Askep AF Seminar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S (46 TAHUN) DENGAN ATRIAL FIBRILASI DI RS. X Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Keperawatan KMB



Oleh: Fitri Chandra Dewi 22020111120018



PRAKTIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atrial Fibrilasi (AF) merupakan takikardia supraventikular dengan karakteristik aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi. Hal ini menyebabkan ritme jantung menjadi kacau dan tidak teratur di ruang jantung bagian atas. Fungsi ventrikel kiri juga terganggu dengan adanya irama tidak teratur dan cepat, yang menyebabkan hilangnya fungsi kontraksi atrium dan meningkatnya tekanan pengisian pada saat akhir diastolik ventrikel kiri. ( Davey, 2006) Atrium mengalami depolarisasi secara spontan dengan cepat dan tidak beraturan (dengan kecepatan 300 kali/menit), mengantarkan implus listrik terus menerus ke nodus AV. Konduksi ke ventrikel dibatasi oleh sifat refrakter dari nodus AV (biasanya sampai 200 kali/menit) dan terjadi tanpa diduga, menyebabkan timbulnya respons ventrikel yang tidak ireguler). Bagi beberapa pasien, penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi atau ketidakseimbangan elektrolit, seperti magnesium dan kalium yang rendah. (Guarneri, Mimi. 2006) Penulis mengambil kasus ini karena Atrial Fibrilasi merupakan gejala aritmia yang paling sering ditemukan sehingga harus segera ditangani. Atrial fibrilasi merupakan salah satu jenis aritmia jantung yangpaling umum terjadi. AF dialami oleh 1-2 % populasi dan meningkat dalam 50 tahun kedepan. Di Amerika Serikat diperkirakan 2,3 juta penduduk menderita AF dengan lebih dari 10% berusia diatas 65 tahun dan diperkirakan akan terus bertambah menjadi 4,78 juta pada tahun 2035. AF digambarkan sebagai suatu epidermi kardiovarkular yang menyebabkan beban ekonomi pada negara berkembang. AF adalah faktor risiko kuat untuk kematian dengan peningkatan 1,5 – 1,9 kali dalam analisis Framingham. AF juga dihubungkan dengan peningkatan 5 kali kejadian stroke dan faktor penyebab 5% kejadian emboli di serebral. AF menyebabkan gagal jantung kongesif terutama pada pasien yang frekuensi ventrikelnya tidak dapat dikontrol. Adanya gagal jantung dihubungkan dengan prognosis yang lebih buruk. Studi terbaru menemukan adanya 10-30% AF pada pasien gagal jantung yang simtomatik, dengan peningkatan kematian 34% bila dibanding dengan gagal jantung saja. Yang menghawatirkan, AF seringkali tidak terdeteksi secara dini dan tidak mendapatkan



perawatan yang optimal. Padahal AF dapat mengakibatkan serangan stroke serius, yang sebenarnya dapat dicegah. (Yansen, Ignatius & Yoga Yuniadi, 2013) B. Tujuan 1. Tujuan Umum Menggambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi aspek biopsikososial spiritual pada klien atrial fibrilasi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui konsep teori penyakit atrial fibrilasi b. Untuk mengetahui etiologi penyakit atrial fibrilasi c. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit atrial fibrilasi d. Untuk mengetahui pemeriksaan disik dan diagnostik penyakit atrial fibrilasi e. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit atrial fibrial



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Atrial fibrilasi adalah takikardia supraventrikular dengan karakteristik aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi. Atrial fibrilasi adalah gangguan irama jantung dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Ketidakteraturan interval RR yaitu tidak ada pola repetitive pada EKG. 2. Tidak ada gambaran gelombang P yang jelas pada EKG. 3. Siklus atrial (jika terlihat) yaitu interval di antara dua aktivasi atrial sangat bervariasi ( 300 kali permenit. (Yansen, Ignatius & Yoga Yuniadi, 2013) Atrial fibrilasi adalah irama jantung yang tidak teratur dan sering kali cepat. (Corwin, 2009) Atrium fibrilasi adalah ritme jantung yang kacau dan tidak teratur di ruang jantung bagian atas dan merupakan aritmia jantung yang paling umum. Bagi beberapa pasien, penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi atau ketidakseimbangan elektrolit, seperti magnesium dan kalium yang rendah. (Guarneri, Mimi, 2006) Atrial fibrilasi adalah kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak terkordinasi (Smeltzer, Suzanne & Bare, Brenda, 2001) Klasifikasi Atrial Fibrilasi: Secara klinis, terdapat 5 tipe AF yang dapat dibedakan berdasarkan presentasi dan durasi aritmia: 1. First diagnosed AF: setiap pasien yang baru pertama kali terdiagnosis dengan AF tanpa melihat durasi atau beratnya gejala yang ditimbulkan oleh AF tersebut. 2. Paraxysmal AF: AF yang biasanya hilang dengan sendirinya dalam 48 jam sampai 7 hari. Jika dalam 48 jam belum berubah ke irama sinus maka kemungkinan kecil untuk dapat berubah ke irama sinus lagi sehingga perlu dipertimbangkan pemberian antikoagulan. 3. Persistent AF: episode AF yang bertahan sampai lebih dari 7 hari dan membutuhkan kardioversi untuk terminasi dengan obat atau dengan elektrik. 4. Long stadium persistent AF : episode AF yang berlangsung lebih dari 1 tahun dan strategi yang diterapkan masih jontrol irama jantung (rhythm control).



5. Permanent AF: jika AF menetap dan secara klinis dapat dapat diterima oleh pasien dan dokter sehingga strategi managemen adalah tata laksana control laju jantung (rate control). (Yansen, Ignatius & Yoga Yuniadi, 2013)



B. Etiologi Terdapat banyak penyebab AF , (Davey, 2005): 1. Jantung -



Hipertensi



-



Penyakit jantung iskemik



-



Penyakit jantung hipertensi (hipertrofi ventrikel kiri)



-



Kelainan katup mitral (khusunya stenosis mitral)



-



Perikarditis



-



Kardiomiopati, gagal jantung (dengan penyebab apapun)



2. Sistem irama konduksi jantung -



Pembentukan spontan dari implus abnormal pada hampir semua lapang



-



Jalur hantaran implus yang abnormal melalui jantung



-



Irama abnormal jantung



-



Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung



-



Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewaktu mengantarkan implus melalui jantung.



