ASKEP Distres Spiritual [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASKEP Distres Spiritual ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISTRES SPIRITUAL Pengertian : 



Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).







Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000).







Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.



Patofisiologi : 



Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi otak.







Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stres.







Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status emosional



seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991). 



Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.







Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan timbulnya depresi.







Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.







Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.



Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu : A. Hubungan dengan diri 1. Ungkapan kekurangan a. Harapan b. Arti dan tujuan hidup c. Perdamaian/ketenangan d. Penerimaan



e. Cinta f. Memaafkan diri sendiri g. Keberanian 2. Marah 3. Kesalahan 4. Koping yang buruk B. Hubungan dengan orang lain 1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama 2. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga 3. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung 4. Mengungkapkan pengasingan diri C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam 1. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik, menulis) 2. Tidak tertarik dengan alam 3. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya 1. Ketidakmampuan untuk berdo’a 2. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan 3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan 4. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama



5. Tiba-tiba berubah praktik agama 6. Ketidakmampuan untuk introspeksi 7. Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita



Penyebab : Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut : 



Pengkajian Fisik  Abuse







Pengkajian Psikologis  Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).







Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer, 1998).



Pengkajian Spiritual Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool (Pulschalski, 1999) : 



F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?







I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?







C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?







A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?







Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :







Perasaan ketika seseorang gagal







Perasaan tidak stabil







Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri







Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan







Perasaan hampa



Faktor Predisposisi :







Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.







Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.



Faktor Presipitasi : 



Kejadian Stresful



Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi. 



Ketegangan Hidup



Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas. Penilaian Terhadap Stressor : 



Respon Kognitif







Respon Afektif







Respon Fisiologis







Respon Sosial







Respon Perilaku



Sumber Koping : Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual : 1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang lain. 2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain. 3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual. 4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya. 5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.



PSIKOFARMAKA :







Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima



Diagnosa : 



Distters Spritual



Intervensi :







Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.







Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.



RENCANA KEPERAWATAN DISTRES SPIRITUAL Nama Klien : Ruang :



No.



Diagnosis Keperawatan



1



2 Distres spritual



Perencanaan Tujuan



Kriteria Evaluasi



3 TUM : Klien mampu menyatakan mencapai kenyamanan dari pelaksanaan praktik spiritual sebelumnnya dan merasa kehidupannya berarti/bermakna TUK I : Setelah dua kali pertemuan Klien dapat membina hubungan saling percaya.



4



1. Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.



a. b. c. d. e. f. g.



TUK 2 : Setelah satu kali



2.1 Klien mampu



2.1.1 Gunaka hubung



1



2



3 pertemuan klien dapat mengatakan kepada perawat atau pemimpin spiritual tentang kondlik spiritual dan kegelisahannya.



4 a. b. c. d. e.



2.1.2 Menggu spiritua Mengungkapkan harapan masa depan yang positif.2.1.3 Mendor memfok Mengungkapkan arti hidup member 2.1.4 Rawat k mengha Mengungkapkan optimis 2.1.5 Dorong Mengungkapkan keyakinan keluarg 2.1.6 Jaga pri dalam diri 2.1.7 Dorong Mengungkapkan keyakinan dengan kepada orang lain



f. Menentukan tujuan hidup TUK 3 : Setelah atau kali pertemuan kali dapat mendiskusikan dengan perawat hal penting yang memberikan makna dalam kehidupannya dimasa yang lalu.



