12 0 442 KB
MAKALAH NEUROBEHAVIOUR PROSES KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CEDERA KEPALA
DOSEN PEMBIMBING Ns., Sri Anik Rustini., S.H., S.Kep., M.Kes DISUSUN OLEH:
1.
Aisyah Putri Aritami
151.0003
2.
Farida Ayu Isdyaputri
151.0014
3.
Feby Arbityas Putri
151.0017
4.
Kurrotul Aini
151.0026
5.
Octafiansyah Alwan K.W
151.0040
6.
Vamila Meydiawati
151.0054
PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA 2016-2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berkenaan dengan Cedera Kepala. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada Mata Kuliah Keperawatan Neurobehaviour di Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terima kasih tersebut ditujukan kepada: 1. Ns., Sri Anik Rustini., S.H., S.Kep., M.Kes. Selaku penanggung jawab dan dosen Mata Kuliah Keperawatan Neurobehaviour di STIKES Hang Tuah Surabaya. 2. Rekan-Rekan Angkatan 21 Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Surabaya, 01 November 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI Halaman Judul ............................................................................................................... Kata Pengantar ................................................................................................................ Daftar Isi ......................................................................................................................... BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 1.4 Manfaat ................................................................................................................. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Cedera Kepala ........................................................................................ 2.2 Etiologi dan Faktor Risiko ................................................................................... 2.3 Jenis Cedera Kepala ............................................................................................. 2.4Pathofisiologi .........................................………………...................................... 2.5Manifestasi Klinik ............................................................................................... 2.6Konsep MAP ....................................................................................................... 2.7Penatalaksanaan ................................................................................................... BAB III: KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................ 3.1 Asuhan Keperawatan ............................................................................................. BAB IV: KASUS ........................................................................................................... BAB V : ANALISA ASUHAN KEPERAWATAN ..................................................... BAB VI : PENUTUP 6.1 Simpulan ............................................................................................................... 6.2 Saran ..................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................
iii
i ii iii 1 2 2 2 3 3 5 6 7 8 9 15 42 43 86 86 87
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak istilah yang dipakai dalam menyatakan suatu trauma atau cedera pada kepala di Indonesia. Beberapa Rumah Sakit ada yang memakai istilah cedera kepala dan cedera otak sebagai suatu diagnosis medis untuk suatu trauma pada kepala, walaupun secara harfiah kedua istilah tersebut sama karena memakai gradasi responds Glaso Coma Scale (GCS) sebagai tingkat gangguan yang terjadi akibat suatu cedera di kepala. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan akibat trauma yang mencederai kepala, maka perawat perlu mengenal neuruanatomi, neurofisiologi, neuropatofisiologi dengan baik agar kelainan dari masalah yang dikeluhkan atau kelainan dari pengkajian fisik yang didapat bias sekomprehensif mungkin ditanggapi perawat yang melakukan asuhan pada klien dengan cedera kepala. Cedera kepala meliputi trauma kepala, tengkorak, dan otak. Secara anatomis otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit kepala, serta tulang dan tentorium atau helem yang membungkusnya. Tanpa perlindungan ini otak akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Selain itu, sekali neuron rusak tidak dapat diperbaiki lagi. Cedera kepala dapat mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Efek-efek ini harus dihindaridan ditemukan secepatnya oleh perawat untuk menghindari rangkaian kejadian yang menimbulkan gangguan mental dan fisik, bahkan kematian. Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologis yang paling serius diantara penyakit neurologis, dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan raya. Diperkirakan 2/3 korban dari kasus ini berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita. Lebih dari setengah dari semua klien cedera kepala berat mempunyai signifikan cedera terhadap bagian tubuh lainnya. Adanya syok hipovolemik pada klien cedera kepala biasanya karena cedera pada bagian tubuh lainnya. Resiko utama klien yang mengalami cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak
1
sebagai responds terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Konsep Penyakit Cedera Kepala? 2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Cedera Kepala? 3. Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada Kasus Cedera Kepala? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Setelah membahas tentang
“Asuhan Keperawatan Pada Klien
Cedera Kepala” mahasiswa mampu memahami “Asuhan Keperawatan Pada Klien Cedera Kepala”. 1.3.2 Tujuan Khusus Setelah membahas tentang “Asuhan Keperawatan Cedera Kepala” mahasiswa mampu: a. Memahami dan menjelaskan Konsep Penyakit Cedera Kepala. b. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Cedera Kepala. c. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus. 1.4 Manfaat Manfaat dibuatnya makalah ini adalah untuk membagikan informasi dan wawasan kepada pembaca mengenai asuhan keperawatan pada kasus cedera kepala.
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Cedera Kepala Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak. (Morton, 2012). Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan (accelerasi) dan perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirsakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Doenges, 1989). Menurut Suriadi dan Rita (2001), cedera kepala merupakan suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak, atau otak yang terjadi akibat injuri baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. 2.2 Etiologi dan faktor Risiko 2.2.1 Etiologi Mekanisme cedera kepala meliputi cedera akselerasi, deselerasi, akselerasi-deselerasi, coup-countre coup, dan cedera rotasional. 1. Cedera Akselerasi terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak bergerak (misalnya, alat pemukul menghantam kepala atau peluru yang ditembakkan ke kepala). 2. Cedera Deselerasi terjadi jika kepala yang bergerak membentur objek diam, seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan mobil. 3. Cedera Akselerasi-Deselerasi sering terjadi dalam kasus kecelakaan kendaraan bermotor dan kekerasan fisik. 4. Cedera Coup-Countre Coup terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang tengkorak yang berlawanan serta area kepala yang pertama kali terbentur. Sebagai contoh pasien dipukul dibagian belakang kepala. 5. Cedera Rotasional terjadi jika pukulan atau benturan menyebabkan otak berputar dalam rongga tengkorak, yang mengakibatkan pereganggan atau robeknya neuron dalam substansia alba serta
3
robeknya pembuluh darah yang memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak. 2.2.2 Faktor Risiko a. Non reversible - Umur: Anak baru berjalan berisiko besar terhadap cedera jatuh. Anak dibawah 2 tahun menderita akibat yang jauh lebih buruk karena cedera kepala tertutup dari pada remaja. Anak usia sekolah berisiko paling besar dari cedera berjalan kaki. Cedera akibat sepeda (kendaraan bermotor dan penumpang kendaraan bermotor). Pada umur belasan tahun terjadi peningkatan risiko yaitu tabrakan kendaraan bermotor dan biasanya pada -
kecelakaan lalu lintas. Jenis kelamin: Laki-laki lebih berisiko daripada perempuan. Ras: Orang Amerika lebih berisiko dari orang Asia. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh budaya. Budaya orang barat dan orang timur
-
berbeda. Lingkungan: Keadaan lingkungan mempengaruhi keamanan (Berhman dkk,
2000). b. Reversible - Hipertensi, penyakit jantung, lipid abnormalitas dan obesitas - Kebiasaan hidup seperti diet, kebiasaan merokok, alkoholik, dan aktivitas pengendara kendaraan bermotor yang ceroboh. c. Cedera kepala sering terjadi pada bayi sampai remaja - Pada bayi yang jatuh dari tempat tidur. - Anak yang terjatuh dari tangga, tertabrak karena menyebrang, naik sepeda terjatuh, terpeleset, jatuh dari pohon, dan anak yang saling pukul dengan temannya. d. Cedera kepala pada dewasa - Kecelakaan lalu lintas, tabrakan, terjatuh dari sepeda motor, -
orang yang berjalan di jalan raya. Benturan yang keras di kepala. Kepala terbentur bagian dari mobil karena menabrak atau terjungkal.
2.3 Jenis Cedera Kepala
4
1. Berdasarkan patologi: a. Cedera kepala primer Merupakan akibat cedera awal. Cedera awal menyebabkan gangguan imtegritas fisik, kimia dan listrik dari sel di area tersebut, yang menyebabkan kematian sel. b. Cedera kepala sekunder Cedera ini merupakan cedera yang menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut yang terjadi setelah trauma sehinga meningkatkan TIK yang tak terkendali, meliputi respon fisiologis cedera otak, termasuk edema serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau sistemik. 2. Menurut jenis cedera: a. Cedera kepala terbuka: dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan laserasi duameter. Trauma yang menembus tengkorak dan jaringan otak. b. Cedera kepala tertutup: dapat disamakan pada pasien dengan gegar otak ringan dengan cedera serebral yang luas. 3. Menurut berat ringanya berdasarkan GCS (Glasgown Coma Scale): a. Cedera kepala ringan/minor - GCS 14-15. - Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari 30 menit. - Tidak ada fraktur tengkorak. - Tidak ada kontusia serebral, hemotoma. b. Cedera kepala sedang - GCS 9-13. - Kehilangan kesadaran dan asam anamnesa lebih dari 30 m tetapi kurang dari 24 jam. - Dapat mengalami fraktur tengkorak. - Diikuti contusia serebral, laserasi dan hematoma intrakranial. c. Cedera kepala berat - GCS 3-8. - Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 -
jam. Juga meliputi kontusia serebral, laserasi atau hematoma intrakranial.
2.4 Pathofisiologi Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan,
5
edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler. Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan perdarahan. Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto, 2007). 2.5 Manifestasi Klinik Manifestasi klinik dari cedera kepala tergantung dari berat ringannya cedera kepala, yaitu: 1. Perubahan kesadaran adalah merupakan indikator yang paling sensitive 2.
yang dapat dilihat dengan penggunaan GCS ( Glascow Coma Scale). Peningkatan TIK yang mempunyai trias Klasik seperti: nyeri kepala karena regangan dura dan pembuluh darah; papil edema yang disebabkan oleh tekanan dan pembengkakan diskus optikus; proyektil.
6
muntah seringkali
2.6 Konsep Map Trauma kepala
Ekstra kranial Intrakranial
Tulang cranial
Terputusnya kontinuitas jaringan kulit, otot dan vaskuler
Terputusnya kontinuitas jaringan tulang
Jaringan otak rusak (kontusio, laserasi)
Gangguan suplai darah -Perdarahan
Resiko infeksi
-Odem cerebral
Iskemia
-Hematoma
Ketidakefektifan perfusi jaringan
Hipoksia
Perubahan sirkulasi CSS
Peningkatan TIK
Girus medialis lobus temporalis tergeser
Herniasi unkus
-Perubahan outoregulasi
Nyeri akut
Kejang
Gangg. fungsi otak
-
Mual – muntah Papilodema Pandangan kabur Penurunan fungsi pendengaran - Nyeri kepala
Defisit Neurologis
Gangg. persepsi sensori
Resiko kekekurangan volume cairan Tonsil cerebelum tergeser
Mesesenfalon tertekan
Gangg. Neurologis fokal
Resiko jatuh
1.Bersihan jalan nafas 2.Obstruksi jalan nafas 3.Dispnea 4.Henti nafas 5.Perub. Pola nafas Resiko ketidakefektifan jln. nafas
Kompresi medula oblongata Resiko kerusakan integritas kulit
Immobilisasi Gangg. kesadaran
Ansietas
Defisit perawatan diri
Sumber: Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC jilid 1 2015.
7
2.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000). Penatalaksanaan umum adalah: 1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi 2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma 3. Berikan oksigenasi 4. Awasi tekanan darah 5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik 6. Atasi shock 7. Awasi kemungkinan munculnya kejang. Penatalaksanaan lainnya: 1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, 2.
dosis sesuai dengan berat ringannya trauma. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi
3. 4.
vasodilatasi. Pemberian analgetika Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol
5. 6.
20% atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin). Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% , aminofusin, aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-
3 hari kemudian diberikana makanan lunak. Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan. Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein tergantung nilai urea. Tindakan terhadap peningktatan TIK yaitu: 1. Pemantauan TIK dengan ketat 2. Oksigenisasi adekuat 3. Pemberian manitol 4. Penggunaan steroid 5. Peningkatan kepala tempat tidur 6. Bedah neuro.
8
Tindakan pendukung lain yaitu: 1. Dukungan ventilasi 2. Pencegahan kejang 3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi 4. Terapi anti konvulsan 5. Klorpromazin untuk menenangkan klien 6. Pemasangan selang nasogastrik (Mansjoer, dkk, 2000).
