Analisis Kadar Protein Total Dan Protein Murni Pada Kulit Pisang (Musa Acuminata) Dengan Metode Kjeldahl Skripsi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISIS KADAR PROTEIN TOTAL DAN PROTEIN MURNI PADA KULIT PISANG (Musa acuminata) DENGAN METODE KJELDAHL SKRIPSI



OLEH: GRACIA SIANIPAR NIM 141501188



PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



Universitas Sumatera Utara



ANALISIS KADAR PROTEIN TOTAL DAN PROTEIN MURNI PADA KULIT PISANG (Musa acuminata) DENGAN METODE KJELDAHL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara



OLEH: GRACIA SIANIPAR NIM 141501188



PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018



Universitas Sumatera Utara



Universitas Sumatera Utara



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kadar Protein Total dan Protein Murni pada Kulit Pisang (Musa acuminata) dengan Metode Kjeldahl” dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya tetapi memiliki kandungan nilai gizi yang tinggi. Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein total dan murni yang terdapat dalam beberapa varietas kulit pisang (Musa acuminata) yang segar dengan menggunakan metode kjeldahl yang merupakan metode sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kadar protein total dan protein murni pada setiap varietas kulit pisang segar. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi peneliti selanjutnya. Pada kesempatan ini,



dengan segala kerendahan hati penulis ingin



menyampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada kepada Ibu Dra. Tuty Roida Pardede, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Jansen



iv



Universitas Sumatera Utara



Silalahi, M.App.Sc., Apt., dan Bapak Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini, serta kepada Bapak Hari Ronaldo Tanjung, S.Si., M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama masa pendidikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu pengajar dan staff Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Nelson Sianipar, S.E., M.M., dan Ibunda Roini Manik, S.E., serta adik Daniel Sianipar dan Aldrik Noel Sianipar yang selalu memberikan cinta kasih, Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat mahasiswa stambuk 2014 S1 Reguler Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara serta semua pihak yang telah terlibat membantu penulus dalam menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, namun semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.



Medan, Mei 2018 Penulis,



Gracia Sianipar NIM 141501188



v



Universitas Sumatera Utara



vi



Universitas Sumatera Utara



ANALISIS KADAR PROTEIN TOTAL DAN PROTEIN MURNI PADA KULIT PISANG (Musa acuminata) DENGAN METODE KJELDAHL ABSTRAK Kulit Pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Kulit pisang telah diolah oleh banyak masyarakat menjadi bahan baku makanan maupun produk olahan dikarenakan memiliki kandungan nilai gizi yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein total dan protein murni pada kulit pisang segar. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah beberapa varietas kulit pisang segar yaitu kulit pisang barangan, kulit pisang ambon, kulit pisang mas, kulit pisang banten, kulit pisang tanduk dan kulit pisang susu yang beredar di beberapa pasar di kota Medan. Penetapan kadar protein total dan protein murni dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl yang merupakan metode sederhana untuk penetapan nitrogen total pada protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Hasil penelitian menunjukkan kadar protein total yang diperoleh pada sampel segar kulit pisang barangan 1,343 g/100g, kulit pisang ambon 1,065 g/100g, kulit pisang mas 1,805 g/100g, kulit pisang banten 2,085 g/100g, kulit pisang tanduk 1,483 g/100g dan kulit pisang susu 0,968 g/100g. Kadar protein murni dalam kulit pisang barangan 0,972 g/100g, kulit pisang ambon 0,966 g/100g, kulit pisang mas 1,595 g/100g, kulit pisang banten 1,628 g/100g, kulit pisang tanduk 1,006 g/100g dan kulit pisang susu 0,746 g/100g. Kadar NPN dalam kulit pisang barangan 0,276 g/100g, kulit pisang ambon 0,092 g/100g, kulit pisang mas 0,116 g/100g, kulit pisang banten 0,218 g/100g, kulit pisang tanduk 0,321 g/100g dan kulit pisang susu 0,229 g/100g. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara kadar protein total dan protein murni pada setiap varietas kulit pisang segar. Kadar protein total dan protein murni pada kulit pisang banten lebih tinggi daripada beberapa varietas kulit pisang lainnya.



Kata Kunci:



Kulit Pisang, Protein Total, Protein Murni, Non Protein Nitrogen, Kjeldahl



vii



Universitas Sumatera Utara



ANALYSIS OF TOTAL PROTEIN AND PURE PROTEIN IN BANANA PEELS (Musa acuminata) BY USING KJELDAHL METHOD ABSTRACT Banana peels are waste material (waste bananas) which have many amount. Banana peels have been processed by many people become raw material for food or processed product because of the high nutritional value. The purpose of this research was to determine the concentration of total protein and pure protein in some varieties of fresh banana peels. The sample that used in this study are some varieties of fresh banana peels such as barangan banana peel, ambon banana peel, mas banana peel, banten banana peel, tanduk banana peel and susu banana peel were taken from several markets in Medan. The contents of total protein and pure protein are measured by using the Kjeldahl method as a simple method for determining total nitrogen in protein and other nitrogenous compounds. The results showed the total protein that contained in the sample of fresh banana peels were 1.343 g/100g in barangan banana peel, 1.065 g/100g in ambon banana peel, 1.805 g/100g in mas banana peel, 2.085 g/100g in banten banana peel, 1.483 g/100g in tanduk banana peel and 0.968 g/100 g in susu banana peel. The pure protein contents were 0.972 g/100 g in barangan banana peel, 0.966 g/100 g in ambon banana peel, 1.595 g/100 g in mas banana peel, 1.628 g/100g in banten banana peel, 1.006 g/100g in tanduk banana peel and 0.746 g/100g in susu banana peel. The NPN contents were 0.276 g/100 g in barangan banana peel, 0.092 g/100 g in ambon banana peel, 0.116 g/100 g in mas banana peel, 0.218 g/100g in banten banana peel, 0.321 g/100 g in tanduk banana peel and 0.229 g/100g in susu banana peel. The conclusion of this research was there is a difference between the content of total protein and pure protein from every varieties of fresh banana peels. The content of total protein and pure protein in banten banana peel is higher than some other varieties of fresh banana peels.



Keywords:



Banana Peels, Total Protein, Pure Protein, Non Protein Nitrogen, Kjeldahl



viii



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR ISI Halaman JUDUL .......................................................................................................



i



HALAMAN JUDUL ..................................................................................



ii



LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................



iii



KATA PENGANTAR ...............................................................................



iv



SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................



vi



ABSTRAK .................................................................................................



vii



ABSTRACT ...............................................................................................



viii



DAFTAR ISI ..............................................................................................



ix



DAFTAR TABEL ......................................................................................



xii



DAFTAR GAMBAR ..................................................................................



xiii



DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN .............................................



xiv



DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................



xv



BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................



1



1.1 Latar Belakang ...........................................................................



1



1.2 Perumusan Masalah ....................................................................



3



1.3 Hipotesis Penelitian ...................................................................



3



1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................



4



1.5 Manfaat Penelitian .....................................................................



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................



5



2.1 Protein ..........................................................................................



5



2.1.1 Asam Amino ......................................................................



6



2.1.2 Ciri-Ciri Molekul Protein ..................................................



7



ix



Universitas Sumatera Utara



2.1.3 Struktur Protein .................................................................



7



2.1.4 Sifat Protein ......................................................................



9



2.1.5 Penggolongan Protein .......................................................



10



2.1.6 Manfaat Protein .................................................................



13



2.1.7 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein .......................



14



2.1.7.1 Akibat Kekurangan Protein ...................................



14



2.1.7.2 Akibat Kelebihan Protein ......................................



15



2.2 Non Protein Nitrogen (NPN) .......................................................



16



2.3 Pisang (Musa acuminata) ...........................................................



16



2.3.1 Klasifikasi Tanaman Pisang .............................................



16



2.3.2 Morfologi Tanaman Pisang ..............................................



17



2.3.3 Varietas Pisang .................................................................



18



2.4 Metode Analisa Protein ...............................................................



19



2.4.1 Analisis Kualitatif ..............................................................



19



2.4.2 Analisa Kuantitatif .............................................................



19



BAB III METODE PENELITIAN .............................................................



24



3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................



24



3.2 Alat-Alat ....................................................................................



24



3.3 Bahan-Bahan .............................................................................



24



3.3.1 Sampel ...............................................................................



24



3.3.2 Pereaksi ..............................................................................



25



3.4 Prosedur Penelitian .....................................................................



25



3.4.1 Pengambilan Sampel ........................................................



25



3.4.2 Penyiapan Sampel .............................................................



25



x



Universitas Sumatera Utara



3.4.3 Pembuatan Pereaksi ..........................................................



25



3.4.3.1 Pembuatan Pereaksi HCl 0,1N ..............................



25



3.4.3.2 Larutan H3BO3 4% b/v ..........................................



25



3.4.3.3 Pembuatan Pereaksi NaOH 40% b/v.....................



26



3.4.3.4 Katalisator Selenium .............................................



26



3.4.3.5 Indikator Mengsel .................................................



26



3.4.3.6 Larutan ATA 10% .................................................



26



3.4.4 Standarisasi Larutan HCl 0,1 N ........................................



26



3.5 Penetapan Kadar Protein Total ...................................................



27



3.6 Pemisahan Protein dari Non Protein Nitrogen (NPN) .................



28



3.7 Penetapan Kadar Protein Murni...................................................



28



3.8 Penentuan Kadar Non Protein Nitrogen ......................................



29



3.9 Analisis Data Secara Statistik ......................................................



30



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................



32



4.1 Hasil Identifikasi Sampel .............................................................



32



4.2 Kadar Protein dan NPN Pada Sampel .........................................



32



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................



36



5.1 Kesimpulan ..................................................................................



36



5.2 Saran ............................................................................................



36



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................



37



LAMPIRAN ...............................................................................................



39



xi



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR TABEL



Tabel



Halaman



2.1



Klasifikasi Asam Amino ................................................................



7



4.1



Kadar Protein Total, Kadar Protein Murni dan Kadar NPN pada Sampel ............................................................................................



32



xii



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR GAMBAR



Gambar



Halaman



2.1



Struktur Asam Amino ....................................................................



6



4.1



Grafik Batang Perbandingan Kadar Protein Total, Kadar Protein Murni, dan Kadar NPN pada Sampel ..............................................



33



xiii



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN



Gambar



Halaman



1



Sampel Pisang Barangan ..............................................................



115



2



Sampel Pisang Ambon .................................................................



115



3



Sampel Pisang Mas ......................................................................



115



4



Sampel Pisang Banten ..................................................................



115



5



Sampel Pisang Tanduk .................................................................



115



6



Sampel Pisang Susu ........................................................................................................ 115



7



Sampel setelah diblender



...........................................................................................



116



8



Rangkaian Alat Dekstruksi ...........................................................



116



9



Sampel + SeO2 + H2SO4 ............................................................



116



10 Sampel + SeO2 ............................................................................



116



11 Hasil Destruksi .............................................................................



116



12 Alat Destilasi ................................................................................



117



13 Hasil destilasi ................................................................................



117



14 Penampung H3BO + indicator mengsel ......................................



117



15 Alat Titrasi ....................................................................................



118



16 Hasil Titrasi ...................................................................................... 118 17 Sampel + ATA 10% .....................................................................



118



18 Hasil Destilat Sebelum Titrasi ......................................................



119



16 Larutan Sampel Setelah Mencapai TAT .......................................



119



xiv



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran



Halaman



1



Surat Hasil Identifikasi Sampel .................................................



39



2



Surat Keterangan Laboratorium .................................................



40



3



Bagan Alir Preparasi Sampel Kulit Pisang Segar .......................



41



4



Bagan Alir Penetapan Kadar Nitrogen Total .............................



42



5



Pemisahan Protein Murni dari Non Protein Nitrogen (NPN) .....



43



6



Penetapan Kadar Protein Murni .................................................



44



7



Data Perhitungan Pembakuan Larutan Standar HCl 0,1 N ........



45



8



Perhitungan Kadar N-total Pada Sampel ....................................



46



9



Data Hasil Penetapan Kadar N-total Pada Sampel .....................



47



10



Perhitungan Kadar N-protein Pada Sampel ................................



48



11



Data Hasil Penetapan Kadar N-protein Pada Sampel .................



50



12



Perhitungan Kadar Protein Total Pada Sampel ..........................



52



13



Data Hasil Penetapan Kadar Protein Total Pada Sampel ...........



53



14



Perhitungan Kadar Protein Murni Pada Sampel ....................... ..



55



15



Data Hasil Penetapan Kadar Protein Murni Pada Sampel ..........



56



16



Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Barangan .....................................................................................



58



Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Ambon ........................................................................................



60



Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Mas ............................................................................................



62



Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Banten .........................................................................................



64



17



18 19



xv



Universitas Sumatera Utara



20



Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Tanduk ........................................................................................



66



Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Susu ...........................................................................................



69



Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Barangan ....................................................................................



71



Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Ambon .......................................................................................



73



Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Mas ............................................................................................



75



Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Banten ........................................................................................



78



Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Tanduk .......................................................................................



80



Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Susu ...........................................................................................



82



28



Perhitungan NPN Terhadap Bahan Sampel ...............................



84



29



Data Hasil Kadar NPN Terhadap Bahan Sampel .......................



86



30



Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Barangan ....................................................................................



87



Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Ambon .......................................................................................



89



Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Mas ............................................................................................



91



Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Banten ........................................................................................



93



Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Tanduk .......................................................................................



95



Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Susu ...........................................................................................



97



21 22 23



24 25 26 27



31



32



33 34 35



xvi



Universitas Sumatera Utara



36



Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Barangan .........................................................................



99



Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Ambon.............................................................................



101



Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Mas ..................................................................................



103



Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Banten ............................................................................



105



Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Tanduk ............................................................................



107



Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Susu .................................................................................



109



42



Perhitungan Kadar NPN Terhadap N-total Sampel ....................



