Askep Lengkap Multiple Fraktur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN SEMINAR



Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah di RSUD dr. Kariadi Semarang Pembimbing Akademik : Chandra Bagus R, S.Kep., M.Kep.,Sp.KMB Pembimbing Klinik : Ns. Fitri Handayani S.Kep Ns. Sriyani S.Kep



Oleh : Ahmad Hanafi



22020115110084



Ida Novita Sari



22020115220060



Rinda Winandita



22020115220085



Rosi Anita Sari



22020115220083



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016



1



2



BAB I PENDAHULUAN A; Latar Belakang



Kemajuan kehidupan masyarakat sekang ini telah mengalami erubahan dalam berbagai bidang seperti dalam bidang ilmu dan teknologi yang secara langsung banyak memberikan perubahan terhadap pola hidup masyarakat. Perubahan teknologi yag lebh terlihat paa saat ini yaitu pada bidang transportasi. Meningkatnya teknologi dibidang transportasi akan meningkatkan intensitas kecelakaan. Trauma yang sering terjadi dalam sebuha kecelakaan yaitu fraktur (patah tulang). World Health Organizazion (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas menmpati urutan ke 3 penyebab utama kematian setelah HIV/AIDS dan TBC. Di duni seluruh angka kematian akibat kecelakaan ini mencapai 2,4 juta/tahun dan angka kematian terbanyak yaitu 90% elebihnya mengalami luka berat dan luka ringan (Septianto,2011). Akibat dari kecelakaan lalu lintas ada yang mengalami cedera ringan, cidera sedang, cidera berat dan meninggal dunia (Kemenkes, 2015) Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik bersifar total maupun sebagian yag disebabkan karena trauma atau tenaga fisik (Muttaqin,2008). Fraktur colles merupakan salah satu faktur yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Fraktur colles terjadi karena ketika jatuh tangan menjulur sehingga tangan tiba-tiba menjadi kaku dan menyebabkan tangan memutar serta menekan lengan bawah. Fraktur phalanx distal adalah fraktur yang terjadi pada ujung jari karena trauma yang terjadi pada sendi interphaanx (Robert, 2003).



Fraktur phalang yang dialami Ny. D merupakan fraktur terbuka. Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur yang terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi. Fraktur terbuka merupakan



3



suatu suatu keadaan yang memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi selain mencegah infeksi diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. Penanganan fraktur terbuka yaitu dengan operasi yang dilakukan dengan segera, hatihati, debridement, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting dini serta pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi post operasi. Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk menggambarkan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny.D dengan fraktur colles dan fraktur phalang 2,3 pedis dextra. B; Tujuan 1; Tujuan Umum Setelah menyelesaikan praktik profesi keperawatan medical bedah, mahasiswa mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan Ny.D dengan fraktur colles dan fraktur phalang 2,3 pedis dextra sesuai pendekatan biopsikososiospriritual dan kultural. 2; Tujuan Khusus Memahami konsep multiple fraktur pada kasus Ny.D b; Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada Ny.D dengan fraktur colles kiri dan fraktur phalang 2,3 pedis dextra. C; Manfaat 1; Dapat mengetahui gambaran hasil pengkajian data umum kesehatan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan secara mandiri maupun kolaboratif pada Ny.D dengan fraktur colles kiri dan fraktur phalang 2,3 pedis dextra. 2; Dapat mengidentifikasi rencana tindak lanjut yang tepat berdasarkan hasil evaluasi dan dokumentasi pada Ny.D D dengan fraktur colles kiri dan fraktur phalang 2,3 pedis dextra. a;



BAB II TINJAUAN TEORI A; Definisi



Fraktur adalah patah tulang yang disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan



4



jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak (Price & Wilson, 2006). Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik bersifar total maupun sebagian yag disebabkan karena trauma atau tenaga fisik (Muttaqin,2008). Fraktur tibia (Fraktur Colles) adalah fraktur yang terjadi pada bagian tibia sebelah kanan akibat jatuh yang bertumpu pada tangan dorsifleksi terbuka. Fraktur ini sering terjadi pada anak- anak dan wanita lanjut usia dengan tulang osteoporesis dan tulang lemah yang tak mampu menahan energi akibat jatuh. Fraktur phalanx distal adalah fraktur yang terjadi pada ujung jari karena trauma yang terjadi pada sendi interphaanx (Robert, 2003) B; Klasifikasi Fraktur 1; Klasifikasi etiologi (Chaerudin, 2003) a; Fraktur traumatik b; Fraktur patalogis



Terjadi terjadi karena adanya kelinan/penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma ringan. c; Fraktur stress Terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada daerah tulang yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang sekali ditemukan pada anggota gerak atas. 2; Klasifikasi klinis a; Fraktur tertutup (simple fraktur), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. b; Fraktur terbuka (compound fraktur) bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. c; Fraktur dengan komplikasi, missal malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang. 3; Klasifikasi radiologis a; Lokalisasi : diafisal b; Konfigurasi c; Menurut ekstensi



5



d; Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya, tidak



bergeser (bersampingan, angulasi, rotasi, distraksi, overriding, impaksi). 4; Klasifikasi berdasarkan pergeseran anatomis fragmen a; Green stick Fraktur dimana pada salah satu sisi tulang patah, sedangkan sisi tulang lainnya patah. b; Transfersal Fraktur sepanjang garis tengah tulang c; Oblik Fraktur membentuk sudut dengan membentuk garis tengah tulang. d; Spiral e; f; g; h;



Fraktur memuntir seputar tulang. Komuniv Fraktur dalam tulang pecah menjadi beberapa fragmen. Depresi Fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam. Kompresi Fraktur dimana tulang mengalami kompresi atau tekanan Patalogik Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, metastase tulang, tumor).



Avolsi Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatan. j; Epifiseal Fraktur melalui ipifisis. k; Impaksi Fraktur dimana tulang terdorong kef ragmen tulang lainya. C; Etiologi Fraktur dapat terjadi akibat adanya tekanan yang melebihi kemampuan dalam menahan tekanan selain itu juga dapat disebabkan karena pukula langsung, meremuk, gerakan punter mendadak dan bahkan kontraksi otot i;



6



ekstrem. Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang (Smeltzer, 2002) D; Manifestasi klinis 1; Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen diimobilisasi. 2; Hilangnya fungsi 3; Deformitas 4; Pemendekan ekstremitas. 5; Uji krepitus Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat 6; Pembengakakan dan perubahan warna local yang terjadi akibat trauma dan perdarahan (Nurarif,2011).



E; Patofisiologi



Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidakseimbangan, fraktur dapat berupa fraktur terbuka maupun tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai denga kerusakan jaringan seperti otot, tendon, ligament dan pembuluh darah (Smeltzer 2002). Tekanan yang kuat dapat terjadi multiple fraktur terbuka karena fragmen tulang menembu kulit dan menjadi luka terbuka serta peradangan yang dapat memungkinkan infeksi, keluarnya darah dapat mempercepat perkembangan bakteri tertariknya segmen karena kejang otot pada are fraktur sehingga disposisi tulang. Multiple fraktur terjadi jika tulang dikarenakan oleh stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsi. Multiple fraktur dapat disebabkan karena oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak dan bahkan kontraksi otot yang ekstrim. Jaringan yang ebrada pada tulang yang patah akan mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, rupture tendon,



7



kerusakan syaraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat mengalami cidera akibat fragen tulang. Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Namun apabila tekanan ekstrenal yang datang lebih besar dari yang diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi multiple fraktur, pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hemotoma di rongga tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian ini merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya. (Smeltzer, 2002).



8



Kondisi patologis osteoporosis



Trauma langsung / tidak langsung



F; Penanganan Fraktur (Suratun,2008) Fraktur 1; Rekognisi yaitu menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kecelakaan dan



selanjutnya di rumah sakit dengan melakukan pengkajian terhadap riwayat Terputusnya Deformitas kontuinitas kecelaksaan, derajat keparahan, jenis kekuatan yang berperan pada peristiwa yang jaringan terjadi, serta menentukan kemungkinan adanya fraktur melalui pemeriksaan dan Perubahan Gangguan keluhan dari klien. permeabilitas mobilitas kapiler 2; Reduksi fraktur (mengembalikan posisi tulang ke posisi anatomis) Edema a; Reduksi terbuka. Yaitu dengan pembedahan, memasang alat fiksasi interna.



Nyeri b; Reduksi tertutup.



Ektremitas dipertahankan dengan gips, traksi, brance, bidai dan fiksator



Fraktur eksterna. tertutup 3; Imobilisasai



Fraktur terbuka



Tindakan Tindakan atau dipertahankan dalam Setelah direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi konservatif operatif Resiko posisi dan kesejajaran yang benar hingga terjadi penyatuan.Ansiet Motode imobilisasi (reposisi, fikassi, kerusakan Ansietas interna dan eksterna traksi) dilakukan dengan fiksasi Pemasanga integritas kulit Imobilisasi 4; Mempertahankan dan mengembalikan fungsin plate Sirkulasi darah menurun



a; Mempertahankan reduksi dan imobilisasi. Inkontinuitas b; Meninggikan fraktur untuk meminimalkan pembengkakan Gangguan jaringan kulit mobilitas c; Memantau status neuromuscular



d; Mengontrol kecemasan dan nyeri Kerusakan Resti perubahan e; Latihan isometric dan setting out jaringan perfusi jaringan f; Kembali ke aktivitas semula secara bertahap Proses G; Komplikasi Fraktur (Suratun,2008) Peradangan



Pertahanan primer inadekuat Resiko infeksi



1; Komplikasi dini Nyeri trauma, jika lebih dari 1 minggu disebut Komplikasi terjadi pada 1 minggu pasca komplikasi lanjut. a; Pada tulang 1; Infeksi, terutama pada fraktur terbuka Sumber: Risnanto, 2014 2; Osteomieslitis Diakibatkan fraktur terbuka atau tindakan operasi pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau non union. Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehinga kerusakan kartilago sendi dan berakhir degeneratif. b; Pada jaringan lunak 1; Lepuh 9



Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial karena edema. 2; Dekubitus Akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. c; Pada otot Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut terganggu. d; Pembuluh darah Robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus. Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi dan perdarahan berhenti total. e; Syaraf Setiap trauma terbuka dilakukan eksplorasi dan indentifikasi. H; Pengkajian 1; Pengumpulan data (Suratun,2008) a; Keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri P : provoking incident Q : quality of pain R : region S: Skala of pain T: Time b; Riwayat penyakit sekarang : kronologis terjadinya fraktur. c; Riwayat penyakit dahulu : pernah mengalami fraktur sebelumnya atau mempunyai penyakit tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan fraktur patologis. d; Riwayat penyakit keluarga Factor presdisposisi terjadinya fraktur seperti diabetes, osteoporosis, kanker tulang. e; Riwayat psikososial Respon emosi klien terhadap penyakit yang dialami saat ini. 2; Pengkajian fisik a; Muka: menahan nyeri. b; Kulit: hematoma, pucat c; Ekstremitas: ada yang terganggu, deformitas, kekuatan otot melemah. d; Jantung : nadi meningkat saat dipalpasi. 3; Pengkajian fungsional a; Aktivitas dan latihan Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang fraktur. 10



b; Sirkulasi 1; Hipertensi (respon terhadap nyeri / ansietas), hipotensi (kehilangan darah),



takikardia (respon stress, hypokalemia). 2; Penurunan / tidak ada nadi bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat. 3; Pembengkakan jaringan atau hematoma. c; Neuronsori Gejala: hilangnya gerakan / sensasi, spasme otot/kesemutan. Tanda: deformitas local, angulasi abnormal, pemendekan rotasi krepitasi, spasme otot, kelemahan. d; Aman nyaman Gejala: nyeri berat secara tiba-tiba saat cidera, tidak ada nyeri akibat kerusakan syaraf. Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perubahan warna, pembengkakan local. I; Pemeriksaan Penunjang (Patel, 2007) 1; Rontgen Untuk menentukan lokasi/luasnya fraktur 2; Arteriogram Dilakukan jika dicurigai kerusakan vaskuler. 3; Laboratorium darah lengkap Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun yang menyebabkan perdarahan. 4; Kreatinin Trauma otot akan meningkatkan beban kreatinin untuk klien dengan gangguan ginjal. 5; Complete Blood Count (CBC)