3. Metabolik -



Tirotoksikosis (hormone tiroid yang berlebihan)



-



Alkohol (akut atau kronis)



4. Paru -



Emboli paru



-



Pneumonia



-



Penyakit Paru Obstruksi Kronis



-



Kor pulmonal



C. Patofisiologi Penyebab dari jantung



Palpitasi



(Hipertensi, penyakit jantung iskemik, perikarditis, kardiomiopati, gagal jantung, irama abnormal, pacu jantung)



 



Intoleransi aktivitas



Denyut jantung cepat



AF Penyebab metabolik



Gangguan rasa nyaman



(Atrial Fibrilasi)



Kelemahan



Atrium berdepolarisasi secara spontan dengan cepat dan tidak beraturan



Nyeri



Alkohol Tirotosikosis



Penyebab dari paru-paru (Emboli paru, pneumonia, PPOK, dll)



Terdapat sisa darah pada atrium Potensial trombus



Gangguan pertukaran gas



Stroke



Edema paru



Bendungan Atrium



Cairan berpindah dari kapiler paru ke paru



Tekanan vena pulmonalis dan kapiler paru meningkat



Pompa darah dari atrium ke ventrikel tidak adekuat Pengisian darah ke ventrikel tidak maksimal



COP menurun



Penumpukan asam laktat



Suplai O2 ke jaringan turun



Metabolisme anaerob



Suplai O2 ke otak turun



Penurunan kesadaran



Suplai O2 ke ginjal turun



Aktivasi RAA



Penurunan curah jantung



Beban jantung meningkat



Hipertrofi miokard



Retensi Na dan H2O



Cardiomegali Jantung mendesak paru-paru



Ketidakefektifan pola napas



Kelebihan volume cairan



D. Tanda dan Gejala Pada sebagian kasus penyebabnya tidak ditemukan idiopatik atau AF saja. Insidensi AF meningkat dengan bertambahnya usia. Denyut nadi biasanya cepat ( 90 sampai > 150 kali permenit) dengan irregular. Pasien bisa asimtomatik, mengalami palpitasi cepat, atau sesak napas, atau gagal jantung. (Davey, 2005) Gambaran klinis: 1. Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak jantung yang cepat atau “berdebar dalam dada) 2. Sesak napas 3. Kelemahan dan kesulitan berolahraga 4. Nyeri dada 5. Pusing 6. Kelelahan 7. Kebingungan



E. Pengkajian 1. Anamnesa Keluhan utama Keluhan utama diperoleh dengan menanyakan tentang gangguan yang paling dirasakan klien hingga klien memerlukan pertolongan. Keluhan utama pada klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler secara umum antara lain sesak napas, batuk, nyeri dada, pingsan, berdebar-debar, cepat lelah, edema ekstremitas. Riwayat penyakit a. Riwayat penyakit sekarang Pengkajian riwayat penyakit sekarang meliputi perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifatdan berat keluhan,



keadaan apa yang memperberat atau meringankan



keluhan, adakah usaha mengatasi keluhan ni sebelum meminta pertolongan. b. Riwayat penyakit dahulu Hal yang dikaj adalah penyakit-penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya. Misalnya hipertensi, perikarditis, kardiomiopati, pneumonia, PPOK, dan lain-lain. c. Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi



Adakah obat yang diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan dengan kondisinya saat ini. obat-obat tersebut meliputi kortikosteroid dan obatobat antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan juga alergi klien terhadap obat dan reaksi obat yang timbul. d. Riwayat keluarga Penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan penyebab kematian. Tanyakan penyakit menurun yang dialami anggota keluarga. e. Riwayat pekerjaan dan pola hidup Kebiasaan sosial: tanyakan kebiasaan dan pola hidup klien seperti minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok: tanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berpa lama, berapa batang per hari.



2. Pengkajian fisik a. Keadaan umum Keadaan umum klien: mengobservasi keadaan fisik tiap bagian tubuh, kesadaran klien. Tanda vital 1. Pemeriksaan nadi Palpasi: frekuensi, irama, ciri denyutan, isi nadi, dan keadaan pembuluh darah. Untuk pemeriksaan jantung awal atau bila irama nadi tidak teratur, maka frekuensi jantung harus dihitung dengan melakukan auskultasi denyut apikal selama satu menit penuh sambil meraba denyut nadi. Pada fibrilasi atrium defisit nadi biasanya terjadi. Frekuensi nadi: bradikardia,takikardia. Pada fibrilasi atrium biasanya denyut nadi irreguler. 2. Tekanan darah 3. Pengukuran suhu tubuh b. Pengkajian ekstremitas atas 1. Sianosis perifer: kulit tampak kebiruan, menunjukkan penurunan kecepatan aliran darah ke perifer sehingga perlu waktu yang lebih lama bagi hemoglobin mengalami desaturasi. 2. Pucat, dapat menandakan anemia atau peningkatan tahanan vaskular sistemik.



3. Waktu pengisian kapiler (capillary refill time) merupakan dasar untuk memperkirakan kecepatan aliran darah perifer. 4. Suhu tubuh dan kelembaban tangan dikontrol oleh sistem saraf otonom. Pada keadaan normal, tangan terasa hangat dan kering. Pada keadaan stres, tangan akan terasa dingin dan lembab. Pada keadaan syok kardiogenik, tangan terasa sangat dingin dan basah akibat stimulasi sistem saraf simpatis dan mengakibatkan vasokonstriksi. 5. Edema 6. Jari gada (clubbing finger) c. Breathing/pengkajian sistem pernapasan 1. Inspeksi: bentuk dada, kesimetrisan gerakan pernapasan 2. Palpasi: gerakan dinding toraks saat inspirasi dan ekspirasi, taktil fremitus 3. Perkusi: resonan, hiperresonan 4. Auskultasi, suara napas normal: trakeobronkhial, bronkovesikuler, vesikuler d. Jantung 1. Inspeksi: menentukan bentuk prekordium dan denyut pada apeks jantung. Denyut nadi pada dada dianggap sebagai denyut vena. 2. Palpasi: mendeteksi kelainan yang tampak saat inspeksi. Palpasi denyut apeks: Normal pada interkosta ke 5 (2-3 cm medial garis midklavikula). Dapat tidak teraba bila klien gemuk, dinding toraks tebal, emfisema, dan lain-lain. Meningkat bila curah jantung besar, misalnya pada insufisiensi aorta/mitral. -



Thrill: aliran darah yang turbulen menimbulkan murmur jantung saat auskultasi, terkadang dapat teraba. Murmur yang teraba disebut thrill.



Palpasi arteri karotis: memberikan informasi mengenai bentuk gelombang denyut aorta yang dipengaruhi oleh berbagai kelainan jantung. -



Tekanan vena jugularis: pengkajian tekanan vena jugularis memberikan informasi mengenai fungsi atrium kanan dan ventrikel kanan.



3. Perkusi Perkusi dilakukan untuk menentukan adanya kardiomegali, efusi perikardium, dan aneurisma aorta. 4. Auskultasi



Auskultasi bunyi jantung yang normal menunjukkan adanya dua bunyi yang disebut bunyi jantung pertama (S1) dan bunyi jantung kedua (S2). Bunyi abnormal jantung: gallop, snap dan klik, murmur e. Brain 1. Pemeriksaan kepala dan leher: difokuskan untuk mengkaji bibir dan cuping telingan untuk mengetahui adanya sianosis perifer atau kebiruan. 2. Pemeriksaan raut muka -



Bentuk muka: bulat, lonjong, dan sebagainya



-



Ekspresi wajah tampak sesak, gelisah, kesakitan



-



Tes saraf dengan menyeringai, mengerutkan dahi untuk memeriksa fungsi saraf VII



3. Pemeriksaan bibir: biru (sianosis), pucat (anemia) 4. Pemeriksaan mata -



Konjungtiva: pucat (anemia), ptekie (perdarahan di bawah kulit atau selaput lendir) pada andokarditis bakterial)



-



Sklera: kuning (ikterus) pada gagal jantung kanan, penyakit hati



-



Kornea: arkus senilis (garis melingkar putih atau abu-abu di tepi kornea) berhubungan dengan peningkatan kolesterol atau penyakit jantung koroner



-



Funduskopi yaitu pemeriksaan fundus mata menggunakan opthalmoskop untuk menilai kondisi pembuluh darah retina khususnya pada klien hipertensi.