111



43



Data Hasil Kadar NPN Tehadap N- total Sampel ......................



113



44



Daftar Nilai Kritik Distribusi t....................................................



114



45



Sampel yang digunakan ..............................................................



115



46



Proses Dekstruksi .......................................................................



116



47



Proses Destilasi ...........................................................................



117



48



Proses Titrasi ..............................................................................



118



49



Proses Pemisahan Protein dari Non Protein Nitrogen (NPN) ....



118



50



Hasil Analisis Kuantitatif ...........................................................



119



37 38 39 40 41



xvii



Universitas Sumatera Utara



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang merupakan tanaman asli Asia Tenggara. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya berbagai jenis pisang di hutan asli pulau yang ada di seluruh Indonesia. Jenis pisang yang telah familiar adalah seperti pisang ambon, pisang nangka, pisang mas, pisang klutuk, pisang tanduk, pisang hias, pisang kepok dan lainnya. Hampir di setiap tempat kita dapat dengan mudah menemukan tanaman pisang, baik yang dipelihara di pekarangan rumah ataupun tumbuh liar di pinggiran jalan (Sunarjono, 2002). Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan (Huda, dkk., 2017). Menurut Koswara (2009) adanya kandungan nilai gizi yang tinggi dari kulit pisang maka banyak masyarakat dapat mengolahnya menjadi berbagai produk konsumsi lain seperti dodol pisang, selei pisang, sirup pisang, kripik pisang, kerupuk dan penganan berbahan dasar kulit pisang lainnya. Kerupuk sangat digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat karena harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Untuk menambah variasi kerupuk yang beredar di kalangan masyarakat maka peniliti memanfaatkan kulit pisang kepok sebagai bahan pembuatan kerupuk (Pary, dkk., 2016).



1



Universitas Sumatera Utara



Jumlah dari kulit pisang cukup banyak, yaitu kira- kira 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia (Huda, dkk., 2017). Protein merupakan zat gizi yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Protein merupakan bagian dari semua sel-sel hidup. Seperlima dari berat tubuh orang dewasa merupakan protein. Hampir setengah jumlah protein terdapat di otot, seperlima terdapat di tulang atau tulang rawan, sepersepuluh terdapat di kulit, sisanya terdapat di jaringan lain dan cairan tubuh (Yuniastuti, 2008). Fungsi utama protein bagi tubuh diantaranya sebagai sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, pembentukan senyawa tubuh yang esensial, regulasi keseimbangan air, mempertahankan netralisasi tubuh, pembentukan antibodi dan transport zat gizi (Budianto, 2009). Analisis kadar protein secara kuantitatif dapat dilakukan dengan berbagai metode, seperti: cara dumas, cara lowry, spektrofotometri uv, turbidimetri atau kekeruhan, cara pengecatan, titrasi formol dan cara kjeldahl. Metode kjeldahl merupakan metode sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Metode kjeldahl digunakan untuk menentukan jumlah Nitrogen total dimana dengan mengalikan hasil analisis kadar nitrogen tersebut dengan faktor konversi 6,25 diperoleh nilai protein dalam bahan makanan tersebut (Sudarmadji, dkk., 1989). Berdasarkan uraian diatas mengenai pentingnya peranan protein bagi tubuh, maka penulis tertarik untuk menguji kadar protein yang terdapat dalam



2



Universitas Sumatera Utara



beberapa varietas kulit pisang (Musa acuminata) yang segar dengan menggunakan metode kjeldahl yang merupakan metode sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen.



1.2 Perumusan Masalah a. Berapakah kadar protein total pada beberapa varietas kulit pisang segar ? b. Berapakah kadar protein murni pada beberapa varietas kulit pisang segar ? c. Apakah terdapat perbedaan kadar protein total dan protein murni pada beberapa varietas kulit pisang segar ?



1.3 Hipotesis a. Setiap varietas kulit pisang yang segar memiliki kadar protein total dalam jumlah tertentu b. Setiap varietas kulit pisang yang segar memiliki kadar protein murni dalam jumlah tertentu c. Terdapat perbedaan kadar protein total dan protein murni pada beberapa varietas kulit pisang yang segar



3



Universitas Sumatera Utara



1.4 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui kadar protein total pada beberapa varietas kulit pisang segar b. Untuk mengetahui kadar protein murni pada beberapa varietas kulit pisang segar c. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar protein total dan protein murni pada beberapa varietas kulit pisang segar



1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan hasilnya dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai kadar protein total dan protein murni pada kulit pisang (Musa acuminata) yang segar.



4



Universitas Sumatera Utara



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Protein Nama protein berasal dari kata yunani proteos, yang berarti yang utama atau yang terdahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda, Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam tiap organisme. Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat satu sama lain oleh ikatan peptida. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen, beberapa asam amino di samping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, kalium, dan kobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein yang tidak terdapat pada karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16 % dari berat protein (Almatsier, 2009). Mutu protein ditentukan oleh jenis dan proporsi asam amino yang dikandungnya. Protein komplet atau protein bermutu tinggi merupakan protein yang mengandung semua jenis asam amino esensial dalam proporsi sesuai untuk keperluan pertumbuhan. Semua protein hewani, kecuali gelatin, merupakan protein komplit. Protein tidak komplet, atau protein bermutu rendah adalah protein yang tidak mengandung atau mengandung dalam jumlah kurang satu atau lebih asam amino esensial. Sebagian besar protein nabati kecuali kacang kedelai (merupakan sumber asam amino esensial yang cukup lengkap) dan kacangkacangan lain merupakan protein tidak komplit (Almatsier, 2009).



5



Universitas Sumatera Utara



2.1.1 Asam Amino Protein tersusun atas unit-unit individual asam-asam amino. Setiap asam amino memiliki gugus amin (NH2) pada salah satu dari atom karbon pusat dan sisi lainnya merupakan gugus asam (COOH). Di dalam makanan ada 20 jenis asam amino yang berbeda, masing-masing memiliki struktur dasar yang sama, yang membedakan hanyalah gugus R pada salah satu sisinya (Forsythe, 1995). Jika R adalah hidrogen, maka asam amino tersebut adalah glisin, jika R adalah gugus metil (-CH3), maka asam amino tersebut adalah alanin (Wardlaw dan Kessel, 2002). Struktur dasar asam amino dapat dilihat pada Gambar 2.1. H | NH2 -C- COOH | R Gambar 2.1 Struktur Dasar Asam Amino (Forsythe, 1995) Tubuh memerlukan 20 jenis asam amino yang terdiri dari 11 asam amino non-esensial dan 9 asam amino esensial. Asam amino non-esensial adalah asam amino yang dapat disintesis tubuh yang sehat dalam jumlah yang cukup, sedangkan asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh dalam jumlah yang cukup sehingga harus terdapat dalam diet. Asam amino sistin disintesis dari metionin di dalam tubuh, sedangkan tirosin disintesis dari fenilalanin. Metionin dan fenilalanin merupakan asam amino esensial sehingga sistin dan tirosin harus dibentuk melalui asam amino esensial atau langsung diperoleh dalam makanan. Oleh karena itu, sistin dan tirosin disebut sebagai asam amino semi-esensial. Dalam beberapa status kesehatan seperti pada bayi atau orang dewasa dengan luka trauma, asam amino lain juga dapat digolongkan sebagai asam amino esensial (Wardlaw dan Kessel, 2002).



6



Universitas Sumatera Utara



Tabel 2.1 Klasifikasi Asam Amino Asam Amino Esensial Asam Amino Esensial Histidin Arginin Isoleusin Sistin Leusin Glutamin Lisin Glisin Metionin Prolin Fenilalanin Tirosin Treonin Triptofan Valin



Semi Asam Amino Esensial Alanin Asparagin Asam aspartat Asam glutamat Serin



Non-



2.1.2 Ciri-ciri Molekul Protein Menurut Sibagariang (2010), ciri-ciri molekul protein yaitu: 1. Berat molekulnya besar, ribuan sampai jutaan sehingga merupakan suatu makro molekul. 2. Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi, temperatur, medium pelarut organik dan deterjen. 3. Terdapat ikatan kimia lain yang menyebabkan terbentuknya lengkunganlengkungan rantai polipeptida menjadi struktur tiga dimensi protein. 4. Umumnya terdiri dari 20 macam asam amino. 5. Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan terdapatnya gugusan samping yang reaktif dan susunan khas struktur makromolekul 2.1.3 Struktur Protein Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (1994), struktur protein terbagi atas : 1. Struktur Primer Strukur primer menunjukkan jumlah, jenis, dan urutan asam amino dalam molekul protein. Oleh karena ikatan antara asam amino ialah ikatan peptide, maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptide yang urutannya



7



Universitas Sumatera Utara



diketahui. Untuk mengetahui jumlah, jenis, dan urutan asam amino dalam protein dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri 2. pemecahan ikatan antara rantai polipeptida tersebut 3. pemecahan masing-masing rantai polipeptida, dan 4. analisis urutan asam amino pada rantai pilipeptida 2. Struktur Sekunder Struktur sekunder adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen ini dapat pula terjadi antara dua rantai polipeptida atau lebih dan akan membentuk konfigurasi α yaitu bukan bentuk heliks tetapi rantai sejajar yang berkelok- kelok dan disebut struktur lembaran berlipat (plated sheet structute) (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994). 3. Struktur Tersier Struktur tersier menunjukkan kecenderungan polipeptida membentuk lipatan atau gulungan dan dengan demikian membentuk struktur yang lebih kompleks. Struktur ini dimantapkan oleh adanya beberapa ikatan antara gugus R pada molekul asam amino yang membentuk protein (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994). Beberapa jenis ikatan tersebut misalnya (a) ikatan elektrostatik, (b) ikatan hydrogen, (c) interaksi hidrofob antara rantai samping nonpolar, (d) interaksi dipole-dipol dan (e) ikatan disulfide yaitu suatu ikatan kovalen (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994).



8



Universitas Sumatera Utara



4. Struktur Kuartener Struktur kuartener menunjukkan derajat persekutuan unit-unit protein. Sebagian besar protein globular terdiri atas beberapa rantai polipeptida yang terpisah. Rantai polipeptida ini saling berinteraksi membentuk persekutuan. Sebagai contoh enzim fosforilase terdiri atas dua unit protein yang apabila terpisah tidak memperlihatkan aktivitas enzim, tetapi bila bersekutu membentuk enzim yang aktif karena kedua unit protein ini sama, maka disebut struktur kuartener homogen (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994). 2.1.4 Sifat Protein 1. Denaturasi Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dari zat kimia, maka mudah mengalami perubahan bentuk. Perubahan atau modifikasi pada struktur molekul protein disebut dengan denaturasi. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia seperti urea, alkohol, dan sabun. Temperatur merupakan titik tengah dari proses denaturasi yang disebut dengan melting temperature (Tm) yang pada umumnya protein mempunyai nilai Tm kurang dari 100ºC, apabila diatas suhu Tm, maka protein akan mengalami denaturasi. Protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap (Yazid dan Nursanti, 2006). 2. Ion zwiter dan pH isoelektrik Larutan asam amino dalam air mempunyai muatan positif maupun negatif sehingga asam amino disebut ion zwiter. Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut pH isoelektrik (berkisar 4-4,5). Pada pH



9



Universitas Sumatera Utara



isoelektrik molekul protein mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol. Pada titik isoelektrik, protein akan mengalami pengendapan (koagulasi) paling cepat (Yazid dan Nursanti, 2006). 3. Sifat amfoter Sifat ini timbul karena adanya gugus amino (-NH2) yang bersifat basa dan gugus karboksil (-COOH) yang bersifat asam yang terdapat pada molekul protein pada ujung-ujung rantainya, maka dengan larutan asam atau pH rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion H+, sehingga protein bermuatan positif, sebaliknya dalam larutan basa gugus karboksilat bereaksi dengan ion OH-, sehingga protein bersifat negatif. Adanya muatan pada molekul protein menyebabkan protein bergerak dibawah pengaruh medan listrik (Yazid dan Nursanti, 2006). 4. Pembentukan ikatan peptida Pembentukan ikatan peptida terbentuk karena sifat amfoternya, maka dua molekul asam amino atau lebih dapat bersenyawa satu sama lain dengan melepaskan satu molekul air membentuk ikatan antara gugus karboksil (-COOH) asam amino yang satu dengan gugus amino (-NH2) yang lain disebut dengan ikatan peptida. Senyawa yang dibentuk oleh 2 molekul asam amino dinamakan dipeptida, 3 molekul dinamakan tripeptida dan seterusnya sampai yang dibentuk oleh banyak molekul disebut polipeptida (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994). 2.1.5 Penggolongan Protein Berdasarkan



keanekaragaman



penyusun



struktur



protein,



maka



penggolongan protein dilakukan dengan berbagai kriteria sebagai berikut:



10



Universitas Sumatera Utara



A. Menurut Budianto (2009), bentuk morfologisnya protein digolongkan atas dua golongan yaitu: 1. Protein serabut (fibrous protein) yaitu protein yang berbentuk serabut atau lempengan, terutama disusun oleh polipeptida primer dan sekunder. Contoh protein serabut adalah kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot, keratin pada rambut, dan fibrin pada gumpalan darah. 2. Protein bulat (globular protein) yaitu protein yang berbentuk bulat atau lonjong, perbandingan panjang dengan tebal kurang dari 10, tersusun oleh polipeptida struktur tersier dan kuartener. Contoh protein globular adalah albumin terdapat dalam telur, susu, plasma dan hemoglobin; globulin terdapat pada otot, serum, kuning telur; histon terdapat dalam jaringanjaringan kelenjar timus, pankreas, dan protamin. B. Menurut Winarno (1995), dalam kelarutannya di air atau pelarut lain, protein digolongkan atas beberapa golongan yaitu: 1. Albumin: larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah ovalbamin (dalam telur), seralbumin (dalam serum), laktalbumin (dalam susu). 2. Skleroprotein: tidak larut dalam pelarut encer, baik larutan garam, asam, basa, dan alkohol. Contohnya kolagen (pada tulang rawan), miosin (pada otot), keratin (pada rambut). 3. Globulin: tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas. Larut dalam larutan garam encer, dan dapat mengendap dalam larutan garam konsentrasi tinggi (salting out). Contohnya adalah miosinogen (dalam otot), ovoglobulin (dalam kuning telur), legumin (dalam kacang-kacangan).



