Askep Asma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata “asma” digunakan sebagai istilah untuk keadaan sesak nafas akibat penyempitan pada pipa broncial (Pembuluh tenggorokan).Asma merupakan suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru meradang hingga lebih sensitif terhadap faktor pemicu yang menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak nafas dan bunyi nafas mengik. Penyakit asma banyak ditemukan pada anak-anak,terutama yang tinggal diperkotaan dan industri.Kejadian asma hampir meningkat diseluruh dunia,baik



negara



maju



maupun



negara



berkembang.Di



Amerika



Serikat,sekitar 9 juta anak dibawah 18 tahun menderita asma dan 4 juta anak mengalami sekurang-kurangnya sekali serangan asma setiap tahun (Rachelefsky,2006).Prevalensi asma pada anak di Indonesia cukup tinggi terutama



dikota-kota



besar



yaitu



mencapai



sekitar



17%(vitahealth,2006).Menurut laporan ahli internasional pada tahun 2005,penderita asma diseluruh dunia sekitar 400 juta orang dengan tambahan 180.000 pertahun. Menurut Graha (2008) Asma menyerang sekitar 10% dari anak-anak dan remaja.Pada usia anak-anak,asma menimpa anak laki-laki dalam jumlah 2 kali lebih banyal dibandingkan anak perempuan.Sekitar 1 dari 4 anak akan mengidap asma pada tahap tertentu dalam pertumbuhannya.Sekitar 50% anak-anak penderita asma ringan akan membaik kondisinya dan sembuh dalam pertumbuhan mereka menjadi dewasa,sisanya harus hidup bersama penyakit ini. 1



Berdasarkan hal tersebut,maka penting kiranya untuk lebih memahami mengenai asma sejak dini guna mencegah semakin berkembangnya penyakit ini. B. Rumusan Masalah a. Bagaimana devinisi asma b. Bagaimana etiologi asma c. Bagaimana patofisiologi asma d. Bagaimana manisfestasi klinis asma e. Bagaimana pemeriksaan diagnotik asma f. Bagaimana komplikasi asma g. Bagaimana penatalaksanaan asma h. Bagaimana asuhan keperawatan asma C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi asma 2. Untuk mengetahui etiologi asma 3. Untuk mengetahui patofisiologi asma 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis asma 5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnotik asma 6. Untuk mengetahui komplikasi asma 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan asma 8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada asma



2



BAB II PEMBAHASAN A.PENGERTIAN Asma adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni dengan saluran nafas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma. Pada penderita asma,saluran nafas menjadi sempit dan hal ini membuat sulit bernafas.Terjadi beberapa perubahan pada saluran nafas penyandang asma,yaitu dinding saluran nafas membengkak,adanya sekumpulan lendir dan sel-sel yang rusak menutupi sebagian saluran nafas,hidung mengalami iritasi dan mungkin terjadi tersumbat,dan otot-otot saluran nafas mengencang tetapi semuanya dapat dipulihkan kekondisi semula dengan terapi yang tepat.Selama terjadinya serangan asma,perubahan dalam paru-paru secara tiba-tiba menjadi jauh lebih buruk,ujung saluran nafas mengecil,dan aliran darah yang melaluinya sangat jauh berkurang sehingga bernafas menjadi sangat sulit. 1. Klarifikasi asma 1. Berdasarkan kegawatan asma maka asma dapat dibagi menjadi:  Asma bronkhile Asma brongkhiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan brongkus terhadap



berbgai



macam rangsangan



yang



mengakibatkan



penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara spontan atau setelah mendpatkan pengobatan.  Status asmatikus 3



Yakni, suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional status asmatikus merupakan suatu keadaan emergency dan tidak langsung memberikan dosis umum bronkodilator.status asmattikus yang dialami dapat berupah pernafasan wheezing, ronchi,ketika bernafas ( adanya suara bising dalam bernafas) , kemudian bisa berlangsung dengan pernafasan labored ( perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respriasi alkalosis. Namun makin besarnya obstruksi dibrongkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernafasan  Asthmatic emergency Yakni asma yang dapat menybapkan kematian. 2. Kasifikasi asma (hartantyo, 1997) Yaitu :  Asma ekstrinsik Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebapkan karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.  Asma intrinsik Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari allergen. Asma ini yang disebapkan oleh sress infeksi dan kondisi lingkungan yang buruk seperti kelembahan, suhu, polusi udara, dan akivitas olahraga yang berlebihan.



