Askep Stenosis Kanal Lumbar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.N DENGAN STENOSIS KANAL LUMBAL DI BANGSAL MELATI 3 RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN



Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah IV



Disusun oleh: Dita Amanda Sakti



P07120111008



Feri Suhindra



P07120111015



Fery Agustina



P07120111016



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2013



LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.N DENGAN STENOSIS KANAL LUMBAL DI BANGSAL MELATI 3 RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN



Disusun Oleh :



Dita Amanda Sakti



P07120111008



Feri Suhindra



P07120111015



Fery Agustina



P07120111016



TINGKAT III REGULER



Telah mendapat persetujuan pada tanggal ________________ 2013 Oleh :



Mengetahui, Pembimbing Klinik



(



Pembimbing Pendidikan



)



(



)



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan



rahmat



serta



hidayah-Nya



kepada



penulis,



sehingga



dapat



menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.N Dengan Stenosis Kanal Lumbal Di Bangsal Melati 3 Rsup Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten”. Asuhan Keperawatan ini bertujuan untuk melengkapi tugas praktik klinik mata kuliah KMB IV. Pembuatan Asuhan Keperawatan ini tidak akan terlaksana tanpa adanya kerjasama, bantuan, dukungan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Maria H Bakri, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Yogyakarta, 2. Ns. Umi Istianah, M.Kep, Sp.MB selaku Pembimbing Pendidikan mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah IV, 3. Triarso, AMK selaku Pembimbing Klinik Melati 3 RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro 4. Teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Kami percaya dalam penyusunan asuhan keperawatan ini banyak sekali kekurangan, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan asuhan keperawatan ini. Demikian asuhan keperawatan ini kami susun, apabila banyak kesalahan kami mohon maaf dan semoga asuhan keperawatan ini bermanfaat bagi pembaca.



Klaten, 18 November 2013 Penyusun



BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Lumbal spinal canal stenosis atau stenosis kanal lumbal adalah merupakan penyempitan



osteoligamentous



kanalis



vertebralis



dan



atau



foramen



intervertebralis yang menghasilkan penekanan pada akar saraf sumsum tulang belakang. Penyempitan kanal tulang belakang atau sisi kanal yang melindungi saraf sering mengakibatkan penekanan dari akar saraf sumsum tulang belakang. Saraf menjadi semakin terdesak karena diameter kanal menjadi lebih sempit. Prevalensinya 5 dari 1000 orang diatas usia 50 tahun di Amerika. Pria lebih tinggi insidennya daripada wanita, dan paling banyak mengenai L4-L5 dan L3-L4. Stenosis tulang belakang lumbal (penyempitan pada ruang saraf) adalah penyakit yang terutama mengenai usia paruh baya dan usia lebih tua, dan terjadi akibat penyempitan kanal spinal secara perlahan, mulai dari gangguan akibat penebalan ligamen kuning, sendi faset yang membesar, dan diskus yang menonjol. Biasanya seseorang dengan stenosis tulang belakang memiliki keluhan khas nyeri yang luar biasa pada tungkai atau betis dan punggung bagian bawah bila berjalan. Hal ini biasanya terjadi berulang kali dan hilang dengan duduk atau bersandar. Saat tulang belakang dibungkukkan, akan tersedia ruang yang lebih luas bagi kanal spinal, sehingga gejala berkurang. Meskipun gejala dapat muncul akibat penyempitan kanal spinal, tidak semua pasien mengalami gejala. Belum diketahui mengapa sebagian pasien mengalami gejala dan sebagian lagi tidak. Karena itu, istilah stenosis tulang belakang bukan merujuk pada ditemukannya penyempitan kanal spinal, namun lebih pada adanya nyeri tungkai yang disebabkan oleh penekanan saraf yang terkait Lumbar spinal stenosis adalah spinal stenosis pada daerah lumbal, yaitu ruang di dalam tulang punggung bagian bawah yang membawa saraf ke kaki. Bagian ini sangat sempit. Selama bertahun-tahun, tulang dan jaringan di sekitar kanal tumbuh, menyebabkan kanal menjadi lebih sempit dari waktu ke waktu. Penyempitan ini menekan saraf sehingga dapat menyebabkan nyeri punggung, nyeri kaki dan kelemahan. Artritis, jatuh, kecelakaan, dan keausan pada tulang tulang belakang dan sendi juga dapat menyebabkan lumbar spinal stenosis.



B. Etiologi Ada 3 faktor yang berkontribusi terhadap lumbal spinal canal stenosis, antara lain: 1. Pertumbuhan berlebih pada tulang. 2. Ligamentum flavum hipertrofi 3. Prolaps diskus Sebagian besar kasus stenosis kanal lumbal adalah karena progresif tulang dan pertumbuhan berlebih jaringan lunak dari arthritis. Risiko terjadinya stenosis tulang belakang meningkat pada orang yang: 1. Terlahir dengan kanal spinal yang sempit 2. Jenis kelamin wanita lebih beresiko daripada pria 3. Usia 50 tahun atau lebih (osteofit atau tonjolan tulang berkaitan dengan pertambahan usia) 4. Pernah mengalami cedera tulang belakang sebelumnya C. Patofisiologi Tiga komponen biokimia utama diskus intervertebralis adalah air, kolagen, dan proteoglikan, sebanyak 90-95% total volume diskus. Kolagen tersusun dalam lamina, membuat diskus mampu berekstensi dan membuat ikatan intervertebra. Proteoglikan berperan sebagai komponen hidrodinamik dan elektrostatik dan mengontrol turgor jaringan dengan mengatur pertukaran cairan pada matriks diskus. Komponen air memiliki porsi sangat besar pada berat diskus, jumlahnya bervariasi tergantung beban mekanis yang diberikan pada segment tersebut. Sejalan dengan pertambahan usia cairan tersebut berkurang, akibatnya nukleus pulposus mengalami dehidrasi dan kemampuannya mendistribusikan tekanan berkurang, memicu robekan pada annulus. Kolagen memberikan kemampuan peregangan pada diskus. Nucleus tersusun secara eksklusif oleh kolagen tipe-II, yang membantu menyediakan level hidrasi yang lebih tinggi dengan memelihara cairan, membuat nucleus mampu melawan beban tekan dan deformitas. Annulus terdiri dari kolagen tipe-II dan kolagen tipe-I dalam jumlah yang sama, namun pada orang yang memasuki usia 50 tahun atau lebih tua dari 50 tahun kolagen tipe-I meningkat jumlahnya pada diskus. Proteoglikan pada diskus intervertebralis jumlahnya lebih kecil dibanding pada sendi kartilago, proteinnya lebih pendek, dan jumlah rantai keratin sulfat dan kondroitin



sulfat



yang



berbeda.



Kemampatan



diskus



berkaitan



dengan



proteoglikan, pada nuleus lebih padat daripada di annulus. Sejalan dengan penuaan, jumlah proteoglikan menurun dan sintesisnya juga menurun. Annulus tersusun atas serat kolagen yang kurang padat dan kurang terorganisasi pada tepi perbatasannya dengan nukleus dan membentuk jaringan yang renggang dengan nukleus pulposus. Patofisiologi nyeri tidak semata-mata diakibatkan oleh kompresi akar saraf spinalis atau cauda equina, beberapa penelitian menyebutkan bahwa nyeri diakibatkan oleh klaudikasi neurogenik. Harus ada inflamasi dan iritasi pada akar saraf agar gejala muncul pada ekstremitas bawah. Kompresi pada akaf saraf normal memunculkan gejala paraestesia, defisit sensoris, penurunan motorik, dan reflex abnormal, tapi nyeri biasanya tidak timbul. Iritasi dan inflamasi bisa juga terjadi selama pergerakan ekstremitas bawah atau spina saat saraf dipaksa untuk memanjang dan menyimpang dari posisi istirahatnya. D. Manifestasi Klinis Gejala yang dirasakan tiap pasien berbeda tergantung pola dan distribusi stenosis. Gejala bisa berhubungan dengan satu akar saraf pada satu level. Adapun manifestasi kliniknya adalah: 1. Kebanyakan pasien mengeluh pada nyeri pinggang bawah (95%) 2. Nyeri pada ekstremitas bawah (71%) berupa rasa terbakar yang sifatnya hilang timbul, kesemutan, berat, geli di posterior atau posterolateral tungkai 3. Kelemahan (33%) yang menjalar ke ekstremitas bawah memburuk dengan berdiri lama, beraktivitas, atau ekstensi lumbal yang biasanya berkurang pada saat duduk, berbaring, dan posisi fleksi lumbal. E. Komplikasi Karena lumbar stenosis lebih banyak mengenai populasi lanjut usia maka kemungkinan terjadi komplikasi pasca operasi lebih tinggi daripada orang yang lebih muda. Selain itu juga lebih banyak penyakit penyerta pada orang lanjut usia yang akan mempengaruhi proses pemulihan pasca operasi. Komplikasi dibagi menjadi empat grup yaitu , infeksi, vaskuler, kardiorespirasi, dan kematian. Kematian berkorelasi dengan usia dan penyakit komorbid. Peningkatan resiko komplikasi yang berkaitan dengan fusi meliputi infeksi luka, DVT (deep vein thrombosis) atau emboli paru, kerusakan saraf. Komplikasi pada graft, dan kegagalan pada instrumen. Komplikasi laminektomi bisa terjadi fraktur pada facet lumbar, dan spondilolistesis postoperatif.



F. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis spinal stenosis biasanya ditegakkan secara klinis. Penting selama evaluasi klinis untuk menyingkirkan adanya penyakit pembuluh darah perifer (berkurangnya aliran darah ke tungkai) sebagai kemungkinan diagnosis. Pemeriksaan untuk memastikan stenosis tulang belakang mencakup : 1. Sensasi kulit, kekuatan otot, dan refleks 2. Romberg tes, uji pinggul ekstensi dan tes fungsi neuromuskuler 3. Foto polos x-ray Lumbosacral Merupakan penilaian rutin untuk pasien dengan back pain. Dibuat dalam posisi AP lateral dan obliq, dengan tampak gambaran kerucut lumbosacral junction, dan spina dalam posisi fleksi dan ekstensi. Diharapkan untuk mendapat informasi ketidakstabilan segmen maupun deformitas. 4. MRI (Magnetic Resonance Imaging). MRI adalah pemeriksaan gold standar diagnosis lumbal stenosis dan perencanaan operasi. Kelebihannya adalah bisa mengakses jumlah segmen yang terkena, serta mengevaluasi bila ada tumor, infeksi bila dicurigai. Selain itu bisa membedakan dengan baik kondisi central stenosis dan lateral stenosis. 5. CT Scan dapat menunjukkan taji tulang apapun yang dapat menempel ke tulang punggung dan mengambil ruang di sekitar saraf tulang belakang. 6. EMG (Elektromiogram). Dilakukan jika ada kekhawatiran tentang masalah neurologis. Ini dilakukan untuk memeriksa apakah jalur motor saraf bekerja dengan benar. 7. Somatosensori (SSEP) tes. Tes ini dilakukan untuk mencari lebih tepatnya di mana saraf tulang belakang tertekan. SSEP digunakan untuk mengukur sensasi saraf. Impuls sensorik perjalanan saraf, menginformasikan tentang sensasi tubuh seperti rasa sakit, suhu, dan sentuhan. 8. Tes darah untuk menentukan apakah gejala disebabkan dari kondisi lain, seperti arthritis atau infeksi.