11



Universitas Sumatera Utara



4. Glutelin: tidak larut dalam pelarut netral, tetapi larut dalam asam atau basa encer. Contonya adalah glutelin (dalam gandum), orizenin (dalam beras). 5. Prolamin (gliadin): larut dalam alkohol 70-80 % dan tidak larut dalam air maupun alkohol absolut. Contohnya adalah prolamin (dalam gandum), gliadin (dalam jagung), zein (dalam jagung). 6. Protamin: larut dalam air dan tidak terkoagulasi dalam panas. 7. Histon: larut dalam air dan tidak larut dalam amonia encer, dapat mengendap dalam pelarut protein lainnya, dan apabila terkoagulasi oleh panas dapat larut kembali dalam asam encer. Contohnya adalah globin (dalam hemoglobin). C. Menurut Budianto (2009), hasil hidrolisanya protein dibagi atas dua golongan, yaitu: 1. Protein tunggal (protein sederhana): hasil hidrolisa dari asam-asam amino. Contohnya: albumin, globulin, keratin dan hemoglobin. 2. Protein jamak (protein konyugasi atau protein kompleks): adalah protein yang mengandung senyawa lain yang non protein, hasil hidrolisanya asam amino dan bukan asam amino. Contohnya glikoprotein terdapat pada hati, lipoprotein terdapat pada susu, dan kasein terdapat pada kuning telur. D. Menurut Almatsier (2009), fungsi protein yaitu: 1. Penyusun Enzim, protein merupakan bagian terbesar pada enzim. 2. Protein Pengangkut, mampu mengikat, membawa, dan melepaskan molekul protein tertentu, misalnya hemoglobin mengangkut O2 dalam darah, lipoprotein mengangkut lipida dalam darah dan mioglobin mengangkut O2 dalam otot.



12



Universitas Sumatera Utara



3. Protein pembangun, sebagai protein pembangun dan pengganti protein yang rusak pada organel atau jaringan. Contohnya glikoprotein, keratin, kolagen dan elastin. 4. Protein otot, protein yang mengontrol gerak oleh otot, misalnya miosin dalam otot, dinein dalam rambut. 5. Protein pertahanan tubuh, protein ini dikenal dengan imunoglobulin (Ig), dimana merupakan suatu protein khusus yang dapat mengenal, mengikat, dan menghancurkan benda-benda asing yang masuk dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel asing, misalnya berbagai antibodi, fibrinogen (dalam proses pembentukan darah). 6. Protein hormon, sebagai pembentuk hormon, contohnya insulin. 7. Protein racun, protein yang bersifat racun, misalnya risin dalam beberapa jenis beras, racun ular. 8. Protein makanan, protein yang dijadikan sebagai cadangan energi, misalnya albumin, orizenin, dan sebagainya. 2.1.6 Manfaat Protein Menurut Widodo (2010), manfaat protein adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Pertumbuhan bearti penambahan sel/jaringan, dan pemeliharaan adalah mengatur sel-sel yang rusak. Jaringanjaringan tertentu membutuhkan lebih banyak jenis asam amino tertentu. 2. Pembentukan senyawa-senyawa penting tubuh, seperti hormon, enzim, dan hemoglobin. 3. Pembentuk antibodi tubuh, yaitu zat yang digunakan untuk memerangi organisme atau bahan asing lain yang masuk dalam tubuh, termasuk



13



Universitas Sumatera Utara



kemampuan untuk menetralkan bahan-bahan beracun dan obat-obatan. Kemampuan ini sangat menentukan daya tahan tubuh seseorang. 4. Berperan dalam pengangkutan zat-zat gizi, yakni pengangkutan dari saluran cerna ke dalam darah dan dari darah ke jaringan-jaringan serta ke sel-sel. 5. Pengatur keseimbangan air dalam sel, air diantara sel, dan air di dalam pembuluh darah. 6. Sumber energi, selain karbohidrat dan lemak, protein juga merupakan sumber energi tubuh. Jika tubuh kekurangan energi, fungsi protein sebagai pembangun berkurang untuk menyediakan energi. 2.1.7 Akibat Kekurangan dan Kelebihan Protein 2.1.7.1 Akibat kekurangan protein Menurut Sibagariang (2010), kekurangan protein dapat menyebabkan penyakit seperti: 1. Kwashiorkor a) Rambut halus, jarang, dan pirang kemerahan kusam. b) Kulit tampak kering (xerosis) dan memberi kesan kasar dengan garis-garis permukaan yang jelas. c) Didaerah tungkai dan sikut serta bokong terdapat kulit yang menunjukkan hiperpigmentasi dan kulit dapat mengelupas dalam lembar yang besar, meninggalkan dasar yang licin berwarna putih mengkilat. d) Perut anak membuncit karena pembesaran hati. 2. Marasmus Marasmus berasal dari kata yunani yang bearti wasting (merusak). Marasmus umumnya merupakan penyakit pada bayi (12 bulan pertama), karena



14



Universitas Sumatera Utara



terlambat diberi makanan tambahan. Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat banyak diantara kelompok sosial ekonomi rendah di sebagian besar negara sedang berkembang dan lebih banyak dari kwashiorkor (Yuniastuti, 2008). Menurut Widodo (2010), gejala penyakit Marasmus adalah sebagai berikut: a) Pertumbuhan yang terhambat. b) Lemak dibawah kulit berkurang. c) Otot-otot berkurang dan melemah. d) Muka seperti orang tua (0ldman’s face). 2.1.7.2 Akibat kelebihan protein Jika terlalu berlebihan mengkomsumsi protein juga akan sangat membebani kerja ginjal. Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan berkurang beralasan. Kelebihan protein pada bayi dapat memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen dan juga dapat menyebabkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amonia darah, kenaikan ureum darah, dan demam (Sibagariang, 2010). 2.2 Non Protein Nitrogen (NPN) NPN merupakan senyawa-senyawa bukan protein yang mengandung nitrogen seperti asam amino bebas, asam nukleat, amonia, urea, trimetilamina, (TMA), dimetilamina (DMA), nitrat dan lain-lain. Asam amino bebas yang terdapat dalam jaringan hidup merupakan hasil residu dari sintesis protein yang tidak rampung atau kemungkinan dari hasil degradasi dari protein, sedangkan dari asam amino bebas ini dapat terbentuk senyawa-senyawa NPN lainnya yang



15



Universitas Sumatera Utara



merupakan hasil deaminasi atau dekarboksilasi dari asam amino bebas, yang dikatalis oleh enzim-enzim tertentu (Almatsier, 2009). Pada bahan makanan yang telah mengalami perubahan-perubahan baik karena pengaruh kondisi dari luar ataupun karena proses pengolahannya kemungkinan sekali NPN-nya semakin bertambah, tergantung pada cara pengolahan yang diterapkan. Hasil peruraian protein pada proses pengolahan dapat terjadi sampai asam amino bebas yang tidak mempunyai nilai gizi lagi. Sehingga penentuan kadar NPN dalam bahan makanan yang telah diproses penting sekali untuk mengetahui nilai gizi yang sebenarnya tersedia dalam bahan makanan tersebut (Almatsier, 2009). Pemisahan protein murni dari NPN dilakukan dengan mengendapkan protein yang terdapat dalam sampel dengan menggunakan larutan asam trikloroasetat (ATA) 10%. Timbang 1 gram sampel yang telah di haluskan, kemudian ditambahkan kedalamnya larutan asam trikloroasetat (ATA) 10% b/v sebanyak 10 mL. Biarkan selama 30 menit, kemudian disaring. Endapan mengandung protein murni dan filtratnya mengandung senyawa NPN. Protein murni dapat diketahui sudah mengendap semuanya apabila tidak terjadi lagi endapan dengan penambahan larutan asam trikloroasetat (ATA) 10% kedalam filtrat (Sinaga, dkk., 2016). 2.3 Pisang (Musa acuminata) 2.3.1 Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa sp.) merupakan tanaman asal Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sudah lama buah pisang



16



Universitas Sumatera Utara



menjadi komoditas buah tropis yang sangat popular di dunia. Hal ini dikarenakan rasanya lezat, gizinya tinggi dan harganya relatif murah (Sunarjono, 2002). Menurut Tjitrosoepomo (2007), tanaman pisang dalam sistematikanya diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom



: Plantae



Divisi



: Spermatophyta



Sub Divisi



: Angiospermae



Class



: Monocotyledonae



Ordo



: Zingiberales



Family



: Musaceae



Genus



: Musa



Species



: Musa acuminate



2.3.2



Morfologi Tanaman Pisang Menurut Sunarjono (2002), tanaman pisang mempunyai ciri spesifik yang



mudah dibedakan dari jenis tanaman lainnya. Tanamannya terdiri dari sebagai berikut: 1. Batang Semu Morfologi tanaman dapat tampak jelas melalui batangnya yang berlapislapis. Lapisan pada batang ini sebenarnya merupakan dasar dari pelepah daun yang dapat menyimpan banyak air (sukulenta) sehingga lebih tepat disebut batang semu (pseudostem). 2. Daun Lembaran daun pisang lebar dengan urat daun utama menonjol berukuran besar sebagai pengembangan dari morfologis lapisan batang semu.



17



Universitas Sumatera Utara



3. Batang Batang pisang sesungguhnya terdapat di dalam tanah, yaitu yang sering disebut bonggol. 4. Bunga dan buah Bunga pisang berupa tongkol yang disebut jantung.Bunga pisang terdiri dari beberapa lapisan yang disebut seludang. Seludang umumnya berwarna merah tua. Di antara lapisan seludang bunga tersebut terdapat bakal buah yang disebut sisiran tandan. Setiap sisiran tandan terdiri dari beberapa buah yang enak dimakan bila sudah matang atau direbus. 2.3.3 Varietas Pisang Pisang termasuk buah yang enak dimakan. Kelompok pisang yang enak dimakan saat ini berasal dari silangan alam antara pisang liar diploid Musa acuminata (AA) dan Musa balbisiana (BB). Dalam percaturan pasar dunia, kelompok pisang terkenal ialah yang mempunyai susunan gen tripel (AAB dan AAA), bersifat triploid dan tidak berbiji (partenokarpi) (Sunarjono, 2002). Di antara kelompok pisang tersebut, jenis yang banyak ditanam di Indonesia antara lain pisang ambon, pisang raja bulu, pisang sere, pisang mas dan pisang susu sebagai kelompok buah meja (dimakan saat matang segar) serta pisang tanduk, pisang nangka dan pisang kapok sebagai kelompok buah olahan (dimakan setelah direbus atau digoreng) (Sunarjono, 2002). Menurut Sunarjono (2002), pisang dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu : a. Pisang yang dapat dimakan langsung setelah matang, misalnya pisang kepok, pisang susu, pisang hijau, pisang mas, pisang raja dan pisang barangan.



18



Universitas Sumatera Utara



b. Pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya pisang tanduk, pisang uli, pisang kapas dan pisang bangkahulu. c. Pisang yang dapat dimakan langsung setelah matang maupun diolah terlebih dahulu, misalnya pisang kepok dan pisang raja. d. Pisang yang dapat dikonsumsi sewaktu masih mentah, misalnya pisang klutuk atau pisang batu untuk campuran membuat rujak. 2.4 Metode Analisa Protein 2.4.1 Analisa kualitatif 1. Reaksi Xanthoprotein Larutan asam nitrat pekat ditambahkan hati-hati kedalam larutan protein. setelah dicampur terjadi endapan putih yang berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi ini terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin, dan triptofan (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994). 2. Reaksi Biuret Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi positif yang ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994). 2.4.2 Analisa kuantitatif 1. Metode Lowry Konsentrasi protein diukur berdasarkan optikal densiti pada panjang gelombang 600 nm. Untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan, lebih



19



Universitas Sumatera Utara



dahulu dibuat kurva standar yang melukiskan hubungan antara konsentrasi dengan OD (absorbansi). Larutan lowry ada dua macam yaitu larutan A yang terdiri dari dari fosfotungstat-fosfomolibdat (1:1) dan larutan B yang terdiri dari Na2CO;3 2% dalam NaOH 0,1 N, CuSO4 dan Na-K-tartrat 2%. Cara penentuannya adalah: 1 mL larutan protein ditambahkan 5 mL Lowry B, dikocok dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian ditambah 0,5 mL lowry A dikocok dan dibiarkan 20 menit, selanjutnya diamati OD-nya pada panjang gelombang 600 nm (Sudarmadji, dkk., 1989). 2. Metode Spektrofotometer UV Kebanyakan protein mengabsorbsi sinar ultraviolet maksimum pada 280 nm. Hal ini terutama oleh adanya asam amino tirosin, triptophan, dan fenilalanin yang ada pada protein tersebut. Pengukuran protein berdasarkan absorbsi sinar UV adalah cepat, mudah, dan tidak merusak bahan (Sudarmadji, dkk., 1989). 3. Metode Turbidimetri atau Kekeruhan Kekeruhan akan terbentuk dalam larutan yang mengandung protein apabila ditambahkan bahan pengendap protein misalnya Tri Chloro Acetic (TCA), Kalium Ferri Cianida [K4Fe(CN)6] atau asam sulfosalisilat. Tingkat kekeruhan diukur dengan alat Turbidimeter. Cara ini hanya dipakai untuk bahan protein yang berupa larutan atau hasilnya, tetapi biasanya hasilnya kurang tepat (Sudarmadji, dkk., 1989). 4. Metode Pengecatan Beberapa bahan pewarna misalnya orange G, orange 12 dan amido black dapat membentuk senyawaan berwarna dengan protein dan menjadi tidak larut. Dengan mengukur sisa bahan pewarna yang tidak bereaksi dalam larutan (dengan



