9 0 431 KB
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA KELOMPOK PEKERJA
Disusun oleh : Ratnasari Sulistyorini Tri Utami Sulendri Fery
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Komunitas bukan sebagai suatu unit yang homogen, melainkan campuran dinamis dari beragam kelompok, kepentingan dan sikap. Berbagi kesamaan tempat, isu, dan masalah yang memberikan suatu rasa saling memiliki. Salah satu bentuk komunitas adalah kelompok usaha kerja, dimana dalam kelompok terdapat anggota yang memiliki beragam kepentingan, bekerja bersama dalam kelompok di satu tempat tertentu. Kelompok usaha kerja merupakan salah satu area komunitas yang perlu diperhatikan kesejahteraan kesehatannya. Bidang yang mencakup keselamatan kerja dalam keperawatan disebut Occupation Health Nurses (OHN) atau Keperawatan Kesehatan Kerja (KKK). Ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) merupakan bagian dari ilmu Kesehatan Masyarakat. Keilmuan K3 merupakan perpaduan dari multidisiplin ilmu antara ilmu-ilmu kesehatan, ilmu perilaku, ilmu alam, teknologi dan lain-lain baik yang bersifat kajian maupun ilmu terapan dengan maksud menciptakan kondisi sehat dan selamat bagi pekerja, tempat kerja, maupun lingkungan sekitarnya, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.. Menurut buku Ilmu Kesehatan Masyarakat, kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dll) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Dasar Hukum untuk kesehatan kerja ini terdapat dalam UU 23/1992 pasal 23 dan pasal 10 tentang kesehatan kerja dan upaya kesehatan kerja. Praktik Keperawatan Kesehatan Kerja berfokus pada upaya promosi, preventif dan rehabilitasi kesehatan dalam konteks keselamatan dan keamanan lingkungan kerja. Aplikasi praktik keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di tatanan industri kecil, pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas, dan lain-lain. Di dalam menjalankan fungsinya, perawat kesehatan kerja memiliki tugas antara lain mampu menilai secara sistematis status kesehatan kerja, mampu melakukan analisa data yang dikumpulkan untuk menegakkan diagnosis keperawatan, mampu mengidentifikasi tujuan spesifik keperawatan yang diharapkan, mampu mengembangkan rencana keperawatan yang komprehensif dan memformulasikan tindakan intervensi yang dilakukan pada setiap tingkat
pencegahan serta terapinya, mampu melaksanakan promosi kesehatan untuk pencegahan penyakit kecelakaan serta pemulihan sesuai renpra dan yang terakhir mampu melakukan evaluasi berkesinambungan terhadap respon pekerja dan kemajuan yang dicapai Di dalam kesehatan kerja pedomannya ialah penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah, sehingga upaya pokok kesehatan kerja ialah pencegahan kecelakaan akibat kerja, dan pokok yang kedua adalah promosi (peningkatan) kesehatan masyarakat pekerja dalam rangka peningkatan produktivitas kerja. Sedangkan pengertian dari Upaya Kesehatan Kerja (UKK) itu sendiri adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara maksimal tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Pelaksanaan UKK bukan saja merupakan pemenuhan hak asasi pekerja, tetapi juga berperanan besar dalam investasi atau pembangunan suatu bangsa.