9
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Asuhan Keperawatan Pengkajian Kegawatdaruratan: 1. Primary Survey a. Airway dan cervical control Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi dari leher. b. Breathing dan ventilation Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi:fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma. c. Circulation dan hemorrhage control 1) Volume darah dan Curah jantung Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam hitungan detik
dapat
memberikan
informasi
mengenai
keadaan
hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi. 2) Kontrol Perdarahan d. Disability Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran
1.
dan reaksi pupil. e. Exposure dan Environment control Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa jejas. 2. Secondary Survey a. Fokus assessment b. Head to toe assessment Pengkajian Data Dasar Pengkajian Klien (Doenges, 2000). Data tergantung pada tipe, lokasi dan keperahan, cedera dan mungkin dipersulit oleh cedera tambahan pada organ-organ vital. a. Aktivitas/istirahat 10
Gejala: Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan. Tanda: Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia, ataksia, cara berjalan tidak tegang. b. Sirkulasi Gejala: Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi. c. Integritas Ego Gejala: Perubahan tingkah laku dan kepribadian. Tanda: Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan impulsif. d. Makanan/cairan Gejala: Mual, muntah dan mengalami perubahan selera. Tanda: muntah, gangguan menelan. e. Eliminasi Gejala: Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami gangguan fungsi. f. Neurosensori Gejala: Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope, kehilangan
pendengaran,
gangguan
pengecapan
dan
penciuman,
perubahan penglihatan seperti ketajaman. Tanda: Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah laku dan memoris. g. Nyeri/kenyamanan Gejala: Sakit kepala. Tanda: Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih. h. Pernafasan Tanda: Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi nafas berbunyi) i. Keamanan Gejala: Trauma baru/trauma karena kecelakaan. Tanda: Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh. j. Interaksi sosial Tanda: Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulangulang, disartria. PENGKAJIAN
11
Pengumpulan data subjektif maupun objektif pada gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung bentuk, lokasi, jenis injuri, dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Pengkajian keperawatan cedera kepala meliputi: 1. Anamnesis Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis medis. a. Riwayat penyakit saat ini b. Riwayat penyakit terdahulu c. Riwayat penyakit keluarga 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pada pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan klien. Keadaan umum Pada keadaan cedera kepala umumnya mengalami penurunan kesadaran (cedera kepala ringan/cedera otak ringan, GCS 13-15, cedera kepala sedang GCS 9-12, cedera kepala berat bila GCS kurang atau sama dengan 8) dan terjadi perubahan tanda-tanda vital. B1 (Breathing) a. Inspeksi: klien didapatkan batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas. Terdapat retraksi klavikula atau dada, pengembangan paru tidak simetris.
Ekspansi
dada:
dinilai
penuh
atau
tidak
penuh
kesimetrisannya. Ketidaksimetrisan mungkin menunjukkan adanya atelektasis, lesi pada paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga, pneumothoraks, atau penempatan endotracheal dan tube trakeostomi yang kurang tepat. b. Palpasi: fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan di dapatkan apabila melibatkan trauma pada rongga thoraks. c. Perkusi: adanyan suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan trauma pada thorak/hemotothoraks
12
d. Auskultasi: bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi strido, ronchi pada klioen dengan peningkatan produksi sekret, dan kemampuan batuk yang menurun sering didapatkan pada klien cedera kepala dengan penurunan tingakat kesadaran koma. B2 (Boold) pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok) hipovolemik yang sering terjadi pada klien cedera kepala sedang dan berat. Hasil pemeriksaan kardiovaskuler klien cedera kepala pada beberapa keadaan dapat ditemukan tekanan darah normal atau berubah, nadi bradikardi, takikardi, dan aritmia. Pada keadaan lain akibat dari trauma kepala akan merangsang pelepasan antidiuretik hormon (ADH) yang berdampak pada kompensasi tubuh untuk melakukan retensi atau pengeluaran garam dan air oleh tubulus. Mekanisme ini akan meningkatkan
konsentrasi
elektrolit
sehingga
memberikan
risiko
terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada sistem kardiovaskuler. B3 (Brain) Cedera kepala menyebabkan berbagai defisit neurologis terutama disebabkan pengaruh peningkatan tekanan intra kranial akibat adanya perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma, subdural hematoma, dan epidural hematoma. a. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran dan respon klien terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk menilai disfungsi sistem persarafan. Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran klien cedera kepala biasanya berkisar pada tingkat latergi, stupor, semikomatosa, sampai koma. b. Pemeriksaan fungsi serebral 1) Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien cedera kepala tahap lanjut biasanya status mental mengalami perubahan.
13
2) Fungsi intelektual: pada beberapa keadaan klien cedera kepala didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka pendek maupun jangka panjang. 3) Lobus frontal: kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan bila trauma kepala mengakibtkan adanya kerusakan pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang menyebabkan klien menghadapi masalah frustasi dalam rehabilitasi mereka. 4) Hemisfer: cedera kepala hemisfer kanan didapatkan hemiparase sebela kiri tubuh,penilaian buruk, dan mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga memungkinkan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut. Cedera kepala pada hemisfer kiri, mengalami hemiparase kanan, perilaku lambat dan sangat hati-hati, kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia global, afasia, dan mudah frustasi. c. Pemeriksaan saraf kranial 1) Nervus I (olfaktorius) Pada beberapa keadaan cedera kepala didaerah yang merusak anatomis dan fisiologis saraf ini klien akan mengalami kelainan pada fungsi penciuman/anosmia unilateral atau bilateral. 2) Nervus II (optikus) Mematoma palpebra pada klien cedera kepala akan menurunkan lapangan penglihatan dan mengganggum fungsi dari nervus optikus. Perdarahan di ruang intrakranial, trauma hemoragia subaraknoidal, dapat disertai perdarahan di retina. 3) Nervus III, IV, dan VI (okulomotoris, koklearis, abdusen) Pada kasus trauma kepala dapat dijumpai anisokoria (keadaan dimana ukuran pupil tidak sama). Gejala ini harus dianggap sebagai tanda serius jika midriasis itu tidak bereaksi pada penyinaran. 4) Nervus V (trigeminus) Pada keadaan cedera kepala menyebabkan paralisi nervus trigeminus, didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah.
14
5) Nervus VII (facialis) Persepsi pengecapan mengalami perubahan. 6) Nervus VIII (vestibulotoklearis) Perubahan fungsi pendenngaran pada klien cedera kepala ringan biasanya tidak didapatkan apabila trauma yang terjadi tidak melibatkan saraf vestibulotoklearis. 7) Nervus IX dan X (glosofaringeus dan vagus) Kemampuan menelan kurang baik dan kesukaran membuka mulut. 8) Nervus XI (assesorius) Bila tidak melibatkan trauma pada leher, mobilitas klien cukup baik dan tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. 9) Nervus XII (hipoglosus) Indera pengecapan mengalami perubahan. d. Sistem motorik 1) Inspeksi umum, di dapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis (kelemahan salah satu sisi tubuh) adalah tanda yang lain. 2) Tonus otot, didapatkan menurun sampai hilang. 3) Kekuatan otot, pada penilaian dengan menggunakan grade kekuatan otot didapatkan grade 0. 4) Keseimbangan dan koordinasi, didapatkan mengalami gangguan karena hemiparase dan hemiplegia. e. Pemeriksaan refleks 1) Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum, atau periosteum, derajat refleks pada respons normal. 2) Pemeriksaan refleks patologis, pada fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setlah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis. f. Sistem sensorik Kehilangan sensorik pada cedera kepala dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius. B4 (Bladder) Kaji keadaan urine meliputi: warna, jumlah, dan karakteristik, termasuk berat jenis. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat
15
terjadi akibat menurunnya perfusi ginjal. Setelah cedera kepala klien mungkin mengalami inkontinensia urine karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan,
dan
ketidakmampuan
utnuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas. B5 (Bowel) Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntag pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan maslah pemenuhan nutrisi. Adanya inkontinensia alvi menunjukkan kerusakan neurologis luas. Pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah dapat menunjukan adanya dehidrasi. Lakukan observasi bising usus selama ± 2 menit. B6 (Bone) Kaji warna kulit, suhu, kelmbapan, dan turgor kulit. Adanya perubahan warna kulit, wrna kebiruan menunjukkan adanyan sianosis (ujung kuku, ekstermitas, telinga, hidung, bibir, dan membran mukosa). Pucat pada wajah dan membran mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya kadar hemoglobin atau syok. Pucat dan sianosis pada klien yang menggunakan ventilator dapat terjadi akibat dari penggunaan packet red cells (PRC) dalam jangka waktu lama. Pada klien dengan kulit gelap, perubahan warna tersebut tidak begitu jelas terlihat. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukkan adanya demam dan infeksi. Intregitas kulit untuk menilai adanya lesi dan dekubitus. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensorik atau paralisis atau hemiplagia, mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
16
Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan pada klien dengan cedera kepala meliputi: 1. CT Scan (dengan atau tanpa kontras). Mengidentifikasi luasnya lesi, pendarahan, determinan, ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. 2. MRI Digunakan sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif. 3. Cerebral Angiography Menunjukkan anomali sirkulasi cerebr al seperti perubahan jaringan otak sekunder menjadi edema, perdarahan, dan trauma. 4. Serial EEG Dapat melihat perkembangan gelombang patologis . 5. Sinar-X Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan atau edema), fragmen tulang. 6. BAER Mengoreksi batas fungsi kortex dan otak kecil. 7. PET Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak. 8. CSS Lumbal pungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi
perdarahan
subarakhnoit. 9. Kadar elektrolit Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan intrakranial. 10. Screen Toxicology Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran. 11. Rontgent Thoraks dua arah (PA/AP dan lateral) Rontgent thoraks menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleural. 12. Toraksentesis Menyatakan darah atau cairan. 13. Analisa gas darah (AGD atau astrup)
17
Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostik untuk menentukan status respirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan melalui pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi dan status asam basa.
Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan awal trauma pada cedera kepala selain dari fraktor mempertahankan fungsi ABC (Airway, Breathing, Circulation) dan menilai status neurologis (disability, exsposure) maka faktor yang harus diperhitungkan pula adalah mengurangi iskemia serebri yang terjadi. Keadaan ini dapat dibantu dengan pemberian oksigen dan glukosa sekalipun pada otak yang mengalami trauma relatif memerlukan oksigen dan glukosa yang lebih rendah. Selain itu perlu pula dikontrol kemungkinan tekanan intra kranial yang tinggi disebabkan oleh edema serebril. Sekalipun tidak jarang memerlukan tindakan operasi, tetapi usaha untuk memerlukan tekanan intra kranial ini dapat dilakukan dengan cara menurunkan PaCO2 dengan hiperventilasi yang mengurangi asidosis intraserebral dan menambah metabolisme intraserebral. Adapun usaha untuk menurunkan PaCO2 ini yakni dengan intubasi endotrakeal, hiperventilasi. Intubasi dilakukan sedini mungkin pada klien-klien yang koma untuk mencegah terjadinya PaCO2 yang meninggi. Prinsip ABC dan ventilasi yang teratur dapat mencegah peningkatan tekanan intra kranial. Penatalaksanaan Konservatif, meliputi: 1. Bedrest total. 2. Observasi TTV (GCS dan tingkat kesadaran). 3. Pemberian obat-obatan: Dexametason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma. Terapi hiperventilasi (trauma kepala
vasodilatasi. Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis, yaitu manitol 20%,
atau glukosa 40%, atau gliserol 10%. Antibiotika yang mengandung barriel darah otak (Penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol.
18
berat)
untuk
mengurangi
4. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak. 5. Pada trauma berat Karena hari-hari pertama didapat klien mengalami penurunan kesadaran dan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan. Dexstrosa 5% 8 jam pertama, Ringer Dexstrosa 8 jam kedua dan dexstrosa 8% jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah maka makanan diberikan melalui nasogastrik tube (2500-3000 TKTP). Pemberian protein tergantung dari nilai urenitrogennya. 2.
Diagnosa Keperawatan a. Ketidakefektifan perfusi
jaringan
cerebral
b.d
edema
serebral,
peningkatan TIK b. Pola nafas tidak efektif b.d gangguan/kerusakan pusat pernafasan di medula oblongata/cedera jaringan otak c. Nyeri akut b.d agen injuri fisik d. Trauma, tindakan invasife, immunosupresif, kerusakan jaringan faktor resiko infeksi e. Defisit self care b/d kelemahan fisik, penurunan kesadaran.
Diagnosis Keperawatan (Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan – Arif Muttaqin 2008) 1. Risiko tinggi peningkatan tekanan intrakranila yang berhubungan dengan desak ruang sekunder dari kompresi korteks serebri dari adanya perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma, subdural hematoma, dan epidural hematoma. 2. Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan depresi pada pusat pernapasan di otak, kelemahan otot-otot pernapasan, ekspansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara atau cairan, dan perubahan perbandingan O2 dengan CO2, kegagalan ventilator. 3. Tidak efektif kebersihan jalan napas yang berhubungan dengan penumpukan sputum, peningkatan sekresi sekret, penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan, adanya jalan napas buatan pada trakea, ketidakmampuan batuk atau batuk efektif.
19
4. Perubahan kenyamanan: nyeri akut yang berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasma otot sekunder. 5. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan edema yang ada pada otak. 6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme. 7. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan terpasangnya endotracheal
atau
tracheostomy
dan
paralisis
atau
kelemahan
neuromuskular. 8. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal. 9. Keterbatasan aktivitas yang berhubungan dengan penurunan kesadaran (soporo koma). 10. Cemas atau takut yang berhubungan dengan krisis situasional; ancaman terhadap konsep diri, takut mati, ketergantungan pada alat bantu, perubahan status kesehatan atau status ekonomi, atau fungsi peran, hubungan interpersonal atau penularan. 11. Kecemasan keluarga yang berhubungan dengan keadaan yang kritis pada klien. 12. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan mininterpretasi informasi, tidak mengenal sumber-sumber informasi, ketegangan akibat krisis situasional. 13. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik, terpasang bullow drainage. 14. Risiko gangguan integritas kuliat yang berhubungan dengan imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer. 15. Risiko keseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu nafas (respirator). 16. Risiko perubahan membran mukosa mulut yang berhubungan dengan keidakmampuan menelan cairan melalui oral, adanya tube dalam mulut, kurang atau menurunnya salivasi, tidak efektifnya kebersihan mulut. 17. Risiko infeksi yang berhubungan dengan sistem pertahanan primer (cedera pada jaringan paru, penurunan aktivitas silia bronkus), mal nutrisi, dan tindakan invasif. 18. Risiko terjadi infeksi yang berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.
