Askep (Oref) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PEMASANGAN OREF (Open Reduction External Fixtation)



OLEH Nizar Zulm Hidayat



(P17221171006)



Sindi Ayu Atika



(P17221171008)



Ranita Sari



(P17221171004)



Irfani Dewi M



(P17221173027)



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG KEPERAWATAN LAWANG TAHUN 2019



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PEMASANGAN OREF (Open Reduction External Fixtation)” dapat terselesaikan. Dari makalah ini semoga memberikan informasi kepada kita semua. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan diterima dengan senang hati dan penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi siapapun. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.Terima kasih.



Lawang, 3 Februari 2019 penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ...........................................................................1 1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................1 1.3 TUJUAN PENULISAN .........................................................................2 1.4 MANFAAT ............................................................................................2 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 KONSEP DASAR ..................................................................................3 2.2 INDIKASI OREF ...................................................................................4 2.3 KOMPLIKASI OREF ............................................................................5 2.4 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA KLIEN DENGAN PEMASANGAN EKSTERNAL FIKSASI .............5 2.5 PENATALAKSANAAN DANPERAWATAN OREF .........................6 BAB 3 TINJAUAN ASKEP 3.1 PENGKAJIAN .....................................................................................10 3.2 ANALISIS DATA ...............................................................................11 3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................................13 3.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN .........................................13 3.5 EVALUASI ..........................................................................................18 BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................20



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda. Beberapa tulang, misalnya femur mempunyai kekuatan otot yang kuat sehingga reposisi tidak dapat dilakukan sekaligus. Untuk menghindari berbagai permasalahan diperlukan penanganan fraktur sedini mungkin. Umumnya penanganan fraktur dibagi 2 macam, yaitu; secara konservatif (penanganan tanpa pembedahan) dan operatif meliputi operasi ORIF dan OREF. maka dilakukan penatalaksanaan untuk mencegah infeksi dan injury pada oref (Open Reduction External Fixation) pada fraktur dengan cara Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yaitu berupa mengganti balutan dan membersihkan luka baik pada luka yang bersih maupun luka yang kotor untuk mencegah infeksi. Dan untuk mencegah injury dalam penatalaksanaan dilakukan dengan traksi dan latihan aktif. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah Definisi OREF? 2. Apakah tujuan dari pemasangan OREF? 3. Apakah indikasi dari pemasangan OREF? 4. Apakah komplikasi dari pemasangan OREF? 5. Apa sajakah yang perlu diperhatikan pada pasien dengan pemasangan



4



OREF? 6. Apakah keuntungan dan kerugian pemasangan OREF? 7. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan injury akibat pemasangan OREF? 8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan OREF?



1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari OREF. 2. Untuk mengetahui tujuan dari pemasangan OREF. 3. Untuk mengetahui indikasi dari pemasangan OREF. 4. Untuk mengetahui komplikasi dari pemasangan OREF. 5. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dari pemasangan OREF. 6. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian pemasangan OREF. 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan injury akibat pemasangan OREF. 8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan OREF 1.4 Manfaat Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat mengetahui pasien dengan pemasangan OREF 5



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Konsep Dasar A. Definisi OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal di mana prinsipnya tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur , sekrup atau kawat ditransfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif ( hancur atau remuk ) . Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap terjaga posisinya , kemudian dikaitkan pada kerangkanya. Fiksasi ini memberikan rasa nyaman bagi pasien yang mengalami kerusakan fragmen tulang.



2.2 Tujuan OREF Tujuan dilakukan tindakan antara lain : a. Untuk menghilangkan rasa nyeri. 6



Nyeri yang timbul pada fraktur bukan karena frakturnya sendiri, namun karena terluka jaringan disekitar tulang yang patah tersebut. b. Untuk menghasilkan dan mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. c. Agar terjadi penyatuan tulang kembali Biasanya tulang yang patah akan mulai menyatu dalam waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan. Namun terkadang terdapat gangguan dalam penyatuan tulang, sehingga dibutuhkan graft tulang. d. Untuk mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi yang lama dapat mengakibatkan mengecilnya otot dan kakunya sendi. Maka dari itu diperlukan upaya mobilisasi secepat mungkin



2.3 Indikasi OREF



a. Fraktur terbuka grade II (Seperti grade I dengan memar kulit dan otot ) dan III (Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit ) b. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang yang parah. c. Fraktur yang sangat kominutif ( remuk ) dan tidak stabil. d. Fraktur yang disertai dengan kerusakan pembuluh darah dan saraf. e. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain. f. Fraktur yang terinfeksi di mana fiksasi internal mungkin tidak cocok. Misal : infeksi pseudoartrosis ( sendi palsu ). g. Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan. h. Kadang – kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus



7



2. 4 Komplikasi OREF 



komplikasinya adalah :. a. Infeksi di tempat pen ( osteomyelitis ). b. Kekakuan pembuluh darah dan saraf. c. Kerusakan periostium yang parah sehingga terjadi delayed union atau non union . d. Emboli lemak. e. Overdistraksi fragmen.



