Askep Gangguan Eliminasi Fekal (Konstipasi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ELIMINASI FEKAL (KONSTIPASI)



OLEH 1. 2. 3. 4. 5.



Ni Luh Anda Kristianti Bima Elsa Paulina Sitinjak Ni Kadek Desi Nirmala Sari I Kadek Dian Saputra Gusti Ayu Kade Widya Aryanti



(102011503) (102011505) (102011507) (102011509) (102011518)



SI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JEMBRANA 2016



LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN ELIMINASI FEKAL (KONSTIPASI) I. Tinjauan Teori A.



Definisi Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang normal pada seseorang,



disertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang sangat keras dan kering (Wilkinson, 2006). Konstipasi adalah defekasi dengan frekuensi yang sedikit, tinja tidak cukup jumlahnya, berbentuk keras dan kering (Oenzil, 1995). Konstipasi adalah kesulitan atau kelambatan pasase feses yang menyangkut konsistensi tinja dan frekuensi berhajat. Konstipasi dikatakan akut jika lamanya 1 sampai 4 minggu, sedangkan dikatakan kronik jika lamanya lebih dari 1 bulan (Mansjoer, 2000). Konstipasi adalah kesulitan atau jarang defekasi yang mungkin karena feses keras atau kering sehingga terjadi kebiasaaan defekasi yang tidak teratur, faktor psikogenik, kurang aktifitas, asupan cairan yang tidak adekuat dan abnormalitas usus. (Paath, E.F. 2004) . Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan frekunsi defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorpsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rektum. (Potter & Perry, 2005). Normalnya pola defekasi yang biasanya setiap 2 sampai 3 hari sekali tanpa ada kesulitan, nyeri, atau perdarahan dapat dianggap normal.



B.



Etiologi Penyebab umum konstipasi yang dikutip dari Potter dan Perry, 2005 adalah



sebagai berikut:



1. Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk defekasi dapat menyebabkan konstipasi. 2. Klien yang mengonsumsi diet rendah serat dalam bentuk hewani (misalnya daging, produk-produk susu, telur) dan karbohidrat murni (makanan penutup yang berat) sering mengalami masalah konstipasi, karena bergerak lebih lambat didalam saluran cerna. Asupan cairan yang rendah juga memperlambat peristaltik. 3. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang teratur menyebabkan konstipasi. 4. Pemakaian laksatif yag berat menyebabkan hilangnya reflex defekasi normal. Selain itu, kolon bagian bawah yang dikosongkan dengan sempurna, memerlukan waktu untuk diisi kembali oleh masa feses. 5. Obat penenang, opiat, antikolinergik, zat besi (zat besi mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat menyebabkan diare pada sebagian orang), diuretik, antasid dalam kalsium



atau



aluminium,



dan



obat-obatan



antiparkinson



dapat



menyebabkan konstipasi. 6. Lansia mengalami perlambatan peristaltic, kehilangan elastisitas otot abdomen,



dan



penurunan



sekresi



mukosa



usus.



oleh



kelainan



Lansia



sering



mengonsumsi makanan rendah serat. 7. Konstipasi



juga



dapat



disebabkan



saluran



GI



(gastrointestinal), seperti obstruksi usus, ileus paralitik, dan divertikulitus. 8. Kondisi neurologis yang menghambat implus saraf ke kolon (misalnya cedera pada medula spinalis, tumor) dapat menyebabkan konstipasi. 9. Penyakit-penyakit organik, seperti hipotirodisme, hipokalsemia, atau hypokalemia dapat menyebabkan konstipasi. 10. Peningkatan stres psikologi. Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada abdominal,



meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi. 11. Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan konstipasi.



C.



Manifestasi klinis Tanda dan gejala akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain,



karena pola makan, hormon, gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya tanda dan gejala yang umum ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut: 1. Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1 minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil). 2. Tinja menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap daripada biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya (bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah). 3. Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadangkadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja. 4. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut. 5. Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras. 6. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (jika kram perutnya parah, bahkan penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang 7. Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari sekali atau lebih). 8. Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah. Suatu batasan dari konstipasi diusulkan oleh Holson, meliputi paling sedikit dua dari keluhan di bawah ini dan terjadi dalam waktu 3 bulan : 1. Konsistensi feses yang keras,



2. Mengejan dengan keras saat BAB, 3. Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25% dari keseluruhan BAB, dan 4. Frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kurang.



D.



Patofisiologi Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis yang



menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan fisis untuk mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme yang terlibat pada proses BAB normal (Dorongan untuk defekasi secara normal dirangsang oleh distensi rektal melalui empat tahap kerja, antara lain: rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal, relaksasi otot sfingter external dan otot dalam region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-abdomen). Gangguan dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat konstipasi. Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari sfingter anus interna. Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang depersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses BAB. Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multipel, mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih. Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cerna. Perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi bukanlah karena bertambahnya usia tapi memang khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi.