G. Penatalaksanaan 1. Terapi Konservatif Apabila tidak terdapat keterlibatan saraf berat atau progresif, kita dapat menangani stenosis tulang belakang menggunakan tindakan konservatif berikut ini: a. Obat



antiinflamasi



nonsteroid



untuk



mengurangi



inflamasi



dan



menghilangkan nyeri b. Analgesik untuk menghilangkan nyeri c. Blok akar saraf dekat saraf yang terkena untuk menghilangkan nyeri sementara d. Program latihan dan/atau fisioterapi untuk mempertahankan gerakan tulang belakang, memperkuat otot perut dan punggung, serta membangun stamina, Semua hal tersebut membantu menstabilkan tulang belakang. Beberapa pasien dapat didorong untuk mencoba aktivitas aerobik dengan gerak progresif perlahan seperti berenang atau menggunakan sepeda latihan. e. Korset lumbal untuk memberikan dukungan dan membantu pasien mendapatkan kembali mobilitasnya. Pendekatan ini terkadang digunakan pada pasien dengan otot perut yang lemah atau pasien berusia lanjut dengan degenerasi beberapa tingkat. Korset hanya dapat digunakan sementara, karena penggunaan jangka panjang dapat melemahkan otot punggung dan perut. f.



Akupuntur dapat menstimulasi lokasi-lokasi tertentu pada kulit melalui berbagai teknik, sebagian besar dengan memanipulasi jarum tipis dan keras dari bahan metal yang memenetrasi kulit.



2. Terapi operatif Indikasi operasi adalah gejala neurologis yang bertambah berat, defisit neurologis yang progresif, ketidakamampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan menyebabkan penurunan kualitas hidup, serta terapi konservatif yang gagal.



Prosedur



yang



paling



standar



dilakukan



adalah



laminektomi



dekompresi. Tindakan operasi bertujuan untuk dekompresi akar saraf dengan berbagai tekhnik sehingga diharapkan bisa mengurangi gejala pada tungkai bawah dan bukan untuk mengurangi LBP (low back pain), walaupun pasca operasi gejala LBP akan berkurang secara tidak signifikan.



H. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan



Data yang diperoleh atau dikaji tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah akut/kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan banyaknya akar saraf yang terkompresi (tertekan). Adapun pengkajian keperawatan meliputi: a. Aktivitas / Istirahat 1)



Gejala a)



Meliputi riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.



b)



Membutuhkan papan/matras yang keras selam tidur



c)



Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh



d) 2)



Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan



Tanda a) Atrofi otot pada bagian yang terkena b) Gangguan dalam berjalan



b. Eliminasi 1) Gejala a) Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi b) Adanya inkontinensia/retensi urine c. Integritas Ego 1) Gejala a) Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga 2) Tanda a) Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat d. Neurosensori 1) Gejala a) Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki 2) Tanda a) Penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis. Penurunan persepsi nyeri (sensori).



e. Nyeri / Kenyamanan 1) Gejala a) Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan



adanya



batuk,



bersin,



membengkokkan



badan,



mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara intermiten, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan, kaku pada leher (servikal). 2) Tanda a) Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena. Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena. Nyeri pada palpasi. f.



Keamanan 1) Gejala a) Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi



2. Diagnosis Keperawatan a. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan agen pencedera fisik: Kompresi saraf, spasme otot. b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidak nyamanan, spasme otot, terapi restriktif (tirah baring, traksi), kerusakan neuromuscular c. Ansietas (uraikan tingkatan)/koping, individual tidak efektif (kronis) berhubungan dengan krisis situasi d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan tindakan berhubungan dengan kesalahan onformasi/kurang pengetahuan, kesalahan interpretasi informasi kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber informasi. e. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi, penurunan aktivitas fisik, perubahan stimulasi saraf, ileus. f.



Resiko retensi urinarius berhubungan dengan kebutuhan terhadap tetap berbaring di tempat tidur, perubahan stimulasi saraf



3. Rencana Keperawatan NO 1



DIAGNOSA KEPERAWATAN



TUJUAN



TINDAKAN / INTERVENSI



Nyeri (akut/kronis)



Tujuan : Setelah



berhubungan dengan



dilakukan tindakan



lokasi, lamanya serangan, faktor



intervensi dan memberikan dasar



agen pencedera fisik:



keperawatan diharapkan



pencetus/yang memperberat. Minta



untuk perbandingan dan evaluasi



Kompresi saraf,



klien dapat



pasien untuk menetapkan pada skala



terhadap terapi



spasme otot



a. Melaporkan nyeri



0-10



hilang atau terkontrol



a. Kaji adanya keluhan nyeri, catat



RASIONAL



b. Pertahankan tirah baring lama



b. Mengungkapkan



a. Membentu menentukan pilihan



b. Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk



selama fase akut. Letakkan pasien



menurunkan spasme otot, menurunkan



metode



pada posisi semi fowler dengan



penekanan pada bagian tubuh tertentu



penghilangan



tulang spinal, pinggang dan lutut



dan memfasilitasi terjadinya reduksi



dalam keadaan fleksi; posisi



dan tonjolan diskus



c. Mendemonstrasikan penggunaan



telentang dengan atau tanpa



intervensi terapeutik



meninggikan kepala 10-30 derajat



(misalnya,



atau pada posisi lateral.



keterampilan



c. Gunakan Logroll (papan) selama



relaksasi, modifikasi



melakukan perubahan posisi



c. Menurukan fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh d. Berguna selama fase akut dari rupture diskus untuk memberikan sokongan dan membatasi fleksi/terpelintir.



perilaku) untuk



d. Bantu pemasangan brace/korset.



Penggunaan dalam waktu panjang



menghilangkan nyeri



e. Batasi aktivitas selama fase akut



dapat menambah kelemahan otot dan



sesuai dengan kebutuhan f.



Letakkan semua kebutuhan,



lebih lanjut menyebabkan degenerative e. Menurunkan gaya gravitasi dan gerak



termasuk bel panggil dalam batas



yang dapat menghilangkan spasme



yang mudah dijangkau/diraih oleh



otot dan menurunkan edema dan



pasien.



tekanan pada struktur sekitar diskus



g. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi/visualisasi



invertebralis yang terkena. f.



h. Instruksikan/anjurkan untuk melakukan mekanika tubuh/gerakan



i.



meraih g. Memfokuskan perhatian pasien,



yang tepat



membantu menurunkan tegangan otot



Berikan kesempatan untuk



dan meningkatkan proses



berbicara/mendengarkan masalah



penyembuhan.



pasien. j.



h. Menghilangkan/mengurangi stress



Berikan tempat tidur ortopedik atau



pada otot dan mencegah trauma lebih



letakkan papan di bawah



lanjut.



kasur/matras.



i.



k. Kolaborasi pemberian terapi sesuai



l.



Menurunkan resiko peregangan saat



Ventilasi rasa takut/cemas dapat membantu untuk menurunkan faktor-



indikasi



faktor stress selama dalam keadaan



Sokongan anatomis/struktur berguna



sakit dan dirawat. Kesempatan untuk



untuk menurunkan



memberikan informasi/membetulkan



ketegangan/spasme otot dan



informasi yang kurang tepat.



menurunkan nyeri



j.



Memberikan sokongan dan menurunkan fleksi spinal, yang menurunkan spasme



k. Membantu menurunkan gejala yang timbul l.



Sokongan anatomis/struktur berguna untuk menurunkan ketegangan/spasme otot dan menurunkan nyeri.



2



Kerusakan mobilitas



Tujuan : Setelah



fisik berhubungan



diberikan tindakan



sesuai indikasi dengan situasi yang



terkena/jenis prosedur, aktivitas yang



dengan nyeri dan



keperawatan diharapkan



spesifik.



kurang berhati-hati akan meningkatkan



ketidak nyamanan,



klien mampu



spasme otot, terapi



a. Berikan tindakan pengamanan



a. Tergantung pada bagian tubuh yang



kerusakan spinal.



a. Mengungkapkan



b. Imobilitas yang dipaksakan dapat



restriktif (tirah baring,



pemahaman tentang



b. Catat respons-respons



traksi), kerusakan



situasi/faktor risiko



emosi/perilaku pada imobilisasi.



rangsang. Aktivitas pengalihan



neuromuscular.



dan aturan



Berikan aktivitas yang disesuaikan



membantu dalam memfokuskan



pengobatan



dengan pasien.



kembali perhatian pasien dan



individual



meningkatkan koping dengan



b. Mendemonstrasikan



keterbatasan tersebut.



teknik/perilaku yang mungkin c. Mempertahankan/



memperbesar kegelisahan, peka



c. meningkatkan penyembuhan dan c. Ikuti aktivitas/prosedur dengan



membentuk kekuatan otot dan



periode istirahat. Anjurkan pasien



kesabaran. Partisipasi pasien akan



meningkatkan



untuk tetap ikut berperan serta dalam



meningkatkan kemandirian pasien dan



kekuatan dan fungsi



aktivitas sehari-hari dalam



perasaan control terhadap diri.



bagian tubuh yang sakit dan/atau



keterbatasan individu.



d. Memperkuat otot abdomen dan fleksor



d. Berikan/bantu pasien untuk



kompensasi.



tulang belakang. Memperbaiki



melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif



mekanika tubuh e. Stimulasi sirkulasi vena/arus balik vena



e. Anjurkan pasien untuk melatih kaki bagian bawah/lutut. Nilai adanya



dan kemungkinan terbentuknya



edema, eritema pada ekstremitas



thrombus.



bawah, adanya tanda Homan. f.



menurunkan keadaan vena yang statis



f.