2. 5 Hal – hal yang Harus Diperhatikan pada Klien dengan Pemasangan Eksternal Fiksasi a. Persiapan psikologis Penting sekali mempersiapkan pasien secara psikologis sebelum dipasang fiksator eksternal Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien. Harus diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan bahwa mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat ini, begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan fiksator ini. b. Pemantauan terhadap kulit, darah, atau pembuluh saraf. Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari fiksator atau pin harus ditutupi untuk mencegah adanya cedera akibat alat ini. Tiap tempat pemasangan pin dikaji mengenai adanya kemerahan , keluarnya cairan, nyeri tekan, nyeri dan longgarnya pin.Perawat harus waspada terhadap potensial masalah karena tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh darah. c.



Pencegahan infeksi Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga kebersihannya. Bila pin atau klem mengalami



8



pelonggaran , dokter harus diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan ukurannya. d. Latihan isometrik Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas cedera di tempat lain. Pembatasan pembebanan berat badan diberikan untuk meminimalkan pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin dan tulang



2. 6 Penatalaksanaan dan Perawatan OREF a. Pencegahan Infeksi pada OREF Merawat luka adalah untuk mencegah trauma pada kuit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma , fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit. 



Tujuan Melakukan Perawatan Luka Tujuan untuk melakukan perawatan luka adalah : 1) Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka. 2) Absorbsi drainase. 3) Menekan dan imobilisasi luka. 4) Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis. 5) Mencegah luka dari kontaminasi. 6) Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien



b. Pencegahan Injury 1) Pencegahan Injury dengan Traksi Traksi adalah Suatu pemasangan gaya tarikan pada bagian tubuh. Traksi digunakan untuk meminimalkan spasme otot ; untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur ; untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan diantara 9



kedua permukaan patahan tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginka untuk mendapatkan efek terapeutik. (Smeltzer & Bare, 2001 ). 



Keuntungan pemakaian traksi a) . Menurunkan nyeri spasme b) Mengoreksi dan mencegah deformitas c) Mengimobilisasi sendi yang sakit







Kerugian pemakaian traksi a) Perawatan RS lebih lama b) Mobilisasi terbatas c) Penggunaan alat-alat lebih banyak.







Prinsip Perawatan Traksi a) Berikan tindakan kenyamanan ( contoh: sering ubah posisi, pijatan punggung ) dan aktivitas terapeutik b) Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan otot. c) Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi. d) Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai dengan indikasi, gunakan teknik aseptic dengan tepat. e) Pertahankan linen klien tetap kering, bebas keriput. f) Anjurkan klien menggunakan pakaian katun longgar. g) Dorong klien untuk menggunakan manajemen stress, contoh: bimbingan imajinasi, nafas



dalam.



h) Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan i)



Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh: edema, eritema.



2) Pencegahan Injury dengan Latihan aktif 



Definisi ROM Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat 10



kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal 



Jenis ROM a) ROM Pasif Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. b) ROM Aktif Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan ototototnya secara aktif Pergerakan aktif adalah dimana seseorang yang bisa untuk melakukan latihan / menggerakan anggota tubuh dengan kekuatannya sendiri tanpa dibantu oleh orang lain.







Tujuan a) Mencegah terjadinya kelumpuhan pada otot – otot. b) Memprlancar predaran darah.



11



c) Mencegah terjadinya atrofi. d) Untuk mendorong dan membantu agar pasien dapat menggunakan lagi anggota gerak yang lumpuh.



12



BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OREF



PENGKAJIAN a.



Biodata



b. Keluhan utama: keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan gangguan neurosensori. c.



Riwayat perkembangan



d.



Riwayat kesehatan masa lalu: kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan fraktur), cara penanggulangan, dan penyakit (diabetes melitus).



e.



Riwayat kesehatan sekarang: kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab, gejala timbul tiba-tiba/perlahan, lokasi, obat minum, dan cara penanggulangan.



f.



Pemeriksaan fisik: 1) Gambaran umum a)



Keadaan umum. Keadaan baik atau buruknya klien. Hal yang harus



dicatat adalah tanda-tanda : kesadaran, kesakitan dan keaadaan penyakit, tanda-tandda vital yang tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk b) Secara sistemik, dari kepala sampai kelamin. 2) Keadaan lokal. Pemeriksaan pada sistem musuloskeletal adalah sebagai berikut : a)



Look (Inspeksi).hal-hal yang harus diperhatikan meliputi: Sikatriks



(jaringan parut, baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi); fistula; waarna kemerahan atau kebiruan (livid) atau hiperpigmentasi; benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yangg tidak biasa (abnormal); posisi dan bentuk ekstremitas (deformitas); posisi jalan (gait, waktu masuk kekamar periksa).



13



b)



Feel (palpasi). Hal-hal yang perlu dicatat, yaitu: Perubahan suuhu



disekitar trauma (hangat) dan kelembapan kulit; apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau edema terauma disekitar persendin; nyeri tekaan (tenderness), krepitasi, letak kelainan



(1/3 proksimal, tengan dan



distall); tonus otot pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan yang terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. c) Move (pergerkan terauma rentang gerak).



g. Riwayat psikososial: reaksi emosional, citra tubuh, dan sistem pendukung. h. Pemeriksaan diagnostik: rontgen untuk mengetahui lokasi dan luas cedera, CT scan, MRI, arteriogram, pemindaian tulang, darah lengkap, kreatinin, dan pemeriksaan lab. Lengkap untuk pesiapan operasi. i.



Pola kebiasaan sehari-hari atau hobi.



ANALISIS DATA



1. Pre Operasi



NO Data Fokus 1.



Etiologi



Masalah



DS : pasien mengeluh trauma



jaringan



dan Nyeri



sakit, sulit bergerak



refleks



spasme



otot



DO : pasien tampak



sekunder akibat fraktur



meringis dan memegangi tubuh yang cedera



2.



DS : pasien mengeluh ancaman



integritas Kecemasan



takut



sekunder



dipasang



operasi, alat,



takut biologis khawatir akibat operasi



tangan dan kaki tidak berfungsi



14



DO : pasien nmpak gelisah dan murung , tachicardi.



2. Post Operasi No. 1.



Data Fokus



Etiologi



DS : pasien mengeluh Alat sulit



Masalah



eksternal Hambatan



menggerakkan fiksasi



mobilitas



fisik



anggota tubuhnya, nyeri saat bergerak DO : pasien nampak lemah, gerakan terbatas, kekuatan otot nampak menurun 2.



DS : pasien mengatakan perubahan dalam



Gangguan citra tubuh



takut kehilangan bagian penampilan tubuh,



pasien sekunder akibat



mengatakan



khawatir pemasangan eksternal



pada reaksi orang lain fiksasi terhadap dirinya DO : pasien nampak takut anggota



kehilangan tubuhnya,



fungsi/struktur



tubuh



nampak mulai berubah, hubungan sosial mulai berubah



15



DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Pre operasi : a) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi tubuh yang cedera b) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi. 2) Post operasi : a) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur invasif (pin ). b) Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam c) Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi d) Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder akibat pemasangan eksternal fiksasi e) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d ketidaktahuan tentang perawatan eksternal fiksasi RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pre operasi a) Nyeri b/d trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat fraktur ditandai dengan mengeluh sakit, sulit bergerak, tampak meringis dan memegangi tubuh yang cedera Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 1×24 jam diharapkan keluhan nyeri berkurang. Rencana tindakan a. Kaji tingkat nyeri dan intensitas.



Rasionalisasi a. Mengetahui tingkat nyeri



b. b. Ajarkan teknik distraksi selama b. b. Mengurangi nyeri tanpa nyeri akut



tindakan invasif



16



c. c. Observasi vital sign



c. c.Tingkat nyeri dapat diketahui



d. d. Kolaboratif pemberian obat



dari vital sign.



analgesik dan kaji efektivitasnya. d. d. Mengatasi nyeri pasien dan menyusun rencana selanjutnya bila nyeri tidak bisa diatasi dengan analgesik.



b) Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi d/d mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak berfungsi, tampak gelisah dan murung , tachicardi. Rencana tujuan : Setelah diberikan tindakan perawatan selama 2 x 30 menit diharapkan kecemasan klien berkurang. Rencana tindakan a. Kaji tingkat ansietas b. b. Beri kenyamanan dan ketentraman hati, perlihatkan rasa empati.



Rasionalisasi a. a. Sebagai acuan membuat strategi tindakan. b. b. Agar pasien lebih tenang menghadapi operasi.



c. c. Bila ansietas berkurang , beri c. c. Bila keadaan klien lebih penjelasan tentang operasi ,



tenang maka klien akan lebih



pemasangan eksternal fiksasi,



mudah menerima penjelasan



serta persiapan yang harus



yang diberikan.



dilakukan. 2. Post operasi



17



a) Resti infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder akibat adanya jalur invasif (pin ). Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 1 minggu diharapkan tidak terjadi infeksi Rencana tindakan a. a. Jaga kebersihan di daerah pemasangan eksternal fiksasi.



Rasionalisasi a. Mencegah kolonisasi kuman.



b. b. Lakukan perawatan luka secara b. b. Mencegah infeksi kuman aseptik di daerah pin.



melalui pin



cc. Observasi vital sign dan tanda- c. c. Menemukan tanda-tanda infeksi tanda infeksi sistemik maupun



secara dini.



lokal ( demam, nyeri, kemerahan,



d. Untuk mencegah atau



keluar cairan, pelonggaran pin )



mengobati infeksi.



d.d. Kolaboratif pemberian antibiotika. b) Resiko cedera b/d terpasang alat berujung tajam Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan tidak terjadi cedera /trauma akibat alat yang dipasang. Rencana tindakan



Rasionalisasi



a. Tutup ujung-ujung pin



a. Mencegah cedera akibat



atau fiksator yang tajam b. Beri penjelasan pada klien



alat yang tajam b. Agar pasien



agar berhati – hati dengan



mengantisipasi gerakan



alat yang terpasang



untuk mencegah cedera.



c) Hambatan mobilitas fisik b/d alat eksternal fiksasi Rencana tujuan : 18



Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam diharapkan klien mampu memperlihatkan kemampuan mobilitas. Rencana Tindakan a. Latih bagian tubuh yang



Rasionalisasi a. a. Mencegah terjadinya atrofi



sehat dengan latihan ROM



disuse .



b. Bila bengkak pada daerah b. b. Membantu meningkatkan pemasangan eksternal



kekuatan



fiksasi sudah berkurang,



c. c. Mempercepat kemampuan



latih pasien untuk latihan



klien untuk mandiri serta



isometrik di daerah



meningkatkan rasa percaya diri



tersebut.



klien.



c. Latih pasien menggunakan alat bantu jalan d) Gangguan citra tubuh b/d perubahan dalam penampilan sekunder akibat pemasangan eksternal fiksasi Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 24 jam diharapkan klien mempunyai gambaran diri yang positif . Rencana Tindakan a. Dorong individu untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, pandangan tentang dirinya. b. Ungkapkan aspek positif dari klien. c. Libatkan orang-orang terdekat untuk : - berbagi perasaan dan ketakutan dengan klien - mengidentifikasi aspek positif klien dan cara



Rasionalisasi a. Dapat mengidentifikasi gambaran klien tentang dirinya. b. Membantu meningkatkan rasa percaya diri klien. c. Merngurangi kecemasan, meningkatkan rasa percaya diri dan adaptasi terhadap keadaan sekarang,serta memperoleh citra diri yang positif.



19



-



mengungkapkannya menerima perubahan fisik dan emosional klien.



e) Resiko penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif b/d ketidaktahuan tentang perawatan eksternal fiksasi Rencana tujuan : Setelah diberikan askep selama 3 x 30 menit diharapkan klien dapat menunjukkan prilaku yang mendukung penatalaksanaan program terapi.



20



Rencana tindakan a. Berikan pengertian bahwa OREF memerlukan masa penyembuhan yang relatif lama ( 6-8 bulan ). b. Jelaskan tahap – tahap tindakan yang mungkin akan dilakukan pada klien. c. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang perawatan eksternal fiksasi di rumah.. Dorong keluarga untuk memantau keefektifan program terapi.



Rasionalisasi a. Agar secara psikologis klien terbiasa dengan alat yang terpasang di bagian tubuhnya b. Klien mempunyai gambaran umum tindakan yang akan dilakukan sehingga klien menjadi lebih kooperatif. c. Menjamin kesinambungan program pengobatan .



EVALUASI NO. 1.



Diagnosa Keperawatan Nyeri b/d trauma jaringan dan



Evaluasi S : pasien mengeluh sakit, sulit bergerak



refleks spasme otot sekunder akibat O : pasien tampak meringis dan fraktur



memegangi tubuh yang cedera A : Masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan



2.



Kecemasan b/d ancaman integritas biologis sekunder akibat operasi



S : pasien mengeluh takut operasi, takut dipasang alat, khawatir tangan dan kaki tidak berfungsi O : pasien nmpak gelisah dan murung , tachicardi. A : masalah teratasi sebagian P : intervensi dilanjutkan



21



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal di mana prinsipnya tulang ditransfiksasikan di atas dan di bawah fraktur. dihubungkan satu sama lain dengan suatu batang lain Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Prosedur ini nyaman bagi pasien dan mempercepat penyembuhan. 4.2 Saran Pasien dengan OREF diharapkan mampu melakukan terapi latihan rutin untuk proses penyembuhan fraktur. Sehingga pemasangan OREF dapat bekerja maksimal.



22



DAFTAR PUSTAKA



Anonim. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Fraktur. From: http://copyaskep.wordpress.com/2010/11/04/asuhan-keperawatan-klien-denganfraktur/.Minggu 7 september 2014 : 10.00 Carpenito – Moyet, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10, EGC< Jakarta, 2007. Muttaqin, Arif, Ns, S.Kep, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal, EGC, Jakarta, 2008. Smeltzer, G. Bare, Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, EGC,Jakarta, 2002.



23