Penelitian dengan petanda radioopak yang ditelan oleh orang usia lanjut yang sehat tidak mendapatkan adanya perubahan dari total waktu gerakan usus, termasuk aktivitas motorik dari kolon. Tentang waktu pergerakan usus dengan mengikuti petanda radioopak yang ditelan, normalnya kurang dari 3 hari sudah dikeluarkan. Sebaliknya, penelitian pada orang usia lanjut yang menderita konstipasi menunjukkan perpanjangan waktu gerakan usus dari 4-9 hari. Pada mereka yang dirawat atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih panjang lagi sampai 14 hari. Petanda radioaktif yang dipakai terutama lambat jalannya pada kolon sebelah kiri dan paling lambat saat pengeluaran dari kolon sigmoid. Pemeriksaan elektrofisiologis untuk mengukur aktivitas motorik dari kolon pasien dengan konstipasi menunjukkan berkurangnya respons motorik dari sigmoid akibat berkurangnya inervasi intrinsic karena degenerasi plexus mienterikus. Ditemukan juga berkurangnya rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang dapat menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus. Individu di atas usia 60 tahun juga terbukti mempunyai kadar plasma betaendorfin yang meningkat, disertai peningkatan ikatan pada reseptor opiate endogen di usus. Hal ini dibuktikan dengan efek konstipatif dari sediaan opiate yang dapat menyebabkan relaksasi tonus kolon, motilitas berkurang, dan menghambat refleks gaster-kolon. Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan otot-otot polos berkaitan dengan usia, khususnya pada perempuan. Pasien dengan konstipasi mempunyai kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan keras sehingga upaya mengejan lebih keras dan lebih lama. Hal ini dapat berakibat penekanan pada saraf pudendus sehingga menimbulkan kelemahan lebih lanjut. Sensasi dan tonus dari rektum tidak banyak berubah pada usia lanjut. Sebaliknya, pada mereka yang mengalami konstipasi dapat mengalami tiga perubahan patologis pada rektum, sebagai berikut: 1. Diskesia Rektum Ditandai dengan penurunan tonus rektum, dilatasi rektum, gangguan sensasi rektum, dan peningkatan ambang kapasitas. Dibutuhkan lebih besar regangan rektum untuk menginduksi refleks relaksasi dari sfingter



eksterna dan interna. Pada colok dubur pasien dengan diskesia rektum sering didapatkan impaksi feses yang tidak disadari karena dorongan untuk BAB sering sudah tumpul. Diskesia rektum juga dapat diakibatkan karena tanggapnya atau penekanan pada dorongan untuk BAB seperti yang dijumpai pada penderita demensia, imobilitas, atau sakit daerah anus dan rectum. 2. Dis-sinergis Pelvis Terdapatnya kegagalan untuk relaksasi otot pubo-rektalis dan sfingter anus eksterna saat BAB. Pemeriksaan secara manometrik menunjukkan peningkatan tekanan pada saluran anus saat mengejan. 3. Peningkatan Tonus Rektum Terjadi kesulitan mengeluarkan feses yang bentuknya kecil. Sering ditemukan pada kolon yang spastik seperti pada penyakit Irritable Bowel Syndrome, dimana konstipasi merupakan hal yang dominan.



E.



Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan fisik pada konstipasi sebagian besar tidak mendapatkan



kelainan yang jelas. Namun demikian pemeriksaan fisik yang teliti dan menyeluruh



diperlukan



untuk



menemukan



kelainan



yang



berpotensi



mempengaruhi fungsi usus besar. Pemeriksaan dimulai pada rongga mulut meliputi gigi geligi, adanya luka pada selaput lendir mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan proses menelan. Daerah perut diperiksa apakah ada pembesaran perut, peregangan atau tonjolan. Perabaan permukaan perut untuk menilai kekuatan otot perut. Perabaan lebih dalam dapat mengetahui massa tinja di usus besar, adanya tumor atau pelebaran batang nadi. Pada pemeriksaan ketuk dicari pengumpulan gas berlebihan, pembesaran organ, cairan dalam rongga perut atau adanya massa tinja. Pemeriksaan dengan stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara gerakan usus besar serta mengetahui adanya sumbatan usus. Sedang pemeriksaan dubur untuk mengetahui adanya wasir, hernia, fissure (retakan) atau fistula (hubungan abnormal pada saluran cerna), juga kemungkinan tumor di dubur yang bisa



mengganggu proses buang air besar. Colok dubur memberi informasi tentang tegangan otot, dubur, adanya timbunan tinja, atau adanya darah. Pemeriksaan laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor risiko konstipasi seperti gula darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia akibat keluarnya darah dari dubur. Anoskopi dianjurkan untuk menemukan hubungan abnormal pada saluran cerna, tukak, wasir, dan tumor. Foto polos perut harus dikerjakan pada penderita konstipasi untuk mendeteksi adanya pemadatan tinja atau tinja keras yang menyumbat bahkan melubangi usus. Jika ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah dari dubur atau riwayat keluarga dengan kanker usus besar perlu dilakukan kolonoskopi. Bagi sebagian orang konstipasi hanya sekadar mengganggu. Tapi, bagi sebagian kecil dapat menimbulkan komplikasi serius. Tinja dapat mengeras sekeras batu di poros usus (70%), usus besar (20%), dan pangkal usus besar (10%). Hal ini menyebabkan kesakitan dan meningkatkan risiko perawatan di rumah sakit dan berpotensi menimbulkan akibat yang fatal. Pada konstipasi kronis kadang-kadang terjadi demam sampai 39,5oC , delirium (kebingungan dan penurunan kesadaran), perut tegang, bunyi usus melemah, penyimpangan irama jantung, pernapasan cepat karena peregangan sekat rongga badan. Pemadatan dan pengerasan tinja berat di muara usus besar bisa menekan kandung kemih menyebabkan retensi urine bahkan gagal ginjal serta hilangnya kendali otot lingkar dubur, sehingga keluar tinja tak terkontrol. Sering mengejan berlebihan menyebabkan turunnya poros usus.