Keterbatasan aktivitas tergantung pada



Bantu pasien dalam melakukan



kondisi yang khusus tetapi biasanya



aktivitas ambulasi progresif.



berkembang dengan lambat sesuai toleransi. g. Memberikan stabilitas dan sokongan



g. Demonstrasikan penggunaan alat



untuk mengkompensasi gangguan



penolong, seperti alat bantu jalan,



tonus/kekuatan otot dan



tongkat.



keseimbangannya. h. Menurunkan risiko iritasi/kerusakan



h. Berikan perawatan kulit dengan baik,



pada kulit



masase titik yang tertekan setelah setiap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit di bawah brace dengan periode waktu tertentu. i.



Kolaborasi pemberian obat untuk



i.



Antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot. Obat



analgetik



dapat merelaksasikan pasien, meningkatkan rasa nyaman dan



.



kerjasama pasien selama melakukan aktivitas.



3.



Ansietas (uraikan



Setelah dilakukan



tingkatan)/koping,



tindakan keperawatan



Tentukan bagaimana pasien



kekuatan dan keterampilan yang



individual tidak efektif



diharapkan klien mampu



menangani masalahnya dimasa yang



mungkin membantu pasien mengatasi



(kronis) berhubungan



:



lalu dan bagaimana pasien



keadaannya sekarang dan/atau



dengan krisis situasi



a. Tampak rileks dan



melakukan koping dengan masalah



kemungkinan lain untuk memberikan



yang dihadapinya sekarang.



bantuan yang sesuai.



melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.



a. Kaji tingkat ansietas pasien.



b. Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur.



b. Mengidentifikasi ketidakefektifan



a. Membantu dalam mengidentifikasikan



b. Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan atas pengetahuannya.



c. Berikan kesempatan pasien untuk



c. Kebanyakan pasien mengalami



perilaku koping dan



mengungkapkan masalah yang



masalah yang perlu untuk diungkapkan



konsekuensinya.



dihadapinya, seperti kemungkinan



dan diberi respons dengan informasi



paralisis, pengaruh terhadap fungi



yang akurat untuk meningkatkan koping



terbaru dengan



seksual, perubahan dalam



terhadap situasi yang sedang



akurat.



pekerjaan/finansial, perubahan peran



dihadapinya.



c. Mengkaji situasi



d. Mendemonstrasikan



dan tanggung jawab.



keterampilan



d. Kaji adanya masalah sekunder yang



pemecahan masalah.



d. Pasien mungkin secara tidak sadar



mungkin merintangi keinginan untuk



memperoleh keuntungan, seperti:



sembuh dan mungkin untuk



terlepas dari tanggung jawab, perhatian



rencana untuk



menghalangi proses



dan control dari yang lain. Ini perlu



perubahan gaya



penyembuhannya.



untuk dikerjakan secara positif untuk



e. Mengembangkan



hidup yang perlu.



meningkatkan penyembuhan. e. Catat perilaku dari orang



e. Orang terdekat/keluarga mungkin



terdekat/keluarga yang meningkatkan



secara tidak sadar memungkinkan



“peran sakit” pasien.



pasien mempertahankan ketergantungannya dengan melakukan sesuatu yang pasien sendiri mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain.



f.



Rujuk pada kelompok penyokong yang ada, pelayanan sosial, konselor



f.



Memberikan dukungan untuk



finansial/konselor kerja, psikoterapi



beradaptasi pada perubahan dan



dan sebagainya.



memberikan sumber-sumber untuk mengatasi masalah.



4.



Kurang pengetahuan



Setelah dilakukan



a. Jelaskan kembali proses penyakit



a. Pengetahuan dasar yang memadai



(kebutuhan belajar)



tindakan keperawatan



dan prognosis dan pembatasan



memungkinkan pasien untuk membuat



mengenai kondisi,



diharapkan klien mampu:



kegiatan, seperti hindari



pilihan yang tepat. Dapat meningkatkan



prognosis, dan



a. Mengungkapkan



tindakan berhubungan



pengetahuan tentang



dengan kesalahan



kondisi, prognosis,



informasi/kurang



dan tindakan.



pengetahuan,



mengemudikan kendaraan dalam



kerjasama pasien mengenai program



periode waktu yang lama.



pengobatan dan mendapatkan penyembuhan yang optimal.



b. Berikan informasi tentang berbagai



b. Menurunkan resiko terjadinya trauma



b. Melakukan kembali



hal dan instruksikan pasien untuk



berulang dari leher/punggung dengan



kesalahan interpretasi



perubahan gaya



melakukan perubahan “mekanika



menggunakan otot-otot bokong.



informasi kurang



hidup



tubuh” tanpa bantuan dan juga



mengingat, tidak mengenal sumber-



c. Berpartisipasi dalam



melakukan latihan. Termasuk



aturan tindakan



informasi mengenai mekanika tubuh



sumber informasi.



sendiri untuk berdiri, mengangkat, dan menggunakan sepatu penyokong. c. Menurunkan resiko komplikasi/trauma. c.



Diskusikan mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya, seperti halnya beberapa obat yang menyebabkan kantuk yang sangat berat (analgetik, relaksasi otot), yang lain dapat memperberat penyakit ulkus (NSAID).



d. Anjurkan untuk menggunakan papan/matras yang kuat, bantal kecil



d. Dapat menurunkan regangan otot melalui dukungan structural dan pencegahan terhadap hiperekstensi dari



yang agak datar dibawah leher, tidur



tulang belakang.



miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.



e. Diet tinggi serat dapat mengurangi



e. Diskusikan mengenai kebutuhan diet.



konstipasi, kalori yang dibatasi dapat meningkatkan pengontrolan/penurunan berat badan yang dapat menurunkan tekanan pada diskus intervertebralis f.



f.



Dapat meningkatkan kongesti pada



Hindari pemakainan pemanas dalam



jaringan lokal, penurunan sensasi



waktu lama.



panas dapat menimbulkan trauma karena panas. g. Mengevaluasi perkembangan proses



g. Anjurkan pasien untuk melakukan evaluasi medis secara teratur



degenerative, memantau perkembangan dari bagian tubuh yang terkena/ komplikasi dari efek samping obat; mungkin juga menandakan adanya kebutuhan untuk mengubah aturan pengobatan h. Perkembangan dari proses penyakit



h. Berikan informasi mengenai tandatanda yang perlu dilaporkan pada evaluasi berikutnya, seperti nyeri



mungkin memerlukan tindakan/pembedahan lebih.



tusuk, kehilangan sensasi/kemampuan untuk berjalan.



5.



Konstipasi



Setelah dilakukan



a. Catat adanya distensi abdomen dan



berhubungan dengan



tindakan keperawatan



imobilisasi, penurunan



diharapkan klien mampu



defekasi hilang yang kemungkinan



aktivitas fisik,



a. Membuat kembali



berhubungan dengan kehilangan



auskultasi peristaltik usus.



a. Distensi, hilangnya 19eristaltic usus merupakan tanda bahwa fungsi



perubahan stimulasi



pola yang normal dari



persarafan parasimpatik usus besar



saraf, ileus.



fungsi usus.



dengan tiba-tiba.



b. Mengeluarkan feses



b. Gunakan bedpan ukuran kecil



lunak/konsistensi



sampai pasien mampu untuk



agak berbentuk



defekasi turun dari tempat tidur (ke



tanpa mengejan.



toilet). c. Berikan privasi.



d. Anjurkan untuk melakukan



b. Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan ketegangan pada otot.



c. Meningkatkan kenyamanan secara psikologis. d. Menstimulasi 19eristaltic yang



pergerakan/ambulasi sesuai



memfasilitasi kemungkinan



kemampuan.



terbentuknya flatus.



e. Kolaborasi peningkatan diet pasien sesuai toleransi.



e. Makanan padat akan dimulai pemberiannya sampai 19eristaltic kembali timbul/sampai ada flatus dan adanya kemungkinan bahaya ileus



paralitik dapat dipastikan tidak ada. f.



Kolaborasi pemberian selang rectal,



f.



Mungkin perlu untuk menghilangkan



supositoria, dan enema jika



distensi abdomen, meningkatkan



diperlukan.



kebiasaan defekasi yang normal.



g. Kolaborasi pemberian obat laksatif, pelembek feses sesuai kebutuhan.



g. Melembekkan feses, meningkatkan fungsi defekasi sesuai kebiasaan, menurunkan ketegangan.



6.



Resiko retensi



Setelah diberikan



urinarius berhubungan



tindakan keperawatan



dengan kebutuhan



diharapkan pasien



terhadap tetap



mampu:



berbaring di tempat



a. Mengosongkan



a. Observasi dan catat jumlah/frekuensi berkemih.



a. Menentukan apakah kantung kemih dikosongkan dan saat kapan intervensi itu diperlukan.



b. Lakukan palpasi terhadap adanya distensi kandung kemih.



tidur, perubahan



kandung kemih



c. Tingkatkan pemberian cairan



stimulasi saraf



secara adekuat



d. Berikan stimulasi terhadap



sesuai kebutuhan



pengosongan urine dengan



individu.



mengalirkan air, letakkan air hangat



b. Dapat menandakan adanya retensi urine.



c. Mempertahankan fungsi ginjal. d. Meningkatkan proses perkemihan dengan merelaksasikan sfingter urine.



dan dingin secara bergantian pada daerah suprapubis, letakkan tangan dalam air hangat sesuai kebutuhan. e. Kolaborasi tindakan kateterisasi terhadap residu urine setelah berkemih sesuai kebutuhan.



e. Kateter intermiten atau yang terusmenerus mungkin diperlukan selama



Pasang/pertahankan kateter Folley



beberapa hari pascaoperasi sampai



sesuai kebutuhan.



terjadi penurunan pada proses pembengkakan.



BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Tanggal Pengkajian



: 18 November 2013



Jam



: 11.00 WIB



Oleh



: Dita Amanda Sakti, Feri Suhindra, Fery Agustina



Metode



: Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi dokumen



Sumber



: Klien, keluarga klien, buku status klien dan tim kesehatan



1. Identitas a. Pasien 1)



Nama



: Tn. NMR



2)



Tanggal lahir



: Klaten,2 November 1960 (53 th)



3)



Jenis kelamin



: Laki-laki



4)



Agama



: Islam



5)



Status perkawinan



: Kawin



6)



Pendidikan



: SD



7)



Pekerjaan



: Sopir



8)



Suku



: Jawa



9)



Alamat



: Polodadi,Tarubasan, Karang anom, Klaten.



10) Dx Medis



: Lumbal spinal canal stenosis



11) No. CM



: 779568



12) Tanggal masuk



: 12 November 2013



b. Keluarga/ Penanggung jawab 1)



Nama



: Ny W



2)



Umur



: 52 tahun



3)



Pendidikan



: SD



4)



Pekerjaan



: Buruh



5)



Alamat



: Polodadi,Tarubasan, Karang anom, Klaten.



6)



Hubungan



: Istri



2. Riwayat kesehatan a. Kesehatan pasien 1) Riwayat kesehatan sekarang a) Keluhan utama Klien mengatakan kaki kanannya sering kesemutan, sakit, terasa ngilu tak tertahan. b) Alasan masuk rumah sakit Pasien datang ke IGD dengan keluhan kaki kanan kesemutan dan nyeri pada punggung. c) Riwayat penyakit sekarang Dua bulan yang lalu klien mulai mengeluh sering kesemutan pada kaki kanannya, klien juga mengatakan pinggangya terasa ngilu ketika untuk mengangkat barang berat. 2) Upaya pengobatan yang dilakukan Satu minggu yang lalu pasien datang ke poli bedah RSST dengan keluhan pinggang sakit dan kaki sering kesemutan, oleh dokter klien dianjurkan untuk rontgen tetapi hasil rontgen di RSST kurang jelas sehingga klien di anjurkan untuk di rontgen di RS Panti Rapih, dari hasil rontgen klien mengalami lumbal spinal canal stenosis kemudian pasien dianjurkan untuk operasi dan rawat inap di melati 3. 3) Riwayat kesehatan yang lalu Klien mengatakan 22 tahun yang lalu klien pernah menjalani operasi pada persendian pangkal pahanya di RSI Manisrenggo, klien juga mengatakan pernah mengalami penyempitan saluran kemih setelah operasi di RSI tersebut. Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, klien tidak memiliki riwayat penyakit DM dan jantung.



b. Kesehatan keluarga 1)



Genogram



Keterangan: = meninggal = perempuan = laki-laki = klien = garis pernikahan = garis keturunan = keluarga yang tinggal serumah 2) Riwayat Kesehatan Keluarga 



Anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit keganasan/kanker







Anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit DM dan jantung







Anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit bawaan



3. Pola kebiasaan pasien a. Aspek fisik biologis 1) Pola nutrisi (a) Sebelum sakit Klien menyatakan makan 3 kali sehari. Klien makan dengan nasi dan sayur. Klien tidak memiliki makanan pantangan. Intake cairan klien yaitu kurang lebih 1-2 liter per hari. Klien biasa minum air putih, kadang minum teh dan kopi.



(b) Selama sakit Klien mengatakan selalu menghabiskan diit yang diberikan oleh RS, intake cairan klien kurang lebih 1,5 liter perhari. 2) Pola eliminasi (a) Sebelum sakit Klien mengatakan bahwa buang besar klien lancar. Klien buang air besar 1 kali sehari. Konsistensi lunak, tak ada keluhan. Tidak ada keluhan dalam buang air kecil. Klien buang air kecil 4-5 kali urin berwarna kuning dan bau khas urin. (b) Selama sakit Selama sakit klien mengatakan buang air besar lancer tidak ada keluhan. Klien terpasang kateter sejak tanggal 15 november 2013, jumlah urine per hari ± 1500 ml, warna urine kuning kemerahan dengan bau khas urine. 3) Pola aktivitas-istirahat (a) Sebelum sakit (1) Keadaan aktivitas sehari- hari Kegiatan sehari-hari klien adalah bekerja sebagai sopir. Klien melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Diwaktu senggang klien beristirahat dirumah. Klien jarang berolah raga. (2) Keadaan pernapasan Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit asma, tidak pernah mengalami sesak nafas. (3) Keadaan kardiovaskuler Klien mengatakan tidak cepat lelah. Klien tidak mudah berdebar-debar atau terkejut. (4) Kebutuhan tidur Klien tidur rata-rata pukul 21.00 sampai 05.00 dan dapat tidur dengan nyenyak. Klien kadang terbangun dimalam hari untuk buang air kecil. Klien jarang tidur siang.



(b) Selama sakit (1) Keadaan aktivitas Pemenuhan kebutuhan dasar klien memerlukan bantuan karena keadaan klien lemah dan nyeri pada kaki dan pinggang. No



Aktivitas



0



1



2



1



Makan minum



V



2



Mandi



V



3



Toiletting



V



4



Berpakaian



V



5



Mobilitas di tempat tidur



V



6



ROM



V



3



4



0: mandiri 1: alat bantu 2: dibantu orang lain 3: dibantu orang lain dan alat 4:tergantung total (2) Keadaan pernapasan Klien mengatakan tidak ada keluhan di pernafasannya. Klien mengatakan tidak mengalami sesak nafas. Klien mengatakan tidak sedang sakit batuk. (3) Keadaan kardiovaskuler Klien tidak pernah berdebar-debar namun merasa cepat lelah dan sekarang klien mengeluh badannya lemas (4) Kebutuhan tidur Selama sakit klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak,karena klien merasa ngilu pada kaki kanannya. Klien terbiasa tidur jam 20.30 dan terbangun tengah malam karena kaki terasa sakit dan tidak bisa tidur kembali. 4) Kebersihan diri (a) Kebersihan diri Klien mandi dua hari sekali dengan disibin oleh keluarganya di atas tempat tidur. (b) Rambut Selama dirawat klien belum pernah mencuci rambut.



(c) Telinga Selama dirawat klien belum pernah dibersihkan telinganya. (d) Mata Klien membasuh muka setiap hari termasuk membersihkan mata. (e) Mulut Selama dirawat klien belum pernah menggosok gigi. (f) Kuku/kaki Selama dirawat klien belum pernah dipotong kukunya.



b. Aspek mental-intelektual-sosial-spiritual 1) Konsep diri a) Gambaran diri : Klien mengatakan menerima keadaan penyakitnya sekarang, klien terganggu dengan sakitdi pinggang dan kakinya yang tak kunjung sembuh. b) Identitas diri : Klien menyadari dirinya sebagai seorang bapak. Selama sakit, klien tidak memiliki gangguan dan perubahan identitas diri. c) Harga diri



: Klien tidak menunjukkan harga diri rendah karena



penyakitnya. d) Peran diri



: Klien mengalami mengatakan tidak seaktif dulu dalam



bekerja dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. e) Ideal diri



: Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya.



2) Intelektual Klien dan keluarga menyatakan hanya mengetahui bahwa penyakitnya adalah syaraf kejepit. Klien dan istri klien mengatakan tamat sekolah dasar. Klien mengatakan sudah mengetahui rencana pengobatan yang akan dilakukanya yaitu operasi dan setelah itu klien akan dirawat di ICU selama satu hari. 3) Hubungan interpersonal (a) Sebelum sakit Hubungan interpersonal klien dengan lingkungannya baik. Klien sering berkumpul dengan teman kerja maupun tetangganya. (b) Selama sakit Hubungan klien dengan anggota keluarga baik. Hubungan klien dengan pasien lain maupun tim kesehatan juga baik. Klien kooperatif dan taat akan instruksi dokter.



4) Mekanisme koping Klien mengatakan jika tekanan darahnya tinggi klien hanya beristirahat dirumah, klien tidak pernah periksa rutin di puskesmas maupun membeli obat warung. 5) Support sistem Klien mendapat support penuh dari keluarganya untuk sembuh. Selama dirawat klien ditunggui oleh istri, dan saudaranya. Klien berobat menggunakan jaminan kesehatan masyarakat. 6) Aspek Psikososial Klien menyatakan merasa cemas dengan operasi yang akan dilakukan. 7. Hubungan sosial (a) Hubungan komunikasi Klien kooperatif, fokus, dapat menjawab pertanyaan dengan baik. (b) Faktor kultural Klien merupakan seorang bapak yang harus menafkahi keluarga. (c) Tingkat ketergantungan Klien tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri. Klien membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.



4. Pemeriksaan Fisik a.



Keadaan Umum 1)



KU dan kesadaran



2)



Status gizi



: Cukup,composmentis



TB



: 163 cm



BB



: 63 kg



IMT



: 23,71 (normal)



3) Tanda-tanda vital Tekanan darah



: 130/80 mmHg



Nadi



: 84 kali per menit



Respirasi



: 18 kali per menit



Suhu



: 36,8oC



Nyeri a) P : Nyeri akibat syaraf kejepit b) Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk



c) R : Nyeri terasa di pinggang dan menyebar sampai kaki kanan. d) S : Skala 8 e) T : Nyeri hilang timbul, bertambah jika beraktivitas berat seperti mencangkul dan mengangkat barang berat



b. Pemeriksaan secara sistematik 1) Kepala Inspeksi



: Bentuk kepala mesocephal, kulit kepala agak kotor, tidak ada lesi.



2) Rambut Inspeksi



: Agak kotor, distribusi merata, tidak rontok



3) Muka Inspeksi



: Bentuk simetris, tidak ada hiperpigmentasi, kesan lelah



4) Mata Inspeksi



: Konjungtiva anemis



5) Hidung dan sinus Inspeksi



: Pernapasan 22x per menit, bentuk hidung simetris tidak ada secret yang keluar dari hidung, fungsi pembauan baik.



6) Bibir Inspeksi



: Tampak kering, tidak sianosis, sedikit pucat



7) Mulut Inspeksi



: Kotor, gigi terdapat banyak plak, lidah pecah-pecah



8) Leher Inspeksi



: JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.



9) Kulit (a) Inspeksi : Tidak terdapat lesi, tidak terdapat hiperpigmentasi (b) Palpasi



: Teraba hangat, turgor kulit elastis



10) Jari dan kuku a. Inspeksi



: Anemis, kuku pendek dan sedikit kotor.



b. Palpasi



: Capilary refill time 2 detik



11) Thoraks Paru (a) Inspeksi : Bentuk dada simetris, ekspansi dada simetris. Diameter anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter lateral 1:2. Respirasi 2ox/menit. (b) Palpasi



: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa abnormal, ekspansi



dada simetris. (c) Perkusi



:



Suara resonan pada intercosta 1-3 dada kiri Suara redup pada intercosta 4-7 dada kiri Suara resonan pada intercosta 1-3 dada kanan Suara redup pada inercosta 3-7 dada kanan (d) Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler Jantung a. Inspeksi : Tidak ada jaringan parut, warna kulit ikterik b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan c. Perkusi : Tidak ada pembesaran jantung d. Auskultasi : Terdengar suara jantung S1 dan S2 tunggal. 12) Abdomen (a) Inspeksi : Simetris, cembung, warna kulit ikterik, tidak ada lesi. (b) Auskultasi : peristaltik usus (+) normal (c) Perkusi



: Terdengar suara tympani di seluruh kuadran abdomen



(d) Palpasi



: Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat hepatomegali.



