Askep Jiwa KDRT Kel.3-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Dosen Pengampu: Cece Indriani, S.Kep.,Ns,M.Kep Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa II



ASUHAN KPERAWATAN JIWA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)



KELOMPOK III: Ayu Devayanti (P202102008) KasmaWati (P201901020) Irma Lestari (P201901016) Novika Andriani (P201901028) Nofiatri Ilyas (P202102007) Siti Badriah Ruslin.L (P201901033) Yamin (P201901014) Wa Ode Sudarti (P201801067)



PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI 2021



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Keperawatan berjudul Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Penulisan Asuhan Keperawatan ini merupakan salah satu tugas dalam Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II di Universitas Mandala Waluya Kendari. Dalam penulisan Asuhan Keperawatan ini masih banyak kekurangan, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi menyempurnakan pembuatan Asuhan Keperawatan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu dalam proses pembuatan Asuhan Keperawatan. Diharapkan tugas ini dapat menjadi penambah wawasan kita dan bermanfaat untuk pembaca.



Kendari, 15 November 2021



Penyusun



2







KONSEP MEDIS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA(KDRT)



A. Pengertian Perilaku kekerasan dalam keluarga adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap perempuan maupun anak. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995) Undang-Undang PKDRT ini menyebutkan bahwa Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga (Pasal 1 ayat 1). Kekerasan dalam keluarga mencakup penganiayaan fisik, emosonal dan seksual pada anakanak pengabaian anak, pemukulan pasangan, pemerkosaan terhadap suami atau istri dan penganiayaan lansia. Perilaku penganiyaan dan prilaku kekerasan yang tidak akan dapat diterima bila dilakukan oanng yang tidak dikenal sering kali di tolerannsi selama bertahuntahun dalam keluarga. Dalam kekerasan keluarga, keluarga yang normalnya merupakan tempat yang aman dan anggotanya merasa dicintai dan terlindung, dapat menjadi tempat palinng berbahaya bagi korban. B. Rentang Respon Marah Tindakan kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan fisik, baik kepada diri sendiri maupun ornag lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerkan motorik yang tidak dikontrol. -



Asertif : Mampu menyatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain dan merasa lega.



-



Frustasi : Merasa gagal mencapai tujuan disebabkan karena tujuan yang tidak realistis.



-



Pasif : Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.



-



Agresif : Tindakan destruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol.



-



Amuk : Tindakan destruktif dan bermusuhan yang kuat dan tidak terkontrol.



C. Karakteristik Kekerasan Dalam Keluarga 1. Isolasi sosial Anggota keluarga merahasiakan kekerasan dan sering kali tidak mengundang orang lain datanng kerumah mereka atau tidak mengatakan kepada orang lain apa yang 3



terjadi. Anak dan wanita yang mengalami penganiyaan sering kali diancam oleh penganiaya bahwa mereka akan lebih disakiti jika mengungkapkan rahasia tersebut. Anak-anak mungkin diancam bahwa ibu, saudara kandung atau hewan peliharaan mereka kan dibunuh jika oranng diluar keluarga mengetahui penganiayaan tersebut. Mereka ditakuti agar mereka menyimpan rahasia atau mencegah orang lain mencampuri “ urusan keluarga yang pribadi 2. Kekuasaan dan kontrol Anggota keluarga yang mengalami penganiayaan hampir selalu berada dalam posisi berkuasa daan memilki kendali terhadap korban, baik korban adalah anak, pasangan, atau lansia. Penganiaya bukan hanya menggunakan kekuatan fisik terhadap korban, tetapi juga kontrol ekonomi dan sosial. Penganiaya sering kali adalah satusatunya anggota keluarga yang membuat keputusan, mengeluarkan uang, atau diijinkan untuk meluangkan waktu diluar rumah dengan orang lain. Penganiaya melakukan penganiayaan emosional dengan meremehkan atau menyalahkan korban dan sering mengancam korban. Setiap indikasi kemandirian atau ketidakpatuhan anggota keluarga, baik yang nyata atau dibayangkan, biasanya menyebabkan peningkatan prilaku kekerasan (singer at al, 1995). 3. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan yang lain Ada hubungan antara penyalahgunaan zat, terutama alkohol, dengan kekerasan dalam keluarga. Hal ini tidak menunjukkan sebab dan akibat-alkohol tidak menyebabkan individu menjadi penganiaya sebalik, penganiaya juga cenderung menggunakan alkohol atau obat-obatan lain. 50-90% pria yang memukul pasangannya dalam rumah tangga juga memiliki riwayat penyalahgunaan zat. Jumah wanita yang mengalami penganiayaan dan mencari pelarian dengan menggunakan alkohol mencapai 50 %. Akan tetapi, banyak peneliti yakin bahwa alkohol dapat menguurangi inhibisi dan membuat perilaku kekerasan lebiih intens atau sering (denham, 1995). Alkohol juga disebut sebagai faktor dalam kasus pemerkosaan terhadap pasangan kencan atau pemerkosaan oleh orang yang dikenal. CDC’s division of violence prevention melaporkan bahwa studi mengidentifikasi penggunaan alkohol atau obat yang berlebiihan yang dikaitkan dengan penganiayaan seksual. 4. Proses transmisi antargenerasi Berarti bahwa pola prilaku kekerasan diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui model peran dan pembelajaran sosial (humphreeys, 1997;tyra, 1996). Transmisi antargenerasi menunjukkan bahwa kekerasan dalam keluarga merupakan suatu pola yang dipelajari. Misalnya, anak-anak yang menyaksikan kekerasan dalam keluarga akan belajar dari melihat orang tua mereka bahwa kekerasan ialah cara menyelesaikan konflik dan bagian integral dalam suatu hubungan dekat. Akan tetapi 4