4



B. ETIOLOGI Penyebap hipersensitifitas saluran pernfasan pada kasus asma banyak diakibakan oleh faktor genetik ( keturunan). Sedangkan faktor pemicu timbulnya reaksi hipersensisifitas saluran pernafasan dapat berupah : a. Hirup debu yang didapatkan dijalan raya maupun debu rumah tangga, b. Hirupan asap kendaraan, asap rokok,asap pembakaran. c. Hirup aerosol( asap pabrikyang bercampur gas buangan seperti nitrogen ). d. Pajanan hewan dingin. e. Bulu hewan. f. Stress yang berlebihan g. Selain faktor-faktor diatas kadang juga individu yang sensitif terhadap faktor pemicu diatas tetapi penderita lain tidak. ( sukarmin, 2009). Tanda dan gejala asma a. Suara ngik- ngik sepanjang siklus pernapasan ketika terjadi inflamasi b. Asimtomatik antara serangan asma c. Kesulitan bernapas ( dyspnea) ketika jaringan napas menyempit karena inflamasi d. Frekuensi napas lebih dari 20x /menit ( tachpnea) ketika tubuh berusaha mendapatkan lebih banyak oksigen ke dalam paru paru untuk memenuhi kebutuhan fisiologis



5



e. Pengunaan otot-otot tambahan untuk bernapas ketika tubuh mencoba lebih keras untuk mendpatkan lebih banyak udara ke dalam paru-paru f. Ketetatan didada terkait dengan penyempitan jalan pernapasan ( bronchoconstriction) g. Takikardia- denyut jantung lebih dari 100, karena tubuh berusaha mendapatkan lebih banyak oksigen ke jaringan. C. PATOFISIOGI ASMA Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar penderita benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali oleh sistem ditubuh penderita sehingga dianggap sebagai benda asing ( antigen). Anggapan itu yang kemudian memicu dikeluarkannya antibodi yang berperanan sebagai respon reaksi hipersensitif seperti neuropil, baosifil, dan immunologlobuin E.Masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci). Ikatan antigen dan antibodi akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator



kimiawi



seperti



acting,epineftrin,neropinefrin



histamine,neorophil ,dan



chemotactic



prostagladin.Peningkatan



slow



mediator-



mediator kimia tersebut akan merangsang peningkatan perniabilitas kapiler,pembengkakan



pada



mukosa



saluran



pernafasan(terutama



bronkus).Pembengkakan yang hampir merata pada semua bagian bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontriksi)dan sesak nafas.Penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat aspirasi sehingga menurunkan oksigen yang ada pada darah.Kondisi ini akan



6



berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita terlihat pucat dan lemah. Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mucus dan meningkatkan pergerakan silia pada mukosa.Penderita menjadi sering batuk dengan produksi mucus yang cukup banyak. D. MANIFESTASI KLINIS Adapun



manifestasi



:Mengi/wheezing,sesak produktif,pileg,nyeri



klinis



nafas,dada



yang terasa



ditimbulkan tertekan



dada,takikardi,redtraksi



otot



atau



antara



lain



sesak,batuk



dada,nafas



cuping



hidung,takipnea,kelelahan,lemah,anoreksia,sianosis,berkeringat,ekspirasi memanjang dan gelisah. E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Pemeriksaan radiologi 1. Foto thorak Pada



foto



thorak



akan



tampak



corakan



paru



yang



meningkat,hiperinflasi terhadap pada serangan akut dan pada asma kronik,atelektasis juga ditemukan pada anak-anak usia 6 tahun. 2. Foto sinus paranasalis Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.



b. Pemeriksaan darah 1. Hitung jenis leukosit akan terdapat eosinofilia pada darah tapi dan sekret hidung,bila tidak eosinofilia kemungkinan tidak asma. 2. Analisa gas darah c. Uji faal paru/Lung Function Test (LFT) Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi,menilai hasil provokasi bronkus,menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit.Alat 7



yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter,caranya pasien disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam melalui mulut kemudiaan menghembuskannya dengan kuat). d. Uji kulit alergi dan imonologi Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk.Alergen yang digunakan adalah alergen yang banyak didapat didaerahnya. F. KOMPLIKASI Adapun kompliksi dari asma: 1. Pneumothoraks Adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas didalam rongga pleura,yang terjadi secara spontan atau akibat trauma. 2. Emfisema Adalah suatu keadaan abnormal pada anatomi paru dengan adanya kondisi klinis berupa melebarnya saluran udara bagian distal bronkiolus terminal yang disertai dengan kerusakan dinding alveoli. 3. Atelektasis Suatu keadaan yang berhubungan dengan adanya proses penyakit parenkim yang disebapkan karena obstruksi brongkus.



4. Gagal nafas Ketika pertukaran gas antara oksigen dengan karbondioksida diparu tidak dapat mengimbangi laju konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida pada sel tubuh. Kondisi ini mengakibatkan tekanan oksigen arterial kurang kurang dari 50 mmHg ( hipoksemia) dan tekanan karbon dioksida arterial meningkat lebih dari 45mmHg( hiperkapnea). 5. Brongkitis 8



Adalah peradangan dari satu atau lebih bronkus yang dapat disebapkan karena terkena dingin,penghirupan bahan-bahan iritan dan oleh karena infeksi akut. 6. Status asmatikus Adalah bentuk hebat dari asma akut dimana obstruksi jalan napas tahan terhadap terapi obat konvensional dan berakhir lebih dari 24 jam. 7. Disritmia Adalah gangguan pada frekuensi jantung reguler atau irama yang disebapkan oleh perubahan pada konduksi elektrik atau otomatisasi.



G. PENATALAKSANAAN NYERI 1. Pertolongan pertama pada penderita asma :  Jangan panik dan tenangkan diri anda dan penderita asma tersebut sampai benar benar rileks  Bawa penderita ke tempat yang aman dengan udara yang bersih serta sirkulasinya yang baik. Hindari penderita dari allergen yang mungkin dapat memicu asma.  Atur posisi duduk yang nayaman pada pasien  Bantulah penderita untuk menghirup inhaler-nya  Sarankan penderita untuk bernafas dalam dan perlahan  Jika serangan asma berhenti dalam 5- 10 ,menit, sarankan agar penderita untuk menghirup kembali 1 dosis inhaler  Hubungi dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang pertama kali dialami.



9



 Jika inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak berhenti dalam 5-10 menit, segeralah bawa penderita ke RS terdekat secepatnya. 



Jika penderita berhenti bernafas atau kehilangan kesadaran, periksa pernapasan serta peredaran darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada penderita.



Pada kasus kegawatan yang sering terjadi adalah status asmatikus. Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak merespon terapi konvensional . serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam . infeksi, kecemasan, pengunaan tranquiliser, penyalahgunaan nebulizer, dehidrasi, pengingkatan blokadrenergik, dan iritan nonspesifik dapat menunjang episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap penisilin ( smeltzer dan bare, 2002). Status asmatikus merupakan kedaruratan yang dapat menyebapkan kematian, oleh karena itu : a. Apabila terjadi serangan, harus ditangulangi secara tepat dan diutamakan terhadap usaha untuk menangulangi sumbatan saluran pernafasan. b. Keadaan tersebut harus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang merangsang timbulnya serangan( debu,serbuk, makanan, tertentu infeksi saluran pernafasan, stress emosi, obat-obatan tertentu seprti aspirin dan lain-lain). 2. Penatalaksanaan medis 1. Oksigen 4-6 liter/menit. 2. Pemenuhan hidrasi via infus. 3. Terbutaline 0,25 mg/6 jam secara subkutan (SC) 10



4. Bronkodilator/ antibronkospasme dengan cara : 1) Nebulizer ( via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg ( bricasma), fenoterol HBr 0,1 %, solution ( berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg ( allupent). 2) Inravena dengan golongan theophyline ethilendiamine ( aminophilin) bolus IV 5-6 mg/kg BB. 3) Peroral dengan aminofilin 3x



150 mg tablet. Agonis B2 (



salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbulatine 10 mg) 5. Antiedema mukosa dan dinding brongkus dengan golongan kortikosteroid deksamethasone 4 mg IV setiap 8 jam 6. Mukolitik dan ekseptoran. 1) Bronhexime HCL 8 mg per oral 3x1 2) Nebuleizer ( via inhalasi) dengan golongan broxime HCL 8 mg dicampur dengan aquades steril. 3. Pencegahan a. Menjaga kesehatan Menjaga kesehatan tubuh merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja muda terserang penyaki tetapi juga berarti mudah untuk mendapatkan serangan penyakit asma beserta komplikasinya. Usaha mencegah penyakit ini antara lain berupa makan-makanan yang bernilai gizi baik , minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai untuk mengatasi penaykit. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilrang dokter karena menderita penyakit lain seperti, penyakit jantung atau ginjal yang berat.



11



b. Menjaga kebersihan lingkungan c. Lingkungan



dimana



penderita



hidup



sehari-hari



sangat



mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Sebaiknya tidak lembap, cukup ventilasi, dan cahaya matahari. Sebaiknya alat- alat tidur tidak terbuat dari kabu-kabu.



12



KONSEP DASAR KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN  Primer Keluhan : a. Sesak nafas tiba-tiba,biasanya ada faktor pencetus b. Terjadi kesulitan ekspirasi atau ekspirasi di perpanjang batuk dengan sekret lengket c. Berkeringat dingin d. Terdengar suara mengik atau wheezing keras e. Terjadi berulang,setiap ada pencetus f. Sering ada faktor genetik atau familiar 1. AIRWAY Adanya penumpukan sputum pada jalan nafas.Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan nafas sehingga status asma tikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan O2 semakin sedikit yang dapat diperoleh. 2. BREATHING Adanya sumbatan pada jalan nafas pasien menyebabkan bertambahnya usaha nafas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh.Namun pada status asma tikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti nafas.Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha fentilasi pasien tidak efektif.Disamping itu adanya bising mengik dan sesak nafas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali nafas,atau kesulitan dalam 13



bergerak.Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi nafas lebih dari 25 kali permenit kemudian pantau adanya mengik. 3. CIRCULATION Adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksigen maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 kali permenit.erjadi pula penurunan tekanan derah sistolik pada waktu inspirasi,arus punya ekspirasi kurang dari 50% nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 kali permenit adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini. 4. DISSABILITY Adalah mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran reaksi pupil. 5. EKSPOSURE Yaitu enviromental contol buka baju penderita tapi cegah hipotermia  Sekunder 1. Pola presepsi sehat-penatalaksanaan sehat Orang tua yang sudah remaja biasa menganggap sebagai penyakit yang serius karena muncul sesak nafas yang menggagu aktifitas. 2. Pola metabolik nutrisi Dapat muncul mual dan anoreksia sebagai dampak penurunan oksigen