Menilai banyaknya darah yang hilang. J; Diagnosa Keperawatan 1; Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera (00132) Intervensi: a; Pain Management 1; Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakter, durasi, frekuensi) 2; Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan. 3; Ciptakan lingkungan yang nyaman 4; Anjurkan untuk istirahat. 5; Kolaborasi pemberian analgetik. 11



b; Relaxation therapy 1; Jelaskan mengenai jenis cara dan manfaat teknik relaksasi. 2; Motivasi klien untuk mempraktikan teknik relaksasi. 3; Kaji keefektifan penggunaan teknik relaksasi c; Analgesic administration 1; Cek riwayat alergi 2; Monitor TTV 3; Evaluasi efektifitas analgesic 4; Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgesic. 2; Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal,



neuromuskuler dan nyeri (00085) Intervensi: a; Exercise Therapy 1; Monitor vital sign 2; Bantu klien melakukan mobilisasi secara bertahap sesuai kemampuan klien. 3; Ajarkan pasien untuk merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan. 4; Kolaborasi dengan fisioterapi dalam memberikan Passive ROM Exercise. b; Pressure ulcer prevention wound care 1; Jaga kulit agar tetap bersih dan kering. 2; Monitor adanya tanda-tanda infeksi. 3; Monitor status nutrisi 4; Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP 5; Lakukan perawatan luka sesuai anjuran. 3; Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, imobilisasi fisik Intervensi a; Pressure Management 1; Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang longgar. 2; Hindari kerutan pada temat tidur 3; Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih 4; Monitor aktivitas dan latihan 5; Monitor status nutrisi b; Insision site care 1; Monitor kesembuhan are insisi 2; Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi 3; Ganti balutan pada interval waktu sesuai program. 4; Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan integritas kulit (00204) Intervensi: 12



a; Infection control 1; Pertahankan lingkungan agar tetap aseptic 2; Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan. 3; Instruksikan pada klien dan keluarga untuk cuci tangan saat berkunjung



dan sebelum meninggalkan pasien. b; Wound care 1; Lakukan perawatan luka 2; Menitoring luka dan tanda-tanda infeksi (adanya kemerahan disekitar luka, adanya pus/nanah, teraba panas diarea luka)



BAB III TINJAUAN KASUS A; PENGKAJIAN



Tanggal masuk : 30 Juli 2016 Tanggal pengkajian : 2 Agustus 2016 1; Identitas a; Identitas Pasien Nama : Nn. D Usia : 22 Tahun No Register : C595763 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Suku/Bangsa : Jawa Pekerjaan : Mahasiswa Status Perkawinan : Belum menikah Alamat : Bandungrojo, Blora Pendidikan Terakhir : SMA Diagnosa Medis : Fraktur colles kiri, fraktur phalang 2,3 pedis dextra, vulnus amputatum dan open skin degloving b; Identitas Penanggung Jawab Nama : Tn. K Umur : 49 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Bandungrojo, Blora 13



2;



Hubungan dengan klien : Ayah Riwayat Kesehatan a; Keluhan Utama Nyeri b; Riwayat Penyakit Sekarang Keluarga klien mengatakan bahwa pada tanggal 30 Juli 2016 klien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika sedang mengendarai motor perjalanan pulang kerumah dari kuliah. Klien bertabrakan dengan mobil. Klien dibawa ke rumah sakit daerah Blora dengan keluhan patah pergelangan tangan kiri, luka pada punggung kaki kanan dan ibu jari kaki kanan putus. Saat dibawa kerumah sakit klien sadar dan menjerit kesakitan. Klien di bawa kerumah sakit daerah Blora, di rumah sakit klien dilakukan tindakan pemasangan bidai, hecting luka, rawat luka, pemasangan infus, injeksi kalnex 500 mg, ketorolac 30 mg, ceftriaxone 1 gr dan karena keterbatasan alat untuk dilakukan tindakan operasi klien dirujuk ke Kariadi pada tanggal 30 Juli 2016. Saat dilakukan pengkajian ditemukan luka lecet di tangan kanan, tangan kiri di gips dari pergelangan hingga lengan, dan kaki kanan di balut perban. BB: 50 kg, TD : 120/70 mmHg, Nadi : 86 x/menit, kesadaran composmentis, GCS E4M6V5. Direncanakan akan dilakukan tindakan STSG (bedah plastik), pasang wire dan gips (Ortho) pada tanggal 3 Agustus 2016. c; Riwayat Penyakit Dahulu Keluarga mengatakan, pasien belum pernah mengalami kejadian yang serupa diwaktu dulu dan tidak mempunyai riwayat penyakit apapun. Penyakit yang pernah dialami pasien hanya sakit ringan, seperti flu, demam, pusing, batuk, pegal-pegal. d; Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak ada yang mengalami kejadian yang serupa. Penyakit yang pernah di alami oleh keluarga hanya penyakit ringan seperti flu, demam, batuk



e;



Pemeriksaan Fisik Bagian



Keterangan Klien hanya terbaring di tempat tidurnya, kesadaran klien



composmentis dengan GCS E4M6V5, terlihat ada beberapa luka Keadaan umum



lecet pada tangan kanan, tangan kiri di bidai dan kaki kanan



klien dibalut perban, terpasang infus pada tangan kanan. Klien TTV



tampak mengernyitkan dahi dan sesekali merintih karena sakit. TD = 120/70 mmHg 14



HR = 86 x/menit RR = 22 x/menit Kepala



Suhu = 37 oC Inspeksi



Bentuk kepala mesochephal, persebaran rambut merata,



rambut berwarna hitam, rambut terlihat kotor, kulit kepala agak kotor, terdapat lesi di pipi kiri. Palpasi Mata



Tidak benjolan di kepala dan tidak ada nyeri tekan. Inspeksi



Mata simetris, konjungtiva berwarna pink, sklera tidak ikterik, pupil bereaksi terhadap cahaya, penyebaran bulu mata dan alis mata merata Palpasi Telinga



Tidak ada nyeri tekan dan benjolan di area mata Inspeksi Bentuk simetris, tidak ada lesi, telinga dalam terdapat serumen Palpasi



Mulut dan Gigi



Tidak teraba benjolan Inspeksi



Mukosa bibir kering, bibir berwarna kehitaman dan terlihat pecah-pecah,



tidak



ada



pembesaran



tonsil,



tidak



ada



perdarahan pada gusi, tidak ada somatitis, higienitas mulut dan gigi kurang Palpasi Leher



Tidak ada nyeri tekan di area mulut Inspeksi



Warna kulit merata, tidak ada lesi dan jaringan parut, vena jugularis tidak terlihat Palpasi



Garis tracheal terletak di tengah, tidak ada pembesaran kelenjar Jantung



tiroid dan parotis Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat Palpasi 15



Ictus cordis teraba kuat di intercosta kelima mid klavikula sinistra Perkusi



Konfigurasi jantung dalam batas normal, batas atas jantung



(ICS 2), batas bawah normal (ICS 5), batas kiri normal (ICS 5



midklavikula sinistra), batas kanan normal (ICS 4 midstrenalis dextra), terdengar bunyi pekak Auskultasi Dada dan Paru



Suara jantung S1 lub, S2 dub, tidak ada bunyi tambahan (S3) Inspeksi



Bentuk dada normal, tidak ada penggunaan otot bantu



pernapasan, ekspansi dada maksimal, pergerakan dada terlihat simetris, pola respirasi normal, tidak ada lesi Perkusi Sonor diseluruh lapang paru Palpasi Pergerakan dada simetris, tidak teraba massa Auskultasi Abdomen



Tidak terdengar suara nafas tambahan Inspeksi



Perut datar, umbilikus tidak menonjol, tidak ada lesi maupun bekas luka, warna kulit merata Auskultasi Bising usus 6x/menit Palpasi Tidak teraba massa, hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan Perkusi Ekstermitas atas



Timpani pada area gaster, pekak pada area hepar Kanan



Terdapat luka lecet, terpasang infus, tidak ada fraktur, akral hangat, CRT 2 detik, kulit agak kering, kekuatan otot kanan 5 Kiri



Terlihat tangan kiri dibidai dari telapak tangan hingga lengan atas, ada fraktur colles, akral hangat, CRT 3 detik, kekuatan 16



Ekstremitas Bawah



otot kiri 5 namun diimobilisasikan Kanan



Terpasang balutan perban, kulit kering, kuku terlihat kotor, warna kuku terlihat pucat, ibu jari putus dan tampak luka jahitan CRT 3 detik, kekuatan otot kanan 5 namun diimobilisasikan, Kiri Kulit kering, kuku terlihat kotor, akral hangat, CRT 2 detik, kekuatan otot kiri 5 5 Genetalia Atropometri



5



5 5 Tidak terkaji BB = 50 Kg TB = 150cm IMT : 22,2 (N)



3;



Pengajian Kebutuhan Dasar Manusia 1; Oksigenasi Klien dapat bernafas tanpa mengunakan alat bantu pernafasan, klien tidak merasakan sesak nafas dan nyeri dada, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 86 x/menit, RR 22 x/menit 2; Nutrisi dan Cairan  Kebutuhan nutrisi A : BB = 50 kg TB = 150 cm IMT = 22,2 B : Hemoglobin = 10,3 g/dL Leukosit = 10,7 10^3/uL Eritrosit = 3,7 10^6/uL Hematokrit = 31 % Trombosit = 348 10^3/uL C : Konjungtiva tidak anemis Mukosa bibir kering D : No



Pembanding



Sebelum sakit



Saat dikaji



1



Frekuensi makan



2-3 x sehari



3x sehari



2



Jumlah makan



±1



porsi



orangMenghabiskan ¼ - ½ 17



porsi makanan yang



dewasa



diberikan RS



Tidak tentu. Sayur,Bubur, sayur, daging



3



Jenis makan



4



Alergi makan



Tidak ada



Tidak ada



5



Nafsu makan



Normal



Berkurang



Tidak ada keluhan



Mual



Tidak ada



Tidak ada



daging, tahu tempe dll



Keluhan (mual, muntah, kembung,



6



anoreksia)



7



Makanan pantangan 



Kebutuhan cairan a; Balance cairan Intake = infus = 1500 ml Minum = 750 ml Makanan = 100 ml Output = IWL = 15x50 24 = 750 ml Urine = 1000 ml BC =intake - (output+IWL) =2350 - (1750) = +600 ml b; Rute cairan masuk Oral = air putih, susu, teh Parenteral = infus RL 20 tpm, terapi injeksi c; Jenis cairan



Infus RL 20 tpm, susu, air putih, teh, terapi injeksi d; Keluhan Ada keluhan terkadang mual, napsu makan menurun 3; Eliminasi



BAB No



Pembanding



Sebelum sakit



Saat sakit



1



Frekuensi



2-3 hari sekali



Belum BAB 3 hari



2



Warna



Kuning kecoklatan



18



3



Bau



khas



-



4



Konsistensi



lembek



-



No



Pembanding



Sebelum sakit



Saat sakit



1



Frekuensi



4-6 kali sehari



2 - 3 kali



2



Warna



Kuning jernih



Kuning jernih



3



Bau



amoniak



Amoniak



4



Perasaan



Tidak sakit



Tidak sakit



BAK



4; Termoregulasi



Sebelum sakit : Klien mengatakan bahwa sebelum sakit merasa baik-baik saja dan tidak demam Saat dikaji : Ketika dikaji suhu tubuh klien 37 0C 5; Aktifitas dan Latihan/ Mobilisasi



Sebelum sakit : Klien sebagai mahasiswa setiap hari kuliah dan disaat akhir pekan pulang kerumah karena klien kuliah di luar kota. Kegiatan klien sebagai mahasiswa yaitu kuliah, berorganisasi, sepulang kuliah terkadang melakukan pekerjaan rumah, disela kesibukan klien berkumpul dengan teman dan keluarga Saat dikaji : Klien hanya berbaring ditempat tidur Pengkajian Aktivitas dan Latian dengan Indeks Barthel No.