F. WOC Faktor Ekstrinsik



Faktor Intrinsik



Perlambatan peristaltic



Kelainan saluran GI



1. Kehilanga n elstisitas otot abdomen 2. Penurunan sekresi mukosa usus



1. Obstruksi usus 2. Ileus paralitik 3. difertikulit us



Kondisi neurologis



Menghambat imfuls saraf ke kolon



Penyakit organik



Stress psikologis



Melemahnya tonus spingter



Menghambat gerak peristaltic usus melalui kerja dari efinefrin dan system saraf simpatik



Penggunaan laksatif, obat penenang



Menghilang nya reflex devekasi normal



Tirah baring panjang



Mengonsumsi diet rendah lemak



Penurunan gerak peristaltik



Kesulitan mengeluarkan feses



Upaya mengejan lebih keras dan lama



1. Perut terasa begah 2. Tinja menjadi lebih keras 3. Tinja sulit dikeluarkan 4. Bagian anus terasa penuh 5. Frekuensi platus meningkat 6. Rasa tidak tuntas saat BAB



Konstipasi



1. Mual muntah dalam kondisi yang parah



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



1. Tinja menjadi lebih keras 2. Terasa panas 3. Rasa sakit akan bergesekan dengan tinja yag panas dan keras



Nyeri Akut



Kebiasaan defekasi yang tidak teratur



II. Tinjauan Kasus A. Pengkajian Pengkajian pada pasien Gangguan eliminasi fekal (Konstipasi) menurut Gordone. 1.



Identitas a. Identitas Pasien Nama Umur Agama Jenis Kelamin Status Pendidikan Pekerjaan Suku Bangsa Alamat Tanggal Masuk Tanggal Pengkajian No. Register Diagnosa Medis b. Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Hub. Dengan Pasien Pekerjaan Alamat



2. Status Kesehatan a. Status Kesehatan Saat Ini 1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) 2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini Riwayat kesehatan dibuat untuk mendapatkan informasi tentang riwayat dan durasi konstipasi, pola emliminasi saat ini dan masa lalu,



serta harapan pasien tentang elininasi defekasi. Informasi gaya hidup harus dikaji, termasuk latihan dan tingkat aktifitas, pekerjaan, asupan nutrisi dan cairan, serta stress. Riwayat medis dan bedah masa lalu, terapi obat-obatan saat ini, dan penggunaan laksatif serta enema adalah penting. Pasien harus ditanya tentang adanya tekanan rektal atau rasa penuh, nyeri abdomen, mengejan berlebihan saat defekasi, flatulens, atau diare encer. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. b. Satus Kesehatan Masa Lalu 1) Penyakit yang pernah dialami - Pernah dirawat - Alergi 2) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) 3) Riwayat Penyakit Keluarga 4) Diagnosa Medis dan therapy 3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan b. Pola Nutrisi-Metabolik c. Pola Eliminasi 1) BAB 2) BAK d. Pola aktivitas dan latihan 1) Aktivitas Kemampuan 0 1 2 3 4 Perawatan Diri Makan dan minum Mandi Toileting Berpakaian Berpindah 0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total 2) Latihan e. Pola kognitif dan Persepsi f. Pola Persepsi-Konsep diri



g. h. i. j. k.



Pola Tidur dan Istirahat Pola Peran-Hubungan Pola Seksual-Reproduksi Pola Toleransi Stress-Koping Pola Nilai-Kepercayaan



4. Pengkajian Fisik a. Keadaan umum : Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma GCS : verbal:……….Psikomotor:……….Mata :…………….. b. Tanda-tanda Vital : - Nadi - Suhu - TD - RR c. Keadaan fisik 1) Kepala dan leher 2) Dada Paru Jantung 3) Payudara dan ketiak 4) Abdomen 5) Genetalia 6) Integumen 7) Ekstremitas Atas Bawah 8) Neurologis Status mental dan emosi Pengkajian saraf kranial : Pemeriksaan refleks : d. Pemeriksaan Penunjang 1) Data laboratorium yang berhubungan 2) Pemeriksaan radiologi



3) Hasil konsultasi 4) Pemeriksaan penunjang diagnostic lain 5. Analisa Data Pengkajian objektif mencakup inspeksi feses terhadap warna, bau, konsistensi, ukuran, bentuk, dan komponen. Abdomen diauskultasi terhadap adanya bising usus dan karakternya. Distensi abdomen diperhatikan. Area peritonial diinspeksi terhadap adanya hemoroid, fisura, dan iritasi kulit.



B. Diagnosa Keperawatan pada pasien Gangguan Eliminasi Fekal (Konstipasi) 1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan. 3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen.



C. Rencana Keperawatan 1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur Tujuan



: Pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)



Kriteria hasil 1) Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari. 2) Konsistensi feses lembut 3) Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan Intervensi



Rasional



Mandiri:



1. Untuk



1. Tentukan pola defekasi bagi



mengembalikan



keteraturan pola defekasi klien



klien dan latih klien untuk 2. Untuk memfasilitasi refleks menjalankannya



defekasi



2. Atur waktu yang tepat untuk 3. Nutrisi defekasi klien seperti sesudah makan 3. Berikan



serat



tinggi



untuk



melancarkan eliminasi fekal 4. Untuk melunakkan eliminasi



cakupan



nutrisi



berserat sesuai dengan indikasi



feses 5. Untuk melunakkan feses



4. Berikan



cairan



jika



tidak



kontraindikasi 2-3 liter per hari



Kolaborasi: 5. Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi



2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan Tujuan



: Menunjukkan status gizi baik



Kriteria Hasil 1) Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan 2) Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal 3) Nilai laboratorium dalam batas normal 4) Melaporkan keadekuatan tingkat energi Intervensi



Rasional



Mandiri:



1. Menjaga pola makan pasien



1. Buat



perencanaan



dengan



pasien



makan untuk



sehingga pasien makan secara teratur



dimasukkan ke dalam jadwal 2. Pasien merasa nyaman dengan makan.



makanan



2. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah. 3. Tawarkan



makanan



porsi



yang



nafsu makan pasien. 3. Dengan pemberian porsi yang besar



dapat



keadekuatan



nafsu makan tinggi



masuk.



kebutuhan



diet



nutrisi



menjaga yang



memenuhi 4. Tinggi karbohidrat, protein, dan



tubuh



indikasi. 5. Pastikan



dari



rumah dan dapat meningkatkan



besar disiang hari ketika



4. Pastikan



dibawa



sesuai



kalori



diperlukan



atau



dibutuhkan selama perawatan. pola



diet



yang 5. Untuk mendukung peningkatan



pasien yang disukai atau tidak disukai. 6. Pantau



nafsu makan pasien 6. Mengetahui



masukan



dan



pengeluaran dan berat badan secara periodik.



keseimbangan



intake dan pengeluaran asuapan makanan. 7. Sebagai data penunjang adanya



7. Kaji turgor kulit pasien



perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan



Kolaborasi:



8. Untuk dapat mengetahui tingkat



8. Pantau nilai laboratorium,



kekurangan



kandungan



Hb,



seperti Hb, albumin, dan



albumin, dan glukosa dalam



kadar glukosa darah



darah.



9. Ajarkan



metode



untuk 9. Klien terbiasa makan dengan



perencanaan makan. 10. Ajarkan



pasien



terencana dan teratur. dan 10. Menjaga keadekuatan asupan



keluarga tentang makanan



nutrisi yang dibutuhkan.



yang bergizi dan tidak mahal



3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen Tujuan



: Menunjukkan nyeri telah berkurang



Kriteria Hasil : 1) Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan 2) Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecil 3) Melaporkan kesehatan fisik dan psikologisi 4) Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri 5) Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik secara tepat Intervensi Mandiri:



Rasional 1. Klien



dapat



mengalihkan



1. Bantu



pasien



untuk



lebih



perhatian dari nyeri



berfokus pada aktivitas dari 2. Hati-hati nyeri



dengan



melakukan



bahwa



mengalami



terhadap



3. Perhatikan



dirasakan klien



efek 5. Mengetahui karakteristik nyeri



analgesik opiate



6. Agar mngetahui nyeri secara kemungkinan



spesifik



interaksi obat – obat dan obat 7. Perawat penyakit pada lansia



pada skala 0 – 10



cemas



5. Gunakan lembar alur nyeri nyeri



yang komperhensif 7. Instruksikan



pasien



meminformasikan



melakukan



mengatasi nyeri klien



nyeri atau ketidak nyaman 8. Agar



pengkajian



dapat



tindakan yang tepat dalam



4. Minta pasien untuk menilai



untuk pada



perawat jika pengurang nyeri kurang tercapai. 8. Berikan informasi tetang nyeri



E. Evaluasi



pemberian



lansia 4. Mengetahui tingkat nyeri yang



peningkatan



sensitifitas



D. Implementasi



dalam



obat-obatan pada lansia



2. Perhatikan



6. Lakukan



pemberian



anlgesik opiate



penggalihan melalui televisi 3. Hati-hati atau radio.



dalam



pasien



tidak



merasa



ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.TN DENGAN DIAGNOSA MEDIS GANGGUAN ELIMINASI FEKAL (KONSTIPASI) DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM NEGARA TANGGAL 27-30 JUNI 2016



KASUS : Tn. TN berumur 65 tahun mengeluh bahwa sudah seminggu belum BAB. Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, pasien tampak meringis. Biasanya pasien bisa BAB dua hari sekali. Sejak tanggal 20 juni pasien tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya karena kurang nafsu makan. Setelah dikaji inspeksi terdapat pembesaran abdomen dan saat dipalpasi ada impaksi feses.



I.



PENGKAJIAN



1.



Identitas a. Identitas Pasien Nama



: Tn. TN



Umur



: 65 tahun



Agama



: Hindu



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Status



: Menikah



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: Petani



Suku Bangsa



: Indonesia



Alamat



: Pekutatan



Tanggal Masuk



: 27 Juni 2016



Tanggal Pengkajian : 27 Juni 2016 No. Register



: 0577409



Diagnosa Medis



: Gangguan Eliminasi Fekal (Konstipasi)



b. Identitas Penanggung Jawab Nama



: Tn. NT



Umur



: 30 tahun



Hub. Dengan Pasien : Anak Kandung



2.



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Pekutatan



Status Kesehatan a. Status Kesehatan Saat Ini 1)



Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) Pasien mengeluh tidak BAB selama seminggu.



2)



Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini Pasien mengatakan selama seminggu terakhir tidak BAB hingga menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, pasien juga mengatakan tidak makan makanan yang berserat seperti buah dan sayur serta jarang minum air putih. Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat apapun untuk mengatasi konstipasinya, pasien mengatakan hanya beristirahat dirumah dan tidak memeriksakannya ke dokter karena menganggap hanya penyakit biasa, kemudian pada pagi hari tanggal 27 juni 2016, karena sudah tidak dapat menahan nyeri tersebut akhirnya pasien dibawa ke IGD RSU Negara.



3)



Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Pasien mengatakan hanya beristirahat di atas tempat tidur



b. Satus Kesehatan Masa Lalu 1)



Penyakit yang pernah dialami Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami demam dan sakit kepala ringan.



2)



Pernah dirawat Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di RS



3)



Alergi Pasien tidak memilki riwayat alergi obat, makanan, dan debu



4)



Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) Pasien mengatakan sering minum kopi.



c. Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan penyakit menular.



d. Diagnosa Medis dan therapy Diagnosa medis : Gangguan Eliminasi Fekal (Konstipasi) Terapi



: 1. Infuse RL 20 tetes/menit. 2. Dulcolac 3x15 mg 3. Asam Mefenamat 3x500 mg



3.



Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) a. Pola Nutrisi-Metabolik Sebelum sakit



: Pasien megatakan makan 2x sehari, dengan porsi habis, minum 5 gelas (air putih dan kopi)



Saat sakit



: Pasien mengatakan makan 2x sehari, habis ½ porsi, minum 4 gelas ( air putih dan kopi), pasien mengatakan tidak nafsu makan.



b. Pola Eliminasi 1) BAB Sebelum sakit



: Pasien mengatakan BAB dua hari 1x, dengan konsistensi feses keras, berwarna kecoklatan tidak disertai darah.



Saat sakit



: Pasien mengatakan seminggu terakhir ini tidak BAB. Pasien mengatakan ketika ingin BAB susah untuk mengeluarkan tinjanya sehingga



pasien merasa sakit saat mengedan. Rasa sakit yang dirasakan tidak tertahankan. 2) BAK Sebelum sakit



: Pasien mengatakan BAK 4x dalam sehari, urine berwarna kekuningan dan berbau pesing.



Saat sakit



: Pasien mengatakan BAK 3x dalam sehari, urine berwarna kekuningan dan berbau pesing.



d. Pola aktivitas dan latihan 1) Aktivitas Kemampuan



0



1



2



3



4



Perawatan Diri Makan



dan







minum Mandi



√ √



Toileting Berpakaian



√ √



Berpindah



0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total



2) Latihan Sebelum sakit



: Pasien mengatakan sebelum sakit dapat melakukan kegiatan yang ringan dengan madiri.



Saat sakit



: Pasien mengtakan tidak dapat melakukan kegiatan yang ringan akibat merasa nyeri pada perut bagian bawah saat bergerak. Pasien mengatakan tidak nyaman saat beraktivitas.



4. Pengkajian Fisik a. Keadaan umum



: Composmetis E4V5M5



b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 90x/menit Suhu = 38 ̊ C TD = 140/90 mmHg RR



= 24x/menit



c. Keadaan fisik 1. Abdomen a. Inspeksi



: Tidak ada jaringan parut, tidak ada inflamasi, terjadi pembesaran abdomen



b. Palpasi



: Perut terasa keras dan penuh, ada impaksi feses, tedapat nyeri tekan dan nyeri lepas, pasien mengatakan skala nyeri 7 dari 0-10 yang diberikan.



c. Perkusi



: Redup



d. Auskultasi : Bising usus 12x/menit.



5.



Analisa Data



A.



Tabel Analisa Data



NO 1



DATA DS : 1. Pasien



mengatakan



sudah



seminggu belum BAB. 2. Pasien ingin



mengatakan BAB



susah



ketika untuk



mengeluarkan tinjanya. DO : 1. Adanya pembesaran abdomen. 2. Adanya impaksi feses 3. Konsistensi frses keras 4. Terdengar



bising



12x/menit 5. Perut teraba keras



usus



ETIOLOGI



PROBLEM



Pola defekasi



Konstipasi



tidak teratur.



6. Nadi = 90x/menit Suhu = 38 ̊ C TD = 140/90 mmHg R



2



= 24x/menit



DS :



Akumulasi



1. Pasien mengatakan perut terasa keras dan penuh.



bagian



feses keras pada



2. Pasien mengatakan nyeri pada perut



Nyeri akut



bawah



abdomen



saat



bergerak. 3. Pasien



mengatakan



tidak



nyaman saat beraktivitas 4. Pasien mengatakan skala nyeri 7 dari 0-10 yang diberikan DO : 1. Pasien tampak meringis 2. TD : 140/90 mmHg Nadi : 90x/menit.



3



DS :



Hilangnya



Ketidakseimbang



1. Pasien mengatakan makan 2x nafsu makan. an nutrisi kurang sehari, habis ½ porsi. 2. Pasien mengatakan tidak napsu makan. DO : 1. Pasien tampak pucat. 2. Porsi makan habis ½ dari porsi yang diberikan.



dari tubuh



kebutuhan



II. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas N O



TANGGAL / JAM DITEMUKAN



1



27 Juni 2016, pukul 08.30 wita



DIAGNOSA KEPERAWATAN



Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur ditandai dengan pasien mengatakan sudah seminggu belum BAB, pasien mengatakan ketika ingin BAB susah untuk mengeluarkan tinjanya, adanya pembesaran abdomen, adanya impaksi feses, konsistensi frses keras, terdengar bising usus 12x/menit, perut teraba keras, Nadi = 90x/menit, Suhu = 38 ̊ C , TD = 140/90 mmHg, R = 24x/meni



2



27 Juni 2016, pukul 08.30 wita



Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen ditandai dengan pasien mengatakan perut terasa keras dan penuh, pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah saat bergerak, pasien mengatakan tidak nyaman saat beraktivitas, pasien mengatakan skala nyeri 7 dari 0-10 yang diberikan, pasien tampak meringis, TD : 140/90 mmHg, Nadi : 90x/menit.



3



27 Juni 2016, pukul 08.30 wita



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan ditandai dengan pasien mengatakan makan 2x sehari, habis ½ porsi, pasien mengatakan tidak napsu makan, pasien tampak pucat, porsi makan habis ½ dari porsi yang diberikan.



TANGGAL / Ttd JAM DILAKUKAN EVALUASI



III. Rencana Tindakan Keperawatan



Hari/



No



Tgl



Dx



Rencana Perawatan Tujuan dan Kriteria Hasil



Senin,



27- I



Setelah



Intervensi



Ttd Rasional



dilakukan 1. Monitor TTV pasien. keperawatan 2. Tentukan



6-2016



tindakan



pukul 08.30



selama



wita



konstipasi pasien dapat



dan latih klien untuk 2. Untuk



teratasi dengan kriteria



menjalankannya



3x24



jam,



hasil: 1. Pola



pola



1. Untuk



defekasi bagi klien



dalam



batas normal. 2. Tidak



mengalami



kesulitan



untuk defekasi klien seperti



3. Konsistensi



feses



tidak keras.



makan.



pasien.



keteraturan



pola



defekasi klien.



refleks defekasi aktivitas 4. Meningkatkan



optimal



untuk



pergerakan usus



merangsang eliminasi 5. Untuk defekasi pasien.



4. TTV dalam rentang 5. Kolaborasi normal pemeberian Infuse



umum



sesudah 3. Untuk memfasilitasi



untuk 4. Anjurkan



mengeluarkan feses.



keadaan



mengembalikan



3. Atur waktu yang tepat BAB



mengetahui



RL



melunakkan



feses dalam



dan



menurunkan konstipasi



20



tetes/menit. Dulcolac



Senin,



27-



II



Setelah



dilakukan 1. Monitor TTV pasien



6-2016



tindakan



keperawatan 2. Lakukan



pukul 08.30



selama 3x24 jam, nyeri



nyeri dengan teknik



wita



pasien



PQRST



dapat



teratasi



dengan kriteria hasil:



pengkajian



teknik



1. Rasa nyeri berkurang.



distraksi



dan



2. Skala nyeri 4 dari 0-



relaksasi. 4. Kolaborasi



mengetahui



keadaan



umum



pasien. 2. Agar mngetahui nyeri



3. Ajarkan



10.



1. Untuk



secara spesifik 3. Teknik dapat



dalam



rasa



relaksasi mengurangi nyeri



yang



3. TTV dalam rentang normal.



pemberian



Asam



Mefenamat 3x500mg



4. Pasien tampak rileks.



dirasakan pasien. 4. Analgetik jenis



adalah



obat



untuk



penghilang rasa nyeri.



Senin,



27-



III



Setelah



dilakukan 1. Pastikan



6-2016



tindakan



pukul 08.30



selama



wita



keperawatan



diet 1. Tinggi



karbohidrat,



memenuhi kebutuhan



protein,



tubuh sesuai indikasi.



diperlukan



atau



kebutuhan nutrisi pasien 2. Berikan makan dan



dibutuhkan



selama



dapat



perawatan.



3x24



teratasi



jam,



dengan



kriteria hasil: 1. Nafsu



makan



dengan



makan porsi



ada



malnutrisi.



pengeluaran



secara



periodik. habis 4. Kaji yang



disediakan 3. Tidak



kalori



3. Pantau masukan dan 2. Memenuhi kebutuhan



bertambah 2. Porsi



minum 3 x sehari



dan



tanda



3. Mengetahui



turgor



kulit



pasien 5. Ajarkan untuk makan.



nutrisi pasien



keseimbangan intake dan



metode



pengeluaran



asuapan makanan.



perencanaan 4. Sebagai



data



penunjang



adanya



perubahan



nutrisi



yang



kurang



dari



kebutuhan 5. Klien terbiasa makan dengan terencana dan teratur.



IV. Implementasi Keperawatan Hari/Tgl/Jam



No



Tindakan Keperawatan



Evaluasi Proses



Dx Senin, 27-6-2016,



I,II



Memonitor TTV pasien.



S : Pasien mengucapkan terima



pukul 09.00 wita



kasih setelah dilakukan pemeriksaan. O : TD : 140/90 mmHg, N : 90 x/menit, S : 38 ̊ C, R : 24 x/menit



Pukul 09.15 wita



III



Memebrikan makan dan minum



S : Pasien mengatakan tidak nafsu makan O : Pasien hanya makan 2 sendok makan, minum 250 ml



Pukul 09.45 wita



I,II



Mengkolaborasi memberikan



Infuse



dalam S : Pasien mengatakan perutnya RL



20



terasa penuh



tetes/menit, Dulcolac 1x15 mg, O : Infus sudah terpasang dan obat Asam mefenamat 1x500 mg



sudah benar-benar dimium, tidak ada tanda-tanda alergi



Pukul 10.15 wita



I



Mengatur waktu yang tepat untuk S : Pasien mengtakan ingin BAB, defekasi pasien seperti sesudah



tetapi susah untuk



makan.



mengelurkan. O : Pasien tampak meringis



Pukul 11.00 wita



I



Menganjurkan aktivitas optimal S : Pasien mengatakan sudah untuk



merangsang



defekasi pasien.



eliminasi



beraktivitas semampunya. O : Pasien BAB jumlah sedikit, konsistensi feses keras.



Ttd



Pukul 13.00 wita



III



Memberikan makan dan minum



S : Pasien mengatakan tidak nafsu makan O : Pasien hanya makan ¼ porsi yang disediakan, minum 350 ml



Pukul 13.30 wita



I,II



Memberikan



Dulcolac 1x15 mg S : Pasien mengatakan perutnya



dan Asam mefenamat 1x500 mg



terasa penuh O : Obat sudah benar-benar dimium, tidak ada tanda-tanda alergi



Pukul 14.30 wita



II



Melakukan



pengkajian



nyeri S : Pasien mengatakan terasa



dengan teknik PQRST



nyeri pada daerah perut bagian bawah, pasien mengatakan skala nyeri 7 dari 0-10 yang diberikan, nyeri dirasakan ketika mengedan. O : Pasien merasa tidak nyaman, skala nyeri 7 dari 0-10



Pukul 15.00 wita



I



Menentukan pola defekasi bagi S : Pasien mengatakan susah klien dan melatih klien untuk menjalankannya



untuk mengedan. O : Pasien tampak melatih cara defekasi, pasien BAB dengan jumlah sedikit, konsistensi feses keras.



Pukul 15.30 wita



II



Mengajarkan teknik distraksi dan S : Pasien mengatakan mengerti relaksasi.



dan ingin melakukan teknik distrasi dan relaksasi. O : Pasien tampak lebih tenang.



Pukul 18.00 wita



III



Memberikan makan dan minum



S : Pasien mengatakan ingin makan dalam jumlah sedikit. O : Pasien hanya makan ¼ porsi yang disediakan, minum 350 ml



Pukul 18.30 wita



I,II



Memberikan



Dulcolac 1x15 mg S : Pasien mengatakan ingin cepat



dan Asam mefenamat 1x500 mg



sembuh O : Obat sudah benar-benar dimium, tidak ada tanda-tanda alergi



Pukul 19.15 wita



III



Memastikan



diet



memenuhi S : Pasien mengatakan ingin



kebutuhan tubuh sesuai indikasi



makan tapi dalam jumlah sedikit O : Kebutuhan diet belum terpenuhi.



Pukul 19.45 wita



III



Mengajarkan



metode



perencanaan makan.



untuk S : Pasien mengatakan mengerti dengan metode perencanaan makan yang diajarkan. O : Pasien tampak mengerti



Pukul 20.00 wita



III



Mengkaji turgor kulit pasien



S :O : Turgor kulit tidak elastis



Pukul 20.30 wita



III



Memantau



masukan



pengeluaran secara periodik.



dan S : O : Makan dalam jumlah sedikit, porsi tidak habis, minum 950 ml, infus 500 ml, BAK 400 ml, BAB jumlah sangat sedikit



Selasa, 28-6-2016,



I,II



Memonitor TTV pasien.



S : Pasien mengucapkan terima



pukul 08.00 wita



kasih setelah dilakukan pemeriksaan. O : TD : 130/80 mmHg, N : 92 x/menit, S : 37,5 ̊ C, R : 23 x/menit



Pukul 09.15 wita



III



Memebrikan makan dan minum



S : Pasien mengatakan tidak nafsu makan O : Pasien hanya makan 2 sendok makan, minum 350 ml



Pukul 09.45 wita



I,II



Memberikan obat Dulcolac 1x15 S : Pasien mengatakan mau untuk mg, Asam mefenamat 1x500 mg



minum obat O : Obat sudah benar-benar dimium, tidak ada tanda-tanda alergi



Pukul 10.15 wita



I



Mengatur waktu yang tepat untuk S : Pasien mengtakan ingin BAB defekasi pasien seperti sesudah O : Pasien BAB dengan jumlah makan.



Pukul 11.00 wita



I



sedikit, konsistensi feses keras



Menganjurkan aktivitas optimal S : Pasien mengatakan sudah untuk



merangsang



eliminasi



defekasi pasien.



beraktivitas semampunya. O : Pasien BAB jumlah sedikit, konsistensi feses keras.



Pukul 13.00 wita



III



Memberikan makan dan minum



S : Pasien mengatakan ingin makan. O : Pasien makan ½ porsi yang disediakan, minum 450 ml



Pukul 13.30 wita



I,II



Memberikan



Dulcolac 1x15 mg S : Pasien mengucapkan terima



dan Asam mefenamat 1x500 mg



kasih setelah diberikan obat O : Obat sudah benar-benar dimium, tidak ada tanda-tanda alergi



Pukul 14.30 wita



II



Melakukan



pengkajian



nyeri S : Pasien mengatakan terasa



dengan teknik PQRST



nyeri pada daerah perut bagian bawah, pasien mengatakan skala nyeri 6 dari 0-10 yang diberikan, nyeri dirasakan ketika mengedan. O : Pasien merasa tidak nyaman, skala nyeri 7 dari 0-10



Pukul 15.00 wita



I



Menentukan pola defekasi bagi S : Pasien mengatakan saat BAB klien dan melatih klien untuk



terasa sakit, tetapi tidak



menjalankannya



sesakit kemarin. O : Pasien tampak melatih cara defekasi, pasien BAB dengan jumlah sedikit, konsistensi feses agak keras.



Pukul 15.30 wita



II



Mengajarkan teknik distraksi dan S : Pasien mengatakan mengerti relaksasi.



dan ingin melakukan teknik distrasi dan relaksasi. O : Pasien tampak lebih tenang dan rileks.



Pukul 18.00 wita



III



Memberikan makan dan minum



S : Pasien mengatakan ingin makan. O : Pasien hanya makan ½ porsi



yang disediakan, minum 450 ml



Pukul 18.30 wita



I,II



Memberikan



Dulcolac 1x15 mg S : Pasien mengatakan ingin cepat



dan Asam mefenamat 1x500 mg



sembuh O : Obat sudah benar-benar dimium, tidak ada tanda-tanda alergi



Pukul 19.15 wita



III



Memastikan



diet



memenuhi S : Pasien mengatakan nafsu



kebutuhan tubuh sesuai indikasi



makan bertambah O : Kebutuhan diet belum terpenuhi.



Pukul 20.00 wita



III



Mengkaji turgor kulit pasien



S :O : Turgor kulit kurang elastis



Pukul 20.30 wita



III



Memantau



masukan



dan S : -



pengeluaran secara periodik.