B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari pekerja dan upaya kesehatan kerja ? 2. Apa karakteristik dari pekerja ? 3. Apa masalah kesehatan pada pekerja ? 4. Apa indikator kesehatan pada pekerja ? 5. Apa program kesehatan pada pekerja ?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari pekerja dan upaya kesehatan kerja. 2. Untuk mengetahui karakteristik dari pekerja. 3. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada pekerja. 4. Untuk mengetahui indikator kesehatan pada pekerja. 5. Untuk mengetahui program kesehatan pada pekerja.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kesehatan Kerja Higiene perusahaan, merupakan spesialisasi dalam ilmu higiene beserta praktiknya dengan mengadakan penilaian pada faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya digunakan untuk koreksi lingkungan perusahaan, dengan menitikberatkan pada pencegahan agar pekerja dan masyarakat terhindar dari bahaya akibat kerja. Kesehatan kerja, merupakan bidang khusus ilmu kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan agar memperoleh derajat kesehatan setinggitingginya, baik fisik, mental, maupun sosial. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat umum yang menjadi konsumen dari hasil produk perusahaan. Secara filosofi, kesehatan kerja adalah upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan, yang meliputi tenaga kerja baik jasmani maupun rohani dan hasil karya dan budaya menuju masy adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan secara keilmuan, kesehatan kerja adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, pencemaran dan penyakit. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta caracara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutaman teknologi yang sudah maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya (Su’mamur, 2009).
Faktor – faktor yg mempengaruhi kesehatan tenaga kerja, antara lain 1) beban kerja : fisik, mental, 2) lingkungan kerja : fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikologi, 3) kapasitas kerja : ketrampilan, kesegaran jasmani, status kesehatan, usia, Kegiatan higiene yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka menciptakan kesehatan lingkungan kerja adalah sebagai berikut : 1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. 2. Maintenance and increasing kesehatan tenaga kerja. 3. Care, efficiency increasing, dan productivity balance tenaga kerja. 4. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja. 5. Meningkatkan semangat dalam bekerja. 6. Perlindungan masyarakat kerja dari bahaya pencemaran. 7. Perlindungan masyarakat luas. 8. Pemeliharaan dan peningkatan higiene sanitasi perusahaan. Pelayanan Kesehatan Kerja Per Menakertrans No.03/1982 : 1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja 2. Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja 3. Pembinaan & pengawasan lingk kerja 4. Pembinaan & pengawasan sanitair 5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja 6. Pencegahan thd peny umum & PAK 7. P3K 8. Pelatihan Petugas P3K 9. Perencanaan tempat kerja, APD, gizi 10. Rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK 11. Pembinaan thd tenaga kerja yg punya kelainan 12. Laporan berkala Pemusatan perhatian terhadap penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dapat dilakukan berbagai upaya antara lain mengenal, mencegah adanya gangguan kesehatan, mendiagnosis, mengobati penyakit yang ada, dan merehabilitasi. Dari sisi lingkungan kerja, disamping penerapan ergonomi dilakukan pengontrolan, membandingkan dengan standar, pemantauan, evaluasi dan koreksi (Maurits, 1999).
Program pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja dapat dikelompokkan dalam dua pokok pelaksanaan, yaitu : a. Pelayanan terhadap manusianya b.
Pelayanan terhadap lingkungan kerjanya.
B. Tujuan Kesehatan Kerja Tujuan kesehatan kerja antara lain : 1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya. 2. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja 3. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien 4. Menjamin proses produksi berjalan lancar C. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara/metoda kerja, proses kerja dan kondisi kerja yang bertujuan untuk : 1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya. 2. Mencegah
gangguan
kesehatan
masyarakat
pekerja
yang
diakibatkan
oleh
keadaan/kondisi lingkungan kerjanya. 3. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. 4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.
D. Masalah Kesehatan Kerja Perkiraan ILO (1999) : 1. 1,1 juta meninggal karena kecelakaan & PAK 2. 160 juta PAK per tahun Perkiraan WHO (1995) :
1. 40 – 50 % penduduk dunia mempunyai resiko kecelakaan/PAK 2. 120 juta kecelakaan kerja per tahun Penelitian Depkes (1989) : Penyakit/gangguan kes : 1. Gangguan visus : petani, nelayan 2. Gangguan pendengaran : penyelam, pandai besi 3. Kelainan paru : penyelam, perajin batu bata 4. Kelainan kulit : petani dan nelayan Masalah kesehatan yang dapat menurunkan produktifitas antara lain: 1.Penyakit umum pada p'ekerja antara lain kusta, TB paru, penyakit jantung, kanker, kecacatan, dan lain-lain. 2.Penyakit yang timbul akibat kerja, misalnya pneumokoniosis dan dermatosis. Pneumokoniosis adalah penyakit yang diakibatkan oleh asbes, dengan gejala seperti batuk, sesak napas, nyeri dada, dan sianosis. Pengobatan cukup sulit dan hanya bersifat mengurangi keluhan, seperti jika infeksi diberi antibiotik, gizi ditingkatkan, juga jika kanker diberi obat sitostatika. Upaya preventif meliputO:i skrining, promosi kesehatan, penggunaan alat pelindung masker, kaca mata, substitusi untuk menyaring debu seperti cerobong asap, water spray, dan exhauster. 3.Gizi buruk, Gizi buruk saat ini telah bermunculan hampir disemua kabupaten hal ini disebabkan: a. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan kebutuhan gizi bagi anggota keluarga b. Ketidakmampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi anggota keluarga c. Pola hidup yang salah d. Stok bahan makanan yang tidak ada E. Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seseorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara baik.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat kimia, dll) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibatnya. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya-bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga faktorfaktor pelayanan kesehatan. (Mikheev 1986).
F. Kecelakaan kerja Menurut Dale S. Beach yang dikutip oleh Malthis dan Jackson (2006) kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan yang menggangu jalannya kegiatan. Menurut Moekijat (2010), beberapa kondisi yang membahayakan atau faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah : 1. Perlengkapan yang perawatannya kurang baik. 2. Perlengkapan kerja yang sudah rusak atau tidak layak pakai. 3. Prosedur yang membahayakan pekerja pada mesin atau perlengkapan kerja lainnya. 4. Tempat penyimpanan yang melebihi muatan. 5. Penerangan yang kurang memadai (terlalu redup atau menyilaukan). 6. Vertilasi atau saluran udara yang tidak baik. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, yakni peristiwaperistiwa yang terjadi secara kebetulan, kondisi yang membahayakan dan tindakan yang membahayakan. Akan tetapi kondisi fisik dan mental seseorang juga turut menimbulkan kecelakaan kerja. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja yaitu dengan menggunakan pendekatan dasar terhadap pencegahaan kecelakaan kerja dimana bergantung pada tiga-E. Enginering dimana suatu pekerjaan harus direncanakan terlebih dahulu, education karyawan diberikan pendidikan untuk memahami bagaimana
pentingnya keselamatan dalam bekerja, enforcement dimana para karyawan menaati peraturan-peraturan yang ada . Secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan). Menurut penelitian bahwa 80%-85% kecelakaan disebabkan oleh unsafe action. 1. Unsafe action Unsafe action dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut : a. Ketidak seimbangan fisik tenaga kerja, yaitu : b. Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah c. Cacat fisik d. Cacat sementara e. Kepekaan panca indera terhadap sesuatu f. Kurang pendidikan - Kurang pengalaman - Salah pengertian terhadap suatu perintah - Kurang terampil - Salah
mengartikan
SOP
(standart
operational
procedure)
mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja. g. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai wewenang h. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlianya i. Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura – pura j. Mengangkut beban yang berlebihan k. Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja
2. Unsafe Condition Unsafe Condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut : a. Peralatan yang sudah tidak layak pakai b. Ada api di tempat bahaya c. Pengamanan gedung yang kurang standar d. Terpapar bising e. Terpapar radiasi
sehingga
f. Pencahayaan dan ventilisasi yang kurang atau berlebihan g. Kondisi suhu yang membahayakan h. Dalam keadaaan pengamanan yang berlebihan i. System peringatan yang berlebihan j. Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya G. Indikator Kesehatan Menurut Mangkunegara (2002), bahwa indikator penyebab masalah keselamatan kerja adalah: 1. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi: a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya. b.
Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak
c.
Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi: a. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. b.
Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan.
H. Program peningkatan kesehatan Program ini dilaksanakan denganpendekatan menyeluruh (komprehensif) yaitu meliputi pelayanan preventif, promotif,kuratif dan rehabilitatif. 1. Pelayanan Preventif. Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakitmenular dilingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempatkerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja yang memadai dantidak menyebabkan sakit atau mebahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat. Kegiatannya antara lain meliputi: a. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas: -
Pemeriksaan awal/sebelum kerja.
-
Pemeriksaan berkala.
-
Pemeriksaan khusus.
b. Imunisasi. c. Kesehatan lingkungan kerja. d. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan. e. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja. f. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman (pengenalan,pengukuran dan evaluasi). 2. Pelayanan Promotif. Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik danmental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerjayang sehat dengan tujuan untuk meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dandaya produktifitas tenaga kerja. Kegiatannya antara lain meliputi: a. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja. b. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat. c. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya. d. Perbaikan status gizi. e. Konsultasi psikologi. f. Olah raga dan rekreasi. 3. Pelayanan Kuratif. Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerjadengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan umumnyaserta upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit menular dilingkungan pekerjaan.Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguankesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan mencegahkomplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya. Kegiatannya antara lain meliputi: a. Pengobatan terhadap penyakit umum. b. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
4. Pelayanan Rehabilitatif.
Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parahyang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja secarapermanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerja yang baisanya mampu dilakukansehari-hari. Kegiatannya antara lain meliputi: a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masihada secara maksimal. b. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya. c. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja yangcacat akibat kerja.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian “Contoh kasus” Kelompok pekerja bangunan “pabrik sarung tangan” merupakan salah satu kelompok pekerja yang terdiri dari 65 orang dengan jenis kelamin laki-laki, usia bervariasi tapi lebih dari 18 tahun. Alasan didirikan pabrik sarung tangan ini dikarenakan untuk salah pembangunan jenis usaha dan diharapkan dapat turut meningkatkan pendapatan warga setempat dengan memberi lapangan pekerjaan baru. Salah satu bentuk pengkajian yang dilakukan adalah observasi dan wawancara langsung dengan pekerja. Dari hasil wawancara para pekerja didapatkan data yakni ada 1 pekerja yang sedang menderita patah tulang pada tangan kiri sedang di tangani di Rumah sakit, beberapa pekerja mengeluhkan lecet-lecet di bagian kaki dan tangan dan 1 pekerja pernah terpeleset. Dari hasil observasi didapatkan bahwa hampir semua pekerja tidak memakai pelindung tali pengikat untuk keamanan selama bekerja, sebagian besar pekerja berumur 35 tahun, 85% pekerja tidak memakai alat pelindung kepala, 80% tidak memakai alat pelindung kaki, dan 95% pekerja tidak menggunakan alat pelindung tangan. Saat bekerja para pekerja terkadang tidak memperdulikan keselamatan pribadi, seperti saat ada pekerjaan naik keatas atap bangunan, pekerja tidak dilengkapi dengan alat pelindung diri. Para pekerja mengatakan bahwa pihak pabrik pernah menyediakan masker untuk para pekerja, akan tetapi persediaan sudah lama habis setelah itu para pekerja tidak menggunakan masker lagi. Para pekerja mengatakan tidak mempunyai biaya untuk membeli alat pelindung diri berupa helm sebagai pelindung kepala atau sepatu sebagai pelindung kaki, dll. Para pekerja tidak memperdulikan keselamatannya diri sendiri.