1. Klien mampu a. Mencintai diri sendiri dan orang lain dengan mengungkapkan penerimaan terhadap dirinya sendiri maupunorang lain b. Berdoa menurut keyakinannya masingmasing c. Melakukan ibadah d. Berpartisipasi dalam upcara keagamaan e. Berpartisipasi dalam pengobatan f. Berinteraksi dengan tokoh agama g. Berhubungan dengan diri sendiri orang lain yang h. Berhubungan dengan orang



1



2



3



4 lain i. Berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi perasaan dan keyakinan



TUK 4 : Setelag tiga kali pertemuan klien dapat mempertahankan pemikiran dan perasaannya tentang spiritual



1. Klien mampu a. Melakukan ADL b. Melaksanakan keyakinannya sesuai dengan perannya c. Mengungkapkan perasaannya terkait dengan keyakinannya d. Mengontrol aktifitas spiritualnya e. Memilih pelayanan spiritual yang diperlukan



1



2



3



4



STRESS MANAGEMENT Stress : 



Setiap hari dampak dari kehidupan.







Stress bisa baik.







Stress yang berlebihan dapat membahayakan



Positive Stess Results : 



Lebih konsentrasi lagi







Increases performance







Memberikan energi untuk termotivasi lagi



Negative Stress Results : 



Loss of motivation







Kurang efektif







Physical, mental and behavioral problems



What Stresses You Out ? 



Money







Traffic







Health/Medical issues







Lack of Free time







Relationship : family & friends







Job related stress :







Work load







Stress Signs Physical Stress Signs : 



Increased heart rate/ Increased blood preassere







Muchles tightening







Cold clammy hands







Fatigue







Sleepleeness







Longer recovery from injury







Stomach or bowel upset







Headaches







Backaces







Change in eating habiths : lost of appetite/overeating







Restlessbes/irrutabillity







Increased illness



Mental Stress Signs 



Anxiety







Forgetfulness







Depression







Apathy/lack of interest







Confucion







Lowered sel esteem







Increased anger







Exessive fear







Worry







Decreased self-confidence



Behavioral Signs fo Stress 



Hostility







Iriitability







Under/over eating







Decreased ability to concentrate







Memory problems/forgetfulness







Frequent use of cigarettes or alcohol







Clumsiness







Withdrawal form usual activities







Poor performance







Absenteeism







High accident raes







Making moro mistakes



Impact of Stress Impact on health of an individual 



Back pain







Headaches







Stomachahes







Ulcers







High Blood Preassure







Heart Attack or Stroke



Impact on the health of an organization 



Increased health insurance costs







Lost work days







Stress related workfes compensation claims







Lower Productivity



Over 75 % of industrial accidents are rooted in stress. How To Manage Stress Mental Tehcniques 



Time management







Organize







Problem solving attitude







Think Positive



Pengalihan 



Music







Hobbies







Play







Learning







Vacation



Phyrical Techniques 



Body scan – relax – let go







Deep breathing







Exercise







Meditation







Nutrition







Rest







Laughter



Workplace Skills 



Delegate







Anticipate problems







Be assertive







Organize







Balance work and personal time



Organizational Stress Management Initiatives Organisational Inititives 



Improvements in the physical work environment







Changes in Job design







Changes in workloads an deadlines







Changes in work schedules







More flexible hours







Increased employee participation







Team building







Time management workshops







Job burnout workshops







Training in relaxtion techniques







Career counseling



MEKANISME KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF Standar Asuhan Keperawatan Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif A. Pengertian Mekanisme Koping Individu Tidak Efektif 1. Ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stresor, pemilihan respon yang tidak adekuat dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumbersumber yang tersedia (Nanda, 2005). 2. Kerusakan perilaku adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi tuntutan peran dalam kehidupan (Townsend, 1998) 3. Koping individu, tidak efektif terjadi bila seorang individu mengalami atua beresiko mengalami ketidakmampuan menangai ansietas karena tidak mempunyai kemampuan secara fisik, perilaku maupun kogntifi (Keliat, et, all, 2006).