tidaak semua orang menyaksikan kekerasan dalam keluarga menjadi penganiayaa atau pelaku kekerasan ketika dewasa sehingga faktor tunggal ini saja tidak menjelaskan prilku kekerasan yang terus ada. D. Faktor Presdiposisi Faktor Psikologis Psycoanalytical Theory; Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia di pengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup yang dapat di ekspresikan dengan seksualitas; dan kedua, insting kematian yang diekspresikan dengan agresivitas. Frustation agression theory ; teori yang dikembangkan oleh pengikut Freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang melakukan tindakan agresif mempunyai riwayat perilaku agresif. Pandangan psikologi lainnya mengenai perilkau agresif, mendukung pentingnya peran dari perkembangan presdiposisi atau pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa manusia mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak merusak. Beberapa contoh dari pengalaman tersebut : -



Kerusakan otak organik, retardasi mental, sehingga tidak mampu menyelesaikan secara efektif.



-



Severe Emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan pada masa kanak-kanak, atau seduction parental, yang mengkin telah merusak hubungan saling percaya (trust) dan harga diri.



-



Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk child abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga, sehingga membentuk pola pertahanan atau koping.



Faktor Sosial Budaya Social Learning Theory; teori yang dikembangkan oleh Bandura (1977) ini mengemukakan bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat di pelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan makan semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan merespon terhadap keterbangkitaan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang di pelajarinya. Pembelajaran ini bisa internal atau ekternal. Contoh internal; orang yang mengalami keterbangkitan seksual karena menonton film erotis menjadi lebih agresif dibandingkan mereka yang tidak menonton film tersebut; seseorang anak yang marah karena tidak boleh beli es kemudian ibunya memberinya es agar si anak mendapatkan apa yang dia inginkan. 5



Contoh eksternal; seorang anak menunjukan perilaku agresif setelah melihat seseorang dewasa mengekspresikan berbagai bentuk perilaku agresif terhadap sebuah boneka. Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara asertif. Faktor biologis Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada di tengah sistem limbik binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif). Perangsangan yang diberikan terutama pada nukleus periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis, bulunya berdiri Neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perilaku agresif adalah serotonin, dopamin, norepinephrine, acetilkolin, dan asam amino GABA. Faktor-faktor yang mendukung : -



Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan.



-



Sering mengalami kegagalan.



-



Kehidupan yang penuh tindakan agresif.



-



Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)



Faktor Presipitasi Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya teramcam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama-sama mengidentifikasikannya. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal. Contoh stressor eksternal yaitu serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang di anggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain. Sedangkan stressor dari internal yaitu merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan orang yang dicintainya, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua, yaitu : -



Klien : Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kurang percaya diri.



-



Lingkungan : Ribut, kehilangan orang / objek yang berharga, konflik interaksi social



E. Etiologi



6



Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan / keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan. Hilangnya harga diri; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya. F. Tanda dan Gejala Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya adalah: -



Perubahan fisiologi Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadangkadang konstipasi, refleks tendon tinggi.



-



Perubahan Emosional Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol diri.



-



Perubahan Perilaku Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.



-



Menyerang atau menghindar (fight of flight) Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.



-



Menyatakan Secara Asertif (Assertiveness) Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.



