Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dengan Pijat Oksitosin [PDF]

  • Author / Uploaded
  • risma
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A SU HA N KE B I D A N A N M A S A N I F A S PADA NY.R P3A0 DENGAN PIJAT OKSITOSIN DI KLINIK BERGAS WARAS



Untuk Memenuhi Tugas Reflektif Learning Nifas Komplementer Dosen Pembimbing akademik : Ari Widyaningsih, S.SiT., M.Tr.Keb



Nama : Risma Ramadhanty 161211004



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAK U L TA S I LM U K ES EH A TA N UNIVERSITAS NGUDI WALUYO TAHUN 2021



i



HALAMAN PENGESAHAN



Reflektif Learning Berjudul :



A SU HA N KE B I D A N A N M A S A N I F A S PADA NY.R P3A0 DENGAN PIJAT OKSITOSIN DI KLINIK BERGAS WARAS



disusun oleh: RISMA RAMADHANTY 161211004



Telah dipresentasikan dengan Pembimbing Akademik Program Studi Pendidikan Profesi Bidan pada : Hari



:



Tanggal



:



November 2021



Penguji/ Pembimbing Akademik



Ari Widyaningsih, S.SiT., M.Tr.Keb NIDN. 0630018903



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang “Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan. Dengan



adanya



makalah



ini,



mudah-mudahan



dapat



membantu



meningkatkan minat baca dan belajar teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu. Saya sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih saya harapkan demi perbaikan laporan ini. Sekian dan terimakasih.



Ungaran,



November 2021



Penulis



iii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….…..i HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………....ii KATA PENGANTAR …………………………………………………………...iii DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..iv BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………..1 A. Latar Belakang...…………………………………………………………..1 B. Tujuan …………..………………………………………………………...4 C. Manfaat …………..……………………………………………………….4 BAB II TINJAUAN TEORI ………………..…………………………………….5 A. Masa Nifas ……..…………………………………………………………5 B. Pijat Oksi ………………………………………………………………...19 C. Teori Manajemen Kebidanan ...………………………………………….22 D. Landasan Hukum .……………………………………………………….25 BAB III TINJAUAN KASUS …………………………………………………..27 A. Data Subjektif ……………………………………………………………27 B. Data Objektif …………………………………………………………….33 C. Analisa Data ……………………………..………………………………36 D. Penatalaksanaan …………………...…………………………………….36 BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………………….39 A. Data Subjektif ……………………………………………………………39 B. Data Objektif …………………………………………………………….40 C. Interpretasi Data …………….…………………………………………...41 D. Penatalaksanaan …………………………………………………………42 E. Evaluasi ………………………………………………………………….42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...……………………………………….44 A. Kesimpulan ……………………………………………………………...44 B. Saran ………………………………………………………………….….44 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...45



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah jangka waktu antara lahirnya bayi dan plasenta lepas dari rahim sampai kembalinya organ-organ reproduksi ke keadaan normal seperti sebelum melahirkan. Masa nifas berlangsung selama enam minggu. (Lowdermilk, 2013). Pada masa nifas, ibu akan mengalami beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada payudara. Payudara pada ibu nifas akan menjadi lebih besar, keras dan menghitam disekitar puting, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Asuhan masa nifas diperlukan karena dalam periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama, salah satu penyebabnya adalah pendarahan masa nifas karena itu diperlukan penanganan yang tepat (Wulandari dkk. 2011) Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat. Selain itu, mempunyai pengaruh biologis serta kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit. Akan tetapi, menyusui tidak selamanya dapat berjalan dengan normal (Astutik, 2014). Penurunan produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon oksitosin dan prolaktin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi ASI, sehingga menyebabkan ASI tidak segera keluar setelah melahirkan, bayi kesulitan dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang (Rusdiarti, 2014). Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar ibu dapat menyusui secara eksklusif, yaitu kesehatan, dukungan, istirahat dan rasa nyaman. Kesehatan ibu memegang peran penting dalam produksi ASI. Ibu yang sakit, asupan makanan kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrient yang akan



1



diolah oleh sel-sel acini payudara, menyebabkan produksi ASI akan menurun (Bahiyatun, 2009). Ibu dengan infeksi tuberkulosis aktif tidak boleh menyusui. Menyusui juga tidak direkomendasikan pada ibu yang sedang menerima kemoterapi atau isotop radioaktif (Lowdermilk, 2013). Dukungan menjadi faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif yang harus diperhatikan selanjutnya setelah kesehatan ibu. Menurut Sudiharto (2007 dalam Anggorowati, 2015), dukungan keluarga terutama suami mempunyai hubungan dengan pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Keluarga memberikan dukungan motivasi untuk ibu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Wahyuni tentang gambaran dukungan suami dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Turi Sleman tahun 2017, menunjukkan ibu yang mendapat



dukungan



dari



suami



mempunyai



kecenderungan



untuk



memberikan ASI eksklusif sebesar dua kali dibanding ibu yang kurang mendapatkan dukungan dari suaminya. Istirahat pada ibu menyusui harus dijaga dan diperhatikan, terutama pada satu atau dua minggu pertama setelah melahirkan. Ibu yang kurang istirahat pasca melahirkan dapat mengalami kelelahan yang menyebabkan dampak negatif pada produksi susu dan reflek let down (Lowdermilk, 2013). Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif selanjutnya adalah rasa nyaman, setalah ibu melahirkan, ibu akan mengalami rasa tidak nyaman diseluruh tubuh, stres dan khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan ASI untuk buah hatinya. Hal ini akan menghambat sekresi hormon oksitosin. Hormon oksitosin adalah hormon yang berperan dalam pengeluaran ASI. Apabila sekresi hormon oksitosin terhambat, pengeluaran ASI menjadi tidak lancar.



Pengeluaran



ASI



yang



tidak



lancar



dapat



menimbulkan



pembengkakan pada payudara, jika tidak segera diatasi akan berdampak lebih lanjut yaitu dapat menyebakan mastitis dan infeksi. Salah satu cara untuk merangsang hormon oksitosin dan meningkatkan rasa nyaman adalah dengan pijat oksitosin (Ummah, 2014).



2



Pijat oksitosin adalah pijat disepanjang tulang belakang (vertebre) sampai tulang costae kelima atau keenam. Pijat ini berfungsi untuk meningkatkan oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun keluar dengan sendirinya (Biancuzzo, 2003; Roesli, 2009 dalam Afiani 2016). Sedangkan menurut Mulyani (2009 dalam Wulandari 2014), pijat merupakan salah satu terapi yang efektif untuk mengurangi ketidaknyamanan fisik serta memperbaiki mood. Melalui



pemijatan



pada



tulang



belakang,



neurotransmitter



akan



merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Oksitosin menyebabkan otot-otot halus disekitar kelenjar payudara mengkerut sehingga ASI keluar. Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress (Perinasia, 2007 dalam Wulandari, 2014). Pijat oksitosin efektif dilakukan 2 kali sehari pada hari pertama dan kedua post partum, karena pada kedua hari tersebut ASI belum terproduksi cukup banyak (Hartiningtiyaswati, 2015). Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setiowati (2017), tentang hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3, menyatakan ibu post partum setelah diberikan pijat oksitosin mempunyai produksi ASI yang lancar. Selain melancarkan produksi ASI, pijat ini juga dapat mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. (Mardiyaningsih, 2010 & Depkes RI, 2007 dalam Wijayanti, 2014). Berdasarkan latar bekang diatas penulis tertarik untuk memberikan asuhan pada ibu nifas agar mempelancar ASI dengan menggunakan metode pijat oksitosin.