20



Universitas Sumatera Utara



kolorimeter), maka jumlah protein dapat ditentukan dengan cepat (Sudarmadji, dkk., 1989). 5. Titrasi Formol Larutan protein dinetralkan dengan basa (NaOH), kemudian ditambahkan formalin akan membentuk dimenthiol. Dengan terbentuknya dimenthiol ini bearti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam (gugus karboksil) dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah fenolftalein, akhir titrasi bila tepat terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang dalam 30 menit. Titrasi formol ini hanya tepat untuk menentukan suatu proses terjadinya pemecahan protein dan kurang tepat untuk penentuan protein (Sudarmadji, dkk., 1989). 6. Metode Kjeldahl Metode Kjeldahl merupakan metode sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung nitrogen. Metode Kjeldahl cocok untuk menetapkan kadar protein yang tidak larut atau protein yang mengalami koagulasi akibat proses pemanasan maupun proses pengolahan lain yang biasa dilakukan pada makanan. Metode ini digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak langsung karena senyawa yang dianalisisnya adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan faktor konversi 6,25 diperoleh nilai protein dalam bahan makanan tersebut (Sudarmadji, dkk., 1989). Penentuan kadar protein dengan metode ini memiliki kelemahan karena adanya senyawa lain yang bukan protein yang mengandung N akan tertentukan



21



Universitas Sumatera Utara



sehingga kadar protein yang diperoleh langsung dengan metode Kjeldahl ini disebut dengan kadar protein kasar (crude protein) (Sudarmadji, dkk., 1989). Metode Kjeldahl dilakukan dengan beberapa tahapan kerja yaitu: 1. Tahap Dekstruksi Pada tahap ini sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat sehingga terjadi dekstruksi menjadi unsur-unsurnya, dimana seluruh N organik dirubah menjadi N anorganik yaitu elemen karbon (C) teroksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan hidrogen (H) teroksidasi menjadi air (H2O), sedangkan elemen nitrogennya akan berubah menjadi ammonium sulfat (NH4)2SO4. Asam sulfat yang dipergunakan untuk dekstruksi harus dalam jumlah yang cukup dan diperhitungkan untuk dapat menguraikan bahan protein, lemak, dan karbohidrat didalam sampel (Bintang, 2010). Untuk mempercepat dekstruksi maka ditambahkan katalisator. Gunning menganjurkan menggunakan kalium sulfat (K2SO4) dan tembaga (II) sulfat (CuSO4). Dengan penambahan katalisator ini, maka titik didih asam sulfat akan ditinggikan sehingga proses dekstruksi akan berjalan dengan cepat. Tiap 1 gram kalium sulfat akan mampu meningkatkan titik didih asam sulfat 3ºC. Suhu dekstruksi berkisar antara 370ºC- 410ºC. Proses dekstruksi diakhiri jika larutan telah menjadi warna hijau jernih (Yazid dan Nursanti, 2006). Reaksi yang terjadi pada proses dekstruksi adalah: Protein + H2SO4 Katalisator



(NH4)2SO4 + CO2 + SO2 + H2O



2. Tahap Destilasi Pada tahap ini amonium sulfat (NH4)2SO4 yang terbentuk pada tahap dekstruksi dipecah menjadi amonia (NH3) dengan penambahan NaOH sampai



22



Universitas Sumatera Utara



alkalis dan dipanaskan. Amonia yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan baku asam. Larutan baku asam yang dipakai adalah asam sulfat (H2SO4). Agar supaya kontak antara asam dan amonia berjalan sempurna, maka ujung selang pengalir destilat harus tercelup kedalam larutan asam. Destilasi diakhiri bila semua amonia terdestilasi sempurna yang ditandai dengan destilat tidak bereaksi basa (Bintang, 2010). Reaksi yang terjadi pada tahap destilasi yaitu: (NH4)2SO4 + 2 NaOH



Na2SO4 + 2 H2O + 2 NH3



3. Tahap Titrasi Penampung destilat yang digunakan adalah asam sulfat berlebih, maka sisa asam sulfat yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasi dengan NaOH 0,02 N menggunakan indikator mengsel. Titik akhir titrasi dapat ditandai dengan perubahan warna dari warna ungu menjadi hijau (Sudarmadji, dkk., 1984). Reaksi yang terjadi pada tahap titrasi yaitu: NH3 + H2SO4



(NH4)2SO4



Kelebihan H2SO4 + 2 NaOH



Na2SO4 + 2 H2O



Kadar protein dihitung dengan persamaan berikut ini: Kadar Protein (%) = (Vb- Vt)/Berat sampel (mg)× N NaOH ×14,007 ×FK × 100% Fk = Faktor konversi atau perkalian = 6,25 Besarnya faktor konversi nitrogen tergantung pada persentase nitrogen yang menyusun protein dalam bahan pangan yang dianalisa tersebut (Budianto, 2009).



23



Universitas Sumatera Utara



BAB III METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan secara akurat objek yang diteliti. Penelitian ini meliputi pengumpulan sampel, identifikasi sampel, pengolahan sampel serta penetapan kadar protein total dan protein murni pada sampel dengan metode Kjeldahl. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Makanan Minuman Hasil Pertanian (MMHP) Balai Riset dan Standardisasi (BARISTAND) Industri Medan yang berada di Jl. Sisingamangaraja No. 24 Medan, pada bulan Maret 2018. 3.2 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Mettler), labu Kjeldahl (FOSS), alat destruksi (scrubber dan pemanas), alat destilasi (UDK 130 A), pendingin liebig (pyrex), erlenmeyer (pyrex), labu ukur (pyrex), gelas ukur (pyrex), corong , beaker glass (pyrex), kertas saring whatman no 42, buret 50 mL (pyrex), spatula, statif dan klem , blender dan alat-alat gelas (pyrex) laboratorium lainnya. 3.3 Bahan-bahan 3.3.1 Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa varietas pisang yaitu barangan, ambon, mas, banten, tanduk dan susu yang segar.



24



Universitas Sumatera Utara



3.3.2 Pereaksi Bahan pereaksi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan keluaran Emsure® diantaranya akuades, Asam klorida (HCl) 0,1 N; Asam sulfat (H2SO4) 96% v/v; Selenium dioksida (SeO2); Natrium hidroksida (NaOH) 40 % b/v; Asam Borat (H3BO3) 4% b/v; Indikator mengsel; Asam trikloroasetat 10% b/v. 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pengambilan sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposive, yaitu mengambil bagian kulit dari beberapa varietas pisang seperti pisang barangan, pisang ambon, pisang mas, pisang banten, pisang tanduk dan pisang susu di beberapa pasar di kota Medan. 3.4.2 Penyiapan Sampel Buah pisang yang segar dicuci lalu dikeringkan. Kemudian diambil kulit pisang dan digiling sampai halus dengan menggunakan blender. Ditimbang teliti sampel sebanyak satu gram dengan timbangan analitik untuk kemudian diuji kadar protein total dan non protein nitrogen dengan metode Kjeldahl. 3.4.3 Pembuatan Pereaksi 3.4.3.1 Pembuatan Pereaksi HCl 0,1N Pembuatan larutan HCl 0,1 N yaitu dengan mengencerkan 8,3 mL HCl P 36% v/v dengan air hingga 1000 mL (Ditjen POM Depkes RI, 1979). 3.4.3.2 Larutan H3BO3 4% b/v Larutan H3BO3 4% b/v dibuat dengan melarutkan 40 gram asam borat dengan air suling dalam labu ukur 1000 mL (Ditjen POM Depkes RI, 1979).



25



Universitas Sumatera Utara



3.4.3.3 Pembuatan Pereaksi NaOH 40% b/v Larutan NaOH 40% b/v dibuat dengan melarutkan 40 gram pellet NaOH dalam 100 mL akuades bebas CO2 (Ditjen POM Depkes RI, 1979). 3.4.3.4 Katalisator Selenium Katalisator selenium 2,5 gram serbuk SeO2, 20 gram CuSO4.5H2O dan 100 gram K2SO4 (SNI, 1992). 3.4.3.5 Indikator Mengsel b/v Indikator mengsel dibuat dengan melarutkan merah metil 425 mg dan 500 mg metil biru dan dilarutkan dengan 100 mL alkohol 96% (SNI, 1992). 3.4.3.6 Larutan Asam Trikloroasetat (ATA) 10% b/v Pembuatan larutan asam trikloroasetat (ATA) 10% dibuat dengan cara melarutkan 100 gram asam trikloroasetat (ATA) dalam akuades secukupnya hingga 1000 mL (Ditjen POM Depkes RI, 1979). 3.4.4 Standarisasi Larutan HCl 0,1 N Ditimbang 0,05 gram natrium tetraborat (Na2B4O7.10H2O) BM= 381,37, lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL dan ditambah akuades 10 mL. Setelah larut ditambah 2 tetes indikator metil merah dan dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N yang akan distandarisasi sampai warna kuning pucat. Semprot dinding erlenmeyer dengan akuades. Teruskan titrasi dengan tetesan lambat, hentikan titrasi bila timbul warna merah jambu (Manan, 2009). Dihitung normalitas larutan dengan menggunakan rumus:



Normalitas larutan HCl =



berat Natrium tetraborat (mg) BE Natrium tetraborat x volume HCl (mL)



26



Universitas Sumatera Utara



Data volume HCL yang terpakai dan pembakuan HCL 0,1 N dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 45. 3.5 Penetapan Kadar Protein Total Menurut SNI (1992), penetapan kadar nitrogen total dilakukan dengan cara menimbang satu gram sampel yang telah dihaluskan dengan blender, dimasukkan kedalam labu Kjeldahl 100 ml, ditambahkan 1 gram SeO2 dan 25 ml H2SO4 (p), didekstruksi dengan pemanasan hingga menjadi larutan jernih yaitu selama kurang lebih 30 menit pada suhu 375°C dan kemudian didinginkan. Setelah dingin ditambahkan dengan akuades, dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, kemudian ditepatkan sampai garis tanda. Dipipet 25 ml larutan ditambahkan 50 ml NaOH 40% letakkan ke dalam alat destilasi. Destilat ditampung dalam erlenmeyer berisi 25 mL H3BO3 4% dan 3 tetes indikator mengsel. Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari hijau zamrud menjadi ungu, kemudian ditetapkan kadar nitrogen total. Menurut Sudarmadji, dkk. (1989), kadar N-total dihitung sesuai dengan rumus yang tercantum yaitu:



% N (N-Total) =



mL HCl sampel-blanko x N HCl x 14,008 x Fp x 100% berat sampel (g) x 1000



Keterangan: N HCl = Normalitas HCl hasil pembakuan 14,008 = Massa atom nitrogen Fp



= Faktor pengenceran Perhitungan kadar N-total dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 46 dan



data hasil penetapan kadar N-total pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 47.



27



Universitas Sumatera Utara



Kadar protein total dihitung sesuai dengan rumus: Kadar Protein Total % = % N-Total x FK Keterangan: FK



= Faktor Konversi pada kulit pisang = 6,25 Perhitungan kadar protein total dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman



52 dan data hasil penetapan kadar protein total pada sampel dapat dilihat pada Lampiran 13, halaman 53. 3.6 Pemisahan Protein Murni dari Non Protein Nitrogen (NPN) Pemisahan protein murni dari NPN dilakukan dengan mengendapkan protein yang terdapat dalam sampel dengan menggunakan larutan asam trikloroasetat (ATA) 10%. Timbang 1 gram sampel yang telah di haluskan, kemudian ditambahkan kedalamnya larutan asam trikloroasetat (ATA) 10% b/v sebanyak 10 mL. Biarkan selama 30 menit, kemudian disaring. Endapan mengandung protein murni dan filtratnya mengandung senyawa NPN. Protein murni dapat diketahui sudah mengendap semuanya apabila tidak terjadi lagi endapan dengan penambahan larutan asam trikloroasetat (ATA) 10% kedalam filtrat (Sinaga, dkk., 2016). 3.7 Penetapan Kadar Protein Murni Penetapan kadar protein murni dilakukan sesuai prosedur yaitu dapat ditentukan kadarnya setelah proses pemisahan dari NPN. Endapan protein murni yang diperoleh ditentukan kadarnya berdasarkan jumlah nitrogen protein yang dimilikinya, seperti yang dilakukan pada penetapan kadar protein total. Kadar N-protein dihitung sesuai dengan rumus yang tercantum pada Sudarmadji, dkk. (1989) yaitu:



28



Universitas Sumatera Utara



% N (N-protein) =



mL HCl sampel x N HCl x 14,007 x Fp x 100% berat sampel (g) x 1000



Keterangan: N. HCl = Normalitas HCl hasil pembakuan 14,007 = Massa atom nitrogen Fp = Faktor pengenceran Perhitungan kadar N-Protein dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 48 dan data hasil penetapan kadar N-Protein pada sampel yang dilihat pada Lampiran 11, halaman 50. Kadar protein murni dihitung sesuai dengan rumus: Kadar Protein Murni % = % N protein x FK Keterangan: FK



= Faktor Konversi pada kulit pisang = 6,25 Perhitungan kadar protein murni dapat dilihat pada Lampiran 14, halaman



55 dan data hasil penetapan kadar protein murni pada sampel yang dilihat pada Lampiran 15, halaman 56. 3.8 Penentuan Kadar Non Protein Nitrogen (NPN) Penentuan kadar NPN dilakukan sesuai prosedur yang tercantum pada SNI (1992). Sampel yang dianalisa secara tidak langsung dengan cara mengurangi kadar nitrogen total terhadap nitrogen protein . Kadar NPN yang terdapat dalam bahan yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar NPN (%) = Kadar N-Total (%) – Kadar N-Protein (%) Perhitungan kadar NPN terhadap bahan sampel dapat dilihat pada Lampiran 28, halaman 84 dan data hasil kadar NPN terhadap bahan sampel dapat dilihat pada Lampiran 29, halaman 86.