jaringan



gastroinstentinal.Anak



biasanya



mengeluh



badannya lemah karena penurunan asupan nutrisi,terjadi penurunan berat badan. 14



3. Pola eliminasi Anak dengan asma dengan asma jarang terjadi gangguan eliminasi baik BAB maupun BAK. 4. Pola tidur dan istirahat Data yang sering muncul adalah anak kesulitan tidur karena sesak nafas.Penampilan anak terlihat lemah sering menguap,mata merah,anak juga sering menangis malam hari karena ketidak nyamanan tersebut. 5. Pola aktifitas dan latihan Anak nampak menurun aktifitas dan kelemahan fisik.Anak tampak lebih banyak digendong orang tuanya atau badrest. 6. Pola kognitif atau presepsi Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutri dan oksigen keotak.Pada saat dirawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru yang disampaikan. 7. Pola presepsi diri-Konsep diri Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabt,tidak suka bermian,ketakutan terhadap orang lain meningkat. 8. Pola peran-hubungan Anak tampak malas kalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun yang lebih besar,anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan yang terdekat (orang tua). 9. Pola seksualita/reproduktif 15



Pada kondisi sakit dan anak kecil sering masih sulit terkaji pada anak yang sudah mengalami pubertas mungkin mengalami gangguan menstruasi pada wanita tetapi bersifat sementara dan biasanya penundaan. 10.Pola toleransi stres-koping Aktifitas yang sering tampak dalam menghadapi stres adalah anak sering menangis,kalau sudah remaja saat sakit dominan adalah mudah tersinggung dan mudah marah-marah. 11.Pola nilai-keyakinan Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk dapat sumber kesembuhan dari allah SWT. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputukm atau sekret b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap anoreksia akibat rasa dan bau sputum. c. Keruskan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ketidakseimbangan antra suplai dan kebutuhan oksigen. e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap 3. INTERVENSI KEPERAWATAN a. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trankea brongkial. Tujuan : bersihan jalan napas efektif 16



Rencana tindakan :  Ukur vital sign setiap 6 jam Rasional : mengetahui perkembangan pasien.  Observasi keadaan umum pasien Rasional : mengetahui efektivitas perawatan dan perkembangan pasien  Kaji frekuensi /kedalaman pernafasan dan gerakan dada Rasional : takipnea, pernafasan dangkal dengan dangkal dada yang tidak simetris, sering terjdi karena keridaknyamanan gerakan dada dan cairan paru,  Auskultasi area paru, bunyi napas misalnya krekel, mengidan dan ronchi Rasional : bunyi napas brongkial ( normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada daerah konsulidasi, krekel, mengi dan ronchi terdengar pada inspirasi atau eksipasi pada respon bertahap pengumpulan cairan sekret kental dan spasme jalan napas/ obstruksi  Ajarkan pasien laithan napas dalam dan batuk efektif Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paruparu atau jalan napas lebih kecil  Anjurkan banyak minum air banyak Rasional : air hangat dapat memobilisasi dan mengeluatkan sekret.  Beri posisi yang nayaman ( semiflower/ flower) 17



Rasional : memungkinakan uapaya napas lebih dalam dan lebih kuat menurunkan ketidaknyamanan dada  Kolaborasi dalam pemeberian brongkodilator, kortikosteroid, eskopktoran dan antibiotik Rasional : bronkodilator untuk menurunkan spasme bnrkus / melebarkan bronkus dengan dengan memobilisasi sekret. Kortikosteroid yaitu antiinflamasi mencegah reaksi alergi, menghambat pengeluaran instamine. Ekseptoran memudahkan pengenceran dahak antibiotik, diindikasikan untuk mengontrol pernafasan infeksi. b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler Tujuan : ventilasi dan petukaran gas efektif Rencana tindakan :  Obervasi keadaan umum dan vital sign setiap 6 jam Rasional : penurunan keadaan umum dan perubahan vital sign merupakan indikasi dan derajat keparahan dan status kesehatan pasien.  Observasi warna kulit, membran mukosa dan warna kuku Rasional : sianosis menunjukan vaso konstriksi, hipoksemia sistemik.  Pertahankan istirahat tidur Rasional : mencegah terlalu lelah dan menrunkan kebutuhan / konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan infeski,  Tingikan kepala dan sering mengubah posisi