3



B. Tujuan 1.



Tujuan Umum Memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen SOAP pada Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras



2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengelolaan data subyektif pada Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras b. Penulis mampu melakukan pengelolaan data obyektif pada Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras c. Penulis mampu menentukan analisa data, meliputi diagnosa kebidanan pada Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P 3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras d. Penulis mampu melakukan penatalaksanaan dari mulai tindakan sampai dengan evaluasi pada Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras



C. Manfaat 1.



Teoritis Dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman secara langsung dalam penerapan ilmu yang diperoleh dapat memperoleh wawasan tentang Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras



2. Bagi Klinik Kebidanan Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran tentang Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3 A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras



4



3. Bagi Institusi Kebidanan Dapat menjadi bahan perpustakaan khususnya tentang Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras 4. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan penulis tentang Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras



5



BAB II TINJAUAN TEORI A. Masa Nifas 1. Definisi Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat reproduksi kembali seperti sebelum hamil. Nifas disebut juga peurperium. Peurperium berasal dari bahasa latin. Peur berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan peurperium atau masa nifas merupakan masa setelah melahirkan. Masa nifas juga dapat diartikan sebagai masa post partum normal atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya disertai pemulihnya organorgan yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan (Sari, 2015). Sedangkan menurut Nugroho, dkk (2014) masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.



2. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas yaitu : Menurut Saifudin dalam Walyani (2017), antara lain: Kunjungan



Waktu



Asuhan



I



6- 8 jam setelah



1. Mencegah perdarahan masa nifas



bersalin



akibat Antonia uteri 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut 3. Memberi konseling pada ibu atau salah



satu



mengenai perdarahan



6



anggota cara masa



keluarga mencegah



nifas



akibat



Antonia uteri 4. Pemberian ASI awal 5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi . II



6



hari



setelah



persalinan



1. Memastikan berjalan



involusi



uterus



normal,



berkontraksi,



uterus



fundus



dibawah



umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau 2 2. Menilai adanya tanda bahaya 3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup



makanan,



cairan,



dan



istrirahat 4. Memastikan ibu menyususi dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit 5. Memberi tentang



konseling asuhan



pada pada



ibu bayi,



perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari III



2 minggu setelah persalinan



1. Memastikan berjalan berkontraksi,



involusi



uterus



normal, fundus



uterus dibawah



umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau 2 2. Menilai adanya tanda bahaya 3. Memastikan agar ibu mendapatkan



7



cukup



makanan,



cairan,



dan



istrirahat 4. Memastikan ibu menyususi dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda penyulit IV



6 minggu



1. Mengkaji



setelah



tentang



kemungkinan



penyulit persalinan



persalinan



2. Memberi



konseling



keluarga



berencana (KB) secara dini



3. Tahapan Masa Nifas Menurut Sari (2015) masa nifas dibagi menjadi tiga periode sebagai berikut: a. Periode pasca persalinan segera (Periode immediate post partum) Merupakan masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri. b. Periode pasca persalinan awal (Periode early post partum) 24 jam - 1 minggu Pada periode ini tenaga kesehatan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada pendarahan, lokhia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. c. Periode pasca salin lanjut (late post partum) 1 minggu – 6 minggu Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan seharihari serta konseling KB



4. Kebutuhan Masa Nifas Menurut Yanti & Sundawatin (2014), ada beberapa kebutuhan ibu pada masa nifas yaitu:



8



a)



Nutrisi dan cairan Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori.Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayursayuran dan buah-buahan. Ibu harus 58 mengonsumsi 2.300 – 2.700 kalori ketika menyusui, tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal, asupan cairan 2 – 3 liter / hari. Mengonsumsi tablet tambah darah ( Fe) setidaknya 40 hari pasca persalinan dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam dan 24 jam setelah melahirkan



b) Mobilisasi Ibu harus istirahat karena lelah sehabis bersalin.Ibu dianjurkan untuk mobilisasi dini dengan miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan tromboemboli. Segera setelah miring kanan dan kiri diperbolehkan duduk, dan apabila tidak pusing maka dianjurkan untuk latihan jalan-jalan. Mobilisasi di atas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. c)



Eliminasi Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasiotot spincter ani selama proses persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Miksi disebut normal bila dapat BAK 3 – 4 jam pasca persalinan. (BAB) harus dilakukan 3 – 4 hari pasca persalinan.



d) Kebersihan diri dan Perineum Puting susu harus diperhatikan kebersihannya menggunakan air hangat yang telah dimasak, untuk kebersihan perineum dengan cebok setiap selesai BAB & BAK, kemudian ganti pembalut, cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh alat kelamin.



9



e)



Istirahat Beristirahat yang cukup sangat dianjurkan untuk mencegah kelelahan yang berlebihan dan tidak dianjurkan untuk melakukan kegiatan yang berat



f)



Sexual Dinding vagina kembali ke keadaan sebelum hamil 6 – 8 minggu. Secara fisik sudah aman apabila darah yang keluar sudah terhenti dan ibu dapat memasukkan 1 – 2 jari kedalam vagina apabila tidak nyeri maka aman untuk melakukan hubungan seksual.



g) Keluarga Berencana Kontrasepsi untuk mencegah terjadinya kehamilan yang aman untuk ibu nifas adalah Mall, pil progestin, suntik progestin, implant, AKDR



5. Perubahan Masa Nifas Menurut Astutik (2014) terdapat perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, antara lain: a.



Involusio atau pengerutan uterus Merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Tabel 2.5 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi Involusi Tinggi fundus uteri Bayi lahir Setinggi pusat Uri lahir 2 jari dibawah pusat 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 6 minggu Bertambah kecil 8 minggu Sebesar normal Sumber: Dikutip dari Sofian (2011)



10



Berat uterus 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram



b.



Lochea Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. Terdapat macam-macam lochea: a) Lochea Rubra (Cruenta) Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium selam dua hari masa persalinan b) Lochea Sanguilenta Berwarna coklat, sedikit darah dan lendir. Hari ketiga sampai ketujuh pasca persalinan c) Lochea Serosa Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ketujuh sampai empat belas pasca persalinan d) Lochea Alba Merupakan cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan. Selain lochea diatas, adapun jenis lochea tidak normal, yaitu: a) Lochea Purulenta Merupakan lochea saat terjadinya infeksi, yaitu keluarnya cairan seperti nanah yang berbau busuk b) Locheastatis Merupakan pengeluaran lochea yang tidak lancar. c. Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak menegang seperti corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadangkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa dimasukan ke rongga rahim, setelah 2 jam, dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan setelah 7 hari, hanya dapat dilalui oleh 1 jari. d. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam



11



beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. (Nanny, dkk. 2011)



6. Menyusui a. Proses pembentukan ASI Menurut Lowdermilk (2013) ada beberapa pembentukan ASI, sebagai berikut : 1. Laktogenesis tahap 1 Tahap ini dimulai dari minggu ke-16 sampai 18 kehamilan, payudara akan mempersiapkan diri untuk produksi ASI susu dengan memproduksi kolostrum. Kolostrum adalah cairan jernih berwarna kekuning, lebih pekat daripada ASI dan sangat kaya imunoglobulin. Kolostrum mempunyai kadar protein dan mineral yang tinggi, namun kadar lemaknya lebih rendah. Kadar protein yang tinggi akan memfasilitasi terkaitnya bilirubin dan efek laktasif dari kolostrum akan meningkatkan keluarnya mekonium. 2. Laktogenesis tahap II Pada tahap ini kolostrum perlahan berubah menjadi ASI matur. Tahap ini terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-5 setelah melahirkan, sebagian wanita sudah menyekresi ASI dalam jumlah banyak. 3. Laktogenesis tahap III Komposisi ASI akan terus berubah selama sekitar 10 hari, namun pada tahap ini ASI matur sudah menetap dan produksi ASI mulai stabil.