5. Pemeriksaan neurosensori Pengkajian neurosensori ditujukan terhadap adnya keluhan pusing, berdenyut selama tidur, bangun, duduk, atau istirahat. Pengkajian objektif klien meliputi wajah meringis, perubahan postur tubuh, menangis, merintih, meregang, menggeliat, menarik diri, dan kehilangan kontak mata. Demikian pula dengan adanya respons otomatik, perubahan frekuensi atau irama jantung, tekanan darah, pernapasan, warna kulit, kelembapan, dan tingkat kesadaran. f. Bladder Penurunan haluaran urin merupakan temuan signifikan yang harus dikaji lebih lanjut untuk menentukan apakah penurunan tersebut merupakan penurunan produksi urin (yang terjadi bila perfungsi ginjal menurun) atau karena ketidakmampuan klien buang air kecil. Daerah suprapubik harus diperiksa



terhadap adanya massa oval dan diperkusi terhadap adanya pekak yag menunjukkan kandung kemih yang penuh (distensi kandung kemiha). g. Bowel Pengkajian harus meliputi perubahan nutrisi sebelum atau pada saat masuk rumah sakit, dan yang terpenting adalah perubahan pola makan setelah sakit. Kaji penurunan turgor kulit, kulit kering atau berkeringat, muntah, dan perubahan berat badan. Refluks hepatojugular Pembengkakan hepar terjadi akibat penurunan aliran darah balik vena yang disebabkan karena gagal ventrikel kanan. Hepar menjadi besar, keras, tidak nyeri tekan, dan halus. Refluks hepatojugular dapat diperiksa dengan menekan hepar secara kuat selama 30 sampai 60 detik dan akan terlihat peninggian tekanan vena jugularis sebesar 1 cm. Peninggian ini menunjukkan ketidakmampuan sisi kanan jatung merespons kenaikan volume. h. Bone Kebanyakan klien yang menderita gangguan pada sistem kardiovaskuler juga mengalami penyakit vaskuler perifer atau edema perifer akibat gagal ventrikel kanan oleh karena itu, pengkajian sirkulasi arteri perifer dan aliran darah balik vena dilakukan pada semua klien dengan gangguan sistem kardiovaskuler. Selain itu, tromboflebitis juga dapat terjadi akibat berbaring lama sehingga memerlukan pemantauan yang seksama. 1. Keluhan lemah, cepat lelah, pusing, dada rasa berdenyut da berdebar. 2. Keluhan sulit tidur (karena adanya ortopnea, dispnea, dispnea nokturnal paroksimal, nokturia, keringat malam hari). 3. Istirahat tidur: kaji kebiasaan tidur siang dan malam, berapa jam klien tidur dalam 24 jam dan apakan klien mengalami sulit tidur dan bagaimana perubahannya setelah klien mengalami gangguan pada sistem kardiovaskuler. 4. Aktivitas: kaji aktvitas klien di rumah atau di rumah sakit. Apakah ada kesenjangan yang berarti misalnya pembatasan aktivitas. Aktivitas klien biasanya berubah karena klien merasa sesak napas saat beraktivitas. 5. Personal hygiene: kaji kebersihan personal klien meliputi mandi: kebersihan badan, gigi dan mulut, rambut, kuku, dan pakaian; dan kemampuan serta kemandirian dalam melakukan kebersihan diri. (Muttaqin, 2009)



F. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : hematokrit (anemia), TSH, enzim jantung bila dicurigai terdapat iskemia jantung 2. Pemeriksaan EKG: dapat diketahui irama (verifikasi AF), hipertrofi ventrikel kiri. Preeksitasi ventrikel kiri, sindroma preeksitasi (sindroma WPW), identifikasi adanya iskemia. Kecepatan QRS biasanya cepat dan sangat tidak beraturan (irregular). Tidak terdapat gelombang P ; garis dasar bisa datar atau menunjukan depolarisasi cepat dan kecil. Gambaran diagnostic kuncinya adalah tidak ada irama jantung lain yang irregularly irregular. 3. Rontgen Toraks: Menunjukkan bentuk jantung, mengidentifikasi pembesaran jantung 4. Ekokardiografi : melihat kelainan katup, ukuran atrium dan ventrikel, hipertrofi ventrikel kiri, fungsi ventrikel kiri, obstruksi outflow dan TEE (Trans Esophageal Echocardiography) untuk melihat thrombus di atrium kiri. 5. Pemeriksaan fungsi tiroid : Tirotoksikosis 6. Uji latih: identifikasi iskemia jantung, menentukan adekuasi dari kontrol laju irama jantung



G. Penatalaksanaan Sasaran utama pada penatalaksanaan atrial fibrilasi adala mengontrol ketidakteraturan irama jantung, menurunkan peningkatan denyut jantung dan menghindari/mencegah adanya komplikasi tromboembolisme. (Davey, 2006) Kardioversi merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk atrial fibrilasiyang berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan irama dan menurunkan denyut jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2 yaitu pengobatan farmakologis (pharmacological cardioversion) dan pengobatan elektrik (electrical cardioversion). 1. Mencegah pembekuan darah (tromboembolisme) Pencegahan pembekuan darah merupakan pengobatan untuk mencegah adanya komplikasi dari atrial fibrilasi. Pengobatan yang digunakan adalah jenis antikoagulan atau antitrombosis, hal ini dikarenakan obat ini berfungsi mengurangi resiko dari terbentuknya trombus dalam pembuluh darah serta cabang-cabang vaskularisasi. Pengobatan yang sering dipakai untuk mencegah pembekuan darah terdiri dari berbagai macam, diantaranya adalah :



a. Warfarin Warfarin termasuk obat golongan antikoagulan yang berfungsi dalam proses pembentukan sumbatan fibrin untuk mengurangi atau mencegah koagulasi. Warfarin diberikan secara oral dan sangat cepat diserap hingga mencapai puncak konsentrasi plasma dalam waktu ± 1 jam dengan bioavailabilitas 100%. Warfarin di metabolisme dengan cara oksidasi (bentuk L) dan reduksi (bentuk D), yang kemudian diikuti oleh konjugasi glukoronidasi dengan lama kerja ± 40 jam. b. Aspirin Aspirin secara irreversible menonaktifkan siklo-oksigenase dari trombosit (COX2) dengan cara asetilasi dari asam amino serin terminal. Efek dari COX2 ini adalah menghambat produksi endoperoksida dan tromboksan (TXA2) di dalam trombosit. Hal inilah yang menyebabkan tidak terbentuknya agregasi dari trombosit. Tetapi, penggunaan aspirin dalam waktu lama dapat menyebabkan pengurangan tingkat sirkulasi dari faktor-faktor pembekuan darah, terutama faktor II, VII, IX dan X. 2. Pengendalian denyut jantung Menurunkan kecepatan ventrikel dengan mengurangi konduksi melalui nodus AV. Terdapat 3 jenis obat yang dapat digunakan untuk menurunkan peningkatan denyut jantung, yaitu obat digitalis, β-blocker dan antagonis kalsium. Obat-obat tersebut bisa digunakan secara individual ataupun kombinasi. a. Digitalis Obat ini digunakan untuk meningkatkan kontraktilitas jantung dan menurunkan denyut jantung. Hal ini membuat kinerja jantung menjadi lebih efisien. Disamping itu, digitalis juga memperlambat sinyal elektrik yang abnormal dari atrium ke ventrikel. Hal ini mengakibatkan peningkatan pengisian ventrikel dari kontraksi atrium yang abnormal. b. β-blocker Obat β-blocker merupakan obat yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Saraf simpatis pada jantung bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas jantung. Efek ini akan berakibat dalam efisiensi kinerja jantung. c. Antagonis Kalsium Obat antagonis kalsium menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung akibat dihambatnya ion Ca2+ dari ekstraseluler ke dalam intraseluler melewati Ca2+ channel yang terdapat pada membran sel.



3. Mengembalikan irama jantung Kardioversi merupakan



salah



satu



penatalaksanaan



yang



dapat



dilakukan



untuk menteraturkan irama jantung. Menurut pengertiannya, kardioversi sendiri adalah suatu tata laksana yang berfungsi untuk mengontrol ketidakteraturan irama dan menurunkan denyut jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2, yaitu pengobatan farmakologi (Pharmacological Cardioversion) dan pengobatan elektrik (Electrical Cardioversion). a. Pharmacological Cardioversion (Anti-aritmia) 1) Amiodarone 2) Dofetilide 3) Flecainide 4) Ibutilide 5) Propafenone 6) Quinidine b. Electrical Cardioversion Suatu teknik memberikan arus listrik ke jantung melalui dua pelat logam (bantalan) ditempatkan pada dada. Fungsi dari terapi listrik ini adalah mengembalikan irama jantung kembali normal atau sesuai dengan NSR (nodus sinus rhythm). 4. Operatif a. Catheter ablation Prosedur ini menggunakan teknik pembedahan dengan membuatan sayatan pada daerah paha. Kemudian dimasukkan kateter kedalam pembuluh darah utama hingga masuk kedalam jantung. Pada bagian ujung kateter terdapat elektroda yang berfungsi menghancurkan fokus ektopik yang bertanggung jawab terhadap terjadinya atrial fibrilasi. b. Maze operation Prosedur maze



operation hampir



sama



dengan catheter



ablation,



tetapi



pada maze operation, akan mengahasilkan suatu “labirin” yang berfungsi untuk membantu menormalisasikan sistem konduksi sinus SA. c. Artificial pacemaker Artificial pacemaker merupakan alat pacu jantung yang ditempatkan di jantung, yang berfungsi mengontrol irama dan denyut jantung. (Davey, 2006) & (Graber, 2006)



H. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul 1 Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru 2 Nyeri akut b.d agen cedera biologi: penurunan asam laktat 3 Penurunan cardiac output b.d perubahan kontraktilitas miokard 4 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 5 Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi 6 Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit 7 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar-kapiler



I. Rencana Tindakan Keperawatan No 1



Dianosa



Tujuan dan



Keperawatan



Kriteria Hasil



Intervensi



Ketidakefektifan



NOC



NIC



pola



 Respiratory



Airway breathing



nafas



b.d



penurunan



status



:



ekspansi paru



ventilation



2. Posisikan



 Respiratory status



klien



untuk



memaksimalkan ventilasi



airway



patency



3. Monitor irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan



 Vital sign status Setelah



1. Buka jalan napas



dilakukan



tindakan



4. Monitoring



pola



nafas



bradipnea,



:



takipnea,



hiperventilasi



keperawatan selama



5. Catat



pergerakan



dada,



3x24 jam, kriteria



kesimetrisan dan penggunaan



hasil :



otot bantu pernafasan



1. Ekspansi



paru



6. Palpasi ekspansi paru



optimal simetris



7. Auskultasi suara nafas



kanan dan kiri



8. Berikan



2. Menyatakan



posisi



semi



fowler, fowler



tidak sesak 3. RR



pasien



9. Ajarkan cara napas dalam yang 16-



20x/menit 4. Irama teratur



benar 10. Lakukan chest fisioterapi 11. Monitor hasil rongent



Oxigen Therapy 1. Berikan terapi oksigen nasal kanul, simple mask, rebreathing mask, non-rebreathing 2. Monitor aliran aliran oksigen 3. Monitor



keefektifan



terapi



oksigen



Kolaborasi 1. Beri obat sesuai advis dokter 2. Lakukan



pemeriksaan



laboratorium 3. Lakukan pemeriksaan radiologi 2.



Nyeri b.d agen



NOC:



Pain Management



cedera niologis :



 Pain Level



penumpukan asam



 Pain Control



secara komprehensif temasuk



laktat



 Comfort Level



lokasi, karakteristik, durasi,



Setelah



frekuensi, kualitas dan factor



1. Lakukan pengkajian nyeri



dilakukkan



tindakan



presipitasi



keperawatan selama 3x 24 jam, nyeri klien dapat teratasi. Kriteria hasil:



dari ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui



1. Klien



pengalaman nyeri pasien



mampu



4. Kaji



mengontrol nyeri



2. Observasi reaksi nonverbal



(tahu



penyebab



kultur



yang



mempengaruhi respon nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau



nyeri



dan



6. Evaluasi bersama pasien dan



teknik



non



tim kesehatan lain tentang



farmakologi



ketidakefektifan



untuk



nyeri masa lampau.



control



mengurangi



7. Bantu pasien dan keluarga



nyeri)



untuk



2. Klien



mencari



dan



menemukan dukungan



mengatakan



8. Control



lingkungan



yang



nyeri skala 0



dapat mempengaruhi nyeri



atau



seperti



nyeri



berkurang 3. Klien



suhu



ruangan,



pencahayaan dan kebisaingan 9. Kurangi



mengatakan



factor



presipitasi



nyeri



rasa nyaman



10. Kaji tipe dan sumber nyeri



setelah nyeri



untuk menentukan intervensi



berkurang



11. Ajarkan tentang teknik non farmakologi 12. Evaluasi keefektifan control nyeri 13. Tingkatkan istirahat



Kolaborasi 1. Kolaborasi



dengan



dokter



dalam pemberian analgesik 3.



Penurunan cardiac NOC : output perubahan kontraktilitas miokard



b.d



NIC



 Cardiac



Pump Cardiac Care



Effectiveness



1. Evaluasi adanya nyeri dada



 Circulation



(intensitas, lokasi, durasi)



Status



2. Catat adanya tanda dan gejala



 Vital Sign Status Setelah



dilakukan



tindakan



jam



diharapkan masalah penurunan



3. Monitor status pernafasan yang mendadak gagal jantung



keperawatan selama 3x24



penurunan cardiac ouput



cardiac



output klien dapat



4. Monitor



adanya



perubahan



tekanan darah 5. Monitor respon klien terhadap efek pengobatab aritmia



teratasi



dengan Vital Sign Monitoring



kriteria hasil :



1. Monitor tanda vital klien



1. Tanda



vital



2. Monitor



dalam



rentang



jantung



jumlah



dan



normal (tekanan



3. Monitor bunyi jantung



darah, nadi, RR)



4. Monitor suara paru



2. Dapat



5. Monitor



mentoleransi aktivitas,



sianosis



irama



dan



akral



dingin



tidak



ada kelelahan 3. Tidak



ada



edema



paru,



perifer dan tidak ada asites 4. Tidak



ada



penurunan kesadaran 3



Intoleransi aktivitas



NOC



NIC



b.d  Energy



ketidakseimbangan antara suplai dan



Activity Therapy



conservation



1. Bantu klien mengidentifikasi



 Activity



kebutuhan oksigen



aktivitas yang mampu dilakukan



tolerance



2. Bantu untuk mengidentifikasi



 Self care : ADLs Setelah



dilakukan



aktivitas yang disukai 3. Bantu



klien/keluarga



tindakan



mengidentifikasi



keperawatan selama



dalam beraktifitas



3x24



jam



diharapkan masalah intoleransi dapat



klien teratasi



4. Beri



untuk



kekurangan



reinforcement



setelah



berhasil melakukan aktivitas 5. Monitor adanya sesak setelah beraktivitas



dengan kriteria hasil



6. Batasi aktivitas saat sesak nafas



:



7. Ajarkan



1. Berpartisipasi



teknik



mengontrol



pernafasan saat beraktivitas



dalam aktivitas



8. Anjurkan batasi pengunjung



fisik



9. Edukasi tentang level aktivitas



tanpa



disertai



yang boleh dilakukan



peningkatan tekanan



10. Ajarkan



darah,



aktivitas



secara



bertahap



nadi, RR 2. Mampu melakukan aktivitas seharihari (ADLs)secara mandiri 3. Tanda-tanda vital normal 4



Kelebihan volume NOC cairan



b.d



NIC



 Electrolit



and Fluid management



gangguan



acidnbase



mekanisme



balance



regulasi



1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat



 Fluid balance  Hydration Setelah



2. Pasang



urine



kateter



jika



diperlukan



dilakukan



3. Monitor vital sign



tindakan



4. Monitor lokasi dan luas edema



keperawatan selama



5. Batasi diet yang menyebabkan



3x24



jam



retensi cairan



diharapkan masalah kelebihan



volume Fluid monitoring



cairan dapat teratasi, dengan kriteria hasil



1. Monitor tanda dan gejala dari retensi



: 1. Terbebas



dari Kolaborasi



edema, efusi 2. Bunyi



nafas



bersih, tidak ada



1. Pemberian diuretik



dyspnea/ ortopnea 3. Terbebas



dari



kelelahan, kecemasan 5



Gangguan



rasa NOC



NIC



nyaman b.d gejala



 Ansiety



Anxiety Reduction



terkait penyakit



 Fear level



1. Beri posisi nyaman



 Sleep



2. Monitor tanda-tanda vital



deprivation



3. Ajarkan teknik relaksasi



 Comfort,



4. Anjurkan



readiness



for



enchanced Setelah



klien



mengungkapkan ketakutan, persepsi



dilakukan



tindakan



Kolaborasi



keperawatan selama 1. Beri obat sesuai advis 3x24



jam



diharapkan masalah gangguan



rasa



nyaman klien dapat teratasi,



dengan



criteria hasil : 1. Mampu mengontrol kecemasan 2. Mengontrol nyeri 3. Agresi pengendalian diri 4. Respon terhadap pengobatan



untuk perasaan,



5. Kontrol gejala 6. Dapat mengontrol ketakutan 6



Gangguan



NOC



NIC



pertukaran gas b.d  Respiratory perubahan



status



membrane



exchange



alveolar-kapiler



:



Airway management gas Airway breathing 1. Buka jalan napas



 Respiratory



2. Posisikan



status



:



ventilation



dilakukan



memaksimalkan ventilasi



kedalaman pernafasan 4. Monitoring



pola



tindakan



bradipnea,



keperawatan selama



hiperventilasi



3x24



untuk



3. Monitor irama, frekuensi dan



 Vital sign status Setelah



klien



jam



5. Catat



nafas



:



takipnea,



pergerakan



dada,



diharapkan masalah



kesimetrisan dan penggunaan



gangguan



otot bantu pernafasan



pertukaran gas klien



6. Palpasi ekspansi paru



dapat



7. Auskultasi suara nafas



teratasi,



dengan kriteria hasil :



8. Berikan



pasien



posisi



semi



fowler, fowler



1. Tanda-tanda vital dalam batas normal



9. Ajarkan cara napas dalam yang benar 10. Lakukan chest fisioterapi



2. Memelihara



11. Monitor hasil rongent



kebersihan paruparu dan bebas Respiratory monitoring dari



distress



pernafasan



1. Monitor rata-rata kedalaman, irama dan usaha respirasi 2. Catat pegerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot bantu



napas,



retraksi



supraclevikular dan intercosta 3. Monitor suara napas seperti mendengkur



Oxigen Therapy 1. Berikan terapi oksigen nasal kanul, simple mask, rebreathing mask, non-rebreathing 2. Monitor aliran aliran oksigen 3. Monitor oksigen



keefektifan



terapi



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATRIAL FIBRILASI



A. PENGKAJIAN 1. Identitas Identitas Klien/Pasien a. Tanggal pengkajian



: 22 April 2014 Jam : 16.40 WIB



b. Tanggal masuk



: 21 April 2014 Jam : 01.00 WIB



c. Ruangan



: Aster 5



d. Identitas  Inisial



: Ny. S



 No. Rekam medic



: 01251058



 Umur



: 44 tahun



 Jenis kelamin



: Perempuan



 Agama



: Islam



 Pendidikan



: SLTA



 Pekerjaan



: Karyawan rumah makan



 Suku



: Jawa



 Bahasa



: Jawa



 Alamat



: Kampung Sewu, Jebres



 Diagnosa Medis



: Atrial Fibrilasi



Identitas Penanggung Jawab a. Nama



: Tn. A



b. Umur



: 48 tahun



c. Pendidikan



: SLTA



d. Pekerjaan



: Wiraswasta



e. Suku



: Jawa



f. Bahasa



: Jawa



g. Alamat



: Kampung Sewu, Jebres



h. Hubungan dengan klien



: Menantu



2. Keluhan utama



:



Klien mengeluh sesak napas



3. Riwayat penyakit sekarang: Kurang lebih 6 jam sebelum masuk rumah sakit pada tanggal 21 april 2014 klien mengeluh berdebar-debar, dada terasa mbesesek dan perut terasa penuh (sebah) serta sesak napas. Jika berjalan jauh klien terengah-engah. Klien juga mengeluh wajah bengkak. Klien dibawa ke IGD RSUD Dr. Moewardi. Ketika masuk IGD tekanan darah klien 130/90 mmHg, nadi 140x/menit, RR 40x/menit. Klien mendapatkan terapi RL 20 tpm, warfarin 2 mg, furosemid 40 mg, digoxin 0,25 mg dan ISDN 5 mg. Pada tanggal 22 april 2014 pukul 02.00 klien dipindah ke ruang Aster 5.



4. Riwayat penyakit dahulu



:



Sekitar 7 bulan yang lalu, klien pernah dirawat di rumah sakit karena hipertensi. Klien mengetahui menderita hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.



5. Riwayat penyakit dalam keluarga : Terdapat riwayat penyakit keturunan dalam keluarga klien, yaitu ibu klien menderita hipertensi.



6. Genogram



Ny. S (44 th)



Keterangan gambar : : Laki-laki : Klien



: Tinggal dalam satu rumah



: Perempuan : Meninggal Klien merupakan anak ke-4 dari 4 bersaudara. Dalam keluarga klien ada yang memiliki riwayat hipertensi yaitu kakak kedua klien.



7. Pemeriksaan Fisik (Head to toe) : 22 April 2014 a. Keadaan umum Klien terlihat lemas dan gelisah b. Kesadaran Klien sadar penuh (composmentis/E4M6V5) c. Vital sign PEMERIKSAAN Hari/Tanggal/



Tekanan



Jam



Darah (mmHg)



Heart Rate (x/menit)



Respiratory Rate (x/menit)



Suhu (C0)



22/4/2014 16.47 WIB



160/100



115



40



37



18.10 WIB



150/100



105



37



36,5



05.00 WIB



140/100



100



35



36



11.00 WIB



130/100



96



34



36,3



17.00 WIB



140/100



94



33



36,2



05.00 WIB



130/90



80



23



36



11.00 WIB



130/90



96



24



36,4



17.00 WIB



130/90



84



22



36,2



23/4/2014



24/4/2014



d. Kepala



1) Rambut dan kulit kepala Inspeksi



Palpasi



bentuk kepala mesocephal, penyebaran



tidak ada benjolan, tidak ada



rambut kepala merata, warna rambut hitam



nyeri tekan



bersih, kulit kepala terlihat bersih, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi.



2) Wajah Inspeksi



Palpasi



wajah berbentuk bulat, warna kulit sawo



tidak ada nyeri tekan



matang agak kemerahan, wajah terlihat bengkak, ekspresi wajah merintih



3) Mata Inspeksi



Palpasi



konjungtiva tidak anemis, kelopak mata



tidak terdapat nyeri tekan



kanan dan kiri tampak bengkak, sklera berwarna putih, pupil mata isokor kanan dan kiri sama 3mm/3mm.



4) Hidung Inspeksi



Palpasi



bentuk hidung simetris, kulit hidung



tidak terdapat nyeri tekan



bersih, tidak terdapat lesi, tidak terdapat pernapasan cuping hidung



5) Telinga Inspeksi



Palpasi



kulit telinga terlihat bersih, tidak



tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri



terdapat



tekan



serumen.



lesi,



tidak



terdapat



6) Mulut Inspeksi mukosa bibir terlihat lembab, lidah bersih, tidak tampak sianosis.



7) Leher Inspeksi



Palpasi



tidak terdapat lesi, terlihat vena



teraba denyutan vena jugularis ± 2cm,



jugularis, tampak ada tarikan otot



tidak terdapat nyeri tekan.



sternoskleidomastoideus



e. Dada 1) Paru-paru Inspeksi



Palpasi



Tampak menggunakan bantu



otot



pernapasan



(sternokleidomastoid



Auskultasi



teraba taktil



suara



suara



fremitus



perkusi



vesikuler



kanan



dan



kiri sama



eus), tidak terdapat retraksi



Perkusi



sonor



di



nafas di



seluruh lapang



seluruh



paru,



lapang paru



terdapat suara



dada.



tidak



tambahan



Pengembangan dada kanan dan kiri sama



2) Jantung Inspeksi tampak



iktus



kordis



Palpasi teraba



iktus



Perkusi suara



perkusi



Auskultasi bunyi jantung



kordis di SIC



jantung pekak,



terdengar



S1



VI sinistra



batas



(lup),



S2



(dup),



tidak



jantung



melebar



teratur



f. Abdomen Inspeksi perut cembung



Auskultasi bising



usus



Perkusi suara perkusi



Palpasi teraba



klien



abdomen



kencang pada



14x/menit



hipotimpani



abdomen



g. Ekstremitas atas Inspeksi tidak



terdapat



lesi,



Palpasi persebaran



tidak terdapat nyeri tekan/edema, akral



warna kulit merata, tidak terdapat



teraba dingin, capillary refill time > 3



jari tabuh, terpasang infus RL 20



detik, kekuatan otot kanan/kiri 4/4



tpm di tangan kiri



h. Ekstremitas bawah Inspeksi tidak



terdapat



lesi,



Palpasi persebaran



tidak terdapat nyeri tekan dan edema,



warna kulit merata, kaki tidak



akral teraba dingin, capillary refill



bengkak



time >3 detik, kekuatan otot kanan/kiri 4/4.



8. Pengkajian Fungsional a. Oksigenasi 



Sebelum sakit



: Klien bernafas tanpa menggunakan alat bantu bernafas,



merasa sesak napas jika berjalan terlalu jauh 



Saat sakit



: Klien mengeluh sesak napas, menggunakan oksigen nasal



kanul 4l /menit, nafas klien cepat dan dangkal 40x/menit.



b. Nutrisi dan Cairan 



Sebelum sakit



: Klien makan 3x sehari dan minum 8 gelas perhari







Saat sakit



: Klien makan 3x sehari dan hanya minum 3 gelas (+750



ml) perhari Pengkajian ABCD a. A Antromometri) Tinggi badan



: 150 cm



Berat badan sebelum sakit



: 54 kg



Berat badan saat sakit



: 53 kg



b. B (Biokimia) Hemoglobin



: 12,2 g/dl (Nilai normal : 12-15,6)



Hematokrit



: 41% (Nilai normal : 33-45)



Glukosa darah sewaktu: 112 (Nilai normal : 60-140) c. C (Clinis) Konjungtiva tidak anemis Turgor kulit elastic d. D (Diet) Pola makan



: Pola makan teratur



Jenis makanan



: Klien makan dengan komposisi nasi, sayur dan



buah. Frekuensi makan



: Klien makan sehari 3x



Alergi



: Klien tidak mempunyai alergi makanan



Kegemaran



: Makanan kesukaan klien bubur



Balance Cairan -



-



Intake Minum



: 750 cc



Infus RL (20tpm)



: 1500 cc



Injeksi



:



Makan



: 150cc



Jumlah



: 2267 cc



17 cc



Output BAK



: 600 cc



BAB



:



Jumlah



: 620 cc



-



20 cc



IWL



15 x 53 x 24 jam = 795 cc 24 BC



= intake - output – IWL = 2267 - 620 – 795 = + 852 cc (terdapat edema pada wajah klien)



c. Eliminasi BAK



Sebelum sakit



Saat sakit



Frekuensi



6x sehari



Tidak terkaji



Jumlah



Tidak terkaji



+ 600 ml/24 jam



Warna



Kuning



Kuning



Bau



Khas urine



Khas uriene



Terpasang DC



Tidak



Ya



Keluhan



Tidak ada keluhan



Tidak ada keluhan



BAB



Sebelum sakit



Saat sakit



Frekuensi



1x sehari



1x sehari



Konsistensi



Lembek



-



Jumlah



Tidak terkaji



-



Warna



Kuning



-



Bau



Khas feses



-



Keluhan



Tidak ada keluhan



Tidak ada keluhan



d. Termoregulasi Sebelum dan saat sakit klien tidak mengalami demam



e. Aktivitas Latihan/Mobilisasi 



Sebelum sakit



: Klien bekerja menjadi pelayan di rumah makan dari jam



7 pagi sampai 10 malam. Klien mengeluh merasa sesak napas jika berjalan jauh. 



Saat sakit



: Klien hanya tidur di tempat tidur, mengeluh sesak napas



jika duduk terlalu lama dan berbicara terlalu panjang.



f. Seksualitas Klien sudah menikah dan dikaruniai 2 orang anak. Klien mempunyai anak pertama pada umur 21 tahun. Klien mengatakan tidak ada permasalahan mengenai hubungannya dengan suami.



g. Psikososial (Stress, Koping dan Konsep Diri) 



Stress Koping



Sebelum dan saat sakit klien tidak pernah memendam masalah, klien selalu menceritakan apa yang dirasakan kepada keluarga. 



Konsep Diri PARAMETER



SEBELUM



SAAT



SAKIT



SAKIT



Klien berperan



Peran



sebagai ibu rumah



Klien hanya tiduran di



tangga dan pelayan



kamarnya



rumah makan Klien merasa senang



Citra diri Klien merasa senang



dengan tubuhnya tapi



dengan tubuhnya



klien mengeluh wajahnya bengkak



Identitas diri



Klien mengetahui



Klien mengetahui



bahwa namanya



bahwa namanya



adalah Ny. S umur 44



adalah Ny. S umur 44



tahun



tahun



Klien menyadari



Ideal diri



kelebihan dan kekurangannya Harga diri



Klien ingin segera sembuh



Klien tidak merasa



Klien tidak merasa



malu dengan keadaan



malu dengan keadaan



dirinya



dirinya



h. Rasa Aman dan Nyaman Klien mengatakan pusing dan jantungnya berdebar-debar.



i. Spiritual Klien rajin beribadah dan berdoa untuk kesembuhan klien



j. Higiene 



Sebelum sakit



: Klien mandi sehari 2x menggunakan sabun dan air







Saat sakit



: Klien disibin 2x sehari dan menggosok gigi 2x sehari



k. Istirahat Tidur 



Sebelum sakit



: Klien mengatakan sehari tidur 6 jam perhari. Dari pukul



01.00-06.00 dan tidur siang 1 jam. 



Saat sakit



: Klien mengatakan tidur + 8 jam perhari. Klien tidak memiliki



masalah dengan pola tidurnya.



l. Aktualisasi Diri 



Sebelum sakit : Klien berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan yang ada disekitarnya.







Saat sakit



: Klien tidak berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan yang



ada disekitarnya karena merasa pusing. m. Rekreasi Klien sebelum dan saat sakit memenuhi kebutuhan rekreasinya dengan menonton TV. n. Kebutuhan Belajar Klien mengatakan mengetahui sakit jantung yang di deritanya. Klien mengikuti perkembangan mengenai kondisi terbaru sakitnya.



9. Pemeriksaan Penunjang Jenis



Kesan



Hasil



Nilai Normal



Hemoglobin



12,2



12,0-15,6



Normal



Hematokrit



41



33-45



Normal



Leukosit



5,4



4,5-11,0



Normal



Trombosit



279



150-450



Normal



Eritrosit



5,8



4,1-5,1



Meningkat



MCV



70,1



80-96



Menurun



MCH



21,0



28-33



Menurun



30



33-36



Menurun



Pemeriksaan



(meningkat/menurun)



Laboratorium 21/4/2014



MCHC



RDW



16,6



11,6-14,6



Meningkat



MPV



10,1



7,2-11,1



Normal



PDW



15



25-65



Menurun



Eosinofil



6,1



0-4



Meningkat



Basofil



0,4



0-2



Normal



Netrofil



55



55-80



Normal



Limfosit



31,8



22-44



Normal



Monosit



6,6



0-7



Normal



PT



16,5



10-15



Meningkat



ADTT



29,2



20-40



Normal



INR



1420



GDS



112



60-140



Normal



SGOT



25



0-35



Normal



SGPT



19



0-45



Normal



Creatine



1



0,6-1,1



Normal



Ureum



26



3 detik Hasil



EKG



fibrilasi Ventrikuler



atrial rapid Respon



normoaxsis, HR 150x /menit -



Perubahan kontraktilitas miokard



berdebar-debar



-



curah



Hasil ekokardiografi Dilatasi seluruh ruang



jantung, kontraktilitas LV menurun EF 38% -



Hasil



foto



thorax



menunjukan cardiomegaly 3.



Ds: Klien



mengatakan



Kelebihan volume



Gangguan



cairan



mekanisme regulasi



wajahnya bengkak Do: -



Klien terlihat lemas



-



Wajah



tampak



bengkak -



Abdomen



tampak



cembung -



Teraba kencang pada abdomen



-



TD: 160/100 mmHg



-



Balance cairan + 852 cc



4.



Ds:



Intoleransi aktivitas



-



Klien mengeluh sesak napas terlalu



jika



duduk



lama



berbicara



dan terlalu



panjang. Do: -



Klien terlihat lemas



-



Terlihat gelisah



-



Klien terlihat kelelahan setelah



berbicara



panjang -



TD 160/100 mmHg



-



Nadi 115x/menit



Kelemahan umum



-



RR 40x/menit



-



Hasil EKG menunjukan atrial



fibrilasi



rapid



ventrikuler respon



C. DIAGNOSA KEPERAWATAN No 1.



Jam/Tanggal ditemukan 22 / 04/ 2014



Jam/Tanggal



Dx Keperawatan Ketidakefektifan



pola



Teratasi napas



24 / 04/ 2014



berhubungan dengan Penurunan



16.45



TTD



20.00



ekspansi paru



2.



22 / 04/ 2014



Penurunan



curah



jantung



24 / 04/ 2014



berhubungan dengan perubahan



16.45



20.00



kontraktilitas miokard



3.



22 / 04/ 2014



Kelebihan volume cairan



24 / 04/ 2014



berhubungan dengan gangguan



16.45



20.00



mekanisme regulasi



4.



22 / 04/ 2014 16.45



Intoleransi



aktivitas



24 / 04/ 2014



berhubungan dengan kelemahan



20.00



umum



D. INTERVENSI Intervensi No



TGL/Jam



Dx Kep



TTD Tujuan



1.



22/04/2014 16.45



Ketdakefektifan



Setelah



Tindakan



dilakukan



Manajemen



pola napas b.d tindakan



breathing



Penurunan



keperawatan selama



1. Monitor



ekspansi paru



3



frekuensi



x



24



jam



diharapkan masalah



kedalaman



irama, dan



ketidakefektifan



pernapasan



pola



2. Auskultasi



napas



klien



dapat



teratasi



napas



dengan



kriteria



3. Berikan



hasil:



suara



posisi



semi fowler



1. Klien



tidak



4. Ajarkan cara napas



mengeluh sesak



dalam yang benar



2. Napas klien tidak



Terapi oksigen



terlihat cepat dan



5. Pertahankan terapi



dangakal



oksigen dengan nasal



3. RR 20-24x/menit



kanul 4l/menit



4. Tidak menggunakan bantu



alat



pernapasan



seperti nasal kanul 5. Tidak menggunakan bantu



otot napas



tambahan



seperti



sternoscleidomastoi deus 6. Klien



tampak



tenang dan bugar



2.



22/04/2014 16.45



Penurunan curah b.d



Setelah



dilakukan



1. Monitor



tanda-



tanda vital



jantung tindakan perubahan keperawatan selama



2. Monitor



kontraktilitas



3x24



jam



jantung



miokard



diharapkan masalah



3. Monitor



irama



sianosis,



curah



akral dingin serta



jantung klien dapat



capillary refill time



penurunan



teratasi



dengan



kriteria hasil:



4. Observasi dan output



intake



1. Klien



tidak



5. Berikan penjelasan



mengeluh



pentingnya



berdebar-debar



pembatasan cairan



2. Klien



terlihat



tenang



dan



bugar



dan



pembatasan



aktivitas bagi klien Kolaborasi



3. Nadi



80-



6. Berikan



oksigen



100x/menit dan



dengan nasal kanul



teratur



/menit



4. TD



120-130/



80-90 mmHg 5. Tidak



akral



dingin



dan



capirally



infus



sesuai advis



tampak



sianosis,



7. Berikan



8. Berikan



obat-



obatan sesuai advis 9. Lakukan EKG



refill



time 3detik 2



3



16.53



16.54



9. Memonitor



S:



tanda



wajahnya bengkak



retensi/overload



O:



cairan/edema



bengkak



10. Mengobservasi



S: klien mengatakan minum



intake dan output



hanya 2 gelas dari tadi pagi.



cairan



Klien mengatakan setelah



klien



wajah



mengatakan



klien



terlihat



dipasang kateter, urin bag sudah dibuang 1x O: intake cairan klien 500cc, urin beg terisi 250 ml



2,3



16.55



11. Membatasi diet



S: klien mengatakan akan



yang menyebabkan



berhati-hati untuk makan dan



retensi cairan



minum O: klien terlihat kooperatif



3



16.56



12. Memberi



S:



penjelasan



mengerti



pentingnya



melakukannya



pembatasan dan



cairan



klien



mengatakan dan



ingin



O: klien tampak kooperatif



pembatasan



aktivitas 2



16.57



13. Memonitor



S: klien mengatakan masih



tanda-tanda vital



pusing,



berdebar-debar,



sesak agak berkurang O: klien tampak gelisah, tekanan



darah



150/100



mmHg,



frekuensi



denyut



nadi 105x/menit, frekuensi pernapasan 37x/menit 1,2



16.58



14. Memonitor



S: klien mengatakan masih



adanya sesak nafas



sesak untuk bicara terlalu panjang O: klien tampak gelisah, ngos-ngosan



setelah



berbicara + 3 kaliamat 1



17.02



15. Mengajarkan



S: klien mengaakan mengerti



teknik



O: klien tampak kooperatif



mengontrol



pernapasan beraktivitas



ketika



4



17.10



16. Membantu klien



S: klien mengatakan bisa



untuk



bangun dari tidur sendiri,



mengidentifikasi



mengambil makanan di meja



aktivitas



O: klien terlihat kooperatif



yang



mampu dilakuakan



4



17.15



17. Mengedukasi



S:



tentang



mengerti



level



aktivitas yang boleh



klien



mengatakan



O: klien tampak kooperatif



dilakukan 4



17.20



18. Memberikan



S: klien mengucapkan terima



reinforcement positif



kasih



terhadap



aktivitas



O: klien tampak gembira



yang



dilakukan klien



4



17.25



19. Menganjurkan membatasi



jumlah



pengunjung



4



20.10



20. Memberi



obat



mg



20.11



klien



mengatakan



mengerti O: klien tampak kooperatif



injeksi furosemid 40



3



S:



21. Mengobservasi intake dan output



S: Klien mengatakan sakit ketika obatnya masuk O: klien tampak meringis



S: klien mengatakan sore ini minum ½ gelas



cairan O: intake cairan klien +150 cc, urin bag tampak terisi 400 cc



3



20.15



22. Memonitor



S



tanda



wajahnya



retensi



:



Klien



mengatakan



masih



bengkak



cairan/overload



dan perut terasa mbesesek



(edema)



O : wajah klien tampak bengkak,



perut



berbentuk



cembung dan teraba kencang 2



22/04/2014 1



22.30



1. Memonitor aliran oksigen



S: klien mengatakan oksigen sudah terasa cukup O: oksigen 4 l/menit nasal kanul



2



22.31



2. Memonitor tetesan S: klien mengatakan infus dan kepatenan IV



tidak pernah macet



line



O: infus RL 20 tpm



23/04/2014 1, 2



05.00



3. Memonitor tandatanda vital



S: klien mengatakan sesak sudah berkurang, berdebardebarnya berkurang O: tekanan darah 140/100 mmHg,denyut nadi, 100x/menit, frekuensi pernapasan 35x/menit



1



05.07



4. Memonitor irama,



S: klien mengatakan ngos-



frekuensi dan



ngosan dan sesak napas



kedalaman



berkurang



pernapasan



O: irama napas tidak teratur, RR 35x/menit,cepat dan dangkal



4



07.00



5. Menganjurkan



S: Klien mengatakan tidak



klien untuk



akan memaksakan aktivitas



membatasi



O: klien melakukan aktivitas



aktivitas saat



sesuai kemampuan



sesak



3



07.05



6. Memonitor intake dan output cairan



S : Klien mengatakan minum 1 gelas air teh O :intake + 300 cc dan urin bag tampak terisi 650 cc



3



23/04/2014 2



07.00



1. Melakukan EKG



S: Klien mengatakan berdebar-debarnya sudah berkurang O: Hasil EKG menunjukan atrial fibrilasi, irama jantung tidak teratur, HR 110x/menit



1



08.00



2. Memberi posisi semi fowler



S: Klien mengatakan nyaman dengan posisinya O: Klien terlihat relax, agak lemas



1



08.05



3. Memberi terapi



S: Klien mengatakan sesak



oksigen melalui



berkurang



nasal kanul



O: irama napas teratur



4l/menit 1



08.10



4. Memonitor irama,



S: Klien mengatakan sesak



frekuensi, dan



sudah berkurang



kedalaman napas



O: Irama napas teratur, RR 35x/menit dan napas dangkal cepat



1,2,3,4



08.30



5. Memberikan infus S: Klien mengatakan



RL 20tpm



infusnya habis O: Klien mendapatkan infus RL 20tpm



1, 2,



09.00



6. Memberikan obat



S= Klien mengatakan sakit



ISDN 5mg,



saat obatnya masuk



Lanoxin 0,25mg,



O= Klien tampak menahan



ranitidin 10mg,



sakit ketika obat masuk



Captopril 12,5mg, Furosemid 40mg, paracetamol 500mg 1, 2, 3, 4



10.00



7. Memonitor tanda



S= Klien mengatakan



retensi/overload



bengkaknya sudah berkurang



cairan (edema)



O= Bengkak diwajah klien terlihat berkurang



3



10.05



8. Memonitor



S= Klien mengatakan



sianosis/akral



tangannya tidak dingin



dingin dan



O= Tangan dan kaki klien



caoilary refill time tidak teraba dingin, caoilary refill time