembaga dakwah, dapat mengembangkan sayap dakwah, serta dukungan eksternal ini dapat mempermudah sumber dana, kredibilitas lembaga dan menguatkan jaringan dakwah yang ada. Terakhir ada 2 sektor istimewa yang bisa diadakan sesuai dengan kapasitas lembaga dakwah, jika memang kapasitas lembaga belum stabil maka sektor ini bisa menjadi sub-sektor dari sektor yang ada. Sektor istimewa pertama adalah sektor kemuslimahan, ia berperan dalam mengkoordiniir muslimah di kampus ( penjelasan lebih lengkap pada bagian ”urgensi dan lingkup dakwah muslimah”). Jika belum memungkinkan sebagai sebuah sektor maka kemuslimahan dapat fokus pada syiar muslimah terlebih dahulu, sehingga dapat menjadi sub-sektor di bawah syiar. Sektor selanjutnya yang merupakan sektor istimewa adalah akademik dan profesi, dimana akan berperan dalam mengelola dan menjaga kompetensi akademik dan profesi kader, serta bisa sebagai sarana untuk syiar berbasis kompetensi. karena peran pembinaan sangat kental disini, maka jika belum memungkinkan menjadi sebuah sektor, akademik dan profesi dapat menjadi sub-sektor di bawah kaderisasi. Untuk menunjang aktifitas dakwah kampus diperlukan pula perangkat tambahan organisasi yang bertugas untuk menunjang kinerja sektor yang ada, perangkat tambahan yang pertama terkait administrasi dan koordinasi dakwah yang terdiri dari sekJen, administrasi/sekretaris, bendaraha, litbang, kajian strategis, dan tim reaksi cepat. Selanjutanya kita juga mengenal badan semi otonom, dimana ini merupakan badan khusus yang dibangun dengan tugas khusus, dan biasanya memiliki peran yang tidak langsung menunjang sektor utama syiar dan kaderisasi, seperti pembinaan adik asuh, tim beasiswa, dan palestina centre. Dari pemaparan tiga paragraf diatas dapat di ikhtisarkan bahwa terdapat 6 sektor dakwah dan dua perangkat tambahan dalam sebuah lembaga dakwah kampus, yakni ; 1. 2. 3. 4. 5.



Sektor Kaderisasi ( utama ) Sektor Syiar ( utama ) Sektor Dana ( pendukung ) Sektor Jaringan ( pendukung ) Sektor Kemuslimahan ( istimewa )



6.



Sektor Akademik dan Profesi ( istimewa )



1. 2.



Badan semi otonom ( perangkat tambahan ) Administrasi dan koordinasi dakwah ( perangkat tambahan )



Dari keenam sektor ini bisa diturunkan lagi menjadi sub sektor, tergantung kebutuhan dan kapasitas kader dalam sebuah lembaga. 1.



2.



3.



4.



5.



6.



Sektor Kaderisasi a. Mentoring b. Kekeluargaan c. Kurikulum d. Database dan Manajemen Kader e. Pengembangan Organisasi Sektor Syiar a. Syiar Multimedia b. Syiar event c. Syiar pelayanan d. Humas kampus Sektor Dana a. Ekonomi b. BMT c. Pengembangan ekonomi syariah d. Unit usaha mandiri Sektor Jaringan a. Humas eksternal kampus b. FSLDK Sektor Kemuslimahan a. Syiar muslimah b. Kaderisasi muslimah c. Jaringan muslimah Sektor Akademik dan Profesi a. Akademik b. Profesi c. Tim IT d. Jaringan Baca



Bagaimana cara untuk menentukan kebutuhan dari struktur organisasi ? pengamatan saya sejauh ini menunjukkan bahwa struktur organisasi dibuat terlebih dahulu, lalu setelah itu dibuat visi lembaga. Secara proses ini merupakan hal yang salah. Karena visi dan misi lah yang nantinya akan menjadi landasan untuk menyusun struktur yang ada. Jika memang visi lembaga Anda tidak membutuhkan bidang akademik profesi, maka tidak perlu memaksakan ada bidang ini. Proses penyusunan struktur adalah sebagai berikut ;



Sebagai contoh saya ambil dari LDK GAMAIS ITB: Visi satu keluarga menjadi model LDK Nasional berbasis pembinaan dan kompetensi, melingkupi seluruh sayap dakwah menuju Indonesia Islami Misi  Terbentuknya kader-kader sesuai profil gamais ITB melalui pembinaan yang tepat dan berkelanjutan serta pengokohan ukhwah untuk mendukung suksesnya dakwah di ITB  Syiar dan pelayanan kampus yang mengakar dan menyentuh seluruh elemen kampus  Menjadikan GAMAIS sebagai LDK yang Mandiri Finansial 2010 dan Pelayan Ekonomi Ummat 2013  membentuk mahasiswa ITB yang berprestasi, mencintai ilmu pengetahuan, dan berkontribusi nyata.  Berbasiskan jaringan yang luas dan kuat, menjadikan GAMAIS ITB sebagai akselerator dakwah kampus Nasional serta inisiator dakwah kampus Internasional  Menuju Muslimah ITB yang Berkepribadian Islami Struktur Organisasi



Bisa dilihat dari contoh diatas bahwa enam misi yang ada memunculkan 6 sektor dakwah di lembaga dakwah ini. Proses ini memang tidak baku, akan tetapi ketika berpikir akan rencana dakwah, kita harus mampu berpikir dari hal yang global baru diturunkan dalam hal yang lebih detail. Saya masih menggunakan istilah BJ Habibie, bermula dari akhir, berakhir dari awal. Setelah ada struktur ini barulah menyusun program kerja terkait dari masing-masing sektor yang ada. Dalam menentukan bentuk organisasi, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan, antara lain ; (1) Kuantitas kader dakwah, dimana jangan sampai kondisi sebuah sektor tidak ideal komposisi staffnya dikarenakan terlalu banyak sektor yang ada, coba bandingkan komposisi kader dengan program kerja agar tidak ada yang dizalimi. (2) lingkup dakwah kampus, setiap lembaga mempunyai lingkup dakwah yang berbeda, ada yang sebatas kader, ada yang mencakup seluruh mahasiswa, ada yang hingga seluruh civitas akademika sebuah kampus, ada yang hingga lingkup nasional. (3) kapasitas internal kepala sektor, jika kepala sektor memiliki kemampuan yang lebih, maka bisa dibentuk beberapa sub-sektor pada sebuah sektor, akan tetapi jika kapasitas internal seorang kepala sektor tidak begitu kuat, maka tidak perlu ada sub-sektor, dikoordinir saja dengan sektor yang ada, akan tetapi didukung staff yang kuat.



Teknik Negosiasi Sponsor Setelah memiliki proposal yang baik, bagaimana cara untuk negosiasi dengan pihak sponsor ? Teknik dalam menegosiasi adalah sebuah teknik yang sangat penting untuk dimiliki oleh seorang kader dakwah. Karena kemampuan kader untuk menguasai teknik ini sangat berarti untuk meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan meyakinkan orang lain, kemampuan pengendalian emosi, dan jiwa optimis dalam berjuang. Terkesan berlebihan kah ? mungkin bagi beberapa orang iya, akan tetapi itulah yang saya rasakan ketika saya berhasil melewati sebuah proses panjang negosiasi dengan sebuah perusahaan. Saya akan mencoba memaparkan bagaimana teknik negosiasi ini dengan berdasarkan pengalaman pribadi saya bersama dua saudara perjuangan saya ketika masih tingkat 1 di ITB. Bersama Muhammad Luthfi Nur Imam dan Gumilar Rahmat Hidayat, kami bertiga memperjuangankan negosiasi sponsorship dengan sebuah provider seluler dalam sebuah kegiatan TRY OUT SPMB tahun 2006. Saat itu kami berhasil menggaet sponsor tunggal dengan total kerjasama hingga Rp.60.000.000. sebuah pencapaian terakhir dan terbesar untuk saya, karena setelah itu, saya lebih banyak fokus di bidang kaderisasi lembaga dakwah kampus. Persiapan Pribadi Langkah awal adalah menyiapkan pribadi Anda sebelum memulai sebuah langkah negosiasi yang panjang, pengalaman berbicara bahwa tenggang waktu untuk kerjasama sponsorship antara 1 hingga 3 bulan lamanya. Oleh karena itu secara pribadi perlu kiranya Anda menyiapkan diri sebaik mungkin. 1.



2.



3.



Kemampuan komunikasi dan presentasi, ini syarat utama dan pertama bagi seorang yang akan bernegosiasi dengan sebuah perusahaan. Kemampuan komunikasi ini tidak sebatas Anda mampu berbicara di depan umum, akan tetapi sejauh mana Anda bisa mengeluarkan kalimat yang efektif dan dengan artikulasi dan intonasi yang tepat hingga Anda bisa meyakinkan lawan bicara Anda. Meyakinkan ini tidak cukup pula dengan olah suara yang baik, kemampuan eye contact dan body language dari diri Anda juga akan membantu proses meyakinkan lawan bicara ini. Cara paling mudah untuk mengetahui bahwa Anda sudah cukup layak untuk melakukan proses negosiasi ini adalah dengan latihan di depan cermin panjang yang memungkinkan Anda melihat diri Anda dar ujung kepala hingga ujung kaki. Perbanyak latihan akan sangat membantu persiapan Anda. Posisikan diri Anda diatas lawan bicara Anda. Anda dan lembaga dakwah Anda TIDAK BUTUH UANG, Anda hanya menawarkan sebuah bentuk kerjasama yang akan menguntungkan perusahaan lawan bicara Anda. Ini adalah sugesti diri yang perlu dibangun. Ketika sepersekian detik saja Anda sempat berpikit bahwa Anda butuh uang, maka saat itulah Anda sudah kalah. Jangan pernah berada dalam kondisi defensif dalam negosiasi, selalulah muncul dengan ide dan usulan kerjasama yang lebih menguntungkan Anda dan lembaga dakwah Anda. Optimis untuk mendapat yang terbaik. Buat target berapa Juta rupiah Anda akan bawa pulang setelah negosiasi dilakukan. dengan tetap berfokus pada target Anda akan terus berusaha untuk mendapat nominal tersebut atau tidak sama sekali. Trik ini bagus untuk membangun kepercayaan diri serta harga diri yang kuat saat negosiasi, saya teringat ketika negosiasi dulu, kami menolak tawaran Rp.30.000.000, karena memang fokus kami kerjasama diatas Rp.50.000.000. akan tetapi keyakinan kami mampu dibaca dan dihargai oleh pihak perusahaan hingga mereka negosiasi berakhir dengan kesepakatan yang kami inginkan.



4.



Penampilan yang baik. Ini adalah salah satu syarat yang perlu dipenuhi dan akan menunjang semua syarat sebelumnya. Penampilan Anda adalah bentuk penghargaan Anda terhadap diri Anda dan juga menjadi nilai awal dari pihak perusahaan untuk menilai seberapa berharga diri Anda untuk diajak kerjasama. Penampilan yang akan mampu membuat Anda dihargai dan dinilai positif. Gunakan pakaian terbaik Anda, yang rapih dan bersih, serta beralaskan sepatu. Semir sepatu dan rapihkan rambut Anda, hindari penggunaan Jaket, gunakan sesuatu yang sederhana akan tetapi menunjukkan citra elegan dari diri Anda. Ini adalah bentuk penyesuaian dengan kondisi di perusahaan, agar Anda tidak tampak sebagai seorang Asing di perusahaan tersebut.



Proses Negosiasi Saya mencoba membagi fase negosiasi ini dalam empat tahap, yakni; (1) tahap pengajuan proposal, (2) tahap penindaklanjutan proposal, (3) tahap negosiasi, dan (4) tahap kesepakatan kontrak kerjasama. Ini adalah proses yang biasa dijalankan dalam negosiasi sponsorship dari awal hingga bisa dikatakan deal yang ditegaskan dengan ditandatanginya kontrak kerjasama. Tahap Pengajuan Proposal. Sebelum mengajukan proposal Anda diharapkan dapat memiliki list calon sponsor, sesuaikan perusahaan yang Anda ajak kerjasama dengan kegiatan yang akan diadakan. Buat list dengan nama dan nomor kontak yang akan dihubungi, sebisa mungkin Anda memiliki kenalan salah seorang dari perusahaan tersebut untuk mempermudah kerjasama, akan tetapi bisa juga melalui jalur biasa, yakni mengajukan langsung saja ke bagian marketing atau pemasaran dari perusahaan tersebut. Anda bisa membuat janji dengan kenalan Anda untuk bertemu dan memberikan proposal pengajuan kerjasama. Jelaskan secara umum saja tentang kegiatan yang akan dilakukan, biasanya Anda akan diminta menunggu terlebih dahulu. Rentang waktu ini bertujuan agar pihak perusahaan mempelajari proposal yang Anda ajukan. Tanyakan kepada pihak perusahaan kapan Anda bisa menghubungi perusahaan itu kembali untuk mendapat kepastian. Tegaskan tanggal dan waktu yang telah disepakati untuk meyakinkan kedua belah pihak. Sekaligus penegasan komitmen bersama. Jika Anda mengajukan proposal tanpa kenalan, pesan saya, jangan pernah titipkan ke bagian keamanan. Pastikan Anda bertemu dengan orang yang tepat, apakah itu bagian penjualan, pemasaran atau humas. Kenalan dengan nya dan catat nomor teleponnya serta tanyakan kapan Anda bisa menghubungi kembali untuk kepastian selanjutanya. Jangan lupa untuk kenalkan diri Anda dan gambaran umum kegiatan yang akan dilakukan. Tahap penindaklanjutan proposal Ini adalah tahap yang sangat tidak jelas, karena semua tergantung dari pihak perusahaan, Anda hanya bisa berdoa agar diberikan yang terbaik oleh Allah. Setelah mengajukan proposal, Anda telah sepakat untuk menghubungi kembali pada waktu yang telah ditentukan, pastikan Anda menghubungi pihak perusahaan pada waktu yang sangat tepat. Ketepatan waktu ini membuktikan kedisplinan diri Anda di mata pihak perusahaan. Mulailah percakapan denga sedikit basa-basi dan memperkenalkan diri, lalu barulah bertanya tentang kelanjutan proposal yang telah diajukan sebelumnya. Ada tiga jawaban yang mungkin Anda dengar ; a. “maaf kebetulan perusahaan kami belum bisa menerima kerjasama yang ada”. Jika jawabannya seperti ini maka Anda bisa mencoret perusahaan ini dari list Anda, jangan patah semangat coba cari ke yang lain. b. “maaf, manager kami baru pulang dari luar kota, jadi belum sempat dibaca, bagaimana kalau besok lusa Anda menghubungi lagi”. Jika jawabannya seperti ini berarti masih ada harapan, tugas Anda selanjutnya adalah menghubungi kembali pada waktu yang telah ditentukan. c. “ya mas, kami tertarik untuk kerjasama ini, kapan kira-kira kita bisa bertemu untuk membahas lebih lanjut?”. Jika jawabannya seperti ini makan 50% dari proses sudah terlewati. Berikan kesempatan kepada perusahaan untuk menentukan waktu pertemuan, dan Anda harus siap



untuk memenuhi permintaan perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa Anda ready steady kapanpun untuk kerjasama ini. Sebuah poin plus dimata perusahaan. Tahap negosiasi Setelah ada kesepakatan untuk audiensi, maka kemampuan negosiasi Anda yang sesungguhnya diuji. Pastikan Anda bersama pemegang kebijakan strategis lembaga ketika bernegosiasi, karena ada kemungkinan kerjasama yang dilakukan akan melibatkan lembaga secara keseluruhan. Hal yang perlu Anda siapkan adalah poin detail dari kerjasama yang ada, siapkan kemungkinan pertanyaan yang bisa muncul seperti kesiapan panitia, target peserta real¸kemungkinan kegiatan berhasil, dukungan rektorat, dan lainnya. Selain itu siapkan bahan khusus untuk kerjasama lanjutan yang bisa membuat paradigma bahwa pihak perusahaan akan untung besar dengan kerjasama yang akan dibuat. Saya dulu membuat slide presentasi dimana total slide sebanyak 21 buah, yang terdiri dari 18 slide keuntungan untuk sponsor, dan 3 slide berisi hal yang kami harapkan bisa dipenuhi oleh pihak perusahaan. Ini sebuah trik yang mampu membuat sugesti bahwa, perusahaan mendapatkan banyak hal dan sebanding dengan apa yang di investasikan.pastikan kedudukan Anda selalu diatas pihak perusahaan dari segi psikologis, jangan tunjukkan bahwa Anda butuh uang. Proses negosiasi ini biasanya memakan waktu yang cukup lama, dan butuh beberapa kali audiensi, oleh karena itu siapkan stamina dan ide ide serta solusi kerjasama cerdas yang dapat menguntungkan kedua belah pihak dan tentunya lebih menguntungkan untuk kegiatan Anda. Proses negosiasi ini berakhir ketika terjadi sebuah kesepakatan antar kedua belah pihak. Tahap kesepakatan kontrak kerjasama Tahap terakhir, ketika tanda-tangan sudah dibubuhkan maka negosiasi sukses. Pelajari kontrak dengan baik, karena kontrak merupakan alat hukum. Pastikan tidak ada multi intrepertasi makna dari kontrak yang ada, atau merugikan pihak Anda. Setelah semua clear,kontrak dapat ditanda tangani. Dan tugas selanjutnya adalah memenuhi segala persyaratan yang ada. Ketika kepercayaan pihak sponsor sudah diberikan, maka jangan kecewakan mereka dengan ketidak profesionalan Anda dan lembaga.



Sinergisasi Syiar dan Kaderisasi Bagaimana caranya agar agenda syiar dan kaderisasi dapat sinergis, karena seringkali agenda syiar seperti tidak berhubungan atau bahkan bertentangan dengan kaderisasi ? Syiar dan kaderisasi, dua peran utama lembaga dakwah kampus. Saya sering menemukan pertanyaan seperti diatas, dimana lembaga dakwah kampus belum mampu mensinergisasikan dua agenda ini dengan harmonis. Keudanya berjalan masing-masing dan cenderung bertentangan. Permasalahan seperti, tidak ada follow up syiar, agenda syiar dan kaderisasi bentrok, ketika syiar meningkat maka kaderisasi kewalahan, dan sebaliknya, jika ada agenda kaderisasi maka syiar tidak ada. Padahal kedua nya akan mampu berjalan secara sinergis dan saling mendukung satu sama lain. mari kita coba memandang secara umum, bagaiamana peran dakwah itu sendiri ditinjau dari tingkatan segmentasi objek dakwah. dakwah



dakwah



Gambar diatas bisa memperlihatkan bahwa dakwah/syiar mempunyai peran dalam perubahan objek dakwah menuju kader. Pada awalnya seorang adalah antipati Islam, dimana ia menolak ajaran Islam, atau bersikap tidak peduli, syiar berperan untuk mencerahkan objek dakwah ini agar ia menjadi simpatisan, dimana simpatisan dapat dilihat dari kepedulian ia akan agenda keislaman serta mulai berafiliasi terhadap nilai Islam. Selanjutnya pendukung dakwah, adalah ia mulai berkontibusi dalam dakwah, akan tetapi tidak terikat dengan lembaga dakwah yang ada, atau ia mulai terlibat sebagai peserta dalam berbagai kesempatan agenda syiar. Dan peran terakhir syiar adalah mentransformasukan para pendukung dakwah agar menjadi kader dakwah yang aktif sebagai subjek dakwah di kampus. Dalam bagan ini bisa kita lihat bahwa objek syiar dan kaderisasi berbeda, kaderisasi hanya berperan dalam membina kader saja, sedangkan syiar mempunyai peran besar sebagaimana yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Dari gambar diatas maka dapat diambil sebuah poin penting yakni, syiar dan kaderisasi mempunyai peran dan objek yang berbeda. Selanjutnya kita akan melihat dari sisi tahapan dakwah secara proses.



Dari matriks diatas kita dapat melihat bawah syiar berperan pada tahap pertama dakwahm yakni memperkenalkan Islam itu sendiri. Tahap perkenalan ini adalah tahap yang paling penting dimana ia akan menentukan kuantitas kader di masa yang akna datang, semakin banyak kader yang terekrut dalam agenda syiar, maka akan berdampak pada kader yang akan aktif dan berdampak pada semakin baiknya agenda syiar kedepan, yang juga mengakibatkan semakin banyak kader yang terekrut. Syiar dan kadeisasi baga matriks diatas adalah sebuah proses, agenda syiar juga merupakan sebuah ladang latihan beramal bagi kader. Disini bisa kita lihat bagaimana harmonisnya syiar dan kaderisasi pada lembaga dakwah kampus. Bagaimana caranya untuk menindaklanjuti agenda syiar ? saya akan ilustrasikan dalam sebuah contoh agenda ta’lim. Di sebuah kampus, di adakan sebuah ta’lim yang dihadiri oleh 50 orang peserta. ta’lim ini menuai respon positif dari peserta yang puas akan ilmu dan pelayanan yang didapat ( diketahui melalui lembar evaluasi peserta ), lalu panitia membuat sebuah daftar hadir, yang berisi identitas peserta serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Sebagai tindaklanjut dari ta’lim ini, panitia mengadakan ta’lim lanjutan 2 pekan selanjutnya dengan mengundang secara khusus peserta yang datang pada ta’lim pertama, dan ternyata lebih dari setengah peserta ta’lim pertama hadir pada ta’lim kedua. Panitia melihat kesempatan besar ini, lalu diakhir ta’lim kedua, panitia mengumumkan adanya pembinaan agama rutin bagi yang berminat dalam bentuk mentoring dan ajakan untuk menjadi panitia ta’lim selanjutnya. Disini panitia menggunakan dua pendekatan kepada simpatisan untuk menjadi kader, yakni dengan mentoring dan menjadi panitia, yang tentunya akan mampu menarik segmentasi simpatisan yang berbeda. Bisa kita lihat dalam ilustrasi diatas, bahwa tindak lanjut syiar untuk masuk ke dalam fasa kaderisasi adalah dengan mengajaknya langsung, baik itu secara masif seperti yang dicontohkan diatas, atau secara individu. Tim kaderisasi harus mampu melihat peluang yang ada, tidak bisa hanya menunggu orang untuk menjadi kader, tim kaderisasi harus mampu melihat setiap kesempatan pada setiap agenda syiar yang ada, karena kita tidak akan pernah mengetahui kapan seseorang akan mendapatkan hidayah dari Allah. Terkait keseimbangan agenda syiar dan kaderisasi, saya sering melihat bahwa ketika sebuah lembaga dakwah menjalani banyak agenda dakwah, kegiatan kaderisasi terbengkalai. Sehingga kasus seperti kejenuhan kader, kader kurang sense dalam berdakwah dan sebagainya muncul. Pengalaman mengatakan bahwa hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan besarnya agenda syiar dengan jumlah kader yang ada, serta kegagalan dari tim kaderisasi dalam menjalankan sistem pemantauan kader serta pelaksanaan kaderisasi rutin.



15 10 5 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 Syiar



Kaderisasi rutin



kaderisasi eksidental



Grafik diatas merupakan gambaran mengenai bagaimana kita memposisiskan performa syiar dan kaderisasi, terkadang agenda syiar fluktuatif, ketika ada momen besar, maka ia akan mengadakan agenda besar, sedangkan ketika tidak ada momen penting, syiar biasanya menyesuaikan dengan mengadakan syiar yang sederhana seperti media, dan ta’lim rutin saja. ketika syiar sedang dalam kondisi tinggi, maka kaderisasi eksidental dikurangi atau ditiadakan, sehingga kader juga bisa fokus pada agenda syiar, jadikan pula agenda syiar sebagai latihan beramal kader yang juga masuk dalam tahapan kaderisasi. Sedangkan saat syiar sedang menurun, maka agenda syiar eksidental seperti diklat, outbound dan lainnya dapat lebih di maksimalkan. Untuk kaderisasi rutin, seperti mentoring, sms tausiyah, sistem penjagaan kader, dan lainnya harus tetap dijalankan secara rutin dengan kadar yang stabil. Pembagian peran serta waktu ini dapat membuat agenda syiar dan kaderisasi dapat berjalan beriringan. Syiar sebagai latihan beramal, dan kaderisasi sebagai persiapan untuk syiar yang lebih besar. Bisa dilihat disini bahwa keduanya akan saling mendukung untuk aktifitas dakwah yang lebih besar kedepannya. Saya menyarankan adanya temu tim syiar dan kaderisasi secara rutin untuk saling mendukung kegiatan satu sama lain. tim kaderisasi harus mampu menjaga kader yang beraktifitas serta memberikan materi yang dibutuhkan untuk syiar, sedangkan syiar juga diharapkan mampu untuk menyesuaikan agendanya terhadap kapasitas kader yang ada.