12



b. Proses Pengeluaran ASI Menyusui atau laktasi adalah keseluruhan proses dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. (Sari, 2015). Ada dua mekanisme uatama yang terlibat dalam laktasi yaitu sekresi ASI dan refleks pengeluaran ASI (Reeder, 2012). Sekresi ASI merupakan persyaratan keberhasilan menyusui. Sejak trimester kedua, sekresi dengan komposisi yang cukup stabil (prokolostrum) telah dapat ditemukan pada payudara. Ketika bayi lahir dan plasenta dikeluarkan maka sekresi akan mengalami perubahan. Prokolostrum akan berubah menjadi kolostrum, perubahan tersebut akan terjadi selama 10 hari berikutnya sampai satu bulan untuk mencapai susu yang matang. Perubahan dalam sekresi kelenjar mamae setelah persalinan diyakini merupakan akibat penurunan hormon estrogen dan progesteron serta kadar hormon prolaktin yang relatif meningkat (Worthingtom-Roberts, 1993 dalam Reeder, 2012). Pada tahap awal laktasi, sekresi ASI dapat distimulus oleh pengisapan bayi pada kedua payudara setiap meyusu dan dapat meningkatkan frekuensi menyusui. Produksi ASI akan dimulai secara perlahan pada beberapa ibu, tetapi hal ini dapat distimulasi dengan menyusui bayi di kedua payudara setiap dua sampai tiga jam. Walaupun prolaktin dapan menstimulasi sintesis dan sekresi ASI kedalam ruang alveolar, tetapi diperkirakan bahwa jumlah produksi susu diatur oleh jumlah susu yang tersisa dalam ruang alveolar setelah menyusu. Oleh karena itu, pengosongan payudara merupakan tindakan yang penting terutama pada tahap awal laktasi (Lawrence, 1994 dalam Reeder, 2012). Mekanisme kedua yang terlibat laktasi adalah pengeluaran ASI atau refleks down. Oksitosin adalah hormon yang berperan dalam hal ini. Oksitosin yang dilepaskan hipofisis posterior sebagai respon terhadap isapan, menstimulasi kelenjar epitel dalam alveoli untuk berkontraksi dan mengeluarkan susu melewati saluran duktus



13



laktiferus. Refleks ini mempengaruhi jumlah ASI yang mampu diperoleh bayi, karena ASI harus berada dalam sinus sebelum dapat dikeluarkan oleh isapan bayi. c. Manfaat ASI Menurut Nugroho dkk (2014) terdapat manfaat dari ASI, yaitu : a) Manfaat bagi bayi 1. Zat gizi yang sesuai untuk bayi Dalam ASI terdapat lemak, karbohidrat, protein, garam, air, dan mineral. 2. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan Menempelnya kulit bayi dan kulit ibu akan memberikan manfaat untuk tumbuh kembang. Interaksi yang timbul akan memberikan rasa aman, nyaman, dan kasih saying 3. Mengurangi terjadinya karies dentis Karies dentis biasanya didapatkan pada bayi yang mendapatkan susu formula dikarenakan menyusu dengan dot dan botol akan menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa



susu



formula



sehingga



menyebabkan



gigi



asam



mengakibatkan kerusakan pada gigi. 4. Mengurangi terjadi maloklusi Merupakan kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dalam dot dan botol 5. Mengandung zat protektif Terdapat protektif berupa laktobasilus (penghambat pertumbuhan mikroorganisme pathogen), laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4 (factor pertahanan), antibody, imunitas seluler, dan tidak menimbulkan alergi. b) Manfaat Bagi Ibu 1. Aspek kesehatan ibu Isapan yang terjadi akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofise. Oksitosin akan membantu



14



involusi



uterus



dan



mencegah



terjadinya



perdarahan.



Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan postpartum mengurangi prevelensi anemia zat besi, dan mengurangi angka karsinoma mamae. 2. Aspek Keluarga Berencana Merupakan KB alami, sehingga dapat menjalankan kehamilan. 3. Aspek Psikologis Ibu akan merasa bangga dan diperlukan oleh bayinya karena dapat menyusui c) Manfaat Bagi Keluarga 1. Aspek ekonomi Ekonomis tidak perlu dibeli 2. Aspek psikologis Suatu kelahiran yang jarang sehingga kebahagiaan keluarga bertambah, mendekatkan hubungan bayi dan keluarga 3. Aspek kemudahan Menyusui sangat praktis, dapat diberikan kapan saja, dimana saja tanpa merepotkan orang lain. d) Manfaat Bagi Negara 1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak Terdapat factor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta angka kesakitan dan kematian menurun. 2. Mengurangi subsidi rumah sakit Adanya rawat gabung akan memperpendek terjadinya rawat inap, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokominal serta mengurangi biaya perawatan anak 3. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula ASI dapat menghambat devisa untuk membeli susu formula.



15



d. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI 1. Makanan Makanan yang tepat untuk ibu menyusui adalah makanan seimbang padat nutrisi, asupan kalsium dan vitamin larut lemk harus adekuat. Apabila ibu makan makanan dengan gizi yang cukup dan makan teratur maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar (Lowdermilk, 2013). 2. Psikologi Memproduksi ASI yang baik memerlukan kondisi jiwa dan pikiran yang tenang. Ibu dengan keadaan psikologi yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI (Khasanah, 2017). 3. Kesehatan Kesehatan memegang peran penting terhadap pdoduksi ASI. Ibu yang sakit, asupan makan yang tidak adekuat, kekuarangan darah untuk membawa nutrien yang akan di olah sel-sel dipayudara, menyebabkan produksi ASI menurun (Bahiyatun, 2009). Ibu dengan infeksi tuberkulosis aktif dan ibu yang sedang menerima



kemoterapi



atau



isotop



radioaktif



tidak



direkomandasikan untuk menyusui (Breastfeeding, 2005 & Lowrence, 2005 dalam Lowdermilk 2013). 4. Alat kontrasepsi Kontraspsi hormonal meliputi, inplan, injeksi, pil dapat menyebabkan penurunan produksi ASI. Kontrasepsi ini harus dihindari selama 6 minggu pertama post partum suplay ASI rendah, riwayat kegagalan laktasi (Lowdermilk, 2013). 5. Perawatan Payudara Perawatan payudara dapat bermanfaat untuk mempengaruhi kelanjar hipofise untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin (Khasanah, 2017).



