April 2019 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DIKTAT PSIKODIAGNOSTIK II



OBSERVASI



2019 PERTEMUAN 1-6 (SEBELUM UTS)



DISUSUN OLEH: 1. Maharani Ardi Putri, MSi.Psikolog 2. Endro Puspo Wiroko, MSi. Psikolog 3. Dra. Diennyarti Tjokroprihatono, M.Psi. 4. Dinda Aisha M.Psi. 5. Dentia Kusmanto, M.Psi



DIGUNAKAN TERBATAS PADA FAKULTAS PSIKOLOGI UP



BAGIAN I PEMAHAMAN OBSERVASI & JENISNYA



DEFINISI The selection, provocation, recording and encoding of that set of behaviors and settings concerning organisms ‘in situ’ which is consistent with empirical aims (Weick, 1968) ▸



Selection: observer memilih perilaku yang akan dijadikan fokus observasi dan tidak mengobservasi keseluruhan kegiatan. Data apa yang harus dicatat dan kesimpulan dari data tsb.







Provocation: melakukan provokasi atau memberikan intervensi eksperimental agar perilaku yang diharapkan muncul, tetapi tidak boleh merusak unsur natural dari situasi dan sikap partisipan. Dibutuhkan sikap hati-hati agar tidak merusak kondisi dan sifat natural perilaku.







Recording: pencatatan dilakukan tanpa memberikan penilaian. Mencatat hasil berupa catatan lapangan, sistem kategori, film, dll.







Encoding: penyederhanaan data (catatan/rekaman) dengan metode reduksi/restrukturisasi data. Dapat dibantu dengan kriteris/kerangka tertentu yang telah dipersiapkan sebelumnya sesuai dengan tujuan, misalnya menghitung frekuensi perilaku







Set of behaviors and setting of organismsadalah observasi dapat difokuskan pada satu perilaku di berbagai setting atau sebaliknya pada beberapa perilaku di satu setting. Observasi berbagai macam perilaku, setting dan berbagai macam alat ukur







In situ adalah situasi dimana organisme berada dalam lingkungan alamiahnya. Situasi yang telah dikenal dengan baik oleh partisipan dan ia menghabiskan sebagian besar waktunya tersebut disana.



Observers, then, must be photographers of phenomena. Their observations must accurately represent nature. We must observe without preconceived idea, the observer’s mind must be passive; it listen to nature and write at nature’s dictation (Claude Bernard)



FUNGSI 1. Memperoleh gambaran perilaku secara utuh dan menyeluruh ▪



Menangkap perilaku manusia sebagaimana adanya untuk melihat perilaku yang terjadi dalam proses



1|Page







Memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kehidupan sosial, termasuk perilaku antarpribadi dan gaya belajar (learning style)







Memberikan perbandingan antara perilaku dalam situasi yang disetting untuk percobaan/tes dan setting natural







Adanya standart verifikasi mengenai ketepatan laporan, misalnya dari guru, orang tua tentang perilaku individu







Alat utama untuk meneliti perilaku populasi yang tidak dapat menyampaikan informasi mengenai dirinya sendiri



2. Mengarahkan penelitian ▪



Mengeksplorasi topik tertentu (exploratory studies)







Mendorong arah baru dan pembaharuan dalam riset sosial, misalnya dalam studi untuk membangun hipotesis (hypothesis-generating studies)







Pengembangan instrumen untuk pengumpulan data yang lebih baik karena adanya pemahaman kontekstual yang utuh menenai perilaku



KELEBIHAN METODE OBSERVASI ➢ Kemudahan peneliti dalam mengakses setting ➢ Pengamat memiliki ruang untuk gagasan-gagasan baru berdasarkan data yang didapat di lapangan ➢ Sebagai sumber data alternatif yang memungkinkan peneliti melakukan cek silang data secara berkualitas atau triangulasi



KELEMAHAN METODE OBSERVASI ➢ Berpotensi memunculkan bias sehingga validitas metode ini dipertanyakan ➢



Cara mengatasi: ➢



Membentuk tim pengamat yang sebaiknya terdiri atas kelompok usia dan gender yang beragam.







Melakukan cek silang hasil temuan antar peneliti







Penjelasan menggunakan analisis induktif, sehingga memiliki alur logika yang jelas.







Memanfaatkan teknik verisimilitude/vraisemblance → yaitu teknik penulisan yang bisa membawa pembaca merasa begitu dekat dengan subjek penelitian 2|Page



➢ Kurangnya tingkat reliabilitas ➢



Cara mengatasi: ➢



Melakukan observasi secara sistematis dan berulang terhadap berbagaiperistiwa yang mengarah pada hasil temuan yang sama







Peneliti harus memperhatikan 2 variabel yang sangat pokok yaitu “waktu” dan “tempat” agar hasil yang didapat lebih konsisten.



JENIS OBSERVASI A. Derajat intervensi yang dilakukan i. Tanpa intervensi (Naturalistic Observation) ▪ Tujuan utama: deskripsi perilaku seperti yang terjadi untuk menyelidiki hubungan antara variabel-variabel yang ada. ▪ Asumsi dasar: ada aspek-aspek dari perilaku manusia yang tidak dapat dikontrol karena mempertimbangkan faktor moral atau kode etik.



ii. Dengan intervensi (Laboratory Observation) ▪ Tujuan utama: Menyelidiki batas respons organisme dengan mengubah kualitas stimulus secara sistematis, mengontrol antecedent events yang penting supaya consequent behaviors dapat diobservasi secara akurat, dan memanipulasi satu atau lebih IV untuk membandingkan efeknya pada perilaku. ▪ Asumsi dasar: ada aspek-aspek dari perilaku yang jarang terjadi secara alamiah, atau hanya terjadi dalam kondisi yang sulit diobservasi (tidak ada akses untuk melakukan observasi ilmiah pada kejadian itu). ▪ Peran observer: recorder yang aktif memanipulasi kejadian guna memunculkan variasi perilaku yang hendak diobservasi. ▪ Metode: 1). Participant observation; i. Participant Observation memungkinkan observer mendapat akses ke konteks situasi yang biasanya tidak terbuka untuk observasi ilmiah. ii. Observer berperan aktif dan signifikan dalam konteks situasi dimana perilaku diobservasi. 3|Page



iii. Dapat dilakukan dalam dua cara: ❖ disguised yaitu, peran dan keberadaan observer tidak diketahui oleh subjek ❖ undisguised yaitu, subjek mengetahui peran dan keberadaan observer untuk mengumpulkan informasi mengenai perilaku mereka. Umumnya digunakan dalam penelitian antropologi, untuk memahami budaya setempat dan perilaku kelompok.



2). Structured observation ❖ Metode ini merupakan kompromi antara observasi naturalistik non intervensi (pasif) dan manipulasi IV secara sistematik yang melibatkan kontrol ketat a la laboratory experiment. ❖ Dapat dilakukan dalam setting alamiah atau laboratorium, penting untuk pengujian hipotesis. ❖ Umum digunakan dalam penelitian psikologi klinis dan psikologi perkembangan.



3). Field observation ❖ Observer memanipulasi satu atau lebih variabelindependen dalam setting natural untuk menentukan efeknya pada perilaku. ❖ Peneliti biasanya menggunakan confederate dalam manipulasi tersebut. ❖ Umum digunakan dalam riset psikologi social



B. Cara melakukan observasi i. Systematic Observation ➢ Scientific observation is made under precisely defined conditions, in a systematic and objective manner, and with careful record keeping. ➢ Sustained, explicit, methodical observing and paraphrasing of social situations in relation to their naturally occuring context. Sustained: berkesinambungan. Explicit: jelas, dapat direkonstruksi dan direplikasi. Methodical: mengikuti aturan dan langkah-langkah yang telah ditentukan. Paraphrasing: menyampaikan ulang. ➢ Systematic observation of behavior:



4|Page



➢ “observe behavior in natural or specially designed settings, record & classify each behavior objectively as it occurs or shortly thereafter, ensure that the obtained data are reliable and valid, and convert the data into quantitative information.” ➢ Observasi sistematis harus memiliki: a. Tujuan b. Fokus c. Terbatas pada jumlah data yang ingin dikumpulkan d. Metode perekaman terstandarisasi yang valid dan reliabel



ii. Unsystematic Observation (Casual atau Non-scientific Observation) ➢ Seringkali observer tidak menyadari bias pribadi dan bias situasional. ➢ Jarang membuat formal records tentang hal yang diobservasi, hanya mengandalkan memori → seberapa jauh memori dapat diandalkan?



C. Cara mencatat perilaku yang diobservasi i. Pencatatan menyeluruh ii. Pencatatan terfokus



ETIS PARTICIPANT OBSERVATION “Observer dapat memberi dampak (terlebih, dampak tidak langsung dan tidak disadari, serta negative after effect yang dapat terjadi) pada perilaku orang yang diobservasi.”



SETTING OBSERVASI ❑ Setiap setting memiliki keunikan tersendiri ❑ Perlu memahami perilaku yang akan diobservasi: ❑ Apakah terjadi di satu tempat atau di beberapa tempat? ❑ Apakah ada setting yang serupa di tempat lain (similar settings), dimanakah itu..? ❑ Apakah ada batasan populasi yang diteliti? ❑ Konteks sosial yang diturunkan, misal: usia, jenis kelamin, pekerjaan, dll. 5|Page



❑ Apakah ada periode waktu observasi?



PARAMETER OBSERVASI ▸



Frequency → berapa kali perilaku muncul selama waktu observasi?







Duration → berapa lama perilaku target terjadi?







Latency → berapa lama waktu yang dibutuhkan antara pemicu dengan kemunculan perilaku target?







Intensity → bagaimana dengan kedalaman perilaku target?







Rate → jumlah kemunculan perilaku dalam waktu yang spesifik (misal, dalam 1 menit ada berapa perilaku)



BAGIAN II MERENCANAKAN OBSERVASI



LANGKAH-LANGKAH OBSERVASI 1) Mengetahui/memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi. 2) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. 3) Membuat tata cara observasi (metode apa, alatnya apa). 4) Membatasi dengan tegas hal-hal yang akan diobservasi. 5) Melakukan observasi dengan secermat-cermatnya. 6) Membuat hasil catatan-catatan/observasi. 7) Memahami pencatatan dan penggunaan alat



MEMILIH PERILAKU/SAMPLING Mengapa menggunakan sampling? 1. Observer tidak dapat mengamati seluruh perilaku, karena terjadinya pada waktu, setting & kondisi tertentu 6|Page



2. Sampel digunakan u/ merepresentasikan populasi perilaku yang lebih besar 3. Dengan memilih waktu, setting & kondisi yang representatif u/ populasi tsb., hasil dapat digeneralisasikan 4. Sampling waktu, setting & kondisi mempengaruhi pemilihan partisipan 5. ‘Representative samples’ → sampel serupa dengan populasi partisipan yang lebih besar.



SAMPLING TERHADAP PERILAKU JENIS SAMPLING A. TIME SAMPLING 1. Kebanyakan digunakan untuk penelitian 2. Ada time interval/ membuat observasi secara sistematis maupun random 3. Sampel representatif diperoleh dgn memilih berbagai time interval untuk observasi 4. Interval: dipilih secara sistematis (hari pertama dari tiap minggu), random atau keduanya. Contohnya, mengobservasi perilaku anak di kelas, yaitu waktu observasi 2 jam/hari, jadwal observasi dibuat sistematis sepanjang hari sekolah 5. Dapat dilakukan secara acak maupun sistematis, maupun kombinasi keduanya. 6. Apapun jenis time sampling yang dipilih, peneliti harus menyadari kelebihan dan



kekurangan masing-masing jenis 7. Metode ini kurang efektif untuk sejumlah perilaku yang kemunculannya kurang



dapat diprediksi



B. EVENT SAMPLING 1. Digunakan untuk kejadian yang kemunculannya jarang, tidak teratur, atau tidak dapat diprediksikan. 2. Dicatat setiap kejadian yang memenuhi definisi yang telah ditentukan 3. Dapat digunakan u/ kejadian yg tidak dapat diramalkan, misal bencana alam 4. Biasanya bias dalam behavioral record



C. SITUATION SAMPLING 7|Page



1. Mengamati perilaku di lokasi berbeda dengan situasi kondisi yang berbeda pula 2. Memilih beberapa situasi yg dapat memunculkan perilaku target



D. SUBJECT SAMPLING Memilih partisipan tertentu



Contoh: Studi tentang perilaku makan para Mahasiswa Psikologi UP  Interval time sampling: makan siang (12-14 WIB), makan malam (18-20 WIB)  Situation sampling: kantin fakultas Psikologi, kantin lain, kantin Rektorat.  Subject sampling: pria saja, wanita saja, atau acak



MEMBUAT DEFINISI OPERASIONAL •



Perilaku target harus didefinisikan secara obyektif, jelas dan lengkap







Tujuannya adalah u/ membantu mengenali suatu perilaku yang terjadi pada situasi tertentu dan membedakan perilaku target dengan perilaku lain yang serupa, misalnya perilaku marah: mata terbelalak/melotot apakah sama dengan perilaku terkejut: mata terbelalak/melotot? Apa bedanya? → kembali melihat teori



OPERATIONAL DEFINITION OF BEHAVIOR ➢ Contoh: hubungan antara mood dan cuaca.  definisikan mood dan cuaca  Mood: positif (contoh perilaku: tertawa, tersenyum, etc.), & negatif (menangis, sedih, dll.)  Cuaca: mendung (berawan, lembab, kabut, hujan, dll.), and berawan (hangat, matahari masih bersinar, udara kering, dll.)



LANGKAH-LANGKAH MEMBUAT DEFINISI OPERASIONAL •



Membuat definisi perilaku target dengan jelas & tepat sesuai dengan teori atau wawancara dgn ortu, guru dan pengasuh 8|Page







Membuat daftar contoh-contoh perilaku target







Revisi definisi perilaku target dgn mencakup seluruh contoh perilaku







Membuat daftar contoh perilaku yg mirip/serupa dgn perilaku target (tetapi bukan merupakan perilaku target)







Revisi definisi awal sehingga tidak ada perilaku yang “mirip” tersebut







Contoh Pertama (1) → Observasi perilaku marah kepada teman pada anak kelas 1 SD di kelas Definisi Operasional:











Definisi perilaku marah ......







Contoh perilaku marah pada anak-anak .....







Revisi definisi berdasarkan contoh perilaku







Contoh perilaku yg “serupa” dgn marah (misalnya berteriak) tetapi bukan merupakan perilaku marah







Revisi definisi berdasarkan contoh perilaku “serupa”







Membuat Indikator Perilaku (1) •



Didapatkan dari contoh perilaku yg menggambarkan perilaku target, tetapi sudah tidak ada perilaku serupa







Membanting barang milik pribadi/teman







Melempar barang milik pribadi/teman







Memukul teman dgn tangan kosong







Mengatakan sesuatu kpd teman dgn suara keras







Menatap tajam ke arah teman







Dapat menjadi acuan u/ melakukan observasi



Contoh Kedua (2) → Observasi perilaku anak ketika bermain video game dengan konten agresif dan prososial Definisi Operasional: • Definisi perilaku agresif dan prososial ....... 9|Page



• Contoh perilaku agresif dan prososial pada anak-anak ..... • Revisi definisi berdasarkan contoh perilaku • Contoh perilaku yg “serupa” dgn agresif dan prososial tetapi bukan perilaku-perilaku tersebut • Revisi definisi berdasarkan contoh perilaku “serupa” • Membuat Indikator Perilaku (2) • Didapat dari contoh perilaku yg menggambarkan perilaku target, tetapi sudah bebas dari perilaku “serupa” • Agresif • memukul orang lain • Menyakiti orang lain dengan tangan kosong • Menyakiti orang lain dgn alat • Prososial • Memberikan sesuatu kepada orang lain • Melakukan suatu tugas atas permintaan orang lain



ALAT OBSERVASI 1.



Anekdotal Pencatatan dilakukan terhadap hal-hal penting sesegera mungkin pada tingkah laku yang istimewa. Observer harus mencatat secara teliti apa dan bagaimana kejadian terjadi. Kerugian dari bentuk seperti ini adalah memakan waktu yang agak lama.



2.



Catatan Berkala Observer mencacat macam-macam kejadian khusus sebagaimana pada observasi anekdotal, melainkan hanya pada waktu-waktu tertentu.



3.



Check List Check list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama aspek yang hendak diselidiki secara sistematis. Dengan check list ini lebih dapat dipastikan bahwa penyelidik mencatat tiap-tiap kejadian yang menjadi sasaran.



4.



Rating Scale Rating scale adalah pencatatan gejala menurut tingkatannya. Alat ini populer karena pencatatan dan analisanya mudah.



10 | P a g e



PENGUKURAN PERILAKU Bagaimana mengukur dan merekam perilaku:  Contoh: kontak mata  Seberapa sering kontak mata terjadi?  Berapa lama kontak mata terjadi?  Bagaimana intensitas kontak mata yang terjadi?







Tergantung dari metode apa yang digunakan







Frekuensi: 5, 10, 15 kali







Durasi: 5, 10, 15 menit







Volume: jumlah susu diminum bayi dalam satu hari







Putaran waktu dari satu perilaku ke perilaku lain



Skala pengukuran: 1. Skala Nominal: mengkategorikan perilaku atau aspek ke dalam kategori diskrit. Contoh: warna kulit  coklat, putih, kuning, etc. 2. Skala Ordinal: mengurutkan aspek yang diukur. Ada hubungan aritmatik.  “lebih besar”, “lebih kecil”. Contoh: rangking kelas → tdk diketahui seberapa jauh beda performance antara ranking 1 dan 2, atau antara 2 dan 3 3. Skala Interval: menentukan secara spesifik sejauh mana perbedaan antar dimensi. Contoh: perbedaan skor pada tes bakat Dalam mengkuantifikasi perilaku, peneliti membuat rating terhadap perilaku dalam kejadian. Contoh rating scale: –



Interaksi anak dan orang tua







Skala emosi (menunjuk ada di level berapa)



4. Skala Rasio: mencakup skala interval dan memiliki absolut nilai nol Contoh: berat, waktu, jarak 11 | P a g e



BAGIAN III VALIDITAS, RELIABILITAS, BIAS, ANALISIS & INTERPRETASI



• Validitas menunjukkan sejauh mana “ketepatan” dan “kecermatan” suatu alat ukur melakukan fungsinya. • Validitas menunjukkan seberapa jauh prosedur pengukur mengukur hal yang seharusnya diukur, maka dalam suatu observasi dapat dilakukan sejumlah pengecekan. • Jenis Validitas •



Validitas Konstruk Contoh dalam hal kita ingin mengukur agresivitas anak, maka apakah benar perilaku yang ditandai sebagai kode observasi (memaki, memukul, dan sebagainya) merupakan bagian dari agresivitas dan merupakan definisi operasional yang tepat bagi agresivitas?







Validitas Konkuren Apakah data yang diperoleh sesuai dengan perolehan data lain (misalnya rating, dan sebagainya).







diukur dengan cara



sifat



maupun



Validitas Konten Apakah data yang diperoleh menggambarkan dengan cermat agresivitasnya yang terjadi selama observasi?







bila



tingkat



Validitas Prediktif Apakah perilaku yang ditandai dengan kode observasi tersebut kriteria penting lain?



dapat



memprediksikan



CARA MENINGKATKAN VALIDITAS ❖ Membentuk tim pengamat yang sebaiknya terdiri atas kelompok usia dan gender yang beragam. ❖ Melakukan cek silang hasil temuan antar peneliti ❖ Penjelasan menggunakan analisis induktif, sehingga memiliki alur logika yang jelas. 12 | P a g e



❖ Memanfaatkan teknik verisimilitude/vraisemblance → yaitu teknik penulisan yang bisa membawa pembaca merasa begitu dekat dengan subjek penelitian



RELIABILITAS •



Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang “relatif” sama.







Reliability → Reliabilitas hasil observasi didapat melalui metode interobserver reliability







Derajat persetujuan diantara dua observer atau lebih







“the fewer the categories, the more precise their definitions, and the less inference required in making classification the greater will be the reliability of the data”







Interobserver Reliability (IR) → Studi observasional pada umumnya adalah observer agreement







Observasi dilakukan secara independen & simultan







Low IR → kejadian yang dicatat kurang dijelaskan secara lengkap







Pengukuran IR tergantung pada bagaimana perilaku diukur







Apabila event diklasifikasi mutually exclusive categories (skala nominal, misalnya laki-laki & perempuan, gemuk dan kurus), maka IR dinilai menggunakan persentase persetujuan







Jenis reliability







1.



Coefficient of observer agreement → Observer yg berbeda mengamati perilaku pada waktu yg sama



2.



Stability coefficient → Observer yg sama mengamati pada waktu yg berbeda



3.



Reliability coefficient → Observer yg berbeda mengamati pada waktu



yg berbeda



Rumus: Jumlah dimana 2 observer setuju Jumlah kesempatan untuk setuju







Misalnya, mengamati orang yg sedang melewati kantin & mengkategorikan mereka sebagai berbadan gemuk atau kurus Buatlah definisi operasional mengenai gemuk/kurus Subjek



Pengamat



13 | P a g e







1



G



G



2



G



K



3



K



G



4



K



K



50



G



G



Misalnya dari 50 pengamatan, ke 2 observer setuju 35 X dan berbeda 15 X IR → 35/50 x 100 = 70% Agreement di bawah 85% → kurang bagus/unacceptable



CARA MENINGKATKAN RELIABILITAS 1. Definisi verbal yg tepat → mencegah inferensi 2. Contoh konkret mengenai fenomena yg diamati 3. Melatih observer & praktek melakukan observasi 4. Feedback mengenai diskrepansi hasil observasi mereka 5. Gunakan kategori yg sedikit 6. Melakukan observasi secara sistematis dan berulang mengarah pada hasil temuan yang sama



terhadap berbagai peristiwa yang



7. Peneliti harus memperhatikan 2 variabel yang sangat pokok yaitu “waktu” dan “tempat” agar hasil yang didapat lebih konsisten



BIAS OBSERVER •



Dalam observasi, validitas dan reliabilitas dipengaruhi oleh Observer yang berpotensi melakukan kesalahan







Observer: Differences, Bias & Drift







Observer Differences: Dalam kepekaan terhadap situasi sosial penting dan faktor situasional. Gender dan etnis Bagaimana mereka terpengaruh o/ serangkaian perilaku & respon terhadap tersebut yg mungkin mempengaruhi observasi mereka 14 | P a g e







Observer Drift: Apabila observasi berlangsung lama, observer mungkin menunjukkan tanda “lupa, lelah, dan motivasi menurun” → Standar yg digunakan dapat berubah







Observer Bias: Errors committed by the observer in the course of the observational assessment 1. Central tendency → Observer lebih sering menggunakan kategori yang di tengah dalam skala rating daripada kategori tepi, sehingga dalam prosesnya cenderung underestimasi perilaku yang intens dan overestimasi perilaku yang lemah. 2. Leniency → Observer cenderung membuat penilaian yang cenderung ke arah “baik” terhadap subjek. 3. Efek primacy → Observer membiarkan kesan pertama mendistorsikan kesan atau penilaiannya kemudian. 4. Halo effect → Observer membuat penilaian berdasar kesan umum subjek atau berdasar perilaku subjek yang paling mencolok. 5. Teori pribadi → Observer menyesuaiakn observasi ke asumsi teori pribadi. 6. Nilai pribadi → Observer menyesuaikan observasi ke harapan, nilai, dan minat pribadi. 7. Overestimasi → Perilaku yang hampir-hampir tidak dikenali ada pada diri observer sendiri. Misalnya, observer overestimasi volume suara subjek sebab observer sendiri tidak mengenali bahwa suaranya terlalu rendah volumenya. 8. Kesalahan logika → Observer membuat penilaian yang serupa terhadap sifat-sifat subjek yang kelihatannya secara logika saling terkait. 9. Kesalahan kontras → Pada sifat khusus, observer menilai subjek jauh lebih berbeda dengan diri observer sendiri daripada kenyataannya. 10. Kesalahan proksimitas → Observer menilai serupa sifat-sifat tertentu karena bentuk penilaian membuat sifat-sifat itu berdekatan dalam waktu atau letak. 11. Pengaruh pribadi → Tanpa diketahui oleh observer sendiri, karakteristik diri observer (usia, jenis, kelamin, ras, dan status sosial) mempengaruhi penilaian perilaku subjek. 12. Ketidakstabilan penilaian observer → Kriteria penilaian yang dipakai oleh observer berubah bersama waktu, akibat ada dan tidaknya perilaku karena kelelahan, atau belajar, atau penyebab lainnya. 13. Terlewat → Observer alpa mencatat perilaku yang muncul. 14. Commision → Observer keliru kode suatu perilaku.



15 | P a g e



15. Efek harapan → Harapan observer mempengaruhi pencatatan, atau observer mengharapkan sesuatu terjadi dan mengkomunikasikan harapan ini kepada subjek. 16. Reaktivitas observer → Observer berubah pencatatan perilakunya karena ia sadar diamati balik oleh observee. 17. Isyarat nonverbal → Observer dengan tidak sengaja memberi isyarat kepada subjek sehingga mendukung perilaku tertentu pada subjek.



SECARA GARIS BESAR Sumber Error Kualitas pribadi observer



Setting, codes, scales & instruments



Subjek yang diamati Sampel



Tipe Error Central tendency;leniency/generosity; primacy effect; halo effect; personal values, observer drift, omission; observer reactivity; expectancy effect; nonverbal cues Unrepresentative behavioral setting; coding complexity; rating scales; mechanical instruments; influence of extraneous cues Reactivity; role selection; measurement becomes agent of change;response set; behavior drift Unrepresentative sample; sample instability; unrepresentative data



ANALISIS HASIL OBSERVASI •



Observasi naturalistik → data terutama kualitatif – deskripsi dari observasi itu sendiri







Narrative records → informasi yg kaya mengenai perilaku dalam setting ilmiah







Menggunakan analisis data kualitatif → meringkas data secara verbal, identifikasi tema, kategorisasi informasi, mengelompokkan berbagai informasi & mencatat observasi mengenai narrative records







Systematic observation → peneliti menentukan perilaku yg akan menjadi fokus, memilih setting dimana perilaku dapat diobservasi & membuat Coding System (CS) CS harus sangat sederhana → Contoh: ada perilaku (1), tidak ada perilaku (0)







Data reduction: proses abstraksi dan penyimpulan data perilaku







Data reduction: melibatkan proses Coding, yaitu identifikasi unit perilaku atau kejadian tertentu berdasar kriteria tertentu







Coding: biasanya didasarkan pada unit perilaku atau kejadian yang berhubungan dengan tujuan penelitian



16 | P a g e







Data reduction dgn Coding → memungkinkan peneliti menentukan hubungan antar jenis perilaku tertentu dan kejadian yang menjadi antecedent dari perilaku ini







Descriptive measures digunakan u/ meringkas data observasi bila analisis data kualitatif yg digunakan seperti mean, median, modus, frekuensi







Apabila klasifikasi dalam bentuk mutually exclusive categories (skala normal) → biasanya pengukuran relative frequency = rasio antara frekuensi berbagai perilaku terjadi dan frekuensi total dari kejadian yang diobservasi







Dinyatakan dalam proporsi atau persentase







Apabila observasi dicatat menggunakan interval scale atau ratio scale measures of time (duration, latency) → pengukuran central tendency: arithmatic mean atau average, standard deviation



INTERPRETASI HASIL OBSERVASI •



Bagaimana membuat perilaku yg diamati menjadi lebih bermakna?







Gunakan norma informal: –



misalnya kalau dalam group setting, observasi anak yg menjadi target dan salah satu temannya yg tidak bermasalah, dgn usia & sex yg sama. Perilaku peer bisa menjadi norma → micronorm







buat norma lokal: norma yg dibuat berdasar metode “scan check”, mis: scanning kelas u/ 5 detik setiap 2 menit, u/ masa 20 menit & berapa banyak individu yg menunjukkan masalah seperti anak yg menjadi target







Cara lain: bandingkan perilaku anak sekarang ini dgn perilakunya di waktu lalu, anak menjadi norma/standarnya sendiri







Hasil dari systematic observation: evaluasi bagian setting, orang yg ada dalam setting tersebut & lingkungan secara keseluruhan mungkin dapat mempengaruhi perilaku individu







info mengenai tempat observasi, hari 7 waktu observasi, lamanya sesi observasi, penemuan dari observasi & implikasi dari penemuan tsb.