20
Data DS: -
Etiologi
Masalah
Trauma kepala
Risiko peningkatan TIK
DO: GCS 12 (Black Out), Post trepanasi.
Maningkatkan rangsang simpatis
T: 67/42 mmHg, N: 76 x/mnt. Pupil isokor.
Maningkatkan tahanan vask. Sistemik dan tek. darah
Sistem pembuluh darah pulmonal tek. rendah
Meningkatkan tek. hidrostatik kebocoran cairan kapiler
Edema serebral
Bertambahnya vol. Intrakranial akibat dari perdarahan otak
Risiko PTIK DS: -
Pemasangan ETT
21
Bersihan jalan napas
DO:
tak efektif
Klien bernapas dengan
Peningkatan produksi
bantuan ventilator, Mode
sekret
SIMV pressure, PEEP: 3 fr: 20 x FiO2:30% SPO2: Ketidakmampuan batuk
97%. Produksi
sekret
meningkat,
warna
kekuningan, ronchi +/+ Frekuensi
napas:
efektif
Retensi sekret
20
x/mnt.
Kebersihan jalan napas tak
Klien terpasang ETT. Produksi
efektif
sekret
meningkat. DS: -
Trauma kepala
Hambatan mobilitas fisik
DO: Ketidakmampuan bergerak,
pemindahan,
Rusaknya neuron motorik pada medula spinalis
dan ambulasi Paralisis otot ekstremitas
Perubahan kekuatan otot, tonus, dan aktivitas refleks
DS: -
Pemasangan alat-alat ventilator kelemahan fisik
DO:
Klien imobilisasi 22
Risiko
kerusakan
integritas kulit.
Kulit
kemerahan, lecet. Tungkai
punggung
Keterbatasan dalam melakukan pergerakan
kemerahan. Ketidakmampuan dalam melakukan pemenuhan ADL
Penekanan setempat
Kurangnya suplai oksigen
DS:
“Bagaimana
Kondisi sakit klien
perkembangan
pengetahuan kondisi
anak
saya?” DO:
Kurangnya keluarga
Perilaku dalam
tentang
prognosis penyakit.
memecahkan masalah Ekspresi
cemas,
wajah prosedur
pengobatan
dan
Kurangnya pengetahuan
perawatan yang lama. Kurangnya informasi
3. Intervensi Keperawatan NO DIAGNOSA NOC NIC KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Monitoring tekanan intrakranium: a. Kaji, observasi, evaluasi tandaperfusi jaringan keperawatan …. jam klien tanda penurunan perfusi cerebral b.d edema menunjukan status sirkulasi serebral: gangguan mental, serebral, peningkatan dan tissue perfusion cerebral
23
TIK
membaik dengan KH: - TD dalam rentang normal (120/80 mmHg) - Tidak ada tanda peningkatan TIK - Klien mampu bicara dengan jelas, menunjukkan konsentrasi, perhatian dan orientasi baik - Fungsi sensori motorik cranial utuh - kesadaran membaik (GCS 15, tidak ada gerakan involunter)
b.
c. d. e. f. g. h. i. j.
pingsan, reaksi pupil, penglihatan kabur, nyeri kepala, gerakan bola mata. Hindari tindakan valsava manufer (suction lama, mengedan, batuk terus menerus). Berikan oksigen sesuai instruksi dokter Lakukan tindakan bedrest total Posisikan pasien kepala lebih tinggi dari badan (30-40 derajat) Minimalkan stimulasi dari luar. Monitor Vital Sign serta tingkat kesadaran Monitor tanda-tanda TIK Batasi gerakan leher dan kepala Kolaborasi pemberian obatobatan untuk meningkatkan volume intravaskuler sesuai perintah dokter.
a. Kaji status pernafasan klien b. Kaji penyebab ketidakefektifan pola nafas c. Beri posisi head up 35-45 derajat d. Monitor perubahan tingkat kesadaran, status mental, dan - Pernafasan 1620x/menit, peningkatan TIK teratur e. Beri oksigen sesuai anjuran - suara nafas bersih medic - pernafasan vesikuler f. Kolaborasi dokter untuk terapi, - saturasi O2:≥ 95% tindakan dan pemeriksaan
2.
Pola nafas tidak efektif b.d gangguan/kerusakan pusat pernafasan di medula oblongata/cedera jaringan otak
Setelah dilakukan asuhan keperawatan …. jam klien menunjukan pola nafas yang efektif dengan KH:
3.
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Asuhan injuri fisik keperawatan …. Jam tingkat a. kenyamanan klien meningkat, nyeri terkontrol dg KH: - Klien melaporkan nyeri b. berkurang dg scala nyeri c. 2-3 - Ekspresi wajah tenang
24
Manajemen nyeri : Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi). Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
4.
sebelumnya. - klien dapat istirahat dan d. Kontrol faktor lingkungan yang tidur mempengaruhi nyeri seperti suhu - v/s dbn ruangan, pencahayaan, kebisingan. e. Kurangi faktor presipitasi nyeri. f. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis). g. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengatasi nyeri.. h. Kolaborasi untuk pemberian analgetik i. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri. Trauma, tindakan Setelah dilakukan asuhan Konrol infeksi : invasife, keperawatan … jam infeksi a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain. immunosupresif, terdeteksi dg KH: kerusakan jaringan - Tdk ada tanda-tanda b. Batasi pengunjung bila perlu. c. Lakukan cuci tangan sebelum faktor resiko infeksi infeksi dan sesudah tindakan - Suhu normal (36-37 c) keperawatan. d. Gunakan baju, masker dan sarung tangan sebagai alat pelindung. e. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat. f. Lakukan perawatan luka, drainage, dresing infus dan dan kateter setiap hari, jika ada. g. Berikan antibiotik sesuai program. Proteksi terhadap infeksi a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. b. Monitor hitung granulosit dan WBC. c. Monitor kerentanan terhadap infeksi. d. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan.
25
e.
f.
5.
Defisit self care b/d kelemahan fisik, penurunan kesadaran.
Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase. Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
Setelah dilakukan askep … Bantuan perawatan diri a. Monitor kemampuan pasien jam klien dan keluarga terhadap perawatan diri yang dapat merawat diri, dengan mandiri kritria : - kebutuhan klien sehari- b. Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting hari terpenuhi (makan, dan makan, berhias berpakaian, toileting, c. Beri bantuan sampai klien berhias, hygiene, oral mempunyai kemapuan untuk higiene) merawat diri - klien bersih dan tidak d. Bantu klien dalam memenuhi bau. kebutuhannya sehari-hari. e. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya f. Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin g. Dorong untuk melakukan secara mandiri tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. h. Anjurkan keluarga untuk ikutserta dalam memenuhi ADL klien
26
27
Diagnosa
Tujuan / Kriteria
Intervensi
Rasional
Hasil Risiko tinggi
Tujuan: Dalam
peningkatan TIK
waktu 2x24 jam
yang b/d desak
tidak terjadi
ruang sekunder
peningkatan tekanan
dari kompresi
intrakranial pada
korteks serebri
klien
dari adanya perdarahan baik bersifat intraserebral
Mandiri Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan
Kriteria Hasil: 1) Klien tidak
penyebab peningkatan TIK.
gelisah
30
Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologis/tandatanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan
hematoma,
2) Klien tidak
Memonitor TTV setiap 4
Suatu keadaan normal
jam
bila sirkulasi serebral
subdural
mengeluh
hematoma, dan
nyeri
terpelihara dangan baik
epidural
kepala,
atau fluktuasi ditandai
hematoma.
mual-mual
dengan takanan darah
dan muntah 3) GCS: 4,5,6 4) Tidak
sistemik, penurunan dari autoregulator kebanyakan merupakan
terdapat
tanda penurunan difusi
papiledema 5) TTV dalam
lokal vasikularisasi
batas
darah serebral. Dengan
normal
peningkatan tekanan darah (diastolik) maka dibarengi dengan peningkatan darah intrakranial. Adanya peningkatan tekanan darah, bradikardi, disritmia, dispnea merupakan tanda tejadinya peningkatan TIK.
31
Evaluasi pupil, amati
Reaksi pupil dan
ukuran, ketajaman, dan
pergerakan kembali dari
reaksi terhadap cahaya
bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak. Reaksi pupil diatur oleh saraf III kranial (okulomotorik) yang menunjukkan keutuhan batang otak, ukuran pupil menujukkan keseimbangan antara parasimpatis dan simpatis. Respn terhadap cahaya merupakan kombinasi fungsi dari saraf kranial II dan III.
Monitor temperatur dan
Panas merupakan reflek
pengaturan suhu
dari hipotalamus.
lingkungan
Peningkatan kebutuhan metabolisme dan O2 akan menunjang peningkatan TIK/ICP (Intracranial Pressure)
32
Pertahankan kepala/leher
Perubahan kepala pada
pada posisi yang netral,
satu sisi dapat
usahakan dengan sedikit
menimbulkan
bantal. Hindari
penekanan pada vena
penggunaan bantal yang
jugularis dan
tinggi pada kepala
menghambat aliran otak (mengahmbat drainage pada vena serebral), untuk itu dapat meningkatkan TIK.
Berikan periode istirahat
Tindakan yang terus
antara tindakan perawatan
menerus dapat
dan batasi lamanya
meningkatkan TIK oleh
prosedur.
efek rangsangan kumulatif.
Kurangi rangsangan
Memberikan suasana
ekstral dan berikan rasa
yang tenang (Colming
nyaman seperti masase
effect) dapat
punggung, lingkunga
mengurangi respon
nyang tenang, sentuhan
psikologis dan
yang ramah, dan
memberikan istirahat
suasana/pembicaraan yang
untuk mempertahankan
tidak gaduh.
TIK yang rendah.
Cegah/hindarkan tejadinya
Mengurangi tekanan
valsavah manuver.
intratorakal dan intraabdominal sehingga menghindari peningkatan TIK.
33
Kaji peningkatan istirahat
Tingkah nonverbal ini
dan tingkah laku
dapat merupakan indikasi peningkatan TIK atau memberikan refleks nyeri dimana klien tidak mampu mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak turun dapat meningkatkan TIK.
Palpasi pada
Dapat meningkatkan
pembesaran/pelebara
respons otomatis yang
bladder, pertahankan
potensil menaikkan
drainase urin secara paten
TIK.
jika digunakan dan juga mnitor terdapatnya konstipasi Berikan penjelasan pada
Meningkatkan kerja
klien (jika sadar) dan
sama dalam
keluarga tentang sebab
meningkatkan
akibat TIK meningkat
perawatan klien dan mengurangi kecemasan
Observasi tingkat
Perubahan kesadaran
kesadaran dengan GCS
menunjukkan peningkatan TIK dan berguna menentukan lokasi dan perkembangan penyakit.
34
Kolaborasi:
Mengurangi
pemberian O2 sesuai
hipoksemia, dimana
indikasi.
dapat menigkatkan vasodilatasi serebral, volume darah, dan menaikkan TIK.
Kolaborasi untuk tindakan
Tindakan pembedahan
operatif evakuasi darah
untuk evakuasi darah
dari dalam intrakranial.
dilakukan bila kemungkina terdapat tanda-tanda defisitneurologis yang menadakan peningkatan intrakranial.
Berikan cairan IV sesuai
Pemberian cairan
indikasi.
mungkin dinginkan untuk mengurangi edema serebral, peningkatan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah dan TIK.
Berikan obat osmosis
Diuretik mungkin
diuretik contohnya:
digunakan pada fase
manitol, furoscide.
akut untuk mengalirkan air dari sel otak dan mengurangi edema serebral dan TIK.
Berikan steroid
Untuk menurunkan
contohnya: dexamethason,
inflamasi (radang) dan
methyl prenidsolon.
mengurangi edema jaringan.
35
Berikan analgesik narkotik
Mungkin diindikasikan
contoh: kodein
untuk mngurangi nyeri dan obat ini berefek negatif pada TIK tetapi dapat digunakan dengan tujuan untuk mencegah dan menurunkan sensasi nyeri.
Berikan antipiretik
Mengurangi/mengontrol
contohnya: asetaminofen
hari dan pada metabolisme serebral/oksigen yang diinginkan.
Monitor hasil
Membantu memberikan
laboratorium sesuai
informasi tentang
dengan indikasi seperti
efektifitas pemberian
prothombin, LED.
obat.
Ketidakefektifan
Tujuan: dalam
Berikan posisi yang
Ingkatkan inspirasi
pola pernapasan
waktu 3x24 jam
nyaman, biasanya dengan
maksimal,
b/d depresi pusat
setelah intervensi
peninggian kepala ke
meningkatkan ekspansi
pernapasan,
adanya peningkatan
tempat tidur. Dorong klien
paru dan ventilasi pada
kelemahan otot-
dan pola napas
untuk duduk sebanyak
sisi yang tidak sakit.
otot pernapasan,
kembali efektif
mungkin.
ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma, dan perubahan perbandingan O2 dengan CO2, kegagalan ventilator.
Kriteria hasil: memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif, mengalami perbaikan pertukaran gas-gas
Observasi fungsi
Distress pernapasan dan
pernapasan, catat
perubahan pada TTV
frekuensi pernapasan,
dapat terjadi sebagai
dispnes, atau perubahan
akibat fisiologi dan
TTV
nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya
pada paru, adaptif
syok sehubungan dengan hipoksia.
36
mengatasi faktor-
Bantu klien untuk
Melatih klien untuk
faktor penyebab
mengontrol pernapasan
mengatur napas seperti
jika ventilator tiba-tiba
napas dalam, napas
berhenti
pelan, napas perut, pengaturan posisi, dan teknik relaksasi untuk membantu memaksimalkan fungsi sistem pernapasan.
Ketidakefektifan
Tujuan: dalam
bersihan jalan
waktu 3x24 jam
Kolaborasi dengan tim
Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain: dokter,
kesehatan lain untuk
radiologi, dan fisioterapi.
mengevaluasi perbaikan
-
Pemberian
-
antibiotik Pemberian
-
analgesik Fisioterapi
-
dada Konsul foto
thoraks Kaji keadaan jalan napas
kondisi klien atas pengembangan parunya
Obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh
napas b/d adanya terdapat perilaku
skumulasi sekret, sisa
jalan napas
peningkatan
cairan mukus,
buatan pada
keefektifan jalan
perdarahan,
trakea,
napas.
bronkospasme, dan
peningkatan sekresi sekret, dan
posisi dari endotracheal
Kriteria hasil:
atau tracheostomy tube
bunyi napas
yang berubah
terdengar bersih,
37
ketidakmampuan ronchi tidak
Evaluasi pergerakan dada
Pergerakan dada yang
batuk atau batuk
terdengar, tracheal
dan auskultasi suara napas
simetris dengan suara
efektif sekunder
tube bebas
pada kedua paru (bilateral)
napas yang keluar dari
akibat nyeri dan
sumbatan,
peru-paru menandakan
keletihan.
menunjukkan batuk
jalan napas tidak
efektif, tidak ada
terganggu. Saluran
lagi penumpukan
napas bagian bawah
sekret di saluran
tersumbat dapat terjadi
pernapasan.
pada pneumonia atau atelektasi akan menimbulkan perubahan suara napas seperti ronki atau wheezing Anjurkan klien mengenai
Batuk yang efektif
teknik batuk selama
dapat mengeluarkan
pengisapan melalui
sekret dari saluran
endotracheal atau
napas.
tracheostomy tube seperti waktu bernapas panjang, batuk kuat, bersin jika ada indikasi Napas dalam perlahan saat
Memungkinkan
duduk setegak mungkin
ekspansi paru lebih luas
Auskultasi paru sebelum
Sekresi kental sulit
dan sesudah klien batuk
untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis
38
Kolaborasi dengan tim
Ekspektoran untuk
kesehatan lain: dokter,
memudahkan
radiologi, dan fisioterapi.
mengeluarkan lendir
-
Pemberian
-
antibiotik Pemberian
-
ekspektoran Fisioterapi
-
dada Konsul foto
dan mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya
Nyeri akut b/d
Tujuan: Dalam
thoraks Memonitor TTV setiap 4
Untuk mengetahui
trauma jaringan
waktu 3X24 jam
jam
keadaan umum pasien.
dan refleks
nyeri berkurang atau
spasme otot
hilang.
Jelaskan dan bantu klien
Pendekatan dengan
dengan tindakan pereda
menggunakan relaksasi
nyeri non-farmakologi dan
dan non-farmakologi
non-invasif
lainnya telah
sekunder
Kriteria hasil: 1. Secara subjektif
menunjukkan ke
melaporkan
efektifan dalam
nyeri
mengurangi nyeri.
berkurang/ dapat adaptasi 2. Dapat mengidentif ikasi aktivitas yang meningkatk an/ menurunkan
Ajarkan relaksasi: Teknik untuk menurunkan ketegangan oto rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi
Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi dan akan mengurangi nyerinya.
masase. Ajarkan metode distraksi
Mengalihkan perhatian
selama nyeri akut
nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan
39
nyeri, klien
Berikan kesempatan
tidak gelisah waktu istirahat bila terasa
Istirahat akan merelaksasi semua
nyeri dan berikan posisi
jaringan sehingga akan
yang nyaman misalnya
meningkatkan
ketika tidur, belakangnya
kenyamanan.
dipasang bantal kecil. Tingkatkan pengetahuan
Pengetahuan yang akan
tentang penyebab nyeri
dirasakan membantu
dan menghubungkan
mengurangi nyerinya.
berapa lama nyeri akan
Dan dapat membantu
berlangsung
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
Observasi tingkat nyeri
Pengkajian yang
dan respons motorik klien,
optimal akan
30 menit setalah
memberikan perawat
pemberian obat alangesik
data yang objektif untuk
utnuk mengkaji
mencegah kemungkinan
efektivitasnya serta setiap
komplikasi dan
1-2jam setelah tindakan
melakukan intervensi
perawatan 1-2hari
yang tepat
Kolaborasi dengan dokter
Analgesik memblok
pemberian analgesik
lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang
Risiko gangguan
Tujuan:Dalam
Observasi TTV
keseimbangan
waktu 3x24 jam
menunjukkan gejala
cairan dan
tidak ada tanda-
peningkatan tekanan
elektrolit yang
tanda edema
nadi dan tekanan darah
b/d penggunaan
perifer/paru-paru
menurun
40
Kekurangan caira dapat
alat bantu napas
Kriteria hasil:
(respiratori)
Klien dapat menunjukkan tekanan darah, berat
Mandiri Pertahankan secara ketat
Untuk mencegah dan
intake dan output
mengidentifikasi secara dini terjadi kelebihan
badan, nadi, intake dan output cairan dalam batas normal.
cairan Kaji dan observasi suara
Adanya ronchi basah,
nafas vokal fermitus, hasil
vokal fermitus
foto thoraks
menandakan adanya edema paru-paru
Catat perubahan turgor
Penurunan cardiak
kulit, kondisi mukosa
output berpengaruh
mulut, dan karakter
pada perfusi fungsi
sputum
otak. Kekurangan cairan sealalu diidentifikasikan dengan turgor kulit berkurang, mukosa mulut kering, dan sekret yang kental.
Hitunglah jumlah cairan
Membeikan informasi
masuk dan keluar
tentang keadaa cairan tubuh secara umum untuk mempertahankan agar tetap seimbang
Kolaborasi Berikan cairan perinfus jika diindikasikan
Mempertahankan sirkulasi dan tekanan osmotik
Gangguan
Tujuan: dalam
Berikan makanan kecil
Mencegah terjadinya
nutrisi kurang
waktu 3x24 jam
dan lunak
kelelahan, memudahkan
dari kebutuhan
kebutuhan nutrisi
masuknya makanan,
tubuh b/d
klien terpenuhi.
dan mencegah
perubahan kemampuan
gangguan pada
Kriteria hasil:
lambung.
mengerti tentang
41
mencerna
pentingnya nutrisi
Kaji fungsi sistem
Fungsi sistem
makanan,
bagi tubuh,
gastrointestinal yang
gastrointestinal sangat
peningkatan
memperlihatkan
meliputi suara bising usus,
penting untuk
kebutuhan
kenaikan berat
catat terjadi perubahan
memasukkan makanan.
metabolisme.
badan sesuai dengan
didalam lambung seperti
Ventilator dapat
hasil pemeriksaan
mual, muntah. Observasi
menyebabkan kembung
laboratorium
perubahan pergerakan
pada lambung dan
usus misalnya diare dan
perdarahan lambung.
konstipasi. Kolaborasi dengan ahli
Diit tinggi kalori, protei,
gizi untuk mengatur diit
karbohidrat sangat
yang diberikan sesuai
diperlukan selam
keadaan klien.
pemasangan ventilator untuk mempertahankan fungsi otot-otot respirasi. Karbohidrat dapat berkurang dan penggunaan lemak meningkat untuk mencegah terjadinya produksi CO2 dan pengaturan sisa respirasi.
Lakukan pemeriksaan
Memberikan informasi
laboratorium yang
yang tepat tentang
diindikasikan seperti
keadaan nutrisi yang
serum, transferin, BUN,
dibutuhkan klien.
atau kreatin dan glukosa.
Sumber: (Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan – Arif Muttaqin 2008)
42
BAB IV KASUS Pada tanggal 01 Juni 2011 jam 22.45WIB, klien mengalami kecelakaan lalu lintas di Lenek, dan terdapat luka robek di dahi kanan + 6 x 3 cm kedalaman + 2 cm, dan klien mendapat pertolongan pertama di Puskesmas Aikmel, setelah mendapat pertolongan klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 5 ( 0-10 ) sehingga klien tidak bisa istirahat dan sulit bernapas, karena klien sulit bernafas klien di rujuk ke Rumah Sakit Dr. R. Soedjono Selong untuk mendapat pertolongan selanjutnya, dan atas instruksi dokter klien harus di rawat inap di ruang bedah untuk mendapat tindakan selanjutnya.
43
BAB V ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn“ S ” DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKS ( CEDERA KEPALA SEDANG ) DI RUANG BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DR. R. SOEDJONO SELONG
1.
Pengkajian a.
Identitas Klien Nama
: Tn. S
Umur
: 19tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Suku/Bangsa
: Sasak/indonesia
Alamat
: Karang Ranjong, Lenek Aikmel
Pekerjaan
: Tani
Ruangan
: Bedah
Penanggung jawab biaya
: JPS
No RM
: 157063
Diagnosa medik
: CKS ( Cidera Kepala Sedang )
Tanggal masuk
: 01 Juni 2011
Tanggal dikaji
: 02 Juni 2011
Keluarga yang bertanggung Jawab Nama
: Tn. R
44
Hub. dengan keluarga
: Kakak kandung
Alamat
: Karang Ranjong, Lenek Aikmel
b.
Riwayat Kesehatan 1.
Keluhan utama Klien mengatakan sakit kepala
2.
Riwayat kesehatan sekarang Pada tanggal 01 Juni 2011 jam 22.45WIB, klien mengalami kecelakaan lalu lintas di Lenek, dan terdapat luka robek di dahi kanan + 6 x 3 cm kedalaman + 2 cm, dan klien mendapat pertolongan pertama di Puskesmas Aikmel, setelah mendapat pertolongan klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 5 ( 0-10 ) sehingga klien tidak bisa istirahat dan sulit bernapas, karena klien sulit bernafas klien di rujuk ke Rumah Sakit Dr. R. Soedjono Selong untuk mendapat pertolongan selanjutnya, dan atas instruksi dokter klien harus di rawat inap di ruang bedah untuk mendapat tindakan selanjutnya.
3.
Riwayat kesehatan yang lalu Klien mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi, dan klien mengatakan klien hanya sakit batuk pilek.dan sembuh setelah meminum obat.
4.
Riwayat penyakit keluarga Keluarga klien mengataktan ada anggota keluarganya yang mengalami penyakit tumor dan sudah di operasi 15 tahun yang lalu, dan tidak pernah mengalami penyakit yang di derita klien saat ini.
45
Genogram
Keterangan
: Laki-laki/Perempuan : Laki-laki/Perempuan meninggal : Klien : Garis perkawinan : Garis keturunan --------
: Tinggal serumah
5. Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum saat pengkajian: Sedang Kesadaran
: Composmentis
GCS
: Respon motorik
:6
Respon verbal
:3
Respon membuka mata
:3
Jumlah b. Tanda-tanda vital Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36.0 0 C
Nadi
: 80 x / menit
Pernafasan
: 20 x / menit
46
: 12
c. Pemeriksaan sistematis 1). Kepala
: Pada kulit kepala bulat, simetris, terdapat luka robek di dahi kanan + 6 x 3 cm dan kedalaman +2 cm.
2).Mata
:Bentuk simetris, palpebra oedema, conjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor.
3).Hidung
:Bentuk
simetris,
fungsi
penciuman:
klien
menghirup sesuatu yang di dekatkan, tidak ditemukan adanya perdarahan di hidung (rinore). 4).Telinga
: Bentuk simetris, tidak ditemukan serumen dan perdarahan pada kanalis, pendengaran klien normal, tidak di temukan adanya perdarahan di telinga (otore).
5).Mulut dan gigi
: Lidah tampak bersih mukosa bibir kering dan gigi tampak kotor, tidak di temukan adanya gigi ompong, terdapat sisa darah yang kering di sekitar mulut.
6). Leher
: Tidak ditemukan adanya kaku kuduk, tidak terdapat fraktur tidak ada pembesaran vena jugularis, deviasi therakea tidak ada.
7). Thorak dan fungsi pernafasan Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada refraksi otot dinding dada saat bernafas, pergerakan dada seirama antara inspirasi dan ekspirasi, respirasi 20 x /menit. Palpasi
: Vocal fremitus teraba diseluruh lapang paru, tidak ditemukan adanya benjolan atau massa dan tidak ditemukan adanya lesi, ditemukan adanya nyeri tekan pada thorak saat klien bernafas.