B. Proses Keperawatan Koping Individu Tidak Efektif Pengkajian : 1. Pengkajian Fisik Berupa kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan otot dileher, bahu dan punggung, peningkatan denyut nadi dan pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan pada daerah lambung, suara yang bernada tinggi, mual, muntah, diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, perubahan frekwensi berkemih, gelisah, sulit untuk tertitur atau sering terbangun saat tidur dan dilatasi pupil. 2. Pengkajian Psikologis Yang perlu dikaji meliputi adanya ansietas, depresi, marah, kecemasan, ketakutan, kehilangan kontrol, harga diri rendah, perasaan tidak adekuat, kehilangan motivasi, ketidakmampuan memenuhi peran yang diharpakan (mengalami ketegangan peran, konplik peran),



mengungkapkan kesulitan kehidupan, perilaku destruktif (merusak diri, penyalahgunaan zat), rasa khawatir kronis, suka berbohong dan manipulasi (Potter & Perry, 2005). 3. Pengkajian Sosial Budaya Difokuskan pada dukungan sosial dalam memahami pengalaman klien, persepsi budaya terhadap nyeri, penderitaan dan sakit deskriminasi atau perlakuan yang berbeda, atau adanya rasisme dimana terdapat perbedaan pencapaian individu dalam ras atau kelompok tertentu yang merasa lebih tinggi (Stuart, 2007). 4. Pengkajian Spritual Berhubungan dengan keyakinan dan pencarian makna hidup individu itu sendiri. Apakah keyakinan individu itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Pengkajian spiritual ini berdampak sekali kepada koping seseorang. Ini bisa dirasakan ketika seseorang mengalami kegagalan, perasaan tidak stabil, ketidakmampuan mengontrol diri, dan merasakan perasaan hampa.



C. Diagnosa Keperawata D. Intervensi Keperawatan Adapun rencana tindakan keperawatan ini dikembangkan sebagai intervensi generalis dan spesialis dalam asuhan keperawatan jiwa. 1. Generalisasi : Rencana asuhan keperawatan jiwa pada tahap generalis ditujukan kepada pasien dan keluarganya sebagai berikut : Rencana tindakan keperawatan untuk pasien Tujuan Umum : Pasien mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stressnya. Tujuan Khusus : a. Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif



b. Pasien mempu mengatasi koping individu tidak efektif c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasi masalahnya



Tindakan Keperawatan : a. Bina hubungan saling percaya 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Berjabat tangan 3. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien b. Kaji status koping yang digunakan klien 1. Tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya dengan peristiwa dan perubahannya 2. Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta dengan pengalaman perilaku yang tidak menyenangkan 3. Dengarkan dengan cermat dan amati ekpsresi wajah, gerakan tubuh, kontrak mata, posisi tubuh, intonasi, dan intensitas suara pasien. 4. Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan berikan tindakan yang dibutuhkan. c. Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya 1. Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yang dimilikinya memang sulit untuk dihadapi. 2. Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih memberikan harapan dan pandangan realistis. d. Motivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri 1. Apa yang positif pada dirinya 2. Apa yang perlu ditingkatkan 3. Apa yang dipelajari tentang dirinya dan self reinforcement



e. Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif 1. Identifikasi masalah yang dirasakan 2. Identifikasi penyebab masalah 3. Gali cara klien menyelesaikan masalah masa lalu 4. Diskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah 5. Diskusikan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan 6. Bantu klien memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil f. Ajarkan alternatif koping yang konstruktif seperti : 1. Bicara terbuka dengan orang lain untuk kekuatan sosial 2. Kegiatan fisik untuk pemulihan kekuatan fisik 3. Melakukan cara berfikir yang konstruktif untuk kemampuan kognitif 4. Melakukan aktivitas konstruktif untuk kekuatan psikomotor Tindakan keperawatan untuk keluarga a. Tujuan Umum Keluarga mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stres pada anggota keluarganya. b. Tujuan Khusus 1. Keluarga mampu mengenal koping individu tidak efektif pada anggota keluarganya. 2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping tidak efektif pada anggota keluarganya.



3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang masalah mengalami koping tidak etektif 4. Keluarga mampu mempraktekan cara merawat anggota keluarga dengan masalah koping individu tidak efektif 5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping tidak efektif Tindakan Keperawatan a. Diskusikan tentang pengertian koping tidak efektif b. Diskusikan tentang tanda dan gejala koping tidak efektif c. Diskusikan tentang penyebab koping tidak efektif d. Diskusikan tentang cara merawat pasien dengan koping tidak efektif dengan cara : 1. Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif 2. Mengajarkan pasien mengembangkan koping yang sehat a. Bicara dengan orang lain b. Melakukan aktivitas yang konstruktif c. Olah raga dan aktivitas fisik lainnya. e. Dampingi keluarga menerapakan cara merawat pasien langsung f. Diskusikan bagaiaman cara merujuk anggota keluarga jika sudah tidak dapat ditangani dirumah.



Terapi Spesialis 1. Terapi Individu



a. Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan stres yang dihadapi individu tidak mengancam. b. Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi dan perilaku klien serta meningkatkan kesadaran diri klien untuk mencoba berinteraksi dengan orang lain. c. Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat atau kegelisahan yang berhubungan dengan sumber-sumber bahaya yang tidak terindentifikasi. 2. Terapi Keluarga a. Family psychoeducation theraphy b. Family system therapy 3. Terapi leompok : Group psycotherapy 4. Terapi komunitas : case management



MEKANISME KOPING







Fokus pada masalah







Negosiasi







Konfrontasi







Minat nasehat







Fokus pada kognitif







Banding dengan secara positif







Abaikan yang negatif







Subtitusi







Fokus pada emosi







Ego defence



1. Faktor Predisposisi a. Biologik o L.B. Genetik o Kesehatan o Terpapar Racun b. Psikologik o IQ



o Moral o Koping o Konsep Diri o Kepribadian o Pengalaman lalu o Keterampilan verbal c. SOS. BUD o Umur o Pendidikan o Pekerjaan o Pendapatan o L.B. Bud-Sos o Agama o Politik o HAM, Status sosial



2. Faktor Prespitasi (Stressor) a. Stresor : stimulus yang dipersepsi sebagia tantangan ancaman, tuntutan, perlu energi  tensi dan stres. b. Yang penting tentang stresor :



o Sifat : bio, psiko, sos-bud o Sumber : internal (individu), eksternal (luar individu) o Waktu : kapan, berapa lama, frekuensi o Jumlah : berapa kali pada kurun waktu tertentu



3. Penilaian Primer terhadap Stresor Evaluasi terhadap kemaknaan dari kejadian terhadap individu. a. Kognitif o Pemilihan koping o Reaksi emosi, fisiologik, dan perilaku o Penilaian kognitif = mediator individu dan lingkungan o Individu dapat menilai : bahaya/potensial sesuai dengan : 



Pandangan/pengertian : sikap, terbuka berubah, peran serta dan kontrol diri dan lingkungan.







Sumber untuk toleransi



4. Penialian Sekunder a. Kognitif o Kemampuan koping o Efektifitas koping



o Koping yang tersedia b. Afektif o Eskpresi emosi : sedih, gembira, takut, marah, menerima, tidak percaya, antisipasi, surprise. o Klasifikasi tergantung pada tipe, lama dan intensitas o Mood : emosi yang berlangsung lama (suasana hati) o Sikap (attitude) : jika lama c. Fisiologik : berkaitan dengan homron d. Perilaku : Menurut capian 4 fase : o Perilaku yang merubah situasi/lari dari streful o Perilaku yang memerlukan kemamuan baru o Perilaku intrapsikik untuk atasi suasana tidak menyenangkan o Perilaku intrapsikik dengan penyesuaian internal e. Sosial : significant others o Evaluasi dukungan sosial o Isolasi sosial : meningkatnya gangguan jiwa



Sistem Dukungan Sosial Berkembang sejak lahir : ibu, ortu + kel inti, teman (sekolah, pekerjaan, masyarakat), perawat dan tim kesehatan.



5 fungsi sistem dukungan emosional a. Dukungan emosi (emotional support) b. Membantu menyelesaikan masalah c. Memberi umpan balik dan evaluasi d. Hubungan sosial dan integrasi e. Sumber informasi



4 penilaian sekunder terhadap sumber koping Sumber Koping a. Mechanic : 1. Model ekonomi 2. Tekanan koping 3. Kemampuan dan keterampilan 4. Dukungan sosial 5. Motivasi b. Lazarus & Folkam 1. Kesehatan dan tenaga 2. Keyakinan positif 3. Sumber sosial dan materi 4. Keterampilan sosial 5. Keterampilan penyelesaian masalah :



a. Cari info b. Indentifikasi maslah c. Nilai alternatif d. Laksanakan rencana c. Antonousky 1. Kekuatan ego 2. Konsisten 3. Stabil a. Budaya b. Agama c. Sistem Nilai d. Keyakinan



Askep pada klien dengan gangguan spiritual Klien yang butuh spiritualitas adalah 



Pasien kesepian







Pasien yang ketakutan dan cemas







Pasien menghadapi pembedahan



Alat Pengkajian B-E-L-I-E-F (mc Evoy, 2003) B = belief system E = Ethics or value L = Live style I = involvement in a spiritual community E = Education F = Future events 



Skala Spiritual Well Being (SWB)(Gray, 2006) èkehidupan dan kekuatan tertinggi







The spiritual perspective scale (SPS)(Gray,2006) è hubungan dengan kekuatan tertinggi, orang laindan diri sendiri.







kepercayaan/ keyakinan, kehidupan/ tanggung jawab diri, kepuasan hidup/aktualisasi diri.



Informasi awal yang perlu dikaji 1. Alifiasi nilai 2. Keyakinan agama dan spiritual 3. Nilai agama atau spiritual Apa yang akan anda kaji 



Spiritual dan kesehatan spiritual







Kepercayaan, keyakinan, kelompok dan komunitas







Kehidupan dan tanggung jawab diri







Kepuasan hidup







Keterhubungan







Pekerjaan



Diagnosa Keperawatan : 



Distress spiritual







Koping inefektif







Ansietas







Disfungsi seksual







Harga diri rendah







Keputusasaan



Distress spiritual b.d anxietas Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis NOC 



Menunjukkan harapan







Menunjukkan kesejahteraan spiritual:







Berarti dalam hidup







Pandangan tentang spiritual







Ketentraman, kasih sayang dan ampunan







Berdoa atau beribadah







Berinteraksi dengan pembimbing ibadah







Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan kenyataan







Klien tenang



NIC 



Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama







Tentukan konsep ketuhanan klien







Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien







Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan kesehatan







Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik keagamaan







Ajarkan tehnik meditasi







Jelaskan pentingnya hubungan dengan Tuhan







Kolaborasi dengan pastoral



Koping inefektif b.d krisis situasi Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan atau ketidakmampuan menggunakan sumber yang tersedia. NOC 



Koping efektif







Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif







Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku kompulsif







Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan menggunakan informasi



NIC







Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya







Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal







Peningkatan koping:







ènilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri







ènilai dampak situasi kehidupan terhadap peran







èevaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan







èAnjurkan klien menggunakan tehnik relakssi







èBerikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai







Libatkan sumber – sumber yang ada untuk mendukung pemberian pelayanan kesehatan



Pelaksanaan Sesuai dengan NOC yang telah ditentukan Evaluasi Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan , secara umum tujuan tercapai apabila klien (Achir Yani, 1999) : 



Mampu beristirahat dengan tenang







Menyatakan penerimaan keputusan moral







Mengekspresikan rasa damai







Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka







Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa bersalah dan ansietas







Menunjukkan prilaku lebih positif







Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya