Askep Thalasemia Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



MAKALAH KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA THALASEMIA (disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II)



OLEH : KELOMPOK IV Irmawan



R011191017



Maria Dian Nurfita



R011191028



Rabiah M



R011191052



Nelyanthi AR Husain



R011191073



Fransisca Lio



R011191120



Amir



R011191105



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019



2



KATA PENGANTAR



Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik. Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.



3



DAFTAR ISI



Halaman Judul ………………………………………………………………………………………..1 Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………….2 DAFTAR ISI



…………………………………………………………………………………………3



BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………….4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA` ……………………………………………………………………… 6 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ………………………………………………………………11 BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………………………13 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………….14



4



BAB I PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Thalasemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksud



dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh seorang dokter di Detroit USA yang bernama Thomas . Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek (kurang dari 100 hari). ( Williams, 2005) Gen thalasemia sangat luas tersebar, dan kelainan ini diyakini merupakan penyakit genetik manusia yang paling prevalen. Distribusi utama meliputi daerah- daerah perbatasan Laut Mediterania, sebagian besar Afrika, timur tengah, sub benua India, dan Asia Tenggara. Dari 3 % sampai 8 % orang Amerika keturunan Italia atau Yunani dan 0,5% dari kulit hitam Amerika membawa gen untuk thalasemia β. Dibeberapa daerah Asia Tenggara sebanyak 40% dari populasi mempunyai satu atau lebih gen thalasemia. (Kliegam,2012). Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan oleh orangtua kepada anak. Thalasemia mempengaruhi kemampuan dalam menghasilkan hemoglobin yang berakibat pada penyakit anemia. Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen dan nutrisi lainnya ke sel-sel lainnya dalam tubuh. Sekitar 100.000 bayi di seluruh dunia terlahir dengan jenis thalasemia berbahaya setiap tahunnya.(Kliegam,2012) Ada dua jenis thalassemia yaitu alpha dan beta. Kedua jenis thalassemia ini diwariskan dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan oleh orangtua yang memiliki mutated gen atau gen mutasi thalasemia. Seorang anak yang mewarisi satu gen mutasi disebut pembawa atau carrier, atau yang disebut juga dengan thalassemia trait (sifat thalassemia). Kebanyakan pembawa ini hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi dua sifat gen, di mana satu dariibu dan satu dari ayah, akan mempunyai penyakit thalassemia. Jika baik ibu maupun ayah adalah pembawa, kemungkinan anak mewarisi dua sifat gen.(Williams,2005) dengan kata lain mempunyai penyakit thalasemia, adalah sebesar 25 persen. Anak dari pasangan pembawa juga mempunyai 50 persen kemungkinan lahir sebagai pembawa. Jenis paling berbahaya dari alpha thalassemia yang terutama menimpa



5 keturunan Asia Tenggara, Cina dan Filipina menyebabkan kematian pada jabang bayi atau bayi baru lahir. Sementara itu, anak yang mewarisi dua gen mutasi beta thalassemia akan menderita penyakit beta thalassemia. (Williams,2005) Anak ini memiliki penyakit thalasemia ringan yang disebut dengan thalassemia intermedia yang menyebabkan anemia ringan sehingga si anak tidak memerlukan transfusi darah. Jenis thalassemia yang lebih berat adalah thalassemia major atau disebut juga dengan Cooley's Anemia. Penderita penyakit ini memerlukan transfusi darah dan perawatan yang intensif. Anak-anak yang menderita thalassemia major mulai menunjukkan gejala-gejala penyakit ini pada usia dua tahun pertama. Anak-anak ini terlihat pucat, lesu dan mempunyai nafsu makan rendah, sehingga menyebabkan pertumbuhannya terlambat. Oleh karena itu kami merasa perlu untuk lebih meningkatkan asuhan keperawatan pada anak thalasemia,karena anak yang terkena thalasemia bukan hanya mengalami gangguan hematologi tetapi juga gangguan imunitas, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus agar anak tidak mengalami gangguan tumbuh kembang



6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Pengertian Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan yang ditandai oleh defisiensi produksi rantai globin pada hemoglobin. Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitikdimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur erirosit menjadi pendek ( kurang dari 100 hari ). ( Ngastiyah, 1997 : 377 ). Thalasemia merupakan penyakit anemua hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor ( Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 497 ). 2.2. Macam – macam Thalasemia : 1.



Thalasemia beta Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek yang diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin. Thalasemia beta meliputi: a.



Thalasemia beta mayor Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom mikrositik yang berat dengan hemolisis



di



dalam



sumsum



tulang



dimulai



pada



tahun



pertama



kehidupan.Kedua orang tua merupakan pembawa “ciri”. Gejala – gejala bersifat sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah yang karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada tabular pada kranium, ikterus dengan derajat yang bervariasi, dan hepatosplenomegali. b.



Thalasemia Intermedia dan minor Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda – tanda anemia ringan dan splenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb bervariasi, normal agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum meningkat, kadar bilirubin sedikit meningkat.



2.



Thalasemia alpa Merupakan thalasemia dengan defisiensi pada rantai a.



7 2.3.  Etiologi Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang membentuk  protein yang



dibutuhkan



untuk  memproduksi



hemoglobin



sebagaimana  mestinya.



Hemoglobin merupakan protein  kaya zat besi yang berada di dalam sel  darah merah dan berfungsi sangat penting  untuk mengangkut oksigen dari paru-paru  ke seluruh bagian tubuh yangmembutuhkannya sebagai energi. Apabila produksi hemoglobin berkurang  atau



tidak



ada,maka



pasokan



energi



yang



dibutuhkan



untuk



menjalankan  fungsi tubuh tidak dapatterpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan  tidak



mampu



lagi



adalah  sekelompok



menjalankanaktivitasnya



penyakit



keturunan



secara



normal.Thalasemia



yangmerupakan



akibat



dari  ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino  yang membentuk hemoglobin. Thalasemia adalah penyakit yang sifatnya diturunkan. Penyakit ini,  merupakan penyakit kelainan pembentukan sel darah merah. Adapun etiologi dari thalasemia adalah faktor genetik (herediter). Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek(kurang dari 100 hari). Penyebab



kerusakan



(hemoglobinopatia)



dan



tersebut kelainan



karena



hemoglobin



hemoglobin



ini



yang



karena



tidak



adanya



normal gangguan



pembentukan yang disebabkan oleh : a)      Gangguan struktur pembentukan hemoglobin (hb abnormal) b)      Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin seperti pada Thalasemia) Penyebab Thalasemia β mayor. Thalasemia mayor terjadi apabila gen yang cacat diwarisi oleh kedua orang tua. Jika bapa atau ibu merupakan pembawa thalasemia,mereka boleh menurunkan thalasemia kepada anak-anak mereka. Jika kedua orang tua membawa ciri tersebut maka anak-anak mereka mungkin pembawa atau mereka akan mnderita penyakit tersebuat 2.4. Patofisiologi Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan beta polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau keseluruhan dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta. Konsekuensinya adanya peningkatan compensatori dalam proses pensintesisan rantai alpa dan produksi rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptid yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mudah terpisah dan merusak sel darah merah yang



8 dapat menyebabkan anemia yang parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam jumlah yang banyak, atau setidaknya bone marrow ditekan dengan terapi transfusi. Kelebihan fe dari penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel defectif, disimpan dalam berbagai organ (hemosiderosis). 2.5. Manifestasi Klinis Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala awal pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi beberapa minggu pada setelah lahir. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang masa kehidupan anak akan terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh dan dapat disertai demam berulang akibat infeksi. Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung. Terdapat hepatosplenomegali. Ikterus ringan mungkin ada. Terjadi perubahan pada tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan dan kaki dapat menimbulkan fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan akibat anemia dan kekurangan



gizi



menyebabkan



perawakan



pendek.



Kadang-kadang



ditemukan



epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu empedu. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat mengakibatkan kematian. Dapat timbul pensitopenia akibat hipersplenisme. Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin



(keterlambatan dan gangguan



perkembangan sifat seks sekunder), pancreas (diabetes), hati (sirosis), otot jantung (aritmia, gangguan hantaran, gagal jantung), dan pericardium (perikerditis). Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:  Letargi



 Sesak nafas



 Pucat



 Tebalnya tulang kranial



 Kelemahan



 Pembesaran limpa



 Anoreksia



 Menipisnya tulang kartilago



2.6. Pemeriksaan Penunjang Studi hematologi : terdapat perubahan – perubahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anosositosis, poikilositosis, sel target, eritrosit yang immature, penurunan hemoglobin dan hematrokrit. Elektroforesis hemoglobin : peningkatan hemoglobin. Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang hiperaktif terutama seri eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi perubahan pada tulang akibat hiperplasia



9 sumsum yang berlebihan. Perubahan meliputi pelebaran medulla, penipisan korteks, dan trabekulasi yang lebih kasar. Analisis DNA, DNA probing, gone blotting dan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan jenis pemeriksaan yang lebih maju. 2.7. Penatalaksanaan 1. Transfusi sel darah merah (SDM) sampai kadar Hb sekitar 11 g/dl. Pemberian sel darah merah sebaiknya 10 – 20 ml/kg berat badan. 2. Pemberian chelating agents (Desferal) secara intravena atau subkutan. Desferiprone merupakan sediaan dalam bentuk peroral. Namun manfaatnya lebih rendah dari desferal dan memberikan bahaya fibrosis hati. 3. Tindakan splenektomi perlu dipertimbangkan terutama bila ada tanda – tanda hipersplenisme atau kebutuhan transfusi meningkat atau karena sangat besarnya limpa. 4. Transplantasi sumsum tulang biasa dilakukan pada thalasemia beta mayor.



10 2.8. Pathway



11 BAB III ASUHAN KEPERAWATAN



3.1. Pengkajian 1. Asal Keturunan / Kewarganegaraan Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa di sekitar laut Tengah (Mediteranial) seperti Turki, Yunani, dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita. 2.      Umur Pada penderita thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun, sedangkan pada thalasemia minor biasanya anak akan dibawa ke RS setelah usia 4 tahun. 3.      Riwayat Kesehatan Anak Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran pernapasan atas atau infeksi lainnya. Ini dikarenakan rendahnya Hb yang berfungsi sebagai alat transport. 4.      Pertumbuhan dan Perkembangan Seirng didapatkan data adanya kecenderungan gangguan terhadap tumbang sejak masih bayi. Terutama untuk thalasemia mayor, pertumbuhan fisik anak, adalah kecil untuk umurnya dan adanya keterlambatan dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan ramput pupis dan ketiak, kecerdasan anak juga mengalami penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor, sering terlihat pertumbuhan dan perkembangan anak normal. 5.      Pola Makan Terjadi anoreksia sehingga anak sering susah makan, sehingga BB rendah dan tidak sesuai usia. 6.      Pola Aktivitas Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih banyak tidur/istirahat karena anak mudah lelah. 7.      Riwayat Kesehatan Keluarga Thalasemia merupakan penyakit kongenital, jadi perlu diperiksa apakah orang tua juga mempunyai gen thalasemia. Jika iya, maka anak beresiko terkena talasemia mayor. 8.      Riwayat Ibu Saat Hamil (Ante natal Core – ANC) Selama masa kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara mendalam adanya faktor resiko talasemia. Apabila diduga ada faktor resiko, maka ibu perlu diberitahukan resiko yang mungkin sering dialami oleh anak setelah lahir.



12 9.      Data Keadaan Fisik Anak Thalasemia a.     KU = lemah dan kurang bergairah, tidak selincah anak lain yang seusia. b.      Kepala dan bentuk muka. Anak yang belum mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas, yaitu kepala membesar dan muka mongoloid (hidung pesek tanpa pangkal hidung), jarak mata lebar, tulang dahi terlihat lebar. c.       Mata dan konjungtiva pucat dan kekuningan d.      Mulut dan bibir terlihat kehitaman e.       Dada, Pada inspeksi terlihat dada kiri menonjol karena adanya pembesaran jantung dan disebabkan oleh anemia kronik. f.       Perut, Terlihat pucat, dipalpasi ada pembesaran limpa dan hati (hepatospek nomegali). g.       Pertumbuhan fisiknya lebih kecil daripada normal sesuai usia, BB di bawah normal h.      Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas tidak tercapai dengan baik. Misal tidak tumbuh rambut ketiak, pubis ataupun kumis bahkan mungkin anak tidak dapat mencapai tapa odolense karena adanya anemia kronik. i.        Kulit, Warna kulit pucat kekuningan, jika anak telah sering mendapat transfusi warna kulit akan menjadi kelabu seperti besi. Hal ini terjadi karena adanya penumpukan zat besi dalam jaringan kulit (hemosiderosis). 3.2. Diagnosa Keperawatan 1.    Dx 1 Perubahan perfusi jaringan 2.    Dx. 2 intoleransi aktivitas 3.    Dx. 3 perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 4.    Dx. 4 Resiko terjadi kerusakan integritas kulit 5.    Dx. 5. resiko infeksi 6.    Dx. 6. Ansietas 3.3 Intervensi Keperawatan Diagnosa Ketidakefektifan perfusi jaringan Perifer (00204) NOC Domain II: Kesehatan Fisiologis Kelas G : Keseimbangan cairan (0601) Outcome



13 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Keseimbangan cairan dapat dipertahankan pada rentang banyak terganggu (2) ditingkatkan pada Sedikit terganggu (4) , yang dibuktikan dengan : 1.



      tekanan darah normal



2.



      turgor kulit tidak kering



NIC Manajemen Pola Napas 1.



Lakukan pengkajian yang komprehensif terhadap sirkulasi perifer



2.



 Pantau status cairan



3.



 Monitor TTV



4.



 Monitor tekanan perfusi serebral



5.



Monitor intake dan output cairan



6.



Catat respon pasien terhadap stimuli



7.



 posisikan pasien pada posisi semi fowler



8.



Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi



9.