Aspek
Sub Aspek
Komponen Kajian
Kajian Inti
/
1. Histori
core
a. Kapan mulai bekerja
Sumber
Metode
Data
w
Pekerja
Pekerja
o
b. Usia mulai bekerja c. Alasan bekerja d. Pengalaman pekerja
2. Demografi
a. jenis kelamin b. usia c. pendidikan d. jenis pendidikan e. kecelakaan kerja f. kematian akibat kerja g. jumlah tanggungan, h. pekerjaan sampingan pekerja i. kebiasaan pekerja j. jenis olahraga
Sub system
1. Lingkungan Fisik
a. Iklim/cuaca
Masyarakat
b. Suhu ruangan
sekitar,
c. Tingkatan kebisingan,
pekerja,
d. paparan zat kimia
serta
e. Penataan ruangan kerja
pemilik
f. Penataan eksterior perusahaan
perusahaan.
g. Pengaruh penataan terhadap pek erja h. Dampak
lingkungan
fisik
terhadap pekerja 2. Pendidikan
a. Program
pendidikan
bagi perkerja
pekerja dan keluarga b. Jenjang karir dan pendidikan c. Penghargaan
terhadap
a
sd
pendidikan pekerja dan keluarga d. Fasilitas
pendidikan
di
perusahaan e. Jenis pendidikan yang diberikan
3. Keamanan dan
transportasi
Transportas
keluarga
i
a. Jenis fasilitas keamanan dan Pekerja dan pekerja
dan pemilik perusahaan
b. Pemanfaatan fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerja dan keluarga c. Dampak fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerja dan keluarga
4. Politik dan a. Jenis aturan perusahaan bagi Pekerja Pemerintah an
pekerja dan keluarga b. Efektifitas aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga c. Perlindungan
pemerintah
terhadap pekerja dan keluarga d. Situasi politik dan pengaruh terhadap pekerja dan keluarga
5. Pelayanan
a. Jenis pelayanan umum dan Masyarakat
Umum dan
kesehatan bagi pekerja dan sekitar,
Kesehatan
keluarga
(sarana
olahraga, pekerja dan
klinik, RS, sarana penyaluran pemilik hobi/bakat) b. Kondisi kesehatan
sarana
perusahaan umum
dan
c. Pemanfaatan fasilitas umum dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga d. Dampak pelayanan umum dan kesehatan terhadap pekerja dan keluarga
6. Komunikasi a. Jenis sarana komunikasi yang Pekerja dan diberikan perusahaan b. Cara
pemilik
pemanfaatan
sarana perusahaan
komunikasi c. Acara
yang
berhubungan
dengan
pertemuan
direksi,
pekerja
dan
keluarga
(formal/informal) d. Dampak
sarana
komunikasi
bagi pekerja dan keluarga
7. Ekonomi
a. Penghasilan (berdasarkan
pekerja Pekerja
UMR/kelayakan
hidup) b. Efektifitas penghasilan dalam mengatasi keuangan keluarga pekerja c. Bentuk bonus, atau tambahan penghasilan
yang
diberikan
perusahaan d. Tingkat kesejahteraan pekerja dan keluarga
8. Rekreasi
a. Jenis rekreasi yang diberikan Pekerja
perusahaan b. Pemanfaatan
rekreasi
perusahaan bagi pekerja dan keluarga c. Jenis rekreasi yang dilakukan oleh pekerja dan keluarga selain dari perusahaan d. Jadwal
rekreasi/frekuensi
rekreasi e. Dampak
rekreasi
terhadap
motivasi bekerja
Morbid
Kecelakaan
a. Jenis APD yang tersedia
itas
kerja
b. Pemahaman
Pekerja dan tentang pemilik
penggunaan APD pada pekerja c. Efektivitas Penggunaan APD saat bekerja d. Tersedianya peralatan P3K e. Dampak
penggunaan
APD
terhadap
keselamatan
kerja
pekerja
perusahaan
B. Analisa Data
·
Data
Etiologi
Ds:
-
para pekerja mengatakan bahwa
Masalah
lingkungan yang
tidak
1 pekerja yang sedang menderita
terorganisasi.
patah tulang pada tangan kiri -
kurangnya
sedang di tangani di Rumah sakit,
alat pelindung
beberapa
diri (APD)
pekerja
mengeluhkan
lecet-lecet di bagian kaki dan tangan dan 1 pekerja pernah terpeleset.
Do: ·
Resiko jatuh
Dari hasil observasi didapatkan bahwa 85% pekerja tidak memakai alat pelindung kepala, 80% tidak memakai alat pelindung kaki, dan 95% pekerja tidak menggunakan alat pelindung tangan. Saat bekerja para
pekerja
memperdulikan
terkadang
tidak
keselamatan
pribadi, seperti saat ada pekerjaan naik ketas atap bangunan,
C. Diagnosa Resiko jatuh berhubungan dengan lingkungan yang tidak terorganisasi dan kurangnya alat pelindung diri (APD) (Domain 11 kelas 2 (00155)
D. Perencanaan No
Diagnose kep.
NOC
NIC
D X 1
Resiko jatuh Level berhubunga n
Domain
pengetahuan
4: Level 1, Domain 4: Keamanan
tentang Level
dengan kesehatan dan perilaku.
lingkungan yang
2,
Domain
kelas
5:
Level 2, kelas T: Kontrol Level 3: Intervensi: Manajemen lingkungan
Level 3, outcomes: kontrol
-
(Domain resiko. Kriteria Hasil: Meminta bantuan.
-
Menempatkan penghalang
untuk
-
Manajemen
lingkungan:
-
Modifikasi lingkungan untuk
Menggunakan
bahan berbahaya dan
pegangan
resiko.
tangan -
Menggunakan
alat
Monitor
meminimalkan
Gunakan
peralatan
perlindungan. -
faktor
Monitor
lingkungan
terhadap
terjadinya
resiko dilingkungan.
peerubahan
Mengembangkan
keselamatan.
strategi yang efektif dalam
mengontrol
Manajemen
kesehatan
lingkungan:
Tentukan
kebugaran
pekerja untuk bekerja.
Menggunakan fasilits
status
keselamatan pekerja. -
resiko. -
bahaya
mencegah jatuh.
bantu yang benar. -
Singkirkan
keselamatan
yang digunakan. -
lingkungan
lingkungan.
-
-
Ciptakan yang aman.
11 kelas 2 (00155)
4,
Manajemen resiko.
tidak resiko dan keamanan.
terorganisas i
1,
-
Informasikan
tentang
-
yang sesuai dengan
terkait
kebutuhan.
kewajiban
Menggunakan
dibawah
system
OSHA.
personal
dukungan untuk
-
mengurangi resiko.
hak
dan mereka
peraturan
Gunakan tanda untuk memperingatkan
para
pekerja terkait bahaya di tempat kerja. -
Mulai
lakukan
modifikasi lingkungan untuk
menghilangkan
atau
meminimalkan
bahaya. -
Inisiasi
program
peningkatan kesehatan di
tempat
kerja
berdasarkan pengkajian resiko pekerjaan.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Tenaga kerja atau pekerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan baik fisik maupun non fisik didalam hubungan kerja maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau kebutuhannya sendiri. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kepasitas, beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat disekitarnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal.
B. Saran Makalah ini membahas tentang keperawatan komunitas dengan berfokuskan pada tenaga kerja. Sehingga dengan membahas ini, semestinya pekerja dapat menggunakan APD dengan benar untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada saat bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, M. Gloria. (2013) Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi Bhs Indonesia. Singapura Hertmand, T. Heather. (2015). NANDA International Inc. diagnosis keperawatan : definisi dan klarifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC Moorhead, Sue. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Bhs Indonesia. Singapura Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo.2010.Etika dan Hukum Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta Sugeng, B. 2005. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Haji Masagung Sumamur. Hygine perusahaan dan kesehatan kerja (HIPERKES). 2009. Jakarta: sugeng seto. Moekijat. 2010.manajemn sumber daya manusia. Bandung: mandar maju.