Laporan mengenai koefisien reliabilitas: statisitik/angka % harus disertai penjelasan apakah telah memuaskan atau belum. Apabila reliabilitas terlalu rendah, diskusikan apakah sebabnya?







Interpretasi hasil observasi: dikaitkan dengan teori psikologi yg digunakan & hasil observasi lainnya yg ada mengenai individu/kelompok target.



BAGIAN IV 17 | P a g e



MENCATAT HASIL OBSERVASI



TEKNIK PENCATATAN •



KUALITATIF → NARATIF







KUANTITATIF →



- INTERVAL RECORDING - EVENT RECORDING - RATINGS RECORDING



NARRATIVE RECORDING •



Teknik ini berguna untuk memberikan gambaran utuh yang menyeluruh dari tingkah laku alami yang dimunculkan.







Pencatatan dengan metode ini dilakukan tanpa pengukuran kuantitatif, melainkan hanya berupa pencatatan gambaran kejadian







Membantu memberikan gambaran yang komprehensif dari tingkah laku alamiah anak (kelompok) → anecdotal record







Contoh: Winky menunjuk ke arah jendela dan dengan wajah berseri, ia berkata dengan gembira,”Hujan salju bunga ceri! Pertama putih, lalu hijau, lalu merah, merah, merah! Aku mau melukis!” Dia menuju ke kanvas dan dengan cepat membuat coret-coretan. Sambil bergeser ke arah Wayne, ia berbisik kepadanya, ”Wayne, kamu mau biru? Aku berikan padamu, oke? Kamu berikan merah ke padaku karena aku akan membuat gambar buah ceri, banyak sekali buah ceri!” Setelah anak-anak lelaki itu bertukar wadah cat, Winky duduk tegak dan dengan sebuah helaan kelegaan, ia memulai gambarnya dengan cepat tapi dengan sentuhan bersih, dimana kuasnya diusapkan di ujung wadah cat.







Observer mencatat tingkah laku sebagaimana terjadinya → running record







Contoh Running Record 07.00



Ibu berkata dengan nada santai dan ramah,”Bangun, Raymond.” dengan sedikit desakan dalam suaranya, ia berkata lagi,”Nak, apakah kamu akan pergi ke sekolah hari ini?” Raymond tidak segera memberikan respon. Dia mengusap-usap wajahnya dan bergumam sedikit. Dia masih terbaring. Ibunya mengulangi perkataan dengan nada yang ramah,”Raymond, bangun.” Raymond bergumam lagi dan menendang kakinya dengan cepat sebagai bentuk protes



07.01



Raymond mengambil sebuah kaus kaki dan mulai memasangnya di kaki kirinya 18 | P a g e



07.02



Ibunya bertanya,”apakah kamu mau memakai kaus dalam ini atau kamu ingin memakai yang lama?”







Bersifat global, semiglobal atau sempit (Sattler, 1991).







Deskripsi global (disebut juga sebagai molar or broad description) → fokus pada tindakan yang menggambarkan tingkah laku sebagai keseluruhan; butuh inferential judgement







Deskripsi semiglobal → berisi detil-detil umum tambahan dari tingkah laku







Deskripsi yang sempit (disebut juga molecular or fine description) → menggambarkan detildetil khusus dari tingkah laku atau setting Deskripsi Global Makan di kantin Bermain di sekolah







Deskripsi Sempit Tersedak, menggunakan tangan kanan, dll. Main lompat tali, berlari keliling taman



Membentuk suatu kontinum dari low inferential judgement (behavioral descriptive statement) hingga high inferential judgement (behavioral inferential judgement) - low inferential judgement → mencatat tingkah laku - high inferential judgement → membuat dapat diobservasi secara langsung







yg dapat diamati secara langsung



interpretasi



berdasarkan tingkah laku yg



Low Inferential Judgement High Inferential Judgement Ia mendapat nilai 100 pada ulangan matematika Ia berbakat dalam matematika Ia mengatakan banyak hal-hal positif mengenai dirinya Ia memiliki self-concept yang baik Narrative vs Kuantitative → menggambarkan kejadian-kejadian tanpa menggunakan prosedur pencatatan kuantitatif Narrative recording dapat dikuantifikasi, misalnya, dengan mencatat jumlah tindakan tertentu yang ditampilkan anak atau jumlah anak berbicara Narrative recording dapat pula dikodekan ke dalam berbagai kategori, lalu koding tersebut dikuantifikasi







Penggunaan Narrative Recording Dapat dilakukan dalam berbagai setting, dan periode waktu Untuk mendapat gambaran yang mendalam tentang tingkah laku anak, kelompok, atau guru, dll







Perlu diperhatikan dalam mendesain Narrative Recording o



Jumlah observasi



o



Lamanya tiap periode observasi 19 | P a g e















o



Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia anak, setting, dan alasan observasi



o



Jenis narrative recording yang akan digunakan (anecdotal record, running record)



o



Tingkah laku target



o



Cara pencatatan (mengetik di komputer/tablet, audiotape, videotape)



Panduan membuat narrative recording o



Mengidentifikasi anak yang akan diobservasi dan orang lain yang ada dalam setting observasi



o



Mencatat setting dan waktu



o



Mencatat tingkah laku verbal dan nonverbal



o



Menggunakan bahasa sehari-hari dalam menuliskan deskripsi



o



Catatan berupa deskripsi (gambaran) daripada interpretasi



o



Pertimbangkan kehadiran observer yang dapat mempengaruhi tingkah laku anak



Keuntungan Narrative Recording o



Memberikan catatan tingkah laku yang dimunculkan oleh responden dan kesan umum yang ditangkap oleh pengamat.



o



Menjaga urutan kejadian sesuai dengan yang sebenarnya.



o



Tidak memerlukan banyak peralatan.



o



Biasanya digunakan sebagai catatan pendahuluan untuk dilanjutkan dengan prosedur observasi yang sistematis.



Kekurangan Narrative Reading o



Sulit untuk dilakukan kuantifikasi terhadap data yang dimiliki.



o



Memerlukan usaha lebih besar dalam melakukan validasi (kecuali menggunakan videotape)



o



Reliabilitas kurang kuat karena hasil dapat bervariasi di antara beberapa pengamat.



INTERVAL RECORDING •



Teknik pencatatan ini berorientasi pada aspek-aspek tingkah laku yang tampak pada interval waktu tertentu.



20 | P a g e







Fokus pencatatan adalah pada jumlah interval dimana perilaku terjadi, bukan jumlah kemunculan perilaku.







Disebut juga sebagai time sampling, interval sampling, atau interval time sampling







Fokus pada aspek-aspek tingkah laku yang dipilih sejalan tingkah laku itu terjadi dalam interval waktu tertentu







Data kuantitatif yang diperoleh dalam interval recording berupa jumlah interval di mana tingkah laku target terjadi







Jumlah frekuensi menggambarkan jumlah interval, bukan jumlah berapa kali tingkah laku terjadi







Periode observasi dibagi dalam beberapa segmen atau interval singkat (biasanya 5 sampai 30 detik, tergantung lamanya observasi)







Kehadiran atau ketidakhadiran dari tingkah laku target pada tiap interval di-tally







Cocok untuk observasi terkontrol dan studi laboratorium







Beda Interval Recording – Time Sampling











o



Interval recording → periode observasi terbatas (misalnya 15 menit) dan dibagi ke dalam sejumlah interval tertentu



o



Time sampling → observasi singkat dibuat baik pada waktu-waktu tertentu dalam sehari atau pada waktu-waktu random



Mendesain Interval Recording, ditentukan: o



Jumlah observasi



o



Lamanya tiap periode observasi



o



Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia anak, setting, dan alasan observasi



o



Jenis interval recording yang akan digunakan (lihat prosedur interval recording )



o



Lamanya interval observasi → tergantung pada tingkah laku target: interval pendek lebih dipilih untuk tingkah laku yang berlangsung singkat



o



Lamanya interval recording, jika ada



o



Tingkah laku target yang akan diamati



o



Metode pencatatan data (paper and pencil, electronic recording device)



Keuntungan Interval Recording o



Dengan adanya rentang waktu yang ditetapkan, maka dapat dilihat kaitan antara waktu dan tingkah laku. 21 | P a g e







o



Lebih efisien dalam hal biaya, peralatan, dan waktu.



o



Memfasilitasi pengecekan untuk interobserver reliability



o



Menjamin tingkah laku diamati di bawah kondisi yang sama di setiap waktu



o



Memungkinkan mengobservasi lebih dari satu orang



Kekurangan Interval Recording o



Oleh karena hanya fokus pada interval-interval tertentu, maka kualitas dan lamanya kemunculan perilaku menjadi kurang diperhatikan.



o



Urutan munculnya perilaku seringkali tidak tercatat



EVENT RECORDING •



Setiap kejadian tingkah laku dicatat sebagaimana terjadi







Unit pengukuran dalam event recording adalah tingkah laku. Artinya, observer menunggu munculnya tingkah laku target, lalu dicatat







Tepat untuk mengukur perilaku diskrit, yaitu yang dapat didefinisikan secara jelas kapan dimulainya dan kapan berakhirnya, seperti jumlah masalah yang berhasil diselesaikan, jumlah kata yang diucapkan dengan benar







Kurang tepat untuk mencatat high-rate behavior atau tingkahlaku yang memiliki durasi beragam







Mendesain Event Recording, ditentukan:







o



Jumlah observasi



o



Lamanya tiap periode observasi



o



Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia, setting dan alasan observasi



o



Tingkah laku target yang akan diamati



Metode Pencatatan Data •



Untuk merekam respons dapat digunakan checklist, membuat tally, dot-and-line method, dll. Metode



Tingkah laku



Dot and line



tally



22 | P a g e



Cooperation



• •



IIII III



• • Crying



• •



II







Untuk mencatat durasi tingkah laku dapat digunakan stopwatch







Data kuantitatif yang diperoleh dalam event recording → frekuensi atau jumlah kejadian/ tingkah laku yang muncul dalam periode tertentu







Observer dapat mengetahui dimensi tingkah laku → misalnya rate dari tingkah laku, durasi tingkah laku, intensitas tingkah laku, dan latensi tingkah laku Rate dari tingkah laku → n/t n = jumlah tingkah laku t = lamanya periode observasi







Durasi tingkah laku = lamanya tiap-tiap kejadian dari tingkah laku berlangsung atau periode antara permulaan dan akhir tingkah laku







Keuntungan Event Recording







o



Lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga pengamat karena mudah dilakukan



o



Mendeteksi tingkah laku low rates



o



Memungkinkan pencatatan beberapa tingkah laku



o



Efisien dalam waktu dan SDM



o



Dapat memberikan informasi perubahan tingkah laku serta jumlah



Kelemahan Event Recording o



Sulit mencari pengamat yang memiliki kualitas mempertahankan perhatian dalam waktu yang lama.



o



Memerlukan periode observasi yang konstan sedangkan tidak semua kondisi memberikan kesempatan waktu yang cukup bagi pengamat.



o



Tidak cocok untuk mencatat tingkah laku yang tidak diskrit



o



Issue interobserver reliability (sulit mendapatkan nilai yang appropriate)



o



Observer harus mempertahankan perhatian secara optimal dalam periode cukup lama



baik



dalam



hal



23 | P a g e



o



Sulit dibandingkan jika periode observasi tidak konstan



RATING RECORDING •



Pengamat melakukan pengukuran dengan menggunakan skala yang mampu menunjukkan tingkat atau derajat dari tingkah laku yang diamati.







Rating recording memungkinkan observer menilai tingkah laku menggunakan skala







Observer membuat on-the-spot judgement







Issue objektivitas harus diperhatikan







Mudah oleh dipengaruhi observer bias (lihat kuliah minggu lalu)







Merupakan alat yang menunjukkan derajat di mana seseorang memiliki trait atau tingkah laku tertentu







Tiap tingkah laku dinilai dalam sebuah kontinum (dari tingkat terendah → tertinggi)







Poin atau angka yang mewakili kontinum tingkah laku harus didefinisikan secara jelas







Perhatikan subjektivitas observer







Kegunaan Rating Recording











o



Menilai aspek tingkah laku yang lebih global → untuk mendapat impresi kuantitatif



o



Menilai tingkah laku yang sulit untuk diukur secara langsung



o



Menilai perilaku dalam berbagai setting



Mendesain rating Recording, ditentukan: o



Jumlah observasi



o



Lamanya tiap periode observasi



o



Periode waktu observasi akan dilakukan → tergantung usia anak, setting dan alasan observasi



o



Tingkah laku target yang akan diamati



Metode Pencatatan Data



24 | P a g e



o



Graphic scale → Rating scale untuk satu tingkah laku saja. Berbagai tingkah laku yang mirip dapat di-list pada skala yang sama



Graphic scale Berbagi Mainan



o



sering kadang2 jarang tdk pernah



Numerical Scales (berbentuk numerik)



1. 2. 3. 4. 5.



o



selalu



Rentang Perhatian Jarang menyelesaikan tugas, bergerak cepat dari satu tempat ke tempat lain Biasanya butuh dukungan untuk menyelesaikan tugas Dapat menyelesaikan tugas yang sesuai dengan usianya hingga selesai Dapat bertahan dengan aktivitas yang dipilih untuk Periode waktu yang lama



Semantic Differential → penggunaan 7-skala poin dengan kata sifat dari makna yang berbeda pada tiap ujungnya Sematic Differential Scale Happy |___|___|___|___|___|___| Sad Friendly |___|___|___|___|___|___| Hostile



o



Forced Choice → Observer harus memilih satu dari beberapa rentang tingkah laku yang di-list untuk tiap-tiap trait Forced Choice Scale Ball catching Fearful misses ____







Usually Often No misses accomodation body ____ ____ ____



Uses only ____



Hands ____



Keuntungan Rating Recording o



Selain data yang diperoleh dapat dikuantifikasi, aspek kualitatif juga dapat diamati.



o



Menyediakan frame of reference umum untuk membandingkan perilaku individu dengan individu lain



o



Cocok untuk mencatat banyak tingkah laku / trait berbeda dalam satu waktu



o



Mencatat aspek kualitatif dari tingkah laku



o



Efisien dalam waktu 25 | P a g e



o







Data dapat dikuantifikasi dan dianalisis secara statistik



Kelemahan Rating Recording o



Subjektivitas antar pengamat yang berbeda dapat menghasilkan poin yang berbeda dalam pengisian rating pada skala.



o



Nilai skala sangat mungkin berdasarkan “asumsi” observer → poin/gradasi dalam skala kadang sulit untuk dibedakan



o



Definisi yang ambigu/kompleks membuat interobserver reliability menjadi rendah



o



Kurang tepat untuk mencatat penyebab dan akibat dari tingkah laku



o



Tidak akurat jika ada delay antara observasi dan pencatatan tingkah laku



CHECKLIST •



Teknik pencatatan ini bermanfaat jika pengamat memiliki sejumlah perilaku target yang sederhana dan dapat dijabarkan ke dalam bentuk item-item yang mudah dipahami.







Daftar dari trait atau tingkah laku tertentu yang diatur dalam urutan logis







Berguna jika observer ingin mengidentifikasi tingkah laku atau trait tertentu atau tidak







Item-item dalam checklist harus di-list secara jelas dalam bentuk yang objektif → nonjudgemental







Item-item harus pendek, deskriptif, dan mudah dimengerti







Kelebihan Checklist







o



Teknik merupakan teknik pencatatan observasi yang paling mudah dilakukan dan dapat dilakukan oleh siapa saja karena mudah dipelajari.



o



Dapat digunakan oleh nonspecialist observer (mis: guru)



o



Dapat digunakan saat observee hadir atau setelahnya dengan mengandalkan ingatan terhadap tingkah laku → hati-hati



o



Sejumlah observer dapat menilai anak/target yang sama → inter-observer reliability



o



Dapat mencatat beberapa tingkah laku dalam satu waktu



Kelemahan Checklist o



Hanya mengungkap ada atau tidak adanya perilaku sehingga kualitas dari perilaku tidak dapat diketahui dengan jelas. 26 | P a g e



o



Sifatnya tertutup, melihat tingkah laku tertentu dan bukan semua perilaku yang terjadi → kehilangan tingkah laku yang penting



o



Terbatas pada “kehadiran” dan “ketidakhadiran” tingkah laku



o



Informasi tentang kualitas tingkah laku, durasi, dan deskripsi → kurang



FORMAT LAPORAN OBSERVASI







Tema







Konstruk & definisi operasioal







Kisi-kisi perilaku







Panduan observasi







Hasil: o o







Deskriptif kelompok Deskriptif masing-masing peserta



Kesimpulan o o



Dinamika kelompok Dinamika masing-masing peserta



27 | P a g e