29



Universitas Sumatera Utara



Kadar NPN terhadap N-total dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kadar NPN % =



Kadar Protein Total − Kadar Protein Murni x Kadar Protein Total



%



Perhitungan kadar NPN terhadap N-total dapat dilihat pada Lampiran 42, halaman 111 dan data hasil kadar NPN terhadap bahan sampel dapat dilihat pada Lampiran 43, halaman 113. 3.9 Analisis Data Secara Statistik Kadar nitrogen dan kadar protein yang diperoleh dari hasil penetapan kadar masing-masing sampel dianalisis dengan metode standar deviasi menggunakan uji T. Menurut Harmita (2004), untuk menghitung Standar Deviasi (SD) digunakan rumus: ∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √



𝑛−



Dasar penolakan data adalah apabila thitung ≥ ttabel pada taraf kepercayaan 99% dengan nilai α = 0,01, dimana thitung dihitung dengan rumus: 𝑋−𝑋̅



thitung=|𝑆𝐷/ 𝑛| √



dimana: SD X 𝑋̅ n



= Standar Deviasi = Kadar protein = Kadar rata-rata protein = Jumlah perlakuan



30



Universitas Sumatera Utara



Menurut Harvey (1956), kadar protein sebenarnya dapat dihitung dengan rumus: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



dimana: μ 𝑋̅ SD n



= Kadar protein sebenarnya = Kadar rata-rata protein = Standar Deviasi = Jumlah perlakuan



31



Universitas Sumatera Utara



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Identifikasi Sampel Hasil identifikasi sampel menunjukkan bahwa sampel yang di uji adalah beberapa varietas pisang (Musa acuminata) famili Musaceae, dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 39. 4.2 Kadar Protein dan NPN Dalam Sampel Penetapan kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl. Hasil penentuan kadar N-Total (protein total), N-Protein (protein murni) dan NPN berturut-turut tertera pada lampiran 9; halaman 47 (lampiran 13; halaman 53), lampiran 11; halaman 50 (lampiran 15; halaman 56) dan lampiran 28; halaman 84, lampiran 42; halaman 111. Hasil rata-rata kadar enam kali pengulangan yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Kadar protein total, kadar protein murni dan kadar NPN pada sampel



No



1 2 3 4 5 6



Jenis sampel



Kulit Pisang Barangan Kulit Pisang Ambon Kulit Pisang Mas Kulit Pisang Banten Kulit Pisang Tanduk Kulit Pisang Susu



Kadar NPN Kadar Kadar Protein terhadap Protein Total Murni N-Total (g/100g) (g/100g) sampel (%) 1,343 ± 0,972 ± 0,016 27,6706 0,013 1,065 ± 0,966 ± 0,021 9,2300 0,016 1,805 ± 1,595 ± 0,012 11,6340 0,020 2,085 ± 1,628 ± 0,012 21,7765 0,012 1,483 ± 1,006 ± 0,016 32,1310 0,020 0,968 ± 0,746 ± 0,016 22,8854 0,020



32



Kadar NPN terhadap bahan sampel (g/100g) 0,0595 0,0158 0,0332 0,0725 0,0766 0,0355



Universitas Sumatera Utara



Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.1 secara keseluruhan terjadi perbedaan kadar baik kadar protein total, kadar protein murni, serta kadar NPN pada setiap varietas kulit pisang segar.



2.500



2.000



1.500 Kadar Protein Total Kadar Protein Murni



1.000



NPN 0.500



0.000 Kulit Kulit pisang pisang Barangan Ambon



Kulit pisang Mas



Kulit pisang Banten



Kulit pisang Tanduk



Kulit pisang Susu



Gambar 4.1 Grafik batang perbandingan kadar protein total , kadar protein murni, dan kadar NPN pada sampel Kadar protein total yang diperoleh pada sampel segar kulit pisang barangan 1,343 g/100g, kulit pisang ambon 1,065 g/100g, kulit pisang mas 1,805 g/100g, kulit pisang banten 2,085 g/100g, kulit pisang tanduk 1,483 g/100g dan kulit pisang susu 0,968 g/100g. Kadar protein murni yang diperoleh pada sampel segar kulit pisang barangan 0,972 g/100g, kulit pisang ambon 0,966 g/100g, kulit pisang mas 1,595 g/100g, kulit pisang banten 1,628 g/100g, kulit pisang tanduk 1,006 g/100g dan kulit pisang susu 0,746 g/100g. Hal ini dipengaruhi oleh komposisi dari setiap varietas tanaman dan lingkungannya karena tiap varietas



33



Universitas Sumatera Utara



memiliki gen yang berbeda, gen memunculkan sifat-sifat yang khas yang dimiliki oleh tiap varietas. Kadar protein total didapat dengan mengalikan N-Total pada sampel dengan faktor konversi kulit pisang yaitu 6,25. Kadar protein murni didapat dengan mengalikan N-Protein dengan faktor



konversi 6,25. Makanan pada



umumnya memiliki angka faktor konversi 6,25 berasal dari konversi angka serum albumin yang biasanya mengandung 16% nitrogen.



N-Protein adalah



nitrogen yang berasal dari protein murni, didapat dengan memisahkan N-Total dalam sampel dengan larutan asam trikloro asetat 10% (Hawab, 2004). Hal inilah yang menyebabkan kadar protein total pada sampel lebih tinggi daripada kadar protein murninya. Pada kadar protein total, nitrogen yang dikonversikan dengan angka 6,25 tidak murni berasal dari nitrogen protein karena belum dilakukan proses pemisahan dengan asam trikloro asetat 10%. Kadar NPN terhadap bahan sampel yang diperoleh pada kulit pisang barangan 0,0595 g/100g, kulit pisang ambon 0,0158 g/100g, kulit pisang mas 0,0332 g/100g, kulit pisang banten 0,0725 g/100g, kulit pisang tanduk 0,0766 g/100g dan kulit pisang susu 0,0355 g/100g. Kadar NPN terhadap N-total sampel yang diperoleh kulit pisang barangan 27,6706 %, kulit pisang ambon 9,2300 %, kulit pisang mas 11,6340 %, kulit pisang banten 21,7765 %, kulit pisang tanduk 32,1310 % dan kulit pisang susu 22,8854 %. NPN atau non protein nitrogen didapat dari pengurangan kadar N-Total dengan kadar N-Protein. Nitrogen yang bukan berasal dari senyawa protein ini kemungkinan berasal dari asam amino bebas, asam nukleat, amonia, urea,



34



Universitas Sumatera Utara



trimetilamina, (TMA), dimetilamina (DMA), nitrat dan lain-lain (Almatsier, 2009). Menurut Pary, dkk. (2016), adanya kandungan nilai gizi yang tinggi dari kulit pisang maka masyarakat dapat mengolahnya menjadi berbagai produk konsumsi seperti kripik kulit pisang, tepung kulit pisang dsb. Berdasarkan penelitian ini, maka kulit pisang banten dan kulit pisang mas dapat dianjurkan menjadi pilihan utama sebagai bahan baku untuk produk olahan tersebut di atas.



35



Universitas Sumatera Utara



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Kadar protein total yang diperoleh pada sampel segar kulit pisang barangan 1,343 g/100g, kulit pisang ambon 1,065 g/100g, kulit pisang mas 1,805 g/100g, kulit pisang banten 2,085 g/100g, kulit pisang tanduk 1,483 g/100g dan kulit pisang susu 0,968 g/100g. b. Kadar protein murni yang diperoleh pada sampel segar kulit pisang barangan 0,972 g/100g, kulit pisang ambon 0,966 g/100g, kulit pisang mas 1,595 g/100g, kulit pisang banten 1,628 g/100g, kulit pisang tanduk 1,006 g/100g dan kulit pisang susu 0,746 g/100g. c. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kadar protein total dan protein murni pada setiap varietas kulit pisang segar. Kadar protein total dan protein murni pada kulit pisang banten lebih tinggi daripada beberapa varietas kulit pisang lainnya. 5.2 Saran Kepada masyarakat, disarankan untuk tidak ragu dalam mengolah kulit pisang sebagai sumber asupan gizi mengingat bahwa kulit pisang mengandung protein, dan kepada peneliti berikutnya disarankan untuk meneliti kandungan lain yang terdapat pada kulit pisang seperti mineral, vitamin.



36



Universitas Sumatera Utara



DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Ketujuh. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 77-78. Bintang, M. (2010). Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga. Hal. 100, 108110. Budianto, H. A. K. (2009). Dasar – Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Keempat. Malang: UMM Press. Hal. 55-63. Ditjen POM Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 744, 748. Forsythe, W. A. (1995). Nutrition and You with Readings. Third Edition.USA: Contemporary Publishing Company of Raleigh, Inc. Hal. 101-102. Harmita. (2004). Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 1(3): 122.



dan



Cara



Harvey, D. (1956). Modern Analytical Chemistry. USA: Mc-Graw-Hills Companies, Inc. Hal. 85. Hawab, H. M. (2004). Pengantar Biokimia. Cetakan Kedua. Jakarta: Bayumedia Publishing. Hal. 77, 82. Huda, N., Djufri, dan Suhairi, L. (2017). Perbandingan Perendaman Ekstrak Kulit Pisang Raja Dan Ekstrak Kulit Pisang Kepok Terhadap Karakteristik Organoleptik Dan Fisik Daging Ayam Kampung. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah. 2(1): 65. Manan, M. H. A. (2009). Membuat Reagan Kimia di Laboratorium. Cetakan Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 141. Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F. M. T. (1994). Dasar – Dasar Biokimia. Bogor: PT. Dian Rakyat. Hal. 56. Pary, C., Masita., Safitrah, A., Nurfadillah, M., dan Setiyawati, G. (2016). Analisis Kandungan Gizi Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa Paradisiaca Formatypica) Sebagai Bahan Baku Kerupuk. Jurnal Biology Science and Education Biologi Sel. 5(1): 112-113. Sibagariang, E. E. (2010). Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Cetakan Pertama. Jakarta: CV. Trans Info Media. Hal. 30-31.



37



Universitas Sumatera Utara



Sinaga, S. M., Lubis, I. Y., dan Silalahi, J. (2016). Analysis of Total Protein and Non Protein Nitrogen in Pakkat as a Traditional Food of Mandailing Natal by Using Kjeldahl Method. International Journal of Pharmtech Research. 9(12): 54. SNI. (1992). Standar Nasional Indonesia: SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Hal. 18. Sunarjono, H. H. (2002). Budi Daya Pisang Dengan Bibit Kultur Jaringan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 1, 12-17, 21-26. Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. (1989). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Liberty. Hal. 141-145. Tjitrosoepomo, G. (2007). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan Kesembilan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 443-444. Wardlaw, G. M., dan Kessel, M. W. (2004). Perspective in Nutrition. Fifth Edition. New York: McGraw Hill, Inc. Hal. 226, 234. Widodo, R. (2010). Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat Pada Anak. Jakarta: Buku kedokteran EGC. Hal. 21-25. Winarno, F. G., Fardiaz, S., dan Fardiaz, D. (1995). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia. Hal. 5-6. Yazid, E., dan Nursanti, L. (2006). Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analisis. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Hal. 65-68. Yuniastuti, A. (2008). Gizi dan Makanan. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 38, 40.



38



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Sampel



39



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 2. Surat Keterangan Laboratorium



40



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 3. Bagan Alir Preparasi Sampel Kulit Pisang Segar Pisang Segar Dicuci dengan air mengalir Dikeringkan Diambil kulit pisang Diblender Ditimbang teliti sampel sebanyak 1 gram



untuk



penentuan



kadar



protein dan NPN



1 gram sampel kulit pisang segar



41



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 4. Bagan Alir Penetapan Kadar Nitrogen Total 1 Gram Sampel Dimasukkan kedalam labu kjeldhal 100 ml Ditambahkan 1 gram SeO2 dan 25 ml H2SO4 (p) Didekstruksi sampai larutan jernih Didinginkan dan diencerkan dengan akuades Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml Ditepatkan sampai garis tanda Dipipet 25 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer Ditambahkan 50 ml ml NaOH 40% Sebagai penampung digunakan 25 mL larutan H3BO3 4%yang telah dicampurkan 3 tetes indikator mengsel Didestilasi



Destilat



Residu Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga warnanya berubah dari hijau zamrud ke ungu



Hasil



42



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 5. Pemisahan Protein Murni dari Non Protein Nitrogen (NPN)



1 gram sampel yang sudah di blender Ditambahkan kedalamnya larutan asam trikloroasetat (ATA) 10 % b/v sebanyak 10 mL Didiamkan selama 30 menit Disaring



Filtrat



Residu



43



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 6. Penetapan Kadar Protein Murni



1 gram residu hasil pemisahan NPN Dimasukkan kedalam labu kjeldhal 100 ml Ditambahkan 1 gram SeO2 dan 25 ml H2SO4 (p) Didekstruksi sampai larutan jernih Didinginkan dan diencerkan dengan akuades Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml Ditepatkan sampai garis tanda Dipipet 25 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer Ditambahkan 50 ml ml NaOH 40% Sebagai penampung digunakan 25 mL larutan H3BO3 4% yang telah dicampurkan 3 tetes indikator mengsel Didestilasi



Destilat



Residu Dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N hingga warnanya berubah dari hijau zamrud ke ungu



Hasil



44



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 7. Data Perhitungan Pembakuan Larutan Standar HCl 0,1 N No. 1 2



Berat Natrium Tetraborat (g) 0,1717 0,1708



N larutan HCl =



Volume HCl (ml) 8,64 8,62



berat Natrium tetraborat (mg) volume HCl (ml) x BE Natrium tetraborat



N1 =



171,7 mg = 0,1042 N 8,64 mL x 190,6



N2 =



170,8 mg = 0,1040 N 8,62 mL x 190,6



Normalitas rata-rata (Nr) dan persen deviasi (% d)



Nr =



N1 + N2 0,1042 + 0,1040 = = 0,1041 N 2 2



%d= |



0,1042 - 0,10 1 (N - Nr) | x 100% = | | x 100 % = 0, 096 % 0,1041 Nr1



Normalitas HCl adalah % d = 0,096 % dengan Normalitas 0,1041 N.