-



Memberontak (acting out) Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain. 7



-



Perilaku kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan



G. Lingkup Rumah Tangga Lingkup rumah tangga dalam Undang-Undang ini meliputi (Pasal 2 ayat 1): 1. Suami, isteri, dan anak (termasuk anak angkat dan anak tiri). 2. Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud dalam huruf a karena hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga (mertua, menantu, ipar dan besan); dan/atau. 3. Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut (Pekerja Rumah Tangga) H. Bentuk-Bentuk KDRT 1. Kekerasan fisik Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat (Pasal 6). 2. Kekerasan psikis Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang (pasal 7) 3. Kekerasan Seksual Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. Kekerasan seksual meliputi (pasal 8): a. Pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut; b. Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu. 4. Penelantaran Rumah Tangga Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain itu, penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendali orang tersebut (pasal 9) I. Siklus Penganiayaan Dan Kekerasan



8



Alasan lain yanng sering diajukan menngapa wanita sulit meninggalkan hubungan yanng abusive ialah siklus kekerasan atau penganiayaan. J. Mekanisme Koping Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.(Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33). Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain : (Maramis, 1998, hal 83) 1. Sublimasi Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah. 2. Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya. 3. Represi Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya. 4. Reaksi formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar. 5. Displacement Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya. K. Psikopatologi 9



Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yan g menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat berupa perilaku kekerasan sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi dan penyakit fisik. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti orang lain, akan memberikan perasaan lega, menu runkan ketegangan, sehingga perasaan marah dapat diatasi (Depkes, 2000). Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan, biasanya dilakukan individu karena ia merasa kuat. Cara demikian tentunya tidak akan menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku destruktif, seperti tindakan kekerasan yang ditujukan kepada orang lain maupun lingkungan. Perilaku yang tidak asertif seperti perasaan marah dilakukan individu karena merasa tidak kuat. Individu akan pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri (Depkes, 2000).



10







ASUHAN KEPERAWATAN KASUS Ny. T, umur 36 tahun sering mengalami kekerasan dalam rumah tangga(KDRT) yang



dilakukan oleh suaminya. Sudah 2 tahun terakhir semenjak suami Ny. T tidak bekerja sikapnya berubah sering kasar, marah-marah, memukulinya. Menurut kakak Ny. T, Ny. T belum dikarunia anak dan Ny.T bekerja sebagai karyawan di bank swasta. Suami Ny.T sering bertengkar karena Ny. T terlambat pulang karena rapat. Ny.T sudah menjelaskan tentang alasan keterlambatan pulangnya, tetapi suaminya tidak percaya, karena marah Ny.T didorong hingga jatuh dan pipinya terbentur dimeja. Suami Ny. T pun juga sering marah apabila istri tidak memenuhi kebutuhan suami dan terkadang suaminya sering melakukan kekerasan dalam hubungan seksual. Menurut kakaknya Ny. T, saat ini kondisinya sering melamun, merasa takut dan terancam, pandangan kosong, lebih sering menyendiri, tidak mau berbicara sehingga Ny. T tidak bekerja lagi, tidak ada kontak mata. Karena khawatir dengan kondisi adiknya, maka kakaknya membawanya konsultasi ke rumah sakit jiwa. Hasil pengkajian diperoleh terdapat luka lebam/memar disekujur tubuh dan tampak memar pada pipi kiri,. Saat ditanya tentang suaminya dia hanya diam dan meneteskan air mata.



11



PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA PRODI S1 KEPERAWATAN RUANG RAWAT: FLAMBOYAN I.



TANGGAL DIRAWAT: 2 NOVEMBER 2021



IDENTITAS KLIEN Inisial : Ny. T Umur : 36 tahun Informan : Pasien & keluarga pasien



Tanggal Pengkajian : 12 November 2021 RM. No. : 042346



II. ALASAN MASUK Pasien masuk di rumah sakit jiwa pada tanggal 2 November 2021 yang diantar oleh keluarganya. Pasien masuk dengan keluhan kondisinya sering melamun, merasa takut dan terancam, pandangan kosong, lebih sering menyendiri, merasa takut dan terancam, tidak mau berbicara, tidak ada kontak mata. Hasil pengkajian diperoleh terdapat luka lebam/memar disekujur tubuh dan tampak memar pada pipi kiri,. Saat ditanya tentang suaminya dia hanya diam dan meneteskan air mata. III. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu? Ya 2. Pengobatan sebelumnya :  Berhasil  Kurang Berhasil Pelaku/Usia      



Korban/Usia  34  34  



Tidak  Tidak Berhasil



Saksi/Usia      



Aniaya fisik Aniaya seksual Penolakan Kekerasan Dalam      36 Keluarga       Tindakan Kriminal Penjelasan : Klien merupakan korban aniaya fisik yang dilakukan oleh suaminya saat berusia 34 tahun, suami pasien sering menampar pipi pasien, memaki-maki pasien, dan memukuli pasien. Klien juga sering dipukuli apabila tidak memuaskan dan melayani nafsu suaminya. 12



Klien mengalami KDRT sejak dua tahun yang lalu, klien hingga saat ini belum memiliki anak. Klien sering dipukuli suaminya apabila klien sering terlambat pulang kerja. Klien merasa takut dan terancam. Klien mengatakan sakit dibagian tubuhnya Masalah Keperawatan : Ansietas 3.



Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Hubungan keluarga



Gejala











 Ya



 Tidak



Riwayat Penyakit 



Masalah Keperawatan : Tidak ada 4.



Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Keluarga klien mengatakan klien sering dipukuli sejak 2 tahun yang lalu oelh suaminya, sering menampar pipi. Masalah Keperawatan : Ansietas



IV. FISIK 1. Tanda Vital : TD: 120/80 mmHg N: 80x/menit S: 37oC P: 20x/menit 2. Ukur : TB: 156 cm BB: 50 kg 3. Keluhan fisik :  Ya Tidak Penjelasan : Terdapat luka dibagian sekujur tubuh klien, luka memar lebam, akibat pukulan dari suaminya. Masalah Keperawatan: Kerusakan integritas kulit V. PSIKOSOSIAL 1. Genogram X



X



?



X



?



?



?



3 6



?



Keterangan : : Laki – laki : Perempuan : Pasien ?



: Tidak diketahui : Hubungan sedarah : Hubungan perkawinan



X



: Meninggal dunia 13



X



? ? ?



Masalah Keperawatan: Tidak ada 2.



Konsep diri: a. Gambaran diri



: Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya



b. Identitas



: Klien mengatakan bahwa dia seorang perempuan dan pekerjaan sebagai karyawan bank namun sejak sakit dia berhenti kerja dan sering melamun serta menyendiri



c. Peran



: Klien bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga



d. Ideal diri



: Klien ingin suaminya tidak memukulinya lagi



e. Harga diri



: Klien merasa takut kepada suaminya, merasa malu dengan kondisi rumah tangganya.



Masalah Keperawatan: Ansietas



3.



Hubungan sosial: a. Orang berarti



: Klien mengatakan tidak ada orang yang berarti di hidupnya



b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: klien tidak lagi mengikuti kegiatan kelompok di masyarakat c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien mengatakan malu dan malas untuk bergabung, berinteraksi dengan orang lain pasien nampak menyendiri dan melamun. Masalah Keperawatan : Isolasi sosial 4.



Spiritual: a. Nilai dan keyakinan: Klien mengatakan beragama Islam b. Kegiatan ibadah: Semenjak klien merasa terancam dan takut klien jarang sholat Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif



VI. STATUS METAL 1.



Penampilan  Tidak rapi



 Penggunaan pakaian



 Cara berpakaian tidak



tidak sesuai



seperti biasanya



Penjelasan : Klien nampak terlihat tidak rapikarena pasien tidak merawat dirinya Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri 2.



Pembicaraan 



Cepat 



Keras







Gagap  Inkoheren  Tidak mampu memulai



pembicaraan  Apatis



 Lambat



 Membisu  Logorrhea



14



 Ekolalia



Penjelasan : Klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara. Klien menjawab pertanyaan seperlunya saja, dank lien berbicara dengan lambat Masalah Keperawatan: Isolasi sosial 3.



Aktivitas Motorik 



Lesu







Tegang







Gelisah







Agitasi







TIK







Grimasen







Tremor







Kompulsif



Penjelasan: klien tampak ketakutan apabila didekati, klien nampak tegang dan menunjukkan gerakan tremor Masalah Keperawatan: Isolasi sosial 4.



Alam Perasaan 



Sedih



 Ketakutan



 Putus asa



 Khawatir  Gembira berlebihan



Penjelasan : klien nampak sering melamun, sedih, ketakutan dan merasa khawatir. Masalah Keperawatan : Ansietas



5.



Afek  Datar  Tumpul  Labil  Tidak sesuai Penjelasan : Selama wawancara atau interaksi afek dari klien tumpul karena disaat diberikan stimulus yang keras dan pasien tersebut baru akan mengerti Masalah Keperawatan : Isolasi sosial



6.



Interaksi selama wawancara  Bermusuhan  Tidak kooperatif  Kontak mata kurang  Defensif



 Mudah tersinggung  Curiga



Penjelasan : Pada saat wawancara atau interaksi kontak mata klien kurang dan mudah beralih pandangan Masalah Keperawatan : Isolasi sosial 7.



Persepsi  Pendengaran  Penglihatan  Perabaan  Pengecapan  Penghidu Penjelasan : klien tidak mengalami gangguan persepsi Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah



8.



Proses Pikir  Sirkumstansial  Fligt of ideas  Neologisme



 Tangensial  Blocking



 Kehilangan asosiasi  Pengulangan pembicaraan/ perseverasi



Penjelasan : Klien sering tiba- tiba diam dalam menjawab pertanyaan maupun interaksi berusaha memikirkan apa yang akan ia jawab Masalah Keperawatan : Isolasi sosial 9.



Isi Pikir 15



 Obsesi  Fobia  Hipokondria  Depersonalisasi  Ide yang terkait  Pikiran magis Penjelasan : klien memiliki perasaan yang asing terhadap diri sendiri, orang atau lingkungannya yang membuatnya sulit untuk berinteraksi. Masalah Keperawatan : Isolasi sosial Waham  Agama  Somatik  Kebesaran  Nihilistik  Sisip pikir  Siar pikir Penjelasan : klien tidak mengalami gangguan waham



 Curiga  Kontrol pikir



Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 10. Tingkat kesadaran  Bingung  Sedasi  Stupor Disorientasi  Waktu  Tempat  Orang Penjelasan : tidak ada keluhan mengenai tingkat kesadaran klien Masalah Keperawatan : tidak ada masalah 11. Memori  Gangguan daya ingat jangka panjang  Gangguan daya ingat jangka pendek  Gangguan daya ingat saat ini  Konfabulasi Penjelasan : tidak ada keluhan mengenai memori klien Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung  Mudah beralih  Tidak mampu berkonsentrasi  Tidak mampu berhitung sederhana Penjelasan : tidak ada keluhan Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 13. Kemampuan penilaian 



 Gangguan bermakna



Gangguan ringan



Penjelasan : tidak ada keluhan Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 14. Daya tilik diri  Mengingkari penyakit yang diderita



 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya



Penjelasan : tidak ada keluhan Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan  Bantuan minimal  Bantuan total 2. BAB/BAK  Bantuan minimal  Bantuan total Penjelasan : pasien sama sekali tidak dibantu untuk makan dan BAB serta BAK pasien dapat melakukannya sendiri Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah 3. Mandi  Bantuan minimal  Bantuan total 4. Berpakaian/berhias 16



 Bantuan minimal







Bantuan total



5. Istirahat dan tidur  Tidur siang : pasien mengatakn tidur siang jam 2-3  Tidur malam : pasien tidur jam 21.00-06.00  Kegiatan sebelum dan sesudah tidur: pasien sering melamun 6. Penggunaan obat  Bantuan minimal 7. Pemeliharaan kesehatan







Bantuan total Ya  



Perawatan lanjutan Sistem pendukung



Tidak  



8. Kegiatan di dalam rumah Ya    



Mempersiapkan makanan Menjaga kerapian rumah Mencuci pakaian Pengaturan keuangan 9. Kegiatan diluar rumah



Ya Belanja  Transportasi  Penjelasan : klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah



Tidak     Tidak  



VIII. MEKANISME KOPING Adaptif Maladaptif  Bicara dengan orang lain  Minum alkohol  Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebih  Teknik relaksasi  Bekerja berlebihan  Aktivitas konstruktif  Menghindar  Olahraga  Mencederai diri Masalah Keperawatan: Isolasi sosial IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN  Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: klien hanya mendapat dukungan dari saudaranya  Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: klien takut dengan suaminya serta kondisi dirumahnya  Masalah dengan pendidikan, spesifik: tidak ada masalah  Masalah dengan perumahan, spesifik: klien mempunyai masalah dengan suaminya. Klien merasa takut dengan suaminya akibat KDRT yang sering dilakukan  Masalah ekonomi, spesifik: tidak ada masalah Masalah Keperawatan: ansietas X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:  Penyakit jiwa  Faktor predisposisi  Koping Masalah Keperawatan: defisit pengetahuan XI. KLASIFIKASI DATA 17



 Sistem pendukung  Penyakit fisik  Obat-obatan



A. Data Subjektif 1.



Klien mengatakan merasa takut kepada suaminya



2.



Klien mengatakan malu dan malas untuk bergabung, berinteraksi dengan orang lain



3.



Klien lebih sering menyendiri, merasa takut dan terancam, tidak mau berbicara



4.



Klien mengatakan sering dipukuli apabila tidak memuaskan dan melayani nafsu suaminya



5.



Klien mengatakan suami sering menampar pipi pasien, memaki-maki pasien, dan memukuli pasien



6.



Klien mengatakan sakit diseluruh bagian tubuhnya



B. Data Objektif 1. Pasien nampak menyendiri dan melamun. 2. Klien tidak pernah memulai pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara. 3. Klien berbicara dengan lambat 4. Klien tampak ketakutan apabila didekati 5. Klien nampak tegang dan menunjukkan gerakan tremor 6. Afek dari klien tumpul 7. Interaksi kontak mata klien kurang dan mudah beralih pandangan 8. Terdapat luka lebam/memar disekujur tubuh dan tampak memar pada pipi XII. ANALISA DATA No Data 1 DS :  Klien mengatakan malu dan malas untuk bergabung, berinteraksi dengan orang lain  Klien lebih sering menyendiri, merasa takut dan terancam, tidak mau berbicara DO :  Pasien nampak



Penyebab Faktor penyebab KDRT Keadaan ekonomi rendah, ketergantungan ekonomi istri terhadap suami Pergeseran fungsi keluarga



Stress dan cemas



menyendiri dan melamun.  Klien tidak pernah



Perasaan terancam



memulai Kemarahan



pembicaraan terlebih dahulu pada lawan bicara.



Mekanisme koping tidak



 Klien berbicara



adekuat



dengan lambat 18



Masalah Isolasi Sosial



 Interaksi kontak mata klien kurang dan mudah beralih pandangan



Hubungan tidak seimbang Antara suami dan istri Pandangan bahwa suami lebih berkuasa daripada istri Tindakan dekstruktif dan tidak asertif Perilaku kekerasan terhadap istri Istri mengalami kesepian dan khawatir Sering melamun adanya stress berlebihan



2



DS :  Klien mengatakan merasa takut kepada suaminya  Klien mengatakan sering dipukuli apabila tidak memuaskan dan melayani nafsu suaminya  Klien mengatakan suami sering menampar pipi pasien, memaki-maki pasien, dan memukuli pasien DO :



Isolasi sosial Faktor penyebab KDRT Keadaan ekonomi rendah, ketergantungan ekonomi istri terhadap suami Pergeseran fungsi keluarga



Stress dan cemas



Perasaan terancam



 Terdapat luka lebam/memar



Kemarahan



disekujur tubuh dan tampak memar pada pipi



Mekanisme koping tidak adekuat



 Klien tampak ketakutan apabila didekati  Klien nampak tegang



Hubungan tidak seimbang Antara suami dan istri



dan menunjukkan 19



Ansietas



gerakan tremor



Pandangan bahwa suami lebih berkuasa daripada istri Tindakan dekstruktif dan tidak asertif Perilaku kekerasan terhadap istri Istri mengalami kecemasan Ansietas



3



DS :  Klien mengatakan suami sering menampar pipi pasien, memaki-maki pasien, dan memukuli pasien  Klien mengatakan sakit diseluruh bagian tubuhnya DO :  Terdapat luka



Perilaku kekerasan terhadap



Gangguan Integritas Kulit



istri Lebam Gangguan integritas kulit



lebam/memar disekujur tubuh dan tampak memar pada pipi



XIII. ASPEK MEDIK Diagnosa Medik : Skizofrenia Terapi Medik : CPZ 100 mg 2x1 Risperidone 2 mg 2x1 THP 2 mg 2x1 XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Isolasi sosial 2. Ansietas 3. Gangguan Integritas Kulit XV.



INTERVENSI Diagnosa No Keperawatan 1. Isolasi sosial berhubungan dengan kecemasan dan depresi



SLKI



SIKI



Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan kemampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat,terbuka dan independen dengan orang lain dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Minat interaksi meningkat (5)



Promosi sosialisasi Observasi: 1. identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain. 2. identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain.



20



2.



Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif



2. verbalisasi isolasi menurun (5) 3. verbalisasi ketidakamanan Terapeutik: ditempat umum menurun (5) 4. perilaku menarik diri menurun 1. motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu (5) hubungan. 5. kontak mata membaik (5) 2. motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan kelompok. 3. berikan umpan balik positif dalam perewatan diri. Edukasi: 1. anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap 2. anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain. 3. Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi. Setelah dilakukan intervensi Reduksi ansietas keperawatan selama 3x24 jam, Observasi: diharapkan tingkat ansietas dapat 1. identifikasi saat tingkat teratasi dengan kriteria hasil: ansietas berubah(misal 1. verbalisasi kebingungan kondisi,waktu,stressor) menurun (5) 2. identifikasi kemampuan 2. verbalisasi khawatir akibat mengambil keputusan. kondisi yang dihadapi menurun 3. monitor tanda-tanda (5) ansietas (verbal dan non 3. perilaku gelisah menurun (5) verbal) 4. perilaku tegang (5) Terapeutik: 5. konsentrasi membaik (5) 1. ciptakan suasan 6. pola tidur membaik (5) terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan. 2. temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan. 3. pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian. 4. motivasi mengindentifikasi situasi yang memicu kecemasan. Edukasi: 1. jelaskan prosedur,termasuk sensasi yang mungkin dialami. 2. informasikan secara faktual mengenai diagnosis,pengobatan, dan prognosis. 21



Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan factor mekanis



Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan integritas kulit dan jaringan dapat teratasi dengan kriteria hasil: Integritas kulit dan jaringan 1. kerusakan jaringan menurun (5) 2. kerusakan lapisan kulit menurun (5) 3. nyeri menurun (5) 4. kemerahan menurun (5) 5.pigmentasi abnormal (5)



3. anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi. 4. latih teknik relaksasi. Kolaborasi: pemberian obat antlansietas, jika perlu. Perawatan integritas kulit Observasi: 1. identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas) Terapeutik: 1. gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif 2. hindari produk dasar alkohol pada kulit kering Edukasi: 1. anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotion, serum) 2. anjurkan minum air yang cukup. 3. anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 4. anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.



5. IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN No Diagnosa Keperawatan Implementasi



22



Evaluasi



1.



Isolasi sosial berhubungan dengan kecemasan dan depresi



Mengikutsertakan dan memotivasi pasien mengikuti TAK: sosialisasi sesi 1



S : pasien mengatakan “selamat pagi, nama saya ibu T, hobi saya memasak” O : pasien mengangguk ketika diminta ikut TAK sesi 1, pasien kooperatif, pasien mengikuti TAK sesi 1hingga selesai. A : pasien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap dengan pasien lain dan kelompok. P : bina hubungan saling percaya, ikut sertakan sera motivasi pasien mengikuti semua sesi TAK. 1. Membina hubungan saling S : pasien percaya dengan ; menyebutkan a. Memberi salam setiap kegiatan sehariinteraksi harinya “bangun b. Memperkenalkan nama tidur, merapikan dan tujuan perawat tempat tidur, mandi, berkenalan makan pagi, tidur c. Menanyakan dan panggil siang, makan siang, nama kesukaan pasien tidur, mandi, makan d. Menunjukkan sikap jujur malam”, pasien dan menepati janji mengatakan suka e. Menayakan perasaan tidur. pasien dan masalah yang O : pasien mau dihadapi pasien duduk f. Membuat kontrak berdampingan, interaksi yang jelas pasien terlihat 2. Mendengarkan dengan gelisah, pasien penuh perhatian ekspresi menjawab perasaan pasien. pertanyaan seperlunya saja sambil tersenyum, pasien tidak mau bercerita A : pasien menunjukkan sedikit tanda-tanda percaya kepada perawat, pasien belum bersedia mengungkapkan masalahnya P : dengarkan 23



2.



Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif



dengan penuh perhatian perasaan pasien. 1. Tanyakan pada pasien S : pasien tentang : mengatakan lebih a. Orang yang tinggal banyak tiduran di seumah atau teman kamar, pasien sekamar pasien mengatakan tidak b. Orang yang paling dekat suka berkumpul dan dengan pasien di rumah mengobrol, lebih atau di ruang perawatan. suka tiduran dan c. Apa yang membuat menyendiri di tempat pasien dekat dengan tidur dengan orang tersebut O : pasien jarang d. Orang yang tidak dekat berkomunikasi dengan pasien di rumah dengan perawat dan atau di ruang perawatan pasien lain, pasien e. Apa yang mebuat pasien tidak banyak bicara, tidak dekat dengan orang pasien harus banyak tersebut ditanya agar bicara, f. Upaya yang sudah pasien terlihat dilakukan agar dekat sungkan untuk dengan orang lain bicara, pasien terlihat 2. Diskusikan dengan pasien bingung dan penyebab menarik diri ketakutan ketika 3. Beri pujian terhadap ditanya mengenai kemampuan pasien kehidupan dirumah A : pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri P : ajak pasien untuk berkenalan dengan yang lain. Membina hubungan saling S : pasien membalas percaya : sapaan perawat. a. Memberi salam setiap Pasien mengatakan interaksi bahwa dirinya b. Memperkenalkan nama bernama ibu T, dan tujuan perawat suasana hati pasien berkenalan saat ini sedang c. Menanyakan dan panggil khawatir dan takut nama kesukaan pasien akan sesuatu, pasien d. Menunjukkan sikap jujur bersedia untuk dikaji dan menepati janji dan melakukan e. Menayakan perasaan kontrak waktu pasien dan masalah yang berikutnya dihadapi pasien P : pasien mau f. Membuat kontrak membalas dan interaksi yang jelas berjabat tangan, pasien duduk berdampingan dengan perawat, kontak mata bagus, pasien mau mengutarakan 24



Pasien dapat mengenal ansietasnya: a. Menyapa pasien dan menanyakan bagaimana perasaannya saat ini b. Menanyakan apa penyebab dari kecemasan yang dialami c. Menjelaskan informasi apabila kecemasan tidak dapat diatasi oleh pasien sendiri dan membantu pasien untuk mengontrol kecemasan d. Membuat kontrak dengan pasien untuk diskusi selanjutnya.



25



masalah, ekspresi wajah pasien gelisah, sesekali tersenyum kepada perawat dan pasien mau menjawab semua pertanyaan perawat A : TUK 1 (membina hubungan saling percaya) tercapai P : lanjutkan TUK 2 (pasien mengenal ansietasnya) S : : pasien membalas sapaan perawat. Pasien dapat menceritakan keadaannya saat ini. Pasien dapat menceritakan kecemasannya dan apa yang menyebabkan dirinya cemas. Pasien memahami akibat dari kecemasan berlebih. Pasien bersedia untuk melakukan pertemuan berikutnya O : kontak mata bagus, pasien mampu mengatakan kondisinya saat sedang cemas, mengetahui penyebab kecemasannya dan akibat dari kecemasannya, pasien tampak sedikit tenang A : TUK 2 (pasien mengenal ansietasnya) tercapai P : lanjutkan TUK 3 (Pasien dapat menunjukkan starategi koping efektif dalam menghadapi ansietasnya dengan menggunakan teknik relaksasi ateknik



distraksi) Pasien dapat menunjukkan S : pasien menjawab starategi koping efektif dalam sapaan perawat. menghadapi ansietasnya Pasien mau dengan menggunakan teknik mengungkapkan relaksasi ateknik distraksi : perasaannya saat itu. a. Menyapa pasien dan Keluarga pasien menanyakan bagaimana mengatakan bersedia perasaannya saat ini membantu pasien b. Membantu klien mengatasi melakukan teknik kecemasannya. relaksasi nafas dalam Keluarga pasien dan teknik distraksi bersedia membantu selama 15 menit pasien mengatasi c. Memberikan pujian kecemasannya kepada klien atas dengan teknik pencapaiannya relaksasi dan melakukan teknik distraksi relaksasi nafas dalam O : pasien masih dan teknik distraksi tampak sedikit dengan baik gelisah, pasien d. Memberikan mampu kesempatan kepada klien untuk mengobrol memperhatikan perawat, pasien bersama keluarga mampu maupun petugas yang ada di ruang perawatan. mempraktikkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi, pasien tampak lebih tenang A : TUK 3 (Pasien dapat menunjukkan starategi koping efektif dalam menghadapi ansietasnya dengan menggunakan teknik relaksasi ateknik distraksi) P : lanjutkan TUK 4 (Pasien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol rasa cemasnya) Pasien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol rasa cemasnya a. Menyapa pasien dan menanyakan perasaannya saat ini b. Mendiskusikan mengenai peran 26



S : pasien menjawab sapaan perawat. Pasien mau mengungkapkan perasaannya saat itu. Keluarga pasien mengatakan bersedia membantu pasien



keluarga dalam mengontrol kecemasan c. Memberikan informasi tentang beberapa cara untuk mengendalikan cemas dengan melakukan teknik nafas dalam d. Mengakhiri kontrak pertemuan dan meminta klien jika memerlukan bantuan, klien dapat memanggil di bagian nurse station



Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan factor mekanis



1. Mengidentifikasi penyebab luka lebam/memar 2. Mencuci area yang kemerahan dengan menggunakan sabun dan keringkan 3. Menghindari produk berbahan alcohol pada kulit kering 4. Melindungi permukaan kulit dengan menggunakan atau kombinasi berikut: a. Oleskan lotion pada daerah luka lebam/memar b. Tutup luka dengan balutan steril 5. Pantau tanda-tanda klinis dari infeksi luka 27



mengatasi kecemasannya. Keluarga pasien bersedia membantu pasien mengatasi kecemasannya dengan teknik relaksasi dan distraksi O : pasien dan keluarga pasien mau mendengarkan penjelasan perawat dengan baik. Keluarga pasien dan pasien sangat kooperatif dan ramah. Keluarga pasien mampu mempraktikkan teknik relaksasi dan distraksi kepada pasien. A : TUK 4 (Pasien dapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol rasa cemasnya) tercapai P : Mengingatkan pasien untuk melakukan latihan yang sudah di contohkan saat sedang cemas, membuat intervensi untuk diagnosa yang lainnya. S : pasien mengeluh rasa nyeri sekitar luka ketika di palpasi O : pada balutan luka terlihat warna jambu dan tidak berbau A : luka memperlihatkan tanda awal penyembuhan P : teruskan perawatan luka.



DAFTAR PUSTAKA At-Thahirah, Almira. 2006. Kekerasan Rumah Produk Kapitalisme (Kritik Atas Persoalan KDRT). Bandung: UN Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003 Darmono & Diantri. 2008. Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Jiwa. Jakarta: FK.UI Efendy, Ferry Makhfudi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika PPNI, S.D. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta PPNI, T.P. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta



28



PPNI, T.P. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995 Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999 Yusuf. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika



29