O : Makan dalam jumlah ½ porsi setiap sajian, porsi tidak habis, minum 1250 ml, infus 500 ml, BAK 600 ml, BAB jumlah sedikit



Rabu, 29-6-2016,



I,II



Memonitor TTV pasien.



pukul 08.00 wita



S : Pasien mengucapkan terima kasih setelah dilakukan pemeriksaan. O : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37 ̊ C, R : 21 x/menit



Pukul 09.15 wita



III



Memebrikan makan dan minum



S : Pasien mengatakan nafsu



makan bertambah O : Pasien makan ½ porsi yang diberikan, minum 450 ml



Pukul 09.45 wita



I,II



Memberikan obat Dulcolac 1x15 S : Pasien mengatakan mau untuk mg, Asam mefenamat 1x500 mg



minum obat O : Obat sudah benar-benar dimium, tidak ada tanda-tanda alergi



Pukul 10.15 wita



I



Mengatur waktu yang tepat untuk S : Pasien mengtakan ingin BAB defekasi pasien seperti sesudah O : Pasien BAB dengan jumlah makan.



normal, konsistensi feses agak keras



Pukul 11.00 wita



I



Menganjurkan aktivitas optimal S : Pasien mengatakan sudah untuk



merangsang



eliminasi



defekasi pasien.



beraktivitas semampunya. O : Pasien BAB jumlah normal, konsistensi feses agak keras.



Pukul 13.00 wita



III



Memberikan makan dan minum



S : Pasien mengatakan ingin makan. O : Pasien makan 1 porsi yang disediakan, minum 450 ml



Pukul 13.30 wita



I,II



Memberikan



Dulcolac 1x15 mg S : Pasien mengucapkan terima



dan Asam mefenamat 1x500 mg



kasih setelah diberikan obat O : Obat sudah benar-benar dimium, tidak ada tanda-tanda alergi



Pukul 14.30 wita



II



Melakukan



pengkajian



nyeri S : Pasien mengatakan rasa nyeri



dengan teknik PQRST



berkurang, pasien mengatakan skala nyeri 4 dari 0-10 yang diberikan, nyeri dirasakan ketika mengedan. O : Pasien merasa lebih nyaman, skala nyeri 4 dari 0-10



Pukul 15.00 wita



I



Menentukan pola defekasi bagi S : Pasien mengatakan saat BAB klien dan melatih klien untuk menjalankannya



rasa sakit berkurang. O : Pasien tampak melatih cara defekasi, pasien BAB dengan jumlah normal, konsistensi feses lembek.



Pukul 15.30 wita



II



Mengajarkan teknik distraksi dan S : Pasien mengatakan mengerti relaksasi.



dan ingin melakukan teknik distrasi dan relaksasi. O : Pasien tampak lebih tenang dan rileks.



Pukul 18.00 wita



III



Memberikan makan dan minum



S : Pasien mengatakan ingin makan. O : Pasien makan 1 porsi yang disediakan, minum 450 ml



Pukul 18.30 wita



I,II



Memberikan



Dulcolac 1x15 mg S : Pasien mengatakan ingin cepat



dan Asam mefenamat 1x500 mg



sembuh O : Obat sudah benar-benar dimium, tidak ada tanda-tanda alergi



Pukul 19.15 wita



III



Memastikan



diet



memenuhi S : Pasien mengatakan nafsu



kebutuhan tubuh sesuai indikasi



makan bertambah O : Kebutuhan diet terpenuhi.



Pukul 20.00 wita



III



Mengkaji turgor kulit pasien



S :O : Turgor kulit elastis, tidak ada tanda-tanda malnutrisi



S :Pukul 20.30 wita



III



Memantau



masukan



pengeluaran secara periodik.



dan O : Makan habis 1porsi setiap sajian, porsi habis, minum 1350 ml per hari, infus 500 ml, BAK 600 ml per hari, BAB 1 x jumlah normal, konsistensi feses lembek



Kamis, 30-6-2016, I,II pukul 09.00 wita



Memonitor TTV pasien



S : Pasien mengucapkan terima kasih setelah dilakukan pemeriksaan. O : TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37 ̊ C, R : 20 x/menit



V. Evaluasi Keperawatan



No 1



Hari/Tgl



No



Jam



Dx



Kamis, 30-6-2016,



I



Evaluasi S



pukul 09.30 wita



: Pasien mengatakan saat BAB rasa sakit berkurang, pasien mengatakan ingin cepat sembuh.



O : TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37 ̊ C, R : 20 x/menit, pasien BAB dengan jumlah normal, konsistensi feses lembek. A : Tujuan tercapai, masalah teratasi. P : Pertahankan kondisi pasien, pasien boleh pulang.



2



Kamis, 30-6-2016, pukul 09.30 wita



II



S



: Pasien mengatakan mengerti dan ingin melakukan teknik distrasi dan relaksasi, pasien mengatakan rasa nyeri berkurang, pasien mengatakan skala nyeri 4 dari 0-10 yang diberikan.



O : TD : 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 37 ̊ C, R : 20 x/menit, skala nyeri 4 dari 0-10, pasien tampak lebih tenang dan rileks. A : Tujuan tercapai, masalah teratasi. P : Pertahankan kondisi pasien, pasien boleh pulang.



3



Kamis, 30-6-2016, pukul 09.30 wita



III S : Pasien mengatakan nafsu makan bertambah. O : Makan habis 1porsi setiap sajian, porsi habis, minum 1350 ml per hari, infus 500 ml, BAK 600 ml per hari, BAB 1 x jumlah normal, konsistensi feses lembek, turgor kulit elastis, tidak ada tanda-tanda malnutrisi, kebutuhan diet terpenuhi. A : Tujuan tercapai, masalah teratasi. P : Pertahankan kondisi pasien, pasien boleh pulang.



TTd