18



Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal meningaktkan sekret untuk memperbaiki ventilasi  Berikan terapan oksigen sesuai indikasi Rasional : memrtahankan Ph o2 c. Intoleran



aktivitas



hubungan



dengan



kelemahan



umum,



ketidakseimabangan suplay dan kebutahan o2 . Tujuan : aktivitas dapat ditingkatkan. Rencana tindakan :  Kaji tingkat kemampuan pasien dan aktivitas rasional : menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudhakn pilihan intervensi .  Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahat Rasional : menurunkan kebutahan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.  Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan kebtuhan oskigen.  Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman untuk istrihat Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi tidur dikursi, atau menunduk kedepan meja atau bantal d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi sputum Tujuan : pemenuhan nutrisi adekuat Rencana tindakan :  Timbang berat badan setiap hari 19



Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet  Memberi penjelasan tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh Rasional : meningkatkan pematangan kebutuhan individu dan pentingya nutrisi pada proses pertumbuhan.  Anjurkan memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : meningatkan napsu makan, dengan porsi kecil tidak akan cepat bosan  Ciptakan linkungan yang aman dan tenang ( batasi pengunjung) Rasioanl:



lingkungan



yang



tenang



dan



nyaman



dapat



menurunkan stress dan kondusif untuk makan,  Anjurkan menhidangkan makanan dalam keadaan hangat Rasional : dengan makanan yang masi hangat dapat merangsang makan dan meningkatkan napsu makan e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamsi parenkim paru Tujuan : nyeri , berkurang dan terkontrol Rencana tindakan :  Kaji karakterristik nyeri Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa rangsangan asma.  Obervasi vital sign setiap 6 jam Rasional : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah yang menunjukan bahwa mengalami nyeri. Khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat  Berikan tindakan nyaman seperti relaksasi dan distrkasi Rasional : menghilangkan ketidkanyamanan dan memperbesar efek terapi analgetik



20



 Kolaborasi pemberian obat analgetik Rasional : meningkatkan kenyamanan / istirahat umum.



21



BAB III PENUTUP A kesimpulan Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa bronkus terhadap alergen, reaksi hipersensitif pada bronkus dapat mengakibatkan pembengakakan pada mukosa bronkus. Dalam penanganan keperawatan penyakit asma tersebut



B saran Diharapkan setelah mempelajari makalah “ ASUHAN KEPERAWATAN ASMA” pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai rencana keperawatan secara komrehensif



22



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganya tentunya kami tidak akan akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah KEPERAWATAN MEDICL BEDAH I dengan “ ASKEP ASMA” . Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesarbesarnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Mata Kulia KMB yang telah memebimbing dan menulis makalah ini. Demikian ,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.



Penulis



Jogjakarta, 28 september 2019



23



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................................. 1 B. Rumusan masalah......................................................................................... 2 C. Tujuan........................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Asma............................................................................................... 3 B. Etiolologi Asma............................................................................................ 5 C. Patofisiologi Asma....................................................................................... 5 D. Manifestasi klinis Asma............................................................................... 6 E. Pemeriksaan Diagnostik Asma..................................................................... 6 F. Komplikasi Asma......................................................................................... 7 G. Penatalaksanaan Asma................................................................................. 8 H. Asuhan Keperawatan pada Asma................................................................ 12 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.............................................................................................. 20 B. Saran........................................................................................................ 20 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................23



24



DAFTAR PUSTAKA



1. brunner & suddart ( 2002) “ buku ajar keperawatan medikal bedah “, jakarta : EGC 2. carpenito , L.J (2000). Diagnosa keperawatan ( edisi 6) jakarta : EGC 3. digiulio marry dkk,” keperawatan medical bedah” penerbit : andy 4. sujono Riyadi, sukarmin (2009)”asuhan keperawatan anak” Yogjakarta: graha ilmu, edisi pertama.



25