Urgensi Dakwah Kampus Mengapa perlu dilakukan atifitas dakwah di kampus ? apa sih urgensi nya ? Mengapa Kampus ? Dakwah kampus yang telah bergulir selama 20 tahun lamanya telah memberikan banyak perubahan untuk perbaikan Indonesia. Berbicara tentang dakwah kampus, maka kita akan membicarakan tentang masa depan bangsa dan perbaikan bangsa. Dakwah kampus inilah yang nantinya akan menjadi salah satu tonggak peradaban masa depan. Membangun peradaban, ya itulah yang akan kita lakukan di kampus ini. Saya akan membuka pembahasan ini dengan peran kampus dalam membangun individu yang kuat serta peran sentral dakwah kampus yang identik dengan dakwah mahasiswa. Dakwah kampus memiliki keunikan tersendiri dari objek dakwah dimana dakwah kampus memiliki objek dakwah yang secara sosio-demografis homogen. Ia seorang yang berpendidikan, menggunakan logika dalam berpikir, serta terbuka terhadap segala informasi. Menilik juga kemampuan mahasiswa untuk melakukan mobilsasi secara hotizontal dan vertikal dalam struktur masyarakat. kesempatan mahasiswa ini juga bisa di gunakan untuk menyebarkan dakwah Islam secara lebih luas, serta untuk mencitrakan mahasiswa itu sendiri. Dimana masyarakat bisa menilai apakah mahasiswa kini, yang akan memimpin bangsa di masa yang datang adalah seorang yang seimbang antara ilmu akademik dan ilmu agama. Mengapa Mahasiswa? Mahasiswa memiliki banyak keunggulan lainnya sebagai objek dakwah utama, selain potensi internalnya. Mahasiswa biasanya belum banyak sibuk dengan urusan dunia, ia masih banyak berkutat dalam hal menuntut ilmu saja. masa depan mahasiswa yang relatif panjang juga merupakan kesempatan tersendiri, seorang mahasiswa saat ini bahkan bisa mendapat gelar sarjana pada usia 20 tahun. Usia yang sangat muda , dan mempunyai kesempatan periode hidup yang relatif panjang untuk merubah diri dan masyarakat. serta sifat pemuda yang melekat pada mahasiswa menjadi kekuatan yang tidak boleh dilupakan, sejarah membuktikan bahwa pemudalah yang nantinya akan mengubah bangsa. Mahasiswa juga selalu dikenal sebagai pihak yang netral, dimana ia selalu memberi tanpa memihak, ia bergerak berdasar naluri untuk melakukan kebaikan dan perubahan. Budaya untuk berkontribusi juga dapat dilihat pada mahasiswa, ia terus bekerja dan bekerja untuk mencapai tujuannya, budaya dinamis dapat dilihat pada mahasiswa. Selain itu mahasiswa juga mampu menjaring kekuatan hingga tingkat internasional, banyak sekali mahasiswa di dunia ini, dan pada kondisi teknologi maju seperti saat ini, sangat memungkinkan antara mahasiswa beda negara untuk saling bertukar informasi dan membuat sebuah forum/aliansi mahasiswa yang dengan skala internasional. Dakwah Kampus bagian integral dari dakwah secara umum



Gambar diatas menggambarkan ekskalasi perbaikan peradaban, dimulai dari perbaikan individu, dimana individu ini akan membangun sebuah keluarga, lalu kumpulan keluarga ini akan membentuk dan bergabung dalam masyarakat dan menjadi bagian dalam perbaikan negara. Tahap terakhir adalah bagaimana kumpulan negara yang ada akan membangun sebuah era baru peradaban Dunia. Peran dakwah kampus dalam tahapan ini menekankan pada perbaikan individu dan masyarakat. Perbaikan Individu Individu atau mahasiswa dalam konteks dakwah kampus perlu dibina sejak dini agar ia sebagai pribadi memiliki kepahaman keislaman yang komprehensif. Sebagai seorang pria , ia akan menjadi seorang kepala keluarga yang akan memimpin sebuah keluarga dan menjadi teladan bagi anak-anaknya. , begitu pula dengan seorang perempuan yang akan menjadi sosok Ibu untuk keluarganya. Dimana ia akan mendidilk anakanaknya untuk menjadi seorang yang berdedikasi terhadap umat. Selain itu seorang individu juga dituntut untuk mampu mengoptimalkan segala potensinya agar ia dapat menjadi da’i dimana pun ia berada. Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi lalu mengubah sesuatu. Seorang kader dakwah yang terkibat dalam dakwah kampus diharapkan mampu memiliki tujuan hidup sejak dini. Ia diharapkan mampu menentukan what am i going to be ? dan membuat langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk mencapai tujuannya. Kita juga diharapkan dapat memikirkan tentang problematika umat yang terjadi dan dengan potensi yang kita miliki, kita dapat menjadi solusi perbaikan umat, baik secara parsial maupun integral. Perbaikan Negara Mahasiswa setelah lulus akan terlibat dalam struktur sosial masyarakat. dalam bentuk ia bekerja di bidangnya masing-masing. Ada mahasiswa yang nantinya akan menjadi dosen, profesional, birokrat, seniman, dan lainnya yang akan menjadi unsur perbaikan bangsa dalam masyarakat. nantinya mahasiswa akan masuk dalam salah satu dari 3 sektor, antara (1) sektor publik yang terdiri dari birokrat, PNS, TNI/Polri, atau Diplomat. (2) sektor swasta yang biasanya di isi oleh para profesional atau menjadi seorang wirasusaha, dan (3) sektor masyarakat yang terdiri dari LSM, social workers,dan yayasan. Dengan semakin banyaknya mahasiswa yang memiliki keseimbangan antara fikriyah, jasadiyah, dan ruhiyah mengisi pos-pos dalam masyarakat ini, secara bertahap akan mampu mengubah strukur masyarakat di negara ini. Melihat kesempatan besar dari dakwah kampus, dengan melihat bahwa mahasiswa berada pada middle class dalam struktur sosial, terutama dalam aspek pendidikan.



Publik, swasta, masyarakat



Piramida diatas menggambarkan bahwa kluster pendidikan dari masyarakat Indonesia semakin mengecil seiring dengan kenaikan tingkat pendidikan. Pada piramida diatas dapat dilihat bahwa hanya sedikit saja dari masyarakat yang mampu meneruskan hingga tingkat perguruan tinggi, dan tahapa kampus ini adalah tahao peralihan seorang dari yang masih berstatus pelajar menjadi seorang yang mandiri. Dengan optimalnya perbaikan individu pada mahasiswa, ia diaharapkan dapat juga membuat perubahan di tempat ia bersosial dimanapun. Ketika semua perguruan tinggi mampu melakukan perubahan masyarakat kampus secara optimal, maka perbaikan bangsa akan menjadi konsekuensi logis. Akan tetapi jika kampus gagal untuk memberikan manfaat bagi mahasiswanya dalam perbaikan individu, maka kegagalan masa depan bangsa tinggal menunggu waktu saja. ironisnya memang, hasil dakwah kampus terhadap perbaikan bangsa membutuhkan waktu hingga 30 tahun kemudian. Sehingga kita perlu bersabar terhadap apa yang kita jalankan di kampus. Pemaparan diatasa akan saya simpulkan selanjutnya bahwa, dakwah kampus ini mempunyai urgensi yang sangat besar. Dakwah Kampus bukan aktifitas organisasi biasa, ini adalah bagian dari pembangunan peradaban. Sehingga Anda perlu serius dalam mengerjakan dakwah kampus ini. Semakin banyak mahasiswa yang tercerahkan akibat dakwah yang dilakukan, maka akan sangat bermanfaat untuk perbaikan bangsa ke depannya. Untuk itu perlu kiranya kita memahami tujuan dakwah kampus, yakni : 1.



Suplai alumni yang berafiliasi terhadap Islam, bagaimana dakwah kampus mampu mensuplai dan mencetak alumni yang punya afiliasi terhadap Islam. Paramater afiliasi disini adalah seorang tidak menolak kebaikan dan menolak kemungkaran, serta tidak menentang ajaran Islam.



2.



Transformasi masyarakat menjadi masyarakat madani. Perbaikan masyarakat kampus dengan pembinaan di segala bidang, dengan harapan dapat membentuk masyarakat madani. Untuk membangun masyarakat madani di masyarakat luas, dapat dimulai dengan membangun masyarakat madani pada tingkat kampus.



3.



Penyedia unsur-unsur perbaikan negara, yakni bagaimana dakwah kampus mampu mempersiapkan para mahasiswa untuk masuk ke salah satu dari sektor sosial ( publik, swasta, masyarakat ). Dimana ia tidak hanya disiapkan secara kompetensi, akan tetapi juga disiapkan secara pemahaman dakwah. Sehingga perbaikan negara dapat dilakukan secara bottom up.



Dengan memahami urgensi dakwah kampus ini diharapkan setiap aktifis dakwah kampus dapat mempunyai gambaran besar dakwah kampus ini. Dengan berpikir besar ini seorang akan mempunyai visi masa depan yang akan membuat dirinya senantiasa produktif dan inovatif.



Misi Lembaga Dakwah Apa saja misi yang diemban sebuah lembaga dakwah untuk optimasi kebutuhan pemenuhan dakwah di seluruh lini ? Lembaga dakwah adalah sarana yang digunakan oleh kader untuk mencapai tujuan dakwah, selain itu lembaga dakwah juga akan berperan sebagai wajah dakwah di sebuah lingkungan. Tujuan besar dakwah adalah menjadikan Islam sebagai peradaban di dunia. Inilah yang menjadi ending point dari apa yang dilakukan. Dikaitkan dengan dakwah kampus, dimana dakwah kampus berperan dalam mencerahkan sebanyak-banyak objek dakwah agar mereka dapat menjadi bagian dari unsur perbaikan bangsa di masa yang akan datang. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebuah lembaga dakwah di kampus perlu melakukan langkah kecil ( baby steps ) untuk mencapai visi besar dakwah. Langkah ini bisa disebut sebagai misi bagi lembaga dakwah dalam melakukan aktifitasnya. Menebar pemikiran dan dakwah Peran syiar disini sangat ditekankan dan juga merupakan peran utama bagi lembaga dakwah. Menebar pemikiran atau nilai Islam kepada seluruh objek dakwah. Adanya penebaran ini diharapkan dapat menjadi corong opini bagi objek dakwah. Sebuah keberhasilan besar bagi lembaga dakwah jika mampu menjadikan agenda syiar sebagai kesempatan untuk mentransformasi objek dakwah dari antipati  simpatisan  pendukung  kader. Mengembangkan kemampuan SDM para kader dakwah Peran utama selanjutnya dari sebuah lembaga dakwah adalah melakukan kaderisasi yang dengan tujuan mengembangkan potensi dari kader dakwah. Mengembangkan kader dakwah adalah bagian terpenting bagi lembaga dakwah, karena kader adalah aset terpenting bagi perputaran roda dakwah. Pelembagaan yang profesional dan kompeten pada bidangnya Setelah memiliki kader yang baik, maka kelembagaan yang sehat dan profesional adalah langkah yang perlu ditempuh. Sehat disini dimaksudkan adanya regenerasi kader yang berkelanjutan, sistem organisasi yang baik, serta peran pemimpin yang optimal. Nilai profesionalisme seperti etos kerja yang baik, dan kedisiplinan juga menjadi kebutuhan bagi lembaga dakwah untuk dipenuhi. Menghimpun tokoh dan pakar yang siap memberikan kontribusi dan pemikiran, serta pengaruh bagim kepentingan dakwah Dengan lembaga yang kuat, maka kita dapat mulai merangkul orang-orang berpengaruh baik itu dalam lingkungan objek dakwah ( kampus ) atau lingkungan luar kampus. Tokoh atau pakar berpengaruh di dalam kampus, seperti Presiden BEM, Ketua Himpunan, Rektor, Dekan dan Dosen. Untuk tokoh dan pakar yang berpengaruh di luar kampus seperti pejabat pemerintahan, ulama, dan pengusaha. Dengan adanya komunikasi dengan tokoh dan pakar ini, diharapkan mereka dapat mendukung keberjalanan dakwah sesuai dengan bidang mereka masing-masing. Mencetak figur-figur yang kredibel Saat lembaga dakwah sudah cukup kuat, maka sudah saatnya sebuah lembaga dakwah mampu mencetak secara mandiri tokoh dan pakar yang berasal dari internal lembaga dakwah yang diharapkan dapat mampu menjadi bagian dalam ekspansi dakwah. Dimana ketokohan kader dakwah akan membuat dakwah lebis luas diterima di masyarakat luas. Penekan yang efektif bagi para pengambil kebijakan



Dengan kekuatan dari lembaga dakwah, serta kredibilitas yang didapat dari kepercayaan publik. Maka, lembaga dakwah dapat berperan sebagai penekan efektif bagi pengambil kebijakan, sebutlah sebuah production house meluncurkan film yang berbau pornografi, maka sebuah lembaga dakwah dapat menekan production house tersebut untuk membatalkan film tersebut. Gunakan social power yang lembaga dakwah miliki untuk bernegosiasi dengan pihak yang mengambil kebijakan terkait sebuah isu. Pemerkuat basis sosial Basis sosial utama bagi lembaga dakwah kampus adalah civitas akademika di sebuah kampus. Dengan semakin kuatnya basis sosial pada sebuah lembaga dakwah, maka dukungan pasti akan mengalir kepada lembaga dakwah. Dukungan dapat dalam bentuk aspirasi, partisipasi, maupun sekedar mendukung secara moral. Basis sosial dapat dibangun dengan meraih semakin banyak kepercayaan dari objek dakwah. Melayani, melindungi dan memberdayakan masyarakat Peran lembaga dakwah sebagai sebagai khalifah bagi objek dakwahnya, dimana lembaga dakwah diharapkan mampu memberikan pelayanan optimal bagi objek dakwah agar merasakan kebermanfaatan dari lembaga dakwah yang ada.



Paradigma Dakwah Kampus Bagaimana gambaran besar seluruh ruang lingkup dakwah kampus ?



Saya akan memapaparkan mengenai paradigma untuk memandang apa saja yang berada dalam lingkup dakwah kampus dengan panduan matriks diatas. Secara garis besar ada empat bidang utama yang perlu dipenuhi dalam dakwah kampus ini, yakni ; (1) kaderisasi, (2) syiar dan pelayanan, (3) sosial kemasyarakatan, dan (4) akademik dan profesi. Keempat ini perlu dipenuhi secara bersamaan agar dakwah kampus yang dilakukan di kampus Anda dapat berjalan secara optimal.Dakwah kepada mahasiswa memang menjadi sasaran utama dakwah kampus, akan tetapi pada tahap lebih lanjut dakwah kampus ternyata melingkupi seluruh civitas akademika di sebuah perguruan tinggi, bahkan lingkup masyarakat luas. Peran sentral mahasiswa yang mampu melakukan mobilisasi secara horizontal dan vertikal menjadi alasan utama mengapa dakwah kampus dipandang sebagai dakwah yang sangat luas. Kaderisasi Pembinaan dan pembentukan seorang yang berkepribadian Islam adalah lingkup pertama dari dakwah kampus. Banyak kader yang menganggap lembaga dakwah adalah lembaga kaderisasi, memang itu adanya, dan pendapat itu sangat benar. Sebagai sebuah lembaga dakwah memang dituntut untuk dapat memberikan asupan ilmu yang cukup bagi kadernya. Dengan berbasiskan profil kader yang diharapkan dapat terbentuk. Porsi dari kaderisasi dalam sebuah lembaga dakwah sangat besar, karena peran kader dalam dakwah ada sebagai sumbu putar bagi roda dakwah, semakin solid dan militan seorang kader dakwah, akan berdampak pada lebih kuat dan cepatnya perputaran agenda dakwah yang ada. Pola pembinaan yang baik akan membentuk manusia unggul dan manusia unggul akan selalu dapat memperbaiki pola pembinaan yang ada untuk membentuk manusia lebih unggul lainnya dimasa yang akan datang. Berhubung kita juga ingin melihat masa depan dakwah yang lebih cerah dan berkembang, maka kader yang dibentuk ini, tidak hanya dapat bermanfaat bagi dirinya dan umat di masa kini, akan tetapi ia juga harus bermanfaat bagi masa depan dirinya dan perbaikan masa depan organisasi dakwah yang membinanya. Karakter seorang muslim yang ideal bisa menjadi parameter dari capaian proses kaderisasi yang dijalankan. Bentuk dari agenda kaderisasi yang dijalankan dapat dengan metode yang variatif dan memiliki koridor kurikulum yang tegas. Basis pembinaan yang dibentuk dalam sebuah lembaga dakwah kampus akan sangat menentukan kemampuan sebuah lembaga dakwah untuk memenuhi lingkup dakwah kampus yang lainnya. Syiar dan Pelayanan



Syiar adalah proses menyampaikan risalah Islam kepada banyak umat manusia. Syiar ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyemarakkan sebuah lingkungan dengan nilai Islami. Syiar juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian pesan kepada objek dakwah. Sedangkan pelayanan adalah sebuah mekanisme memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang dengan harapan seseorang dapat merasa nyaman dan tenang di sebuah lingkungan. Syiar dan pelayanan yang dilakukan dalam dakwah kampus juga akan berkutat pada definisi yang ada. Dimana syiar Islam yang dilakukan oleh lembaga dakwah kampus diharapkan dapat berperan besar dalam transformasi masyarakat di sebuah kampus. Syiar Islam yang baik adalah ketika syiar ini mampu menjadi trendsetter dari sebuah lingkungan. sebagai contoh, ajakan untuk tilawah rutin di sebuah lingkungan kampus, parameter keberhasilannya adalah semakin banyak orang dalam lingkungan tersebut yang tilawah dan ada perasaan aneh bagi seseorang dalam lingkungan tersebut jika tidak rutin tilawah. Karena syiar ini berperan juga sebagai alat propaganda nilai dan corong opini. Harapannya memang syiar yang dilakukan dapat mencerahkan sebanyak mungkin objek dakwah, agar semakin banyak objek dakwah yang bersedia untuk mendalami Islam lebih lanjut. Pelayanan dalam bahasa dakwah adalah mencoba memberikan sebuah pelayanan dengan harapan mendapatkan kepercayaan dari objek dakwah. Bentuk pelayanan di kampus sangat banyak, saya akan memebri contoh hal yang sederhana, seperti ; (1) jadwal imsakiyah , (2) informasi beasiswa, (3) konsultasi karir masa depan,dan (4) pelatihan entrepreneurship. Empat contoh sederhana ini adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh mahasiswa sebagai objek dakwah kita. memang terkadang pelayanan yang diberikan tidak berhubungan langsung dengan transfer nilai Islam, akan tetapi meraih kepercayaan objek dakwah adalah sebuah langkah penting yang perlu ditempuh untuk mendapatkan simpati objek dakwah. Ketika seorang merasa terlayani kebutuhannya oleh lembaga dakwah, ia bisa jadi tercerahkan untuk hadir dalam agenda dakwah yang dilakukan. Akademik dan Profesi Dakwah kampus juga perlu memikirkan mengenai kompetensi akademik seorang kader, karena berhubungan langsung dengan tujuan dakwah kampus ; suplai alumni yang berafiliasi terhadap Islam, alumni yang akan di suplai bukanlah alumni yang tidak berkompeten, ia tidak cukup hanya memiliki afiliasi terhadap Islam, ia diharapkan memiliki kelebihan kompetensi yang memungkinkan dirinya untuk berkontribusi bagi masyarakat. kompetensi inilah yang perlu ditempa oleh dakwah kampus terhadap kader dan simpatisanya. Pemberian tutorial sejak dini, penjagaan IPK kader, bimbingan karir sejak tingkat 2, persiapan pasca-kampus sejak awal tingkat 4 adalah contoh bentuk aplikasi dari lingkup kompetensi akademik ini. Selain itu kader dan simpatisan dapat berkompetisi dalam lomba akademik yang ada, keberhasilan mereka dalam perlombaan ini akan berdampak pada positifnya citra dari dakwah itu sendiri. Untuk kampus yang sudah lama bergulir dakwahnya, maka dakwah ke dosen juga bisa menjadi tujuan. Dengan adanya dosen yang berpengaruh dan mendukung dakwah kampus, akan menjadi keutungan tersendiri bagi dakwah yang Kita lakukan. Sosial Kemasyarakatan Dakwah kampus juga harus melatih kadernya untuk peduli pada masyarakat. kepedulian ini tidak hanya dalam bentuk bakti sosial yang eksidental, akan tetapi tetap pada jalur perjuangan mahasiswa yang selalu bersama rakyat. Perjuangan ini bisa dalam bentuk yang lebih real dan kontinyu, seperti rumah belajar untuk anak miskin, pusat ketrampilan kerja, BMT, atau koperasi simpan pinjam untuk membantu modal masyarakat dalam berusaha. Menjadi corong opini keresahan masyarakat, seperti isu pornografi, aliran sesat, perjudian, dan isu moral lain. Dakwah kampus diharapkan dapat berperan untuk memenuhi peran ini dengan baik. Jangan sampai dakwah kampus hanya berkutat pada permasalahan internal yang tidak kunjung selesai, akan tetapi keterlibatan dakwah kampus dalam menunjang kehidupan masyarakat adalah sebuah harapan tersendiri dari masyarakat. Ingat ! berjuta rakyat menanti uluran tanganmu.



Menjaga Kualitas Kader Fenomena yang terjadi di kampus kami beberapa tahun belakangan ini adalah menurunya kualitas dari kader dakwah, bagaimana upaya dan pendekatan yang perlu kami lakukan agar dapat terus menjaga kualitas kader setiap tahunnya ? Jika Anda merasa bahwa fenomena ini terjadi pada kampus Anda saja, jangan khawatir, karena fenomena ini terjadi hampir di seluruh kampus di Indonesia. Akan tetapi saya selalu mencoba melihat dari sudut pandang lain terkait menurunnya kualitas kader. Sejatinya saya melihat bahwa kualitas kader tidak menurun, yang terjadi adalah semakin banyaknya jumlah kader yang bergabung dalam dakwah, dan konsekuensi dari jumlah yang besar adalah kualitas yang belum tentu merata, apalagi jika pola manajemen kaderisasi belum rapih dan berkelanjutan. Kader adalah aset yang sangat berharga untuk lembaga dakwah, karena kaderlah yang akan menggerakkan dan mengembangkan dakwah yang ada. Seringkali kita mendapat sebuah pertanyaan, mana yang lebih penting antara sistem dan kader. Seorang yang berpikir pendek akan mengatakan bahwa kader lebih penting, sedangkan untuk mewujudkan dakwah yang berkelanjutan, maka sistem yang menunjang untuk membentuk kader yang dengan kualitas baik adalah hal yang perlu dicapai. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang ada dengan memaparkan kebutuhan apa saja yang perlu dimiliki oleh seorang kader dan metode apa yang tepat untuk memenuhi kebutuhan ini. Seorang kader yang berkualitas adalah seorang kader yang menguasai teori, memiliki maknawiyah yang stabil, serta memahami medan amal dakwah dengan baik. Ketika seorang kader mampu dibina untuk memiliki hal-hal ini maka ia akan memiliki immune terhadap segala tantangan dakwah. Oleh karena itu, sebagai tim kaderisasi yang akan menjalankan pembinaan ke kader, pemberian pemahaman serta latihan untuk memenuhi 3 hal ini adalah sebuah cara yang baik untuk senantiasa menjaga kualitas kader dakwah kampus. Menguasai Teori Landasan awal dari menjalankan segala sesuatu adalah pemahaman terhadap apa yang akan dilakukan. Dalam konteks seorang kader sebagai individu, diharapkan ia dapat memahami dasar yang bisa menguatkan dirinya dalam berIslam dan alasan yang hakiki mengapa ia melakukan aktifitas dakwah. Adanya pemahaman dasar ini akan menentukan kebijaksanaan pribadi serta semangat geraknya. Biasanya permasalahan kader seperti masalah kejenuhan dalam berdakwah, virus merah jambu, kekecewaan terhadap dakwah atau jamaah dakwah. Metode yang tepat untuk menyampaikan teori adalah dengan bentuk ta’lim dengan seorang yang memahami dengan komprehensif materi, bentuk metode tambahan lainnya dapat di sampaikan dalam pembinaan rutin seperti mentoring. Hal-hal yang kiranya perlu disampaikan sebagai bekal bagi kader antara lain ; 1.



Memahami Prinsip Islam Seorang kader diharapkan dapat memahami dasar-dasar yang sangat mendasar dari Islam itu sendiri. Bermula dari memahamkan makna dan urgensi syahadat sebagai pintu gerbang umat Islam. Mengenal Allah sebagai rabb dengan segala sifa-sifatnya, mengenal Rasul untuk diteladani, dan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Seorang kader dengan prinsip yang kuat akan berdampak pada militansi yang kuat pula, dan kelompok kader dengan prinsip yang kuat akan berdampak menjadi kelompok yang solid. Selain itu, keikhlasan dalam menjalankan agenda dakwah yang ada hanya untuk Allah semata dapat dibangun dengan dasar prinsip Islam yang kuat. Sebagai seorang da’i yang akan menyampaikan nilai-nilai Islam tentu membutuhkan Ilmu untuk disampaikan , biasanya untuk dakwah kampus, diskusi tentang agama cukup banyak sekitar masalah aqidah dan alasan mengapa kita harus berIslam. Tentu, kita sangat berharap kader dakwah kampus bisa menjadi perpustakaan berjalan untuk menanyakan hal-hal terkait keIslaman. Terkadang pula,



massa kampus menilai dan mengikuti bagaimana berIslam dengan mencontoh dari apa yang dilihat dan didengar dari pada kader dakwah kampus. 2.



Memahami Pedoman Islam Dua pedoman utama dan hakiki seorang muslim dalam menjalankan hidupnya adalah Al Qur’an dan Al Hadits. Seorang kader diharapkan dapat memahami kedua pedoman ini dengan baik, metode yang sering dilakukan untuk meningkatkan kepahaman ini adalah dengan tahsin atau belajar bagaimana membaca Al Qur’an dengan tajwid yang benar, tahfidz atau belajar untuk menghafal Al Qur’an, dan tastqif atau kajian Al Qur’an dan Al Hadits untuk lebih memahamkan makna yang lebih mendalam dari dua pedoman ini. Seorang kader dakwah dituntut untuk selalu dekat dengan Al Qur’an, karena kedekatan dan banyaknya interaksi seorang kader dengan pedoman Islam ini akan berdampak positif pada beberapa hal, yakni ; (1) keberkahan dakwah, (2) kualitas maknawiyah kader, (3) kemampuan meyakinkan dan mempengaruhi seorang kader dakwah, (4) penjagaan asholah dakwah, dan (5) membangung kebiasaan untuk selalu berlandasakn syar’i dalam setiap kebijakan yang ada.



3.



Memahami Fikroh Dakwah dan Amal Jama’i Sebuah pertanyaan yang harus dapat dijawab seorang kader sebelum berdakwah adalah “mengapa saya harus berdakwah ?”. Seorang kader diharapkan dapat memahami landasan mengapa seorang muslim harus berdakwah dan mengapa cara yang digunakan di lembaga dakwah sebagai metode dakwah yang digunakan. Ia juga diharapkan mampu melihat visi besar dakwah jangka panjang. Pemahaman terhadap pemikiran dakwah yang dilakukan diharapkan dapat membangun paradigma bahwa apapun tanggung jawab yang diberikan pemimpin kepada dirinya adalah bagian dari menjalankan agenda dakwah yang sudah Allah amanahkan kepada seluruh manusia. Terkait pada amal jama’i atau beramal bersama, karena dakwah yang dilakukan dalam lembaga dakwah bersama-sama, seorang kader juga perlu diberi pengertian tentang prinsip al qiyadah wal jundiyah ( pemimpin dan pasukan ), agar ia mampu memerankan dengan baik jika ia menjadi pemimpin maupun pasukan. Karena memang pada dasarnya seorang kader akan menjadi seorang pemimpin atau yang dipimpin. Bentuk penaman kemampuan ini bisa dengan melibatkan langsung dalam organisasi, latihan beramal agar ia memahami hal ini dengan pengalaman yang ia dapat.



Memiliki maknawiyah yang kuat Kedekatan kader terhadap Allah adalah bahan bakar utama dalam menjalankan amanah dakwah yang ada. Apalagi dalam setiap hal yang kita lakukan, pertolongan Allah adalah suatu yang menjadi faktor sukses, dan pertolongan Allah hanya diberikan kepada umatnya yang berusaha dan berdo’a secara seimbang. Maknawiyah disini dapat dilatih dengan ibadah-ibadah mahdah yang dilakukan secara individu. Sebutlah, Shalat wajib, Shalat Sunnah, Puasa Sunnah, Qiyamulail, dan sebagainya. Untuk memicu dan membiasakan ibadah-ibadah ini biasanya dapat menggunakan perangkat mutabaah amalan yaumiyah ( pengecekkan amal ibadah harian ) yang diberikan kepada seluruh kader. Tentunya juga di awali dengan pemahaman tentang ibadah mahdah dan tata cara untuk melaksanakannya. Ketika seorang kader memiliki maknawiyah yang kuat maka ia akan memiliki tekad dan kemauan yang kuat dalam menjalankan amanah dakwah, karena ia memandang dakwah sebagai bagian dari hidupnya dan ia memahami bahwa surga hanya bisa ditebus dengan usaha yang kuat, salah satunya dengan menyampaikan risalah Islam kepada masyarakat luas. selain itu seorang yang maknawiyah yang kuat akan berdampak pada loyalitas atau kesetiaan yang kuat kepada jamaah dakwah yang ada. Ia memandang apa yang ia lakukan dalam dakwah hanya untuk Allah semata, ia siap menaati dan siap melayani segala kebutuhan dakwah, ia siap memimpin dan dipimpin, dan ia bukanlah melakukan aktifitas ini untuk manusia, sehingga ketika salah seorang kader lain menyinggung atau mengecewakan dirinya, itu tidak jadi alasan baginya untuk kecewa atau mundur dari dakwah. Selama lembaga dakwah masih berorientasi rabbaniyah maka ia akan terus bergabung dan berjuang bersama.



Memahami Amal Dakwah Kader dalam menjalankan agenda dakwah memerlukan strategi dengan baik, serta memahami apa yang sedang ia lakukan dan apa manfaatnya untuk dakwah. Beberapa hal yang perlu dipahami terkait amal dakwah antara lain ; (1) memahami tujuan dakwah, (2) memahami peran dirinya dalam dakwah, (3) memahami potensi diri, (4) memahami medan dakwah ( objek dakwah ), dan (5) memahami makna pengorbanan dan kesungguhan dalam beramal. Kelima pemahaman terkait amal dakwah ini bisa dibangun dengan latihan langsung beramal dakwah serta di stimulus dengan kaderisasi pasif kepada kader dakwah. Kader dakwah yang memiliki pemahaman yang baik terkait amal dakwah biasanya memiliki visi besar terhadap dakwah itu sendiri, ia punya cita-cita terhadap dakwah, ia punya orientasi dan visi yang jelas terhadap tanggung jawab yang di embannya saat ini dan memberikan dampak semangat yang gigih untuk mencapai tujuan yang ia dan lembaga dakwha harapkan. Seorang kader yang sudah memahami urgensi dakwah dan mengetahui visi dakwah jangka panjang, akan mempunyai energi lebih untuk bergerak secara trus menerus dalam mewujudkan cita-cita mulia ini. Selain itu ia memiliki semangat pengorbanan, baik itu korban harta, waktu, perasaan, bahkan berkorban hak dirinya seperti waktu istirahat karena ingin memberikan yang terbaik untuk dakwah. Kualitas kader dakwah saat ini, walau semakin banyak jumlahnya harus tetap dijaga, karena kualitas kader dakwah ini akan membuat kualitas serta asholah dakwah tetap terjaga. Menjadi tanggung jawab bagi kita yang memahami urgensi menjaga kualitas kader ini untuk membangun sistem yang memungkinkan membentuk kader yang berkualitas meskipun jumlah kader semakin banyak bertambah setiap tahunnya.



Manajemen Prioritas Amanah untuk kader Saya mempunyai masalah dalam memprioritaskan tanggung jawab yang ada pada diri saya, keterbatasan kader pada kampus kami menuntut seorang kader menjadi multi-amanah, sehingga saya tidak optimal di berbagai tempat, bagaimana caranya agar saya dapat bertanggung jawab dengan peran yang ada dan tidak mendzalimi saudara saya yang lain ? Berbicara tentang prioritas saya langsung teringat buku Fiqh Aulawiyat karangan ulama besar saat ini Yusuf Qardhawi. Dalam buku ini dipaparkan dengan jelas tentang apa itu fiqih prioritas dan bagaimana memandang prioritas itu sendiri. Sebagai seorang kader dakwah masa kini, dimana tuntutan dakwah lebih besar ketimbang jumlah kader yang ada, maka pemahaman aplikasi dari fiqih prioritas ini dalam kehidupan berdakwah di kampus menjadi sebuah kebutuhan tersendiri. Sub-bab manajemen prioritas dalam konteks peran tanggung jawab dakwah di kampus adalah memilih di antara dua pilihan yang baik. Karena kita akan berbicara mengenai peran kita sebagai kader yang memiliki tanggung jawab di banyak tempat. Dari beberapa tanggung jawab yang ada, tanggung jawab mana yang harus di dahulukan, atau tanggung jawab mana yang harus diberikan alokasi waktu dan pikiran secara lebih. Manusia memang pada dasarnya selalu hidup dalam dilematika pilihan, dan itu memang fitrah manusia dimana menjadi tanggung jawab bagi kita semua untuk mampu membuat prioritas yang paling bermanfaat bagi diri agar kita bisa mencapai tujuan hidup yang ada. Saya akan memaparkan jawaban dari pertanyaan ini dengan paradigma tentang peran dan prioritas itu sendiri. Kader dakwah kampus yang tentunya juga mahasiswa mempunyai berbagai peran dalam hidupnya, ia sebagai mahasiswa, asisten akademik, ia sebagai seorang anak, ia seorang pemimpin organisasi atau staff kepanitiaan, ia seorang mentor, atau ia juga berperan di berbagai tempat lain. banyak sekali peran yang harus Anda jalankan sebagai kader dalam waktu bersamaan. Cobalah menuliskan dalam secarik kertas apa saja peran Anda saat ini. Dengan memulai mengetahui peran Anda apa saja dalam waktu bersamaan, maka Anda akan lebih mudah untuk menjalankan langkah selanjutnya. Terlepas dari berbagai peran yang Anda miliki saat ini, saya memandang bahwa seorang kader dakwah kampus dalam konteks perannya sebagai kader diharapkan memiliki tidak lebih dari 4 peran tanggung jawab dakwah atau kedepannya kita sebut saja dengan amanah. Amanah yang diharapkan ada pada setiap kader dakwah adalah ; (1) amanah organisasi 1, (2) amanah organisasi 2, (3) sebagai mentor, dan (4) sebagai asisten dosen/praktikum. Contoh dari dua amanah organisasi dalam waktu bersamaan adalah, Anda sebagai ketua divisi di LDK dan Anda juga berperan sebagai pimpinan redaksi majalah di himpunan mahasiswa jurusan. Adanya dua amanah organisasi dalam satu waktu menurut hemat saya masih sangat relevan mengingat kapasitas mahasiswa yang besar. Maka tahap selanjutnya yang perlu kita atur terkait manajemen amanah adalah amanah yang dimiliki dalam satu waktu, bisa dibuat list seperti ini. (1) Amanah organisasi 1



: Kepala Lembaga Dakwah Kampus



(2) Amanah organisasi 2



: Staf Ahli Kaderisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan



(3) Sebagai Mentor



: 1 kelompok mentoring angkatan 2007



(4) Akademik



: asisten praktikum mata kuliah tingkat 2



Pada beberapa kader yang mempunyai kapasitas pribadi yang besar, bisa jadi memiliki amanah organisasi yang lebih banyak pula, apakah itu lebih dari 2 atau mungkin lebih dari 3. Semua itu kembali ke kapasitas



pribadi masing-masing. Saya ingin menekankan pada bagian setelah ini tentang bagaimana kita memandang lebih dari satu amanah organisasi yang kita miliki. Ketika Anda sudah memilih dan memutuskan untuk mengambil lebih dari 1 amanah organisasi dalam satu waktu maka Anda harus memikirkan konsekuensi dari keputusan Anda berupa pengorbanan. Anda dituntut untuk bisa bersikap profesional dan tidak menjadikan banyak amanah sebagai alasan untuk tidak maksimal di amanah yang lain. Jika memang Anda tidak sanggup untuk mengemban lebih dari satu amanah, dan Anda merasa berat maka ada dua pilihan untuk Anda yakni ; meningkatkan kapasitas atau melepas salah satu amanah yang ada. Saya mencoba memandan kader saya, baik pada level kepala departemen atau staff departemen bahwa ia selalu bisa bersikap profesional dan bertanggung jawab terhadap arahan dan tugas yang saya berikan. Meskipun, saya mengetahui bahwa ia juga beraktifitas di tempat lain, saya mencoba berpikir positif bahwa ia memilih banyak amanah karena mengetahui bahwa ia mempunyai kapasitas yang besar, dan saya selalu meyakinkan diri saya bahwa ia akan bisa menjalankan arahan dan tugas yang saya berikan dengan baik. Ketika Anda berada dalam forum sebuah organisasi Anda, maka Anda dituntut untuk selalu 100 % untuk organisasi tersebut, sekali lagi jangan jadikan kesibukan lain Anda sebagai alasan untuk tidak tuntas menjalankan amanah dengan baik. Jika itu Anda lakukan maka ada dua konsekuensi yang perlu Anda hadapi, yakni Anda telah mengecewakan dan menzalimi saudara seperjuangan Anda, serta tanggung jawab akhirat Anda dengan Allah. Saya sering menemukan istilah prioritas dalam amanah yang diucapkan oleh banyak kader, sehingga ia membuat prioritas 1, prioritas 2 dan seterusnya terhadap amanah yang ia miliki saat ini. Akibatnya adalah bahwa memang amanah prioritas 1 lebih ia utamakan dan bisa berdampak pada terzaliminya amanah prioritas 2. Padahal di amanah prioritas 2 ia juga mempunyai peran yang juga diharapkan oleh kawankawannya lain. ini adalah contoh kasus ketika amanah di pandang sebagai list prioritas secara vertikal. Saya mencoba memanda list amanah dakwah ini secara horizontal, dimana Anda memporsikan dengan seimbang dan maksimal dari sekian amanah yang Anda miliki. Dampaknya adalah optimasi kinerja Anda sendiri, hal ini bisa terjadi karena memang Anda memandang semua amanah Anda itu PENTING, dan Anda memandang diri Anda juga berperan PENTING dalam Amanah ini. Adanya prioritas hanya untuk mengatasi jika ada bentrok dua amanah dalam satu waktu, akan tetapi pola penentuan prioritasnya juga tidak bisa selalu sama. Sebutlah Amanah A selalu lebih penting ketimbang Amanah B, akan tetapi dengan melihat kebermanfaatan Anda dalam satu waktu tersebut. Sebutlah Anda mengalami bentrok jadwal antara rapat amanah B dan tanda tangan kerjasama kontrak sponsor amanah A, maka dalam kondisi ini, Anda bisa memilih amanah A dimana tanda tangan Anda tidak bisa diwakili, sedangkan rapat bisa dilegasikan dengan arahan yang jelas. Dalam kondisi lain antara amanah A dan B bisa berubah prioritasnya, tergantung keadaan. Disinilah kemampuan delegasi dan percaya pada rekan kerja menjadi sangat penting, Anda bisa mulai belajar untuk memberikan kepercayaan Anda ke rekan kerja untuk menjalankan peran Anda sementara Anda mengerjakan yang lain, dengan catatan, ada arahan dan bekal yang jelas. Jika semua bisa disampaikan dengan baik, maka menurut saya masalah keterbengkalaian amanah dapat diminimalisirkan. Selain itu, Anda juga perlu mengumpulkan keberanian Anda untuk mengatakan TIDAK kepada seorang yang akan memberikan amanah tambahan jika Anda merasa sudah tidak mampu. Lebih baik tidak usah berjanji untuk bersedia menjalankan amanah ketimbang mengecewakan dan menzalimi saudara Anda di kemudian hari. Penerapan manajemen prioritas ini bukan tanpa kendala, biasanya sering menghadapi masalah yang berasal dari diri sendiri, seperti merasa tidak enakkan dengan rekan dakwah, ambisi pribadi, ego dan emosi yang diturutkan, dan kegagalan manajemen waktu. Kendala lain dari sisi eksternal adalah kondisi force majeur yang tidak pernah diduga, dan tekanan kader lain terhadap diri kita. Berpeganglah pada keyakinan terhadap kapasitas pribadi, ketika Anda sudah bisa mengukur kapasitas pribadi, dan memiliki manajemen waktu yang baik, maka amanah yang Anda emban akan bisa Anda pertanggungjawabkan dengan baik di dunia dan akhirat.



Koordinasi Antara Kepala Departemen Dengan Koordinator Akhwat Saya memiliki masalah dengan kepala departemen saya, seringkali terjadi konflik internal departemen yang berakibat kontraproduktif terhadap kinerja departemen, dan sebenarnya saya bingung apa yang salah dengan pola kami memimpin departemen ini. Salah satu hal yang unik dari organisasi dakwah adalah adanya seorang koordinator akhwat yang mendampingi di sebuah departemen / divisi / bidang dan sebagainya. Terkait peran khusus koordinator akhwat saya sampaikan pada bagian khusus, pada bagian ini saya ingin lebih menekankan pada pola hubungan antara kepala departemen dengan koordinator akhwat. Isi dari tulisan ini bisa disesuaikan tergantung kondisi, sebutlah ketua lembaga dakwah dengan ketua kemuslimahan, atau ketua panitia dengan koordinator akhwatnya. Pertama Anda baik sebagai kepala departemen ( selanjutnya disingkat kadept ) atau koordinator akhwat ( selanjutnya disingkat korwat ) perlu memahami bahwa Anda adalah seorang pemimpin bagi staff Anda. Bisa dikatakan pula bahwa Anda dengan partner Anda adalah duo pemimpin, yang akan mengarahkan sebuah tim ke arah yang telah ditentukan. Untuk itu semua, maka diperlukan adanya komunikasi dan koordinasi yang jelas agar segala sesuatu dalam departemen berjalan dengan baik. Pernahkan Anda mengalami sebuah perasaan seperti ini ; “kemana yah kepala departemen ku ? kok gak ngerti sih kondisi departemen lagi mendesak ?” “duh, ini korwat kok ganggu aku mulu sih ! gak bisa apa ngerjain sendiri !” “apa aku salah yah, sehingga ia jadi seperti tidak memperdulikan pendapatku” “duh, ini ikhwan kok gak percayaan banget sama akhwat, masa semua kerjaan di kerjain ikhwan!” Terkadang perasan seperti ini bisa muncul antara korwat ataupun kadept. Sebuah perasaan awal yang akan menjadi stimulus rusaknya hubungan di sebuah departemen jika tidak diselesaikan dengan cepat. Jika berbicara tentang pola koordinasi yang baik, saya akan memulai sedikit tentang karakter pria dan perempuan. Ada beberapa perbedaan mendasar yang saya amati antara pria dan perempuan yang mungkin sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola koordinasi ini. 1.



Perempuan cenderung berbicara dengan bahasa yang tidak langsung, sehingga terkadang sulit di tangkap oleh pria. Perempuan cenderung berbelit-beli dalam menjelaskan dan makna inti yang terkandung dalam ucapannya juga implisit. Sedangkan pria cenderung eksplisit dan to the point termasuk dalam hal mengkritik, hal ini juga terkadang tidak bisa diterima oleh semua perempuan, karena bisa saja jadi menyinggung perasaan.



2.



Pria itu terkadang lambat merespon sesuatu, apakah itu sms atau panggilan telepon, walau tidak semua, akan tetapi cukup banyak juga pria yang meng-cuekkan keresahan tanggung jawab dakwah dari pihak korwat. Hal ini mungkin disebabkan pihak pria butuh waktu untuk menimbang kebijakan.



3.



Perempuan biasanya penuh pertimbangan dalam menyampaikan sesuatu, bahkan untuk sesuatu yang mungkin menurut pihak pria tidak penting. Terkadang karena terlalu lama ditimbang dan tak urung disampaikan, lalu kadept yang bergerak dengan naluri langsung mengambil kebijakan yang mungkin bertolak belakang dengan pendapat korwat.



4.



Pria sering menganggap ringan atau enteng hal-hal yang disampaikan oleh korwat. Pihak korwat sudah berpikir puluhan kali untuk menyampaikan pendapatnya, sedangkan pihak kadept hanya merespon dengan “oh gitu yah, itu sih biasa, dibawa santai aja”



Mungkin sedikit perbedaan ini bisa menjadi kendala dalam menjalankan tugas dakwah yang diemban di sebuah tim ini, akan tetapi tentunya masalah itu bukan tanpa solusi. Untuk kendala diatas ini terkait bagaimana agar pola koordinasi bisa berjalan dengan baik, ketika saya tanya ke beberapa kadept dan korwat di GAMAIS ITB, mereka semua menjawab hal yang sama, yakni KETERBUKAAN. Saya pun berpikir sama, dalam sebuah hubungan yang intens dan rutin maka keterbukaan satu sama lain menjadi hal yang sangat penting. Bagaimana Anda bisa menyampaikan kepada partner Anda tentang keresahan dakwah yang Anda rasakan atau problematika pribadi yang mungkin menganggu kinerja dakwah dan sebagainya. Akan tetapi keterbukaan ini mengakibatkan adanya kepercayaan satu sama lain. Selanjutnya Anda juga perlu mampu memandang peran satu sama lain secara proporsional dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang Anda dalam sebuah tim. 



Kadept memandang korwat. Korwat adalah sosok wakil atau second leader dalam sebuah tim, dimana ia akan selalu mendukung kadept. Korwat juga berperan sebagai sekretaris tim dan kadept yang memiliki notulensi progress dan laporan dari keberjalan dakwah sebuah tim. Korwat juga yang berperan untuk merangkul staff akhwat. Secara personal korwat juga diharapkan dapat menjadi motivator bagi kadept dan pengingat kadept dikala ia sedang jenuh berdakwah. Kadept bisa juga memandang korwat sebagai belahan otak, jiwa, dan raga ( ini serius ). Karena perempuan itu dikaruniai pola pikir dan sensitifitas yang relatif berbeda, korwat bakal tepat jika bisa diajak sebagai teman diskusi dalam pengambilan keputusan strategis. Korwat juga sebagai representasi dan corong suara akhwat dalam diskusi itu, sehingga sangat tepat untuk saling melengkapi dan menambah wawasan dan memperluas sudut pandang. Ini sangat membantu terutama untuk kadept dan korwat yang memiliki gaya dan cara yang berbeda dalam memimpin dan mengambil kebijakan.







Korwat memandang kadept. Kadept adalah pemimpin tertinggi dalam sebuah tim, ia berperan, dan tanggung jawab, serta mempunyai kapasitas seorang pemina perlu dimiliki oleh seorang kepala departemen. Karena bukan hanya memimpin tapi juga fungsi pengayom, pembina sekaligus pencipta kondisi nyaman anggota departemen perlu dilakukan oleh seorang kepala departemen. Bukan hal yang mudah tentunya, karena jika Kadept punya kapasitas ini, berarti seorang korwat departemen seharusnya juga memiliki kapasitas ini untuk menyeimbangkan kadept.



Membangun pola komunikasi yang baik antara kadept dan korwat menjadi langkah yang harus ditempuh. Bisa juga dengan membangun nuansa kekeluargaam ketimbang hanya sebatas persaudaraan. Nuansa kekeluargaan dapat membantu semua pihak untuk bisa lebih lepas dalam menyampaikan pendapat. Harapannya adalah terbentuk keterbukaan satu sama lain sehingga berdampak pada kepercayaan antar kadept dan korwat. Akan tetapi tentuny juga perlu adanya batasan dalam membangun komunikasi ini agar keberkahan tetapi terjaga, atau dengan kata lain, walau ada keterbukaan, akan tetapi jangan sampai kebablasan. 



Komunikasi dilakukan sesuai dengan kebutuhan, tidak perlu sampai dicari-cari kebutuhan tambahan sehingga menjadi alasan untuk berkomunikasi secara berlebihan.







Komunikasi dalam hal penyampaian pendapat dilakukan sesegera mungkin. Jangan ditunda apalagi tidak disampaikan. Jika masalah bisa disampaikan dan di diskusikan segera, akan lebih mudah untuk diselesaikan pula, dan tidak ada pihak yang merasa tiba-tiba ditdong oleh masalah.







Koordinasi dilakukan secara terbuka hal-hal yang memang perlu disampaikan sebaiknya disampaikan secara jelas dan lugas, jangan terlalu banyak analogi dan penjelasan yang tidak bermakna atau implisit.







Dilakukan secara dua arah. Bukan perintah dari satu pihak ke pihak lainnya, sebaiknya keputusan yang ada merupakan hasil diskusi dari dua pihak. Karena pola hubungan yang dibangun adalah pola saling menghargai, dan sejatinya tidak ada yang lebih baik antara kadept dan korwat. Dengan membuat keputusan bersama, tentu akan berdampak positid terhadap kedua belah pihak.







Pembicaraan sebaiknya adalah hal-hal yang terkait dengan tanggung jawab saja. Hal-hal yang sifatnya pribadi sebisa mungkin di minimalkan. Hal-hal yang sifatnya pribadi boleh disampaikan dengan catatan terkait dengan amanah yang dilakukan bersama akhwat yang diajak berkomunikasi. Hal ini dengan tujuan untuk saling menjaga satu sama lain, meskipun semua ini tentu akan kembali ke diri masing-masing yang paling mengetahui kemampuannya untuk menjaga hati sendiri dan hati partner dakwahnya.



Peran Dakwah Kampus Terhadap Dakwah Sekolah Kita menyadari bahwa kontribusi dakwah sekolah terhadap dakwah kampus sangat tinggi, dimana banyak alumni ROHIS yang berperan besar dalam berkontribusi untuk dakwah di kampus. Bagaiamana peran yang ideal untuk dakwah kampus agar dapat lebih mempercepat perkembangan dakwah sekolah yang juga berdampak pada kemajuan dakwah kampus ? Perkembangan dakwah sekolah dalam 8 tahun terakhir ini mengalami kemjuan yang sangat pesat. Perubahan struktur sosial akibat keberadaan ROHIS atau DKM mulai terasa, seperti diberlakukannya jilbab, baju muslim, penolakan terhadap acara yang penuh hura-hura dan sebagainya. Pihak-pihak yang intens memikirkan dan menjalankan dakwah sekolah juga semakin banyak dan menyebarluas di seluruh Indonesia. Saat ini bisa dikatakan hampir seluruh SMU di Indonesia telah memiliki ekstrakulikuler ROHIS atau DKM di sekolahnya. Bahkan pada kota besar seperti di Jakarta, Dakwah SMP juga sudah mulai terasa dan mampu untuk membuat pengaruh yang positif terhadap SMPnya. Selama 8 tahun ini pula lah, dakwah kampus yang selalu menikmati output dari dakwah sekolah. Kampus di supply secara Cuma-Cuma kader dakwah sekolah yang telah memiliki pemahaman dakwah yang kuat serta siap untuk berkontribusi besar untuk dakwah kampus. Sehingga, pengelola dakwah kampus hanya perlu memoles sedkit kader dakwah sekolah ini untuk kemudian menjadi dinamo dakwah di kampus. Akan tetapi ironinya, belum ada peran strategis dan terencana dari dakwah kampus untuk memajukan dakwah sekolah. Disinilah sebetulnya saya ingin mengutarakan sebuah balas budi dari dakwah kampus(DK) ke dakwah sekolah(DS). Sebagai penikmat output dakwah sekolah setiap tahunnya kita perlu pula memberikan yang terbaik untuk memajukan sekolah yang menjadi supplier terbanyak siswa ke kampus kita dan sekolah yang dekat dengan kampus kita secara geografis. Dua kriteria inilah yang akan menjadi target pertama dan utama dari kontribusi DK ke DS. Jika semua kampus bisa mengayomi dan memajukan DS dengan kriteria diatas, maka akan terbentuk jaringan pengembangan DS dengan kampus sebagai sumbu utamanya. Karena kampus biasanya dibangun dengan basis distribusi geografis, maka besar kemungkinan jika semua kampus bisa menjalankan peran ini dengan baik semua DS dapat berkembang dengan baik.



Gambar diatas merupakan ilustrasi dari bagaimana DK membuat pengaruh terhadap DS, dimana dalam pola ini wilayah terdekat dari kampus dan sekolah yang banyak supply siswa terbanyak terhadap kampus tersebut. Saya coba memberikan contoh, ITB banyak di supply siswa dari SMU 3 Bandung, SMU 5 Bandung, SMU 8 Jakarta, dan SMU 70 Jakarta. Dan secara geografis juga ada sekolah yang dekat dengan ITB, seperti SMU 1 Bandung, SMU 2 Bandung, SMU 10 Bandung, SMU Darul Hikam dan beberapa sekolah lainnya. Dengan terdefinisinya sekolah yang terkoordinasi dalam payung sebuah kampus, maka barulah sebuah kampus bisa memberikan kontribusinya.



Bagaimana bentuk kontribusi kampus untuk DS ? sebelum menjawab pertanyaan ini saya ingin sedikit memaparkan urgensi dari DS itu sendiri, dan bagaimana korelasinya terhadap DK, bahkan untuk kampus selain kampus kita. Sekolah merupakan massa dimana seseorang dalam tahap pencarian dirinya, sehingga jika seseorang dapat tersentuh nilai Islam sejak masa sekolah ini, akan menjadi bekal yang sangat baik dan kuat bagi dirinya. Selain itu, sama seperti DK, DS juga mempunyai tujuan untuk mensupplai alumni sekolah yang berafiliasi terhadap Islam sehingga nantinya bisa menjadi input bagi perguruan tinggi. Perlu diingat juga bahwa banyak sekali perguruan tinggi yang perlu di isi oleh siswa-siswi yang telah memiliki pemahaman Islam yang kuat.



Bisa Anda lihat disini bahwa DS memiliki peran pula untuk mengarahkan para siswa yang sudah terkondisikan untuk dapat masuk di semua jenis perguruan tinggi yang diperlukan untuk perbaikan bangsa. Perlu disadari pula bahwa kita perlu pula kader yang mampu untuk berdakwah di militer atau sekolah tinggi negara yang saat ini masih membutuhkan banyak kader dakwah untuk mengubah kondisi kampus tersebut menjadi lebih bernilai Islami. Oleh sebab itu ada berbagai cara bagi dakwah kampus untuk memajukan dakwah sekolah ini, antara lain : 1. Berperan sebagai pengelola dakwah sekolah. Biasanya bisa dimulai oleh alumni salah satu sekolah untuk membuka dakwah di sekolah tesebut. Pendekatan dapat melalui pihak sekolah atau melalui OSIS sekolah. Jika memang tidak ada alumni suatu sekolah, bisa saja kampus mengutus salah satu kadernya yang memang mempunyai kecendrungan terhadap dakwah sekolah untuk mengelolanya. 2. Sebagai mentor. Cara ini biasanya pula sering dilakukan dan memang mudah untuk dilakukan. Kampus mencoba memberikan kader-kadernya untuk mengisi mentoring rutin di sekolah-sekolah yang sudah terkondisikan. Kesempatan mengisi mentoring ini bisa juga menjadi latihan mengisi bagi mentor mula untuk mahasiswa tingkat awal, atau mentor pemula. 3. Sebagai pemateri atau pengisi acara. Banyaknya interaksi antara mahasiswa dengan siswa dapat menjadi wawasan tambahan bagi siswa. Seperti informasi mengenai perguruan



tinggi, akses beasiswa untuk kuliah, tantangan pasca kampus, atau yang lebih luas mungkin seperti tantangan masa depan Indonesia. Dengan memberikan informasi yang luas terhadap siswa sejak dini, maka ia akan bisa mempersiapkan sejak awal untuk menghadapi tantangan masa depannya.



Menumbuhkan Komitmen Dan Rasa Kepemilikan Kader Adakah cara yang tepat untuk meningkatkan komitmen kader terhadap dakwah dan menumbuhkan rasa kebermilikan terhadap lembaga dakwah yang ada ? Dakwah membutuhkan kader yang solid secara tim dan militan secara individu. Kombinasi kekuatan inilah yang nantinya akan menunjang aktifitas dakwah seorang kader dalam melakukan aktifitas dakwah yang ada. Seorang kader yang memiliki integritas yang tinggi saat ini sangat dibutuhkan, dimana ia melakukan segala aktifitas dakwha hanya untuk Allah semata, ia sangat meyakini risalah Islam ini merupakan suatu yang mulia, dan dengan keyakinan inilah ia berjuang untuk menyebarkannya. Komitmen itu bukanlah sebuah mukjizat dari Allah, akan tetapi komitmen merupakan suatu bentuk karakter yang bisa dibentuk dengan dukungan lingkungan yang kondusif. Komitmen dibentuk dengan dasar kebutuhan dan sebuah tekad untuk memberikan yang terbaik bagi lingkungan atau dalam hal ini lembaga tempat seseorang beraktifitas. Sedangkan, kepemilikan akan sebuah lembaga adalah konsekuensi logis dari perasaan nyaman dan dihargai dari seorang kader. Ketika seorang kader dapat merasakan hal ini, maka kepemilikan lembaga dakwah oleh semua kader akan terwujud. Bagaimanakan dampak dari komitmen dan rasa kepemilikan dari seorang kader terhadap kinerjanya, saya coba berikan ilustrasi dalam bentuk gambar dibawah ini.



Adanya komitmen merupakan tonggak awal seseorang bersedia untuk beradaptasi terhadap sebuah lingkungan dengan segala tata nilainya. Adanya adaptasi yang telah dimiliki akan menimbulkan tanggung jawab seorang kader untuk berkontribusi, dan tumbuhlah rasa memiliki dari seorang kader terhadap lembaga dakwahnya. Hal ini bisa kita simpulkan bahwa seorang kader sudah “mencintai” aktifitas yang dilakukannya. Menumbuhkan Komitmen Dakwah Komitmen dakwah dibentuk dengan menumbuhkan orientasi akan dakwah itu sendiri dan kebermanfaatan yang didapat dari melakukan aktifitas dakwah. Seseorang yang telah mempunyai gambaran akan tujuan akhir terkait apa yang dilakukannya akan lebih memiliki arah gerak yang jelas. Begitupula jika seseorang sudah mengetahui manfaat yang didapat dari apa yang dilakukan, maka ia akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Sebagai contoh ketika Anda sedang lapar, tentu Anda akan berusaha untuk mencari tempat makan sesegera mungkin. Dengan melihat dua pertimbangan awal terbentuknya sebuah komitmen maka dapat kita pahami bahwa komitmen dibentuk atas kesadaran diri, komitmen dibentuk dari dalam diri masing-masing Individu. Mengenal Allah



Dakwah yang dilakukan hanya untuk Allah semata, semua yang kita jalankan dalam perjuangan dakwah ini diniatkan juga hanya karena Allah. Sehingga langkah pertama untuk menumbuhkan komitmen adalah mengenal dengan baik untuk “Siapa” kita berdakwah. Dengan mengenal untuk siapa kita berdakwah, tentunya seorang kader akan mempunyai tujuan yang jelas dalam melakukan segala aktfitas dakwah. Memahami orientasi dakwah Orientasi dakwah seorang kader adalah untuk Allah dan AgamaNya semata. Disini kader ditekankan bahwa bukan dakwah yang membutuhkannya, akan tetapi kader lah yang membutuhkan dakwah ini. Bagaimanapun berat dan panjangnya dakwah ini, yakinlah bahwa ini tetaplah jalan terpendek menuju surga. Kader dengan orientasi dakwah yang jelas, akan lebih tahan terhadp ancaman kekecewaan dan kejenuhan. Karena ia melakukan aktifitas dakwah bukan untuk lembaga dakwah atau pemimpin lembaga dakwah, lembaga dan pemimpin hanya fasilitator baginya untuk menjalankan dakwah secara ber-jamaah. Menumbuhkan keikhlasan Keikhlasan seseorang dalam menjalankan aktifitas dakwah tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, akan tetapi juga bermanfaat untuk keberkahan lembaga dakwah secara umum. Karena keikhlasan kader dalam berdakwah akan berdampak positif pada lingkungan lembaga dakwah. Akan tercipta lingkungan yang saling memahami, toleransi, jauh dari ambisi pribadi, tidak ada arogansi individu, ketaatan pada pemimpin serta kekuatan tim yang saling mendukung satu sama lain. Menumbuhkan Rasa Keberpemilikan Seseorang akan merasa memiliki sebuah komunitas ketika ia merasa terlibat dalam komunitas tersebut, ia merasa mempunyai peran yang signifikan dalam pengambilan kebijakan atau langkah masa depan komunitas, serta ia merasa terapresiasi oleh pemimpin dan kawan-kawannya dalam komunitas tersebut. Ketika seorang kader sudah merasa menjadi bagian dari lembaga dakwah, maka akan berdampak pada totalitas dalam berjuang, rela berkorban serta bersedia untuk memberikan yang terbaik untuk kemajuan lembaga dakwah bersama. Tentunya Anda menginginkan kader memiliki hal ini secara merata, karena dengan kader yang merasa telah menjadi bagian dari lembaga dakwah, maka lembaga dakwah akan berkembang dengan baik. Adanya nuansa apresiasi Terima kasih, dua buah rangkaian kata yang mudah diucapkan, akan tetapi berdampak sangat besar untuk yang menerimanya. Membiasakan untuk memberikan apresiasi kepada sesama kader untuk segala hal ( bahkan hal kecil-contoh:membereskan karpet ) bisa dibiasakan untuk membangun nuansa positif dalam komunitas dakwah. Atau jika seorang kader ternyata lalai dalam amanah, ucapan pujian atas usahanya perlu disampaikan untuk membesarkan hatinya, dan meyakinkan bahwa kesalahan yang dilakukan sangat mungkin untuk dilakukan oleh siapa saja. Bentuk penghargaan simbolik juga diperlukan untuk menstimulus kader dalam beraktifitas, sehingga kader terpacu untuk bisa memberikan yang lebih baik dalam setiap tanggung jawab yang diembannya. Adanya kepercayaan dari pemimpin Kepercayaan adalah modal utama dalam berorganisasi, tidak mungkin seorang pemimpin melakukan segala urusan sendirian. Perlu adanya delegasi dari pemimpin ke kader, selain untuk membuat organisasi sehat, peran kaderisasi juga terjadi disini. Seorang yang diberikan kepercayaan lebih akan merasa dirinya diakui secara potensi dan ia akan membalas kepercayaan pemimpin dengan berkontribusi secara optimal dalam tanggungjawab yang dimilikinya. Memang pada awalnya seorang pemimpin biasanya mengalami dilematika, dimana mungkin ia belum percaya kepada seorang kader dalam menjalankan sebuah tanggung jawab, akan tetapi Anda sebagai pemimpin harus “tega” dalam memberikan kepercayaan ini. Rasakan sensasi yang Anda rasakan saat pertama kali memberikan kepercayaan kepada kader yang paling tidak Anda percaya, akan



tetapi Anda harus yakin, dan tetap memotivasi kader tersebut secara rutin. Ketika kader tersebut ternyata dapat menjalankan tanggung jawab dengan baik, maka dilematika itu akan hilang seketika dan kepuasan akan terasa di benak Anda. Memberikan kesempatan kepada kader untuk berkreasi dan terlibat dalam pengambilan kebijakan Saya memandang bahwa inti kreatifitas dan inovasi dari sebuah lembaga dakwah bukan pada top management, akan tetapi pada middle management nya. Peran badan pengurus hanya sebatas membuat arah gerak dan koridornya. Sedangkan ranah inovasi dan kreatif diharapkan dapat terbangun pada kader. Biasanya seseorang akan lebih senang dan tertantang dengan hal yang berasal dari idenya. Dengan memberikan kesempatan kepada kader untuk berkreasi, akan terbentuk sebuah budaya perbaikan secara terus menerus. Selain itu dengan melibatkan kader dalam pengambilan khaebijakan akan membangun tanggung jawab lebih terhadap kader kepada lembaga dakwah. Meningkatkan intensitas pertemuan semua kader Dengan adanya pertemuan kader terpusat yang menghadirkan semua kader dakwah dalam waktu dan tempat yang sama memberikan kesempatan kepada kader untuk saling berbagi pengalaman dan transfer semangat antara kader. Selain itu dengan adanya temu kader terpusat, akan menimbulkan perasaan bahwa “saya tidak berdakwah sendirian”, perasaan ini sangat penting untuk membangun semangat amal jama’I dalam benak kader.



Keseimbangan Antara Dakwah dan Kuliah bagaimana caranya untuk menyeimbangkan antara dakwah dan kuliah ? agar aktifitas kuliah tetap baik dan kinerja dakwah tetap optimal. Tugas utama seorang mahasiswa adalah belajar. Hal ini perlu kita pahami bersama sebagai sebuah kewajiban yang harus dituntaskan dengan predikat memuaskan. Sebagai seorang muslim yang berdedikasi terhadap pendidikan tentu kita perlu menjadikan hal ini sebagai prioritas. Akan tetapi sebagai seorang kader dakwah, menjaga kinerja dakwah agar tetap optimal dan konsisten juga merupakan tuntutan tersendiri, maka perlu juga perencanaan yang baik untuk menyeimbangkan kedua hal ini. Ada hal yang unik dari keluhan yang terjadi diantara kader dakwah masa kini, adalah ketika nilai sedang menurun, maka kambing hitam yang paling mudah untuk di tunjuk adalah banyaknya aktifitas dakwah. Hal ini seakan-akan dakwah lah yang membuat nilai Anda jatuh. Hey Brother open up your eyes, apakah betul dakwah yang membuat nilai turun ? jika Anda percaya hal ini, maka Anda tidak percaya janji Allah akan balasan akan amal yang kita lakukan. atau mungkin Anda sudah cukup mengalami disorientasi dakwah sehingga Anda merasa tidak bermanfaat untuk menjalankan dakwah, justru dakwah membuat Anda terpuruk. Saya bisa memahami pandangan seseorang tentang hal ini, lalu saya bertanya kembali, apakah Anda bisa menjamin tanpa aktifitas dakwah nilai Anda akan meningkat. Saya pernah menantang hal ini ke salah satu kader saya, dan ternyata hasilnya ia hanya mengalami peningkatan IP sebesar 0,1 saja. Kenaikan yang tidak banyak menurut saya, dan tidak sebanding dengan meninggalkan dakwah. Hal lain yang sering muncul berlawanan dengan kasus diatas, yakni kader dakwah yang sudah cukup frustasi dengan nilainya sehingga ia berpikir untuk tidak begitu memperdulikan akademiknya dan hanya focus pada aktifitas dakwah. Saya melihat kader dengan pandangan seperti ini masih sepakat dengan motto kader dakwah 1 dekade silam, yakni kader yang IP nya 2,00 adalah mujahid, dan kader yang IP nya 3,50 adalah pengkhianat. sebuah pandangan yang jauh dari relevan untuk di aplikasikan saat ini. (1) Life is about mindset. Jargon ini tampak sangat nyata dan benar adanya. Jika Anda berpikir bahwa Anda bisa berdakwah secara optimal dengan tetap meraih nilai memuaskan, maka Anda akan menjadikan hal tersebut kenyataan. Ini langkah penting dalam memulai keseimbangan ini, pikirkan lalu tuliskan atau lukiskan keinginan Anda ini dalam secarik kertas, lalu internalisasikan secara mendalam kepada hati dan pikiran Anda. salah satu kisah unik dari salah seorang mantan presiden Amerika Serikat, dimana ia menempelkan gambar white house di langit-langit kamarnya sejak ia berusia belasan tahun. Sehingga setiap pagi ketika bangun tidur ia bisa melihat gambar itu, dan beberapa tahun kemudian ia berhasil menjadi presiden. Saya mencoba hal ini pada semester ke-6 saya di ITB. Saya meniatkan dalam hati bahwa tidak boleh ada lagi nilai B dalam traskrip saya, saya membayangkan hanya nilai A di transkrip saya. Lalu saya tulisakan hal itu di buku catatan, dan saya buat gambar untuk di taruh di background desktop laptop saya. Selama satu semester mindset saya jaga, dan Alhamdulillah di akhir semester, hanya ada 1 nilai B dalam transkrip nilai semester 6 saya, IP 3,9 pun diraih. (2) Fokus pada apa yang dikerjakan. Perjuangan melawan diri adalah ujian tersendiri bagi seorang manusia. termasuk berjuang untuk tetap fokus pada apa yang dikerjakan. Seringkali tantangan yang sering dihadapi adalah, ketika Anda sedang kuliah, pikiran Anda pada tanggung jawab dakwah kampus, dan ketika sedang rapat terkait dakwah kampus, pikiran Anda justru tentang tugas kuliah. Disinilah terjadi diskoneksi antara tubuh dan jiwa. atau separasi antara pikiran dan otak. Apa akibat jika hal ini dibiarkan ? akibat yang cukup sering ditemui adalah ketidakoptimalan Anda dalam melakukan segala hal. Oleh karena itu Anda bisa memulai dengan menyingkirkan hal-hal yang bisa



menggangu fokus Anda. Seperti, ketika kuliah atau belajar, maka mobile phone bisa dinon-aktifkan atau catatan-catatan yang tidak berhubungan dengan kuliah bisa disingkirkan. Menghilangkan hal yang tidak berhubungan dari pandangan merupakan langkah yang snagat membantu. Setelah itu mungkin akan terjadi pergolakan batin pada diri Anda, akan tetapi jika Anda bisa melewati hal ini, maka akan lebih mudah kedepannya untuk manajemen fokus. (3) Memperhatikan dan mencatat di kelas Membiasakan diri untuk memperhatikan apa yang dosen ajarkan di kelas serta mencatat hal-hal yang perlu dicatat bisa memudahkan Anda memahami perkuliahan. Kadangkala dengan hanya memperhatikan dosen sudah cukup membuat kita untuk paham akan sebuah mata kuliah. Selain itu dengan mempunyai catatan pribadi terkait kuliah, maka akan lebih memudahkan ketika dibutuhkan untuk belajar, dan kita juga jadi tidak tergantung pada catatan orang lain. Selain berdampak ada diri, dengan memperhatikan dosen juga berdampak pada citra diri seorang kader dakwah. Dosen akan melihat bahwa ternyata kader dakwah adalah seorang mahasiswa yang rajin dan bisa menjadi teladan dalam hal akademik untuk sekitar. Sesekali bertanya jika ada yang tidak mengerti, terkadang justru dengan bertanya, Anda jadi lebih cepat mengingat suatu hal. Ketika kita sudah cukup memahami suatu mata kuliah hanya dengan memperhatikan di kelas, maka waktu belajar di rumah untuk ujian akan lebih sedikit, sehingga alokasi waktu yang tadinya untuk belajar, diganti menjadi untuk kegiatan dakwah (4) Mengalokasikan waktu belajar setiap hari Alokasikan waktu belajar secara rutin setiap harinya, apakah itu di waktu pagi, siang atau malam. Tepatnya alokasi waktu khusus untuk belajar di waktu luang, belajar disini bukan mengerjakan tugas, akan tetapi betul-betul belajar, membaca atau latihan soal terkait mata kuliah tertentu. Sehingga saat menjelang ujian, Anda tidak perlu menggunakan sistem kebut semalam yang membuat hasil ujian tidak optimal. Bisa dikatakan salah satu inti dari menyeimbangkan akademik dan dakwah adalah pada belajar rutin ini. Memang pada awalnya akan butuh perjuangan agar konsisten. Akan tetapi jika sudah bisa dijadikan kebiasaan, maka manfaatnya akan langsung terasa. (5) Jangan menunda mengerjakan tugas Jangan pernah menunda tanggung jawab dakwah atau tugas kuliah, karena menunda sesuatu akan berdampak kepada agenda agenda yang lain. Sebutlah Anda menunda sesuatu satu hari saja, maka tugas yang Anda dapat pada hari esok juga akan ikut tertunda. Poin penting dari kenapa harus mengerjakan sebuah tanggung jawab sesegera mungkin adalah karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, tantangan apa yang akan datang besok, dan tugas apa lagi yang akan diberikan kepada Anda besok. (6) Alokasikan waktu berkegiatan dengan tepat serta memilih tanggung jawab yang sebanding dengan kapasitas diri Sesuaikan potensi Anda dengan beban yang Anda emban, jangan sampai berlebihan, karena beban tanggung jawab yang berlebihan akan berdampak pada di efesiensi kinerja, pembunhan karakter dan hasil yang tidak optimal. Bersikap bijak terhadap tanggung jawab yang diberikan, terima tanggung jawab yang sesuai dengan diri, dan tolak tanggung jawab yang sekiranya terlalu membebani Anda. Terkait jumlah tanggung jawab dalam satu waktu juga perlu diperhatikan. Setelah Anda sudah memutuskan untuk menjalankan beberapa tanggung jawab dalam waktu tertentu, maka sudah menjadi tanggung jawab Anda untuk memberikan yang terbaik terhadap



tanggung jawab ini. Alokasikan waktu secara proposional tergantung tingkat kepentingan dan keterdesakan suatu tanggung jawab. (7) Mempunyai agenda harian serta checklist catatan tugas Tools tambahan yang bisa digunakan untuk membantu keseimbangan kuliah dan dakwah adalah dengan mempunyai catatan khusus mengenai jadwal harian dan pekanan, serta to do list , dan beri tanda mana yang sudah dikerjakan. Sehingga Anda bisa melihat dan merencanakan kapan akan menyelesaikan suatu tugas atau tanggung jawab tertentu.



Perangkat Pembinaan Selain Mentoring Selain mentoring sebagai perangkat pembinaan rutin, perangkat atau metode pembinaan/kaderisasi apa yang sekiranya cocok untuk diterapkan ? dan bagaimana variasi pemanfaatan perangkat pembinaan yang ada ? Mentoring memang merupakan tulang punggung pembinaan bagi lembaga dakwah kampus, karena mentoring merupakan media atau metode pembinaan yang efektif, efektif dan andal. Hal ini karena mentoring memberikan kesempatan bagi seorang pengkader untuk bisa memberikan nilai secara rutin dan berkala dalam jumlah objek kaderisasi yang kecil ( 5-10 orang per kelompok ). Akan tetapi pada perjalanannya ternyata mentoring saja dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pembinaan kader. Mengapa hal ini bisa terjadi ? karena bagaimana pun mentoring memiliki keterbatasan, salah satunya adalah kapasitas dari mentor yang tidak merata, serta potensi serta kompetensi mentor yang berbeda-beda. Bagi mentor yang memiliki kompetensi di bidang Qur’an, maka pola ia membina tentu akan banyak menekankan pada pengenalan dan pemahaman Qur’an. Ada pula mentor yang memiliki kecendrungan aktif beramal, maka binaannya akan diarahkan untuk terus beramal, atau ada pula mentor yang study oriented, dan ini berdampak pula pada binaannya yang bisa jadi diarahkan untuk menjadi asisten atau koordinator praktikum sebagai sarana untuk berdakwah. Oleh karena diperlukan adanya perangkat pembinaan tambahan yang dikelola secara terpusat dengan objek seluruh peserta mentoring ( seluruh kader ) yang bertujuan untuk memberikan kesamaan pemahaman dan kompetensi bagi kader dakwah. Perangkat pembinaan ini biasanya menjadi additional bagi kader dan diadakan secara eksidental dalam keberjalanan pembinaannya. Perangkat pembinaan tambahan ini biasannya menjadi back up untuk meningkatkan pemahaman dan kompetensi terkait ; (1) Tsaqofah Islamiah lanjut; (2) Manajemen Dakwah; (3) latihan Fisik; (4) Wawasan umum dan kompetensi khusus; (5) Ruh Dakwah. Kelima hal ini merupakan hal-hal yang terkadang tidak bisa di berikan oleh mentor di mentoring, sehingga perlu menyerahkan kepada ahlinya untuk dapat menyampaikan materi ini secara baik. Diklat Diklat merupakan pola pembinaan berbentuk rangkaian pelatihan dan simulasi dalam satu jangka waktu tertentu ( biasanya 3-5 hari ). Dalam diklat peserta diharuskan menginap dengan harapan bisa focus pada materi yang akan diberikan. Keunggulan dari diklat adalah peserta terfokuskan dan memungkinkan untuk mengadakan variasi metode dalam satu diklat, seperti training, outbound, muhasabah, Qiyamulail berjamaah, simulasi, workshop , dan lain sebagainya. Diklat baiknya diadakan di tempat yang jauh dari lingkungan kampus, dengan tujuan ada nuansa dan lingkungan baru yang membuat peserta lebih nyaman dan siap untuk mendapat materi. Selain itu untuk membuat peserta lebih terfokus dalam menerima materi, diklat biasanya dibuat dalam satu tema. Seperti diklat calon pengurus, diklat inisasi struktur, diklat Qur’an, diklat manajemen dakwah kampus, diklat kepemimpinan, dan lainnya. Dengan membawa satu tema besar, maka materi yang diberikan akan seputar tema tersebut, serta varian yang akan diberikan juga menunjang. Contoh : Diklat Manajemen Dakwah Kampus Materi : Sistem Kaderisasi, Pengelolaan Syiar dan Pelayanan Kampus, Marketisasi Dakwah Kampus, be a strong leader, Fiqih Prioritas Kader dakwah kampus, Rekayasa Sosial Varian metode : Training, workshop, bedah buku, membuat tulisan, focus group discussion, dan team building. Tafakur Alam Merupakan metode pembinaan yang bertujuan untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah melalui media mengenal alam. Ini merupakan media yang sebetulnya sangat sains, karena varian dari tafakur alam sangat



banyak. Kebanyakan dari kita mengenal tafakur alam hanya sebatas pergi ketempat alam bebas dan mencoba memaknai nya dengan kemegahan ciptaan Allah yang ada di muka bumi. Akan tetapi ternyata varian metode tafakur alam dapat berkembang, seperti : (1)



Meneropong Bintang, melihat kemegahan galaksi bimasakti, dimana peserta bisa melihat keagungan Allah dengan melihat ciptaannya di angkasa.



(2)



Kunjungan ke suku pedalaman. Mencoba mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan serta menumbuhkan empati.



(3)



Wisata Ekstrem seperti bungge jump¸ paralayang, terjun parasut dan arum jeram. Media ini memungkinkan kita mendekatkan diri pada Allah ketika dengan mencoba merasakan bagaimana rasanya ketika nyawa terancam



(4)



Scuba diving, mencoba mengenal ciptaan Allah yang maha kaya dan unik di dalam laut. Biasanya ketika manusia sudah melihat ke-rumit-an ciptaan Allah, maka ia akan semakin yakin bahwa Allah memang maha Agung



Kunjungan Kunjungan atau silahturahmi ke tokoh atau ulama atau tempat tertentu dimana dengan kunjungan tersebut peserta mendapat banyak ilmu dan hikmah. Kunjungan ini bisa bertujuan untuk mengambil ilmu langsung dari ahlinya. Sebutlah untuk belajar tentang ilmu tasawuf ke ulama di pesantren tertentu, belajar tentang entrepreuenership ke pengusaha, belajar dasar politik ke pejabat politik, atau belajar lainnya. Biasanya setiap tokoh punya pengalaman yang “hanya” dia yang memiliki nya, oleh karena itu sebagai seorang kader yang haus ilmu, sangat diharapkan dapat mendapat ilmu dan pengalaman berharga dari orang-orang yang telah sukses secara langsung. Dalam konteks kelembagaan kunjungan juga bisa dilakukan ke lembaga dakwah di kampus lain, dengan tujuan studi banding ( ke LDK yang lebih berpengalaman ) dan berbagi ilmu/sharing dan menambah feel dakwah skala nasional dengan kunjungan ke LDK lain ( khususnya ke LDK yang muda ). Malam Bina Iman dan Taqwa ( Mabit ) Perangkat pembinaan yang focus pada peningkatan kekuatan ruhiyah dan maknawiyah kader. Mabit yang baik biasanya di isi dengan metode yang mendekatkan diri kepada Qur’an seperti menghafal Qur’an, Qiyamulail berjamaah, dan ceramah tentang Qur’an. Selain itu Mabit juga bisa sebagai sarana konsolidasi lembaga dakwah, dimana mungkin ada masalah besar yang perlu diselesaikan bersama, di Mabit kader bisa membahas dan menyelesaikan masalah yang ada. Mabit juga bisa sebagai media perekat ukhwah, dimana kader diberikan kesempatan untuk mengenal lebih dalam sesame rekan dakwah nya dengan bermalam bersama, di Mabit ini akan tampak sifat asli kader dan dengan inilah kader akan mencoba memahami satu sama lain dengan baik. Outbound dan Kemah Pembinaan yang menekankan pada latihan fisik atau kesehatan ( terkadang mental juga ) dari seorang kader. Varian outbound sangat banyak, dari outound yang bersifat “aman” alias outbound yang diadakan pada tempat khusus outbound dengan alat-alat pendukung seperti tracking, flying fox, paint ball dan lain-lain. Hingga outbound yang lebih menantang seperti survival di hutan atau kemah alias camping. Bagaimana pun bentuk outbound dan kemah yang diadakan tentu harus menyesuaikan dengan kondisi peserta. Apakah peserta lebih nyaman dengan kondisi tempat yang menantang atau yang “pasti-pasti saja”.



Selain itu outbound dan kemah bisa bermanfaat juga untuk melatih nyali dari kader dan melatih kader untuk berani dan melawan ketakutan akan tantangan dunia. Terkadang media seperti ini sesekali butuh diadakan dan bermanfaat pula untuk memicu “ruhul istijabah” ( Baca : kesigapan dan ketaatan ) dari kader yang mungkin melemah karena berbagai sebab. Tempo tinggi biasanya diterapkan dalam outbound dan kemah, sehingga nilai disiplin bisa menjadi titik tekan kejaran dari media pembinaan ini. Penguatan tali persaudaraan atau ukhwah diantara kader, karena agenda outbound ini biasanya memakan waktu lebih dari satu hari sehingga memberikan kesempatan kepada sesama kader untuk saling mengenal dan berlatih untuk tolong menolong yang bisa juga dijadikan sebagai simulasi saling membantu dalam kebaikan. Latihan Olahraga Latihan olahraga secara rutin bertujuan untuk melatih kesehatan fisik dari kader yang bisa jadi terjebak dalam rutinitas dakwah dan akademik yang membuat tubuh tidak bergerak dalam jumlah yang semestinya. Kader biasanya sering meninggalkan olahraga karena menilai bahwa olahraga tidak penting, padahal jika kesehatan kader bermasalah maka akan berdampak pada dakwah itu sendiri. Sakit nya seorang da’I tidak hanya berpengaruh pada dirinya tetapi juga pada umat sekitarnya. Oleh karena itu membiasakan kader untuk olahraga rutin bisa menjadi solusi. Mulailah dengan hal yang sederhana seperti jogging , latihan sepakbola rutin, renang atau olahraga aerob lainnya. Untuk kader yang memiliki kelebihan ekonomi, bisa menjadikan fitness sebagai olahraga yang dipilih. Bisa pula ada kebijakan khusus dari tim kaderisasi lembaga dakwah untuk mewajibkan kader berolahraga minimal 30 menit setiap harinya. Malam Agitasi Sebuah metode dakwah yang selama saya di GAMAIS baru dua kali di lakukan, sebuah malam dinamisasi dan agitasi kepada kader jika para pemimpin dakwah menilai kondisi kader dari segi militansi dan soliditas sedang bermasalah. Pembinaan malam ini biasanya diadakan secara mendadak dan di informasikan hanya beberapa saat kepada kader dengan pesan yang membuat kader tergugah untuk datang. Lalu kader diminta hadir di suatu tempat tertentu, pilih tempat yang mempunyai makna terhadap kader atau dakwah kampus Anda. Setelah itu barulah dimulai malam agitasi yang berisikan pembinaan semi-militer dengan tempo yang sangat keras, berbagai dinamisasi dan agitas bisa dilakukan, mala mini berlanjut dengan muhasabah sebagai bagian dari intropeksi kepada kader bahwa dan diharapkan kader dapat mengorientasikan kembali niatnya dalam berdakwah dan membangun kembali kekuatan ukhwahnya dengan sesama kader. Pelatihan Pelatihan atau sering dikenal dengan training, ini merupakan media pembinaan yang cukup sering dilakukan, pelatihan biasanya dengan berbagai macam tema, seperti diniyah, manajemen dakwah dan Qur’aniyah. Beri kesempatan kepada pemateri yang memiliki pengalaman, inspirasional dan mampu menjelaskan dengan baik nilai dan ilmu tertentu. Sehingga kader mudah menerima nya, saat ini pelatihan memiliki banyak varian seperti dengan simulasi dan sebagainya. Penugasan Penugasan langsung seperti meminta kader membaca buku tertentu , membuat resume, membuat tulisan tentang sesuatu, kunjungan ke suatu tempat, belajat langsung dari seorang pakar, atau tugas lainnya. Penugasan ini selain dapat menambah kepahaman kader akan suatu hal, penugasan ini juga melatih ketaatan dan kesetiaan. Latihan beramal



Pola pembinaan yang memberikan kesempatan kepada kader untuk memahami langsung ”bagaimana cara berdakwah” dengan baik dan benar. Pembelajaran paling berbekas adalah dari pengalaman. Dengan memberikan kesempatan untuk beramal apakah dengan menjadi mentor, mengisi pelatihan, menjadi pembicara, terlibat dalam proyek atau panitia dakwah dan sebagainya. Biasanya seorang kader juga akan mendapat banyak hal dengan belajar dari pengalaman, karena semakin kader berpengalaman dalam agenda dakwah maka semakin dewasa dirinya dalam berdakwah dan berjamaah.



Membangun Ikatan Alumni Dakwah Kampus Saat ini banyak sekali alumni dakwah kampus dari kampus kami, akan tetapi belum bisa memberikan manfaat langsung dan besar kepada dakwah kampus karena jaringan alumni memang belum kuat, bagaimana caranya agar kita bisa membangun jaringan alumni ? Kekuatan alumni saat ini memang sangat dibutuhkan dalam perkembangan dakwah di kampus. Karena, bagaimana pun alumni dakwah kampus ini telah memiliki sense of belonging terhadap dakwah kampus dikarenakan mereka bisa dikatakan “besar” karena dakwah kampus ini. Oleh sebab itu jika ada kesempatan untuk bisa sharing kepada dakwah kampus, maka pastilah mereka menjadi garda terdepan. Bisa dikatakan sebagai upaya balas budi. Selain itu para alumni yang telah sukses ini juga memiliki keinginan untuk bertemu dengan teman seperjuangan di kampus, sehingga sangat memungkinkan untuk memanfaatkan potensi besar ini untuk menghimpun para alumni dalam sebuah wadah. Sehingga bantuan yang diberikan kepada dakwah kampus bisa terpusat melalui ikatan alumni yang ada. Sejatinya memang yang menginisiasi ini bukanlah kita para mahasiswa, akan tetapi justru harus dibangun dari kesadaran para alumni yang ada. Akan tetapi mahasiswa disini punya peran untuk mempertemukan dan menginisiasi para alumni ini dalam mewujudkan adanya ikatan alumni dakwah kampus ini. Manfaat besar yang saya rasakan di GAMAIS dengan IA-GAMAIS ( ikatan alumni keluarga mahasiswa Islam ) adalah hubungan yang harmonis dan slaing menunjang. Bisa dikatakan kekuatan dukungan alumni yang diberikan kepada GAMAIS 1-2 tahun terakhir memberikan banyak sekali kemajuan untuk perkembangan dakwah di GAMAIS ITB. Ada 8 ( delapan ) langkah yang saya coba sistematiskan dalam membangun jaringan alumni ini yakni ; (1) Membuat database alumni Membuat database alumni dengan baik. Terdiri dari nama, jurusan, angkatan, alamat, nomor telepon, email dan pekerjaan serta jabatannya saat ini. Database ini sebisa mungkin dimutakhirkan setiap tahunnya dan diwariskan kepada pengurus lembaga dakwah selanjutnya. Jika ternyata kesulitan untuk mencari data alumni dakwah kampus era lama ( lebih dari 10 tahun ). Bisa memulainya dengan mencari tahu dari alumni yang paling tua yang Anda kenal. Pencarian database alumni ini memang butuh kerja keras dan ketekunan, karena pencarian ini ibarat pencarian seseorang. Akan tetapi jika database alumni bisa rampung dan terdata dengan baik maka pemanfaatannya akan sangat banyak. (2) Silahturahim alumni Setelah database alumni disusun dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengunjungi alumni yang ada di dalam data. Tujuan kunjungan adalah untuk membangun kembali perasaan dakwah kampusnya dan membuat para alumni merasa diperhatikan oleh adik-adik mahasiswa. Ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri untuk mereka karena ini memberikan kesempatan untuk para alumni agar mengenang masa perjuangan di kampus. Untuk alumni yang sudah jauh dari kota tempat kampus Anda berada, silahturahim melalui pesan singkat atau surat dapat menjadi solusi. Ketika silahturahim ini mulai di wacanakan adanya wadah alumni dakwah kampus. sembali melakukan wacana dan silahturahim ini, identifikasikan alumni yang sangat antusias terhadap inisiasi wadah alumni ini. Beliau bisa dijadikan penggerak utama dalam pembangunan wadah alumni dakwah kampus. (3) Ada PJ per angkatan atau per generasi Selanjutnya adalah mencari penanggung jawab alumni per angkatan atau per generasi ( jika usia LDK sudah sangat tua ). Untuk penanggung jawab angkatan sebaiknya memang kepala lembaga



dakwahnya langsung, atau orang berpengaruh di angkatannya. Kebetulan di GAMAIS ITB kami menginisiasi wadah alumni setelah 19 tahun berdiri, sehingga kami hanya memiliki penanggung jawab generasi, alumni muda dan alumni tua. Tujuan adanya penanggung jawab ini adalah untuk memudahkan komunikasi dan agar mereka bisa membantu untuk mencari alumni lain yang mungkin belum masuk di dalam database. (4) Membuat sebuah wadah bertemu di dunia maya ( mailing list, forum online, website ) Membuat media bersama seperti mailing list yang memberikan kesempatan bagi para alumni untuk berdiskusi dan bernostalgia. Sesekali kita bisa menyampaikan pesan dari kampus kepada alumni seperti pengumuman acara di kampus atau tawaran untuk donasi dan sebagainya. Harapannya dengan ada media bersama ini alumni dapat mulai merasakan kebutuhan untuk mendirikan wadah alumni sesegera mungkin. (5) Mengadakan sarasehan atau temu alumni sederhana Pertemuan di dunia maya tentu tidak cukup, maka perlu ada pertemuan tatap muka atau kopi darat para alumni yang biasa bertemu di dunia maya. Sarasehan ini diadakan dengan sederhana dengan tujuan utama mengumpulkan para alumni dalam satu waktu dan satu tempat. Manfaatkan momen yang penting, seperti milad lembaga dakwah, halal bi halal, buka puasa bareng dan sebagainya. (6) Mulai mengadakan kerjasama atau meminta bantuan kepada alumni secara personal Setelah kehadiran di sarasehan ini, barulah kita mulai mengetahui mana alumni yang cukup concern terhadap dakwah kampus. mulailah kita mengadakan kerjasama dengan alumni, apakah kerjasa sponsorship dengan perusahaannya, meminta mereka menjadi pemateri di acara kita, atau meminta bantuan materil kepada mereka agar merasa terlibat dan telah memberikan kontribusi kepada dakwah kampus. Hubungan kerjasama ini bersifat personal saja, dan sebisa mungkin meminta ke beberapa alumni , jangan hanya ke satu-dua orang saja. (7) Inisiasi ikatan alumni dakwah kampus Membangun ikatan alumni secara lembaga merupakan langkah penting, dan hal ini hanya bisa dilakukan oleh para alumni langsung. Urusan kita sebagai mahasiswa berhenti disini. Harapannya memang para penanggung jawab angkatan serta alumni yang datang ke sarasehan dapat menginisiasi hal ini. Membangun wadah alumni memang butuh energy lebih, karena perlu ada sebuah kongres khusus, pengesahan AD/ART dan pemilihan ketua ikatan alumni untuk memudahkan koordinasi. Untuk ketua alumni sebisa mungkin pilih dari generasi tua, agar bisa mewadahi pula generasi alumni muda. (8) Adanya program dan alokasi dana dari ikatan alumni untuk kemajuan dakwah kampus Wadah alumni sudah terbentuk, tinggal bagaimana mahasiswa mengusulkan kepada para alumni untuk mengadakan program untuk mahasiswa seperti pengembangan diri, informasi beasiswa, career sharing dan sebagainya. Serta mengusulkan alokasi dana dari alumni yang diberikan langsung kepada lembaga dakwah untuk menjalankan roda dakwah di kampus.



Delapan langkah ini memang tidak terpaku waktu, bisa memakan waktu lama dan bisa memakan waktu singkat. Semua tergantung ketekunan kita sebagai kader dan respon dari alumni itu sendiri.



Membangun Kualitas Nuansa Kekeluargaan Yang Baik Salah satu syarat datangnya keberkahan di dalam sebuah jamaah dakwah ialah ukhwah diantara para kader dakwahnya, bagaimana cara untuk membangun nuansa ukhwah yang baik di dalam lembaga dakwah kampus ini? Jika berbicara tentang persaudaraan ( selanjutnya saya ganti istilahnya dengen kekeluargaan ), maka saya langsung teringat kisah yang saya alami sendiri di awal perkuliahan saya di ITB, dan kisah ini menjadi landasan saya dalam membangun kekeluargaan dalam tubuh lembaga dakwah kampus ini. Kisah ini bermula ketika pelantikan kader muda GAMAIS 2005, dimana saat itu saya di amanahkan sebagai ketua angkatan mahasiswa muslim ITB 2005. Malamnya setelah pelantikan saya bertemu dengan seorang kepala departemen human resorce and learning development, beliau biasa disapa mas Agus. Sosok ustadz buat kami saat itu, kebetulan itu merupakan pertemuan langsung pertama saya dengan beliau. Saya bertemu di warung pecel lele sembari makan malam. Pertemuan yang sangat singkat dan bisa dikatakan saya belum banyak mengenalnya karena pembicaraan kita malam itu seputar hal-hal umum saja. Satu pekan kemudian saya diuji oleh Allah dengan penyakit hepatitis A dan mengharuskan saya di opname di Rumah Sakit di Jakarta. Seperti pada umumnya seorang yang di opname, maka kehadiran seorang teman untuk mengunjunginya atau mengirim pesan singkat sangat dinanti. Akan tetapi pada suatu malam di rumah sakit, Allah mengajarkan pada saya apa itu kekeluargaan. Sosok Mas Agus yang sejak pertemuan di warung pecel lele itu tidak pernah saya temui, tiba-tiba datang ke kamar tempat saya menginap. Ia datang sendiri, dengan senyum hangatnya ia menyapa saya. Ia bercerita tentang banyak hal yang memotivasi saya untuk lekas sembuh dan ia juga bercerita ia baru saja tiba di Jakarta dan setelah pencarian cukup panjang ia menemukan rumah sakit tempat saya menginap. Sungguh sebuah pelajaran yang sangat berharga, seorang yang baru bertemu saya 30 menit satu pekan lalu, saat ini sudah bersedia menempuh 120 KM perjalanan hanya untuk menjenguk saya. Lalu setelah sekitar 1,5 jam saling bercerita, ia berpamitan dan mengatakan akan kembali ke Bandung. Saya semakin kaget, ia benar-benar datang ke Jakarta hanya untuk menjenguk saya. Kejutan dan pelajaran tentang kekeluargaan itu tidak berhenti sampai disana. Sekitar satu tahun kemudian, saya baru mengetahui bahwa ia ternyata tidak langsung pulang ke Bandung, akan tetapi karena kehabisan bis untuk ke bandung ia terpaksa menginap di Jakarta untuk satu malam. Subhanallah¸ sosok Agus Rendy WIjaya ini yang banyak mengajarkan kepada saya tentang apa arti kekeluargaan. Tulisan saya pada bagian ini juga sepenuhnya terinspirasi oleh beliau. Kekeluargaan merupakan sebuah kata yang sangat mendalam dalam aplikasi dakwah di kampus. Karena nuansa keluarga sejatinya memang berbeda dengan nuansa pertemanan. Keluarga adalah sebuah kumpulan orang yang saling membantu satu sama lain, dan siap susah dan senang bersama-sama. Itulah mengapa pendiri GAMAIS menamakan lembaga dakwah kampus ITB dengan sebutan KELUARGA mahasiswa Islam dan itu pula mengapa saya bukanlah ketua GAMAIS akan tetapi Kepala Keluarga Mahasiswa Islam. Karena memang rasa dari keluarga itu sangat menjadi prinsipil di kami. Dan karena itu pula lah, jargon atau tagline GAMAIS adalah karena kita keluarga. Sahabat semua, kekeluargaan bukanlah rasa dan nuansa yang bisa dipaksakan, karena rasa ini bermula dari dalam individu masing-masing kader. Rasa yang bermula dari kebutuhan dan kecintaan terhadap lembaga dakwah ini. Kekeluargaan tidak bisa dibentuk dengan tasiyah dan rutinitas membaca do’a Rabithah saja, tetepi kekeluargaan perlu dibuktikan ( need to be proven ) kepada sesame. Oleh karena dalam membangun nuansa kekeluargaan di dalam sebuah lembaga dakwah semua kader harus berperan aktif dalam menerapkan pola hidup kekeluargaan di komunitas lembaga dakwah kampus ini. Membangun kecintaan kader terhadap komunitas dakwah kampus, ini menjadi langkah pertama yang perlu di bangun. Kecintaan adalah buah dari komitmen seseorang terhadap sesuatu, jika seseorang sudah



jatuh cinta, maka ia akan menjaga dan membela apa yang ia cintainya. Untuk membangun kecintaan kader terhadap lembaga dakwah, maka kita perlu membuat nuansa nyaman di hati semua kader. Nuansa nyaman in bisa dibentuk dengan mengembangkan budaya saling senyum sapa dan salam. Bagaimana kita membiasakan agar sesama kader saling menyapa dan senyum ketika bertemu. Selain itu budaya saling mengingatkan dengan cara yang halus, seperti membiasakan untuk berbagai sms tausiyah atau saling menasehati dalam pertemuan yang ada. Membangun budaya apresiasi, dimana ada kebiasaan untuk mengucapkan tolong bantu saya mengerjakan ini….., terima kasih atas kerja keras kamu…., hebat kamu mengerjakan agenda ini dengan baik…. Subhanallah tausiyah tadi sangat menyentuh…., dan bentuk bentuk apresiasi lainnya yang membuat sesama kader dapat saling menghargai. Lebih lanjut kita perlu memandang kader bukan sebagai pekerja dakwah akan tetapi betul-betul sebagai anggota keluarga yang sedang menggapai cita-cita dakwah secara bersama. Sehingga proses yang dijalankan betul-betul bersama dan evaluasi yang diadakan bukan untuk menyalahkan akan tetapi sebagai wahana untuk perbaikan dakwah kedepannya. Kecintaan juga bisa bangun dengan memberikan kepercayaan kepada kader, dengan memberikan kepercayaan penuh kepada kader untuk mengemban amanah dakwah, maka ini juga memberikan kesempatan kepada kader untuk memberikan yang terbaik kepada lembaga dakwah, dan ketika seseorang sudah merasa pernah memberikan suatu kontribusi besar terhadap lembaga dakwah biasanya rasa keberpemilikan akan lembaga dakwah tersebut kian meningkat. Menempatkan seorang kader yang heboh dan asik ditengah – tengah tegangnya nuansa dakwah juga bisa menjadi solusi. Saya terkadang melihat untuk kader dakwah yang sudah cukup qowiy¸, ia menjadi agak sulit untuk mencair dan bergaul kepada sesama kader. Oleh karena itu dibutuhkan sekali kader yang memang bisa menyatukan hati dengan keceriaan dan senyum bahagia. Agenda eksidental yang sangat kekeluargaan. Terkadang hal sederhana bisa menjadi sangat bermakna jika keikhlasan menjadi landasan dalam melaksanakannya. Dengan mengadakan agenda yang bersifat kekeluaraan biasanya dapat membantu untuk membangun nuansa kekeluargaan ini dengan baik. Bentuk agenda yang bisa dilakukan antara lain ; (1) Family Day, acara kekeluargaan yang isinya hanya bersenang-senang dan saling mengenal satu sama lain. Isi dari family day sangat beragam, bisa diisi dengan lomba-lomba seperti 17an, lomba masak, hiking, olahraga bareng dan sebagainya. Biasanya family day diadakan ketika kader sudah mulai jenuh atau setelah rangkaian agenda dakwah yang padat. Di family day ini tidak perlu ada pembahasan dakwah dan sebagainya, biarkan kader sejenak melupakan beban dakwah yang ada. (2) Milad reminder, mengingatkan kapada semua kader akan milad salah seorang kader tertentu, cara pengingatan bisa melalui pesan singkat atau dibuat kalender khusus yang berisikan tanggal milad kader setiap bulannya. Dengan itu semua kader bisa mengucapkan selamat dan member do’a kepada seorang yang milad hari itu. (3) Member hadiah, salah satu cara yang memang membutuhkan modal akan tetapi bisa menjadi media yang cukup efektif. Member hadiah sesekali kepada sesame kader secara spontan atau mendadak. Hadiah merupakan salah satu bentuk ungkapan persaudaraan. (4) Bermalam bersama, dengan bermalam bersama biasanya bisa diisi dengan obrolan santai dan ringan. Terkadang kader juga membutuhkan pembicaraan yang tidak berat untuk refreshing. Berikan kesempatan kepada kader untuk saling terbuka dan mengungkapkan sesuatu. Disini proses saling mengenal satu sama lain dan apresiasi bisa terbangun. (5) Perjalanan bersama, mengadakan perjalanan jauh bersama. Dalam perjalanan jauh bersama biasanya banyak waktu luang dan ada perasaan senasib. Dalam perjalanan ini bisa kita bangun nuansa kekeluargaan itu, sebagai qiyadah kita menjaga jundi dan sekaligus menanamkan nilai tertentu. Saya



biasanya jika mengisi pelatihan di luar kota, selalu membawa kader yang lain, dan Alhamdulillah selama perjalanan bisa dibangun sebuah ikatan yang kuat. (6) Dipersaudarakan, seperti yang dilakukan Nabi Muhammad kepada para sahabat ketika hijrah ke madinah. Akan tetapi tentu perlu sedikir penyesuaian, dimana kader dipasangkan satu sama lain dan mereka di persaudarakan dengan ikatan perjuangan dakwah. Harapannya mereka bisa saling menjaga dan menasehati satu sama lain. (7) Makan bersama, ini media membangun kekeluargaan yang telah terbukti efektif. Di GAMAIS biasanya setiap setelah shalat magrib kami selalu mengajak sesama kader yang shalat di masjid Salman untuk makan malam bersama. Ketika makan bersama biasanya kita saling bercerita tentang kejadian yang dialami selama satu hari dan disana terbentuk nuansa keterbukaan antar kader. (8) Mengerjakan tanggung jawab teknis bersama, yang dimaksud disini adalah membiasakan kader untuk saling terlibat dalam setiap persiapan agenda dakwah, meskipun ia bukan panitia dari acara tersebut. Minimal dalam persiapan teknis, seperti memasang umbul-umbul, baligo atau dekorasi ruangan, atau panitia lapangan saat hari H. dengan adanya saling membantu dalam hal ini, akan terbentu sebuah kebermilikan akan semua agenda dakwah, dan panitia dari acara yang ada akan merasa bahwa memang keluarga dakwah ini saling membantu satu sama lain. Dua cara diatas bisa dikatakan sebagai sebuah cara untuk membangun nuansa kekeluargaan di sebuah lembaga dakwah. Terakhir saya ingin memaparkan bagan tentang skema berpikir tentang kekeluargaan.



Kepercayaa n Keterbukaa n



Kekeluargaa n Pedul i



Apresiasi



Bertinda k



EMPATI Pada bagan diatas bisa Anda lihat bahwa kekeluargaan dapat dibentuk melalui tiga hal, yakni keterbukaan, kepercayaan dan apresiasi. Ketiga elemen ini harus dibangun sebagai landasan kekeluargaan di sebuah lembaga dakwah. Selanjutnya bukti nyata dari sebuah nuansa kekeluargaan yang baik adalah peduli pada sesama kader dan bertindak atas segala permasalahan yang terjadi, atau bisa di rangkum dalam sebuah kalimat sakti yang menjadi kunci dari kekeluargaan yakni EMPATI. Makna empati ini sangat dalam, akan tetapi jika setiap kader dapat saling empati terhadap sesama kader lainnya. Maka kekuatan kekluargaan yang baik akan menghiasi roda dakwah di lembaga dakwah Anda.



Optimasi Sektor Dakwah Akademik dan Profesi Dalam perkembangan dakwah di kampus kami, belakangan baru disadari bahwa akademik dan profesi menjadi sebuah kebutuhan tersendiri, akan tetapi kami masih belum memahami bagaimana cara untuk pengelolaan bidang dakwah yang bisa tergolong baru ini ? Sektor dakwah akademik dan profesi bisa dikatakan sebagai bidang dakwah yang baru berkembang dalam 12 tahun terakhir. Bermula dari adanya usulan akan konsep dakwah berbasis kompetensi serta berorientasi kembali kepada tujuan dakwah kampus, yakni supply alumni berkompetensi secara akademik) yang berafiliasi terhadap Islam. Menilik dua hal ini, maka pengembangan dakwah akademik dan profesi mulai berjalan dengan berbagai pola pandang akan makna dakwah akademik dan profesi ini. GAMAIS ITB pun juga baru memiliki sektor dakwah akademik dan profesi satu tahun yang lalu, dengan pertimbangan untuk memastikan kualitas akademik kader dakwah dan memberikan sebuah gaya baru dalam dakwah dan pelayanan kampus, yakni dengan pendekatan akademik dan kompetensi. Dalam beberapa kunjungan saya ke LDK di Indonesia, ternyata ketertarikan akan sektor ini sangat baik, beberapa LDK sudah mulai membangun fungsi akademik dan profesi ini. Sehingga patut kiranya pertanyaan seperti diatas menjadi sering ditanyakan, bagaimana pengelolaan bidang dakwah akademik dan profesi (selanjutnya disingkat AkPro). Sektor AkPro pada dasarnya mempunyai tiga peran utama; (1) peran untuk internal kader; (2) peran syiar dan pelayanan mahasiswa; (3) Pengembangan teknologi dakwah (1) Internal Kader Dakwah Peran AkPro untuk kader dakwah mempunyai satu tujuan, yakni memastikan kualitas akademik kader dakwah, yang di parameterisasikan dalam IPK, keterlibatan dalam lomba dan penelitian ilmiah, serta banyaknya kader yang dipercaya sebagai coordinator lab atau asisten mata kuliah. Tuntutan lain sebagai seorang kader adalah memiliki karakter at-tawazun fit-tauzhif (seimbang dalam mengembangkan potensi). Potensi disini bisa dikorelasikan sebagai kapasitas dirinya dalam hal perkuliahan. Tuntutan akan kualitas kader alumni dakwah kampus adalah selain memiliki kepahaman akan pemahaman Islam, ia juga dituntut untuk memiliki kepahaman yang baik akan kompetensi akademiknya. Karena kemampuan dirinya dalam mengelola ilmunya dan mengaplikasikan untuk kesejahteraan masyarakat luas akan menjadi sebuah kebutuhan akan masa depan. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mewujudkan peran pertama dari AkPro ini, antara lain ; 



Kader Academic Early Warning System, sebuah system pemantauan kondisi akademik kader setiap semesternya. Dengan mengetahui kondisi terkini dari akademik kader dakwah, maka akan lebih mudah bagi lembaga dakwah dalam memposisikan setiap kader. Tentu setiap indikasi yang ada perlu ditindaklanjuti dengan treatment yang jelas.







Bundel catatan kuliah, sebuah kumpulan catatan perkuliah selama satu semester di program studi tertentu. Bundel ini diharapkan dapat memudahkan kader dakwah dalam mempelajari perkuliahan yang ada. Varian dari bundel in bisa dalam bentuk softcopy dari bahan perkuliahan yang diberikan oleh dosen, serta jurnal atau bahan lain yang terkait.







Informasi akan lomba dan penelitian akademik, bidang AkPro diharapkan pula bisa memberikan informasi kepada kader terkait lomba atau penelitian ilmiah yang bisa di ikuti oleh kader. Hal ini diharapkan dapat memicu research sense dari kader. Dalam konteks



lembaga dakwah sangat mungkin untuk mengkoordinir kader lintas program studi untuk mengikuti agenda sejenis ini. 



Informasi Beasiswa, untuk kader yang ingin melanjutkan studi pasca-sarjana, maka informasi beasiswa menjasi sangat penting. Bisa juga dibuat semacam biro konsultasi beasiswa, yang juga berperan dalam membimbing kader dalam mempersiapkan studi lanjutannya.







Korps Asisten dan Koordinator Laboratorium. Peran asisten dan Korlab dalam dakwah yang vital, ia punya peran citra kader yang positif ke pihak dosen dan mahasiswa, dan ia juga bisa berperan sebagai da’I saat mengasistenkan suatu mata kuliah atau ketika sedang praktikum. Bentuk dakwah yang dilakukan sangat sederhana, seperti berdo’a sebelum belajar dan shalat tepat waktu. Bisa dibentuk korps kader yang menjadi asisten untuk mewujudkan nuansa Islami di setiap praktikum dan asistensi kuliah.







Jaringan baca, ini merupakan cara tersendiri untuk membangun budaya baca diantara kader. Buku yang dibaca tentu bisa bervariatif. Akan tetapi, dengan membangun jaringan baca diantara kader, harapannya wawasan kader akan bertambah luas.







Kelompok Profesi Kader, bentuk kelompok kecil yang anggotanya merupakan kader yang memiliki minat keprofesian yang sejenis untuk pasca kampus. Seperti kelompok profesi dosen, kader entrepreuner club, kelompok politik ( yang ingin berkarier politik ), dan sebagainya. Di kelompok ini bisa dipandu atau di fasilitatori oleh alumni yang sudah berkompetensi di bidangnya. Harapannya dengan ada kelompok keprofesian seperti ini, kader akan lebih bisa merencanakan masa depannya dengan baik sejak dini.



(2) Syiar dan Pelayanan Kampus Kondisi mahasiswa yang kian variatif juga memerlukan pendekatan yang variatif pula. Salah satu pendekatan yang cukup handal saat ini adalah dengan pendekatan ke-akademik dan profesian. Dimana semua mahasiswa tentu akan concern terhadap hal ini. Konsep yang digunakan dalam hal ini adalah pelayanan kampus, dimana kita mencoba melayani kebutuhan objek dakwah dan ketika mereka sudah percaya pada kita, barulah kita mencoba menyampaikan nilai-nilai Islam. Bentuk pelayanan yang dilakukan sebetulnya bisa mengadopsi pada peran pertama, seperti membuat bundel catatan dan soal, informasi beasiswa dan lainnya. Akan tetapi ada penambahan acara yang bisa dilakukan antara lain ; 



Career sharing, bentuk acara yang mengundang alumni yang sudah sukses di bidangnya untuk berbagi kepada para mahasiswa tentang masa depan







Tutorial akademik, seperti bimbingan atau asistensi mata kuliah tertentu kepada mahasiswa. Seperti contoh di ITB, mahasiswa tingkat 1 selalu mendapatkan mata kuliah kalkulus, fisika dan kimia. Sehingga GAMAIS mencoba memberikan tutorial dan try out UTS dan UAS kepada mahasiswa ITB tingkat 1.



(3) Pengembangan Teknologi dakwah Pengembangan Teknologi dakwah yang dimaksud adalah pengembangan secara IT terkait metode dan teknologi dakwah penunjang, yang dengan adanya pengelolaan teknologi ini, akan memudahkan kader dalam menjalankan roda dakwah yang ada. Berbagai produk yang telah dikembangkan dan akan dikembangkan terkait teknologi dakwah di GAMAIS ITB, antara lain ;



 Software sms massif  Software time scheduling  Software Database on line  GAMAIS on your screen, layanan sms tausiyah  Software wake up call  CD Interaktif  Website  Sistem database mentoring online  Jaringan blog kader  Updating Online Curiculum Vitae  Software pengingat waktu Shalat Harapan besar tentunya pengembangan teknologi dakwah semakin pesat setiap tahunnya, karena semakin banyak teknologi dakwah yang dikembangkan, maka varian pendekatan dakwah juga akan berkembang, sehingga daya aruh dan daya jangakau lembaga dakwah dalam mensyiar kan Islam juga semakin luas. Khususnya untuk kampus yang memiliki program studi teknik informatika dan seni rupa, harapannya LDK bisa menjadi laboratorium dakwah yang handal. Profil Kader Dakwah Kampus Seimbang (AkPro version) Berikut adalah profil kader yang seimbang menurut versi AkPro. Harapannya memang kedepannya kader dakwah yang dari kampus tidak hanya di desain untuk sebagai ulama atau ustadz saja, akan tetapi prinsip yang sering di utarakan oleh Alm. Nurcholis Majid dan Alm. Imaduddin adalah sosok Cendikiawan Muslim. Karena memang saat ini kita tidak hanya membutuhkan kader yang sholeh dan jujur saja, akan tetapi dakwah dimasa yang akan datang juga membutuhkan kader dakwah yang berkompetensi dan professional di bidangnya. Berikut adalah profil kader dakwah kampus yang seimbang :  Aktif di lembaga dakwah  Tidak apatis terhadap perubahan kondisi sosial kampus  Membina minimal 1 kelompok mentoring  Mempunyai track record prestasi akademis (kompetisi ilmiah dan IPK > 3,00)  Mempunyai kompetensi dan jaringan pasca kampus  Hafal minimal 2 juz Al Qur’an  Mempunyai skor TOEFL minimal 500  Menguasai minimal 1 bahasa asing  Memiliki visi dan perencanan hidup pribadi



Peran Kader Dakwah dalam membangun masa depan Bangsa Sebelumnya saya ingin memperlihatkan beberapa data yang mungkin bisa memotivasi kader dakwah kampus agar lebih concern akan kapasitas kompetensi akademik. Peringkat Daya Saing Bangsa ( 2002 ) Parameter



Nilai ( maksimal 100 )



Peringkat Negara ( dari 30 Negara )



13.3



28



28



24



Kebijakan Pemerintah



16.9



27



Perilaku inovatif, tanggung jawab dan profitabilitas perusahan/industri



6.1



30



Kontribusi sains, teknologi dan SDM terhadap dunia usaha



9.6



30



Daya Saing Bangsa Indikator Ekonomi Makro



sumber : www.imd.ch/wcy/orderform



Kesejahteraan Masyarakat Indonesia



Survey: 406,798 orang di seluruh Indonesia di berbagai kota dan daerah.(SUCOFINDO), 2004 Melihat dua data diatas, saya jadi bertanya, kenap Indonesia yang dikaruniai oleh Allah berjuta nikmat dan kemudahan baik itu kekuatan sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia harus menerima kenyataan bahwa memang Negara ini sedang dalam keadaan sulit. Lalu saya berkaca pada apa yang terjadi di dakwah kampus, dan saya berkata dalam hati “oh, mungkin pemuda harapan bangsa masa depan , yakni para kader dakwah saat ini yang akan menjadi pahlawan untuk perbaikan bangsa”, lalu saya berpikir kembali “apakah kader dakwah saat ini adalah seorang yang telah memahami ilmunya di perkuliahan dengan baik”, tidak lama berpikir kembali, saya menjawab dalam hati “belum, kader dakwah kita saat ini masih jauh dari harapan terkait kapasitas akademik”. Kenyataan inilah yang akan memaksa kita untuk berpikir keras bagaimana mencetak kader yang baik secara pemahaman Islam dan kuat secara kompetensi. Atau mungkin kasarnya, kader itu hafalannnya minimal 2 juz dan IP nya minimal 3,00. Dibutuhkan kader dengan kapasitas seperti ini untuk membangun peradaban masa depan, karena hamper tidak mungkin kita membangun masa depan tanpa ilmu dan teknologi. Jika kita tidak menyelesaikan masalah kompetensi kader sejak dini, maka kader dakwah hanya akan jadi pengisi dari low to middle class economy level di dalam strata kehidupan. Tentu kita tidak ingin hal ini terjadi, kita ingin kader dapat melakukan mobilitas vertical dan horizontal dari segi pendidikan, sosial dan ekonomi. Selain itu diperlukan pula adanya peran ganda kader, yakni sebagai kader dakwah dan kader profesi. Harapannya memang dengan ada peran ganda ini, kader bisa terlatih untuk menjadi seorang yang seimbang secara diniyah maupun ilmiy. Perlu kita camkan bersama, bahwa alumni dakwah kampus nantinya akan mengisi pos-pos di masyarakat, apakah itu di sector public, swasta atau masyarakat. Dan untuk mengisi sector ini dan menjasi unsure perbaikan bangsa di masa yang akan datang, seorang kader yang seimbang ini menjadi sebuah kebutuhan tersendiri. Indonesia sudah cukup banyak dipimpin oleh orang yang hebat dan cerdas, akan tetapi Indonesia tidak hanya membutuhkan seorang Ph.D atau Jendral Besar untuk memimpin. Akan tetapi, Indonesia membutuhkan seorang yang Ph.D atau Jendral Besar yang memiliki kejujuran dan integritas serta ideology yang kuat. Dan itu semua bisa dibentuk sejak masa perkuliahan ini. Oleh karena itu, untuk menunjang moblitias vertical dan horizontal yang dilakukan oleh seorang kader dalam menapaki perencaanaan masa depannya, maka kader dakwah harus memiliki beberapa keunggulan antara lain ; 1) Kokoh dalam pembinaan keIslaman



2) Mempelajari dan menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris 3) Aktif dalam kegiatan kemahasiswaan 4) Mempunyai penghasilan sendiri 5) Menguasai spesialisasi ilmunya di perkuliahan 6) Berusaha melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi 7) Mempunyai binaan kelompok mentoring 8) Mengajak kader lain untuk berprestasi bersama 9) Menjadi pemimpin dalam menyelesaikan problematika masyarakat 10) Menjadikan dirinya rujukan publik



Publikasi Yang Efektif Selama ini publikasi yang dijalankan oleh LDK kami justru berdampak kontraproduktif dengan dakwah, dan bisa dikatakan tidak efektif, hal ini bisa dilihat dengan respon yang diberikan oleh objek dakwah. Bagaimana cara mengatasi permasalahan publikasi ini ? Dakwah dalam artian bahasa berarti menyampaikan dan dalam bahasa inggris dapat diterjemahkan dalam kata marketing. Sebuah makna yang menurut hemat saya sangat tepat, karena pada konteks dakwah kita di kampus, apa yang kita lakukan di kampus adalah memang memarketisasi dakwah itu sendiri. Dengan berbagai varian metode yang digunakan dan dengan berbagai cara pengemasan isi dari dakwah itu sendiri. Beruntunglah Islam diturunkan oleh Allah dalam keadaan sesempurna mungkin, sehingga isi dari dakwah atau konten dakwah yang kita lakukan sudah terdapat di Al Qur’an dan As Sunnah. Tinggal bagaimana kita sebagai da’I pandai merekayasa metode yang tepat agar objek dakwah dapat tertarik dan mudah untuk memahami isi dari dakwah yang dilakukan. Salah satu poin penting yang perlu diperhatikan dalam memarketisasi dakwah adalah cara publikasi yang dilakukan oleh lembaga dakwah agar objek dakwah mendapat kesan yang tepat tentang Islam itu sendiri. Seperti yang sering di perlihatkan di media massa, Islam sering kali di korelasikan dengan fundamentalis, teroris dan anti-kedamaian. Itu semua merupakan buah dari suksesnya media mempermainkan Islam itu sendiri. Sehingga sudah menjadi tanggung jawab bagi kita seorang da’I untuk bisa meng-antitesis paradigma Islam yang salah dengan merekayasa media yang bisa digerakkan dengan harapan ada perubahan opini di masyarakat tentang Islam. Disini bisa kita lihat bahwa dengan membuat publikasi yang efektif dalam men-syiar kan Islam adalah sebuah cara tersendiri untuk membangun citra Islam. Selain itu publikasi juga berperan dalam memainkan opini dan propaganda di sebuah komunitas. Sebutlah dalam konteks kampus, lembaga dakwah bisa mengadakan publikasi terkait opini tertentu, seperti gerakan mengenakan jilbab untuk muslimah, dimana ada ekskalasi permainan kata-kata dan gambar sehingga objek dakwah bisa mengikuti opini yang digerakkan. “hari gini gak pake jilbab ?” “karena diriku berharga, maka jilbab menjadi pilihanku” Atau bisa dengan mempermainkan dalam gambar dengan tampilan komposisi warna dan kata yang tepat. Saya berpendapat bahwa lembaga dakwah kampus harus bisa menampilkan Islam yang humble sehingga objek dakwah lebih tertarik. Pilih kata-kata yang tepat untuk mempermainkan opini. Bisa juga dengan sebuah agenda tertentu, seperti jilbab and koko day yang di brand kan dengan J-co day. Dengan citra yang baik ini tentu resistensi objek dakwah akan jauh berkurang, dan ketika objek dakwah sudah jatuh hati dengan citra yang dibangun, maka selanjutnyan untuk menanamkan nilai Islam lebih lanjut akan lebih mudah untuk dilakukan. Bentuk lain dari permainan opini dan propaganda, terkait Ujian bersih, ini bisa dilakukan menjelang pekan UAS atau UTS. Bentuk media bisa beragam, dari yang berbentuk fisik hingga maya, dan berbagai varian ukuran pula tentunya.



Bisa Anda lihat dari beberapa publikasi yang ditampilkan, bahwa permainan kata dan warna sangat berperan, memang terkadang untuk publikasi atau promosi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Di GAMAIS kami menghabiskan sekitar 40% dari total dana untuk promosi dan publikasi, karena memang inilah yang juga menjadi poin penting dalam membangun basis massa simpatisan. Peran publikasi lainnya adalah untuk menginformasikan sebuah kegiatan kepada masyarakat kampus. Hal penting yang perlu diperhatikan selain desain dan pemilihan kata adalah isi dari publikasi itu sendiri, seperti; (1) waktu; (2) tempat; (3) acara; (4) contact person; (5) kelebihan acara ini. Kelima unsure publikasi acara ini harus ada dalam setiap publikasi acara agar tidak terjadi asymmetric information pada objek dakwah. Berikut adalah beberapa contoh publikasi acara yang telah dikemas dengan baik dan telah terbukti berhasil mendatangkan simpatisan objek dakwah.



Pemilihan media publikasi 1.



Poster Poster merupakan sebuah media fisik ( biasanya menggunakan kertas ) dengan ukuran A4,A3, dan A2. Dipasang atau ditempel di papan pengumuman atau ditempat umum lainnya. Keuntungan poster adalah dapat dicetak dalam jumlah banyak dan jika di tempatkan di lokasi-lokasi strategis akan membentuk sebuah nuansa tersendiri. Selain itu poster bisa dicetak dalam bentuk hitam putih maupun berwarna, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lembaga dakwah. Varian dari poster sangat beragam, peragaman bentuk poster yang tidak harus persegi empat juga bisa menjadi bahan kreasi, seperti membuat poster berbentuk segitiga atau lingkaran yang membuat ”eye catching” tersendiri. Peragaman lain bisa dengan memodifikasi tempat menempel, sebagai contoh dalam sebuah mading kampus. Dimana semua papan madding ditempel terlebih dahulu dengan kertas



putih, dan ditengah-tengahnya baru ditempel satu buah poster full color, cara ini membuat kesan tersendiri. Contoh poster :



2.



Baliho Publikasi dalam ukursan besar, dan dengan bahan yang berkualitas tentunya. Baliho mempunyai keunggulan dari segi ukuran dan menimbulkan kesan “wah” pada sebuah agenda tertentu. Karena biasanya baliho hanya dipasang satu buah atau maksimal dua buah saja di kampus, maka desain yang diberikan haruslah yang terbaik. Isi pesan harus tepat dan kesan yang ditimbulkan dengan permainan warna dan desain ( serta ukuran tentunya ) juga akan berdampak pada objek dakwah. Baliho ini juga bisa membentuk kesan hegemoni terhadap dakwah pula. Contoh baliho :



3.



Pamflet / Leaflet



Pesan atau publikasi dalam ukuran kecil. Varian dari pamphlet atau leaflet sangat beragam, dapat dibentuk dalam rupa kertas tausiyah, pembatas buku, kartu ucapan, stiker, dan sebagainya. Walau memang bentuk dasar pamphlet adalah semacam brosur dan bentuk dasar leaflet adalah poster dalam ukuran kecil. Pamflet dan leaflet ini di desain untuk diberikan kepada seluruh objek dakwah, atau bisa dikatakan lebih personal. Sehingga jumlah produksi dari jenis media ini dalam jumlah yang sangat besar, disesuaikan dengan jumlah objek dakwah itu sendiri. Contoh pamphlet dan leaflet :



4.



Banner Jenis media ini bisa bercabang menjadi dua jenis, yakni vertical banner atau sering dikenal dengan umbul-umbul, dan horizontal banner yang sering disebut dengan spanduk. Pada masa kini harga produksi untuk spanduk dan umbul-umbul dengan kualitas printed sudah sangat terjangkau. Harga spanduk sekitar Rp.100.000 per spanduk dan umbul-umbul sekitar Rp.20.000 per umbul-umbul. Selain itu karena kemudahan teknologi printing ini, alangkah baiknya jika spanduk dan umbul-umbul di desain dengan full warna, atau dengan komposisi gambar dan foto untuk memberikan kesan elegansi dakwah Contoh banner :



5.



Instalasi



Bentuk media kreatif yang sangat nyeni. Bisa dalam bentuk semacam patung dari kertas dan bambu, balon udara, lampion, seni dari sampah atau botol bekas dan lainnya. Memang untuk membuat instalasi membutuhkan ketekunan dan bakat seni tersendiri, maka dibutuhkan pula kader yang mempunyai sense of art yang baik. Varian dari instalasi sangat beragam, akan tetapi pastinya instalasi adalah sesuatu yang bisa dipajang. Contoh instalasi :



6.



Buletin Buletin adalah media tertulis yang memungkinkan untuk memuat banyak tulisan dan pesan. Biasanya buletin bertransformasi dari bentuk kertas A4 di lipat dua, lalu lebih dai satu A4 yang ditumpuk sehingga tampak seperti buku, lalu bertrasformasi akhir seperti sebuah majalah. Terkait buletin sangat banyak varian isi yang bisa dikembangka seperti rubrik khusus,komik, profil kader, TTS, tips n trick, kisah, humor, tausiyah dan berbagai lainnya. Referensi untuk buletin bisa dari majalah atau tabloid umum yang beredar, coba adopsi hal-hal yang bisa menjadi daya tarik tersendiri dalam penyampaian pesan Islam kepada objek dakwah. Contoh bagian dari buletin :



7.



Multimedia



Pemanfaatan dunia maya sebagai media publikasi, seperti dengan website, blog, CD interaktiif, slide powerpoint, film, music, animasi dan lainnya. Multimedia saat ini sedang berkembang pesat, dan jika lembaga dakwah bisa memanfaatkan hal ini dengan baik, maka akan menjadi competitive advantage tersendiri bagi lembaga dakwah tersebut. Keuntungan dari multimedia adalah biaya yang murah, bahkan bisa cenderung gratis, hanya memang membutuhkan keahilian khusus untuk bisa membuat media advance ini.



Pengelolaan Publikasi 1.



Content Isi atau value yang akan disampaikan, biasanya ini tidak menjadi terlalu sulit karena pedoman kita dalam berislam sudah sangat jelas dan tegas, sehingga Anda tinggal perlu mengemasnya dengan baik. Ada sebuah catatan tambahan saja tentang prinsip syiar di kampus, yakni give what they need atau berikan apa yang objek dakwah butuhkan. Terkadang lembaga dakwah sering kali menjalankan agenda syiar yang tidak sesuai dengan kebutuhan dari objek dakwah sehingga terjadi miss match antara demand and supply, dan berakibat pada ketidaktertarikan objek dakwah terhadap agenda yang dilakukan. Pengalaman saya melihat bahwa terkadang kita perlu berpikir sebagaimana objek dakwah dan konsekuensi nya adalah kita perlu menurunkan sedikit standar keIslaman kita untuk bisa memahami kebutuhan objek dakwah. Anda tidak bisa langsung memberikan materi yang berat kepada objek dakwah, harus dimulai dari sesuatu yang ringan terlebih dahulu.



2.



Packaging Pengemasan disini meliputi beberapa hal , antara lain ; (1) Pemilihan kata, dimana sangat penting untuk membuat opini tertentu. Gunakan kata-kata yang mudah dipahami dan diingat. Bisa jadi dengan menggunakan istilah yang sedang berkembang di masyarakat umum bisa membantu untuk mempermudah objek dakwah megingat pesat yang kita sampaikan. (2) Pemilihan desain, pilihlah desain yang lembut dan tenang sehingga objek dakwah bisa melihat citra Islam yang bersahabat. Pilih pula warna yang sesuai, warna cerah bisa menjadi solusi untuk membuat citra menyenangkan. (3) Pemilihan bentuk media, media yang digunakan juga harus sesuai, coba pilih media yang sekirannya unik dan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi objek dakwah.



3.



Branding Penamaan dalam sebuah publikasi sangat penting, biasanya GAMAIS memiliki nama tersendri untuk setiap agendanya dan bisa berubah setiap tahunnya, semua dilakukan untuk me-refresh citra yang ada walau memang untuk beberapa agenda yang sudah menjadi tradisi selalu kami gunakan penamaan yang sama. Sebagai contoh penamaan atau branding ; 



Mentoring diberi brand Islamic Learning Group







Penyambutnan Mahasiswa Baru diberi brand Look Inside my Environment







Syiar Ramadhan diberi brand Ramadhan Festival atau METAMORPHISIS







Agenda Idul Adha diberi brand BBQ ( bagi-bagi Qurban )



4.







Agenda sumbangan sosial diberi brand PAY 1 GET 2







Agenda pembinaan kader diberi brand OASIS, GAMAIS Integrated Training, GAMAIS Super Camp, Youth Islamic Student Camp, Diklat Mahasiswa Muslim, Syahrut Tarbiyah GAMAIS.



Positioning Setelah membuat media beserta isinya, yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah penempatan dari media itu sendiri. Dimana penempatan media jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit, perhatikan juga rasio antara media publikasi dengan objek dakwah. Perhatikan pula rasio keterjangkauan objek dakwah, rasio jarak perjalanan di kampus, rasio ruang kuliah dan pusat massa, range waktu mobiliasi mahasiswa, rute utama sirkulasi mahasiswa, gedung kuliah utama dan sekunder, dan kondisi sosial budaya dari mahasiswa di kampus Anda.



5. Impact Hasil atau dampak dari publikasi yang dijalankan. Jika publikasi yang dilakukan bersifat isu atau opini, maka dampak yang diharapkan adalah adanya perubahan opini di objek dakwah. Dan jika publikasi yang dilakukan bersifat informasi acara maka parameter keberhasilannya adalah



dengan jumlah yang hadir dalam acara tersebut. Buat perangkat penilaian khusus akan dampak yang terjadi. Untuk publikasi isu bisa menggunakan perangkan angket untuk menilai keberhasilan publikasi, sedangkan perangkat lembar absensi acara bisa digunakan untuk menilai keberhasilan publikasi yang bersifat informasi acara.



Peran PUSKOMDA dalam Percepatan Dakwah Kampus Sebagai PUSKOMDA suatu wilayah, adakan masukan agar kami bisa mengoptimalkan peran sebagai PUSKOMDA khususnya untuk percepatan pembangunan lembaga dakwah kampus di wilayah kami ? PUSKOMDA atau pusat komunikasi daerah FSLDK merupakan koordinator dakwah untuk lembaga dakwah kampus pada daerah tertentu. Sebagai contoh, tahun lalu GAMAIS ITB di amanahkan sebagai PUSKOMDA Bandung Raya yang mengkoordninir sekitar 50 Lembaga Dakwah Kampus, padahal teritori nya hanya satu kota saja. Berbeda dengan PUSKOMDA Sulawesi selatan dan barat yang menaungi 3 propinsi. Akan tetapi walau teritori dan jumlah LDK dalam sebuah PUSKOMDA berbeda, pada aplikasinya metode dan langkah geraknya bisa dikatakan tidak jauh berbeda, yang membedakan hanya effort yang harus diberikan dalam menjalankan strategi yang ada. Berbicara tentang PUSKOMDA tentu kita akan berbicara pada bagaimana caranya untuk mengkoordinir LDK yang sangat banyak dengan berbagai masalah dan kendala yang dihadapinya. Bukan pekerjaan mudah tentunya, akan tetapi saya meyakini untuk menjadi PUSKOMDA yang baik, sebuah LDK harus mempunyai tim yang kuat serta ketekunan dan kesabaran dalam menjalankannya. Keunikan dari mengelola PUSKOMDA adalah perbedaan kepahaman dan tingkat kemapaman dari LDK yang ada, dituntut adanya toleransi dalam hal kondisi ideal suatu gerakan. Walau pada umumnya sebuah gerakan berorientasi pada hasil, akan tetapi pada pengelolaan PUSKOMDA orientasi pada proses dan kemajuan bersama menjadi hal yang diprioritaskan. Selain itu keunikan lainnya adalah siklus SDM yang berbeda-beda, terkadang setiap pertemuan koordinasi sebuah LDK bisa diwakili oleh kader yang berbeda, sehingga perlu ada pemahaman ulang terkait ke FSLDK-an dan lain-lain. Tim PUSKOMDA Dalam pengelolaan PUSKOMDA perlu adanya tim yang memang focus pada PUSKOMDA itu sendiri, walau untuk posisi koordinator PUSKOMDA saya rekomendasikan kepala LDK langsung dengan tujuan adanya internaliasi FSLDK dalam tubuh LDK. Sangat di sayangkan jika dunia FSLDK hanya di pahami oleh sebagian orang saja, akan tetapi FSLDK harus menjadi milik dari semua elemen dalam tubuh LDK, maka dengan adanya kepala LDK sebagai koordinator PUSKOMDA akan lebih memudahkan untuk mengerahkan seluruh anggota LDK untuk terlibat, leader empowerment bermain disini. Siapa di dalamnya ? Didalam tubuh tim PUSKOMDA diperlukan kader-kader yang memang bisa fokus untuk pengelolaan PUSKOMDA itu sendiri. Syarat anggota tim tidak begitu sulit, yang terpenting ia ; (1) mengerti cara membangun jaringan; (2) mobilitas tinggi; (3) tidak gagap teknologi IT dasar ( email, blog, Y!M ); (3) sabar dan pandai berkomunikasi. Untuk tim inti PUSKOMDA dalam sebuah LDK yang dipercaya sebagai koordinator, sekitar 5-7 orang ( sudah termasuk ketua LDK yang merangkap sebagai koordinator PUSKOMDA ) saja sudah bisa dikatakan cukup. Peran yang bisa diberikan antara lain ; a.



Koordinator



b.



Administrator



c.



Tim Pendampingan



d.



Tim SSDK ( strategi sukses dakwah kampus ) / pelatihan manajemen LDK



e.



Research and Development + Pusat Data Informasi



Hal lain yang harus diperhatikan adalah perlunya transfer knowledge yang baik dalam setiap pergantian kepengurusan. Pada beberapa PUSKOMDA, kepengurusan PUSKOMDA berbeda dengan kepengurusan LDK. Yang berganti hanya koordinator yang secara ex-officio adalah kepala LDK, akan tetapi tim nya sama dengan tujuan keberjalanan PUSKOMDA tetap pada jalurnya. Struktur ? Pada umumnya struktur dari PUSKOMDA menyerupai struktur yang diterapkan oleh PUSKOMNAS, yakni dengan system Badan Pengurus yang dibagi berdasarkan wilayah teritori, dan Badan Khusus yang mempunyai peran lebih pada spesifikasi dakwah tertentu. Jika digambarkan struktur PUSKOMDA dapat menjadi sepert berikut ;







BK (Badan Khusus) Media berperan dalam hal pembuatan media bersama PUSKOMDA dan pemanfaatan media lokal untuk membawa isu atau pesan tertentu. Di BK ini pula bisa dibuat semacam buletin, web bersama, pengelolaan mailing list PUSKOMDA atau memberikan akses kepada kader LDK untuk menulis di media lokal atau siaran di radio lokal.







BK Isu berperan dalam mengkaji dan meneruskan Isu yang akan di bawa oleh PUSKOMDA, seperti Isu Anti Pornografi, Penyimpangan Aqidah, Sosial politik, Jilbab dan sebagainya. Selanjutnya isu yang telah di kaji dikelola sedemikian hingga menjadi sebuah opini tertentu di masyarakat dalam wilayah PUSKOMDA







BK Jaringan Muslimah berperan dalam optimalisasi peran muslimah di PUSKOMDA. Sebagai perpanjangan tangan Jarmus Nasional yang saat ini di amanahkan kepada PUSKOMNAS Universitas Airlangga.







BK Mentoring berperan untuk mengadakan pementoringan di LDK yang membutuhkan bantuan dalam hal pengelolaan mentoring. Seperti suplai mentor dan internalisasi konsep permentoringan yang ada. Hal lain yang bisa dilakukan adalah legalisasi mentoring di kampus tertentu.







BK PMLDK berperan dalam optimasi peran pelatihan manajemen LDK dalam percepatan LDK yang ada dengan mengadakan pelatihan manajemen LDK.







BP wilayah adalah LDK yang berperan dalam koordinasi LDK yang berada dalam teritori tertentu dengan harapan controlling LDK akan lebih mudah dilakukan. Jumlah Badang pengurus wilayah disesuaikan dengan kebutuhan dari wilayah yang ada.



Pembagian peran ? Setiap BP dan BK adalah LDK yang dipercaya untuk mengelola Badan tersebut. Adanya pembagian peran ini kepada LDK yang ada mempunyai dua tujuan, yakni ; (1) Distribusi tanggung jawab agar merata dan tidak terbentuk hegemoni satu LDK saja; (2) akselerasi LDK dengan diberikan tanggung jawab lebih. Untuk pemilihan LDK yang menjadi BP atau BK minimal LDK yang sudah pada level madya, dengan asumsi bahwa LDK madya sudah cukup stabil dalam pengelolaannya dan memiliki SDM lebih untuk pengelolaan PUSKOMDA. Pembagian LDK Dalam menjalankan peran sebagai PUSKOMDA setelah memiliki data valid tentang kondisi LDK yang ada dalam wilayah PUSKOMDA maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalan membagi LDK sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan disini antara lain ; pendampingan, pembagian peran di puskomda, dan koordinasi dakwah berdasarkan wilayah. Levelisasi Dalam standar yang pernah disusun oleh BK SPMN GAMAIS ITB tahun lalu, FSLDK mencoba membagi LDK dalam empat level, yakni ; pra-mula, mula, madya dan mandiri dengan ketentuan sebagai berikut : Pra-Mula Fokus Agenda



Membangun



Mula



Madya



Mandiri



sebuah



Menyusun dan menata



Memilki



informal



sebuah lembaga dakwah



simpatisan di seluruh



simpatisan di seluruh



serta barisan kader inti,



yang sudah formal dan



fakultas. Dengan SDM



program studi/jurusan.



pada



legal.



yang



mencoba



Melakukan pola dakwah



ekspansi



yang



komunitas



tahapan



diharapkan



ini



dakwah



Penataan



internal.



SDM



Melakukan



ada



melakukan



massa



Memilki



basis



massa



masif



serta



kultural dan personal



rektuitment



dakwah sehingga basis



sinergis. Dengan adanya



terjadi dan pencarian



secara massal dengan



simpatisan



bisa



basis massa di semua



SDM,



orientasi



terbentuk



seluruh



program studi/jurusan,



tahapan



LDK sudah mempunyai



serta



Berusaha



melegalkan lembaga



sebuah dakwah



di



tingkat universitas.



kader



basis



kulaitas.



di



Melakukan syiar yang



fakultas.Pada



lebih luas dan tertata



ini diharapkan fungsi



kekuatan



dengan baik.



utama LDK ( dakwiy dan



dalam



khidamy



sebuah paradigma Islam



)



dapat



berjalan dengan baik



tersendiri membangun



yang



lebih



komprehensif.



Struktur



Struktur



berbentuk



Drengan



legal



Struktur



LDK



sudah



Pengokohan



struktur



sebuah



Pada



harus lebih mencakup



hingga stabil. Adanya



koordinasi diantara para



tahapan ini strukur LDK



semua aspek dakwah (



sebuah lembaga dakwah



personal aktifis dakwah



secara sederhana bisa



dakwiy,



fakultas/program



agar



terbenruk.



coordfaniy



dakwah



bisa



terstrukur dengan baik.



LDK.



nya



informal, dan sudah ada



LDK



siyasi, ).



Sebuah



sudah



mulai



berkembang dan bisa



studi/jurusan berada



yang dibawah



koordinasi LDK. Adanya



mengakomodir



semua



perpanjangan tangan ini



lini dakwah yang bisa



menunjukkan



dijalankan.



dakwah



struktur



di



sebuah



kampus



sudah



terkoordinir



dan



terdistribusi



dengan



baik.



Pedoman Operasional Da’wah



Menggunakan Pedoman



Sudah



Dakwah Asasiyah ( Al



pedoman



Qur’an dan As Sunnah )



operasional,



menyusun



Memiliki GBHD ( garis



Adanya



dakwah



besar haluan dakwah )



strategis Jangka Panjang



selama satu periodisasi



Dakwah Kampus



yakni



rancangan



AD/ART Sumber : Risalah Manajemen Dakwah Kampus-Revised;GAMAIS ITB



Dengan adanya pembagian yang jelas akan levelisasi LDK maka akan memudahkan bagi PUSKOMDA untuk membagi pendampingan yang ada. Biasanya setiap LDK dalam level tertentu di kelompokkan dalam satu grup pendampingan agar lebih mudah dalam memberikan bimbingan. Perlu dipahami bersama bahwa levelisasi ini bukan untuk membedakan LDK yang ada, akan tetapi untuk lebih memudahkan pendampingan dan percepatan LDK. Justru perhatian lebih akan diberikan kepada LDK pra-mula dan mula, karena langkah awal membangun LDK merupakan fase yang sangat sulit sehingga memerlukan effort lebih dalam pengelolaannya. Pembagian wilayah Pembagian berdasarkan wilayah secara geografis. PUSKOMDA mengklasifikasikan LDK berdasar letak geografisnya dan mengelompokkan dalam satu koordinasi tertentu. Setelah dikelompokkan, ditunjuk satu LDK sebagai koordinator atau bisa disebut BP wilayah. Adanya BP wilayah ini untuk memperpendek jarak dan memperhemat biaya transportasi untuk koordinasi dakwah. Peran khusus Peran khusus yakni terkait BK dan BP. Dimana LDK yang minimal sudah madya diberikan tanggung jawab tersebut. Menurut hemat saya LDK yang sedang berkembang harus diberikan tanggung jawab ini, karena pengalaman mengatakan LDK yang diberi tanggung jawab untuk pengelolaan PUSKOMDA, PUSKOMNAS dan sebagainya mengalami percepatan yang sangat baik. Hal ini dikarenakan LDK tersebut sudah bisa berpikir diluar LDK nya saja, dan sudah melihat bahwa kompleksitas masalah di luar kampus sangat banyak sehingga mereka memompa lebih banyak energi terhadap LDKnya agar bisa berkontribusi lebih banyak untuk FSLDK. Pendampingan Pendampingan merupakan bentuk peran PUSKOMDA yang bisa dikatakan paling sentral. Pola yang dilakukan memang seperti permentoringan akan tetapi lingkupnya adalah LDK. Pendampingan biasanya berisi controlling, motivating dan upgrading. Tiga peran ini harus bisa dijalankan oleh LDK yang diberi tanggung jawab sebagai pendamping. Biasanya satu pendamping bertanggungjawab terhadap 5-10 LDK yang tentunya secara levelisasi LDK berada di bawah LDK pendamping dan memiliki kedekatan secara geografis. Untuk memastikan proses pendampingan berjalan dengan baik, maka yang bertugas untuk controlling, motivating, dan upgrading LDK pendamping adalah PUSKOMDA. Pola pendampingan yang dilakukan bisa seperti berikut ; Pekan I



Pertemuan PUSKOMDA dengan LDK pendamping



Pekan II



Pertemuan LDK pendamping dengan LDK binaan



Pekan III



Pertemuan PUSKOMDA dengan LDK pendamping



Pekan IV



Pertemuan LDK pendamping dengan LDK binaan



Dengan adanya pertemuan selang-seling seperti diatas maka proses pendampingan akan bisa berjalan dengan rutin, harapannya jika LDK pendampin tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang ada pada LDK binaannya maka bisa dibawa ke forum temu koordinasi PUSKOMDA dengan LDK pendamping dan di solusikan masalah yang ada pada pertemuan tersebut. Pelatihan Manajemen LDK Pelatihan Manajemen LDK adalah bentuk upgrading yang diberikan kepada LDK dalam rangka meningkatkan kapasitas LDK dalam memanajemen LDKnya. Bentuk Pelatihan dapat menyesuaikan dengan standar yang sudah dibuat oleh GAMAIS ITB selaku Badan Khusus Pelatihan Manajemen LDK ( PMLDK ) PUSKOMNAS. Besar harapan dari kami selaku BK, agar setiap PUSKOMDA memiliki Training Centre (TC) khusus. Adanya akselerasi untuk pendirian TC di setiap PUSKOMDA untuk membangun simpul pengembangan LDK yang merata di seluruh Indonesia. Kedepannya memang BK PMLDK Nasional GAMAIS ITB membuat panduan standar nasional saja, dan TC di PUSKOMDA yang menyesuaikan dengan kondisi yang ada di teritori tersebut. Karena setiap wilayah dakwah di Indonesia memiliki ke khasan dan cara dakwah yang tersendiri, sehingga TC harus mampu mengadopsi standar yang ada dan mentransformasikan ke dalam bentuk yang paling ideal untuk daerah tersebut. Pelatihan yang diberikan dapat dalam berbagai bentuk ; (1) Strategi Sukses Dakwah Kampus ( SSDK ). Bentuk pelatihan full-version yang menjabarkan dan mengsistematika algoritma berpikir dalam pengelolaan LDK. Meliputi sector kaderisasi dan pengembangan SDM, Syiar dan pelayanan Kampus, Keuangan, Kemuslimahan, Jaringan, Akademik dan Profesi, serta pengelolaan dakwah wilayah. Untuk SSDK ini bisa langsung mengundang Tim PMLDK Nasional dari GAMAIS ITB. (2) Training by request. Pelatihan yang dilakukan pada lingkup LDK saja, dimana permintaan materi disesuaikan dengan kebutuhan LDK. Saya merekomendasikan PUSKOMDA dapat memfasilitasi training pada setiap LDK setelah sebuah LDK melakukan suksesi dengan tujuan adanya standar kualitas LDK yang terus meningkat setiap tahunnya. Permentoringan Sebagai tulang punggung dakwah kampus, peran sentral mentoring belum bisa digantikan. Boleh saja dikatakan pula bahwa langkah awal pembinaan yang perlu dilakukan ketika baru berdiri. Sehingga menjadi tugas PUSKOMDA untuk memastikan bahwa pengurus LDK berjalan dengan baik permentoringannya. Disini peran PUSKOMDA bisa beragam dan bertahap tentunya antara lain ; a.



Memberikan sosialisasi pengelolaan sistem mentoring ( termasuk kurikulum materi )



b.



Mensuplai mentor dari kampus lain kepada sebuah LDK. Biasanya LDK yang baru berdiri belum mempunyai jumlah mentor yang memadai sehingga perlu di impor dari kampus lain.



c.



Advokasi legalistas permentoringan di kampus, hingga tujuan akhirnya adalah adanya program mentoring wajib untuk mahasiswa ( minimal ketika mengambil mata kuliah Agama Islam ) dan kehadiran di mentoring menjadi syarat tersendiri yang mempengaruhi kelulusan mahasiswa.



Agenda Dinamisasi Selain agenda rutin yang besifat untuk memajukan LDK, ada pula agenda eksidental yang mempunyai tujuan untuk menguatkan gerak bersama dan penguatan PUSKOMDA FSLDK dalam struktur sosial di wilayah berada. Agenda eksidental ini juga memberikan kader LDK dari berbagai kampus untuk saling mengenal dan berbagi pengalamannnya dalam dunia LDK. Aksi Bersama Aksi damai atau pawai keliling kota yang dilakukan bersama-sama dalam naungan PUSKOMDA. Adanya aksi bersama ini selain untuk memunculkan isu tertentu bisa juga memberikan kesempatan agar kader dalam naungan PUSKOMDA menjadi lebih dekat. Karena ketika kita sedang berjuang bersama , maka persaudaraan itu terasa lebih Indah. Bahkan sahabat saya FIkri Isryad ( anggota tim PUSKOMDA GAMAIS ), terkadang kita perlu mengadakan aksi dengan sengaja agar jiwa pergerakan PUSKOMDA dan nama PUSKOMDA di media local terusa terjaga. Temu Kader Jika aksi bersama tampak lebih heroik, maka temu kader bisa dikatakan lebih tenang. Bentuk temu kader bisa dengan mabit, ta’lim, rihlah dan sebagainya. Kepanitiaan Bersama Mengadakan kegiatan bersama dengan skala Kota atau propinsi yang dimana kepanitiaan berasal dari berbagai kampus. Uniknya dalam agenda yang dijalani oleh kader dari berbagai kampus adalah penyamaan jadwal yang tak kunjung usai, perbedaan pemahaman, perbedaan pola pikir, perbedaan ego, dan banyak sekali perbedaan, sehingga bisa dikatakan sangat sulit untuk menjalankan agenda dengan kepanitiaan bersama ini. Tahun lalu kami di PUSKOMDA Bandung Raya hampir menjalankan sebuah agenda kajian skala Bandung, akan tetapi karena berbagai faktor, akhirnya agenda tersebut di undur. Akan tetapi pengalaman panitia yang ada mengatakan kerja keras mereka terbayar dengan pengalaman dakwah yang indah dengan kader dari berbagai kampus. Pengalaman kami di GAMAIS ITB, setelah menjadi PUSKOMDA kepekaan kader GAMAIS terhadap permasalahan LDK di Indonesia kian bertambah dan sejak menjadi PUSKOMDA, GAMAIS baru banyak berkontribusi untuk akselerasi LDK di Indonesia. Sebelumnya GAMAIS hanya lebih banyak fokus pada pembenahan internal yang dimana menurut saya pembenahan internal tidak akan kunjung selesai. Akan tetapi dengan diberikan kesempatan untuk menjadi penggerak dakwah di Bandung Raya bisa dikatakan percepatan GAMAIS sebagai LDK juga meningkat pesat. Oleh karena itu, terinsipirasi oleh perkataan Hasdi Putra, mantan koordinator PUSKOMNAS. Beliau mengatakan seharusnya yang menjadi PUSKOMDA adalah LDK madya, agar percepatan mereka lebih cepat. Sedangkan LDK Mandiri seharunya sudah bisa berpikir skala Nasional, saat itu lah kekuatan FSLDK sebagai penggerak dakwah di kampus menjadi nyata.



Tarik Menarik Kader Dakwah Seringkali terjadi tarik menarik kader antar lembaga dakwah, karena setiap lembaga dakwah ingin memiliki seorang kader tertentu, bagaimana cara untuk mengatasi hal ini ? Tidak bisa dipungkiri memang kebutuhan akan kader dalam lembaga dakwah kampus saat ini masih kurang dari kebutuhan. Alasan utama hal ini bisa terjadi adalah karena kurang berhasilnya proses kaderisasi untuk mencetak kader dalam jumlah yang cukup untuk aktifitas dakwah di sebuah kampus, dan ketergantungan kita pada kader yang sudah matang kadang terlalu berlebihan sehingga peran kaderisasi dalam LDK tidak berjalan. LDK lebih senang mendapatkan kader yang sudah jadi atau matang ketimbang membina kader baru dari awal hingga ia menjadi kader yang kuat secara pribadi dan berpengaruh dalam struktur sosial kampus. Kebiasaan seperti ini harus mulai ditinggalkan dalam dunia dakwah kampus, karena bagaimana pun kita perlu kembali ke hakekat peran lembaga dakwah, yakni kaderisasi dan syiar. Ketika salah satu dari peran ini saja tidak ada, maka tidak bisa dikatakan sebagai lembaga dakwah. Terlepas dari segala peran yang belum optimal, kita pun perlu menyelesaikan masalah tarik menarik ini sesegera mungkin. Karena bagaimanapun masalah tarik menarik ini jika tidak diselesaikan dengan segera akan berakibat pada beberapa hal, antara lain ; (1) keretakan ukhwah antar dua lembaga dakwah ; (2) kebingungan pada kader dakwah ; dan (3) pembuhunan karakter kader yang tampak seperti mesin dakwah yang bebas untuk dipindah-pindahkan. Kader dengan peran yang diberikan ibarat tumbuhan dengan habitatnya. Dimana kaktus hanya bisa hidup di padang pasir dan rumput laut hanya bisa hidup di laut. Begitu pula kader, seorang kader akan bisa berperforma dengan baik jika ia ditempatkan di tempat sesuai potensi dan minat yang ia miliki. Permasalahan yang sering terjadi dalam tarik menarik ini biasanya antara lembaga dakwah pusat dengan lembaga dakwah wilayah. Kunci utama dalam menyelesaikan masalah ini adalah database yang valid. Biasanya sistem administrasi yang baik akan berdampak pada pendataan kader yang tidak baik pula. Data yang dimiliki terpisah-pisah, dan lembaga dakwah berasumsi bahwa kader hanya aktif di lembaga dakwahnya saja, akibatnya lembaga dakwah menjadi tidak mengetahui bahwa ternyata ia memiliki kader yang memiliki peran dimana-mana. Dengan memiliki database yang lengkap, valid, dan termutakhirkan, solusi kunci dari permasalahan ini bisa terselesaikan. No



Nama



NIM



Mobile Phone



Prodi



Angkatan



Amanah #1



Amanah #2



Amanah #3



1



Ridwansyah Yusuf



15405046



+62 84111



812



PL



2005



G1



HMP



LDF MUSA



2



Muhammad Yunus



13205099



+62 98888



856



PN



2005



KMPN



LDPS ISA



LDF TMD



3



Ruly Resfiandi



12305088



+62 73211



815



GL



2005



Kongres



GEA



LDF ITB



Contoh database



Data yang ada di tambahkan dengan peran atau amanah yang diemban saat ini dan diurutkan tergantung prioritas dan minat yang kader ingingkan. Dengan adanya database yang lengkap dan meliputi seluruh kader dakwah di kampus, maka asymmetric information akan peran kader akan teratasi. Setelah pencegahan di lakukan barulah masuk ke dalam penyelesaian instan masalah tarik menarik kader jika masalah ini terlanjur terjadi. Kemampuan identifikasi minat dan potensi kader



Kepahaman pemimpin akan kadernya sangat diperlukan dalam menyelesaikan hal ini. Seorang pemimpin disini atau setidaknya koordinator manajemen SDM dituntut untuk mengetahui apa yang kader senangi dan lingkungan dakwah mana yang membuat dirinya menjadi lebih bermanfaat dan produktif. Terkadang kader akan lebih banyak berkarya jika ia senang dengan apa yang ia kerjakan dan nyaman dengan lingkungan tempat ia berdakwah. Ada kader yang senang membahas sesuatu yang dalam lingkup makro ( kampus ) ada pula kader yang senang tuk membahas dalam lingkup mikro ( program studi ). Dengan mengetahui apa yang menjadi minat kader, maka permasalahan ini akan selesai dengan mengembalikan ke minat dan potensi kader itu sendiri. Walau dalam beberapa kasus diperlukan kebijakan khusus jika permasalahannya terkait kebutuhan dakwah. Adanya forum tim manajemen kader semua lembaga dakwah Forum tim manajemen SDM diperlukan untuk memetakan kebutuhan dan distribusi kader di semua lembaga dakwah. Di pertemuan tim manajemen kader ini dibahas mengenai proyeksi kader, evaluasi kinerja kader dan distribusi kader yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan dakwah kedepannya. Harapannya memang tim ini yang juga akan membahas tentang profil kader serta cara untuk mematangkan kader secepat dan sebaik mungkin. Seperti yang dipaparkan diatas, bahwa solusi pencegahan yang bisa dilakukan pula adalah dengan mencetak sebanyak-banyaknya kader dengan kualitas yang baik. Membuat fokus amanah kader pada tingkat tertentu Membuat carrier path untuk kader sejak dini. Sebutlah seorang kader pada mulanya bebas untuk berdakwah di lebih dari satu lembaga dakwah. Akan tetapi pada tingkat dua ia mulai di fokuskan pada lembaga tertentu, sebutlah LDK, dan pada tingkat selanjutnya ia mulai fokuskan pada bidang tertentu sebutlah kaderisasi, sehingga ketika menjadi top management di sebuah lembaga Ia memiliki pengalaman yang matang dan proses yang ia jalani ibarat dibina dengan proses karir dalam pekerjaan, dimana ia mengalami sebagai seorang magang, low management, middle management dan top level management. Biasanya seseorang yang sudah memiliki kecenderungan dan pengalaman di lembaga tertentu, ia akan memiliki pendirian akan karir dakwahnya. Perlu di ingat pula masalah tarik menarik kader dakwah sering terjadi pada kader yang belum punya pendirian dan memiliki banyak peran di berbagai lembaga dakwah. Kuota ideal jumlah kader dalam setiap lembaga dakwah Menentukan kuota ideal kader dalam setiap lembaga, dimana kuota ideal ini adalah angka dimana sebuah lembaga dakwah bisa berjalan dengan baik dengan kerja keras kader yang ada. Sebutlah pada lingkup departemen, dimana sebuah departemen kaderisasi LDK hanya membutuhkan 6 ikhwan dan 4 akhwat sebagai staff departemen. Jumlah ini bisa dkatakan ideal karena tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Dengan adanya kuota dalam sebuah departemen atau lembaga dakwah, kita juga bisa memprioritaskan kader ke tempat-tempat tergantung kuotanya. Disini juga dilatih efesiensi kader yang berdakwah, seringkali sebuah lembaga terlalu bernafsu untuk memiliki banyak kader akan tetapi jika ternyata tidak efesien dan terlalu banyak yang menggangur , maka lebih baik di berikan ke lembaga lain. Membiasakan untuk memberikan tanggung jawab kepada kader yang masih “baru” Hal ini bisa dikatakan masih langka dan sulit dilakukan, kita masih lebih senang dan terbantu dengan kader yang sudah matang secara pemahaman dan pengalaman, sehingga kita tak perlu memoles terlalu banyak dan kader sudah siap bergerak. Kesalahan fatal dalam hal ini adalah, tidak adanya kesempatan yang diberikan kepada kader yang masih pemula, sehingga ia juga tak kunjungan paham dan berpengalaman. Oleh karena itu, ada baiknya, kita mulai terbiasa kerja keras untuk membina, dan mendidik setiap kader kita dan memberikan ia kesempatan untuk beramal sehingga ia dapat menjadi kader yang produktif.



Meningkatkan Kemampuan Argumentasi dan Kepercayaan Diri Kader Permasalahan yang terjadi di LDK saat ini adalah kemampuan kader untuk berargumentasi dan ketidakpercayaan diri kader dalam bersikap dan berdebat akan sesuatu. Hal ini mengakibatkan kader dakwah dinilai tidak bisa komunikasi dan tidak berkonten dalam berdakwah, bagaimana cara mensolusikannya ? Sejarah umat manusia telah membuktikan bahwa perbudakan pemikiran jauh lebih menyedihkan dibandingkan dengan perbudakan secara fisik. Kebebasan pemiikiran selalu menjadi bahaya bagi mereka yang takut akan kebenaran dan secara membabi buta mencari pegangan pada masa lampau. Pengorbanan bagi suatu keadaan berpikir bebas, terkadang butuh banyak pengorbanan. Socrates dihukum mati karena berketetapan hati untuk menjadi seorang “pengganggu”. Galileo disiksa dan Bruno dibakar diatas unggunan kayu bakar, karena menentang kepercayaan-kepercayaan yang umum dianut pada masa itu. Bahkan hingga Nabi Isa dan Nabi Ibrahim pun yang telah Allah berikan pemikiran yang luar biasa, tak luput menjadi sasaran dari pihak-pihak yang menyenangi status quo. Kebesaran pemikiran mereka, baru diakui setelah waktu berjalan dalam hitungan tahun, puluhan tahun atau malah berabad-abad. Lebih lanjut dalam sejarah Islam pertengahan, banyak pula ulama maupun pemikir Islam yang banyak berkembang dan menyampaikan gagasannya. Sejarah pula membutktikan kekuatan dalam berpikir dan berargumen untuk meyakinkan banyak pihak akan sesuatu menjadi semua nilai dan pengakuan tersendiri di mata masyarakat luas. Setiap orang yang pandai berbicara di depan umum dan menyampaikan sesuatu sampai detik ini masih dinilai sebagai seorang yang lebih baik ketimbang manusia pada umumnya. Memang perlu diketahui bahwa, jumlah orang yang cukup percaya diri dan berani berargumen di depan umum jauh lebih sedikit ketimbang yang tidak berani. Bahkan cenderung seseorang lebih bisa mengkritik dan menyalahkan pihak tertentu tanpa memberikan argument baru yang lebih bisa diterima. Sebagai seorang kader dakwah tentu hal ini perlu kita miliki, kemampuan untuk memahami sesuatu dan berargumen untuk meyakinkan banyak pihak menjadi kekuatan yang dibutuhkan dalam dakwah kita saat ini. Walau tak bisa dipungkiri saat ini, kita harus miris melihat kondisi kader dakwah yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik, lemah dalam beragumen, takut berdebat, tidak percaya diri untuk menyampaikan sesuatu dengan dalih “belum siap, khawatir kaburo maktan…” atau “takut disangkat ujub”. Saya justru melihat bukan belum siap, tapi memang kader dakwah saat ini malas membaca dan menjadi tidak pernah paham akan sesuatu. Saya juga melihat bukan takut disangka ujub karena kerendahan hatinya, justru itu merupakan penyakit tawadhu salah tempat.



Ketika ada seorang kader dakwah bisa mengatakan bahwa itu menjadi alasan kenapa ia tidak berani dalam menyampaikan argumen, maka kita perlu melatih dan membiasakan kader kita untuk bisa menjadi pemikir dan seorang yang argumentatif. Kita harus mengajar para intelektual yang muda-muda, yang pada suatu saat akan menggantikan kita untuk meneruskan cita-cita bangsa ini. Mendidik bangsa ini agar menjadi bangsa yang rasional dan berpengetahuan. Tujuan akhir dari semua ini adalah untuk mewujudkan suatu keadaan dimana diri kita dan kader-kader kita akan menjadi pemikir, pejuang dan pemimpin bagi agama, bangsa dan kemanusiaan. Ini adalah janji kepada tanah air. Ini merupakan soal prinsip. Soal kehormatan suatu bangsa.” (Muhammad Hatta)



Meningkatkan Kepercayaan DIri Kepercayaan diri adalah sebuah kunci sukses seseorang dalam menggapai sebuah cita-cita. Kita bisa melihat banyak orang sukses ditentukan oleh faktor ini. Pengusaha bisa sukses karena ia memiliki kepercayaan diri akan strategi pemasarannya. Seorang model bisa sukses ketika ia yakin bahwa ia memiliki inner and outer beauty yang baik. Seorang pembalap F1 akan sukses jika ia yakin



bahwa ia memiliki mobil yang baik serta memahami sirkuit balap dengan baik. Begitu pula dalam berdakwah, kita perlu memiliki kekuatan kepercayaan diri yang akan menjadi bekal dalam berdakwah. Meyakinkan diri sendiri bahwa Anda dan dakwah Anda akan sukses dan memiliki kepercayaan diri untuk menggapai cita-cita dakwah yang mulia. Namun pada kenyataannya seperti yang saya paparkan diatas banyak kader saat ini yang hilang kepercayaan dirinya, terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan popularity dan public interaction. Sehingga lenyap pula cita-cita besar dakwah itu karena kepercayaan diri yang sirna. Beberapa tips singkat untuk meningkatkan kepercayaan diri kader adalah ; (1) Percaya Bahwa Anda Mampu. Meyakini pada diri Anda bahwa Anda Mampu untuk melakukan sesuatu. Percaya pada potensi yang sudah Allah berikan dan percaya bahwa Anda memiliki banyak teman dan sahabat yang akan selalu siap untuk mendukung gerak dakwah Anda. Seseorang biasanya pula menjadi tidak percaya diri ketika ia tidak cukup yakin akan kemampuannya, maka meningkatkan kemampuan, kepahaman dan pengalaman diri menjadi cara yang tepat untuk meningkatkan kepercayaan pada kemampuan diri. (2) You are special !!!. Setiap manusia Allah ciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan Allah pula memberikan potensi serta bakat yang berlimpah ruah kepada diri ini. Akan tetapi manusia seringkali fokus pada ketidakmampuannya, coba lah fokus pada hal yang menjadi keunggulan diri Anda, dan katakan pada diri Anda bahwa “saya adalah cipataan Allah yang Maha Memiliki segalanya”. Jadikan pengelolaan potensi diiri sebagai kekuatan untuk menemukan hal istimewa dalam diri Anda. (3) Jauhi keraguan. Sikap ragu bisa terbentuk karena beberapa hal antara lain, terlalu banyak pertimbangan. Terlalu banyak pertimbangan ini akibat kita terlalu banyak mendapat informasi yang tidak semestinya datang kepada diri kita. Sebutlah Anda akan belajar motor, jika Anda diskusi tentang motor dengan orang yang pernah kecekalaan motor atau ditilang polisi dan itu menjadi kekhawatiran tersendiri untuk Anda maka lebih baik jauhi orang semacam itu, cobalah berganti dengan diskusi denga pihak yang eprnah sukses akan sesuatu dan jaidkan itu insipirasi dan motivasi untuk Anda dalam mengambil langkah. (4) Belajar dari orang lain. Pasti ada orang yang luar biasa dan memiliki kepercayaan diri yang kuat dalam berargumentasi. Belajar dari mereka, saya sangat yakin setiap orang yang saat ini memegang gelar public speaker dulunya pernah mengalami masa dimana ia tidak berani berbicara di depan umum dan berjuang keras untuk mendapatakan kepercayaan diri. Belajar dari orang sukses akan memberikan sebuah inspirasi tersendiri untuk Anda. Berpikir Kritis Berpikir kritis dapat diartikan sebagai proses sebagai suatu kemampuan. Proses dan kemampuan tersebut digunakan untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesis dan mengevaluasi informasi yang didapat atau informasi yang dihasilkan. Tidak semua informasi yang diterima dapat dijadikan pengetahuan yang diyakini kebenarannya untuk dijadikan panduan dalam tindakan. Demikian halnya dengan informasi yang dihasilkan tidak selalu merupakan informasi yang benar. Informasi tersebut perlu dilakukan pengkajian melalui berbagai kriteria seperti kejelasan, ketelitian, ketepatan, reliabilitas, kemamputerapan, bukti-bukti lain yang mendukung, argumentasi



yang digunakan dalam menyusun kesimpulan, kedalaman, keluasan, serta dipertimbangkan kewajarannya. (sumber : Jenicek M. 2006) Kemampuan berikir kritis ini menjadi landasan seorang kader dakwah dalam menyampaikan argumentative tertentu. Karena kita tidak hanya mendidik seorang kader untuk bisa menyampaikan pendapat saja. Akan tetapi harus disertai isi dan landasan yang kuat dalam berargumen sehingga orang lain akan melihat ada kepahaman dan kematangan dalam berkata sehingga mereka bisa terpengaruh dengan apa yang Anda sampaikan. Oleh karena itu seorang kader harus mampu dan dilatih agar dapat ; a. Kemampuan memahami argumentasi orang lain b. Kemampuan untuk mengevaluasi dan mengkritisi suatu pendapat c. Kemampuan untuk mengembangan dan mempertahankan argumentasi dengan landasan yang kuat. Kemampuan Argumentasi Untuk itu semua, seorang kader harus memiliki kekuatan AL FAHMU ( kepahaman ) yang oleh revolusioner mesir terkemuka Hasan Al Banna ia tempatkan dalam posisi pertama dari arkanul baiat ( 10 hal yang harus dimiliki seorang kader ). Kepahaman akan sesuatu yang dibicarakan, yang mana bisa dibangun dengan budaya untuk berbagai, diskusi dan debat produktif pada sesame kader. Saya sering sedih karena budaya ini sudah mulai hilang diantara kader. Kita lebih senang untuk mendengarkan ceramah dari seorang muwajih dan menerimanya begitu saja. Pertanyaan yang diajukan juga sering kali hanya pertanyaan basa basi yang tidak berisi sama sekali. Beberapa langkah kecil untuk berpikir kritis yang nantinya akan menjadi bekal dalam berargumentasi antara lain ; (1) Menentukan Fokus Pembahasan tertentu. Sebutlah bidang aqidah, bidang kesejahteraan masyarakat atau keadilan perhukuman. (2) Kumpulkan sumber informasi dari berbagai pihak. Sumberi sebisa mungkin variatif dan menjadi landasan kuat kita dalam berargumen. Cari dalil dari pandangan Islam, pandangan tokoh masa lalu dari berbagai ideology untuk komparasi dan tokoh kontemporer saat ini. (3) Tanyakan landasan atau asumsi yang dipakai oleh seseorang yang menyampaikan pendapat. Tujuannya adalah untuk membuat hipotesa berpikir seseorang dan mengetahui alasan ia mengemukakan suatu mendapat sehingga kita bisa merekayasa bahan argumentasi. (4) Membuat pola algoritma berpikir sederhana akan hubungan pembahasan dengan berbagai hal lain. Kita mencoba menghubungkan kasus atau materi yang dibahas dengan kaitannya pada bidang lain atau kasus lain. Sehingga kita bisa menemukan korelasi antar bidangbidang yang ada.



(5) Tanyakan dan diskusikan kepada beberapa orang lain setelah kita membuat pandangan sementara. Diskusi ini bertujuan untuk uji materi dan pematangan konsep serta mencari masukan dari pihak lain. (6) Utarakan pemikiran Anda dalam bentuk tulisan atau mimbar terbuka dan lihat bagaimana reaksi atau respon masyarakat terhadap argumentasi yang kita buat. (7) Menyiapkan anti-tesis untuk sangkalan yang mungkin muncul. Semakin banyak yang memberikan kritikan maka akan semakin banyak perbaikan konten dari gagasan yang Anda ajukan. (8) Uji kebenaran dan kemampuan Anda di depan umum dalam bentuk forum terbuka atau pada kesempatan lain yang memungkinkan.



Mengenal dan Membuat Strategi Dakwah di Perguruan Tinggi Khusus Saya berasal dari kampus kedinasan, dimana banyak peraturan yang diperlakukan secara khusus untuk di kampus ini saja, sehingga banyak kesulitan bagi kami dalam melaksanakan agenda dakwah. Maksud khusus disini adalah kampus yang bisa dikatakan bukan perguruan tinggi seperti pada umumnya, akan tetapi perguruan tinggi yang mempunyai kekhasan tersendiri. Seperti perguruan tinggi kedinasan, perguruan tinggi intelejen, perguruan tinggi militer, perguruan tinggi keperawatan,ekstensi, Diploma, perguruan tinggi agama Islam, perguruan tinggi agama non-Islam. atau perguruan tinggi yang mempunyai kekhasan lain. Bentuk kekhasan yang pernah saya jumpai seperti ; (1) Perguruan tinggi kedinasan yang menuntut mahasiswa tinggal di asrama selama masa perkuliahan (2) Perguruan tinggi yang memiliki lama kuliah 3 tahun ( D-3 ) atau kuliah malam ( ekstensi ) (3) Perguruan tinggi yang menerapkan sistem militer dalam sistem pendidikannya (4) Perguruan tinggi yang pada tahun kuliah tertentu mewajibkan mahasiswa Kuliah Praktek selama 1 tahun (5) Perguruan tinggi yang berbasiskan Islam (6) Perguruan tinggi yang memiliki peraturan yang melanggar syariah Islam, seperti perempuan yang tidak diperbolehkan memakai jilbab atau tidak diperbolehkan mengenakan bawahan rok (7) Perguruan tinggi yang non-Islam, sehingga ada mata pelajaran agama lain masuk dalam kurikulum wajib kita ambil (8) Perguruan tinggi dengan karakter mahasiswa homogen, seperti akademi keperawatan yang di dominasi oleh mahasiswi Dan mungkin lebih banyak lagi contoh yang bisa Anda sebutkan. Saya seringkali mendapat pertanyaan terkait kampus dengan ke-khasan ini. Kebanyakan memang saya tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan, karena bagaimanapun kondisi khas ini tidak saya pahami dengan baik atau saya tidak mengetahui medan dakwah disana dengan baik. Sehingga seperti yang sering saya utarakan, metode atau strategi dakwah yang terbaik sejatinya hanya bisa dibuat oleh Anda pelaku dakwah di sebuah kampus. Pada tulisan ini saya mencoba memaparkan cara pandang yang diperlukan dalam menyusun pola dakwah di kampus-kampus yang mempunyai ke-khasan tersendiri. Alangkah baiknya jika Anda pelaku dakwah di kampus-kampus tersebut bisa mengformulasikan dakwah yang paling tepat dan dibukukan lalu dapat diadaptasi dengan kampus sejenis lainnya. Saat, FSNAS di Lampung satu tahun silam, sempat di inisiasi forum dakwah kampus kedinasan dan perguruan tinggi Islam. Aliansi atau forum ini bertujuan agar ada tempat berbagi dan berdiskusi serta mengembangkan pola dakwah yang terbaik untuk kampus yang sejenis ini. Tak bisa kita elakkan pula dalam penyusunan strategi ini, kondisi mahasiswa dan lingkungannya sangat unik. Sebutlah di perguruan tinggi agama Islam ( PTAI ), dimana sebagian mahasiswanya mungkin sudah paham Islam, sehingga mereka menilai mengikuti LDK menjadi tidak ada manfaatnya. Akhirnya dibutuhkan pola dakwah khusus dimana LDK menjadi seperti pusat Inkubasi Pemikiran Islam, barulah banyak yang mengikuti. Karena, para mahasiswa disana justru melihat LDK sebagai tempat belajar Islam yang lebih advance. Contoh kedua di sekolah kedinasan pemerintahan ( IPDN ) yang dimana mahasiswa disana tidak diizinkan untuk keluar kampus tanpa izin yang jelas, serta ada kewajiban untuk menginap disana. Sehingga



pola dakwah disana menyesuaikan dengan pola hidup yang ada, dengan membuat sebuah trendset tersendiri bagi seorang muslim, seperti budaya membangunkan sholat subuh berjamaah, kajian setelah magrib, sahur dan buka bareng puasa sunnah, dan membuat kebiasan lain yang sangat efektif dalam membangun budaya dan lifestyle muslim pada mahasiswa disana. Untuk sampai pada tahapan mampu untuk membuat sebuah sistem sendiri dibutuhkan waktu yang cukup lama tentunya. Pada bagian selanjutnya saya akan memaparkan poin of view apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat strategi dakwah ini (1) Mengenal medan kampus. yakni mengenal bagaimana kekhasan kampus Anda dibandingkan dengan kampus umum lainnya. Cari perbedaan yang mendasari mengapa perlu ada perlakuan khusus terhadap kampus Anda. Mengenal disini termasuk kepada semua civitas akademika dan lingkungan sekitar kampus. (2) Pola Regenerasi. Dalam beberapa kampus perlu juga di sesuaikan pola regenerasinya . Seperti untuk kampus yang masa perkuliahan 3 tahun, maka pada tingkat dua seorang kader sudah harus memegang tanggung jawab sebagai pemimpim utama. (3) Karakter mahasiswa. Karakter mahasiswa yang ada, biasanya untuk kampus yang mempunyai kekhasan ini, karakter mahasiswanya lebih homogeny, cari tahu dimana letak kesamaan mahasiswa di kampus Anda, dan jadikan itu sebagai landaan dalam menentukan pola pendekatan dakwah. (4) Tata Aturan yang berlaku, yakni aturan kampus yang bisa mendukung atau menghambat gerak dakwah Anda di kampus. seperti larangan berjilbab atau sebaliknya kewajiban berjilba bagi para mahasiswi. (5) Menemukan Potensi pendekatan Dakwah, setelah mengetahui kondisi ( analisa SWOT ) terhadap kampus Anda, maka perlu kiranya kita mencari potensi dakwah yang dimiliki dan bisa menjadi senjata ampuh dalam berdakwah. Sebutlah, potensi kedekatan emosional antar mahasiswa memudahkan kita untuk mengajak mahasiswa Sholat, atau potensi pemahaman agama para kader yang memungkinkan membuka kesempatan mahasiswa yang ingin belajar agama lebih intens. (6) Menentukan profil kader yang dibutuhkan. Profil ini untuk membantu LDK membentuk criteria kader yang dibutuhkan agar dakwah di kampus Anda menjadi lebh mudah. Sebutlah untuk di PTAI maka kader minimal memahami kitab-kitab Islam, atau memiliki hafalan QUr’an beberapa juz. Atau untuk di sekolah olahraga, maka kader harus memiliki kekuatan fisik yang baik, sehingga bisa menjadi teladan untuk sekitar. (7) Tidak mengikuti pola dakwah pada umumnya. Terkadang pada kampus khusus ini, pola dakwah di kampus umum seringkali tidak bisa digunakan. Sehingga Anda perlu berpikir keras terkait metode dakwah yang ideal dan tepat. Bahkan bisa jadi pola dakwah yang dilakukan di kampus Anda adalah pola dakwah yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. (8) Trial and error. LDK harus berani uji coba dan siap gagal atas rekayasa dakwah yang dilakukan. Dengan terus uji sistem dan kader, biasanya pola dakwah yang tepat akan terbentuk. Perbanyak diskusi pula dengan kampus sejenis.. Membangun forum kampus yang memiliki kekhasan ini juga bisa menjadi solusi tambahan.



…Sebuah Penghargaan… Jasa seorang guru sangatlah besar bagi seorang murid. Seorang murid tentu tak akan bisa berkarya dan berprestasi tanpa ilmu yang diberikan oleh sang guru. Sebagai seorang manusia pembelajar tentunya kita juga dituntut untuk belajar dari siapapun yang memang berkompenten di bidang tertentu. Dan sebagai seorang murid yang menghormati guru yang telah memberikan banyak inspirasi dan ilmu, ucapan terima kasih tentu tak akan lupa untuk disampaikan. Dalam perjalanan dakwah saya di kampus, sejak tingkat satu, ada beberapa guru bagi saya yang telah memberikan saya sebuah pemahaman dan pengalaman tersendiri. Pada kesempatan ini saya ingin memberikan sebuah penghargaan kepada para guru saya berupa ucapan terima kasih sebagai bentuk rasa hormat saya kepada mereka. Agus Rendy Wijaya. Teknik Perminyakan ITB angkatan 2002. Kepala Departemen of Human Resources and Learning Development GAMAIS ITB periode 2005-2006. Beliau adalah sosok pemimpin pertama untuk saya di kampus. walau hanya kurang dari 8 bulan beramal bersama beliau. Tapi bisa dikatakan, pola saya memimpin dan pola saya mengambil kebijakan sangat terpengaruh oleh beliau. Satu prinsip hidup dan bersosialisasi yang selalu beliau ajarkan adalah empati. Satu kata ini selalu menjadi landasan saya bertindak dan nilai empati ini juga selalu saya coba tularkan kepada kader lain. Selain itu dalam konteks dakwah nilai empati ini saya sering terapkan dalam menjalankan agenda syiar give what they need. Hafidz Ary Nurhadi. Teknik Elektro ITB angkatan 1998. Orang yang menyelematkan saya di awal masuknya saya ke kampus ITB. Sedikit bercerita, ketika awal masuk ITB saya berpikir untuk berhenti melanjutkan pembinaan dan dakwah yang telah saya jalankan sejak SMU. Tapi, sebuah rekayasa dari Allah, dalam sebuah pertemuan awal GAMAIS, saya mendengar motivasi dakwah dari sosok Kang Hafidz ini. Berkat perkataan beliau inilah saya memutuskan untuk tetap bertahan di jalan dakwah ini. Setelah pertemuan itu, saya dan beliau sering melakukan interaksi dan hal yang beliau tekankan adalah agar kita sebagai kader dakwah mempunyai visi dakwah yang panjang serta beliau yang selalu menekankan pentingnya jumlah kader yang banyak dalam menunjang dakwah kampus yang semakin hari semakin berkembang. Rendy Saputra. Teknik Perminyakan ITB angkatan 2004. Sekjen GAMAIS ITB periode 2006-2007 dan Ketua Majelis Syuro GAMAIS ITB 2007-2008. Seorang kakak yang Allah pertemukan karena ikatan dakwah untuk saya selama di kampus ITB. Beliau yang mengajarkan kepada saya pola baru dalam dakwah, beliau yang mengajarkan bagaimana seorang kader dakwah itu seharusnya bersikap, beliau yang mendidik saya untuk bisa berkomunikasi melalui berbagai media, beliau yang paling mendukung saya ketika saya menjadi Kepala GAMAIS dan membuat buku pertama dan kedua saya ini, beliau yang menekankan kepada saya agar memiliki kepahaman yang kuat dalam bertindak, beliau yang memahamkan kepada saya urgensi kaderisasi dalam lembaga dakwah kampus dan beliau lah yang menginsipirasi saya agar menjadi idea factory dalam perjuangan dakwah ini. Herman Siregar. Mantan Ketua Umum LDK UKMI Ar Rahman Universitas Negeri Medan. Seorang pejuang dakwah yang mengajarkan kepada saya kesederhanaan dalam berdakwah, seorang koordinator PUSKOMDA sumatera utara yang mencontohkan kepada saya tentang keikhlasan dalam menjalankan LDK. Seorang yang memberikan inspirasi kepada saya untuk bisa berkarya dengan tulisan. Seorang yang setelah pertemuan dengan saya meng-sms “cahaya harapan akan perubahan dakwah kampus terlihat jelas di tatapan mata antum”. Potongan sms ini jujur menjadi sebuah tantangan tersendiri agar saya bisa berkontribusi. Dan beliau pulalah yang menanamkan urgensi menghargai sejarah sebagai sebuah ciri bangsa yang berkarakter. Hasdi Putra. Mantan Ketua Umum LDK FKI Rabbani Universitas Andalas dan Mantan Ketua PUSKOMNAS FSLDK. Tokoh nasional dakwah kampus pertama yang saya temui, kalimat pertama saya yang saya dengar dari beliau adalah “Alhamdulillah tiba juga di medan, setelah 2 hari perjalanan dengan bus”. Bagi saya yang awam dan baru belajar dakwah kampus saat itu, perkataan beliau itu sangat membuat saya terkagum akan pengorbanan dakwah yang beliau lakukan. Sempat bermalam dengan beliau, disanalah ia menceritakan tentang ADK, LDK dan FSLDK dan sejak malam itu saya mulai berikrar dalam diri bahwa suatu saat saya akan menjadi orang yang berkontribusi besar untuk percepatan dakwah kampus di Indonesia. Salah satu ciri khas



beliau dalam berbicara adalah ketenangan dalam berkata dan di iringi pantun dan puisi yang membakar semangat. Salah satu perkataan beliau yang sangat berbekas adalah jika kamu merasa bahwa beban dakwah ini terlalu berat, jangan berdoa agar beban itu dihilangkan, tapi berdo’alah agar kamu diberikan punggung yang kuat agar bisa menanggung beban dakwah ini. Hingga lelah, lelah mengejar kamu. Arya Sandhiyudha. Mantan Ketua LDK SALAM UI dan Penulis Buku Renovasi Dakwah Kampus. Seorang yang menginspirasi saya untuk melawan status quo dakwah kampus. Beliau pula yang mengajarkan saya untuk mendobrak dan melawan kebobrokan sistem dakwah kampus yang ada, Sebuah perkataan beliau yang juga saya coba terapkan adalah, untuk mengubah sesuatu, kita harus jadi sesuatu. Kalau antum mau mengubah sistem dakwah di ITB, maka jadilah Mas’ul terlebih dahulu. Jangan tergesa-gesa dalam bergerak akhi semua hal pasti ada waktu yang tepat. Ya, perkataan beliau ini saya coba terapkan ketika GAMAIS memilih saya menjadi Pemimpin. Beliau pula yang menadi pemicu bagi saya dalam menulis buku-buku dalam dakwah kampus. kalau ana bisa , antum pasti bisa lebih baik, ana sudah mulai membuka jalan, antum harus bisa meneruskan efek bola salju perubahan dakwah kampus. prinsip hayawi atau dinamis, inilah yang menjadi hal paling berbekas dari beliau. Dani Setiawan. Mantan Ketua LDK Jamaah Nuruzzaman Universitas Airlangga dan Ketua PUSKOMNAS FSLDK saat ini. Seorang syekh dakwah kampus nasional saat ini, pemimpin saya di dalam perjuangan bersama FSLDK. Secara pribadi beliau banyak memberikan kepercayaan kepada saya dan GAMAIS ITB untuk banyak berperan dalam dunia pelatihan LDK. Sabar dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan, pertemuan dengan beliau seakan-akan menjadi sebuah pembelajaran bagi saya yang sering terlalu cepat dalam mengambil keputusan. Saya terkadang merasa Allah mempertemukan kami sebagai peringatan dari Allah agar bisa lebih bijak dalam bertindak. Saat ini beliau juga sedang menulis buku tentang dakwah kampus. Dr. Brian Yuliarto. Teknik Fisika ITB angkatan 1994. Mantan Ketua KAMMI ITB, Mantan Menteri Sospol KM ITB dan juga merupakan aktifis 98. Seorang yang memberikan pencerahan kepada saya tentang karakter seorang kader dakwah. Seorang yang mendorong saya untuk belajar dan melek politik dan keadaan sosial masyarakat saat ini. Beliau yang memotivasi saya untuk berprestasi secara akademik, beliau yang mengajarkan fleksibilitas dalam berdakwah dan melalui beliau pula saya jadi memahami sejarah dakwah kampus serta perjuangan heroik kader dakwah terdahulu.