45



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 8. Perhitungan Kadar N-total Pada Sampel % N (N-Total) =



mL HCl sampel x N HCl x 14,007 x Fp x 100% berat sampel (g) x 1000



Keterangan: N. HCl : Normalitas HCl hasil pembakuan FP



: Faktor Pengenceran (100/25 = 4)



Contoh perhitungan kadar N-total pada kulit pisang barangan : Volume larutan HCl titrasi sampel = 0,60 mL Normalitas larutan HCl = 0,1041 N Berat sampel = 1,6408 g Kadar Nitrogen % =



,



,



g



x ,



x



,



x



x



% = 1,33 %



Dengan cara perhitungan yang sama maka diperoleh kadar N-total pada berat sampel kulit pisang segar nomor 2 sampai nomor 6 dan perhitungan yang sama untuk kadar N-total pada kulit pisang ambon, mas, banten, tanduk, susu.



46



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 9. Data Hasil Penetapan Kadar N-total Pada Sampel 1. Data Hasil Penetapan Kadar N-total Pada Kulit Pisang Barangan No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,6408 1,3593 1,3625 1,3461 1,4826 1,4797



Volume Titrasi (ml) 0,60 0,50 0,50 0,50 0,55 0,55



% Kadar 0,2128 0,2144 0,2144 0,2160 0,2160 0,2160



2. Data Hasil Penetapan Kadar N-total Pada Kulit Pisang Ambon No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,5257 1,7274 1,8769 1,7204 1,8745 1,5682



Volume Titrasi (ml) 0,45 0,50 0,55 0,50 0,55 0,45



% Kadar 0,1728 0,1696 0,1712 0,1696 0,1712 0,1680



3. Data Hasil Penetapan Kadar N-total Pada Kulit Pisang Mas No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,1224 1,2097 1,3042 1,4168 1,4225 1,3027



Volume Titrasi (ml) 0,55 0,60 0,65 0,70 0,70 0,65



% Kadar 0,2864 0,2896 0,2912 0,2880 0,2864 0,2912



4. Data Hasil Penetapan Kadar N-total Pada Kulit Pisang Banten No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,2278 1,1351 1,3226 1,3085 1,2268 1,4026



Volume Titrasi (ml) 0,70 0,65 0,75 0,75 0,70 0,80



47



% Kadar 0,3328 0,3344 0,3312 0,3344 0,3328 0,3328



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 9. (Lanjutan) 5. Data Hasil Penetapan Kadar N-total Pada Kulit Pisang Tanduk No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,3777 1,2314 1,3456 1,2121 1,4695 1,3556



Volume Titrasi (ml) 0,55 0,50 0,55 0,50 0,60 0,55



% Kadar 0,2352 0,2368 0,2384 0,2400 0,2384 0,2368



6. Data Hasil Penetapan Kadar N-total Pada Kulit Pisang Susu No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,8515 1,8824 1,8446 1,7241 1,7124 1,5262



Volume Titrasi (ml) 0,50 0,50 0,50 0,45 0,45 0,40



48



% Kadar 0,1568 0,1552 0,1584 0,1520 0,1536 0,1536



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 10. Perhitungan Kadar N-Protein Pada Sampel



% N (N-protein) =



mL HCl sampel x N HCl x 14,007 x Fp x 100% berat sampel (g) x 1000



Keterangan: N. HCl : Normalitas HCl hasil pembakuan FP



: Faktor Pengenceran (100/25 = 4)



Contoh perhitungan kadar N-protein kulit pisang barangan: Volume larutan HCl titrasi sampel = 0,50 mL Normalitas larutan HCl = 0,1041 N Berat sampel = 1,9054 g



Kadar Nitrogen % =



,



,



g



x ,



x



,



x



x



% = 0,1530 %



Dengan cara perhitungan yang sama maka diperoleh kadar N-protein pada berat sampel kulit pisang segar nomor 2 sampai nomor 6 dan perhitungan yang sama untuk kadar N-protein pada kulit pisang ambon, mas, banten, tanduk, susu.



49



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 11. Data Hasil Penetapan Kadar N-protein Pada Sampel 1. Data Hasil Penetapan Kadar N-Protein Pada Kulit Pisang Barangan No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,9054 1,8718 1,6631 1,6838 1,6821 1,8938



Volume Titrasi (ml) 0,50 0,50 0,45 0,45 0,45 0,50



% Kadar 0,1536 0,1552 0,1584 0,1552 0,1568 0,1536



2. Data Hasil Penetapan Kadar N-Protein Pada Kulit Pisang Ambon No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,6695 1,7227 1,8824 1,7241 1,8769 1,6758



Volume Titrasi (ml) 0,45 0,45 0,50 0,45 0,50 0,45



% Kadar 0,1568 0,1520 0,1552 0,1520 0,1552 0,1568



3. Data Hasil Penetapan Kadar N-Protein Pada Kulit Pisang Mas No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,3812 1,4799 1,3692 1,2561 1,6025 1,4837



Volume Titrasi (ml) 0,60 0,65 0,60 0,55 0,70 0,65



% Kadar 0,2528 0,2560 0,2560 0,2560 0,2544 0,2560



4. Data Hasil Penetapan Kadar N-Protein Pada Kulit Pisang Banten No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,6721 1,6874 1,5732 1,5618 1,7972 1,5541



Volume Titrasi (ml) 0,75 0,75 0,70 0,70 0,80 0,70



50



% Kadar 0,2624 0,2592 0,2592 0,2608 0,2592 0,2624



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 11. (Lanjutan) 5. Data Hasil Penetapan Kadar N-Protein Pada Kulit Pisang Tanduk No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,6565 1,4474 1,6127 1,7824 1,6426 1,4624



Volume Titrasi (ml) 0,45 0,40 0,45 0,50 0,45 0,40



% Kadar 0,1584 0,1616 0,1623 0,1623 0,1600 0,1600



6. Data Hasil Penetapan Kadar N-Protein Pada Kulit Pisang Susu No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,6871 1,7241 1,9824 1,9135 1,6931 1,9924



Volume Titrasi (ml) 0,35 0,35 0,40 0,40 0,35 0,40



51



% Kadar 0,1216 0,1184 0,1184 0,1216 0,1200 0,1168



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 12. Perhitungan Kadar Protein Total Pada Sampel Kadar Protein Total % = % N-Total x FK Keterangan: FK



: Faktor konversi untuk kulit pisang (6,25)



Contoh perhitungan kadar protein total kulit pisang barangan segar: % N-Total : 0,2132 %



Kadar Protein Total % = ,



% x ,



= 1,33 %



Dengan cara perhitungan yang sama maka diperoleh kadar Protein total pada berat sampel kulit pisang segar nomor 2 sampai nomor 6 dan perhitungan yang sama untuk kadar Protein total pada kulit pisang ambon, mas, banten, tanduk, susu.



52



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 13. Data Hasil Penetapan Kadar Protein total Pada Sampel 1. Data Hasil Penetapan Kadar Protein total Pada Kulit Pisang Barangan No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,6408 1,3593 1,3625 1,3461 1,4826 1,4797



% Kadar 1,33 1,34 1,34 1,35 1,35 1,35



2. Data Hasil Penetapan Kadar Protein total Pada Kulit Pisang Ambon No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,5257 1,7274 1,8769 1,7204 1,8745 1,5682



% Kadar 1,08 1,06 1,07 1,06 1,07 1,05



3. Data Hasil Penetapan Kadar Protein total Pada Kulit Pisang Mas No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,1224 1,2097 1,3042 1,4168 1,4225 1,3027



% Kadar 1,79 1,81 1,82 1,80 1,79 1,82



4. Data Hasil Penetapan Kadar Protein total Pada Kulit Pisang Banten No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,2278 1,1351 1,3226 1,3085 1,2268 1,4026



% Kadar 2,08 2,09 2,07 2,09 2,08 2,08



53



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 13. (Lanjutan) 5. Data Hasil Penetapan Kadar Protein total Pada Kulit Pisang Tanduk No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,3777 1,2314 1,3456 1,2121 1,4695 1,3556



% Kadar 1,46 1,48 1,49 1,50 1,49 1,48



6. Data Hasil Penetapan Kadar Protein total Pada Kulit Pisang Susu No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,8515 1,8824 1,8446 1,7241 1,7124 1,5262



% Kadar 0,98 0,97 0,99 0,95 0,96 0,96



54



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 14. Perhitungan Kadar Protein Murni Pada Sampel Kadar Protein Murni % = % 𝑁 Protein x FK Keterangan: FK



: Faktor konversi untuk kulit pisang (6,25)



Contoh perhitungan kadar protein murni kulit pisang barangan segar: % N-Protein : 0,1584 %



Kadar Protein Murni % = ,



= 0,99 %



%x ,



Dengan cara perhitungan yang sama maka diperoleh kadar Protein Murni pada berat sampel kulit pisang segar nomor 2 sampai nomor 6 dan perhitungan yang sama untuk kadar Protein Murni pada kulit pisang ambon, mas, banten, tanduk, susu.



55



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 15. Data Hasil Penetapan Kadar Protein Murni Pada Sampel 1. Data Hasil Penetapan Kadar Protein Murni Pada Kulit Pisang Barangan No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,9054 1,8718 1,6631 1,6838 1,6821 1,8938



% Kadar 0,96 0,97 0,99 0,97 0,98 0,96



2. Data Hasil Penetapan Kadar Protein Murni Pada Kulit Pisang Ambon No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,6695 1,7227 1,8824 1,7241 1,8769 1,6758



% Kadar 0,98 0,95 0,97 0,95 0,97 0,98



3. Data Hasil Penetapan Kadar Protein Murni Pada Kulit Pisang Mas No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,3812 1,4799 1,3692 1,2561 1,6025 1,4837



% Kadar 1,58 1,60 1,60 1,60 1,59 1,60



4. Data Hasil Penetapan Kadar Protein Murni Pada Kulit Pisang Banten No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,6721 1,6874 1,5732 1,5618 1,7972 1,5541



% Kadar 1,64 1,62 1,62 1,63 1,62 1,64



56



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 15. (Lanjutan) 5. Data Hasil Penetapan Kadar Protein Murni Pada Kulit Pisang Tanduk No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,6565 1,4474 1,6127 1,7824 1,6426 1,4624



% Kadar 0,99 1,01 1,02 1,02 1,00 1,00



6. Data Hasil Penetapan Kadar Protein Murni Pada Kulit Pisang Susu No 1 2 3 4 5 6



Berat Sampel (Gram) 1,6871 1,7241 1,9824 1,9135 1,6931 1,9924



% Kadar 0,76 0,74 0,74 0,76 0,75 0,73



57



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 16. Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Barangan Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,2128 0,2144 0,2144 0,2160 0,2160 0,2160 ∑ 𝑋= 1,2896 𝑋̅= 0,2149



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,0021 -0,0005 -0,0005 0,0011 0,0011 0,0011



𝑋 − 𝑋̅



0,00000441 0,00000025 0,00000025 0,00000121 0,00000121 0,00000121 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00000854



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0013 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= | thitung4= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



/√6



,



| = 0,6774 (data diterima) | = 0,1612 (data diterima) | = 0,1612 (data diterima) | = 0,3548 (data diterima)



58



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 16. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



, ,



,



/√6



,



/√6



| = 0,3548 (data diterima) | = 0,3548 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-total sebenarnya pada kulit pisang Barangan untuk α = 0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,2149 ± 4,03 x



,



√6



)



= (0,2149 ± 0,0124) g/100g



59



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 17. Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Ambon Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,1728 0,1696 0,1712 0,1696 0,1712 0,1680 ∑ 𝑋= 1,0224 𝑋̅= 0,1704



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



0,0024 -0,0008 -0,0008 -0,0008 -0,0008 -0,0024



𝑋 − 𝑋̅



0,00000576 0,00000064 0,00000064 0,00000064 0,00000064 0,00000576 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00001408



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0016 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= | thitung4= |



,



/√6



− , ,



/√6



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



| = 0,6153 (data diterima) | = 0,2051 (data diterima) | = 0,2051 (data diterima) | = 0,2051 (data diterima)



60



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 17. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



| = 0,2051 (data diterima) | = 0,6153 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-total sebenarnya pada kulit pisang Ambon untuk α = 0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,1704 ± 4,03 x



,



√6



)



= (0,1704 ± 0,0026) g/100g



61



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 18. Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Mas Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,2864 0,2896 0,2912 0,2880 0,2864 0,2912 ∑ 𝑋=1,7328 𝑋̅= 0,2888



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,0024 0,0008 0,0024 -0,0008 -0,0024 0,0024



𝑋 − 𝑋̅



0,00000576 0,00000064 0,00000576 0,00000064 0,00000576 0,00000576 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00002432



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0022 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= | thitung4= |



− ,



/√6



,



/√6



,



/√6



− ,



/√6



,



, , ,



| = 0,4137 (data diterima) | = 0,1379 (data diterima) | = 0,4137 (data diterima) | = 0,1379 (data diterima)



62



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 18. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− ,



/√6



,



/√6



,



,



| = 0,4137 (data diterima) | = 0,4137 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-total sebenarnya pada kulit pisang Mas untuk α = 0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,2888 ± 4,03 x



,



√6



)



= (0,2888 ± 0,0021) g/100g



63



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 19. Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Banten Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,3328 0,3344 0,3312 0,3344 0,3328 0,3328 ∑ 𝑋=1,9984 𝑋̅= 0,3330



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,0002 0,0014 -0,0018 0,0014 -0,0002 -0,0002



𝑋 − 𝑋̅



0,00000004 0,00000196 0,00000324 0,00000196 0,00000004 0,00000004 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00000728



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0012 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= | thitung4= |



− ,



/√6



,



/√6



− ,



/√6



,



/√6



,



, , ,



| = 0,4082 (data diterima) | = 2,8577 (data diterima) | = 3,6742 (data diterima) | = 2,8577 (data diterima)



64



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 19. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



| = 0,4082 (data diterima) | = 0,4082 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-total sebenarnya pada kulit pisang Banten untuk α = 0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,3330 ± 4,03 x



,



√6



)



= (0,3330 ± 0,0019) g/100g



65



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 20. Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Tanduk Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,2336 0,2368 0,2384 0,2400 0,2384 0,2368 ∑ 𝑋= 1,4240 𝑋̅= 0,2373



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,0037 -0,0005 0,0011 0,0027 0,0011 -0,0005



𝑋 − 𝑋̅



0,00001369 0,00000025 0,00000121 0,00000729 0,00000121 0,00000025 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00002390



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0021 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= |



thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



/√6



,



/√6



, ,



| = 4,6250 (data ditolak)



| = 0,6250 (data diterima)



| = 1,3750 (data diterima) | = 3,3750 (data diterima)



66



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 20. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



,



/√6



− ,



/√6



,



,



| = 1,3750 (data diterima) | = 0,6250 (data diterima)



Data 1 ditolak karena nilai thitung ≥ ttabel, maka data yang dipakai adalah data 2, 3, 4 , 5 dan 6. Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,2368 0,2384 0,2400 0,2384 0,2368 ∑ 𝑋= 1,1904 𝑋̅= 0,2380



No. 1 2 3 4 5



𝑋 − 𝑋̅



-0,0012 0,0004 0,0020 0,0004 -0,0012



𝑋 − 𝑋̅



0,00000144 0,00000016 0,00000400 0,00000016 0,00000144 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00000710



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



5-1



= 0,0013 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 5-1 = 4 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 4 = 0,995; 4 = 4,60 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= |



thitung2= |



− ,



/√5



,



/√5



,



,



| = 2,4000 (data diterima) | = 0,8000 (data diterima)



67



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 20. (Lanjutan) thitung3= |



thitung4= | thitung5= |



,



/√5



,



/√5



− ,



/√5



, , ,



| = 4,0000 (data diterima) | = 0,8000 (data diterima) | = 2,4000 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-Total sebenarnya pada kulit pisang Tanduk untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x 𝑛 √



= (0,2380 ± 4,60x



,



√5



)



= (0,2380 ± 0,0023) g/100g



68



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 21. Perhitungan Kadar N-total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Susu Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,1568 0,1552 0,1584 0,1520 0,1536 0,1536 ∑ 𝑋=0,9296 𝑋̅= 0,1549



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



0,0019 0,0003 0,0035 -0,0029 -0,0013 -0,0013



𝑋 − 𝑋̅



0,00000361 0,00000009 0,00001225 0,000000841 0,00000169 0,00000169 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00002774



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0023 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= | thitung4= |



,



/√6



,



/√6



,



/√6



− ,



/√6



, , , ,



| = 2,0234 (data diterima) | = 0,3333 (data diterima) | = 3,8888 (data diterima) | = 3,2222 (data diterima)



69



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 21. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



| = 1,4444 (data diterima) | = 1,4444 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-total sebenarnya pada kulit pisang Susu untuk α = 0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,1549 ± 4,03 x



,



√6



)



= (0,1549 ± 0,0037) g/100g



70



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 22. Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Barangan Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,1536 0,1552 0,1584 0,1552 0,1568 0,1536 ∑ 𝑋= 0,9328 𝑋̅= 0,1554



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,0018 -0,0002 0,0030 -0,0002 0,0014 -0,0018



𝑋 − 𝑋̅



0,00000324 0,00000004 0,00000900 0,00000004 0,00000196 0,000000324 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00001752



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0018 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= | thitung4= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



/√6



− ,



/√6



, ,



| =2,5714 (data diterima)



| = 0,2857 (data diterima) | = 3,9296 (data diterima) | = 0,2857 (data diterima)



71



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 22. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



,



/√6



− ,



/√6



,



,



| = 1,9051 (data diterima) | = 2,5714 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-protein sebenarnya pada kulit pisang Barangan untuk α = 0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,1554 ± 4,03 x



,



√6



)



= (0,1554 ± 0,0029) g/100g



72



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 23. Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Ambon Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,1568 0,1520 0,1552 0,1520 0,1552 0,1568 ∑ 𝑋= 0,9280 𝑋̅= 0,1546



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



0,0022 -0,0026 0,0006 -0,0026 0,0006 0,0022



𝑋 − 𝑋̅



0,00000484 0,00000676 0,00000036 0,00000676 0,00000036 0,00000484 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00002392



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0021 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= | thitung4= |



,



/√6



− ,



/√6



,



/√6



− ,



/√6



,



, , ,



| = 2,7500 (data diterima) | = 3,2500 (data diterima) | = 0,7500 (data diterima) | = 3,2500 (data diterima)



73



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 23. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



, ,



,



/√6



,



/√6



| = 0,7500 (data diterima) | = 2,7500 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-protein sebenarnya pada kulit pisang Ambon untuk α = 0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,1546 ± 4,03 x



,



√6



)



= (0,1546 ± 0,0032) g/100g



74



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 24. Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Mas Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,2528 0,2560 0,2560 0,2560 0,2544 0,2560 ∑ 𝑋= 1,5312 𝑋̅= 0,2552



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,0024 0,0008 0,0008 0,0008 -0,0008 0,0008



𝑋 − 𝑋̅



0,00000576 0,00000064 0,00000064 0,00000064 0,00000064 0,00000064 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00000896



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0013 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= |



thitung2= | thitung3= | thitung4= |



− ,



/√6



,



/√6



,



/√6



,



/√6



,



, , ,



| = 4,5221 (data ditolak)



| = 1,5073 (data diterima) | = 1,5073 (data diterima)



| = `1,5073 (data diterima)



75



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 24. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− ,



/√6



,



/√6



,



,



| = 1,5073 (data diterima) | = 1,5073 (data diterima)



Data 1 ditolak karena nilai thitung ≥ ttabel, maka data yang dipakai adalah data 2, 3, 4 , 5 dan 6. Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,2560 0,2560 0,2560 0,2544 0,2560 ∑ 𝑋= 1,2784 𝑋̅= 0,2556



No. 1 2 3 4 5



𝑋 − 𝑋̅



0,0004 0,0004 0,0004 -0,0012 0,0004



𝑋 − 𝑋̅



0,00000016 0,00000016 0,00000016 0,00000144 0,00000016 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00000208



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



5-1



= 0,0007 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 5-1 = 4 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 4 = 0,995; 4 = 4,60 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= |



thitung2= |



, ,



,



/√5



,



/√5



| = 1,2777 (data diterima) | = 1,2777 (data diterima) 76



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 24. (Lanjutan) thitung3= |



thitung4= | thitung5= |



,



/√5



− ,



/√5



,



/√5



,



, ,



| = 1,2777 (data diterima)



| = `3,8332 (data diterima) | = 1,2777 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-protein sebenarnya pada kulit pisang Mas untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,2556 ± 4,60x



,



√5



)



= (0,2556 ± 0,0014) g/100g



77



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 25. Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Banten Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,2624 0,2592 0,2592 0,2608 0,2592 0,2624 ∑ 𝑋= 1,5632 𝑋̅= 0,2605



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



0,0019 -0,0013 -0,0013 0,0003 -0,0013 0,0019



𝑋 − 𝑋̅



0,00000361 0,00000169 0,00000169 0,00000009 0,00000169 0,00000361 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00001229



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0015 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= | thitung4= |



,



/√6



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



/√6



,



,



| = 3,1667 (data diterima) | = 2,1667 (data diterima) | = 2,1667 (data diterima) | = 0,4898 (data diterima)



78



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 25. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− ,



/√6



,



/√6



,



,



| = 2,1667 (data diterima) | = 3,1667 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-protein sebenarnya pada kulit pisang Banten untuk α = 0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,2605 ± 4,03 x



,



√6



)



= (0,2605 ± 0,0024) g/100g



79



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 26. Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Tanduk Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,1584 0,1616 0,1623 0,1623 0,1600 0,1600 ∑ 𝑋= 0,9646 𝑋̅= 0,1607



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,0023 0,0009 0,0016 0,0016 -0,0007 -0,0007



𝑋 − 𝑋̅



0,00000529 0,00000081 0,00000256 0,00000256 0,00000049 0,00000049 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00001220



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0015 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= | thitung4= |



− ,



/√6



,



/√6



,



/√6



,



/√6



,



, , ,



| = 3,8333 (data diterima) | = 1,4696 (data diterima) | = 2,6667 (data diterima) | = 2,6667 (data diterima)



80



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 26. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



| = 1,1667 (data diterima) | = 1,1667 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-protein sebenarnya pada kulit pisang Tanduk untuk α = 0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,1607 ± 4,03 x



,



√6



)



= (0,1607 ± 0,0025) g/100g



81



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 27. Perhitungan Kadar N-protein Sebenarnya Pada Kulit Pisang Susu Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,1216 0,1184 0,1184 0,1216 0,1200 0,1168 ∑ 𝑋= 0,7168 𝑋̅= 0,1194



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



0,0022 -0,0010 -0,0010 0,0022 0,0006 -0,0026



𝑋 − 𝑋̅



0,00000484 0,00000100 0,00000100 0,00000484 0,00000036 0,00000676 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,00001880



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,0019 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= | thitung4= |



,



/√6



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



/√6



,



,



| = 3,1428 (data diterima) | = 1,4285 (data diterima) | = 1,4285 (data diterima) | = 3,1428 (data diterima)



82



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 27. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



,



/√6



− ,



/√6



,



,



| = 0,8571 (data diterima) | = 3,7142 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar N-protein sebenarnya pada kulit pisang Susu untuk α = 0,01; dk = n-1 = 6-1= 5 adalah: μ = 𝑋̅ ± ttabel x



𝑆𝐷



√𝑛



= (0,1194 ± 4,03 x



,



√6



)



= (0,1194 ± 0,0028) g/100g



83



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 28. Perhitungan NPN Terhadap Bahan Sampel Kadar NPN (%)= Kadar N-Total (%) – Kadar N-Protein (%)



1. Kulit Pisang Barangan Kadar N-total (%)



= 0,2149



Kadar N-protein (%)



= 0,1554



Kadar NPN (%)



= Kadar N-total (%) - Kadar N-protein (%) = 0,2149 % – 0,1554 % = 0,0595 %



2. Kulit Pisang Ambon Kadar N-total (%)



= 0,1704



Kadar N-protein (%)



= 0,1546



Kadar NPN (%)



= Kadar N-total (%) - Kadar N-protein (%) = 0,1704 % – 0,1546 % = 0,0158 %



3. Kulit Pisang Mas Kadar N-total (%)



= 0,2888



Kadar N-protein (%)



= 0,2552



Kadar NPN (%)



= Kadar N-total (%) - Kadar N-protein (%) = 0,2888 % – 0,2556 % = 0,0332 %



4. Kulit Pisang Banten Kadar N-total (%)



= 0,3330



Kadar N-protein (%)



= 0,2605



Kadar NPN (%)



= Kadar N-total (%) - Kadar N-protein (%) = 0,3330 % – 0,2605 % = 0,0725 %



84



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 28. (Lanjutan) 5. Kulit Pisang Tanduk Kadar N-total (%)



= 0,2373



Kadar N-protein (%)



= 0,1607



Kadar NPN (%)



= Kadar N-total (%) - Kadar N-protein (%) = 0,2373 % – 0,1607 % = 0,0766 %



6. Kulit Pisang Susu Kadar N-total (%)



= 0,1549



Kadar N-protein (%)



= 0,1194



Kadar NPN (%)



= Kadar N-total (%) - Kadar N-protein (%) = 0,1549 % – 0,1194 % = 0,0355 %



85



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 29. Data Hasil Kadar NPN Terhadap Bahan Sampel



No 1 2 3 4 5 6



Sampel Kulit Pisang Barangan Kulit Pisang Ambon Kulit Pisang Mas Kulit Pisang Banten Kulit Pisang Tanduk Kulit Pisang Susu



Kadar NTotal (%) Rata-Rata 0,2149 0,1704 0,2888 0,3330 0,2373 0,1549



86



Kadar NProtein (%) Rata-Rata 0,1554 0,1546 0,2556 0,2605 0,1607 0,1194



Kadar NPN (%) 0,0595 0,0158 0,0332 0,0725 0,0766 0,0355



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 30. Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Barangan Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 1,33 1,34 1,34 1,35 1,35 1,35 ∑ 𝑋= 8,06 𝑋̅= 1,3433



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,013 -0,003 -0,003 0,007 0,007 0,007



𝑋 − 𝑋̅



0,000169 0,000009 0,000009 0,000049 0,000049 0,000049 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000334



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,008



Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



,



| = 3,980 (data diterima) | = 0,918 (data diterima) | = 0,918 (data diterima)



| = 2,143 (data diterima)



√6



87



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 30. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



, ,



,



/√6



,



/√6



| = 2,143 (data diterima) | = 2,143 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Total sebenarnya pada kulit pisang Barangan untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (1,3433 ± 4,03x



,



√6



)