16



6. Anatomi Payudara Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk papila dan puting susu ibu (Khasanah, 2017). 7. Pola Istirahat Ibu yang menyusui memelukan istirahat sebanyak mungkin, terutama pada satu atau dua minggu pertama setelah lahir. Kelelahan, stres, dan kecemasan dapat memberikan efek negatif pada produksi ASI dan refleks let down (Lowdermilk, 2013). 8. Faktor isapan dan Frekuensi Penyusuan Semakin bayi sering menyusu pada payudara ibu maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak, akan tetapi frekuensi menyusui pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda dikarenakan bayi prematur belum dapan menyusu. Studi mengatakan bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah lahir (Khasanah, 2017).



e. Tanda-tanda Bayi Cukup ASI Bayi usia nol sampai enam bulan dapa dinilai mendapatkan kecukupan ASI apabila bayi menyusu tiap dua sampai tiga jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI delapan sampai 10 kali pada dua sampai tiga minggu pertama, kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setalah lahir, bayi akan buang air kecil minimal enam sampai 8 kali sehari, payudara terasa lebih lembek setelah menyusui, menandakan ASI telah habis, tidur dengan nyenyak proses menelan terdengar selama menyusu (Khasanah, 2017 & Reeder, 2012).



17



f. Masalah pemberian ASI Masalah yang sering muncul saat menyusui adalah : 1. Pembengkakan Payudara Pembengkaan merupakan respons yang umum pada payudara terhadap



peubahan



mandadak



dalam



hormon



dan



onset



meningkatnya volume ASI secara bermakna. Hal ini biasanya terjadi dalam tiga sampai lima hari setelah lahir ketika ASI meningkat dan berlangsung selama 24 jam. Aliran darah pada payudara meningkat dan menyebabkan pembengkakan jaringan diskitar duktus susu sehingga ASI tidak dapat mengalir keluar payudara (Lowdermilk, 2013). 2. Nyeri Pada Puting Nyeri berat, mengelupas, pecah-pecah atau berdarah Pada puting susu tidak normal sering terjadi kali terjadi akibat posisi yang salah, penempelan bayi pada puting salah, isapan yang salah atau infeksi monila (Lowdermilk, 2013). 3. Mastitis Mastitis ditandai dengan gejala seperti influenza dengan onset mendadak, meliputi demam, menggigil, badan pegal-pegal, serta sakit kepala. Nyeri payudara terlokalisasi dan area kemerahan. Mastitis sering terjadi pada kuadran atas luar payudara. Mayoritas kasus terjadi dalam enam minggu pertama menyusui, namun mastitis bisa terjadi kapan saja (Lowdermilk, 2013) 4. Infeksi Monilia Nyeri pada puting setelah periode bayi baru lahir sering kali merupakan akibat dari infeksi monili (jamur). Ibu biasanya mengeluh nyeri mendadaak pada puting susuyang berat, seperti terbakar atau menyengat. Bayi yang terinfeksi biasanya sangat gelisaah dan kembung. Ketika disusui bayi cenderung melepas



18



payudara segera setelah menyusu, menangus dan tampak kesakitan (Lowderlik, 2013) 5. Duktus yang tersumbat Duktus susu yang tersumbat menyebabkan pembengkakan dan nyeri pada payudara. Duktus paling sering terjadi karena pengosongan payudara yang tidak adekuat, yang dapat disebabkan oleh pemakaian pakaian yang terlalu ketat, bra yang berukuran tidak sesuai atau berkawat, atau menggunakan posisi yang sama untuk menyusui. Duktus susu yang tersumbat dapat meningkatkan kerentanan payudara terhadaap infeksi (Lowdermilk, 2013). 6. Puting yang masuk kedalam Ketika puting tidak menonjol keluar melebihi areola atau retraksi ringan, banyak wanita yang takut mereka mengalami inversi puting. Jika diberikan penekan lembut pada pada area dibelakang puting, puting normal yang datar akan keluar tatapi pada puting yang inversi akan mengalami retraksi lebiih jauh sehingga bayi kesulitan meraih puting ibu (Reeder, 2012).



B. Pijat Oksitosin a. Pengertian Pijat Oksitosin Menurut Ummah (2014), pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk merangsang hormon oksitosin. Pijat yang lakukan disepanjang tulang vertebre sampai tulang costae kelima atau keenam. pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Menurut Depkes RI (2007 dalam Setiowati, 2017), pijat okitosin dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan ibu akan merasakan rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang. b. Manfaat Pijat Oksitosin Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu bagi ibu setelah persalinan. Seperti yang dilajelaskan oleh



19



Mulyani (2009, dalam Wulandari, 2014), pijat oksitosin dapat mengurangi ketidak nyamanan fisik serta memperbaiki mood. Pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang ini juga dapat merileksasikan ketegangan pada punggung dan menghilangkan stres sehingga dapat memperlancar pengeluaran ASI. Sedangkan menurut Depkes RI (2007, dalam Wijayanti, 2014), pijat oksitosin dapat mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI dan mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. c. Mekanisme Pijat Oksitosin Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang belakang (vertebre) sampai costae ke lima atau keenam (Ummah, 2014). Melalui pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Dengan pijat oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress serta meningkatkan rasa nyaman (Perinasia, 2007 dalam Wulandari, 2014). Saat ibu merasa nyaman atau rileks, tubuh akan mudah melepaskan hormon oksitosin. Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisi posterior. Setelah diproduksi oksitosin akan memasuki darah kemudian merangsang sel-sel meopitel yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel meopitel mendorong ASI keluar dari alveolus mammae melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dan disana ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap puting susu, ASI yang tersimpan di sinus laktiferus akan tertekan keluar kemulut bayi (Widyasih, 2013). Hasil penelitian Setiowati pada tahun 2017, tentang tentang hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3, menyatakan ibu post partum setelah diberikan pijat oksitosin mempunyai prosduksi ASI yang lancar. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ummah (2014), tentang pijat oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI pada



20



pasca salin normal di dusun Sono, didapatkan hasil rata-rata ASI pada ibu post partum yang diberikan pijat oksitosin lebih cepat dibandingkan ibu post partum yang tidak diberi pijat oksitosin. d. Indikasi Pijat Oksitosin Indikasi pijat oksitosin dalah ibu post partum dengan gangguan produksi ASI e. Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitosin Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak harus selalu dilakukan oleh petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan oleh suami atau keluarga yang sudah dilatih. Keberadaan suami atau keluarga selain membantu memijat pada ibu, juga memberikan suport atau dukungan secara psikologis, membangkitkan rasa percaya diri ibu serta mengurangi cemas. Sehingga membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Menurut Marmi (2014), langkah-langkah pijat oksitosin yaitu: Marmi. 2014. 1) Membuka baju ibu, pakaian dalam. Meletakkan handuk dipangkuan ibu 2) Ibu duduk, bersandar ke depan, lipat lengan di atas meja di depannya dan letakkan kepala di atas lengannya. 3) Payudara tergantung lepas, tanpa pakaian. 4) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan, dengan ibu jari menunjuk ke depan. 5) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya. 6) Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari leher ke tulang belikat, selama dua atau tiga menit.



21



Gambar 2. Pijat oksitosin (Sumber : Vaikoh, 2017) f. Tanda-tanda refleks oksitosin berhasil : Menurut Widuri (2013) dalam Handayani (2014), terdapat tandatandanya yaitu: 1. Ibu akan merasa diperas atau tajam pada payudara saat sebelum menyusui atau selama menyusui 2. ASI mengalir pada payudara bila ibu memikirkan bayinya atau mendengarkan tangisnya 3. ASI menetes dari payudara sebelah lain, jika bayi menyusu pada payudara lain 4. Nyeri karena kontraksi Rahim, kadang dengan aliran darah selama menyusu pada minggu pertama 5. Isapan pelan dan dalam, melihat, atau mendengar ASI merupakan tanda bahwa ASI mengalir kedalam mulut bayi.



C. Teori Manajemen Kebidanan a. Definisi Manajemen kebidanan adalah satu metode pendekatan pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan dalam proses pemecahan masalah dalam pemberian pelayanan asuhan kebidanan, atau merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan oleh bidan serta merupakan metode yang terorganisir melalui tindakan logika dalam memberi pelayanan.



22



b. Tahapan dalam manajemen kebidanan menurut helenvarney Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi. Tahapan dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada 7 langkah yaitu: a) Pengkajian dalam pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai keadaan klien. Yang termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut di atas harus memberikan informasi yang saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya. b) Identifikasi diagnose/masalah actual Menginterprestasikan data secara spesifik mengenai diagnose dan masalah. Kata diagnose dan masalah selalu digunakan namun keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh seseorang, menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan sebagai suatu masalah. Sedangkan diagnose lebih sering diidentifikasi oleh bidan yang berfokus pada apa yang dialami oleh klien. c) Antisipasi diagnosa/masalah potensial Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifakasi faktorfaktor potensial yang memerlukan antisipasi segera tindakan pencegahan jika memungkinkan atau waspada sambil menunggu dan mempersiapkan pelayanan untuk segala sesuatu yang mungkin terjadi. d) Evaluasi perlunya tindakan segera/kolaborasi Proses manajemen kebidanan dilakukan secara terus menerus selama klien dalam perawatan bidan. Proses terus menerus ini menghasilkan data baru segera dinilai. Data yang muncul dapat



23



menggambarkan suatu keadaan darurat dimana bidan harus segera bertindak untuk menyelamatkan klien. e) Rencana asuhan kebidanan Rencana tindakan konfrehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien akan tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klien, serta konseling, bila perlu mengenai ekonomi, agama, budaya, atau masalah psikologis. Rencana tindakan harus disetujui klien, oleh sebab itu harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan yang diambil harus berdasarkan rasional yang relevan dan diakui kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa secara teoritis. f) Pelaksanaan asuhan kebidanan (Implementasi) Pelaksanaan



rencana



asuhan



kebidanan



(Implementasi)



dilaksanakan oleh bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, dan anggota tim kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan. g) Evaluasi asuhan kebidanan Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien. (Wulandari, D dkk 2009). c. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP) a) Data subjektif Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata mencakup nama, umur, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan serta keluhan-keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada klien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.



24



b) Data Objektif Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium. c) Assesmen/Diagnosa Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan ibu. d) Planning/Perencanaan Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah pasien/klien. (Salmah, dkk. 2006)



D. Landasan Hukum Menurut Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin penyelenggara praktik bidan, dalam kasus ini bidan berwewenang: 1. Pasal 9 a. Bidan dalam



menjalankan praktik berwewenang untuk



memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, anak, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana 2. Pasal 10 (1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra-hamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui, dan masa antara dua kehamilan (2) Pelayanan kesehatan ibu yang dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan konseling pada masa pra-hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan masa antara dua kehamilan (3) Bidan dalam memberi pelayanan sebagaimana maksud pada ayat (2) berwewenang untuk episiotomy, penjahitan luka jalan



25



lahir I dan II, penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet Fe pada ibu hamil, pemberian



vitamin



A



dosis



tinggi



pada



ibu



nifas,



fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif, pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan post partum, penyuluhan dan konseling, bimbingan kepada kelompok ibu hamil, pemberian surat keterangan kematian, dan pemberian surat keterangan cuti bersalin.



26



BAB III TINJAUAN KASUS



A SU HA N KE B I D A N A N M A S A N I F A S PADA NY.R P3A0 DENGAN PIJAT OKSITOSIN DI KLINIK BERGAS WARAS



Nama Pengkaji



: Risma Ramadhanty



Tanggal dan Jam Pengkajian : 12 November 2021 / 10.00 WIB Tempat Pengkajian



: Klinik Bergas Waras



DATA SUBJEKTIF A. Identitas Pasien Nama



: Ny.R



Tn.B



Umur



: 30 tahun



29 tahun



Agama



: Islam



Islam



Suku Bangsa



: Jawa-Indonesia



Jawa-Indonesia



Pendidikan



: SMA



SMA



Pekerjaan



: IRT



Buruh



Alamat



: Leyangan Rt. 006/Rw. 002



B. Anamnesa a.



Keluhan utama Ibu mengatakan telah melahirkan bayi ketiganya pada tanggal 6 November 2021 pukul 21.50 WIB. Ibu mengatakan mules dan cemas karena ASI belum lancar.



b.



Riwayat Menstruasi a)



Menarche



: Ibu mengatakan pertama menstruasi umur 13 tahun



b) Siklus



: Ibu mengatakan siklus menstruasinya 28 27



hari. c)



Lama



: Ibu mengatakan lama menstruasi 6-7 hari.



d) Banyaknya



: Ibu mengatakan ganti pembalut 2-3 kali sehari.



e)



Teratur/ tidak teratur



: Ibu mengatakan menstruasi teratur setiap bulan.



f)



Sifat darah



: Ibu mengatakan darah yang keluar berwarna merah, encer, dan tidak menggumpal.



g) Dismenorhoe



: Ibu mengatakan tidak pernah nyeri saat menstruasi



dan



tidak



mengganggu



aktivitas. c.



Riwayat Perkawinan a)



Status perkawinan



b) Kawin



: Ibu mengatakan kawin sah 1 kali. : Ibu mengatakan kawin umur 23 tahun dan suami umur 30 tahun lama perkawinan 1 tahun.



No



d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Anak Partus Partus Hamil Partus



1.



2014



BPM



2.



2019



RS



3.



2021



BPM



e.



39 Mgg 39+5 Mgg 39 mgg



Normal



Bidan



1



Baik



Keadaan anak sekarang Baik



Normal



Dokter



2



Baik



Baik



Normal



Bidan



Jk: Laki-laki, BB: 3200gr, PB: 48, Menangis Kuat, Menyusi aktif



Riwayat Kehamilan Sekarang a)



HPHT



b) HPL c)



: 03 Januari 2021 : 09 November 2021



Riwayat ANC :



28



Nifas



Trimester I



: Ibu mengatakan 3x periksa di bidan pada umur kehamilan 4 minggu, 8+2 minggu, 12 minggu dengan keluhan pusing, mual dan mendapat terapi Asam Folat 500mg 1x1.



Trimester II



: Ibu mengatakan 4x periksa pada umur kehamilan 16 minggu, 20+1 minggu, 24+3 minggu dengan tidak ada keluhan. Pada umur kehamilan 24+3 minggu hasil pemeriksaan Hb 10 gr% dan mendapat terapi Vit C 1x1, Sulfas Ferosis 200mg 1x1, dan Asam Folat 500mg 1x1.



Trimester III



: Ibu mengatakan 6x periksa pada umur kehamilan



28



minggu,



30



minggu,



32minggu, 34 minggu, 36 minggu, 38 minggu dengan keluhan pegal di pinggang. Pada umur kehamilan 28 minggu hasil pemeriksaan Hb 11 gr% mendapat terapi Vit C 1x1 dan Sulfas Ferosis 200mg 1x1, dan Asam Folat 500mg 1x1. d) Imunisasi TT Ibu mengatakan mendapat imunisasi TT 2 kali :



f.



TT I



: Pada saat akan menikah.



TT II



: Pada saat umur kehamilan 4 minggu.



TT III



: Pada saat umur kehamilan 8+2 minggu dibidan.



Penyuluhan yang pernah di dapat Ibu mengatakan pernah mendapat peyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan pada saat umur kehamilan 16 minggu.



g.



Riwayat Keluarga Berencana Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.



29



h.



Riwayat persalinan ini Tempat persalinan



: Klinik Bergas Waras



a)



: 06 November 2021/ 21.50 WIB



Tanggal/ jam



b) Jenis persalinan



: Spontan



c)



: Bidan



Penolong



d) Tindakan lain



: Tidak ada



e)



Komplikasi/ kelainan



: Tidak ada



f)



Perinium 1.



Ruptur/ tidak



: Tidak ada.



g) Perdarahan Total



: 240 ml



h) Lamanya persalinan Total i)



: 11



Keadaan bayi 1.



Jenis kelamin



: Laki-laki



2.



BB/ PB



: 3200 gram/ 48 cm



3.



Cacat bawaan



: Tidak ada



4.



BAK/ BAB



: sudah BAK (warna kuning jernih), belum BAB.



i.



Riwayat Penyakit a)



Riwayat penyakit sekarang Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun seperti batuk, flu dan demam.



b) Riwayat penyakit sistemik 1.



Jantung



: Ibu mengatakan tidak pernah merasa cepat lelah saat beraktifitas ringan dan tidak pernah merasa berdebar-debar pada dada sebelah kiri.



2.



Ginjal



: Ibu mengatakan pada pinggang kanan dan kiri tidak nyeri dan tidak sakit pada saat BAK.



3.



Asma



: Ibu mengatakan tidak sesak napas.



30



4.



TBC



: Ibu mengatakan tidak batuk berkepanjangan lebih dari 2 minggu.



5.



Hepatitis



: Ibu mengatakan kuku dan kulit tidak berwarna kuning pada kulit, ujung kuku, dan mata.



6.



Hipertensi : Ibu mengatakan tidak sakit kepala yang menetap dan tekanan darahnya tidak lebih dari 140/90 mmHg.



7.



DM



: Ibu mengatakan tidak mudah lapar, tidak mudah haus dan tidak sering BAK pada malam hari.



8.



Epilepsi



: Ibu mengatakan tidak pernah kejang disertai keluar busa dari mulutnya.



9.



Lain-lain



: Ibu mengatakan tidak menderita penyakit apapun seperti HIV/ AIDS dan ISK.



c)



Riwayat penyakit keluarga Ibu mengatakan baik dari keluarga suami maupun dari keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti jantung, hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg), Diabetes Melitus (gula) dan penyakit menular seperti hepatitis (kuning), TBC, danepilepsi.



d) Riwayat keturunan kembar Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada riwayat keturunan kembar. e)



Riwayat Operasi Ibu mengatakan belum pernah operasi apapun.



j.



Pola kebiasaan sehari-hari a)



Pola nutrisi Selama hamil



: Ibu mengatakan sehari makan 3 kali dengan porsi sedang, nasi, lauk, sayur, air putih 6-7 gelas/ hari air putih.



Selama nifas



: Ibu mengatakan sehari makan 2 kali dengan porsi



31



sedang, nasi, lauk, sayur, air putih 5 gelas/ hari air putih. b) Pola eliminasi Selama hamil



: Ibu mengatakan BAK 4-6 kali/ hari jernih, warna kekuningan



dan



BAB



1



kali/



hari warna



kecoklatan, konsistensi lunak. Selama nifas



: Ibu mengatakan BAK 3 kali/ hari jernih, warna kekuningan dan BAB 1 kali/ hariwarna kecoklatan, konsistensi lunak.



k.



Istirahat/tidur Selama hamil



: Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 7 jam/ hari



Selama nifas



: Ibu mengatakan tidur siang 1jam dan tidur malam 4 jam/ hari dan mengikuti pola tidur bayinya. Ibu mengatakan kurang istirahat.



l.



Personal Hygiene Selama hamil



: Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 3 kali seminggu, ganti pakaian 2 kali sehari.



Selama nifas



: Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu, ganti pakaian 2 kali sehari, ganti pembalut 2 kali sehari.



m. Pola Seksual Selama hamil



: Ibu mengatakan selama hamil jarang melakukan hubungan suami istri.



Selama nifas



: Ibu mengatakan belum melakukanhubungan suami istri.



32



n.



Psikososial budaya a)



Perasaan ibu Ibu mengatakan merasa senang karena persalinannya lancar dan bayinya sehat.



b) Dukungan keluarga Ibu mengatakan seluruh keluarga mendukung dan senang atas kelahiran bayinya. c)



Keluarga lain yang tinggal serumah Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suaminya.



d) Pantangan makanan Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan selama nifas dan menyusui. e)



Kebiasaan adat istiadat Ibu mengatakan ada acara sepasaran atau usia bayi menginjak 5 hari.



f)



Penggunaan Obat-obatan / rokok Ibu mengatakan tidak minum obat-obatan selain yang diberikan oleh bidan dan tidak merokok.



DATA OBJEKTIF A. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Baik Kesadaran a.



b.



: Composmentis



Vital sign Tekanan darah



: 110/ 70 mmHg



Suhu



: 37,5oC



Nadi



: 80 x/ menit



TB



: 159 cm



Respirasi



: 20 x/ menit



LILA



: 29 cm



BB sekarang



: 69 kg



Pemeriksaan Head to toe a)



Kepala Rambut



: Bersih, warna hitam, rambut bersih, tidak ada



33



ketombe, tidak rontok. Muka



: Tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada cloasma.



b) Mata



c)



Oedema



: Tidak ada oedema.



Conjungtiva



: Merah muda.



Sklera



: Putih.



Hidung



: Bersih, tidak ada benjolan.



d) Telinga e)



: Bersih, simetris, tidak ada serumen.



Mulut/gigi/gusi : Bersih, tidak berbau, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi.



f)



Leher Kelenjar Gondok: Tidak ada pembesaran Tumor



: Tidak ada benjolan



Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran g) Dada dan Axilla 1.



Dada



2.



Mammae:



3.



4.



: Normal, simetris kanan dan kiri



Pembengkakan



: Tidak ada



Tumor



: Tidak ada tumor



Simetris



: Simetris



Areola



: Hiperpigmentasi



Putting susu



: Menonjol



Kolostrum



: Sudah keluar



Axila Benjolan



: Tidak ada benjolan



Nyeri



: Tidak nyeri tekan



Abdomen Pembesaran perut : Normal Linea



: Linea nigra



34



Strie



:Strie livide



Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi Palpasi



5.



Kontraksi



: Baik teraba keras



TFU



: TFU : 2 Jari dibawah pusat



Kandung kemih



: Kosong



Kongenital 1) Vulva Vagina Varices



: Tidak ada varices



Luka



: Tidak ada luka



Kemerahan



: Tidak kemerahan



Nyeri



: Tidak nyeri



Lochea



: Lochea rubra, ± 50 cc



2) Perineum Keadaan luka : Tidak ada



luka



bekas jahitan,



Bengkak/kemerahan: Tidak bengkak, tidak kemerahan 3) Pemeriksaan dalam: Tidak dilakukan 4) Anus



6.



Haemorhoid



:



Tidak ada



Lain-lain



:



Tidak ada



Ekstermitas 1) Varices



: Tidak ada varices



2) Oedema



: Tidak oedema



3) Reflek patella : Positif kanan dan kiri 4) Betis merah/ lembek/ keras : Tidak merah, tidak lembek, tidak keras.



c.



Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan



35



ANALISIS DATA Ny.R P3A0 umur 30 tahun 6 jam postpartum dengan ASI kurang lancar Masalah : Ibu mengatakan cemas dengan keadaan ASInya kurang lancar Kebutuhan : Pijat oksi dan support mental. Diagnosa Potensial Tidak ada Antisipasi Segera: Tidak ada



PENATALAKSANAAN 1.



Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada dirinya, bahwa kondisinya dalam batas normal



2.



Mememeriksa perdarahan pervaginam dan memastikan tidak terjadi perdarahan pada ibu. Hasil : Perdarahan ±50 ml, lochea rubra dan tidak ada tanda-tanda perdarahan



3.



Memberitahu mengenai ASI ibu kurang lancar dan memberi dukungan moril. ASI tidak lancar dapat dikarenakan produksi makanan kurang, kebersihan payudara, kurangnya istirahat, psikis/ kejiwaan dalam keadaan tertekan, dan penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen. Hasil : Ibu sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil pemeriksaan dan kecemasan ibu berkurang.



4.



Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup Hasil : Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup



5.



Memberi informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan manfaatnya



36



Hasil : Ibu dan keluarga paham tentang ASI eksklusif dan manfaatnya dan bersedia memberikan ASI secara eksklusif. 6.



Memberitahu konseling pijat oksitosin kepada ibu dan keluarga Hasil : ibu dan keluarga mengerti tentang pijat oksitosin



7.



Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan pijat oksitosin : Langkah-langkah pijat oksitosin yaitu: a)



Membuka baju ibu, pakaian dalam. Meletakkan handuk dipangkuan ibu



b) Ibu duduk, bersandar ke depan, lipat lengan di atas meja di depannya dan letakkan kepala di atas lengannya. c)



Payudara tergantung lepas, tanpa pakaian.



d) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan menggunakan dua kepalan, dengan ibu jari menunjuk ke depan. e)



Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.



f)



Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari leher ke tulang belikat, selama dua atau tiga menit.



Hasil : Pijat Oksitosin sudah dilakukan pada ibu, ibu dan keluarga akan melakukan nya di rumah. 8.



Memberitahu ibu dan keluarga tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin Hasil : Ibu dan keluarga mengetahui tanda berhasilnya pijat oksitosin



9.



Menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin dan mengajarkan cara menyusui yang benar. Hasil : Ibu akan menyusui bayinya sesering mungkin dan dengan cara yang benar



10. Memberitahu ibu dan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin 2-3 kali sehari kepada ibu. Hasil : Ibu dan keluarga mengerti untuk melakukan pijat oksitosin 2-3 kali sehari kepada ibu 11. Menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin dan mengajarkan cara menyusui yang benar



37



Hasil : Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin dan dapat melakukan cara menyusui dengan benar.



38



BAB IV PEMBAHASAN Pada BAB ini, akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil tinjauan kasus tentang Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras. Pembahasan manajemen asuhan kebidanan dengan SOAP sebagai berikut : A. Data Subjektif Pengkajian dilakukan pada ibu nifas Ny.R P3A0 umur 30 tahun dengan ASI kurang lancar yang dilakukan dengan pengumpulan data subyektif dan data obyektif. Keluhan utama pada kasus yaitu ASI kurang lancar. Pada umumnya mengeluh payudara keras, ASI belum keluar, bayinya tidak puas setelah menyusu, bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras (Marmi, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny.R P3 A0 umur 30 tahun keluhan yang didapat ibu mengatakan cemas karena payudaranya terasa penuh, ASI belum lancar, bayinya tidak mau menyusu. Pada kasus ini tidak didapat kesenjangan. Penggunaan alat kontrasepsi pada kasus ASI tidak lancar, estrogen yang ada dalam kontrasepsi oral yang dikonsumsi ibu memberikan efek yang yang negatif terhadap produksi ASI, yaitu produksi ASI akan menurun (Ummah, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny.R P3 A0 umur 30 tahun, ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua ibu nifas dengan ASI tidak lancar menggunakan kontrasepsi estrogen. Riwayat perkawinan pada kasus ASI tidak lancar yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2009). Pada kasus ibu nifas Ny.R P3A0 umur 30 tahun, ibu mengatakan kawin sah 1 kali. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak semua ibu nifas dengan ASI tidak lancar berasal dari perkawinan tanpa status yang jelas.



39



Pola Nutrisi pada kasus ASI tidak lancar, apabila ibu tidak sehat, asupan makanannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrient yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara, hal ini akan meyebabkan produksi ASI menurun (Ummah, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny.R P3A0 umur 30 tahun, ibu mengatakan sehari makan 2 kali dengan porsi sedang, nasi, lauk, sayur, air putih 5 gelas/ hari air putih. Jadi dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik. Personal Hygiene pada kasus ASI tidak lancar kebersihan dan perawatan payudara penting karena memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya



saluran susu



sehingga



memperlancar pengeluaran ASI



(Astutik, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny.R P3A0 umur 30 tahun ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu, ganti pakaian 2 kali sehari, ganti pembalut 2 kali sehari. Jadi dalam hal ini tidak ada kesenjangan. Psikososial budaya pada kasus ASI tidak lancar apabila kejiwaan ibu selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI (Ummah, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny.R P3A0 umur 30 tahun, ibu mengatakan merasa senang karena persalinannya lancar dan bayinya sehat dan ibu mengatakan seluruh keluarga mendukung dan senang atas kelahiran bayinya, ibu mengatakan tinggal serumah dengan suaminya, ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan selama nifas dan menyusui, ibu mengatakan ada acara sepasaran atau usia bayi menginjak 5 hari. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak semua ibu nifas dengan ASI tidak lancar selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai bentuk ketegangan emosional.