13) Ekstremitas atas (a) Inspeksi : Terpasang infus Nacl di tangan kanan 20 tpm, anggota gerak lengkap dapat digerakkan dengan baik (b) Palpasi



: Tidak ada edema dan turgor kulit baik.



14) Ekstremitas bawah (a) Inspeksi : Anggota gerak lengkap,tidak ada lesi. (b) Palpasi



: tidak ada nyeri tekan, dapat digerakkan baik



15) Kekuatan Otot 5 4



5 5 Indikator kekuatan otot



0



: Lumpuh



1



: Tidak mampu melawan gravitasi



2



: Mampu melawan gravitasi dengan sedikit bantuan



3



: Mampu melawan gravitasi namun hanya sebentar



4



: Mampu melawan gravitasi dengan sedikit beban



5



: Normal



5. Pengobatan yang didapat saat ini Cefriaxone



2 x 1gram



IV



Ranitidine



2 x 50 mg



IV



Ketorolac



3 x 30 mg



IV



Asam Traneksamat



3 x 100 mg



IV



Vitamin K



3x



IV



Vitamin C



2x



IV



Infus NaCl 20 tpm 6. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium darah lengkap tanggal 16 November 2013 No



Komponen



Hasil



Unit



Normal Range



3



1



WBC



12,1 +



10 /µL



4,5-10,3



2



RBC



5,60 +



103/µL



4,-5,2



3



HGB



13



g/dL



11,5-15,5



4



HCT



41,4 +



%



34-40



5



MCV



73,9-



fL



80-99



6



MCH



23,2-



fL



27-31



7



MCHC



31,4



Pg



33-37



3



8



PLT



353



10 /µL



150-450



9



RDW



40,6



fL



35-47



10



PDW



11



fL



9-13



11



MPV



9,3



fL



7,2-11,1



12



P-LCR



19,6



%



15-25



14



LYM %



39,1



%



19-48



15



MXD %



13,4



%



0-8



16



Neut %



47,5



%



40-74



3



17



LYM



4,7+



10 /uL



1-3,7



18



MXD



1,6+



103/uL



0-1,2



19



Neut



5,8



103/uL



1,5-7



b.



Pemeriksaan elektrolit 16 November 2013 Komponen



Hasil



Normal



Na



138



135-148 mmol/l



K



4,2



3.5-5.3 mmol/l



Cl



101



98-107 mmol/l



c. Pemeriksaan kimia darah 16 november 2013 No



Komponen



Hasil



Unit



Normal Range



1



Ureum



36,59



mg/dL



17-43



2



Creatinin



1,11



mg/dL



0,6-1,3



3



Glukosa



72,6



mg/dL



70-140



4



BUN



17,09



mg/dL



7-18



d. Pemeriksaan Radiologi 13 November 2013 Kesan : Rigiditas lumbal kemungkinan karena muskulospasme. Spondililythesis grade 1 ke anterior, VL4 terhadap VL5 dan VL5 terhadap VS1 ke posterior grade 1. Spondilosis lumbales. Degenerasi diskus setinggi level VL 1-2, 3-4 dan VL5 VS1. Bulging discus ke posterior setinggi level VL 1-2, VL 3-4 dan protude discussetinggi level VL 4-5 ke posterior yang menekan tecal sace ke posterior. Penyempitan DIV VL 1-2, VL 4-5 dan VL 5- VS 1. Kompresi Ringan pada VL 1



B. Asuhan Keperawatan Pre Operasi 1. Analisis Data Nama klien



: Tn. N



Tanggal



: 18 November 2013



No CM



: 779568



Jam



: 11.00



Data



Penyebab



DS :



Agen



-



kompresi syaraf



P : Nyeri akibat syaraf kejepit



injury



fisik



Masalah : Nyeri akut



Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk R : Nyeri terasa di pinggang dan menyebar sampai kaki kanan. S : Skala 8 T : Nyeri hilang timbul, bertambah jika



beraktivitas



mencangkul



berat



dan



seperti



mengangkat



barang berat -



Klien mengatakan kaki kanannya sering kesemutan, sakit, terasa ngilu tak tertahan.



DO : -



Klien tampak menahan nyeri, tidak banyak bergerak



-



WBC 12,1x103/µL



-



TD 130/90 mmHg



DS : -



Hambatan



Klien mengatakan kaki kanannya fisik



neuromuskuler,



sering kesemutan, sakit, terasa



nyeri



ngilu tak tertahan. -



Klien



mengatakan



tidak



tahan



berdiri lama, cara berjalan berubah -



Klien



mengatakan



tidakmampu



bekerja berat -



mobilitas Kerusakan



Klien



mengatakan



riwayat



kecelakaan dan operasi pangkal paha kanan. DO :



-



Kekuatan otot ekstermitas bawah kanan 4



-



Mobilisasi



klien



ditempat



mandi,



berpakaian



tidur, dibantu



keluarga -



Klien



tampak



tidak



banyak



bergerak DS : -



Gangguan pola tidur



Nyeri



Selama sakit klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak,karena klien



merasa



ngilu



pada



kaki



20.30



dan



kanannya. -



Klien



tidur



jam



terbangun tengah malam karena kaki terasa sakit dan tidak bisa tidur kembali DO : -



TD 130/90 mmHg



-



Klien tampak lemas



2. Diagnosis Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik : kompresi syaraf ditandai dengan : DS : -



P : Nyeri akibat syaraf kejepit Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk R : Nyeri terasa di pinggang dan menyebar sampai kaki kanan. S : Skala 8 T : Nyeri hilang timbul, bertambah jika beraktivitas berat seperti mencangkul dan mengangkat barang berat



-



Klien mengatakan kaki kanannya sering kesemutan, sakit, terasa ngilu tak tertahan.



DO : -



Klien tampak menahan nyeri, tidak banyak bergerak



-



WBC 12,1x103/µL



-



TD 130/90 mmHg



b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, nyeri ditandai dengan : DS : -



Klien mengatakan kaki kanannya sering kesemutan, sakit, terasa ngilu tak tertahan.



-



Klien mengatakan tidak tahan berdiri lama, cara berjalan berubah



-



Klien mengatakan tidakmampu bekerja berat



-



Klien mengatakan riwayat kecelakaan dan operasi pangkal paha kanan.



DO : -



Kekuatan otot ekstermitas bawah kanan 4



-



Mobilisasi klien ditempat tidur, mandi, berpakaian dibantu keluarga



-



Klien tampak tidak banyak bergerak



c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan : DS : -



Selama sakit klien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak,karena klien merasa ngilu pada kaki kanannya.



-



Klien tidur jam 20.30 dan terbangun tengah malam karena kaki terasa sakit dan tidak bisa tidur kembali



DO : -



TD 130/90 mmHg



-



Klien tampak lemas



3. Rencana Keperawatan DIAGNOSA



NO 1



TUJUAN



KEPERAWATAN



TINDAKAN / INTERVENSI



RASIONAL



Senin, 18 Nov 2013



Senin, 18 Nov 2013



Senin, 18 Nov 2013



Senin, 18 Nov 2013



11.00



11.00



11.00



11.00



Nyeri akut berhubungan



Tujuan : Setelah



a. Monitor TTV



dengan agen injury fisik :



dilakukan tindakan



b. Kaji adanya keluhan nyeri, catat



kompresi syaraf ditandai



keperawatan selama



lokasi, lamanya serangan, faktor



dengan :



2x24 jam diharapkan



pencetus/yang memperberat.



DS :



klien dapat



Minta pasien untuk menetapkan



intervensi dan memberikan dasar



-



P : Nyeri akibat syaraf



a. TTV normal



pada skala 0-10



untuk perbandingan dan evaluasi



kejepit



b. Melaporkan nyeri



c. Pertahankan tirah baring selama



a. Perubahan tanda vital mengindikasikan toleransi klien terhadap nyeri b. Membentu menentukan pilihan



terhadap terapi



Q : Nyeri seperti tertusuk-



hilang atau



fase akut. Letakkan pasien pada



c. Tirah baring dalam posisi yang



tusuk



terkontrol



posisi semi fowler dengan tulang



nyaman memungkinkan pasien



spinal, pinggang dan lutut dalam



untuk menurunkan spasme otot,



R



:



Nyeri



terasa



di



c. Mengungkapkan



pinggang dan menyebar



metode



keadaan fleksi; posisi telentang



menurunkan penekanan pada



sampai kaki kanan.



penghilangan



dengan atau tanpa meninggikan



bagian tubuh tertentu dan



kepala 10-30 derajat atau pada



memfasilitasi terjadinya reduksi dan



posisi lateral.



tonjolan diskus



S : Skala 8



d. Mendemonstrasikan



T : Nyeri hilang timbul,



penggunaan



bertambah



intervensi terapeutik



d. Bantu pemasangan brace/korset.



beraktivitas berat seperti



(misalnya,



e. Batasi aktivitas selama fase akut



mencangkul



keterampilan



jika



dan



sesuai dengan kebutuhan



d. Berguna selama fase akut dari rupture diskus untuk memberikan sokongan dan membatasi



mengangkat



barang



berat -



Klien mengatakan kaki kanannya



relaksasi, modifikasi



Instruksikan pasien untuk teknik



fleksi/terpelintir. Penggunaan dalam



perilaku) untuk



relaksasi/ visualisasi



waktu panjang dapat menambah



menghilangkan nyeri



Kolaborasi pemberian terapi sesuai



kelemahan otot dan lebih lanjut



indikasi : Ketorolac 3 x 40 mg



menyebabkan degenerative



sering



kesemutan, sakit, terasa



Dita



ngilu tak tertahan.



f.



IV,



Asam Traneksamat 3 x IV,



e. Menurunkan gaya gravitasi dan



Vitamin K 3 x IV, Vitamin C 2 x IV



gerak yang dapat menghilangkan



DO : -



spasme otot dan menurunkan



Klien tampak menahan nyeri,



tidak



Dita



edema dan tekanan pada struktur



banyak



sekitar diskus invertebralis yang



bergerak -



WBC 12,1x103/µL



-



TD 130/90 mmHg



terkena. f.



Memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.



g. Membantu menurunkan gejala yang timbul



Dita 2



Senin, 18 Nov 2013



Senin, 18 Nov 2013



Senin, 18 Nov 2013



Senin, 18 Nov 2013



11.00



11.00



11.00



11.00



Hambatan mobilitas fisik



Setelah dilakukan



a. Kaji rentang gerak yang dapat



a. Menentukan intervensi yang



berhubungan dengan



asuhan keperawatan



ditoleransi klien



dibutuhkan



-



kerusakan neuromuskuler,



selama 2x24 jam, pasien b. Berikan tindakan pengamanan



nyeri ditandai dengan :



akan menunjukkan



sesuai indikasi dengan situasi yang



terkena/jenis prosedur, aktivitas



DS :



tingkat mobilitas optimal



spesifik.



yang kurang berhati-hati akan



Klien



mengatakan



kanannya



-



kaki dengan criteria : sering



-



TTV normal



kesemutan, sakit, terasa



-



Melakukan



c. Berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien.



memperbesar kegelisahan, peka



pergerakan dan



berperan serta dalam aktivitas



rangsang. Aktivitas pengalihan



Klien mengatakan tidak



perpindahan



sehari-hari dalam keterbatasan



membantu dalam memfokuskan



Mobilitas optimal



individu.



kembali perhatian pasien dan



-



berjalan berubah



yang dapat



Klien mengatakan tidak



ditoleransi



Klien mengatakan riwayat



e. Berikan/bantu pasien untuk



meningkatkan koping dengan



melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif



d. Partisipasi pasien akan meningkatkan kemandirian pasien



kecelakaan dan operasi



penolong, seperti alat bantu jalan,



dan perasaan control terhadap diri.



pangkal paha kanan.



tongkat.



Kekuatan otot ekstermitas



Feri f.



e. Memperkuat otot abdomen dan



g. Kolaborasi pemberian obat untuk



-



Mobilisasi klien ditempat



fleksor tulang belakang.



analgetik



Memperbaiki mekanika tubuh



bawah kanan 4 -



keterbatasan tersebut.



Demonstrasikan penggunaan alat



DO : -



c. Imobilitas yang dipaksakan dapat



d. Anjurkan pasien untuk tetap ikut



mampu bekerja berat -



meningkatkan kerusakan spinal.



ngilu tak tertahan.



tahan berdiri lama, cara



-



b. Tergantung pada bagian tubuh yang



f. .Feri



Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi yang khusus tetapi



tidur, mandi, berpakaian



biasanya berkembang dengan



dibantu keluarga



lambat sesuai toleransi.



Klien tampak tidak banyak



j.



Obat dapat merelaksasikan pasien,



bergerak



meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien selama melakukan aktivitas.



Feri 3



Senin, 18 nov 2013



Senin, 18 nov 2013



Senin, 18 nov 2013



Senin, 18 nov 2013



Jam 11.00



Jam 11.00



Jam 11.00



Jam 11.00



tidur Setelah dilakukan



a. Lakukan



Gangguan



pola



pengkajian



masalah a. Mengidentifikasi penyebab



berhubungan dengan nyeri tindakan keperawatan



gangguan tidur klien, karakteristik



ditandai dengan :



selama 2x24 jam



dan penyebab kurang tidur



DS :



diharapkan gangguan



-



Selama



sakit



b. Lakukan



klien istirahat tidur tidak



nyenyak,karena hasil:



-



untuk



tidur



sesuai dengan pola tidur klien.



untuk tidur juga lebih tinggi



jam sebelum tidur.



memberikan kenyamanan pada



Klien tidur jam 20.30 dan b. TTV dalam batas



e. Berikan susu hangat sebelum tidur



terbangun



f.



malam



karena



normal



kaki c. Klien dapat tidur 6-8



terasa sakit dan tidak



jam setiap malam.



bisa tidur kembali DO :



lebih nyaman sehingga keinginan



d. Anjurkan makan yang cukup satu d. Perut terisi dan tidak kosong



dan lebih segar



tengah



ingin istirahat pada klien



c. Lakukan mandi air hangat.



klien merasa ngilu pada a. Klien tampak rileks kaki kanannya.



b. Periapan tidur merangsang rasa



malam seperti pada jam 9 malam c. Air hangat menyebabkan badan



mengatakan tidak bisa terjadi,dengan kriteria tidur



persiapan



gangguan pola tidur klien



Keadaan tempat tidur yang nyaman, e. Susu hangat merangsang rasa ingin bersih dan bantal yang nyaman.



g. Lakukan



masase



pada



perlu.



tidur klien



daerah f.



belakang, tutup jendela/pintu jika Fery



system pencernaan klien



Kenyamanan tempat tidur membantu tidur klien nyenyak



g. Masase memberikan rasa nyaman



-



TD 130/90 mmHg



-



Klien tampak lemas



h. Tingkatkan aktivitas sehari – hari dan kurangi aktivitas sebellum tidur i.



pada klien h. Aktivitas banyak disiang hari



Pengetahuan kesehatan : jadwal



membuat badan lelah dan dapat



tidur mengurangi stress , cemas ,



menyebabkan tidur dimalam hari



dan latihan relaksasi.



semakin nyenyak i. Fery



Meberikan pengetahuan kepada klien



Fery



4. Implementasi dan Evaluasi Nama pasien



: Tn N



No RM



: 779568



Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik : kompresi syaraf No



Implementasi



Evaluasi



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 09.30



Jam 09.30



Monitor TTV



S : Klien mengatakan badannya tidak panas, tidak sesak.Klien mengatakan kakinya terasa nyeri. O : TD : 130/80 mmHg Nadi : 86 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36,7 C A : Nyeri akut P : Kaji nyeri klien



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 10.00



Jam 10.00



Memberikan injeksi ketorolac 30 mg IV,



S : Klien mengatakan sakit ketika obat



Asam traneksamat 100 mg IV



dimasukkan



Vitamin K 5000 IU IV



O : Obat masuk, hipersensitivitas ( - ),



Vitamin C 500 mg



alergi ( - ) A : Nyeri akut P : Lanjutkan terapi



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 13.00



Jam 13.00



Mengkaji adanya keluhan nyeri, catat



S : P : Nyeri akibat syaraf kejepit



lokasi, lamanya serangan, faktor



Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk



pencetus/yang memperberat.



R : Nyeri terasa di pinggang dan



menyebar sampai kaki kanan. S : Skala 8 T : Nyeri hilang timbul, bertambah jika beraktivitas berat seperti mencangkul dan mengangkat barang berat O :Klien tampak menahan sakit, wajah klien tegang A : Nyeri akut P : Anjurkan klien banyak istirahat



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 13.15



Jam 13.15



Menganjurkan



klien



untuk



istirahat



banyak S : Klien mengatakan tidak banyak istirahat karena kaki dan boyoknya sakit O : Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur A : Nyeri akut P : Ajarkan nafas dalam



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 16.00



Jam 16.00



Monitor TTV



S : Klien mengatakan badannya tidak panas, tidak sesak.Klien mengatakan kakinya terasa nyeri. O : TD : 140/90 mmHg Nadi : 80 x/menit RR :24 x/menit Suhu : 36,6 C A : Nyeri akut P : Monitor TTV tiap 8 jam sekali



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 17.00



Jam 17.00



Memberikan injeksi ketorolac 30 mg IV,



S : Klien mengatakan sakit ketika obat



Asam traneksamat 100 mg IV



dimasukkan



Vitamin K 5000 IU IV



O : Obat masuk, hipersensitivitas ( - ), alergi ( - ) A : Nyeri akut P : Lanjutkan terapi



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 19.00



Jam 19.00



Memberikan posisi yang nyaman pada



S : Klien mengatakan posisi yang paling



klien



yaitu tiduran terlentang agak duduk O : Klien tampak rileks, tampak tenang, wajah tidak tegang A : Nyeri akut P : Anjurkan klien merubah posisi tiap 2 jam



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 23.00



Jam 23.00



Memberikan injeksi ketorolac 30 mg IV,



S : Klien mengatakan sakit ketika obat



Asam traneksamat 100 mg IV



dimasukkan



Vitamin K 5000 IU IV



O : Obat masuk, hipersensitivitas ( - ),



Vitamin C 500 mg



alergi ( - ) A : Nyeri akut P : Lanjutkan terapi



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 06.00



Jam 06.00



Monitor TTV



S : Klien mengatakan badannya tidak panas, tidak sesak.Klien mengatakan



kakinya terasa nyeri. O : TD : 130/70 mmHg Nadi : 76 x/menit RR : 18 x/menit Suhu : 36,5 C A : Nyeri akut P : Monitor TTV tiap 8 jam sekali



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 09.30



Jam 09.30



Monitor TTV



S : Klien mengatakan badannya tidak panas, tidak sesak.Klien mengatakan kakinya terasa nyeri. O : TD : 150/90 mmHg Nadi : 86 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 37,0 C A : Nyeri akut P : Monitor TTV tiap 8 jam sekali



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 10.00



Jam 10.00



Memberikan injeksi ketorolac 30 mg IV,



S : Klien mengatakan sakit ketika obat



Asam traneksamat 100 mg IV



dimasukkan



Vitamin K 5000 IU IV



O : Obat masuk, hipersensitivitas ( - ),



Vitamin C 500 mg



alergi ( - ) A : Nyeri akut P : Lanjutkan terapi



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 13.30



Jam 13.00



Instruksikan



pasien



untuk



teknik S : Klien mengatakan sduah bisa cara



relaksasi/ visualisasi



melakukan



nafas



dalamdan



klien



mengatakan akan melakukannya ketika terasa nyeri. O : Klien tampak mempraktekkan nafas dalam



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 16.00



Jam 16.00



Monitor TTV



S : Klien mengatakan badannya tidak panas, tidak sesak.Klien mengatakan kakinya terasa nyeri. O : TD : 150/80 mmHg Nadi : 84 x/menit RR : 22 x/menit Suhu : 37,0 C A : Nyeri akut P : Monitor TTV tiap 8 jam sekali



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 17.00



Jam 17.00



Memberikan injeksi ketorolac 30 mg IV,



S : Klien mengatakan sakit ketika obat



Asam traneksamat 100 mg IV



dimasukkan



Vitamin K 5000 IU IV



O : Obat masuk, hipersensitivitas ( - ), alergi ( - ) A : Nyeri akut P : Lanjutkan terapi



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 22.00



Jam 22.00



Memberikan injeksi ketorolac 30 mg IV,



S : Klien mengatakan sakit ketika obat



Asam traneksamat 100 mg IV



dimasukkan



Vitamin K 5000 IU IV



O : Obat masuk, hipersensitivitas ( - ),



Vitamin C 500 mg



alergi ( - ) A : Nyeri akut P : Lanjutkan terapi



Nama pasien



: Tn N



No RM



: 779568



Diagnosa keperawatan :



Hambatan



mobilitas



fisik



berhubungan



dengan



kerusakan neuromuskuler, nyeri No 1



Implementasi



Evaluasi



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 11.00



Jam 11.00



Mengkaji rentang gerak yang dapat



S : Klien mengatakan masih bisa



ditoleransi klien



menggerakkan



kaki,



namun



ketika



beraktifitas banyak menjadi sakit dan terkadang kesemutan O : Klien tampak menahan sakit ketika menggerakkan kaki kanannya A : Hambatan mobilitas fisik P : Lanjutkan intervensi



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 11.30



Jam 11.30



Menganjurkan pada keluarga dan klien



S : Keluarga klien mengatakan paham



untuk memberikan tindakan



akan apa yang dijelaskan



pengamanan sesuai indikasi dengan



O: Keluarga klien dank lien tampak



situasi yang spesifik.



mengangguk-anggukan kepala A : Hambatan mobilitas fisik P: Lanjutkan intervensi



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 13.00



Jam 13.00



Menganjurkan pasien untuk tetap ikut



S : Klien mengatakan akan tetap



berperan serta dalam aktivitas sehari-



melakukan aktifitas seperti ke kamar



hari dalam keterbatasan individu.



mandi



sendiri,



mandi



sendiri,



dan



makan sendiri O



:



Klien



tampak



anggukan kepala



mengangguk-



A : Hambatan mobilitas fisik P : Lanjutkan Intervensi



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 13.15



Jam 13.15



Memberikan/Membantu pasien untuk



S : Klien mengatakan lebih enakan



melakukan latihan rentang gerak pasif



setelah dilakukan gerakan pada



dan aktif



kakinya O : Klien tampak rileks, tampak tenang, wajah tidak tegang A : Hambatan mobilitas fisik P : Lanjutkan intervensi



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 13.30



Jam 13.30



Memberikan aktivitas yang disesuaikan



S : Klien mengatakan akan melakukan



dengan pasien.



aktifitas seperti ke kamar mandi sendiri, mandi sendiri, dan makan sendiri O



:



Klien



tampak



mengangguk-



anggukan kepala A : Hambatan mobilitas fisik P : Lanjutkan Intervensi



Nama pasien



: Tn N



No RM



: 779568



Diagnosa keperawatan : Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri No



Implementasi



Evaluasi



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 11.00



Jam 11.00



Melakukan



pengkajian



masalah S : Klien mengatakan malam hari tidak



gangguan tidur klien, karakteristik dan bisa tidur karena merasa nyeri dibagian penyebab kurang tidur



kaki menyebar ke bagian pinggang O : Klien tampak menahan sakit A :Gangguan pola tidur P : Lanjutkan intervensi



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 11.30



Jam 11.30



Menganjurkan melakukan



kepada



persiapan



klien untuk



untuk S : Klien mengatakan akan mencoba tidur melakukan



apa



yang



dianjurkan



malam seperti pada jam 9 malam perawat nanti malam sesuai dengan pola tidur klien.



O



:



Klien



tampak



mengangguk-



anggukan kepala A : Gangguan pola tidur P : Lanjutkan intervensi



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 11.45



Jam 11.45



Menganjurkan makan yang cukup satu S : Klien mengatakan sudah makan 1 jam sebelum tidur.



jam sebelum tidur tapi tetap terbangun ditengah malam, tetapi akan tetap melakukannya setiap malam O



:



Klien



tampak



anggukan kepala A : Gangguan pola tidur P : Lanjutkan intervensi



mengangguk-



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 12.00



Jam 12.00



Menganjurkan



keluarga



untuk S : Keluarga klien mengatakan akan



memberikan susu hangat sebelum tidur mencoba memberikan susu hangat dan menjaga keadaan tempat tidur sebelum



tidur



dan



akan



menjaga



yang nyaman, bersih dan bantal yang keadaan tempat tidur klien. nyaman.



O



:



Keluarga



klien



tampak



mengangguk-anggukan kepala A : Gangguan pola tidur P : Lanjutkan intervensi



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 12.15



Jam 12.15



Menganjurkan klien mandi air hangat.



S : Klien mengatakan setiap sore mandi dilap menggunakan air hangat O : Klien tampak sudah paham A : Gangguan pola tidur P : Lanjutkan intervensi



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 11.00



Jam 11.00



Melakukan follow up



S : Klien mengatakan sudah melakukan apa yang dianjurkan perawat namun tadi malam masih sempat terbangun karena



masih



terasa



nyeri



tetapi



kemudian bias tidur kembali O : Klien tampak tegang, klien tampak tidak rileks A : Gangguan pola tidur P



:



Anjurkan



mempertahankan



klien intervensi



sudah dilakukan perawat



tetap yang



Nama pasien



: Tn N



No RM



: 779568



Diagnosa keperawatan :



Ansietas



sedang



berhubungan



dengan



kurang



pengetahuan tentang prosedur operasi No



Implementasi



Evaluasi



Senin, 18 November 2013



Senin, 18 November 2013



Jam 11.00



Jam 11.00



a. Mengkaji tingkat ansietas pasien.



S : Klien menyatakan merasa cemas



Berikan informasi yang akurat dan



dengan operasi yang akan dilakukan.



jawab dengan jujur.



Klien mengatakan ingin segera selesai



b. Memberikan kesempatan pasien



operasi



untuk mengungkapkan masalah



O : Klien tampak tegang, klien tampak



yang dihadapinya, seperti



tidak rileks



kemungkinan paralisis, pengaruh



A : Ansietas



terhadap fungi seksual, perubahan



P : Lakukan follow up



dalam pekerjaan/finansial, perubahan peran dan tanggung jawab. c. Mengkaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin untuk menghalangi proses penyembuhannya. d. Menganjurkan klien ditemani dan bercerita dengan orang terdekat



Selasa, 19 November 2013



Selasa, 19 November 2013



Jam 13.00



Jam 13.00



Melakukan follow up



S : Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi dan sudah tidak takut lagi akan dioperasi. Klien mengatakan sudah siap untuk dioperasi. O : Klien tampak tenang, klien rileks, klien tampak tersenyum



A : Ansietas P : Hentikan intervensi



C. Asuhan Keperawatan Post Operasi 1. Pengkajian a. Keluhan Utama Klien mengatakan nyeri di luka operasi, kesemutan di kaki kanan, sesak nafas b. Pengkajian fokus Hari, tanggal operasi



: 19 November 2013



Jam mulai



: 11.45



Jam selesai



: 13.30



Jenis Anestesi



: General Anesthesi



Macam operasi



: Dekompresi, laminektomi L4-L5



Dx post operasi



: Post laminektomi e.c. canal stenosis



Tindak Lanjut



: Rawat Intensif di ICU



Rawat bangsal



: 21 November 2013 jam 11.00



1) Keadaan Umum Keadaan umum



: Cukup



Kesadaran



: composmentis



TTV



: TD : 140/90 mmHg R : 42x/menit S : 37,4 o C N : 118x/menit



Nyeri



: P : Nyeri luka operasi tulang belakang Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan panas R : Nyeri di



punggung bawah menyebar ke



kaki kanan S : Nyeri skala 8 T : Nyeri terus menerus 2) Pemeriksaan Fisik a) Kepala Bentuk kepala mesocephal, kulit kepala agak kotor, tidak ada lesi, konjungtiva tak anemis. b) Thorax



1) Inspeksi : Bentuk dada simetris, ekspansi dada simetris. Diameter anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter lateral 1:2. Respirasi 42x/menit. 2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa abnormal, ekspansi dada simetris. 3) Perkusi : Suara resonan pada intercosta 1-3 dada kiri Suara redup pada intercosta 4-7 dada kiri Suara resonan pada intercosta 1-3 dada kanan Suara redup pada inercosta 3-7 dada kanan 4) Auskultasi



: Terdengar bunyi vesikuler



c) Abdomen 1) Inspeksi : Simetris, cembung, warna kulit ikterik, tidak ada lesi. 2) Auskultasi



: peristaltik usus (+) normal



3) Perkusi : Terdengar suara tympani di seluruh kuadran abdomen 4) Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat hepatomegali. d) Punggung Terdapat luka post laminektomi di lumbal, terpasang drain, imobilisasi punggung, belum terpasang korset lumbal e) Ekstermitas 1) Ekstremitas atas (a) Inspeksi



:



anggota gerak lengkap dapat



digerakkan



dengan baik (b) Palpasi



: Tidak ada edema dan turgor kulit baik.



2) Ekstremitas bawah (a) Inspeksi



:



Anggota



gerak



lengkap,tidak



ada



lesi.



Terpasang infuse pada kaki kiri RL + drip ketorolac 30 mg 20 tpm. (b) Palpasi f)



: tidak ada nyeri tekan, dapat digerakkan baik



Kekuatan Otot 5 4



5 5



Indikator kekuatan otot 0



: Lumpuh



1



: Tidak mampu melawan gravitasi



2



: Mampu melawan gravitasi dengan sedikit bantuan



3



: Mampu melawan gravitasi namun hanya sebentar



4



: Mampu melawan gravitasi dengan sedikit beban



5



: Normal



3) Pola Kebiasaan a) Pola Nutrisi Klien mengatakan tidak nafsu makan, klien makan 2 sendok, diet bubur. Klien minum 5 gelas sehari b) Pola Eliminasi Klien terpasang kateter sejak 15 November 2013. Urin 200 cc warna kuning kemerahan. Klien belum b.a.b. sejak selesai operasi. c) Pola Aktivitas-Istirahat Klien mengatakan hanya boleh tiduran. ADL klien dibantu keluarga. Klien mengatakan dapat tidur nyenyak. 4) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah Lengkap 20 November 2013 No



Komponen



Hasil



Unit



Normal Range



1



WBC



14,7



103/µL



4,5-10,3



2



RBC



5,27



103/µL



4,-5,2



3



HGB



12,4



g/dL



11,5-15,5



4



HCT



38,8



%



34-40



5



MCV



73,6



fL



80-99



6



MCH



23,5



fL



27-31



7



MCHC



32



Pg



33-37



8



PLT



320



103/µL



150-450



9



RDW



40,5



fL



35-47



10



PDW



10,5



fL



9-13



11



MPV



8,7



fL



7,2-11,1



12



P-LCR



15,7



%



15-25



13



Crea



1,09



mg/dL



0,6-1,3



14



Alb



3,34



mg/dL



3,5-5,5



15



Ureum



32,2



mg/dL



17-43



5) Program terapi Ceftriaxone



3x1gram



IV



Ketorolac



3x30mg



IV



Ranitidin



2x50mg



IV



2. Analisis Data Nama klien



: Tn. N



Tanggal



: 21 November 2013



No CM



: 779568



Jam



: 11.00



Data



Penyebab



Masalah



DS : -



P : Nyeri luka operasi tulang belakang Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan panas R : Nyeri di



punggung bawah



menyebar ke kaki kanan S : Nyeri skala 8



Agen injury fisik :



T : Nyeri terus menerus



laminektomi



Nyeri akut



DO : -



Terdapat luka postlaminektomi H2



-



Klien tampak menahan nyeri, tidak banyak bergerak



-



TD : 140/90 mmHg



-



R : 42x/menit



-



N : 110x/menit



DS : -



Klien mengatakan nyeri diluka operasi



DO : -



Luka post laminektomi



Risiko infeksi



Terdapat luka post laminektomi H2 dan drain



-



WBC 14,7 103/µL



DS : -



Klien mengatakan sesak nafas sejak di rawat di ICU



DO : -



TD : 140/90 mmHg



-



Respirasi



:



dangkal -



N : 110x/menit



42x/menit,



Nyeri cepat,



Ketidakefektifan pola nafas



3. Diagnosis Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik : laminektomi ditandai dengan : DS : -



P : Nyeri luka operasi tulang belakang Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan panas R : Nyeri di



punggung bawah menyebar ke kaki kanan



S : Nyeri skala 8 T : Nyeri terus menerus DO : -



Terdapat luka postlaminektomi H2



-



Klien tampak menahan nyeri, tidak banyak bergerak



-



TD : 140/90 mmHg



-



R : 42x/menit



-



N : 110x/menit



b. Risiko infeksi berhubungan dengan luka post laminekomi ditandai dengan : DS : -



Klien mengatakan nyeri diluka operasi



DO : -



Terdapat luka post laminektomi H2 dan drain



-



WBC 14,7 103/µL



c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri ditandai dengan : DS : -



Klien mengatakan sesak nafas sejak di rawat di ICU



DO : -



TD : 140/90 mmHg



-



Respirasi : 42x/menit, cepat, dangkal



-



N : 110x/menit



4. Rencana Keperawatan DIAGNOSA



NO 1



TUJUAN



KEPERAWATAN



TINDAKAN / INTERVENSI



RASIONAL



Kamis, 21 nov 2013



Kamis, 21 nov 2013



Kamis, 21 nov 2013



Kamis, 21 nov 2013



Jam 13.00



Jam 13.00



Jam 13.00



Jam 13.00



Nyeri akut berhubungan



Tujuan : Setelah



a. Monitor TTV



a. Perubahan tanda vital



dengan agen injury fisik :



dilakukan tindakan



mengindikasikan toleransi klien



laminektomi ditandai dengan



keperawatan selama



terhadap nyeri



:



2x24 jam diharapkan



DS :



klien dapat



lokasi, lamanya serangan, faktor



intervensi dan memberikan dasar



-



P : Nyeri luka operasi



a. TTV normal



pencetus/yang memperberat. Minta



untuk perbandingan dan evaluasi



tulang belakang



b. Melaporkan nyeri



pasien untuk menetapkan pada



terhadap terapi



Q : Nyeri seperti ditusuk-



hilang atau



tusuk dan panas



terkontrol



R



:



Nyeri



punggung



di bawah



menyebar ke kaki kanan S : Nyeri skala 8



DO : Terdapat postlaminektomi H2



metode



luka



b. Membentu menentukan pilihan



skala 0-10 c. Pertahankan tirah baring selama



c. Tirah baring dalam posisi yang



fase akut. Bantu pemasangan



nyaman memungkinkan pasien



brace/korset.



untuk menurunkan spasme otot,



penghilangan



menurunkan penekanan pada



d. Mendemonstrasikan



T : Nyeri terus menerus



-



c. Mengungkapkan



b. Kaji adanya keluhan nyeri, catat



bagian tubuh tertentu dan



penggunaan



memfasilitasi terjadinya reduksi dan



intervensi terapeutik



tonjolan diskus



(misalnya, keterampilan



d. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan



d. Berguna selama fase akut dari rupture diskus untuk memberikan



-



Klien tampak menahan



relaksasi, modifikasi



sokongan dan membatasi



nyeri,



perilaku) untuk



fleksi/terpelintir. Penggunaan dalam



menghilangkan nyeri



waktu panjang dapat menambah



tidak



banyak



bergerak -



TD : 140/90 mmHg



-



R : 42x/menit



-



N : 110x/menit



kelemahan otot dan lebih lanjut Dita



menyebabkan degenerative e. Instruksikan pasien untuk teknik



e. Memfokuskan perhatian pasien,



relaksasi/ visualisasi



membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.



f.



Kolaborasi pemberian terapi sesuai indikasi : Ketorolac 3 x 40 mg



f.



Membantu menurunkan gejala yang timbul



Dita 2



Dita



Kamis, 21 nov 2013



Kamis, 21 nov 2013



Kamis, 21 nov 2013



Kamis, 21 nov 2013



Jam 13.00



Jam 13.00



Jam 13.00



Jam 13.00



Risiko infeksi berhubungan



Setelah dilakukan



a. Observasi ku dan vital sign secara



a. Perubahan vital sign menunjukan



dengan luka post



tindakan keperawatan



laminekomi ditandai dengan



selama 3 x 24 jam tidak



:



terdapat tanda-tanda



DS :



infeksi dengan criteria :



-



Klien mengatakan nyeri diluka operasi



-



Luka kering tidak terdapat pus atau



berkala



adanya tanda-tanda infeksi



b. Perawatan luka dengan prinsip steril b. membantu penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. c. Anjurkan klien dan keluarga menjaga kebersihan daerah luka



c. klien dan keluarga dapat secara mandiri menghindari infeksi tanpa bantuan perawat



DO : -



darah



Terdapat luka post



-



d. Monitoringnilai darah lengkap



Tekanan darah



adanya infeeksi



laminektomi H2 dan



normal (diastole



drain



120-100, sistole 803



-



WBC 14,7 10 /µL



-



Suhu : 37,4°C



-



Tekanan darah 140/80



e. Kolaborasi pemberian diit TKTP



60 mmHg) -



d. nilai leukosit merupakan indicator



meningkatkan imun f.



Suhu tubuh normal



e. Nutrisi yang baik dapat



Kelola pemberian obat cefriaxsone 3 f. x 1 gram.



untuk mencegah terjadi infeksi.



(36-37,5°C)



Feri



mmHg



Feri Feri



3



Kamis, 21 nov 2013



Kamis, 21 nov 2013



Kamis, 21 nov 2013



Kamis, 21 nov 2013



Jam 13.00



Jam 13.00



Jam 13.00



Jam 13.00



Ketidakefektifan pola nafas



Setelah dilakukan



berhubungan dengan nyeri



tindakan keperawatan



dan penggunaan otot-otot



pernafasan karena kedalamam



ditandai dengan :



selama 3 x 24 jam



pernafasan tambahan



pernafasan bervariasi tergantung



DS :



ketidakefektifan pola



-



Klien mengatakan sesak



nafas teratasi dengan



nafas sejak di rawat di



criteria :



ICU



-



Tekanan darah



DO :



normal (diastole



-



TD : 140/90 mmHg



120-100, sistole 80-



-



Respirasi : 42x/menit,



60 mmHg)



cepat, dangkal



-



Respirasi normal



a. Observasi kedalaman,frekuensi



a. mengetahui frekuensi & kedalan



derajat gagal nafas. b. Auskultasi bunyi nafas, dan catat



b. Perubahan bunyi nafas



adanya bunyi nafas tambahan.



menunjukan obstruksi sekunder



c. Ajarkan pasien untuk nafas dalam



c. Mereduksi nyeri sebagai penyebab ketidakefektifan pola nafas



d. Kolaborasi pemberian oksigen 3l/menit dengan kanule binasal



d. Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas.



-



N : 110x/menit



(16-24 x permenit) -



Nadi normal (60-80 x permenit)



Fery



Fery



Fery



Nama pasien



: Tn N



No RM



: 779568



Diagnosa keperawatan



: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nyeri



No 1



Implementasi



Evaluasi



Kamis, 21 November 2013



S :Klien mengatakan nafas berat



Jam 16.00 WIB



O : TD 140/90 mmHg, R : 42 kali/menit, N : 110 kali/menit, S :afebril



Monitor TTV



A : Tujuan tercapai sebagian P : Berikan O2 dengan kanule binasal



2



Kamis, 21 November 2013



S : Klien mengatakan sesak nafas



Jam 16.15



berkurang O : Klien tenang, R : 42 kali/menit



Memberikan O2 dengan kanule binasal



A : Tujuan tercapai sebagian P : Monitor respirasi



3



Kamis, 21 November 2013



S : Klien mengatakan sesak nafas



Jam 19.30



berkurang O : R : 28 klai/ menit teratur dalam



Memonitor respirasi



A : Tujuan tercapai P : Monitor respirasi



4



Jumat, 22 November 2013



S : Klien mengatakan tidak sesak nafas



Jam 12.00



O : Klien tenang, respirasi 28 kali/menit teratur dalam



Memonitor respirasi



A : Tujuan tercapai P : MonitorTTV tiap shift



DAFTAR PUSTAKA Doenges. E, Moorhouse and Geissler. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumetasian Perawatan Pasien. Jakarta. EGC. Indah, Putu, dkk. Lumbar Spinal Canal Stenosis Diagnosis dan Tatalaksana. Bagian/SMF



Ilmu



Bedah



Fakultas



Kedokteran



Universitas



RumahSakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Jefferey M. Spivak. Current Concepts Review - Degenerative Lumbar Spinal Stenosis.JournalBone Joint Surg Am.1998;80:1053-66.



Udayana