= (1,3433 ± 0,013) g/100g



88



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 31. Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Ambon Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 1,08 1,06 1,07 1,06 1,07 1,05 ∑ 𝑋= 6,39 𝑋̅= 1,0650



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



0,015 -0,005 0,005 -0,005 0,005 -0,015



𝑋 − 𝑋̅



0,000225 0,000025 0,000025 0,000025 0,000025 0,000225 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000550



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



𝑛−



,



6-1



= 0,01



Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= | thitung3= |



,



/√6



− ,



/√6



,



/√6



, , ,



− ,



thitung4= |



,



√6



| = 3,750 (data diterima) | = 1,250 (data diterima) | = 1,250 (data diterima)



| = 1,250 (data diterima)



89



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 31. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



,



/√6



− ,



/√6



,



,



| = 1,250 (data diterima) | = 3,750 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Total sebenarnya pada kulit pisang Ambon untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (1,0650 ± 4,03x



,



√6



)



= (1,0650 ± 0,016) g/100g



90



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 32. Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Mas Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 1,79 1,81 1,82 1,80 1,79 1,82 ∑ 𝑋= 10,83 𝑋̅= 1,8050



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,015 0,005 0,015 -0,005 -0,015 0,015



𝑋 − 𝑋̅



0,000225 0,000025 0,000225 0,000025 0,000225 0,000225 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000950



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,013 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



− ,



/√6



,



/√6



,



/√6



, ,



,



− , ,



/√6



| = 2,826 (data diterima) | = 0,942 (data diterima) | = 2,826 (data diterima)



| = 0,942 (data diterima)



91



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 32. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− ,



/√6



,



/√6



,



,



| = 2,826 (data diterima) | = 2,826 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Total sebenarnya pada kulit pisang Mas untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (1,8050 ± 4,03x



,



√6



)



= (1,8050 ± 0,020) g/100g



92



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 33. Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Banten Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 2,08 2,09 2,07 2,09 2,08 2,08 ∑ 𝑋= 12,49 𝑋̅= 2,0816



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,002 0,008 -0,012 0,008 -0,002 -0,002



𝑋 − 𝑋̅



0,000004 0,000064 0,000144 0,000064 0,000004 0,000004 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000284



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,007



Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



− ,



/√6



,



/√6



− ,



/√6



,



/√6



, ,



,



,



| = 0,650 (data diterima) | = 2,600 (data diterima) | = 3,901 (data diterima)



| = 2,600 (data diterima)



93



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 33. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



| = 0,650 (data diterima) | = 0,650 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Total sebenarnya pada kulit pisang Banten untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (2,0816 ± 4,03x



,



√6



)



= (2,0816 ± 0,012) g/100g



94



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 34. Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Tanduk Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 1,46 1,48 1,49 1,50 1,49 1,48 ∑ 𝑋= 8,90 𝑋̅= 1,4833



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,023 -0,003 0,007 0,017 0,007 -0,003



𝑋 − 𝑋̅



0,000529 0,000009 0,000049 0,000289 0,000049 0,000009 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000934



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,013 Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



/√6



,



/√6



, ,



| = 4,024 (data diterima) | = 0,526 (data diterima) | = 1,228 (data diterima)



| = 2,982 (data diterima)



95



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 34. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



,



/√6



− ,



/√6



,



,



| = 1,228 (data diterima) | = 0,526 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Total sebenarnya pada kulit pisang Tanduk untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (1,4833 ± 4,03x



,



√6



)



= (1,4833 ± 0,020) g/100g



96



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 35. Perhitungan Kadar Protein Total Sebenarnya Pada Kulit Pisang Susu Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,98 0,97 0,99 0,95 0,96 0,96 ∑ 𝑋= 5,81 𝑋̅= 0,9683



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



0,012 0,002 0,022 -0,018 -0,008 -0,008



𝑋 − 𝑋̅



0,000144 0,000004 0,000484 0,000324 0,000064 0,000064 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,001084



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,014



Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



, , ,



,



/√6



,



/√6



,



/√6



− , ,



/√6



| = 2,105 (data diterima) | = 0,350 (data diterima) | = 3,859 (data diterima)



| = 3,157 (data diterima)



97



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 35. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



| = 1,403 (data diterima) | = 1,403 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Total sebenarnya pada kulit pisang Susu untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (0,9683 ± 4,03x



,



√6



)



= (0,9683 ± 0,020) g/100g



98



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 36. Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Barangan Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,96 0,97 0,99 0,97 0,98 0,96 ∑ 𝑋= 5,83 𝑋̅= 0,9716



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,012 -0,002 0,018 -0,002 0,008 -0,012



𝑋 − 𝑋̅



0,000144 0,000004 0,000324 0,000004 0,000064 0,000144 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000684



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,011



Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



/√6



,



− , ,



/√6



| = 2,727 (data diterima) | = 0,454 (data diterima) | = 4,008 (data diterima)



| = 0,454 (data diterima)



99



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 36. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



,



/√6



− ,



/√6



,



,



| = 1,818 (data diterima) | = 2,727 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Murni sebenarnya pada kulit pisang Barangan untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (0,9716 ± 4,03x



,



√6



)



= (0,9716 ± 0,016) g/100g



100



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 37. Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Ambon Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,98 0,95 0,97 0,95 0,97 0,98 ∑ 𝑋= 5,80 𝑋̅= 0,9667



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



0,014 -0,016 0,004 -0,016 0,004 0,014



𝑋 − 𝑋̅



0,000196 0,000256 0,000016 0,000196 0,000016 0,000196 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000876



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,013



Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



,



/√6



− ,



/√6



,



/√6



, ,



,



− , ,



/√6



| = 2,641 (data diterima) | = 3,018 (data diterima) | = 0,754 (data diterima)



| = 3,018 (data diterima)



101



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 37. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



, ,



,



/√6



,



/√6



| = 0,754 (data diterima) | = 2,641 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Murni sebenarnya pada kulit pisang Ambon untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (0,9667 ± 4,03x



,



√6



)



= (0,9667 ± 0,021) g/100g



102



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 38. Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Mas Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 1,58 1,60 1,60 1,60 1,59 1,60 ∑ 𝑋= 9,57 𝑋̅= 1,5950



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,015 0,005 0,005 0,005 -0,005 0,005



𝑋 − 𝑋̅



0,000225 0,000025 0,000025 0,000025 0,000025 0,000025 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000350



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,008



Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



− ,



/√6



,



/√6



,



/√6



,



/√6



, ,



, ,



| = 4,687 (data diterima) | = 1,562 (data diterima) | = 1,562 (data diterima)



| = 1,562 (data diterima)



103



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 38. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− ,



/√6



,



/√6



,



,



| = 1,562 (data diterima) | = 1,562 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Murni sebenarnya pada kulit pisang Mas untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (1,5950 ± 4,03x



,



√6



)



= (1,5950 ± 0,012) g/100g



104



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 39. Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Banten Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 1,64 1,62 1,62 1,63 1,62 1,64 ∑ 𝑋= 9.77 𝑋̅= 1,6283



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



0,012 -0,008 -0,008 0,002 -0,008 0,012



𝑋 − 𝑋̅



0,000144 0,000064 0,000064 0,000004 0,000064 0,000144 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000484



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,009



Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= |



thitung4= |



,



/√6



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



/√6



,



,



| = 3,333 (data diterima) | = 2,222 (data diterima) | = 2,222 (data diterima)



| = 0,555 (data diterima)



105



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 39. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− ,



/√6



,



/√6



,



,



| = 2,222 (data diterima) | = 3,333 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Murni sebenarnya pada kulit pisang Banten untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (1,6283 ± 4,03x



,



√6



)



= (1,6283 ± 0,012) g/100g



106



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 40. Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Tanduk Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,99 1,01 1,02 1,02 1,00 1,00 ∑ 𝑋= 6,04 𝑋̅= 1,0067



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



-0,016 0,004 0,014 0,014 -0,006 -0,006



𝑋 − 𝑋̅



0,000256 0,000016 0,000196 0,000196 0,000036 0,000036 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000736



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,012



Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



− ,



/√6



,



/√6



,



/√6



,



/√6



, ,



, ,



| = 3,333 (data diterima) | = 0,833 (data diterima) | = 2,916 (data diterima)



| = 2,916 (data diterima)



107



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 40. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



− , ,



/√6



− , ,



/√6



| = 1,250 (data diterima) | = 1,250 (data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Murni sebenarnya pada kulit pisang Tanduk untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (1,0067 ± 4,03x



,



√6



)



= (1,0067 ± 0,016) g/100g



108



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 41. Perhitungan Kadar Protein Murni Sebenarnya Pada Kulit Pisang Susu Kadar N-Total (g/100g) (Xi) 0,76 0,74 0,74 0,76 0,75 0,73 ∑ 𝑋= 4,48 𝑋̅= 0,7467



No. 1 2 3 4 5 6



𝑋 − 𝑋̅



0,014 -0,006 -0,006 0,014 0,004 -0,016



𝑋 − 𝑋̅



0,000196 0,000036 0,000036 0,000196 0,000004 0,000256 ∑ 𝑋 − 𝑋̅ = 0,000724



∑ 𝑋−𝑋̅ 2



SD = √ =√



,



𝑛−



6-1



= 0,012



Uji statistik pada taraf kepercayaan 99% maka nilai α = 0,01 ; dk = n-1 = 6-1 = 5 Diperoleh ttabel= (1 – ½ α); dk = (1 – 0,005); 5 = 0,995; 5 = 4,03 Syarat penerimaan data apabila thitung ≤ ttabel 𝑋−𝑋̅



thitung= |𝑆𝐷/ 𝑛| √



thitung1= | thitung2= |



thitung3= | thitung4= |



,



/√6



− , ,



/√6



− , ,



/√6



,



/√6



,



,



| = 2,916 (data diterima) | = 1,250 (data diterima) | = 1,250 (data diterima)



| = 2,916 (data diterima)



109



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 41. (Lanjutan) thitung5= |



thitung6= |



,



/√6



− ,



/√6



,



,



| = 0,833 (data diterima) | = 3,333(data diterima)



Semua data diterima, maka kadar Protein Murni sebenarnya pada kulit pisang Susu untuk α = 0,01; dk = n-1 = 5-1= 4 adalah: 𝑆𝐷 μ = 𝑋̅ ± ttabel x



√𝑛



= (0,7467 ± 4,03x



,



√6



)



= (0,7467 ± 0,016) g/100g



110



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 42. Perhitungan Kadar NPN Terhadap Protein total Sampel 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟𝑁𝑃𝑁 % =



Kadar Protein Total − Kadar Protein Murni x Kadar Protein Total



%



1. Kulit Pisang Barangan Kadar protein total (%)



= 1,3433



Kadar protein murni (%)



= 0,9716 ,



𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑃𝑁 % =



,



− ,



= 27,6706 %



x



%



x



%



x



%



x



%



2. Kulit Pisang Ambon Kadar protein total (%)



= 1,0650



Kadar protein murni (%)



= 0,9667 ,



𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑃𝑁 % =



,



− ,



= 9,2300 %



3. Kulit Pisang Mas Kadar protein total (%)



= 1,8050



Kadar protein murni (%)



= 1,5950 ,



𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑃𝑁 % =



,



− ,



= 11,6340 %



4. Kulit Pisang Banten Kadar protein total (%)



= 2,0816



Kadar protein murni (%)



= 1,6283



𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑃𝑁 % =



,



,



− ,



= 21,7765 %



111



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 42. (Lanjutan) 5. Kulit Pisang Tanduk Kadar protein total (%)



= 1,4833



Kadar protein murni (%)



= 1,0067 ,



𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑃𝑁 % =



,



− ,



= 32,1310 %



x



%



x



%



6. Kulit Pisang Susu Kadar protein total (%)



= 0,9683



Kadar protein murni (%)



= 0,7467



𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑃𝑁 % =



,



,



− ,



= 22,8854 %



112



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 43. Data Hasil Kadar NPN Tehadap Protein total Sampel



No



Sampel



1 2 3 4 5 6



Kulit Pisang Barangan Kulit Pisang Ambon Kulit Pisang Mas Kulit Pisang Banten Kulit Pisang Tanduk Kulit Pisang Susu



Kadar Protein Total (%) Rata-Rata 1,3433 1,0650 1,8050 , 1,4833 0,9683



113



Kadar Protein Murni (%) Rata-Rata



Kadar NPN (%)



0,9716 0,9667 1,5950 , 3 1,0067 0,7467



27,6706 9,2300 11,6340 21,7765 32,1310 22,8854



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 44. Daftar Nilai Kritik Distribusi t



114



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 45. Sampel yang Digunakan



Gambar 1. Sampel Pisang Barangan



Gambar 4. Sampel Pisang Banten



Gambar 2. Sampel Pisang Ambon



Gambar 5. Sampel Pisang Tanduk



Gambar 3. Sampel Pisang Mas



Gambar 6. Sampel Pisang Susu



115



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 46. Proses Destruksi



Gambar 7. Sampel setelah diblender



Gambar 10. Sampel + SeO2



Gambar 8. rangkaian alat dekstruksi Gambar 11. Hasil dekstruksi



Gambar 9. Sampel+ SeO2 + H2SO4



116



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 47. Proses Destilasi dan Titrasi



Gambar 12. Alat destilasi



Gambar 14. Penampung H3BO3 + indikator mengsel



Gambar 13. Hasil destilasi



117



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 48. Proses Titrasi



Gambar 15. Alat Titrasi



Gambar 16. Hasil titrasi



Lampiran 49. Proses Pemisahan Protein dari Non Protein Nitrogen (NPN)



Gambar 17. Sampel + ATA 10%



118



Universitas Sumatera Utara



Lampiran 50. Hasil Analisis Kuantitatif



Gambar 18. Hasil destilat sebelum titrasi



Gambar 19. Larutan sampel setelah mencapai TAT



119



Universitas Sumatera Utara