47
Perkusi
: Terdengar bunyi sonor
Auskultasi: Bunyi napas vesicular disemua lapang paru 8). Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
: Perut tampak datar, pergerakan sama saat inspirasi dan ekspirasi, tidak terlihat benjolan atau lesi.
Auskultasi: Tidak ada peningkatan bising usus, tidak terdengar bunyi bruit, BU 12 x / menit Palpasi
: Tidak ditemukan nyeri tekan di semua kuadran dan tidak ditemukan adanya massa, tidak ditemukan adanya pembesaran hati dan limpa.
Perkusi
: bunyi tympani
9). Kulit
Turgor kulit baik, tidak di temukanadanya lesi, tidak sianosis, akral hangat 10).Extremitas atas dan bawah
a. Ekstremitas atas Tangan kanan adanya patah tulang,tangan bagian kana terpasang infuse RL 20 tetes/menit, akral hangat, kekuatan otot ekstremitas atas bagian kanan dan kiri masing-masing 4. b. Ekstremitas bawah Kaki kanan tampak pada bagian lutut lecet + 1x 1 cm dan tidak ada udem, kuku kotor. Kaki kiri tidak ditemukan adanya oedema, akral hangat, kekuatan otot ekstremitas bawah bagian kiri dan kanan masing-masing 5. c. Rentang gerak Tangan kiri bebas bergerak, tangan kanan terpasanginfus, kaki kanan dan kiri bebas bergerak. 11). Data psikologis
48
a. Citra diri/body image : Tanggapan klien dengan anggota tubuhnya baik, tidak ada anggota tubuhnya yang dia tidak sukai, klien mengatakan semua anggota tubuhnya yang dia sukai. b. Identitas
: Status klien dalam keluarga adalah sebagai anak, klien puas terhadap status
dan
posisinya
dalam
keluarga. c. Peran
: Klien sanggup melakukan perannya sebagai anak,dan klien puas dengan perannya.
d. Ideal diri
: Klien sangat senang dengan dirinya di antara anggota keluarga.
e. Harga diri
: Keluarga klien mengatakan klien sangat berharga dalam anggota keluarganya, dan tidak pernah dibeda-bedakan dengan anggota keluarga yang lain.
Uji saraf cranial 1. Nervus I ( olfaktorius ) Klien mampu mencium bau – bauan seperti kopi dan minyak wangi. 2. Nervus II ( optikus ) Refleks pupil terhadap cahaya : midriasis bila kena cahaya mendekat, miosis bila cahaya menjauh. 3. Nervus III,IV, VI ( abdusen, okulomotorius, abdusen ) Mata klien tidak dapat di gerakan ke segala arah karena klien belum sadar penuh. 4. Nervus V ( trigeminus )
49
Dapat mebuka mulut dengan spontan. 5. Nervus VII ( vasialis ) Pengecapan klien dapat berfungsi dengan baik. 6. Nervus VIII ( akustikus ) Fungsi pendengaran klien baik mendengar saat dipanggil namanya, fungsi keseimbangan tidak terkaji. 7. Nervus IX ( glosso pharingius ) Letak ovula berada di tengah, klien mampu menelan makanan dan minuman. 8. Nervus X ( vagus ) Klien bisa menelan dengan baik tanpa ada gangguan. 9. Nervus XI ( acsesorius ) Klien bisa menggerakan kepala dan bahu dengan cara pelan-pelan. 10.
Nervus XII ( hipoglosus ) Bentuk lidah simetris, lidah tidak jatuh ke belakang mulut.
Pemeriksaan B1-B6 1. B1 (Breathing) Inspeksi :Bentuk dada simetris, tidak ada refraksi otot dinding dada saat bernafas, pergerak dada seirama antara inspirasi dan Palpasi
ekspirasi, respirasi 20 x /menit. :Vocal fremitus teraba diseluruh lapang paru, tidak ditemukan adanya benjolan atau massa dan tidak ditemukan adanya lesi, ditemukan adanya nyeri tekan pada thorak saat
Perkusi Auskultasi
klien bernafas. :Terdengar bunyi sonor :Bunyi napas vesicular disemua lapang paru
2. B2 (Blood) Tidak ditemukan pembesaran vena jugularis dan bunyi jantung tambahan.
50
Tekanan darah Nadi CRT Akral Perdarahan
: 120/80 mmHg : 80 x / menit : < 2 detik : hangat, kering, merah (HKM) : terdapat luka robek di dahi kanan + 6 x 3 cm
kedalaman + 2 cm 3. B3 (Brain) Kesadaran : Composmentis GCS : Respon motorik :6 Respon verbal :3 Respon membuka mata :3 Jumlah : 12 Saraf Kranial : - Nervus I ( olfaktorius ) Klien mampu mencium bau – bauan seperti kopi dan minyak -
wangi. Nervus II ( optikus ) Refleks pupil terhadap cahaya : midriasis bila kena cahaya
-
mendekat, miosis bila cahaya menjauh. Nervus III,IV, VI ( abdusen, okulomotorius, abdusen ) Mata klien tidak dapat di gerakan ke segala arah karena klien
-
-
-
belum sadar penuh. Nervus V ( trigeminus ) Dapat mebuka mulut dengan spontan. Nervus VII ( vasialis ) Pengecapan klien dapat berfungsi dengan baik. Nervus VIII ( akustikus ) Fungsi pendengaran klien baik mendengar saat dipanggil namanya, fungsi keseimbangan tidak terkaji. Nervus IX ( glosso pharingius ) Letak ovula berada di tengah, klien mampu menelan makanan dan minuman. Nervus X ( vagus ) Klien bisa menelan dengan baik tanpa ada gangguan. Nervus XI ( acsesorius ) Klien bisa menggerakan kepala dan bahu dengan cara pelan-pelan. Nervus XII ( hipoglosus ) Bentuk lidah simetris, lidah tidak jatuh ke belakang mulut.
4. B4 (Bladder) Keluarga klien mengatakan BAK dalam sehari frekuensi 1x sebanyak 250 cc. tidak ada nyeri tekan di bagian kandung kemih.
51
5. B5 (Bowel) Mulut dan gigi: Lidah tampak bersih, mukosa bibir kering dan tampak kotor, tidak di temukan adanya
gigi
gigi ompong,
terdapat sisa darah yang kering di sekitar mulut. Pola makan dan minum SMRS : - Keluarga klien mengatakan minum +5 – 6 gelas / hari - Keluarga klien mengatakan makan 3 x/harinasi satu porsi dengan lauk pauk dan sayur.Tidak ada pantangan dalam makanan. Pola makan dan minum di RS : - Keluarga klien mengatakan kklien minum 1 – 2 gelas / hari - Keluarga klien mengatakan hanya makan roti sepotong dan jeruk satu buah, klien makan bubur dan menghabiskan setengah porsi yang telah di siapkan oleh keluarganya Abdomen : Inspeksi
:Perut tampak datar, pergerakan sama saat inspirasi dan ekspirasi, tidak terlihat benjolan atau lesi.
Auskultasi
:Tidak ada peningkatan bising usus, tidak terdengar bunyi bruit, BU 12 x / menit
Palpasi
:Tidak ditemukan nyeri tekan di semua kuadran dan tidak ditemukan
adanya
massa,
tidak
ditemukan
adanya
pembesaran hati dan limpa. Perkusi
: bunyi tympani
6. B6 (Bone) Kepala : Pada kulit kepala bulat, simetris, terdapat luka robek di dahi kanan + 6 x 3 cm dan kedalaman +2 cm. Kulit : Turgor kulit baik, tidakdi temukanadanya lesi, tidak sianosis, akral hangat Extremitas atas dan bawah a. Ekstremitas atas Tangan kanan adanya patah tulang,tangan bagian kana terpasang infuse RL 20 tetes/menit, akral hangat, kekuatan otot ekstremitas atas bagian kanan dan kiri masing-masing 4. 52
b. Ekstremitas bawah Kaki kanan tampak pada bagian lutut lecet + 1x 1 cm dan tidak ada udem, kuku kotor. Kaki kiri tidak ditemukan adanya oedema, akral hangat, kekuatan otot ekstremitas bawah bagian kiri dan kanan masing-masing 5. c. Rentang gerak Tangan kiri bebas bergerak, tangan kanan terpasanginfus, kaki kanan dan kiri bebas bergerak. d. Kebiasaan sehari-hari
Kegiatan
Di rumah
di rumah sakit
Pola makan / minum Minum
Keluarga
klien Keluarga
klien
mengatakan minum +5 – mengatakan 6 gelas / hari
minum 1 – 2 gelas / hari
Keluarga Makan
Keluarga
klien
mengatakan x/harinasi
makan satu
3
porsi
dengan lauk pauk dan sayur.Tidak
ada
pantangan
dalam
makanan. Pola istirahat tidur
kklien
Keluarga
klien
mengatakan hanya makan roti sepotong dan jeruk satu buah, klien makan bubur dan menghabiskan setengah porsi yang telah di
siapkan
oleh
keluarganya
klien Keluarga
klien
mengatakan tidur malam mengatakan
selama
pukul 21.00 WIB sampai dirawat menurut keluarga 05.00 WIB
klien lebih sering tidur
Tidur siang jarang
tetapi kalau malam klien gelisah terbangun.
Pola BAB dan BAK
53
dan
sering
BAK
Keluarga
mengatakan Keluarga
tidak
mengetahui mengatakan BAK dalam
kegiatan BAK klien
sehari
klien frekuensi
1x
sebanyak 250 cc.
BAB
Keluarga
mengatakan
tidak
mengetahui
kegiatan BAB klien
Keluarga
klien
mengatakan
selama
di
rumah sakit klien belum BAB
Personal hygiene Mandi
Keluarga klien
Keluarga klien
mengatakan klien mandi
mengatakan klien tidak
2 x / hari memakai sabun
pernah mandi selama di rawat hanya di lap oleh keluarganya 2 x / hari.
Selama di rawat klien Sikat gigi
1 x / hari memakai sikat
belum pernah menggosok
gigi dan odol
gigi. Tidak pernah
1 x / minggu Keramas
3).
Data penunjang a).
Laboratorium Hasil Hb
: 13,1 g/ dl
LED : 75 mm / 1 jam
54
Normal
Satuan
L : 13 – 16
g / dl
P : 12 – 14
g / dl
L : 0-5
mm / 1 jam
4).
P : 9-15
mm / 1 jam
Leucosit
: 6.800
4 – 10
ribu / ul
Trombosit
: 281.000
150 – 450
ribu / ul
Hematokrit
: 36,2 %
L : 42 – 54
%
P : 36 – 48
%
Therapi Tanggal 01 juni 2011 Infus RL 20 Tetes / menit Injeksi ampicilin 3 x 1 gr ( IV ) Injeksi ketorolak 3 x 1 ampul Injeksi ranitidine 2 x 1 ampul
2. DIAGNOSA KEPERATAWAN Analisa Data. Data senjang DS: Keluarga mengatakan klien
Penyebab Cedera kepala
mengeluh kepalanya sakit
DO :
klien tampak gelisah kesadran somnolent GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3) TD : 120 / 90 mm Hg N : 80 x / menit Suhu : 36.0 0 C RR : 20 x / menit Terdapat luka robek di
Perubahan perfusi jaringan cerebral
dan pusing.
Masalah
Kerusakan jaringan otak, perdarahan, oedema cerebri
Tekanan intra kranial
dahi sebelah kanan
55
Oedem pada palpebera Klien muntah CRT kurang dari 2 detik Perubahan perfusi jaringan cerebral
DS: Keluarga klien mengatakan
Cedera kepala
Ketidakseimbangan
klien merasa mual setiap
nutrisi kurang dari
makan
kebutuhan tubuh
DO :
Klien tampak lemah Porsi makan setengah
Kerusakan sel otak
porsi yang telah di
siapkan oleh keluarganya Bibir klien tampak kering
Stress
Katakolamin sekresi asam lambung
Mual, muntah
Asupan nutrisi kurang
Ketidakseimbangan
56
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS :Klien mengatakan nyeri
Cedera kepala
Nyeri akut
pada luka robek di dahi sebelah kanan DO:
Klien tampak kesakitan
Klien tampak memegang
Kerusakan jaringan jaringan otak
kepalanya
Klien tampak gelisah
Skala nyeri 5 ( 0-10 )
GCS : 12 (M 6, V 3, E 3) TD : 120 / 90 mm Hg N : 80 x / menit Suhu : 36.0 0 C RR : 20 x / menit Terdapat luka robek di
Nyeri akut
dahi sebelah kanan+ 6 x 3 cm dan kedalaman +2 cm. Rumusan diagnosa Keperawatan a. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial yang di tandai dengan keluarga klien mengatakan klien mengeluh kepalanya sakit, klien tampak gelisah, kesadaran somnolent, GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ),TD : 120/90 mmHg,N : 80 x/menit, S : 36.00 C, RR : 20x/menit, terdapat luka robek di dahi sebelah kanan, oedem pada palpebra, klien muntah. b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak cukup untuk metabolisme yang ditandai dengan Keluarga klien mengatakan klien merasa mual setiap makan,
57
Klien tampak lemah,Porsi makan setengah porsi yang telah di siapkan oleh keluarganya, Bibir klien tampak kering. c. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan otak yang di tandai dengan Klien mengatakan nyeri
pada luka robek di dahi sebelah
kanan, Klien tampak kesakitan, Klien tampak memegang kepalanya, Klien tampak gelisah, Skala nyeri 5 ( 0-10 ), GCS : 12 (M 6, V 3, E 3), TD : 120 / 90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit, Terdapat luka robek di dahi sebelah kanan.
3.
No
INTERVENSI KEPERAWATAN Nama klien : Tn “ S ”
Dx. Medis : Cedera kepala sedang
Ruang
No. RM
Hari/Tgl
: Bedah Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kreteria hasil
58
: 157063
Intervensi
Rasional
1.
Jum’at 01-62011 Jam 14.00
Perubahan
Setelah
- Monitor tanda- - Mengetahui
perfusi jaringan dilakukan
tanda vital
cerebral
tindakan
berhubungan
keperawatan
dengan
selama
keadaan cerebral
3x24
peningkatan jam diharapkan - Pantau status neurologis tekanan intra perfusi jaringan dengan GCS cranial yang di cerebral adekuat tandai
dengan dengan kreteria
keluarga klien
mengeluh
kepalanya sakit, klien
tampak
gelisah,
GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ),TD : 120/90
mmHg, 0
sebelah oedem
di
yang
sehingga
composmetis
tindakan
- GCS 15 >
selanjutnya 2 - Pertahankan
- Tidak muntah
posisi
tidur
- Tidak oedem
dengan
posisi
kepala
20-300
palpebra
(Semi Powler)
- Dengan
posisi
tidur
dengna
posisi
semi
powler
akan
melancarkan aliran balik vena kepala
20x/menit, robek
dini
menentukan arah
C, RR :
terdapat
secara
klien
N : 80 x/menit, S : 36.0
mengetahui
dapat
menit
somnolent,
dari
pengkajian dapat
terjadi
- Kesadaran
- CRT
kesadaran
- Hasil
perubahan
klien hasil :
mengatakan
fungsi
sehingga
luka
mengurangi
dahi
oedema
dan
mencegah
kanan,
peningkatan
pada
tekanan cranial
59
intra
palpebra,
klien
- Monitor
muntah.
asupan
- Mencegah dan
kelebihan
cairan
pengeluaran
yang
dapat
cairan
menambah cedera cerebri dan akan meningkatkan tekanan
intra
cranial - Kaji
respon - Mengukur kesesuaian
verbal, - Pantau
- Dalam
berbicara
tingkat
dan
kesadaran
tingkat kesadaran
menunjukan
apakah klien sadar
- Kaji
respon - Mengukur motorik kesadaran secara terhadap keseluruhan perintah
dengan
sederhana
kemampuan untuk
berespon
terhadap rangsangan eksternal
dan
merupakan petunjuk K
-
keadaankesadaran
olaborasi dengan
60
- Penatalaksanaan
dokter untuk
dan
program
selajutnya
intervensi
2.
Jum’at 01-6-2011 Jam 14.00
Ketidakseimbang
Setelah dilakukan
- Meningkatkan
- Kaji
an nutrisi kurang tindakan
kemampuan
proses pencernaan
dari
klien
dan toleransi klien
kebutuhan keperawatan
tubuh
selama 3x24 jam
berhubungan
di
dengan
harapkan
intake keseimbangan
nutrisi
tidak nutrisi lebih dari
cukup
untuk kebutuhan tubuh
metabolisme yang dengan ditandai Keluarga
setiap Klien lemah,
mendapatkan nutrisi
yang
dibutuhkan
nutrisi
yang di berikan dan dapat meningkatkan kerjasama
kreteria
klien
saat makan
klien mual makan,
- Adanya peningkatan BB
sesuai
dengan tujuan tampak - BB sesuai
- Monitor lingkungan selama makan
siapkan oleh RS,
- Meskipun
proses
pemulihan
klien
memerlukan bantuan
makanan
atau menggunakan
Porsi
dengan TB Tidak ada makan setengah tanda-tanda porsi yang telah di Bibir
terhadap
dengan hasil :
mengatakan klien merasa
untuk
alat
bantu,
sosialisasi
waktu
makan
malnutrisi
dengan
orang terdekat atau
klien
teman
tampak kering.
dapat
meningkatakan pemasukan
dan
menormalkan fungsi makan
- Monitor kadar
- Mengidentifikasi
albumin,total
defesiensi
protein,Hb
fungsi organ, dan respon
nutrisi, terhadap
nutrisi tersebut
- Kolaborasi
61
- Merupakan sumber
dengan ahli gizi
yang efektif untuk
untuk
mengidentifikasi
memenuhi
kebutuhan
jumlah
kalori/nutrisi
kalori
dan nutrisi yang
tergantung
pada
dibutuhkan
usia, BB, ukuran
klien
penyakit
sekarang
trauma, penyakit - Timbang
BB - jantung/masalah
sesuai indikasi
metabolism - Mengevaluasi
- Catat perubahan
keefektifan
atau
kebutuhan
BB
mengubah pemberian nutrisi - Bermanfaat sebagai indikator - Catat perubahan
cairan total tubuh yang
BB
dari
terintegerasi
dengan 3.
Jum’at 01-6-2011 14.00
Nyeri
jaringan. tanda- - Mengetahui
akut Setelah dilakukan - Ukur
berhubungan
tindakan
ferfusi
tanda vital.
pengaruh
nyeri
dengan kerusakan keperawatan
terhadap
respon
jaringan otak yang selama 3x24 jam
tubuh klien.
di tandai dengan diharapkan klien Klien mengatakan mengungkapkan nyeri robek
pada luka nyeri hilang/dapat di
sebelah Klien kesakitan,
dahi dikontrol, dengan
keluhan - Untuk mengetahui derajat nyeri yang nyeri klien.
- Kaji
dialami klien.
kanan, kriteria hasil : tampak Klien
tampak memegang
- Klien tampak - Catat rileks - Skala nyeri 2 ( 0-10 )
62
petunjuk
non-verbal berkaitan dengan nyeri.
- Dapat sebagai untuk
digunakan hubungan mendukung
derajat nyeri
- Kaji faktor yang - Mengidentifikasi dapat
penyebab dan cara
memperberat
kontrol nyeri.
dan mengurangi nyeri - Menurunkan - Ijinkan untuk
klien berada
pada posisi tidur kepalanya, Klien
- Klien tidak
tampak gelisah,
kesakitan lagi - Klien tidak
Skala nyeri 5 (0-10), GCS : 12
gelisah lagi - TD :120/90
(M 6, V 3, E 3 ), TD :120/90 mmHg, N : 80 x /menit,
-
mmHg N :80 x/menit Suhu : 36.00 C RR:20 x/menit Luka robek di
Suhu : 36.0 0 C,
dahi sebelah
RR : 20 x / menit,
kanan cepat
Terdapat luka
kering
robek di dahi sebelah kanan.
63
tegangan abdomen dan
menigkatkan
rasa kontrol nyeri
yang nyaman, - Ajrakan kontrol - Meningkatkan nyeri tekhnik
dengan nafas
dalam/relaksasi - Berikan ranitidin injeksi 2x25 mg
relaksasi
dan
kemampuan koping - Mengontrol dengan cepat.
nyeri
64
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
4. No 1.
Hari/tggl Sabtu 02-6-2011 Jam 14.00
Diagnosa keperawatan Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan
Implementasi - Mengukur
Respon hasil
tanda-tanda
vital
- TD : 120/90 mmHg Nadi : 80 x/menit
intra
Suhu : 36,00 C
cranial yang di tandai dengan
RR
keluarga klien mengatakan
: 20 x/menit
klien mengeluh kepalanya sakit, klien tampak gelisah, kesadaran somnolent, GCS : 12 ( M6,V3,E3 ),
- Memantau
status
- Klien
menjukkan
kesadaran
neurologis dengan GCS
yang
optimal dan GCS ( M TD
:
120/90
mmHg,
6, V5, E4 = 15 )
N : 80 x/menit, S : 36.0 0 C, - Mepertahankan RR : 20x/menit, terdapat luka robek di dahi sebelah kanan, oedem pada palpebra, klien
tidur
dengan
posisi posisi
kepala 20-300 ( Semi power )
muntah.
-
Keluarga mengerti
klien
dan
mau
mempertahankan posisi
tidur
klien
dengan
posis
semi
powler
- Memonitor asupan dan pengeluaran cairan
- Mengetahui cairan
jumlah
yang
masuk
dan yang keluar - Klien - Mengkaji respon verbal,
mampu
menjawab pertanyaan dengan baik dengan tepat
65
2.
Sabtu 02-6-2011 Jam 14.00
Ketidakseimbangan
nutrisi - Mengkaji
kemampuan - Klien
kurang dari kebutuhan tubuh
klien
untuk
berhubungan dengan intake
mendapatkan
nutrisi
nutrisi tidak cukup untuk
yang dibutuhkan
metabolisme yang ditandai dengan
Keluarga
mengatakan
klien
klien merasa
mual setiap makan, Klien
mau
makan
walaupun sedikit
- Keluarga klien mau - Memonitor lingkungan selama makan
menjaga
kebersihan
klien pada saat makan
tampak lemah, Porsi makan - Klien
setengah porsi yang telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
- Memonitor
kadar
albumin,total
protein,
kadar albumin,nutrisi,Hb dalam batas normal
Hb - Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi jumlah kalori dan
menunjukkan
nutrisi
yang
dibutuhkan klien
- Klien
mau
makan
walaupun sedikit yang telah di sediakan oleh RS - Klien
- Menimbang BB sesuai
Sabtu 02-6-2011 Jam 14.00
Nyeri
akut
berhubungan - Mengukur
dengan kerusakan jaringan
tanda-tanda
vital.
otak yang di tandai dengan Klien
mengatakan
BB
seminggu sekali
indikasi
3.
menimbang
mau
- TD : 120 / 90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit,
nyeri
pada luka robek di dahi
- Skala nyeri 2 (0-10)
sebelah kanan, Klien tampak kesakitan,
Klien
tampak - Mengkaji keluhan nyeri memegang kepalanya, Klien klien
66
- Klien mau menujukkan tempat
tampak gelisah, Skala nyeri 5
(0-10), GCS : 12 ( M
6, V 3, E 3 ), TD : 120 / 90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x /
nyeri yang dirasakan - Mencatat petunjuk non-
- Klien mau
verbal berkaitan dengan
menunjukan faktor
nyeri.
yang memberatkan terhadap nyeri yang
menit, Terdapat luka robek
dirasakan
- Mengkaji faktor yang
di dahi sebelah kanan.
dapat memperberat dan
- Klien mau mengatur posisi tidurnya
mengurangi nyeri
dengan posiosi kepala 20-300 sesuai yang dianjurkan perawat - Menganjurkan untuk
berada
posisi
tidur
klien pada - Klien mau melakukan tekhnik nafas yang dalam/relaksasi untuk
nyaman,
mengontrol
nyeri
yang timbul - Mengajarkan
cara
menontrol nyeri dengan tekhnik
nafas
Infus
RL
20
Tetes/menit Injeksi ampicilin 3x1 gr ( IV )
dalam/relaksasi Injeksi ketorolak 3x1 ampul - Berkolaborasi
dengn
dokter dalam pemberian
Injeksi ranitidine 2x1 ampul
obat 4.
Minggu 03-6-2011 07.00
Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan
intra
cranial yang di tandai dengan keluarga klien mengatakan klien mengeluh kepalanya
67
- Mengukur vital
tanda-tanda
- TD : 120/90 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu :36.0 0 C. RR : 20 x/menit - Klien menjukkan
sakit, klien tampak gelisah, kesadaran somnolent, GCS:
:
120/90
- Mengkaji
status
neurologis klien
12 (M6,V3,E3), TD
kesadaran yang optimal dan GCS ( M 6, V5, E4 = 15)
mmHg,
N : 80 x/menit,
- Klien
mau
tidur
dengan posisi kepala
S : 36.0 0 C,
- Mempertahankan posisi
RR : 20x/menit, terdapat luka
tidur
robek di dahi sebelah kanan,
kepala
oedem pada palpebra, klien
Powler)
dengan
posisi
20-300
(Semi
20-300 (Semi Powler)
- Mengetahui
muntah.
cairan - Memantau asupan dan haluaran cairan
jumlah
yang
masuk
dan yang keluar - Klien
mampu
menjawab pertanyaan dengan baik dengan - Mengkaji respon verbal
tepat - Infus
- Berkolaborasi
dengn
dokter dalam pemberian obat
RL
20
Tetes/menit Injeksi ampicilin 3x1 gr ( IV ) Injeksi ketorolak 3x1 ampul Injeksi ranitidine 2x1 ampul
5.
Minggu 03-6-2011 Jam 07.00
Ketidakseimbangan
nutrisi - Mengobervasi
- Klien mua makan
kurang dari kebutuhan tubuh
kemampuan klien untuk
berhubungan dengan intake
mendapatkan
nutrisi tidak cukup untuk
yang dibutuhkan
walaupun sedikit
nutrisi
metabolisme yang ditandai dengan
Keluarga
mengatakan
klien
klien merasa
68
- Memantau
lingkungan
- Keluarga klien mau menjaga kebersihan di
mual setiap makan, Klien
selama makan
sekitar klien pada saat
tampak lemah, Porsi makan
makan
setengah porsi yang telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
- Memantau
kadar
albumin,total protein,Hb
- Klien
menunjukkan
kadar
albumin,
nutrisi,
Hb
dalam
batas normal - Klien
mau
makan
walaupun sedikit yang telah di sediakan oleh - Mengkolaborasi dengan ahli
gizi
RS
untuk
memenuhi jumlah kalori dan
nutrisi
yang
dibutuhkan klien
- Klen mau menimbang BB seminggu sekali.
- Memantau BB sesuai 6.
Minggu 03-6-2011 Jam 07.00
Nyeri
akut
indikasi. berhubungan - Mengobservasi
dengan kerusakan jaringan
tanda-
tanda vital.
otak yang di tandai dengan Klien
mengatakan
- TD : 120/90 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu :36.0 0 C.
nyeri
RR
pada luka robek di dahi
: 20 x/menit
sebelah kanan, Klien tampak kesakitan,
Klien
tampak - Mengobservasi keluhan memegang kepalanya, Klien nyeri klien tampak gelisah, Skala nyeri
- Skala nyeri 2 (0-10)
( 0-10), GCS : 12
- Mencatat petunjuk non-
( M 6, V 3, E 3 ), TD : 120/90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit, Terdapat
verbal berkaitan dengan
menujukkan tempat
nyeri.
nyeri yang dirasakan
5
luka robek di dahi sebelah kanan.
- Klien mau mengatur - Menganjurkan
klien
untuk
berada
pada
posisi
tidur
yang
nyaman,
69
- Klien mau
posisi tidurnya sesuai yang dianjurkan perawat.
7.
Senin 04-6-2011 Jam 14.00
Perubahan perfusi jaringan - Mengobservasi
tanda-
cerebral berhubungan dengan
tanda vital dan tingkat
peningkatan
kesadaran klien
tekanan
intra
- TD : 120/90 mmHg Nadi : 80 x/menit Suhu :36.0 0 C.
cranial yang di tandai dengan keluarga klien mengatakan
RR
: 20 x/menit
- Infus
RL
klien mengeluh kepalanya sakit, klien tampak gelisah,
- Berkolaborasi
dengan
kesadaran somnolent, GCS :
dokter dalam pemberian
12 ( M6,V3,E3 ),
obat
20
Tetes/menit Injeksi ampicilin 3x1 gr ( IV )
TD
:
120/90
mmHg, Injeksi ketorolak 3x1
N : 80 x/menit,
ampul 0
S : 36.0 C, Injeksi ranitidine 2x1 RR : 20x/menit, terdapat
ampul
luka robek di dahi sebelah kanan, oedem pada palpebra, klien muntah.
- Memotivasi
keluarga
klien
untuk
mempertahankan posisi
- Keluarga klien mau mempertahankan kepala klien 20-300 sesuai anjuran
kepala klien
perawat II
Senin 04-6-2011 Jam 14.00
Ketidakseimbangan
nutrisi - Mengobervasi
- Klien mau makan
kurang dari kebutuhan tubuh
kemampuan klien untuk
berhubungan dengan intake
mendapatkan
nutrisi tidak cukup untuk
yang dibutuhkan
nutrisi
metabolisme yang ditandai dengan
Keluarga
mengatakan
klien
klien merasa
mual setiap makan, Klien
- Keluarga klien - Memantau
lingkungan
selama makan
sekitar klien - Klien
siapkan oleh RS, Bibir klien
mau
makan
walaupun sedikit yang - Mengkolaborasi dengan ahli
gizi
untuk
memenuhi jumlah kalori
70
mengerti cara menjaga kebersihan di
tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang telah di tampak kering
walaupun sedikit
telah di sediakan oleh RS
dan
nutrisi
yang -
dibutuhkan klien
Klien
mau
menimbang
BB
seminggu sekali - Memantau BB sesuai indikasi 8.
Senin 04-6-2011 Jam 14.00
Nyeri
akut
berhubungan - Mengukur
dengan kerusakan jaringan
tanda-tanda
vital.
otak yang di tandai dengan Klien
mengatakan
nyeri
- TD : 120 / 90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit, - Skala nyeri 2 (0-10)
pada luka robek di dahi sebelah kanan, Klien tampak kesakitan,
Klien
tampak
memegang kepalanya, Klien tampak gelisah, Skala nyeri 5
(0-10), GCS : 12 ( M
6, V 3, E 3 ), TD : 120/90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit, Terdapat
9.
Selasa 05-6-2011 Jam 14.00
- Mengobsevasi keluhan
menujukkan tempat
nyeri klien
nyeri yang dirasakan - Klien mau mengatur - Mencatat petunjuk nonverbal berkaitan dengan
nyeri. luka robek di dahi sebelah - Menganjurkan
klien
kanan.
untuk
berada
pada
posisi
tidur
yang
nyaman. Perubahan perfusi jaringan - Mengobservasi
tanda-
cerebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan
keluarga klien mengatakan klien mengeluh kepalanya sakit, klien tampak gelisah, kesadaran
:
120/90
- Memonitor tanda-tanda
71
20-300 sesuai yang dianjurkan perawat.
- Mengetahui keadaan
umu klien dan GCS
peningkatan perfusi jaringan serebral - Infus therafi dokter.
N : 80 x/menit,
dengan posisi kepala
- Mengetahui keadaan
- Melaksanakan program
mmHg,
posisi tidurnya
umu klien
somnolent,
GCS : 12 ( M6,V3,E3 ), TD
tanda vital
intra
cranial yang di tandai dengan
- Klien mau
sesuai
advis
RL
20
tetes/menit Injeksi ampicilin 3x1 gr ( IV )
S : 36.0 0 C,
Injeksi ketorolak 3x1 ampul
RR : 20x/menit, terdapat luka robek di dahi sebelah kanan,
Injeksi ranitidine 2x1
oedem pada palpebra, klien
ampul.
muntah. 10.
Selasa 05-6-2011 Jam 14.00
Ketidakseimbangan
nutrisi - Mengobervasi
- Klien mua makan
kurang dari kebutuhan tubuh
kemampuan klien untuk
berhubungan dengan intake
mendapatkan
nutrisi tidak cukup untuk
yang di butuhkan
walaupun sedikit
nutrisi - Keluarga klien
metabolisme yang ditandai
mengerti cara
dengan Keluarga klien - Memantau lingkungan selama makan mengatakan klien merasa
menjaga kebersihan di sekitar klien
mual setiap makan, Klien - Klien
tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
mau
makan
walaupun sedikit yang - Mengkolaborasi dengan ahli
gizi
untuk
telah di sediakan oleh RS
memenuhi jumlah kalori dan
nutrisi
yang
dibutuhkan klien - Memantau BB sesuai
- Klien menimbang
mau BB
seminggu sekali.
indikasi.
11.
Selasa 05-6-2011 Jam 14.00
Nyeri
akut
berhubungan - Mengukur
dengan kerusakan jaringan
tanda-tanda
vital.
otak yang di tandai dengan Klien
mengatakan
nyeri
- TD :120/90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit, - Skala nyeri 2 (0-10)
pada luka robek di dahi sebelah kanan, Klien tampak kesakitan,
- Klien mau
tampak - Mengobsevasi keluhan memegang kepalanya, Klien nyeri klien tampak gelisah, Skala nyeri 5
Klien
- Mencatat petunjuk nonverbal berkaitan dengan
72
nyeri yang dirasakan - Klien mau mengatur
(0-10), GCS : 12( M
6, V 3, E 3 ),
menujukkan tempat
posisi tidurnya dengan posisi kepala
TD : 120/90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0
20-300 sesuai yang
nyeri.
dianjurkan perawat.
C, RR : 20 x / menit, Terdapat
luka robek di dahi sebelah kanan
- Menganjurkan
klien
untuk
berada
pada
posisi
tidur
yang
- Mengobservasi
tanda-
nyaman.
12.
Rabu 06-6-2011 Jam 14.00
Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan
tanda vital
- TD :120/90 mmHg Nadi : 80 x/menit
intra
Suhu : 36,00 C
cranial yang di tandai dengan
RR
keluarga klien mengatakan
: 20 x/menit
klien mengeluh kepalanya sakit, klien tampak gelisah, kesadaran somnolent, GCS :
- Memonitor
tingkat
tingkat kesadaran
kesadaran klien
yang optimal
12 (M6,V3,E3 ), TD
:
120/90
- Klien menunjukkan
mmHg,
N : 80 x/menit,
mau tidur - Melaksanakan program - Klien dengan posisi kepela therafi dokter 20-300
S : 36.0 0 C,
( Semi
powler )
RR : 20x/menit, terdapat luka robek di dahi sebelah kanan, oedem pada palpebra, klien muntah. 13.
Rabu 06-6-2011 Jam 14.00
Ketidakseimbangan
nutrisi - Mengobervasi
- Klien mua makan
kurang dari kebutuhan tubuh
kemampuan klien untuk
berhubungan dengan intake
mendapatkan
nutrisi tidak cukup untuk
yang dibutuhkan
nutrisi
metabolisme yang ditandai dengan
Keluarga
mengatakan
klien
klien merasa
mual setiap makan, Klien tampak lemah, Porsi makan
73
walaupun sedikit
- Keluarga klien - Memantau
lingkungan
selama makan
mengerti cara menjaga kebersihan di sekitar klien
setengah porsi yang telah di - Klien
siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
- Mengkolaborasi dengan ahli
gizi
untuk
memenuhi jumlah kalori dan
nutrisi
mau
makan
walaupun sedikit yang telah di sediakan oleh RS
yang
dibutuhkan klien
- Klen mau menimbang BB seminggu sekali.
- Memantau BB sesuai indikasi.
14.
Rabu 06-6-2011 Jam 14.00
Nyeri
akut
berhubungan - Mengukur
dengan kerusakan jaringan
tanda-tanda
vital.
otak yang di tandai dengan Klien
mengatakan
- TD : 120/90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit,
nyeri
pada luka robek di dahi sebelah kanan, Klien
tampak
kesakitan, - Mengobsevasi keluhan
Klien tampak memegang kepalanya, Klien tampak gelisah,
Skala
nyeri
E 3 ), TD : 120/90 mm Hg,
nyeri klien
5
(0-10), GCS : 12( M 6, V 3,
- Mencatat petunjuk nonverbal berkaitan dengan
N :
80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit, Terdapat
- Skala nyeri 2 (0-10)
nyeri. - Menganjurkan
klien
luka robek di dahi sebelah
untuk
berada
pada
kanan.
posisi
tidur
yang
nyaman,
- Klien mau menujukkan tempat nyeri yang dirasakan - Klien mau mengatur posisi
tidurnya
dengan posisi kepala 20-300 (Semi powler ) sesuai
yang
dianjurkan perawat
74
5.
EVALUASI
No
Tanggl
1.
Sabtu 02-6-2011 Jam 14.00
Diagnosa Keperawatan Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan
peningkatan
Catatan perkembangan S:Keluarga
klien
mengatakan
klien
mengeluh kepalanya terasa sakit
tekanan intra cranial yang di tandai dengan keluarga klien mengatakan O : - Kesadaran somnolent klien mengeluh kepalanya sakit, klien - GCS : 12 (M6,V3,E3) tampak gelisah, kesadaran somnolent, - Klien tampak gelisah GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ),TD : - Klien tampak teriak-teriak 120/90 mmHg,N : 80 x/menit, S : - TD : 120 / 90 mmHg 36.0 0 C, RR : 20x/menit, terdapat - Nadi : 74 x / mnt luka robek di dahi sebelah kanan, - Pernafasan : 20 x / mnt oedem pada palpebra, klien muntah. - Suhu 36.50 C
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi selanjutnya 1. Kaji tanda-tanda vital 2. Pantau status neurologis dengan GCS 3. Pertahankan posisi tidur tanpa mengguanakan bantal 4. Monitor asupan dan pengeluaran cairan 5. Kaji respon verbal,
75
2.
Sabtu 02-6-2011 Jam 14.00
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
S : Keluarga klien mengatakan klien belum
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak cukup untuk metabolisme yang ditandai
mau makan O:
dengan Keluarga klien mengatakan klien merasa mual setiap makan, Klien tampak lemah, Porsi makan
-
Klien tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang
-
telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
setengah porsi yang telah di siapkan A : Masalah belum teratasi oleh RS, Bibir klien tampak kering. P : Lanjutkan intervensi perawatan 1. Kaji
kemampuan
mendapatkan
klien
nutrisi
untuk yang
dibutuhkan 2. Monitor lingkungan selama makan 3. Monitor kadar albumin,total protein,Hb 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi
jumlah
kalori
dan
nutrisi yang dibutuhkan klien 5. Timbang BB sesuai indikasi
3.
Sabtu 02-6-2011 Jam 14.00
Nyeri akut berhubungan dengan
S : Keluarga klien mengatakan klien masih
kerusakan jaringan otak yang di
nyeri pada luka robek di dahi
tandai dengan Klien mengatakan
sebelah kanan.
nyeri sebelah
pada luka robek di dahi kanan,
Klien
tampak
kesakitan, Klien tampak memegang kepalanya, Klien tampak gelisah, Skala nyeri 5
(0-10), GCS : 12
(M 6, V 3, E 3), TD:120/90
76
O: -
Klien tampak kesakitan Klien tampak memegang
-
kepalanya Klien tampak gelisah Skala nyeri 5 (0-10) GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ) TD : 120 / 90 mm Hg
mmHg,N: 80x/ menit, Suhu: 36.00C,
-
RR : 20x/menit, Terdapat luka robek di dahi sebelah kanan.
N : 80 x / menit Suhu : 36.0 0 C RR : 20 x / menit Terdapat luka robek
di
dahi
sebelah kanan. A : Masalah belum teratasi P : Intervensi di lanjutkan 1. Ukur tanda-tanda vital. 2. Kaji keluhan nyeri klien 3. Catat petunjuk non-verbal berkaitan dengan nyeri. 4. Kaji faktor yang memperberat
dan
dapat
mengurangi
nyeri 5. Anjurkan klien untuk berada pada posisi tidur yang nyaman, 6. Ajarkan cara menontrol dengan
tekhnik
nyeri nafas
dalam/relaksasi Berkolaborasi dengn dokter dalam pemberian obat
4.
Minggu 03-6-2011 Jam 07.00
Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan
peningkatan
tekanan intra cranial yang di tandai dengan keluarga klien mengatakan
S:Keluarga mengatakan klien mengeluh kepalanya sakit. O:
klien mengeluh kepalanya sakit, klien
-
Kesadaran somnolent
tampak gelisah, kesadaran somnolent,
-
GCS 12
GCS:12(M6,V3,E3),TD:120/90mmH
-
Klien
g,
terlihat
memegangi
kepalanya
N:80 x/menit, S : 36.0 0 C,
RR : 20x/menit, terdapat luka robek
-
Klien kadang terlihat gelisah
di dahi sebelah kanan, oedem pada
-
TD : 120 / 90 mmHg
palpebra, klien muntah.
-
Nadi : 80 x / mnt
-
Pernafasan : 20 x / mnt
-
Suhu 36.70 C
77
-
Infus RL 20 tetes / menit
A : Masalah belum teratasi P :Lanjutkan intervensi perawatan 1. Kaji tanda-tanda vital 2. Kaji status neurologis klien 3. Pertahankan
posisi
tidur
tanpa
menggunakan bantal 4. Pantau asupan dan haluaran cairan 5. Kaji respon verbal 6. Kolaborasi dengn dokter dalam 5.
Minggu 03-6-2011 Jam 07.00
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
pemberian obat S : Keluarga klien mengatakan klien belum
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak cukup untuk metabolisme yang ditandai dengan Keluarga klien mengatakan klien merasa mual setiap makan, Klien tampak lemah, Porsi makan
ada nafsu makan O: -
Klien tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang
-
telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
setengah porsi yang telah di siapkan A : Masalah belum teratasi oleh RS, Bibir klien tampak kering. P : Intervensi di lanjutkan 1. Obervasi kemampuan klien untuk mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan 2. Pantau lingkungan selama makan 3. Pantau kadar albumin,total protein,Hb 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi
jumlah
kalori
dan
nutrisi yang dibutuhkan klien 5. Pantau BB sesuai indikasi
6.
Minggu 03-6-2011 Jam 07.00
Nyeri akut berhubungan dengan
S : Keluarga klien mengatakan klien masih
kerusakan jaringan otak yang di
nyeri pada luka robek di dahi sebelah
tandai dengan Klien mengatakan
78
nyeri
pada luka robek di dahi
sebelah
kanan,
Klien
tampak
kesakitan, Klien tampak memegang
kanan O:
kepalanya, Klien tampak gelisah, Skala nyeri 5
(0-10), GCS : 12
(M 6, V 3, E 3), TD:120/90 mm Hg,N:80 x/menit, Suhu : 36.0
0
C,
RR : 20 x / menit
-
Klien tampak kesakitan Klien tampak memegang
-
kepalanya Klien tampak gelisah Skala nyeri 5 (0-10) GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ) TD : 120 / 90 mm Hg N : 80 x / menit Suhu : 36.0 0 C RR : 20 x / menit Terdapat luka robek di
dahi
sebelah kanan. A : Masalah belum teratasi P : Intervensi di lanjutkan 1. Observasi tanda-tanda vital. 2. Observasi keluhan nyeri klien 3. Catat petunjuk non-verbal berkaitan dengan nyeri. 4. Anjurkan klien untuk berada pada 7.
Senin 04-6-2011 Jam 14.00
Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan
S
posisi tidur yang nyaman, : Klien mengatakan sakitnya sudah
peningkatan
tekanan intra cranial yang di tandai dengan keluarga klien mengatakan
berkurang O:
klien mengeluh kepalanya sakit, klien
-
Kesadaran composmetis
tampak gelisah, kesadaran somnolent,
-
GCS 15 (M 6, V 5, E 4)
GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ),
-
TD: 120 / 90 mmHg
-
Nadi : 80 x / menit
-
Pernafasan : 20 x / menit
-
Suhu : 37.50 C
TD:120/90mmHg, N : 80 x/menit, S : 36.0
0
C, RR : 20x/menit, terdapat
luka robek di dahi sebelah kanan, oedem pada palpebra, klien muntah.
A : Masalah sebagian teratasi P : Intervensi di lanjutkan 1. Observasi tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran klien 2. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
79
3. Motivasi keluarga klien untuk mempertahankan 8.
Senin 04-6-2011 Jam 14.00
S
dari kebutuhan tubuh berhubungan
walaupun sedikit
untuk metabolism yang ditandai
kepala
klien : Klien mengatakan mau makan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dengan intake nutrisi tidak cukup
posisi
O:
dengan Keluarga klien mengatakan
-
klien merasa mual setiap makan,
-
Klien tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang
-
telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
Klien tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
Keadaan umum tampak lemah
A : Masalah teratasi sebagian P :Intervensi di lanjutkan 1. Obervasi kemampuan klien untuk mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan 2. Pantau lingkungan selama makan 3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi
jumlah
kalori
dan
nutrisi yang dibutuhkan klien 4. Pantau BB sesuai indikasi.
9.
Senin 04-6-2011 Jam 14.00
Nyeri akut berhubungan dengan
S
: Keluarga klien mengatakan klien
kerusakan jaringan otak yang di tandai dengan Klien mengatakan nyeri pada luka robek di dahi sebelah kanan, Klien tampak
nyerinya berkurang O: -
Kesadaran composmetis
kesakitan, Klien tampak memegang
-
Klien tampak tenang
kepalanya, Klien tampak gelisah,
-
Klien tidak gelisah
Skala nyeri 5
(0-10), GCS : 12
(M 6, V 3, E 3), TD:120/ 90 mm Hg,N:80x/menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x / menit
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan 1. 2. 3.
Ukur tanda-tanda vital. Obsevasi keluhan nyeri klien Catat petunjuk non-verbal berkaitan dengan nyeri.
80
4.
Anjurkan klien untuk berada pada posisi tidur yang nyaman.
10.
Selasa 05-06-2011 Jam 14.00
Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan
dengan
S : Keluarga klien mengatakan kepala klien
peningkatan
tekanan intra cranial yang di tandai dengan keluarga klien mengatakan
sakitnya berkurang O:
klien mengeluh kepalanya sakit, klien
- Kesadaran composmetis
tampak gelisah, kesadaran somnolent,
-
GCS 15 (M 6, V 5, E 4)
GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ),TD :
-
Tekanan darah : 120 / 90 mmHg
120/90 mmHg,
N : 80
-
Nadi : 80 x / menit
x/menit, S : 36.0 C, RR : 20x/menit,
-
Pernafasan : 20 x / menit
terdapat luka robek di dahi sebelah
-
Suhu : 37.50 C
0
kanan, oedem pada palpebra, klien
A : Masalah teratasi sebagian
muntah. P : Intervensi dilanjutkan 1. Observasi tanda-tanda vital 2. Monitor tanda-tanda peningkatan perfusi jaringan serebral
11.
Selasa 05-06-2011 Jam 14.00
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
S :Klien mengatakan mau makan walaupun
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak cukup untuk metabolism yang ditandai
sedikit O :
dengan Keluarga klien mengatakan
-
klien merasa mual setiap makan,
-
Klien tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang
-
telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
Klien tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
Keadaan umum tampak lemah
A : Masalah teratasi sebagian P :Intervensi di lanjutkan 1. Obervasi kemampuan klien untuk mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan 2. Pantau lingkungan selama makan
81
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi
jumlah
kalori
dan
nutrisi yang dibutuhkan klien 4. Pantau BB sesuai indikasi 12.
Selasa 05-06-2011 Jam 14.00
Nyeri akut berhubungan dengan
S
: Keluarga klien mengatakan klien
kerusakan jaringan otak yang di tandai dengan Klien mengatakan nyeri pada luka robek di dahi sebelah kanan, Klien tampak
nyerinya berkurang O: -
Kesadaran composmetis
kesakitan, Klien tampak memegang
-
Klien tampak tenang
kepalanya, Klien tampak gelisah,
-
Klien tidak gelisah
Skala nyeri 5
(0-10), GCS : 12
( M 6, V 3, E 3 ), TD : 120 / 90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
C, RR : 20 x / menit
13.
Rabu 06-06-2011 Jam 14.00
Perubahan perfusi jaringan cerebral
1. 2. 3.
Ukur tanda-tanda vital. Obsevasi keluhan nyeri klien Catat petunjuk non-verbal
4.
berkaitan dengan nyeri. Anjurkan klien untuk berada pada
posisi tidur yang nyaman S : Klien mengatakan sakit kepalasudah
berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial yang di tandai dengan keluarga klien mengatakan klien mengeluh kepalanya
sakit,
klien
tampak
gelisah, kesadaran somnolent, GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ),TD : 120/90 mmHg,
N : 80 x/menit, 0
S : 36.0 C, RR : 20x/menit, terdapat luka robek di dahi sebelah kanan, oedem pada palpebra, klien muntah.
berkurang O: -
Kesadaran composmetis
-
GCS 15 (M 6, V 5, E 4)
-
Tekanan darah : 120 / 90 mmHg
-
Nadi : 80 x / menit
-
Pernafasan : 20 x / menit
-
Suhu : 37.50 C
A : Masalah sebagian teratasi P :Intervensi di lanjutkan 1. Observasi tanda-tanda vital 2. Monitor tingkat kesadaran klien 3. Laksanakan program therafi dokter
82
II
Rabu 06-06-2011 Jam 14.00
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
S
:Klien
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak cukup untuk metabolism yang ditandai
mengatakan
mau
makan
walaupun sedikit O:
dengan Keluarga klien mengatakan
-
klien merasa mual setiap makan,
-
Klien tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang
-
telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
Klien tampak lemah, Porsi makan setengah porsi yang telah di siapkan oleh RS, Bibir klien tampak kering.
Keadaan umum tampak lemah
A : Masalah teratasi sebagian P :Intervensi di lanjutkan 1. Obervasi kemampuan klien untuk mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan 2. Pantau lingkungan selama makan 3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memenuhi
jumlah
kalori
dan
nutrisi yang dibutuhkan klien 4. Pantau BB sesuai indikasi
14.
Rabu 06-06-2011 Jam 14.00
Nyeri akut berhubungan dengan
S
: Keluarga klien mengatakan klien
kerusakan jaringan otak yang di tandai dengan Klien mengatakan nyeri pada luka robek di dahi sebelah kanan, Klien tampak
nyerinya berkurang O: -
Kesadaran composmetis
kesakitan, Klien tampak memegang
-
Klien tampak tenang
kepalanya, Klien tampak gelisah,
-
Klien tidak gelisah
Skala nyeri 5
(0-10), GCS : 12 A : Masalah sudah teratasi ( M 6, V 3, E 3 ), TD : 120 / 90 mm P : Intervensi dilanjutkan Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x /
1. 2. 3.
Ukur tanda-tanda vital. Obsevasi keluhan nyeri klien Catat petunjuk non-verbal
4.
berkaitan dengan nyeri. Anjurkan klien untuk berada pada posisi tidur yang nyaman,
83
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Cedera kepala meliputi trauma kepala, tengkorak, dan otak. Secara anatomis otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit kepala, serta tulang dan tentorium atau helem yang membungkusnya. Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan (accelerasi) dan perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirsakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Doenges, 1989). 6.2 Saran Setelah pembuatan makalah ini sukses diharapkan agar mahasiswa giat membaca makalah ini, dan mencari ilmu yang lebih banyak diluar dari makalah ini terkait tentang meteri dalam pembahasan, dan tidak hanya berpatokan dengan satu sumber ilmu (materi terkait), sehingga dalam tindakan keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
cedera
kepala.Saran
yang
disampaikan
kepada
Mahasiswa
Keperawatan adalah : 1.
Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera
2. 3.
kepala. Dapat menilai batasan GCS. Lebih teliti dalam memberikan intervensi keperawatan kepada klien
4.
dengan cedera kepala. Dapat memberikan pendidikan kesehatan terhadap keluarga maupun klien, baik di rumah sakit maupun di rumah.
84
DAFTAR ISI Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. Nurarif, Amin Huda, S.Kep., Ns dan Kusuma, Hardhi, S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta.
85