Item yang dinilai Skor



1.



Makan (Feeding)



Nilai



0 Tidak mampu 1 Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll.



1



2 Mandiri 2.



Mandi (Bathing) = =



3.



Perawatan diri(Grooming)



0 Tergantung orang lain 1 Mandiri



0



= 0 Membutuhkan bantuan orang lain 1 Mandiri dalam perawatan muka, 0 rambut, gigi, dan bercukur 19



4.



Berpakaian(Dressi= 0 Tergantung orang lain ng)



= 1 Sebagian dibantu (misal mengancing baju)



0



= 2 Mandiri 5.



Buang



air



(Bladder)



kecil 0 Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol = 1 Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)



2



= 2 Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari) 6.



Buang (Bowel)



air besar = 0 Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) = 1 Kadang



Inkontensia



(sekali 0



seminggu) = 2 Kontinensia (teratur) 7.



Penggunaan toilet= 0 Tergantung bantuan orang lain 1 Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri



0



= 2 Mandiri 8.



Transfer



= 0 Tidak mampu = 1 Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)



1



= 2 Bantuan kecil (1 orang) = 3 Mandiri 9.



Mobilitas



0



Immobile (tidak mampu)



1



Menggunakan kursi roda



2



Berjalan dengan bantuan satu



orang



0



3 Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti, tongkat) 10.



Naik turun tangga= 0 Tidak mampu = 1 Membutuhkan bantuan (alat bantu)



0



= 2 Mandiri 20



Total = 4 ketergantungan total Interpretasi hasil : 20



: Mandiri



12-19 : Ketergantungan Ringan 9-11



: Ketergantungan Sedang



5-8



: Ketergantungan Berat



0-4



: Ketergantungan Total



6; Seksualitas



Sebelum sakit dan saat sakit : Tidak terkaji 7; Psikososial (Stress, Koping & Konsep diri) a; Stress koping Sebelum sakit: Klien mengatakan jika dirinya merasa lelah dengan aktivitasnya. Klien bersosialisasi dengan teman,keluarga dan tetangga, terkadang jalan-jalan ke pusat perbelanjaan atau hanya sekedar menghabiskan waktu di cafe. Saat dikaji Klien mengatakan jenuh berada dirumah sakit. Ketika bosan klien mengobrol dengan keluarga. Klien mengatakan memikirkan skripsinya yang akan tertunda, saat ini klien adalah mahasiswa semester akhir yang sedang mengerjakan skripsi. Klien juga sedih apabila teringat ibu jari kakinya putus dan kecewa karena saat di rumah sakit Blora dikatakan jarinya tidak bisa disambung namun saat di rumah sakit Kariadi mengatakan bahwa jarinya masih bisa di sambung. b; Konsep diri Citra tubuh : Klien mengatakan bahwa dirinya merasa nyeri pada bagian yang fraktur. Klien ingin segera sembuh dan pulang kerumah Identitas : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang perempuan berusia 22 tahun. Dirinya sebagai seorang anak, dan mahasiswa. Harga diri : Klien mengatakan malu dan bersedih karena merasa dirinya kurang sempurna sebagai seorang wanita karena pada saat kecelakaan ibu jari kaki kananya putus, tangan dan kakinya patah. Klien terlihat lebih banyak diam dan menjawab seperlunya. Peran : 21



Klien mengatakan bahwa dirinya tidak dapat menjalankan aktivitas seperti biasa, menjadi seorang mahasiswa dan sebagai anak Ideal diri : Klien mengatakan ingin segera sembuh agar bisa menjalankan aktivitas kembali Pengukuran skala HARS Penilaian Perasaan Cemas :



Skor firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah 3



tersinggung. Ketegangan : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu. 3 Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri 2 dan takut pada binatang besar. Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur 3 tidak pulas dan mimpi buruk. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit 1 konsentrasi. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby,3 sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak 0 stabil dan kedutan otot. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah 0 dan pucat serta merasa lemah. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan 0 detak jantung hilang sekejap. Gejala pemapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik 0 napas panjang dan merasa napas pendek. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual0 dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, 0 ereksi lemah atau impotensi. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma 1 berdiri, pusing atau sakit kepala. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi 1 atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat. ;



Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori: 22



0 = tidak ada gejala sama sekali 1 = Satu dari gejala yang ada 2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada 3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada 4 = sangat berat semua gejala ada ;



Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil: Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan. Skor 15 – 27 = kecemasan sedang. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat. 



Hasil skor adalah 17, berarti kecemasan klien sedang. 8; Rasa Aman dan Nyaman Sebelum sakit: Klien mengatakan tidak ada keluhan apapun sebelum kecelakaan. Saat dikaji: Klien mengatakan nyeri luka post operasi P : bergerak, tersenggol Q : nyeri yang dirasakan seperti ditekan R : nyeri pada kaki kanan, tangan kiri S : nyeri skala 4 T : hilang timbul 9; Spiritual Sebelum sakit: Klien rutin menjalankan sholat 5 waktu Saat dikaji: Klien tidak menjalankan sholat namun selalu berdoa untuk kesembuhannya 10; Hygiene No



Pembanding



Sebelum sakit



Saat sakit



1



Mandi



Sehari 2 kali



Sehari 1-2 kali



2



Keramas



2-3 hari sekali



Belum keramas



3



Ganti pakaian



Sehari 2 x



Sehari 1 x 23



4



Sikat gigi



Sehari 2 x



Sehari 1 x



5



Memotong kuku



Tidak rutin



Belum



memotong



kuku



11; Istirahat Tidur



Sebelum sakit: Klien mengatakan biasanya tidur dari pukul 21.00 WIB dan terbangun pukul 05.30 WIB Saat dikaji: Klien mengatakan sejak dirawat dirinya susah untuk tidur, klien mengatakan dimalam hari sering terbangun karena merasakan nyeri dan tidak nyaman berada dirumah sakit,klien merasa banyak yang dipikirkan sejak dirinya kecelakaan. Klien tidur kira-kira dari pukul 23.00 WIB sampai 04.00 WIB, klien mengatakan pusing 12; Aktualisasi Diri Sebelum sakit: Klien tidak memiliki kegiatan khusus. Klien hanya menjalankan rutinitas yaitu seorang mahasiswa. Saat dikaji: Klien tidak beraktualisasi diri seperti biasanya saat di Rumah Sakit. Klien merasa sedih tidak bisa mengikuti banyak kegiatan karena sedang sakit. 13; Rekreasi Sebelum sakit: Klien mengatakan jika dirinya bosan, klien menonton TV, berkumpul dengan keluarga atau teman, pergi berjalan-jalan dengan teman, dll. Saat dikaji: Klien merasa bosan berada di rumah sakit. Hiburanya hanya mengobrol dengan keluarga dan bermain handphone. 14; Kebutuhan Belajar Saat dikaji: Klien sudah mengetahui bahwa dirinya memiliki mengalami patah tulang dan ibu jarinya putus. Klien tahu bagaimana cara penanganan apabila ada kegawatan pada lukanya saat dirumah yaitu periksa ke fasilitas kesehatan terdekat. Klien mengetahui tanda-tanda adanya infeksi pada lukanya. Klien mengatakan bingung dan takut dengan kondisi sakitnya sekarang. 4;



Pemeriksaan Penunjang a; Pemeriksaan Laboratorium 24



Tanggal : 31 Juli 2016 Pemeriksaan



Hasil



Satuan



Nilai Rujukan



Hemoglobin



10.3



g/dl



13 – 16



Hematokrit



31



10^3/ul



35-47%



Eritrosit



3,7



106/uL



4,4 – 5,9



MCH



28,6



pg



27 - 32



MCV



83,8



pg



76 - 96



MCHC



34,2



g/dl



29 - 36



Leukosit



10,7



103/uL



3,6 - 11



Trombosit



348



103/uL



150 - 400



RDW



12,5



%



11,6 – 14,80



MPV



8,6



fl



4 - 11



Natrium



139



mmol/L



136.0 – 145.0



Kalium



3.7



mmol/L



3.5 – 4.9



Chlorida



100



mmol/L



98.0 – 107.0



Ureum



26



mg/dl



15 - 39



Creatinin



0.64



mg/dl



0.6 – 1,30



Pemeriksaan



Hasil



Satuan



Nilai Rujukan



detik



9,4 - 11



Hematologi



Kimia Klinik Panel Elektrolit



Koagulasi Plasma



Prothombin



Time10,5



(PPT) Waktu protombhin



10,4



-



PPT Kontrol Partial



Thromboplastin



time (PPTK) Waktu Thromboplastin



30,4



detik



APTT34,1



detik



27,7 – 40,2



25



kontrol



26



5;



Terapi



Nama Obat



Dosis



Rute



Indikasi



Kontraindikasi



Efek samping



RL



20 tpm



IV



  



   



Edema



Ketorolac



3 x 30 mg IV



Resusitasi Suplai ion bikarbonat Asidosis metabolik



Hipernatremia kelainan ginjal kerusakan sel hati asidosis laktat



jaringan



penggunaan



volume



Pasien dengan riwayat alergi 



Saluran



berat jangka pendek (< 5 hari).



dengan obat ini Pasien dengan



dispepsia,



mempunyai peptikum 



atau



riwayat akut,



yang



besar, biasanya paru-paru



Untuk penatalaksanaan nyeri akut yang 



pada



yang ulkus 



perdarahan



saluran cerna atau perforasi. Penderita gangguan ginjal



cerna



:



diare, nyeri



gastrointestinal, nausea. Susunan Saraf Pusat : sakit



kepala,



pusing,



mengantuk, berkeringat.



berat atau berisiko menderita 



gagal ginjal. Pasien yang diduga menderita perdarahan



serebrovaskular,







diatesis hemoragik. Pasien yang sedang mengalami



 



proses persalinan. Ibu menyusui. Mendapatkan obat



AINS



lainnya dan probenecid. 27



Ceftriaxon



1 x 2 gr



IV



Infeksi saluran nafas, infeksi THT,Hipersensitif infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis,cephalosporin



terhadapGangguan dan



Gastrointestinal,



penicillinreaksi kulit, hematologi, sakit



infeksi tulang, sendi dan jaringan lunak,(sebagai reaksi alergi silang)



kepala,



infeksi intra abdominal, infeksi genital



anafilaktik, nyeri di tempat



(termasuk



suntik (IM), flebitis (IV).



gonore),



profilaksis



pusing,



reaksi



perioperatif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh. Gentamicin



3 x 80 mg IV



 Untuk pengobatan terhadap berbagai infeksi bakteri terutama bakteri gram negatif seperti Pseudomonas, Proteus,



digunakan



(keracunan



untuk



darah



patogenik



dan



dihasilkan



oleh



meningitis



(radang



septikemia



oleh



atau



bakteri



zat-zat



bakteri



penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap gentamicin atau



Serratia, dan Staphylococcus .  Juga



Jangan digunakan untuk



yang



tersebut),



antibiotika golongan aminoglikosida lainnya. Hindarkan juga pemakaian antibiotik ini untuk bayi prematur ataupun bayi baru



 Efek samping yang telah dilaporkan



diantaranya



adalah terjadinya kerusakan pada aparatus vestibular dari telinga bagian dalam jika diberikan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu yang lama.



pernafasan, saluran pencernaan, kulit,



 Juga menyebabkan efek lahir. Tidak boleh digunakan untuk toksisitas yang bervariasi infeksi yang disebabkan oleh antar pasien dengan ciri-ciri



tulang, dan jaringan lunak.



Neisseria



infeksi



saluran



selaput kemih,



otak), saluran



 Berguna melawan Yersinia pestis dan



Neisseria



gonorrhoeae, yang sering terjadi adalah meningitidis atau kehilangan keseimbangan, 28



Francisella tularensis.



infeksi



bakteri



Legionella pandangan kabur dan dering pneumophila (karena berisiko di telinga. pasien akan mengalami shock  Antibiotik ini memiliki efek dari lipid A endotoksin yang nefrotoksik yang akan ditemukan dalam organisme meningkat oleh faktor resiko bakteri gram negatif tertentu). yang dimiliki pasien seperti faktor usia, fungsi ginjal yang menurun, hipotiroidisme,



kehamilan, disfungsi



hati, penggunaan bersamaan obat



lain



vankomisin, cisplatin,



seperti



:



NSAID, siklosporin,



sefalosporin, dan diuretik. B; PENGKAJIAN POST OP a; Keluhan Utama



Nyeri b; Riwayat Penyakit Sekarang Pada tanggal 3 Agustus 2016 pukul 07.45 WIB telah dilakukan tindakan operasi pemasangan wire dan gips pada tangan kiri klien. Dilakukan tindakan debridement, STSG pada punggung kaki kanannya dengan mengambil jaringan pada regio femur klien. Operasi selesai pukul 11.30 WIB. Tekanan darah klien 130/70 mmHg, Nadi : 100 x/menit, frekuensi napas: 16x/menit. 29



c; Pemeriksaan Fisik



Bagian



Keterangan Klien hanya terbaring di tempat tidurnya, kesadaran klien composmentis dengan GCS E4M6V5, terlihat ada beberapa luka



Keadaan umum



lecet pada tangan kanan, tangan kiri digips, punggung kaki kanan klien dibalut perban dan pada paha klien terpasang elastic banded, terpasang infus pada tangan kanan. Klien sesekali terlihat merintih kesakitan pada paha kananya. TD = 130/70 mmHg



TTV



Ekstermitas atas



HR = 100 x/menit RR = 16 x/menit Suhu = 37 oC Kanan Terdapat luka lecet, terpasang infus, tidak ada fraktur, akral hangat, CRT 2 detik, kulit agak kering, kekuatan otot kanan 5 Kiri Terlihat tangan kiri digips dari telapak tangan hingga lengan atas, ada fraktur colles, akral hangat, CRT 3 detik, kekuatan otot kiri 5 namun diimobilisasikan



30



Ekstremitas Bawah



Kanan Terpasang balutan perban, kulit kering, kuku terlihat kotor, warna kuku terlihat pucat, vulnus amputatum digiti I, punggung kaki dan paha kanan diperban post STSG, CRT 3 detik, kekuatan otot kanan 5 namun diimobilisasikan dan dielevasi 300 Kiri Kulit kering, kuku terlihat kotor, akral hangat, CRT 2 detik, kekuatan otot kiri 5 5 5



5 5



d; Pengajian Kebutuhan Dasar Manusia 



Rasa Aman dan Nyaman Saat dikaji: Klien mengatakan nyeri luka post operasi P : bergerak, tersenggol Q : nyeri yang dirasakan seperti terbakar panas dan perih, tertekan R : nyeri pada paha kanan, punggung kaki kanan dan tangan kiri S : nyeri skala 6 T : terus menerus



C; ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN 31



;



PRE OP



No



Hari/Tanggal Data Fokus



1



Selasa, 2/08/16 Ds :



Masalah Nyeri akut (00132)



P : bergerak, tersenggol Q : nyeri yang dirasakan seperti ditekan R : nyeri pada kaki kanan, tangan kiri S : nyeri skala 4 T : hilang timbul



Etiologi



TTD



Agens cedera fisik (gerakanHanafi fragmen tulang dan cedera padaIda jaringan lunak) Rinda Rosi



DO : - Klien terlihat mengernyitkan dahi - Klien terkadang tampak merintih - TD = 120/70 mmHg - HR = 86 x/menit - RR = 22 x/menit



32



2.



Selasa, 2DS: Hambatan mobilitas fisik Agustus 2016 - Keluarga klien mengatakan klien kecelakaan naik motor saat perjalanan pulang kuliah - Keluarga klien mengatakan pergelangannya patah, ibu jari kakinya putus. - Klien mengatakan belum bisa menggerakan tangan dan kakinya DO: - Tampak tangan kirinya di bidai dari -



telapak tangan hingga ke lengan atas Kaki kanannya di perban Klien hanya berbaring di tempat tidur Klien belum bisa untuk miring kanan



-



kiri Indeks barthel = 4 (ketergantungan



-



total) Klien mengalami fraktur colles dan



-



Gangguan muskuloskeletal



Hanafi Ida Rinda Rosi



phalang 2,3 pedis dextra Kekuatan otot 5 5 5 5



33



3.



Selasa, 2 gustusDS : 2016 - Klien mengatakan nyeri pada luka patah tulangnya



Resiko infeksi



Trauma jaringan dan traksi tulangHanafi post kecelakaan Ida Rinda Rosi



Gangguan citra tubuh



Cidera fisik



DO: Tampak adanya luka lecet pada tangan kanan Kaki kanan di perban dan tangan kiri di bidai Ada luka jahitan pada ibu jari kakinya



-



4.



Selasa, 2DS: Agustus 2016 - Klien mengatakan sedih apabila jari kakinya tidak lengkap - Klien mengatakan malu apabila jari kakinya tidak lengkap - Klien menyayangkan apabila jari kakinya sebenarnya masih bisa disambung - Klien mengatakan bingung bahwa dirinya sedang mengerjakan skripsi tetapi kecelakaan menimpanya



Hanafi Ida Rinda Rosi



DO: -



Klien tampak bersedih Klien tampak diam saja Klien tampak menghindari melihat kakinya



34



5.



Selasa, 2DS: Agustus 2016 - Klien menanyakan tindakan apa saja yang akan dilakukan Klien menanyakan setelah operasi berapa lama penyembuhannya tulangnya Klien menanyakan apakah akan ada bekas luka pada paha kanannya setelah tindakan cangkok kulit Klien menanyakan berapa lama penyembuhan setelah operasi cangkok kulit



Ansietas



Rencana tindakan operasi



Hanafi Ida Rinda Rosi



DO: -



Klien tampak khawatir Klien tampak tidak bersemangat Skala HARS = 17 (kecemasan sedang) Akan dilakukan tindakan operasi pada tanggal 3 Agustus 2016



35



6.



Selasa, 2DS: Agustus 2016 - Keluarga klien mengatakan klien kecelakaan naik motor saat perjalanan pulang kuliah - Keluarga klien mengatakan pergelangannya patah, telapak kakinya patah dan ibu jari kakinya putus.



Kerusakan integritas jaringan



Hanafi Ida Rinda Rosi



DO: Telapak kaki kanan di perban Tangan kiri di bidai Ada luka jahitan pada ibu jari kakinya (vulnus amputatum) - Klien mengalami skin degloving pada pedis dextra - Klien mengalami fraktur colles sinistra -



36



;



POST OP



No



Hari/Tanggal Data Fokus



1



Rabu, 3/08/16



DS : P : bergerak, tersenggol Q : nyeri yang dirasakan seperti terbakar panas dan perih, tertekan R : nyeri pada paha kanan, punggung



Masalah Nyeri akut (00132)



Etiologi



TTD



Agens cedera fisik post OP



Hanafi Ida Rinda Rosi



kaki kanan dan tangan kiri S : nyeri skala 6 T : terus menerus Do : - Klien terlihat mengernyitkan dahi - TD = 130/70 mmHg - HR = 100 x/menit RR = 16 x/menit



37



2.



Rabu, 3 AgustusDS: Hambatan mobilitas fisik 2016 - Klien mengatakan belum bisa menggerakan tangan dan kakinya DO: - Tampak tangan kirinya di gips dari telapak tangan hingga ke lengan atas - Kaki kanannya di perban - Paha kanannya diperban - Klien hanya berbaring di tempat tidur - Klien belum bisa untuk miring kanan kiri



Gangguan muskuloskeletal



Hanafi Ida Rinda Rosi



3.



Rabu, 3 AgustusDS : 2016 - Klien mengatakan nyeri pada luka operasinya



Luka post OP



Hanafi Ida Rinda Rosi



Resiko infeksi



DO: -



Tampak adanya luka lecet pada tangan kanan Kaki kanan di perban dan tangan kiri di gips Ada luka jahitan pada ibu jari kakinya Adanya luka operasi cangkok kulit pada paha kanan dan punggung kaki kanan



38



4.



Rabu, 3 AgustusDS: 2016 - Klien mengatakan sedih apabila jari kakinya tidak lengkap - Klien mengatakan malu apabila jari kakinya tidak lengkap - Klien menyayangkan apabila jari kakinya sebenarnya masih bisa disambung - Klien mengatakan khawatir jika penyembuhannya lama dan menimbulkan bekas - Klien mengatakan bingung bahwa dirinya sedang mengerjakan skripsi tetapi kecelakaan menimpanya



Gangguan citra tubuh



Cidera fisik



Hanafi Ida Rinda Rosi



DO: -



Klien tampak bersedih Klien tampak banyak diam Klien tampak menghindari melihat kakinya



39



5.



Rabu, 3 AgustusDS: 2016 - Keluarga klien mengatakan klien kecelakaan naik motor saat perjalanan pulang kuliah - Keluarga klien mengatakan pergelangannya patah, kulit punggung kaki kanan terkelupas dan ibu jari kakinya putus - Keluarga klien mengatakan hari ini klien operasi pada tangan kiri, cangkok kulit pada kaki kanan



Kerusakan integritas jaringan



Hanafi Ida Rinda Rosi



DO: -



Punggung kaki kanan di perban Paha kanan diperban Tangan kiri di gips Klien dilakukan tindakan pemasangan wire dan gips serta debridement dan STSG



40



D; DIAGNOSA KEPERAWATAN



PRE OP 1; Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (gerakan fragmen tulang dan cedera pada jaringan lunak) post kecelakaan 2; Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal 3; Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan traksi tulang 4; Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cidera fisik 5; Ansietas berhubungan dengan rencana tindakan operasi 6; Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan ; POST OP 1; Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik post operasi 2; Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal 3; Resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi 4; Gangguan citra tubuh berhubungan dengan cidera fisik 5; Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan ;



No



Tanggal/jam



Tujuan (NOC)



Intervensi (NIC) 41



1



2/08/16



2



2/08/16



3



2/08/16



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 xPain Management 24 jam diharapkan masalah nyeri klien teratasi  Observasi reaksi nonverbal dengan kriteria hasil :  Kontrol lingkungan yang d  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, ruangan, pencahayaan dan mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi  Lakukan pengkajian nyeri nafas dalam untuk mengurangi nyeri, mencari karakteristik, durasi, frekue  Kurangi faktor presipitasi n bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dari skala 4 ke  Pilih dan lakukan pen farmakologi dan inter perso skala 2 (pre op)   Melaporkan bahwa nyeri berkurang dari skala 6 ke Ajarkan tentang teknik non  Motivasi tingkatkan istirah skala 3 (post op)  Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,  Kolaborasikan pemberian a frekuensi dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Analgesic Administration  Monitor vital sign sebelu  Tanda vital dalam rentang normal pertama kali  Cek riwayat alergi  Tentukan pilihan analgesik  Tentukan analgesik pilihan  Pilih rute pemberian secara teratur  Berikan analgesik tepat wa Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 xEnvironmental Management 24 jam , diharapkan klien dapat melakukan  Kaji kemampuan klien dala mobilisasi ditempat tidur secara bertahap sesuai  Berikan kondisi lingkungan dengan batas kemampuan dengan kriteria hasil:  Mampu melakukan alih posisi miring secara Exercise Therapy: balance  Monitor TTV mandiri.  Berikan latihan ROM pasif  Tidak menunjukkan kelelahan.  Melakukan aktifitas sehari-hari dengan bantuan  Melatihan ketahanan denga  Memotivasi klien untuk lat sesuai kemampuan.  Kolaborasi dengan ahli reh  TTV dalam batas normal  Klien mampu berpindah dari posisi miring kanan ke miring kiri.  Klien melakukan gerakan -gerakan ROM pasif dengan bantuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi tanda gejala infeksi,  dengan kriteria hasil:  Tidak ada tanda – tanda infeksi, seperti : merah,  panas, bengkak 



Infection control Kaji tanda gejala infeksi ( suhu tubuh) Kaji TTV Bersihkan lingkungan pasie  Instruksikan pada klien , k tangan  Cuci tangan sebelum dan s  Lakukan ganti balut pada lu 42



 



Anjurkan meningkatkan in Kolaborasi pemberian antib



4.



2/08/16



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah gangguan citra tubuh  klien teratasi dengan kriteria hasil :   Klien menyatakan penerimaan terhadap  kondisinya  Klien menyatakan tidak ada rasa kecewa  terhadap tindakan yang sudah dilakukan   Klien tidak sulit memulai tidur  Klien tidak menghindari melihat anggota tubuhnya



Body Image Enhancement Kaji secara verbal dan non Monitor frekuensi mengkri Jelaskan tentang pengobat kondisi lukanya Dorong klien mengungkap Motivasi keluarga untuk s sekarang



5.



2/08/16



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan masalah ansietas klien teratasi dengan kriteria hasil :  Tanda – tanda vital klien dalam batas normal  Klien menunjukan ekspresi cemas yang berkurang  Klien mengungkapkan kesiapan untuk dilakukan operasi



Anxiety Reduction  Kaji tanda-tanda vita  Observasi reaksi non  Gunakan pendekatan  Ajarkan teknik untu  Jelaskan semua pros  Jelaskan apa saja prosedur maupun se  Dorong keluarga un



6.



2/08/16



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan masalah kerusakan integritas jaringan klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :  Tidak ada tanda- tanda infeksi  Menunjukan pemahaman dalam proses penyembuhan kulit maupun tulang  Tidak ada tanda-tanda sindrom kompartemen



Pressure ulcer prevention w  Monitor adanya infe  Monitor status nutris  Observasi luka: lok nefrotik  Monitor adanya sin dan kaki kanan  Oleskan lotion pada  Lakukan perawatan  Berikan posisi yang  Anjurkan untuk men  Ajarkan keluarga ten  Kolaborasi dengan a



43



IMPLEMENTASI Hari ke-1 Tanggal 2/08/16



No Dx Jam 1 2 3 4 5 6 10.00



2/08/16



1 2 3 4 5 6 10.05



2/08/16



1



10.10



2/08/16



145



10.15



2/08/16



1



10.20



2/08/16



1



10.25



Implementasi Respon Melakukan BHSP kepada klien dan keluarga S : Klien menyatakan be dilakuakn pengkajian keperawatan Kelaurga menyatakan untuk dilakuakn peng tindakan keperawatan klien



O: Klien dan keluarga ta kooperatif Mencuci tangan sebelum kontak dengan klienS : dan sebelum melakukan tindakan keperawatan O: Prinsip cuci tangan b Melakukan pengkajian nyeri secaraS : komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,P : bergerak, tersengg durasi, frekuensi, kualitas dan faktorQ : nyeri yang dirasa presipitasi ditekan R : nyeri pada kaki k kiri S : nyeri skala 4 T : hilang timbul O: Mengobservasi reaksi nonverbal dariS : ketidaknyamanan O: Klien terlihat menger Klien terkadang tamp Mengontrol lingkungan yang dapatS : mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,Klien menyatakan tid pencahayaan dan kebisingan jika terlalu cerah, bis panas



Menganjurkan



klien



untuk



O: Menyalakan lampu h perlu saja Membatasi jumlah pe klien maksimal 3 seti Membuka jendela rua mengurangiS : 44



gerakan agar nyeri tidak bertambah



2/08/16



1



10.30



2/08/16



145



10.35



45



10.40



2/08/16



1



11.00



2/08/16



1



11.05



2/08/16



1



11.07



Klien menyatakan se saat digerakkan kaki O: Menyarankan klien u melakukan gerakan y nyeri semakin terasa Memilih dan melakukan penanganan nyeriS : (farmakologi, non farmakologi) Klien menyatakan un penanganan nyeri sec farmakologi, non farm O: Mengajarkan tentang teknik non farmakologi S : Klien dapat memprak mandiri Klien menyatakan pe terhadap kondisinya O: Mengajarkan kepada relaksasi nafas dalam Menjelaskan kepada klien tentang prosesS : penyakitnya, kemudian menjelaskan prosesKlien menyatakan m pengobatan dan tindakan keperawatan yangKlien menyatakan leb membantu penyembuhan penyakitnya. Klien menyatakan leb Klien menyatakan se saran perawat untuk j dengan penyakitnya Klien menyatakan tid kecewa terhadap tind sudah dilakuka



O: Menjaskan proses pe Menjelaskan pengoba tindakan keperawatan diberikan untuk klien Klien tidka menghind anggota tubuhnya Mengecheck riwayat alergi S: Klien menyatakan tid ada riwayat alergi ob O: Melakukan kolaborasi pemberian analgetikS : untuk mengurangi nyeri O: Ketorolac Mentukan pilihan analgesik tergantung tipeS : dan beratnya nyeri O: 45



Ketorolac Mentukan analgesik pilihan, rute pemberian,S : dan dosis optimal O: Ketorolac, via IV, per Memilih rute pemberian secara IV, IM untukS : pengobatan nyeri secara teratur O: Rute obat IV



2/08/16



1



11.10



2/08/16



1



11.13



2/08/16



1



11.20



Memonitor vital sign sebelum dan sesudahS : pemberian analgesik pertama kali O: Sebelum : TD = 120/70 mmHg HR = 86 x/menit RR = 22 x/menit Sesudah : TD = 120/70 mmHg HR = 84 x/menit RR = 22 x/menit



2/08/16



2



14.00



Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasiS : Klien manyatakan m aktifitasnya tergangg terasa nyeri jika berg O: ADL : Feeding : 5 Bathing : 0 Grooming : 0 Dressing : 5 Bowels : 10 Bladder : 10 Toilet use : 5 Transfer : 5 Mobility : 0 Stairs : 0 Total : 40 (dependen



2/08/16



2



14.05



2/08/16



2



14.10



Menyediakan kondisi lingkungan yang amanS : bagi klien O: Menjauhkan barang b berbahaya untuk klie Memotivasi klien untuk latihanS : gerak mandiri. Klien menyatakan ak O: Klien belum bisa unt kanan kiri 46



45



14.20



45



14.22



45



14.25



45



14.50



2/08/16



36



16.00



2/08/16



36



16.15



2/08/16



13



16.17



2/08/16



36



16.20



2/08/16



145



17.15



mengobservasi reaksi nonverbal klien



S: O: Klien tampak cemas menggunakan pendekatan yangS : menenangkan O: Klien tampak kooper Mengajarkan teknik nafas dalam kepadaS : klien Klien menyakan lebi O: Klien mengikuti kegi prosedur Mendorong keluarga untuk selalu memotivasiS : klien Keluarga menyatakan untuk menemani dan klien O: Membersihkan lingkungan pasien S: O: Membersihkan lingku Berkolaborasi dengan service ruangan Instruksikan pada klien , keluarga danS : pengunjung untuk mencuci tangan Keluarga menyatakan untuk mengingatkan untuk mencuci tanga



O: Mengkontrol lingkungan yang dapatS : mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,Klien menyatakan tid pencahayaan dan kebisingan jika terlalu cerah, bis panas O: Menyalakan lampu h perlu saja Membatasi jumlah pe klien maksimal 3 seti Membuka jendela rua Menganjurkan meningkatkan intake nutrisi S : Klien menyatakan be mengabiskan makana O: Klien makan dan hab Mengobservasi reaksi nonverbal dariS : ketidaknyamanan 47



O: Klien terlihat menger Klien terkadang tamp 2/08/16



145



17.20



2/08/16



2



19.00



2/08/16



2



19.15



2/08/16



1



21.15



2/08/16



36



21.15



2/08/16



145



21.20



2/08/16



145



21.30



2/08/16



1



21.35



2/08/16



2



06.00



Mengajarkan tentang teknik non farmakologi S : Klien menyatakan be melakuakn relaksasi O: Klien sudah bisa mem secara mandiri teknik Memotivasi klien untuk latihanS : gerak mandiri. Klien menyatakan ak O: Klien belum bisa unt kanan kiri Menyediakan kondisi lingkungan yang amanS : bagi klien O: Menjauhkan benda b berbahaya untuk klie Melakukan kolaborasikan pemberianS : analgetik untuk mengurangi nyeri O: Ketorolac per IV Melakukan kolaborasi pemberian antibiotikS : ceftriaxone 2 gr/24 jam O: Ceftri per IV Mengajarkan tentang teknik non farmakologi S : Klien menyatakan su mempraktikkan tekni nafas dalam O: Meningkatkan istirahat S: Klien menyatakan be beristirahat O: Melakukan kontrol lingkungan yang dapatS : mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,pencahayaan dan kebisingan O: Mematikan lampu Memotivasi klien untuk latihanS : gerak mandiri. Klien menyatakan ak Melakukan tirah bari O: Klien mencoba untuk tapi belum berhasil 48



2/08/16



2



06.05



Menyediakan kondisi lingkungan yang amanS : bagi klien O: Memastikan tidak ad berbahaya disekitar k



Hari ke-2 Tanggal 3/08/16



No Dx Jam 1 2 3 4 5 6 08.05



Implementasi Mencuci tangan sebelum kontak dengan klien S : dan sebelum melakukan tindakan keperawatan O: Prinsip cuci tangan b



3/08/16



6



08.35



Memberikan posisi yang mengurangi tekananS : pada luka O: Kurangi kerutan tem daerah yang tertekan



3/08/16



6



08.38



3/08/16



6



08.40



3/08/16



6



08.50



3/08/16



1



09.10



Menganjurkan untuk menjaga kulit tetapS : bersih dan kering Klien dan kelaurga m bersedia O: Jika ada daerah yang sering tertekan sarankanS : keluarga untuk oleskan lotion pada daerahKeluarga menyatakan yang tertekan O: Memonitor adanya infeksi pada luka S: O: Tidak ada tanda tand Melakukan pengkajian nyeri secaraS : komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,P : bergerak, tersengg durasi, frekuensi, kualitas dan faktorQ : nyeri yang dirasa presipitasi panas dan perih, terte R : nyeri pada kaki k kiri S : nyeri skala 6 T : terus menerus



3/08/16



14



09.15



Mengobservasi reaksi ketidaknyamanan



nonverbal



O: dariS : O: 49



Klien terlihat menger 3/08/16



1



09.20



Mengkontrol lingkungan yang dapatS : mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,Klien menyatakan tid pencahayaan dan kebisingan jika terlalu cerah, bis panas



O: Menyalakan lampu h perlu saja Membatasi jumlah pe klien maksimal 3 seti Membuka jendela ru 3/08/16



1



09.25



Mengurangi faktor presipitasi nyeri



S: Klien menyatakan se saat digerakkan kaki



O: Menyarankan klien u melakukan gerakan y nyeri semakin terasa 3/08/16



14



09.35



Mengajarkan tentang teknik non farmakologi S : Klien dapat memprak mandiri



O: Klien sudah sering mempraktikkan send nafas dalam 3/08/16



2



10.00



Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi S : Klien manyatakan m aktifitasnya tergangg terasa nyeri jika berg O: ADL : Feeding : 5 Bathing : 0 Grooming : 0 Dressing : 5 Bowels : 10 Bladder : 10 Toilet use : 5 Transfer : 5 Mobility : 0 Stairs : 0 Total : 40 (dependen 50



3/08/16



2



10.05



Menyediakan kondisi lingkungan yang amanS : bagi klien O: Menjauhkan barang b berbahaya untuk klie



3/08/16



12345



10.10



Memonitor TTV



S: O: TD = 130/70 mmHg HR = 100 x/menit RR = 16 x/menit



3/08/16



2



10.15



Memberikan latihan ROM pasif



S: Klien menyatakan be



O: Praktik ROM pasif te dilaksanakan 3/08/16



2



11.00



Memonitor TTV



S: O: TD = 130/70 mmHg HR = 96 x/menit RR = 20 x/menit



3/08/16



2



11.10



Memotivasi gerak mandiri.



klien untuk



latihanS : Klien menyatakan ak



O: Klien belum bisa unt kanan kiri 3/08/16



3



16.00



Membersihkan lingkungan pasien



3/08/16



35



16.15



Menginstruksikan pada klien , keluarga danS : pengunjung untuk mencuci tangan Keluarga menyatakan untuk mengingatkan untuk mencuci tanga



3/08/16



13



Mengkontrol



lingkungan



yang



S: O: Membersihkan lingk Berkolaborasi dengan service ruangan



O: dapatS : 51



mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,Klien menyatakan tid pencahayaan dan kebisingan jika terlalu cerah, bis panas



O: Menyalakan lampu h perlu saja Membatasi jumlah pe klien maksimal 3 seti Membuka jendela ru 3/08/16



35



16.20



Menganjurkan meningkatkan intake nutrisi



S: Klien menyatakan be mengabiskan makana



O: Klien makan dan hab 3/08/16



35



-



Melakukan kolaborasi pemberian antibiotikS : ceftriaxone 2 gr/24 jam Klien menyatakan te tanganya saat di injek O: Injeksi ceftri per IV



3/08/16



1



17.15



Mengobservasi reaksi ketidaknyamanan



nonverbal



dariS : -



O: Klien terlihat menger 3/08/16



14



17.20



Mengajarkan tentang teknik non farmakologi S : Klien menyatakan se mempraktikkan relak dalam O: -



3/08/16



2



19.00



Memotivasi gerak mandiri.



klien untuk



latihanS : Klien menyatakan ak O: Klien mencoba tirah



3/08/16



2



19.15



Menyediakan kondisi lingkungan yang amanS : bagi klien -



O: Menjauhkan benda b 52



berbahaya untuk klie 3/08/16



1



21.15



Melakukan kolaborasikan pemberianS : analgetik untuk mengurangi nyeri O: Ketorolac per IV



3/08/16



35



21.15



Melakukan kolaborasi pemberian antibiotikS : ceftriaxone 2 gr/24 jam O: Ceftri per IV



3/08/16



3/08/16



14



1



21.20



21.30



Mengajarkan tentang teknik non farmakologiS : untuk mengurangi nyeri Klien menyatakan su mempraktikkan tekni nafas dalam



O: Menganjurkan klien untuk meningkatkanS : istirahat Klien menyatakan be beristirahat O: -



3/08/16



1



21.35



Mengkontrol lingkungan yang dapatS : mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,pencahayaan dan kebisingan O: Mematikan lampu



3/08/16



2



06.00



Memotivasi gerak mandiri.



klien untuk



latihanS : Klien menyatakan ak



O: Klien belum bisa unt kanan kiri 3/08/16



2



06.05



Menyediakan kondisi lingkungan yang amanS : bagi klien O: Memastikan tidak ad berbahaya disekitar k



Hari ke-3 53



Tanggal 4/08/16



No Dx 12345



Jam 09.05



Implementasi Mencuci tangan sebelum kontak dengan klien dan sebelum melakukan tindakan keperawatan



S: -



O: Prinsip cuci tangan b 4/08/16



4/08/16



1



14



09.10



09.15



Melaakukan pengkajian nyeri secaraS : komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,P : bergerak, terseng durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Q : nyeri yang dirasa ditekan R : nyeri pada kaki k kiri S : nyeri skala 3 T : hilang timbul



Mengobservasi reaksi ketidaknyamanan



nonverbal



O: dariS : -



O: Klien terlihat menge 4/08/16



1



09.20



Melakukan kontrol lingkungan yang dapatS : mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,Klien menyatakan ti pencahayaan dan kebisingan jika terlalu cerah, bi



O: Menyalakan lampu h perlu saja Membatasi jumlah p klien maksimal 3 se Membuka jendela ru 4/08/16



1



09.25



Mengururangi faktor presipitasi nyeri



S: Klien menyatakan se saat digerakkan kaki



O: Menyarankan klien melakukan gerakan nyeri semakin terasa 4/08/16



14



09.35



Mengajarkan tentang teknik non farmakologi



S: Klien dapat mempra mandiri



O: Klien sudah sering m 54



sendiri relaksasi naf 4/08/16



2



10.00



Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi



S: Klien manyatakan m aktifitasnya tergangg terasa nyeri jika berg



O: ADL : Feeding : 5 Bathing : 0 Grooming : 0 Dressing : 5 Bowels : 10 Bladder : 10 Toilet use : 5 Transfer : 5 Mobility : 0 Stairs : 0 Total : 40 (dependen 4/08/16



2



10.05



Menyediakan kondisi lingkungan yang amanS : bagi klien O: Menjauhkan barang berbahaya untuk klie



4/08/16



25



10.10



Monitor TTV



S:



O: TD = 120/80 mmHg HR = 82 x/menit RR = 20 x/menit 4/08/16



2



10.15



Memberikan latihan ROM pasif



S: Klien menyatakan b



O: Praktik ROM pasif t dilaksanakan 4/08/16



2



11.00



Monitor TTV



S:



O: TD = 120/80 mmHg HR = 86 x/menit RR = 22 x/menit 4/08/16



2



11.10



Memotivasi klien untuk latihan gerak mandiri.



S: Klien menyatakan a 55



O: Klien belum bisa un kanan kiri 4/08/16



3



16.00



Memersihkan lingkungan pasien



4/08/16



35



16.15



Menginstruksikan pada klien , keluarga danS : pengunjung untuk mencuci tangan Keluarga menyataka untuk mengingatkan untuk mencuci tanga



4/08/16



S: O: Membersihkan lingk Berkolaborasi denga service ruangan



O: Melakukan kontrol lingkungan yang dapatS : mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,Klien menyatakan ti pencahayaan dan kebisingan jika terlalu cerah, bi



13



O: Menyalakan lampu h perlu saja Membatasi jumlah p klien maksimal 3 se Membuka jendela ru 4/08/16



35



16.20



Menganjurkan meningkatkan intake nutrisi



S: Klien menyatakan b mengabiskan makan



O: Klien makan dan ha 4/08/16



35



-



Melakukan kolaborasi ceftriaxone 2 gr/24 jam



pemberian



antibiotikS : Klien menyatakan te tanganya saat di inje O: Injeksi ceftri per IV



4/08/16



14



17.15



Mengobservasi reaksi ketidaknyamanan



nonverbal



dariS : -



O: Klien terlihat menge 56



4/08/16



14



17.20



Mengjarkan tentang teknik non farmakologi



S: Klien menyatakan se mempraktikkan rela dalam O: -



4/08/16



2



19.00



Memotivasi klien untuk latihan gerak mandiri.



S: Klien menyatakan a



O: Klien belum bisa un kanan kiri 4/08/16



2



19.15



Menyediakan kondisi lingkungan yang amanS : bagi klien -



O: Menjauhkan benda b berbahaya untuk klie 4/08/16



1



21.15



Melakukan kolaborasikan pemberian analgetikS : untuk mengurangi nyeri O: Ketorolac per IV



4/08/16



36



21.15



Melakukan kolaborasi ceftriaxone 2 gr/24 jam



pemberian



antibiotikS : O: Ceftri per IV



4/08/16



4/08/16



14



1



21.20



21.30



Mengajarkan tentang teknik non farmakologi



Menganjurkan istirahat



klien



untuk



S: Klien menyatakan su mempraktikkan tekn nafas dalam



O: meningkatkanS : Klien menyatakan b beristirahat O: -



4/08/16



1



21.35



Mengontrol lingkungan yang dapatS : mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,57



pencahayaan dan kebisingan O: Mematikan lampu 4/08/16



2



06.00



Memotivasi klien untuk latihan gerak mandiri.



S: Klien menyatakan a



O: Klien mencoba tirah 4/08/16



2



06.05



Menyediakan kondisi lingkungan yang amanS : bagi klien O: Memastikan tidak ad berbahaya disekitar



58



EVALUASI Hari ke-1 Tangggal 02/8/16



Diagnosa 1



Evaluasi S: P : bergerak, tersenggol Q : nyeri yang dirasakan seperti ditekan R : nyeri pada kaki kanan, tangan kiri S : nyeri skala 4 T : hilang timbul - Klien menyatakan dapat mempraktikkan relaksasi nafas dalam secara man O: -



Klien terlihat mengernyitkan dahi Klien terkadang tampak merintih TD = 120/70 mmHg HR = 86 x/menit RR = 22 x/menit Klien mempraktikkan secara mandiri relaksasi nafas dalam Injeksi ketorolac Kontrol lingkungan dari suhu, pencahayaan, dan kebisingan seperti memb jumlah pengunjung, mematikan lampu dan menyalakan jika perlu saja, ser membuka jendela ruangan.



A: Masalah belum teratasi P: - Lanjutkan intervensi - Motivasi klien untuk selalu mempraktikkan relaksasi nafas dalam - Mempertahanakan terapi farmakologi - Menilai nyeri klien - Motivasi meningkatkan istirahat 02/8/16



2



S: -



Klien manyatakan mobilisasi dan aktifitasnya terganggu karena terasa nye bergerak. Klien belum bisa untuk melakukan miring kanan dan kiri Tidak ada kelelahan



O: ADL : Feeding : 5 Bathing : 0 Grooming : 0 Dressing : 5 Bowels : 10 Bladder : 10 Toilet use : 5 Transfer : 5 59



Mobility : 0 Stairs : 0 Total : 40 (dependen berat) -



Tampak tangan kirinya di gips dari telapak tangan hingga ke lengan atas Kaki kanannya di perban Ibu jari kaki kanan tidak ada Klien hanya berbaring di tempat tidur



A: Masalah belum teratasi P: - Menjaga lingkungan klien dari benda yang dapat membahayakan - Memotivasi klien untuk mencoba melakukan tirah baring 02/8/16



3



S: -



Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi



O: -



02/8/16



4



Tampak adanya luka lecet pada tangan kanan Kaki kanan di perban dan tangan kiri di gips Tidak ada tanda gejala infeksi seperti kemerahan, panas, dan bengkak



A: Masalah teratasi P: Pertahankan intervensi S: - Klien menyatakan penerimaan terhadap kondisinya - Klien menyatakan tidak ada rasa kecewa terhadap tindakan yang sudah dil O: -



Klien tidak menghindari melihat anggota tubuhnya Klien tidak sulit memulai tidur saat diminta istirahat



A: Masalah teratasi P: - Motivasi keluarga untuk selalu menemani klien - Motivasi keluarga untuk selalu memotivasi klien 02/8/16



5



S: -



Klien menyatakan memahami Klien menyatakan lebih mengerti Klien menyatakan lebih tenang Klien menyatakan setuju dengan saran perawat untuk jangan cemas denga penyakitnya



O: -



Menjaskan proses penyakitnya Menjelaskan pengobatan dan tindakan keperawatan yang diberikan untuk Skala HARS ringan



A: 60



Masalah teratasi P: - Motivasi keluarga untuk selalu menemani klien - Motivasi keluarga untuk selalu memotivasi klien - Anjurkan klien untuk mempraktikkan relaskasi nafas dalam secara mandir 02/8/16



6



S:



- Klien dan keluarga menyakatan mengerti apa yang disampaikan peraw



bagaimana proses penyakitnya dan bagaimana pengobatan serta keperawatanya. O: -



Telapak kaki kanan di perban Tangan kiri di gips Tampak luka jahitan pada ibu jari kakinya (vulnus amputatum) Tidak ada penambahan kerusakan integritas kulit Tidak ada tanda tanda infeksi



A: Masalah teratasi P: - Lanjutkan intervensi - Pertahankan kebersihan luka dan kebersihan lingkugnan klien - Pantau tanda tanda infeksi



61



Hari ke-2 Tangggal 03/8/16



Diagnosa 1



Evaluasi S: P : bergerak, tersenggol Q : nyeri yang dirasakan seperti panas, perih dan tertekan R : nyeri pada kaki kanan, tangan kiri S : nyeri skala 6 T : terus menerus - Klien menyatakan dapat mempraktikkan relaksasi nafas dalam secara mand O: -



Klien terlihat mengernyitkan dahi Klien terkadang tampak merintih TD = 130/70 mmHg HR = 100 x/menit RR = 16 x/menit Klie mempraktikkan secara mandiri relaksasi nafas dalam Injeksi ketorolac Kontrol lingkungan dari suhu, pencahayaan, dan kebisingan seperti memba jumlah pengunjung, mematikan lampu dan menyalakan jika perlu saja, sert membuka jendela ruangan.



A: Masalah belum teratasi P: - Lanjutkan intervensi - Motivasi klien untuk selalu mempraktikkan relaksasi nafas dalam - Mempertahanakan terapi farmakologi - Menilai nyeri klien - Motivasi meningkatkan istirahat 03/8/16



2



S: -



Klien manyatakan mobilisasi dan aktifitasnya terganggu karena terasa nyer bergerak. Klien manyatakan bisa untuk melakukan kiri Klien menyatakan tidak ada kelelahan



O: ADL : Feeding : 5 Bathing : 0 Grooming : 0 Dressing : 5 Bowels : 10 Bladder : 10 Toilet use : 5 Transfer : 5 Mobility : 0 Stairs : 0 62



Total : 40 (dependen berat) -



Tampak tangan kirinya di gips dari telapak tangan hingga ke lengan atas Kaki kanannya di perban ROM pasif berhasil dilakukan



A: Masalah belum teratasi P: - Menjaga lingkungan klien dari benda yang dapat membahayakan - Memotivasi klien untuk mencoba melakukan tirah baring 03/8/16



3



S: -



Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi



O: -



03/8/16



6



Tampak adanya luka lecet pada tangan kanan Kaki kanan di perban dan tangan kiri di gips Tidak ada tanda gejala infeksi seperti kemerahan, panas, dan bengkak



A: Masalah teratasi P: Pertahankan intervensi S: O: -



Telapak kaki kanan di perban Tangan kiri di gips Tampak luka jahitan pada ibu jari kakinya (vulnus amputatum) Tidak ada penambahan kerusakan integritas kulit Tidak ada tanda tanda infeksi



A: Masalah teratasi P: - Lanjutkan intervensi - Pertahankan kebersihan luka dan kebersihan lingkugnan klien - Pantau tanda tanda infeksi



63



Hari ke-3 Tangggal 04/8/16



Diagnosa 1



Evaluasi S: P : bergerak, tersenggol Q : nyeri yang dirasakan seperti panas, perih dan tertekan R : nyeri pada kaki kanan, tangan kiri S : nyeri skala 4 T : hilang timbul - Klien menyatakan dapat mempraktikkan relaksasi nafas dalam secara man O: -



Klien terlihat mengernyitkan dahi Klien terkadang tampak merintih TD = 120/80 mmHg HR = 84 x/menit RR = 22 x/menit Klien mempraktikkan secara mandiri relaksasi nafas dalam Injeksi ketorolac Kontrol lingkungan dari suhu, pencahayaan, dan kebisingan seperti memb jumlah pengunjung, mematikan lampu dan menyalakan jika perlu saja, ser membuka jendela ruangan.



A: Masalah teratasi P: -



04/8/16



2



Motivasi klien untuk selalu mempraktikkan relaksasi nafas dalam Motivasi meningkatkan istirahat



S: -



Klien manyatakan mobilisasi dan aktifitasnya terganggu karena terasa nye bergerak. Klien manyatakan bisa untuk melakukan kiri dan kanan Klien menyatakan tidak ada kelelahan



O:



-



ADL : Feeding : 5 Bathing : 0 Grooming : 0 Dressing : 5 Bowels : 10 Bladder : 10 Toilet use : 5 Transfer : 5 Mobility : 0 Stairs : 0 Total : 40 (dependen berat) Tampak tangan kirinya di gips dari telapak tangan hingga ke lengan atas Kaki kanannya di perban 64



-



ROM pasif berhasil dilakukan



A: Masalah teratasi P: - Memotivasi klien untuk mencoba melakukan tirah baring - Memotivasi kelaurga untuk dapat mempraktikkan secara mandiri ROM pa klien 04/8/16



3



S: -



Klien mengatakan nyeri pada luka post operasi



O: -



04/8/16



6



Tampak adanya luka lecet pada tangan kanan Kaki kanan di perban dan tangan kiri di gips Tidak ada tanda gejala infeksi seperti kemerahan, panas, dan bengkak



A: Masalah teratasi P: Pertahankan intervensi S: O: -



Telapak kaki kanan di perban Tangan kiri di gips Tampak luka jahitan pada ibu jari kakinya (vulnus amputatum) Tidak ada penambahan kerusakan integritas kulit Tidak ada tanda tanda infeksi



A: Masalah teratasi P: - Lanjutkan intervensi - Pertahankan kebersihan luka dan kebersihan lingkugnan klien - Pantau tanda tanda infeksi



65



66



BAB IV PEMBAHASAN Nn. D (22 tahun) mengalami kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan patah tulang (fraktur) colles sinistra dan fraktur phalang 2,3 pedis dextra. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang ditentukan sesuai dengan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2002). Fraktur Colles adalah fraktur pada ujung bawah radius (ujung bawah terdorong ke belakang) yang menyebabkan pergelangan tangan tampak seperti garpu (Gibson, 2002). Secara klasik, fraktur ini terjadi setelah jatuh bertumpu pada tangan yang teregang. Garis fraktur biasanya berada 2,5 cm disebelah proksimal pergelangan tangan dan fragmen distalnya berpindah tempat posterior (deformitas menyerupai garpu bila dilihat dari samping dan ke radial). Seringkali disertai beberapa derajat pemendekan tulang akibat impaksi beberapa bagian komponen (Faiz & Moffat, 2002). Sedangkan fraktur phalang pedis adalah fraktur pada ruas-ruas punggung kaki dimana pada kasus Nn. D yang terjadi fraktur adalah phalang 2,3 pedis dextra. Prinsip penatalaksanaan fraktur ada 4R yaitu : recognition adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinis dan radiologi. Prinsip kedua yaitu reduction adalah pengembalian fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis, misal dengan pemasangan bidai, gips, pen, skrup, plat, dan lain-lain (Sjamsuhidajat, 2007). Ketiga yaitu dengan prinsip retention (imobilisasi) merupakan mempertahankan tulang dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan, biasanya dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna (Sjamsuhidajat, 2003). Prinsip yang terakhir adalah rehabilitation yaitu mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin. Pada saat tiba di RSDK tanggal 30 Juli 2016, tangan kiri klien tampak sudah digips dan luka amputasi pada jempol kaki kanan klien juga sudah dihecting. Keluarga klien mengatakan bahwa sebelum klien dirujuk ke RSDK, klien telah lebih dulu dirawat di RS daerah Blora. Tindakan gips pada tangan kiri klien telah sesuai dengan prinsip kedua dari penatalaksanaan fraktur menurut Chaeruddin Rosjad (1998). Sedangkan jempol kaki kanan klien sudah diamputasi.



67



Berdasarkan pemaparan ibu klien, jempol kaki klien mengalami fraktur dan tidak dapat direduksi lagi sehingga harus dilakukan tindakan amputasi. Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 02 Agustus 2016 (preoperasi) diperoleh data, klien mengeluhkan nyeri dibagian pergelangan tangan kiri dan jempol kaki kanannya, rasa nyeri bagian pergelangan tangan seperti ditindih benda berat dan nyeri bagian kaki seperti ditusuk benda tajam dengan skala nyeri 5. Kondisi fraktur colles saat pengkajian sudah dalam kondisi digips. Sedangkan pengukuran tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah klien 120/70 mmHg, frekuensi nadi 86 kali/menit, dan frekuensi pernapasan 22 kali/menit. Berdasarkan data tersebut maka diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan gerakan fragmen tulang dan cedera pada jaringan lunak. Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri akut ini dilakukan dalam waktu 3x24 jam. Tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain memonitor tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi pernapasan) klien baik sebelum maupun setelah operasi, memonitor nyeri klien secara kontinu (pre-post operasi), mempertahankan imobilisasi pada bagian yang fraktur dengan tirah baring dan gips, ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang atau penekanan pada jaringan yang rusak, melakukan elevasi tungkai 300 yang bertujuan untuk meningkatkan aliran balik vena, meminimalkan pembengkakan serta mengurangi nyeri. Cedera yang terjadi pada



ekstremitas



bawah



berisiko



tinggi



mengalami



pembengkakan.



Pembengkakan yang tidak segera ditangani atau dibiarkan dalam posisi flat akan menyebabkan insufisiensi pembuluh darah atau penekanan pada serabut saraf, sehingga dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol, pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringan yang mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot (Risnanto & Insani, 2014). Tindakan keperawatan lain yang diberikan kepada klien untuk mengurangi rasa nyeri adalah dengan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ayudianningsih dan Maliya tahun 2009 menunjukkan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan teknik relaksasi nafas



68



dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur antara kelompok eksperimen dan kelompok control di Rumah Sakit Karima Utama Surakarta” (Ayudianningsih dan Maliya, 2009). Brunner & Suddart (2001) mengatakan bahwa teknik relaksasi napas dalam dilakukan untuk menekan nyeri pada thalamus yang dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat mengurangi nyeri selama nyeri timbul. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi napas dalam adalah pasien harus dalam keadaan nyaman, pikiran pasien harus tenang dan lingkungan yang tenang. Suasan yang rileks dapat meningkatkan hormone endorphin yang berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke thalamus, cerebri dan akhirnya berdampak pada menurunnya persepsi nyeri (Brunner & Suddart, 2001). Sedangkan Implementasi secara farmakologis yang dilakukan dalah dengan kolaborasi pemberian analgesic ketorolac. Seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan tersebut terbukti efektif mengatasi masalah nyeri akut yang dialami klien. Hal ini dibuktikan ketika dilakukan evaluasi pada tanggal 04 Agustus 2016, klien mengatakan nyeri berkurang dari skala 5 menjadi skala 3. Region nyeri masih sama yaitu dibagian pergelangan tangan kiri dan luka post-operasi bagian kaki kanan, rasa nyeri bagian pergelangan tangan seperti ditindih benda berat dan nyeri bagian kaki seperti ditusuk benda tajam dengan skala nyeri masing-masing adalah 3. Pengukuran tanda-tanda vital pun juga menunjukkan hasil yang normal yaitu tekanan darah klien 120/80 mmHg, frekuensi nadi 92 kali/menit dan frekuensi pernapasan 20 kali/menit. Diagnosa keperawatan kedua yang muncul berdasarkan hasil pengkajian yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal dan kelemahan otot. Diagnosa ini didasarkan dengan data-data yang muncul antara lain klien mengalami kecelakaan lalu lintas dan terjadi fraktur colles sinistra dan fraktur phalanx 2,3 pedis dextra ini dibuktikan dengan hasil rontgen. Tangan kiri klien pun tampak digips dari telapak tangan hingga ke lengan atas sedangkan kaki kanannya terlihat diperban, menurut pemaparan ibu klien, jempol



69



kaki kanan klien sudah diamputasi. Pengkajian kekuatan otot klien menunjukkan skor 1 pada ekstremitas kiri atas, dan skor 2 pada ekstremitas kanan bawah. Selain itu, hasil pengkajian aktivitas dan latihan klien menggunakan indeks barthel menunjukkan skor ketergantungan klien adalah 4 itu berarti klien mengalami ketergantungan total. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik klien adalah mengkaji kekuatan otot karena pada pasien fraktur pasti akan mengalami penurunan kekuatan otot dan tujuan lainnya adalah untuk menentukan batas kemampuan klien dalam mobilisasi. Selain itu melakukan ROM pasif-aktif pada bagian ekstremitas yang tidak cedera yaitu ekstremitas atas dextra dan ekstremitas bawah sinistra. Hal ini bertujuan agar ekstremitas yang tidak cedera tidak mengalami kelemahan otot dan atrofi otot akibat tirah baring dalam waktu lama. Sedangkan pada ekstremitas yang cedera khususnya ekstremitas yang digips seperti halnya pada Nn. D, agar tetap dipertahankan dalam posisi imobilisasi selama ±4 minggu. Ekstremitas yang cedera dapat dimobilisasi setelah terjadi penyatuan tulang. Penyatuan tulang terjadi dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan (Smeltzer & Bare, 2002). Itu berarti setelah 4 minggu imobilisasi, ekstremitas yang cedera dapat mulai dimobilisasi secara bertahap. Otot akan mengalami atrofi setelah imobilisasi dalam waktu 6 minggu (Adam, 2007). Selama 3x24 jam diberikan tindakan keperawatan ROM, kekuatan otot klien belum mengalami peningkatan. Diagnosa ketiga adalah risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan traksi tulang. Diagnosa ini muncul berdasarkan data adanya fraktur colles sinistra dan fraktur phalanx 2,3 pedis dextra (data ini berdasarkan hasil rontgen), terdapat luka lecet di tangan kanan klien, terpasang gips di tangan kiri klien, ada luka jahitan di jempol kaki kanan klien, serta adanya advice dokter tentang rencana operasi STSG. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah risiko infeksi ini adalah dengan memonitor adanya tanda-tanda infeksi, mempertahankan lingkungan sekitar pasien agar tetap bersih, menganjurkan keluarga dan pengunjung agar mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masuk ke



70



ruang perawatan, mencuci tangan sebelum melakukan tindakan invasif kepada klien, menganjurkan klien agar meningkatkan intake nutrisi dan cairan serta kolaborasi pemberian antibiotic. Setelah melakukan tindakan keperawatan tersebut selama 3x24 jam, tampak tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka klien. Adanya infeksi biasanya ditandai dengan adanya pembengkakan, nyeri yang hebat, adanya pus serta kemerahan disekitar luka. Nn. D diusinya yang masih cukup muda yaitu 22 tahun harus mengalami peristiwa kecelakaan yang menyebabkan jempol kaki kanannya harus diamputasi tentu akan menimbulkan perasaan sedih, malu dan rasa minder dalam diri klien. Serta akan memicu timbulnya persepsi dalam pikiran klien bahwa dirinya cacat. Hal ini yang mendasari munculnya diagnosa keempat yaitu gangguan citra tubuh berhubungan dengan kehilangan anggota tubuh : jempol kaki kanan. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mendengarkan setiap keluhan klien. Seseorang dengan guncangan emosional hanya menginginkan satu hal, yaitu keinginan untuk didengarkan. Untuk itu sebagai perawat professional, hendaknya kita memfasilitasi klien untuk mendengarkan seluruh keluh kesahnya selama menjalani proses penyembuhan. Selain itu, memberikan motivasi kepada klien agar ia tidak berlarut-larut dalam kesedihannya memikirkan kondisinya saat ini. kita juga melibatkan keluarga untuk senantiasa berada di samping klien dan memberikan dukungan hingga klien dapat menerima kondisi tubuhnya. Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3x24 jam ternyata belum menunjukkan hasil yang cukup signifikan, klien masih merasa sedih karena kehilangan jempol kaki kanannya dan klien juga mengatakan bahwa dirinya belum bisa menerima dengan kondisinya yang menurut dia “cacat.” Diagnosa kelima adalah ansietas berhubungan dengan rencana tindakan operasi. Data-data pengkajian yang mendukung munculnya diagnosa ini adalah klien merasa tegang dengan rencana operasi cangkok kulit yang akan dilaksanakan esok hari, klien menunjukkan ekspresi kecemasan dan tampak gelisah. Ketika dilakukan pengkajian menggunakan skala HARS, skor kecemasan klien adalah 17 cemas ringan. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengajarkan relaksasi napas dalam untuk mengurangi kecemasan serta



71



memotivasi klien agar tidak perlu terlalu memikirkan rencana operasi yang akan dilakukan dan motivasi klien untuk berdoa sebelum operasi dilaksanakan. Tindakan tersebut ternyata cukup efektif untuk mengurangi kecemasan klien, terbukti setelah klien melakukan relaksasi napas dalam, klien mengatakan hatinya sedikit lebih tenang. Skor HARS setelah operasi menunjukkan angka 9 yang berarti klien sudah tidak cemas lagi.



72



BAB V PENUTUP A; Kesimpulan



Implementasi terhadap 6 diagnosa pre-operasi dan 5 diagnosa post-operasi yang ditemukan pada Nn. D, 4 diantaranya sudah dapat teratasi sesuai dengan kriteria yang ingin dicapai selama 3 hari. Akan tetapi masih ada 2 diagnosa yang belum dapat teratasi karena ada beberapa kriteria hasil yang belum tercapai dalam waktu 3x24 jam yaitu pada diagnosa hambatan mobilitas fisik dan gangguan citra tubuh. Kedua diagnosa tersebut memerlukan waktu yang cukup lama dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah seperti yang dialami Nn. D. B; Saran 1; Mahasiswa



Mahasiswa disarankan memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif tidak hanya masalah fisik namun masalah psikologis dan kemampuan kognitif pasien dengan fraktur baik pre maupun post operasi. 2; Pasien Penderita dengan post operasi fraktur diharapkan mampu melaksanakan rencana tindak lanjut yang telah disepakati sehingga kesehatan klien dapat dipertahankan dan tidak mengalami masalah yang sama 3; Perawat Perawat diharapkan mampu meningkatkan asuhan keperawatan secara menyeluruh dalam aspek bio-psiko-sosio-dan spiritual.



DAFTAR PUSTAKA



73



Faiz, Omar & Moffat, David. 2002. At a Glance series Anatomi. Jakarta : Erlangga. Gibson, John. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2015. http//www/depkes.go.id diakses pada tanggal 28 Juli 2016. Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperwatan Klien dengan Gangguan system Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika Nuararif. 2011. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Yogjakarta: Mediaction Patel P. 2007. Lectures Note: Radiologi. Ed 2. Bandung: Erlangga Prince & Wilson. 2006. Patofisologi Konsep Proses-Proses Penyakit. Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC. Risnanto, Uswatun I. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish Suratun. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3 ed 8. Jakarta:EGC



74