B. Data Objektif Suhu dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5o-37,50C (Astuti, 2012). Pada ibu nifas dikatakan normal bila kenaikannya tidak melebihi 0,50C dan di bawah 380C. Biasanya sekitar hari ke-2 dan ke-3 pada saat terjadi



40



produksi ASI, suhu tubuh naik lagi (Astutik, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny.R P3A0 umur 30 tahun suhunya 37,50C. Jadi dalam pengkajian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik. Pada pemeriksaan obstetri pada Ny.R didapatkan hasil TFU 2 jari dibawah pusat, dan kontraksi uterus kuat. Menurut Sudargo, dkk, (2018), TFU setelah bayi lahir setinggi pusat dan setelah plasenta lahir TFU 2 jari dibawah pusat. Pada kasus Ny.R didapatkan hasil pemeriksaan bahwa kolostrum Ny.R sudah keluar. Pada pemeriksaan genetalia Ny.R lochea rubra dimana pengeluaran pervaginam pada hari 1-2 pasca persalinan keluar lochea rubra yang masih berwarna merah, teori yang disampaikan oleh Rukiyah (2013), yang menyebutkan bahwa pada pemeriksaan genetalia, perlu diperhatikan kebersihannya, warna (ada tidaknya infeksi), pengeluaran pervaginam, dan jika ada luka pada perineumnya perhatikan kondisi lukanya. Makan setelah dilakukan pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan juga fakta di lahan praktik



C. Interpretasi Data Menurut Sulistyawati (2009), masalah pada kasus ibu nifas dengan ASI tidak lancar adalah ibu merasa bingung/ cemas, sedangkan kebutuhannya adalah dukungan psikis. Pada kasus Ny.R didapatkan diagnosa kebidanan yaitu Ny.R P3A0 umur 30 tahun nifas hari pertama dengan ASI tidak lancar. Masalah yang muncul pada Ny.R Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan pada Ny.R adalah informasi tentang keadaan ibu dan memberi support mental. Jadi dalam langkah interpretasi data tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik. Menurut Sulistyawati (2012) kebutuhan pasien akan dinilai dari keadaan dan masalahnya. Pada kasus diatas kebutuhan yang diperlukan memberikan dukungan dan pijat oksitosin. Menurut Eko (2014) kebutuhan dilakukannya pijat oksitosin dapat dilakukan setelah 2 jam post partum, namun asuhan yang diberikan sesuai kebutuhan pada Ny.R dilakukan pada 6 jam post partum. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan.



41



D. Penatalaksanaan 1.



Memberitahu ibu hasil pemeriksaan



2.



Mememeriksa perdarahan pervaginam dan memastikan tidak terjadi perdarahan pada ibu.



3.



Memberitahu mengenai ASI ibu kurang lancar dan memberi dukungan moril. ASI tidak lancar dapat dikarenakan produksi makanan kurang, kebersihan payudara, kurangnya istirahat, psikis/ kejiwaan dalam keadaan tertekan, dan penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen.



4.



Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup



5.



Memberi informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan manfaatnya



6.



Mengajarkan ibu dan keluarga cara pijat oksitosin



7.



Memberitahu konseling pijat oksitosin kepada ibu dan keluarga



8.



Memberitahu ibu dan keluarga tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin



9.



Menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin dan mengajarkan cara menyusui yang benar



10. Memberitahu ibu dan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin 2-3 kali sehari kepada ibu. 11. Menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin dan mengajarkan cara menyusui yang benar



E. Evaluasi Menurut teori Sulistyawati (2012) merupakan suatu tahapan akhir yang mana digunakan untuk mengetahui sejauh mana asuhan yang diberikan berhasil. 1.



Ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada dirinya, bahwa kondisinya dalam batas normal



2.



Perdarahan ±50 ml, lochea rubra dan tidak ada tanda-tanda perdarahan



3.



Ibu sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil pemeriksaan dan kecemasan ibu berkurang.



42



4.



Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup



5.



Ibu dan keluarga paham tentang ASI eksklusif dan manfaatnya dan bersedia memberikan ASI secara eksklusif.



6.



Pijat Oksitosin sudah dilakukan pada ibu, ibu dan keluarga akan melakukan nya di rumah.



7.



Ibu dan keluarga mengerti tentang pijat oksitosin



8.



Ibu dan keluarga mengetahui tanda berhasilnya pijat oksitosin



9.



Ibu akan menyusui bayinya sesering mungkin dengan cara menyusui yang benar



10. Ibu dan keluarga mengerti untuk melakukan pijat oksitosin 2-3 kali sehari kepada ibu 11. Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin dan dapat melakukan cara menyusui dengan benar.



43



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setalah mempelajari teori dan mendapatkan pengalaman langsung di lahan mengenai Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras, maka pada BAB ini penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Telah dilaksanakan pengelolaan data subyektif pada Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras 2. Telah dilaksanakan pengelolaan data obyektif pada Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras 3. Telah dilaksanakan analisa data pada Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras 4. Telah dilaksanakan penatalaksanaan pada Asuhan Kebidanan Masa Nifas Pada Ny.R P3A0 Dengan Pijat Oksitosin Di Klinik Bergas Waras B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa saran yaitu : 1.



Bagi Pasien a.



Diharapkan pada setiap ibu yang telah melahirkan dapat mengetahui cara pijat oksitosin guna untuk mempelancar ASI



2.



Untuk bidan a.



Diharapkan senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada ibu nifas mengenai pijat oskitosin guna mempelancar ASI



b.



Dapat memberikan dukungan pada ibu yang telah melahirkan tentang pijat oksitosin pada ibu nifas sehingga dapat mempelancar ASI



44



DAFTAR PUSTAKA Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., Cashion, K. 2013, Keperawatan Maternitas Edisi 8, Salemba Medika, Indonesia Astutik, R.Y. 2014. Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika Ummah, F. 2014, Pijat Oksitosin untuk Mempercepat Pengeluaran ASI pada Ibu Pasca Salin Normal Di Dusun Sono Desa Kentanen Kecamatan Panceng Gresik, Jurnal Vol.2, No XVII. Afiani, N. A. 2016, Analisa Pijat Oksitosin Pada Asuhan Keperawatan Ketidak Efektifan Pemberian ASI Di Ruang Flamboyan RS Prof Margono Soekarjo Purwokerto. Wijayanti, L. 2014, Pengaruh Pijat Oksitoksin Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Nugroho, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (askeb 3). Yogyakarta: Nuha Medika Handayani. 2014. Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum Pada Asuhan Keperawatan Ny. E dengan Post Partum Sectio Caesarea Atas Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) di Ruang Mawar I RSUD dr.Moewardi Surakarta. Surakarta: STIKes Kusuma Husada. Handayani, S. Wulandari, R., S. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: GosyenPublishing Vaikoh, E. 2017, Pijat Oksitosin dengan Relaksasi Murotall Al-Qur’an untuk Memperlancar Produksi ASI Ibu Nifas Ny. S Umur 29 Tahun di BPM Ida Ayu Astiti, Artikel Ilmiah Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperum Care”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Widyasih, H. & Suhernidan, Rahmawati, A. 2013, Perawatan Masa Nifas, Fitramaya, Yogyakarta. Wulandari, dkk. 2014. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Umum Daerah di



45



Provinsi Kepulauan Riau. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang Bahiyatun 2009, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, EGC, Jakarta. Khasanah, N. A. & Sulistyawati W. 2017, Buku Ajar Nifas dan Menyusui, CV Kekata Group, Surakarta Lowdermilk, D. L., Perry, S. E., Cashion, K. 2013, Keperawatan Maternitas Edisi 8, Salemba Medika, Indonesia Reeder, S. J., Martin, L. L., & Koniak-Griffin, D. 2012, Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga, Edisi 18 Vol 2, EGC, Jakarta Setiowati, W. 2017, Hubungan Pijat Oksitosin dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum Fisiologis Hari Ke 2-3, Jurnal Darul Azhar, Vol 3 No 1. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Ibu Nifas. Yogyakarta:ANDI



46