Arang Aktif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Beranda Skima zigma Smk Negeri 3 Kimia Madiun Welcome SMK Negeri 3 Kimia madiun dan comunitas SKIMA-ters Mei 26, 2008 KARBON AKTIF (Tinjauan literatur) Posted by admin under slentingan [47] Comments Oleh : arifin_pararaja



Pada abad XV, diketahui bahwa arang aktif dapat dihasilkan melalui komposisi kayu dan dapat digunakan sebagai adsorben warna dari larutan. Aplikasi komersial baru dikembangkan pada tahun 1974 yaitu pada industri gula sebagai pemucat, dan menjadi sangat terkenal karena kemampuannya menyerap uap gas beracun yang digunakan pada Perang Dunia I. Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat arang aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan industri. Hampir 60% produksi arang aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi. Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit kelapa, dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan dalam yang luas. Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifatsifat fisika dan kimia. Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif. Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu



60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya arang aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap tertentu beberapa jenis arang aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut. Gambar. 1 Struktur karbon aktif. Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk misalnya gravel, pelet (0.8-5 mm) lembaran fiber, bubuk (PAC : powder active carbon, 0.18 mm atau US mesh 80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular Active carbon, 0.2-5 mm) dsb. Serbuk karbon aktif PAC lebih mudah digunakan dalam pengolahan air dengan sistem pembubuhan yang sederhana. Serbuk (powder) Butiran (granule) Bongkahan (gravel) Pelet



Gambar. 2 Bentuk karbon aktif. Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif, bahan tersebut antara lain: tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batubara. Di negara tropis masih dijumpai arang yang dihasilkan secara tradisional yaitu dengan menggunakan drum atau lubang dalam tanah, dengan tahap pengolahan sebagai berikut: bahan yang akan dibakar dimasukkan dalam lubang atau drum yang terbuat dari plat besi. Kemudian dinyalakan sehingga bahan baku tersebut terbakar, pada saat pembakaran, drum atau lubang ditutup sehingga hanya ventilasi yang dibiarkan terbuka. lni bertujuan sebagai jalan keluarnya asap. Ketika asap yang keluar berwarna kebiru-biruan, ventilasi ditutup dan dibiarkan selama kurang lebih kurang 8 jam atau satu malam. Dengan hati-hati lubang atau dibuka dan dicek apakah masih ada bara yang menyala. Jika masih ada yang atau drum ditutup kembali. Tidak dibenarkan mengggunakan air untuk mematikan bara yang sedang menyala, karena dapat menurunkan kwalitas arang. Akan tetapi secara umum proses pembuatan arang aktif dapat dibagi dua yaitu: 1. Proses Kimia. Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan kimia tertentu, kemudian dibuat padat. Selanjutnya padatan tersebut dibentuk menjadi batangan dan dikeringkan serta dipotong-potong. Aktifasi dilakukan pada temperatur 100 °C. Arang aktif yang dihasilkan, dicuci dengan air selanjutnya dikeringkan pada temperatur 300 °C. Dengan proses kimia, bahan baku dapat dikarbonisasi terlebih dahulu, kemudian dicampur dengan bahan-bahan kimia. 2. Proses Fisika Bahan baku terlebih dahulu dibuat arang. Selanjutnya arang tersebut digiling, diayak untuk selanjutnya diaktifasi dengan cara pemanasan pada temperatur



1000 °C yang disertai pengaliran uap. Proses fisika banyak digunakan dalam aktifasi arang antara lain : a. Proses Briket: bahan baku atau arang terlebih dahulu dibuat briket, dengan cara mencampurkan bahan baku atau arang halus dengan “ter”. Kemudian, briket yang dihasilkan dikeringkan pada 550 °C untuk selanjutnya diaktifasi dengan uap. b. Destilasi kering: merupakan suatu proses penguraian suatu bahan akibat adanya pemanasan pada temperatur tinggi dalam keadaan sedikit maupun tanpa udara. Hasil yang diperoleh berupa residu yaitu arang dan destilat yang terdiri dari campuran metanol dan asam asetat. Residu yang dihasilkan bukan merupakan karbon murni, tetapi masih mengandung abu dan “ter”. Hasil yang diperoleh seperti metanol, asam asetat dan arang tergantung pada bahan baku yang digunakan dan metoda destilasi. Diharapkan daya serap arang aktif yang dihasilkan dapat menyerupai atau lebih baik dari pada daya serap arang aktif yang diaktifkan dengan menyertakan bahan-bahan kimia. Juga dengan cara ini, pencemaran lingkungan sebagai akibat adanya penguraian senyawa-lenyawa kimia dari bahan-bahan pada saat proses pengarangan dapat diihindari. Selain itu, dapat dihasilkan asap cair sebagai hasil pengembunan uap hasil penguraian senyawa-senyawa organik dari bahan baku. Ada empat hal yang dapat dijadikan batasan dari penguraian komponen kayu yang terjadi karena pemanasan pada proses destilasi kering, yaitu: 1. Batasan A adalah suhu pemanasan sampai 200 °C. Air yang terkandung dalam bahan baku keluar menjadi uap, sehingga kayu menjadi kering, retak-retak dan bengkok. Kandungan karbon lebih kurang 60 %. 2. Batasan B adalah suhu pemanasan antara 200-280 °C. Kayu secara perlahan – lahan menjadi arang dan destilat mulai dihasilkan. Warna arang menjadi coklat gelap serta kandungan karbonnya lebih kurang 700%. 3. Batasan C adalah suhu pemanasan antara 280-500 °C. Pada suhu ini akan terjadi karbonisasi selulosa, penguraian lignin dan menghasilkan “ter”. Arang yang terbentuk berwarna hitam serta kandungan karbonnya meningkat menjadi 80%. Proses pengarangan secara praktis berhenti pada suhu 400 °C. 4. Batasan D adalah suhu pemanasan 500 °C, terjadi proses pemurnian arang, dimana pembentukan “ter” masih terus berlangsung. Kadar karbon akan meningkat mencapai 90%. Pemanasan diatas 700 °C, hanya menghasilkan gas hidrogen. Namun secara umum dan sederhana proses pembuatan arang aktif terdiri dari tiga tahap yaitu: 1. Dehidrasi : proses penghilangan air dimana bahan baku dipanaskan sampai temperatur 170 °C. 2. Karbonisasi : pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon. Suhu diatas 170°C akan menghasilkan CO, CO2 dan asam asetat. Pada suhu 275°C, dekomposisi menghasilkan “ter”, metanol dan hasil samping lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada temperatur 400 – 600 0C



3. Aktifasi : dekomposisi tar dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan dengan uap atau CO2 sebagai aktifator. Proses aktifasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul – molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Metoda aktifasi yang umum digunakan dalam pembuatan arang aktif adalah: 1. Aktifasi Kimia. Aktifasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan pemakian bahan-bahan kimia. Aktifator yang digunakan adalah bahanbahan kimia seperti: hidroksida logam alkali garam-garam karbonat, klorida, sulfat, fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl2, asam-asam anorganik seperti H2SO4 dan H3PO4. 2. Aktifasi Fisika. Aktifasi ini merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas, uap dan CO2. Umumnya arang dipanaskan didalam tanur pada temperatur 800-900°C. Oksidasi dengan udara pada temperatur rendah merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit untuk mengontrolnya. Sedangkan pemanasan dengan uap atau CO2 pada temperatur tinggi merupakan reaksi endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan paling umum digunakan. Beberapa bahan baku lebih mudah untuk diaktifasi jika diklorinasi terlebih dahulu. Selanjutnya dikarbonisasi untuk menghilangkan hidrokarbon yang terklorinasi dan akhimya diaktifasi dengan uap. Juga memungkinkan untuk memperlakukan arang kayu dengan uap belerang pada temperatur 500°C dan kemudian desulfurisasi dengan H2 untuk mendapatkan arang dengan aktifitas tinggi. Dalam beberapa bahan barang yang diaktifasi dengan percampuran bahan kimia, diberikan aktifasi kedua dengan uap untuk memberikan sifat fisika tertentu. Dengan bertambah lamanya destilasi serta bertambah tingginya temperatur destilasi, mengakibatkan jumlah arang yang dihasilkan semakin kecil, sedangkan destilasi dan daya serap makin besar. Meskipun dengan semakin bertambahnya temperatur destilasi, daya serap arang aktif semakin baik, masih diperlukan pembatasan temperatur yaitu tidak melebihi 1000 0C, karena banyak terbentuk abu sehingga menutupi pori-pori yang berfungsi untuk mengadsorpsi. Sebagai akibatnya daya serap arang aktif akan menurun. Selanjutnya campuran arang dan aktifator dipanaskan pada temperatur dan waktu tertentu. Hasil yang diperoleh, diuji daya serapnya terhadap larutan Iodium. Menurut SII No.0258 -79, arang aktif yang baik mempunyai persyaratan seperti yang tercantum pada tabel berikut ini: Tabel. 1 Spesifikasi karbon aktif.



Jenis Persyaratan Bagian yang hilang pada pemanasan 950 oC. Maksimum 15% Air Maksimum 10% Abu Maksimum 2,5% Bagian yang tidak diperarang Tidak nyata Daya serap terhadap larutan I Minimum 20% Karbon aktif terbagi atas 2 tipe yaitu arang aktif sebagai pemucat dan arang aktif sebagai penyerap uap. 1. Arang aktif sebagai pemucat. Biasanya berbentuk serbuk yang sangat halus dengan diameter pori mencapai 1000 A0 yang digunakan dalam fase cair. Umumnya berfungsi untuk memindahkan zat-zat penganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan dan membebaskan pelarut dari zat – zat penganggu dan kegunaan yang lainnya pada industri kimia dan industri baru. Arang aktif ini diperoleh dari serbuk – serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang lemah. 2. Arang aktif sebagai penyerap uap. Biasanya berbentuk granula atau pellet yang sangat keras dengan diameter pori berkisar antara 10-200 A0. Tipe porinya lebih halus dan digunakan dalam fase gas yang berfungsi untuk memperoleh kembali pelarut atau katalis pada pemisahan dan pemurnian gas. Umumnya arang ini dapat diperoleh dari tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai struktur keras. Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan arang aktif untuk masing- masing tipe, pernyataan diatas bukan merupakan suatu keharusan. Dengan proses oksidasi karbon aktif yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu : 1. L-karbon (L-AC) Karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu 300oC – 400oC (570o750oF) dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia. L-AC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat basa seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+. Karakter permukaannya yang bersifat asam akan berinteraksi



dengan logam basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan menggunakan asam atau garam seperti NaCl yang hampir sama perlakuannya pada pertukaran ion. 2. H-karbon (H-AC) Karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF) kemudian didinginkan pada atmosfer inersial. H-AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga tidak efektif dalam mengadsorbsi logam berat alkali pada suatu larutan air tetapi sangat lebih effisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat hidrofobik, dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. Akan tetapi H-AC dapat dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas. Permukaan yang netral akan mengakibatkan tidak efektifnya dalam mereduksi dan mengadsorbsi kimia organik sehingga efektif mengadsorbsi ion logam berat dengan kompleks khelat zat organik alami maupun sintetik dengan menetralkannya. Dalam aplikasi karbon aktif baik yang digunakan sebagai media adsorbsi, pemberat atau media filtrasi dengan titik injeksi tertentu, maka kriteria desain titik pembubuhan karbon aktif perlu diperhatikan, yaitu : 1. Karbon yang terdapat didalam kantong langsung dimasukkan kedalam tangki penyimpanan dan dicampur dengan air untuk disiapkan menjadi larutan yang mengandung 0,1 kg karbon aktif bubuk per 1 liter larutan. Lebih baik lagi apabila suatu instalasi memiliki 2 tangki larutan, maka persediaan larutan karbon aktif untuk dibubuhkan dapat ditempatkan dalam 2 tangki, jika larutan didalam satu tangki sudah kosong, maka sudah tersedia larutan didalam tangki yang lain untuk dibubuhkan, tanpa harus menunggu persiapan larutan karbon aktif yang baru. 2. Agitator mekanik harus disediakan dalam tangki penyimpanan untuk menjaga larutan karbon aktif tetap “tersuspensi” didalam larutan atau menjaga larutan agar tidak memadat 3. Larutan biasanya dipompakan kedalam tangki yang menampung sejumlah larutan dan akan diumpankan untuk lebih dari beberapa jam berikutnya. Tanki tersebut harus mudah dibersihkan dan dipelihara. Tangki ini harus mempunyai lapisan anti karat seperti cat epoxy atau bitumastik untuk melindunginya dari pengkaratan. 4. Pipa pembawa larutan karbon aktif bubuk harus dipasang menurun/landai menuju tempat pembubuhan, dengan perlengkapan untuk mendorong karbon yang mungkin mengendap dan menyumbat didalam pipa. Pipa harus terbuat dari bahan bebas karat dan bebas erosi seperti karet, plastik dan besi baja. Pendorong pipa dan mata pisau pencampur dalam tangki penyimpanan dan tangki harus terbuat dari besi baja untuk menahan karat dan erosi. 5. Masalah yang paling umum dalam pengoperasian karbon aktif bubuk adalah penanganan bahan kimia. Karena berbentuk bubuk, maka debu merupakan masalah utama, khususnya jika sistem pencampuran kering digunakan. 6. Jika karbon aktif bubuk digunakan secara terus menerus atau jika sejumlah besar digunakan dalam waktu tertentu, pengalihan ke sistem basah harus dipertimbangkan



7. Pada instalasi pengolahan air, karbon aktif yang mengalir melewati saringan dan memasuki sistem distribusi dapat menghasilkan “air hitam”. Air hitam biasanya disebabkan oleh koagulasi yang tidak sempurna atau dosis karbon aktif yang tinggi ditambahkan sesaat sebelum penyaringan. Untuk memecahkan masalah tersebut, titik pembubuhan harus dipindahkan ke sistem penyadap air baku atau ke dalam bak pengadukan cepat Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing- masing berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan agar menggunakan arang aktif yang telah dihaluskan. Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu : 1. Sifat Serapan Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan. 2. Temperatur Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah. 3. pH (Derajat Keasaman). Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam. 4. Waktu Singgung Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis arang aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.



Karbon aktif merupakan bahan yang multifungsi dimana hampir sebagian besar telah dipakai penggunaannya oleh berbagai macam jenis industri. Aplikasi terhadap penggunaan karbon aktif dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel.2 Aplikasi penggunaan karbon aktif dalam industri. No. Pemakai Kegunaan Jenis/ Mesh 1. Industri obat dan makanan Menyaring, penghilangan bau dan rasa 8×30, 325 2. Minuman keras dan ringan Penghilangan warna, bau pada minuman 4×8, 4×12 3. Kimia perminyakan Penyulingan bahan mentah 4×8, 4×12, 8×30 4. Pembersih air Penghilangan warna, bau penghilangan resin 5. Budi daya udang Pemurnian, penghilangan ammonia, nitrit, penol, dan logam berat 4×8, 4×12 6. Industri gula Penghilagan zat-zat warna, menyerap proses penyaringan menjadi lebih sempurna 4×8, 4×12 7.



Pelarut yang digunakan kembali Penarikan kembali berbagai pelarut 4×8, 4×12, 8×30 8. Pemurnian gas Menghilangkan sulfur, gas beracun, bau busuk asap. 4×8, 4×12 9. Katalisator Reaksi katalisator pengangkut vinil khlorida, vinil asetat 4×8, 4×30 10. Pengolahan pupuk Pemurnian, penghilangan bau 8×30 Diolah dari berbagai sumber. [email protected] About these ads



Terkait Adsorpsi Karbon Aktif dalam "ilmu" Bahan – bahan Media Filtrasi. (1) dalam "kimia" METODE PENGOLAHAN DETERGEN dalam "wawasan"



47 TANGGAPAN TO “KARBON AKTIF (TINJAUAN LITERATUR)”



Beny Says:



Juni 18, 2008 at 9:10 am



Good object for discussion, Iam from Pasuruan with main process decolorization Monosodium glutamate. We uses active carbon.. so this information is good for referensi for my process.



maslur Says:



Juli 1, 2008 at 2:39 pm Kepada Yth. Redaksi



Kami membutuhkan karbon aktif untuk mengolah limbah industri pakan ternak. dalam Tabel.2 Aplikasi penggunaan karbon aktif dalam industri, termasuk yang golongan mana. Kebutuhan kami banyak (+-) 20 ton per bulan. Untuk itu adakah perusahaan yang mampu untuk suplly barang tersebut. Terima kasih atas kerjasama yang baik dari redaksi.



ttd Maslur



arifin Says:



Juli 7, 2008 at 9:03 am Yang penting diperhatikan dalam aplikasi dari metode karbon aktif adalah adalah titik pembubuhannya. Tapi pokok-pokok berikut harus dipertimbangkan untuk memilih tempat pembubuhan tersebut : 1. Waktu kontak karbon aktif dengan zat organik sangat penting dan tergantung pada kekampuan karbon aktif untuk berada dalam larutan, paling tidak waktu kontak selama 15 menit harus dilakukan. 2. Permukaan partikel karbon aktif akan kehilangan kapasitas penyerapan bila terlapisi dengan koagulan atau bahan kimia lainnya untuk pengolahan air. 3. Karbon aktif akan menyerap klor (1 mg/l karbon aktif bubuk dapat menyerap klor sebesar 0,2 – 0,25 mg/l Cl2). Mengingat faktor-faktor tersebut diatas, maka menunjukkan bahwa titik pembubuhan karbon aktif harus dipertimbangkan seperti misalnya : 1. Titik pembubuhan dilakukan pada saluran/pipa penyadap air baku atau “water intake” adalah tempat yang paling menguntungkan bagi pembubuhan karbon aktif bubuk, jika fasiltias pencampuran yang memadai telah tersedia. Penggunaan saluran/pipa air baku sebagai titik pembubuhan karbon aktif bubuk



membutuhkan waktu kontak yang cukup lama dan menghindari masalah yang mungkin terjadi disebabkan oleh pembubuhan karbon aktif pada air yang mengalami proses prekhlorinasi sebelumnya. Karbon aktif akan menyerap klor dan menghasilkan dosis keduanya meningkat jika karbon ditambahkan setelah preklorinasi. 2. Jika pembubuhan kedalam air baku tidak memungkinkan, karbon aktif bubuk dapat dibubuhkan ke bagian lain sebelum penyaringan, tapi dosisnya akan lebih besar bila dihitung untuk waktu kontak yang lebih cepat dan gangguan dari bahan kimia lain seperti koagulan dan klor. Karbon aktif bubuk dapat dibubuhkan ke dalam air yang keluar (effluent) dari unit pengendap dan yang akan memasuki filter, tindakan yang hati-hati harus dilakukan dalam mengoperasikan penyaringan. Pembubuhan karbon aktif dapat dilakukan dengan sistem kering maupun basah. Titik pembubuhan ini tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing – masing.



Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk misalnya gravel, pelet (0.8-5 mm) lembaran fiber, bubuk (PAC : powder active carbon, 0.18 mm atau US mesh 80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular Active carbon, 0.2-5 mm) dsb. (PAC) lebih mudah digunakan dalam pengolahan air dengan sistem pembubuhan yang sederhana. Untuk limbah pakan Ternak umumnya kandungan terbesar adalah suspensi zat organik secara akumulatif yaitu COD dan BOD. Menurut hemat saya, karbon aktif yang cocok adalah yang biasa dipakai pada Instalasi pengolahan air. Yaitu L-AC bentuknyaa serbuk/ solid/ etc tergantung metode pembubuhannya (sprti uraian diatas). Mengenai produsen/ suplier/ vendor bpk dapat cari di internet misalnya :



http://indonetwork.co.id/sell/Kimia/Karbon_Aktif/0.html



atau



http://www.smac.co.id/index.htm



dan selebihnya bapak bisa berkonsultasi dengan vendor yang bpk pilih.



Regard. http://www.tkcmindonesia.com



Simple_boy Says:



September 18, 2008 at 6:59 pm tolong dong kasi jawaban?



apa saja kelebihan dan kekurangan baja karbon itu? penting banget ne



arifin Says:



September 22, 2008 at 4:37 am Dear, Simple-boy: Maaf, jawabannya agak telat. (weekend). Ini kami sedikit jelaskan mengenai baja karbon. Definisi : Baja adalah logam aloy yang komponen utamanya adalah besi, dengan karbon sebagai material pengaloy utama. Karbon bekerja sebagai agen pengeras, mencegah atom besi, yang secara alami teratu dalam lattice, begereser melalui satu sama lain. Memvariasikan jumlah karbon dan penyebaran alloy dapat mengontrol kualitas baja. Baja dengan peningkatan jumlah karbon dapat memperkeras dan memperkuat besi, tetapi juga lebih rapuh. Definisi klasik, baja adalah besi-karbon aloy dengan kadar karbon sampai 5,1 persen; ironisnya, aloy dengan kadar karbon lebih tinggi dari ini dikenal dengan besi Sekarang ini ada beberapa kelas baja di mana karbon diganti dengan material aloy lainnya, dan karbon, bila ada, tidak diinginkan. Definisi yang lebih baru, baja adalah aloy berdasar-besi yang dapat dibentuk secara plastik. Klasifikasi : Klasifikasi tipe baja karbon menurut kadar karbon di dalam baja antara lain : – Baja karbon rendah (low carbon steel) : Baja karbon rendah mengandung maksimal 0,3% C, maks 1,5% Mn – Baja karbon menengah (medium carbon steel) : Baja karbon menengah mengandung karbon 0,3 – 0,6% dan Mangan 0,6-1,65% – Baja karbon tinggi (High carbon steel) : Baja karbon tinggi mengandung karbon 0,6 – 1,00% dan mangan 0,3 -0,9% – Baja karbon supertinggi (ultrahigh carbon steel) : Baja karbon supertinggi mengandung karbon 1,25 – 2% Deskripsi :



– C (karbon) : Logam baja ditambahkan dengan unsur karbon akan meningkatkan kekerasan dan kekuatan melalui perlakuan pemanasan tapi penambahan karbon dapat memperlebar range nilai kekerasan dan kekuatan bahan. Carbon (C), Meningkatkan sifat mechanical, kandungannya 0.10-0.25%. – Mn (Mangan) : Mangan ditambahkan ke dalam baja akan memperbaiki sifat hot working dan meningkatkan kekuatan, ketangguhan dan mampu keras. Mangan (Mn) Berkisar 0.3-0.8%, membentuk inklusi manganese-sulphide yang menghambat pengaruh iron-sulphide pada hot-working – Si (Silikon) : Silikon digunakan sebagai deoxidizing (killing) agent dalam peleburan baja. Sebagai hasilnya bahwa sebagian besar jenis banyak mengandung konsentrasi rendah silicon. Silikon berkontribusi untuk mengeraskan fasa ferritik di baja. Silicon (Si) Ditambahkan sebagai deoxidiser. – S (sulfur) : Saat ditambahkan dalam jumlah kecil sulfur dapat memperbaiki mampu mesin tapi tidak menyebabkan hot shortness. Hot shortness merupakan fenomena getas pada kondisi suhu tinggi yang disebabkan oleh sulfur. Kehadiran sulfur dapat mengikat Fe menjadi FeS. Senyawa ini terkonsentrasi di batas butir dan melebur di bawah temperature melting baja. Disebabkan titik lebur FeS,maka kohesi antarabutir-butir menjadi hancur dan menyebabkan crack saat butir mengembang. Fenomena terjadi saat baja di tempa atau roll saat suhu kerja meningkat. Sehingga harus ditambahkan Mn untuk mengikat sulfur menjadi MnS. Sulphur (S) Kadar maksimum 0.05%, membentuk film iron-sulphide bertemperature lebur rendah pada batas butir. – P (fosfor) : Unsur fosfor biasanya ditambakan dengan sulfur(S) untuk memperbaiki mampu mesin di baja paduan rendah. Dengan penambahan sedikit unsur fosfor dapat membantu meningkatkan kekuatan dan ketahanan korosi. Kehadiran fosfor di dalam stainless steel auntenitk dapat meningkatkan kekuatan. Penambahan fosfor juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap crack saat pengelasan. Phospor (P) Kadar maksimum 0.05%, karena membentuk iron-phosphide yang memisah dari struktur baja sehingga membuat lemah. –



Aluminium (Al) : Ditambahkan untuk membentuk batas butir yang halus.



Mangan membuat larutan padat (solid sollution) menguat dan mengikat sulphur. Ditambahkan jika tingkat karbon maksimum yang diijinkan telah dicapai, untuk meningkatkan kekuatan. Penambahan dibatasi sampai 1,6 %wt dan CE 0,45 untuk menghindari kekerasan yang berlebihan dan kemampuan las yang menurun. Kotoran; pengotor yang utama adalah sulphur dan phospor. Tipe; sangat banyak dan beragam. Mudah terkorosi kalau tidak diproteksi. Merupakan material yang paling banyak dipergunakan di refinery dan petrokimia Tambahan : •



Ferrous dan non Ferrous material







baja Carbon : carbon level, kemampuan las (weldability).



– baja Chrome-molybdenum : kekuatan (strength) dan ketangguhan (toughness), aplikasi temperature tinggi – baja tahan karat (stainless-steel) : baja austenitic, baja ferritic, ketahanan korosi. – paduan campuran Nickel (Ni-based alloys) : Incoloy 800, Inconnel 600, Hastelloy –



paduan tembaga (Copper alloys) : kuningan (brass), perunggu (bronze).



– 500.



paduan nickel-tembaga (Cu-Ni alloys) : 90/10, 70/30, Monel 400, Monel







Klasifikasi ferrous dan non ferrous material :



FERROUS MATERIAL



1. Baja Carbon (carbon-steels). –



Besi tuang dan baja tuang (cast irons dan cast steels).







Baja tempa (wrought steels).







Baja paduan rendah berkekuatan tinggi (high strength low-alloy steels)



2. Baja paduan (alloy steels). –



Baja Chrome-molybdenum (Chrome-molybdenum steels)







Baja perkakas (tool steels)



3. Baja tahan karat (Stainless-steels) – Baja tahan karat Ferritic dan Martensitic (Ferritic dan Martensitic stainlesssteels) –



Baja tahan karat Austenitic (Austenitic stainless-steels)







Baja tahan karat Duplex (Duplex stainless-steels)



4. Baja paduan Nickel tinggi (High Nickel alloys) –



Series 800



BAJA CARBON



Hasil fabrikasi baja : Rimmed (tidak di de-oksidasi) C99%)







Private labeling available on request







Variety of packaging offered







All filtration gravel meets AWWA B100 Specifications







NSF certified for standard 61



Sand Filter Media Prominent Systems’ sand filter media is composed of sub-angular, hard, durable, and dense grains of predominately siliceous material. Extracted from a clean glacial sand deposit, our sand media physical properties make it among the finest available in the world for filtration applications. The sand media is washed, kiln dried, and screened to meet exacting specifications with strict adherence to quality control. Garnet Filter Media Prominent Systems’ garnet is a chemically inert non-metallic mineral commonly found in the natural environment. Garnet has a high specific gravity. Its chemical, hardness, and durability properties makes garnet an ideal filter media and abrasive media.



Please your open in this website for more information :



Reference:



http://www.water.siemens.com/en/product_lines/westates_carbon/brochures/page s/default.aspx



http://www.ecologixsystems.com/fm_ewi_gac_coc_4_8.php



http://www.idswater.com/water/us/prominent_systems/acitivated_carbon/10040_ 0/s_supplier_2.html



http://www.cj-chem.cn/web/ac-1.html



http://www.prominentinc.com/csac_regular_granular.html



Regards,



Skimaters.



donar Says:



Oktober 27, 2008 at 2:01 pm thanks, buat informasinya……………



susan Says:



Januari 19, 2009 at 5:46 am kak apakah sama tahapan kita untuk membuat karbon aktif yang berbahan baku abu(fly ash) dengan yang berbahan baku tempurung atau kayu?zat aktivator apa yang baik digunakan dalam pembuatan karbon aktif?



arifin Says:



Januari 20, 2009 at 5:17 am Dear, susan.



Sepertinya hampir sama, silahkan anda explore diinternet (buanyak kok).



contoh : Sembiring, Meilita Tryana. Sinaga, Tuti Sarma. 2003.; “ Arang Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya) “. Medan : Universitas Sumatera Utara



Umumnya aktivator yang digunakan berupa garam alkali/ alkali tanah (ingat deret volta)karena baik melakukan pertukaran ion sehingga mampu menghilangkan pengotor.



Contoh : CaCl2, Na2CO3, dsb.



Regards.



frengky Says:



Februari 26, 2009 at 4:46 pm



kami perusahaan yang memproduksi karbon aktif dan arang tempurung kelapa dengan lokasi kalimantan barat dan siap kirim atau impor kemana saja. yang mao pesan karbon aktif bisa menghub untuk nego dan info lengkap. telp : 08195629168 Email : [email protected]



top_phie Says:



Maret 15, 2009 at 12:21 am jmau tanya kak… sya asli jogja. gn khan di jogja ada minuman kopi joss.. dimna kopi yang sudah siap minum di masukkan arang yang membara…kata orang-orang tujuannya biar kopi ngk cepat dingin. dan arang aktif juga mampu myerap mikromolekul… tapi kalau arang itu masuk dalam tubuh gmn??apa dampak posirif juga masih sama?? sedangkan makanan yang dibakar saja sampai terlihat hitam karenan arang itu merupakan salah satu makanan yang mengandung karsinogen…



inilah yang membuat saya bingung selama ini… apakah kakak bisa bantu?? makasih ka sebelmnya….



informasinya sangat dibutuhka…



sekalian sumbernya ya kak/// makasih



admin Says:



Maret 15, 2009 at 4:19 am Dear, Top_phie



Wah nikmatnya kopi jossnya, ya sambil angkringan di Bulak Sumur atau Lesehan di Malioboro.



Mengenai pertanyaan saudara, tentang kopi yang dicampur arang mungkin ini sedikit membantu :



Mengenai kopi dan kesehatan, silahkan anda mereview referensi dibawah ini : http://www.w4h48.multiply.com/reviews/item/8 http://www.azk4.com/2009/02/manfaat-dan-bahaya-kopi.html



Sedangkan arang menyebabkan kanker bila masuk ke makanan sesuai keterangan saudara, dan ini memang sudah dilaporkan seperti dibawah ini :



http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=4383



Yanh perlu digaris bawahi adalah perbedaan arang biasa (rumahan: bakar sate, campuran makanan dan minuman seperti kopi joss, dsb) dan arang aktif (atau diesebut karbon aktif, norit, charcoal, dsb).



Misalnya, norit atau karbon yang sudah diaktifkan (sesuai uraian artikel kami) apabila masuk ke tubuh dapat dijelaskan sesuai referensi dibawah ini : http://www.wartamedika.com/2006/10/norit-karbon-aktif-penyerap-racun.html



Sedangkan untuk arang biasa yang ternasuk anda maksud, sesuai referensi dibawah ini :



http://www.dhejhethe.wordpress.com/2008/11/19/bahaya-makanan-yangdibakar/



Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa, arang aktif ”relatif aman”, sedangkan ”arang biasa” anda harus berhati hati. Semua tergantung gaya hidup dan frekuensi serta dosis penggunaan. Selama tidak berlebihan dan sewajarnya ” insya4JJI” aman untuk kesehatan.



Kami merekomendasikan untuk berkonsultasi pada pakar kesehatan terkait.



Regards. Skimters



Unie Says:



Maret 30, 2009 at 2:22 am saya mau tanya tentang kegunaan karbon aktif sebagai katalisator itu untuk mengangkut vinil klorida maksudnya apa ? Pada produksi apa dan bagaimana aplikasinya ? Trims, ditunggu jawabannya



frengky Says:



April 4, 2009 at 5:47 pm karbon aktif atau yang sering disebut dengan arang aktif adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. hal ini bisa dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. hanya dengan satu gram dari karbon aktif akan didapatkan suatu material yang mempunyai luas permukaan kira-kira sebesar 500 m2 (didapat dari pengukuran adopsi gas nitrogen). biasa pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaanya saja, namun beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorbsi karbon atif itu sendiri. aplikasi penggunaan karbon aktif : 1. industri obat dan makanan untuk menyaring dan penghilangan bau serta rasa. jenis/mesh :8×30,325 2. Minuman keras dan ringan untuk menghilangkan bau dan warna pada minuman. jenis/mesh : 4×8,4×12 3. kimia perminyakan untuk penyulingan bahan mentah. jenis/mesh :4×8,4×12 dan 8×30 4. pembersih air untuk penghilangan bau,warna dan resin. 5. budi daya udang untuk pemurnian, penghilangan ammoni,nitrit, fenol dan logam berat.



jenis/mesh :4×8 dan 4×12 6. Industri gula untuk penghilangan zat-zat warna, menyerap proses penyaringan menjadi lebih sempurna jenis/mesh :4×8 dan 4×12 7. Pelarut yang digunakan kembali untuk penarikan kembali berbagai pelarut. jenis/mesh :4×8,4×12 dan 8×30 8. Pemurnian gas untuk menghilangkan sulfur, gas beracun dan bau busuk. jenis/mesh :4×8 dan 4×12 9. Katalisator untuk reaksi katalisator pengangkut vinyl klorida dan vinil asetat. jenis/mesh :4×8 dan 4×30 10.pengolahan pupuk untuk pemurnian dan penghilangan bau. jenis/mesh : 8×30 Kami perusahaan yang bergerak dalam bidang industri menyediakan karbon aktif dari tempurung kelapa dengan berbagai ukuran mesh dan arang dari tempurung kelapa siap melayani pembelian untuk keperluan dalam negeri atau luar negeri. Kami juga lagi mencari agen untuk menjadi distributor di daerahnya masing-masing. speksifikasi lengkap karbon aktif : 1.



moisture content: 0.70%



2.



Ash content: 1.02%



3.



Volatile matter: 9.18%



4.



Fixed carbon: 89.10%