Gunakan sarung tangan untuk proteksi



10.  Kolaborasi pemberian intravena. 11. Dorong masukan oral 12. Atur kemungkinan transfusi 13. Persiapan untuk transfusi Health Education 1.  Ajarkan pasien/keluarga tenghindari suhu ekstrem pada ekstermitas 2.  Anjurkan pasien untuk melaporkan tanda dan gejala yang ditimbulkan 3. Anjurkan pasien atau keluarga untuk memeriksa kulit setiap hari untuk mengetahui perubahan integritas kulit Diagnosa Kelas 1 : Resiko infeksi (00004) Definisi: Peningkatan resiko masuknya organisme patogen. NOC Resiko kontrol Kriteria Hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien mampu untuk: 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya. 3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.



14 4. Jumlah leukosit dalam batas normal. NIC Kontrol infeksi 1.  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2.  Pertahankan tekhnik isolasi 3.  Batasi pengunjung bila perlu 4.  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung 5.  Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan 6.  Berikan perawatan kulit pada area epidema 7. Tingkatkan intake nutrisi 8. Berikan terapi antibiotik bila perlu. Proteksi terhadap infeksi 1.  Monitor tanda gejala infeksi 2. monitor kerentanan terhadap infeksi 3. Dorong masukan cairan 4. Laporkan kecurigaaan infeksi Health Education 1.



Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep



2.



Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi



3.



Ajarkan cara menghindari infeksi



Diagnosa Ansietas (00146) Definisi: Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak dikethui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahayyang akan terjadi dan memampukan individu melakukan tindakan ntuk menghadapi ancaman. NOC: 1.      Tingkat ansietas 2.      Pengendalian-Diri terhadap ansietas 3.      Kosentrasi 4.      Koping NIC Penurunan ansietas 1.



Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien



15 2.



Kaji untuk factor budaya (misalnya, konflik nilai) yang menjadi penyebab ansietas



3.



Menentukan kemampuan pengambilan keputusan pasien



4.



Gunakan pendekatan yang tenag dan meykinka



5.



 Nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap perilaku pasien



6.



Damping pasien /9misalnya Selma prosedur ) ntuk meningkatkan keamanan dan mangurangi rasa takut



7.



Berikan pijatan punggung/pijatan leher, jika perlu



8.



Jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan



9.



Bantu pasien untuk mengidentifikasikan situasi yang mencetuskan ansietas



BAB IV



16 PENUTUP



4.1.     Kesimpulan Thalasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherted) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam atau dekat gen globin. Klasifikasi thalasemia seperti Thalasemia-α, Thalasemia-β ( Thalasemia mayor Thalasemia minor, Thalasemia-δβ, Thalasemia intermedia ). Manifestasi dari thalasemia misalnya anemia berat yang bergantung pada transfuse darah, gagal berkembang, infeksi interkuren, pucat, ikterus ringan, pembesaran hati dan limpa, ekspansi tulang, defek pertumbuhan/endokrin,  anemia hemolitik mikrositik hipokrom. Hal-hal yang perlu dikaji pada penderita thalasemia ini adalah asal keturunan / kewarganegaraan, umur, riwayat kesehatan anak, pertumbuhan dan perkembangan, pola makan, pola aktivitas. riwayat kesehatan keluarga, riwayat ibu saat hamil , data keadaan fisik anak thalasemia. Dan diagnose keperawatan yang mungkin muncul sepertiPerubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 ke sel, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2 dan kebutuhan, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan



tubuh



ketidakmampuan



berhubungan mencerna



dengan



kegagalan



makanan/absorbsi



nutrien



untuk



mencerna



atau



yang



diperlukan



untuk



pembentukan sel darah merah normal, Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi dan neurologis, Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat, penurunan Hb, leukopenia atau penurunan granulosit, Kurang pengetahuan tentang prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan interpretasi informasi dan tidak mengenal sumber informasi. 4.2.Saran Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dari para pembaca demi terciptanya makalah lain yang lebih baik lagi.



17



DAFTAR PUSTAKA Sudayo, Aru. W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ( Ed.5, Jilid II ). Jakarta : Interna Publishing. Hoffbrand. 2005. Kapita Selekta Hematologi ( Ed.4 ). Jakarta : EGC. Mehta, Atul. B. 2006. At a Glance Hematologi. Jakarta : Erlangga. Long,



Barbara.



C. Perawatan



Medikal



Bedah



(suatu



pendekatan



proses



keperawatan). Bandung : YIAPKP. Smeltzer, Suzanne.C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner & Suddarth. Jakarta : EGC. Schwartz,M.William. (2005). Pedoman Klinis Pediatri,Alih Bahasa Brahm U Pandit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Kliegman Behrman. (20012). Ilmu Keperawatan Anak edisi 15,  Alih Bahasa Indonesia, A.Samik Wahab. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC