B3 - Biomaterial I - Topik 12. [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BIOMATERIAL I BAHAN IMPLANT Tutor : Pinka Taher, drg, M.Biomed



KELOMPOK 3 KELAS B Qatrunnada Huwaida Febriyani



2020-11-038



Ni Kadek Gita Anandamaya



2020-11-039



Verena Valenzka



2020-11-040



Safira Amalia



2020-11-041



Siti Safreni Dwi Andini



2020-11-042



Almira Tertia Mahsa



2020-11-043



Raina Indriyanti



2020-11-044



Reclaudia Dian Arianti



2020-11-045



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bahan Implant” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah biomaterial I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bahan implant bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu selaku dosen bidang studi biomaterial I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambahkan pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membagun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Jakarta, 12 April 2021



Penyusun



1



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................1 DAFTAR ISI...........................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3 1.1 Latar Belakang...............................................................................................3 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3 1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5 2.1 Definisi...........................................................................................................5 2.2 Komponen Bahan Implant..............................................................................6 2.3 Klasifikasi Bahan Implant..............................................................................7 2.4 Bedah Implant..............................................................................................13 2.5 Osseointegration and Biointegration............................................................17 2.6 Implant and Force.........................................................................................19 2.7 Biocompatibility of Implant.........................................................................23 2.8 Kegunaan Bahan Implant.............................................................................24 BAB III PENUTUP..............................................................................................27 3.1 Ringkasan.....................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implan gigi adalah logam titanium yang diaplikasikan ke dalam tulang rahang untuk menggantikan akar gigi yang hilang yang kemudian menunggu sampai terjadinya proses Osteointegrasi atau proses penyatuan tulang rahang dengan material tersebut. Saat ini, penggunaan pengaplikasian Implant sudah banyak digunakan oleh dokter gigi. Penggunaan Implant berfungsi sebagai penguyahan dan fungsi estetika pada gigi. Perawatan Implant merupakakan salah satu ilmu yang wajib dikuasai oleh dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi. Dokter gigi wajib bias memilih bentuk dan implant dengan baik agar dapat berfungsi dengan baik dan stabil. Pada prinsipnya juga, Implant yang ditanamkan pada gigi harus memiliki sifat yang kuat, dapat diterima oleh tubuh, dapat berfungsi bersama-sama dengan restorasi protesa.



1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini, yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan bahan Implant? 2. Apa saja komponen dari bahan Implant? 3. Apa saja klasifikasi dari bahan Implant? 4. Apa yang dimaksud dengan bedah Implant? 5. Apa yang dimaksud dengan Osseonintegration and Biointegration? 6. Apa yang dimaksud dengan Implant and Force? 7. Apa saja yang dimaksud dengan Biocompatibility of Implant? 8.



Apa saja kegunaan pada bahan Implant?



3



1.3 Tujuan Penulisan Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai definisi, komponen, klasifikasi, bedah implant, Osseonintegration and Biointegration, Implant and Force, Biocompatibility of Implant dan kegunaan pada bahan Implant.



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi dan Sejarah Bahan Implant Implan gigi adalah perlengkapan yang berfungsi sebagai pengganti akar gigi alami yang hilang. Implan dapat ditempatkan di mandibula atau maxilla. Ketika dirancang dan ditempatkan dengan benar, implan gigi ikatan dengan tulang dari waktu ke waktu dan berfungsi sebagai jangkar untuk prostesis gigi. Implan gigi digunakan untuk mengganti gigi tunggal yang hilang atau banyak gigi, atau untuk mendukung gigi palsu yang dapat dilepas sepenuhnya.1 Pemulihan dan penggantian gigi yang hilang adalah aspek penting dari kedokteran gigi modern. Karena gigi hilang karena pembusukan, penyakit, dan trauma, ada permintaan untuk perbaikan esetik dan pemulihan fungsi. Metode restorasi konvensional termasuk gigi palsu lengkap yang dapat dilepas, gigi tiruan parsial yang dapat dilepas, prostesis tetap, atau kombinasi dari pendekatan ini.2 Ada indikasi yang berbeda untuk setiap metode, dengan kelebihan dan kekurangan terkait. Gigi tiruan yang dapat dilepas telah lama dianggap bermasalah karena mobilitas / stabilitasnya yang bervariasi dari waktu ke waktu dan ketidaknyamanan menghapusnya setiap hari. Juga, banyak gigi tiruan yang dapat dilepas besar, yang lain rumit mengunyah, dan beberapa tidak cukup estetik.2 Selama berabad-abad orang telah berusaha mengganti gigi yang hilang dengan menanamkan zat sintetis dan alami. Implantasi telah didefinisikan sebagai penyisipan objek atau bahan apa pun, seperti zat alloplastik atau jaringan lain, baik sebagian atau seluruhnya, ke dalam tubuh untuk tujuan terapi, diagnostik, prostetik, atau eksperimental. Implantasi biasanya diferensiasi dari prosedur lain yang serupa seperti replantation dan transplantasi.2



5



Implan gigi dimulai sejauh peradaban Yunani, Etruscan, dan Mesir awal, menggunakan desain dan bahan yang berbeda mulai dari giok dan batu dan logam lainnya hingga tulang dan gading. Beberapa konsep desain yang digunakan kemudian telah berevolusi menjadi implan saat ini. Selama berabad-abad berbagai transplantasi gigi yang terbuat dari gigi manusia atau hewan diuji.2 Latar belakang penelitian, pengembangan, dan aplikasi biomaterial untuk implan gigi dimulai dengan penerapan zat yang tersedia, seringkali berasal dari logam. Era biomaterial yang lebih "modern" muncul pada tahun 1970-an, ketika bahan yang dikenal dan diuji dalam banyak disiplin ilmu dibentuk, dibuat, dan selesai sebagai biomaterial. Standar konsensus dengan cepat berevolusi untuk biomaterial ini, yang menghasilkan kontrol yang lebih konsisten terhadap properti mereka.2 Aspek yang sangat penting dari evolusi ini yang mencakup biomaterial, desain, dan aplikasi klinis adalah penelitian klinis yang dipimpin oleh P. I. Brånemark di Swedia. Studinya menggunakan unalloyed titanium, desain bentuk akar dan kondisi yang sangat terkontrol untuk operasi, pemulihan, dan pemeliharaan. Data yang disajikan dalam tinjauan literatur dan konferensi konsensus selama periode 1972–2002 telah menunjukkan peningkatan signifikan dalam statistik kelangsungan hidup implan gigi. Ketika hasil dievaluasi oleh kriteria objektif, kelangsungan hidup rata-rata pada 5 tahun adalah sekitar 50% pada tahun 1970-an. Pada tahun 2000-an, rata-rata kelangsungan hidup pada 10 tahun di atas 90%.2



2.2 Komponen Implant Untuk memahami karakteristik material dan fungsi implan, pertama-tama harus berpengetahuan tentang berbagai bagian komponennya. Meskipun setiap sistem implan bervariasi, bagian-bagiannya pada dasarnya konsisten. Tubuh implan (disebut perlengkapan untuk sistem Brånemark). (Gambar 1.2, A) adalah komponen implan yang terlibat dengan tulang. . Setiap jenis permukaan dimaksudkan untuk melayani tujuan tertentu — misalnya, peningkatan luas



6



permukaan meningkatkan integrasi tulang, dan keterlibatan korteks yang lebih baik memainkan peran penting dalam jangkar tulang langsung dan jangkar.2



Gambar 2.1 Diagram komponen implan. A, Perlengkapan implan (bentuk akar endosteal). B, abutment Transmucosal berfungsi sebagai lampiran antara perlengkapan dan prostesis yang sebenarnya. C, Prostesis yang sebenarnya, yang dapat disemen, disekrup, atau dibanjiri. Phillips’science of Dental Materials



Komponen kedua (Gambar 2.1, B) adalah abutmen transmukosal, yang menyediakan koneksi antara tubuh implan dan prostesis intraoral yang akan dibuat (Gambar 2.1, C), yang akan memberikan fungsi intraoral. Abutmen biasanya terhubung ke tubuh implan dengan cara sekrup; namun, itu juga dapat disemen atau dihubungkan oleh desain jenis lanpel Morse. Bagian terakhir dari implan adalah prostesis. Ini dapat melekat pada abutmen melalui penggunaan sekrup, semen, lampiran presisi, magnet, atau desain lain, seperti yang digunakan untuk overdenture implan yang dapat dilepas. Implan dibiarkan dalam tulang (pasif) selama beberapa bulan, tergantung pada kualitas tulang, dan dibiarkan sembuh dan menjadi terintegrasi.2



7



2.3 Klasifikasi Bahan Implant Implant dapat diklasifikasikan menurut desain implan, properti implan, atau mekanisme pemasangan implan. Ada empat jenis desain implan yang telah berkembang selama berabad-abad perkembangannya. 1. Desain Implant Ada empat jenis desain implant yang telah berkembang selama berabad-abad pengembangan. Jenis yang pertama dan paling umum digunakan adalah implan endosteal, yang merupakan alat yang dipasang ke tulang alveolar dan / atau basal mandibula atau maksila dan hanya melakukan transek pada satu plat kortikal. Implan ini dibentuk dalam berbagai bentuk, seperti kerucut silinder atau pelat tipis, dan dapat digunakan di semua area mulut. Salah satu contoh implan endosteal adalah implant blade (Gambar 2.2), yang dikembangkan secara independen pada tahun 1967 oleh dua kelompok yang dipimpin oleh Linkow dan Roberts. Implant bilah endosteal terdiri dari pelat tipis yang tertanam di tulang; digunakan untuk ruang sempit seperti area edentulous posterior.2



Gambar 2.2 A, implan Blade yang tertanam di tulang menunjukkan beberapa kehilangan tulang. B, Prostesis implan blade gagal yang juga dipasang pada gigi asli. Phillips’science of Dental Materials



Karena tingkat kegagalan implan pisau yang dapat diprediksi, keropos tulang yang berlebihan terkait, dan kurangnya keberhasilan jangka panjang yang terdokumentasi aplikasinya dalam implantologi modern sangat minim. Contoh



8



lain dari implan endosteal adalah implan rangka ramus, yang merupakan perangkat baja tahan karat berbentuk tapal kuda yang dimasukkan ke dalam mandibula dari satu bantalan retromolar ke bantalan retromolar lainnya, melewati area simfisis anterior. Seperti implan blade, tidak ada dokumentasi keberhasilan atau umur panjang, dan kegagalan dikaitkan dengan morbiditas yang tinggi.2



Gambar 2.3 Implan endosteal ditempatkan langsung ke dalam tulang, dan implan tersebut meniru bentuk akar untuk penempatan dan lokasi yang tepat di tulang. Lihat juga pelat warna. B dan C, Memulihkan implan anterior yang menyatu dengan baik dengan gigi yang berdekatan. Phillips’science of Dental Materials



Desain implant kedua adalah implan subperiosteal (Gambar. 2.3), yang menggunakan substruktur implan dan superstruktur. Bingkai custom-cast ditempatkan tepat di bawah periosteum di atas korteks tulang. Implan ini pertama kali dikembangkan oleh Dahl (1940) dan disempurnakan oleh Berman (1951) 9



yang menggunakan teknik cetak tulang langsung. Ini dapat digunakan untuk memulihkan sebagian dentate atau rahang yang tidak bergigi seluruhnya dan digunakan bila tidak ada tulang yang memadai untuk implan endosseous. Penggunaan implan subperiosteal telah dibatasi karena banyak kerugian, yang meliputi penolakan implan yang lambat namun dapat diprediksi, sulit untuk diambil kembali, dan kehilangan tulang yang berlebihan terkait dengan kegagalan.2



Gambar 2.4 Implan subperiosteal diposisikan di bawah periosteum. Pembuatan impresi seringkali membutuhkan teknik bedah yang sulit. B, Superstruktur untuk implan subperiosteal yang memungkinkan pemasangan prostesis C, Prostesis gigi tiruan untuk implan subperiosteal. Phillips’science of Dental Materials



Implan transosteal (Gambar 2.5) menggabungkan komponen subperiosteal dan endosteal. Jenis implan ini menembus kedua pelat kortikal dan melewati seluruh ketebalan tulang alveolar. Penggunaan implan transosteal terbatas pada area anterior mandibula dan memberikan dukungan untuk overden- ture yang terbawa jaringan. Konsep implan transosseous pertama kali dikandung di Jerman



10



pada awal 1930-an. Small (1968) mengembangkan implan stapel mandibula, yang dimodifikasi oleh Bosker (1982) dengan implan transmandibular (TMI) yang terbuat dari paduan emas. Nama lain untuk implan transosteal termasuk implan tulang stapel, implan stapel mandibula, dan implan transmandibular.2



Gambar 2.5 Radiografi panoramik dari implan transosteal yang menunjukkan perforasi dari kedua pelat kortikal. Makanya, namanya implan stapel. B, abutment transmucosal untuk implan transosteal memungkinkan penempatan restorasi gigi tiruan. Phillips’science of Dental Materials



Desain implan keempat adalah implan epitel, yang dimasukkan ke dalam mukosa mulut. Jenis ini dikaitkan dengan teknik pembedahan yang sangat sederhana dan mengharuskan mukosa digunakan sebagai tempat pelekatan untuk sisipan logam. Ada beberapa kerugian yang terkait dengan implan epitel, terutama penyembuhan yang menyakitkan dan kebutuhan untuk pemakaian terus-menerus, yang mungkin menjelaskan mengapa tidak lagi digunakan.2



2. Properti Implant Biomaterial implan juga dapat diklasifikasikan menurut komposisi dan sifat fisik, mekanik, kimia, dan biologisnya. Klasifikasi ini sering kali mencakup perbandingan peringkat dari properti seperti modulus elastisitas, kekuatan tarik, dan keuletan untuk menentukan aplikasi klinis yang optimal (Tabel 2.1). Properti ini digunakan untuk membantu dalam desain dan pembuatan protese. Misalnya,



11



modulus elastisitas



implan berbanding terbalik dengan regangan yang



ditransmisikan melalui antarmuka jaringan implan. Implan dengan modulus elastisitas yang sebanding dengan tulang harus dipilih untuk menghasilkan distribusi tegangan yang lebih seragam di seluruh antarmuka. Logam memiliki kekuatan dan keuletan yang tinggi, sedangkan keramik dan karbon merupakan bahan yang rapuh. Daktilitas juga penting karena berkaitan dengan potensi deformasi permanen abutment atau fixture di area dengan tegangan tarik tinggi.2 3. Attachment Mechanisms Cara lain untuk mengklasifikasikan implan adalah melalui sifat mekanisme keterikatannya. Serat periodontal, yang menempelkan gigi ke tulang, terdiri dari jaringan fibrosa yang sangat berbeda. Serat ini penuh dengan banyak sel dan ujung saraf yang memungkinkan penyerapan goncangan, fungsi sensorik, pembentukan tulang, dan pergerakan gigi. Meskipun ini adalah bentuk perlekatan yang paling ideal, saat ini belum ada bahan atau sistem implan yang dapat merangsang pertumbuhan serat-serat ini dan meniru fungsi gigi asli.2 Secara historis, perlekatan implan melalui jaringan fibrosa berdiferensiasi rendah diterima secara luas sebagai ukuran keberhasilan penempatan implan. Namun, belakangan diketahui bahwa jenis perlekatan ini merupakan manifestasi dari reaksi merugikan yang kemudian menyebabkan kegagalan implan. Reaksi tersebut termasuk penolakan jaringan di mana respon inflamasi akut atau kronis disertai dengan rasa sakit dan akhirnya kehilangan implan. Manifestasi lain adalah enkapsulasi implan oleh serat berdiferensiasi buruk yang sering disebut "pseudoperiodontium." Meskipun banyak klaim oleh beberapa orang bahwa ini merupakan keberhasilan implan, studi klinis menunjukkan bahwa jenis perlekatan ini pada akhirnya dapat menyebabkan penolakan akut atau reaksi akut, dan kelonggaran progresif akan terjadi.2 Osseointegrasi ditandai dengan kontak langsung antara tulang dan permukaan implan yang dibebani. Ini awalnya dijelaskan oleh Branemark sebagai penambat langsung ke tulang dan sekarang menjadi mekanisme perlekatan utama



12



dari implan gigi komersial. Mode ini digambarkan sebagai adaptasi langsung tulang ke implan tanpa jaringan interstisial perantara lainnya, dan ini mirip dengan ankilosis gigi di mana tidak ada ligamen periodontal. Kekuatan kontak ini meningkat dari waktu ke waktu, berlawanan dengan pseudoperiodontium yang dijelaskan sebelumnya, yang pada akhirnya menyebabkan pelonggaran implan. Integrasi awalnya terjadi melalui osteokonduksi di mana sel-sel penghasil tulang bermigrasi di sepanjang permukaan implan melalui perancah jaringan ikat yang dibentuk berdekatan dengan permukaan implan. Pemasangan perancah ini sangat bergantung pada desain permukaan implan. Aposisi tulang didorong melalui tonjolan permukaan mikroskopis. Osseointegrasi juga dapat dicapai melalui penggunaan bahan bioaktif yang merangsang pembentukan tulang di sepanjang permukaan implan. Mekanisme kedua osseointegrasi melibatkan pembentukan tulang "de novo" di mana matriks antarmuka termineralisasi disimpan bersama.2



2.4 Bedah Implant Keberhasilan penempatan implan endosseous bergantung pada serangkaian teknik bedah yang cermat dan metodis yang mempertahankan dukungan tulang untuk implan dan menimbulkan trauma dan peradangan minimal yang mungkin menghambat penyembuhan (Gambar 2.6 dan 2.7). Tulangnya disiapkan dengan bur logam khusus yang digerakkan dengan kecepatan lambat dengan pendinginan air yang berlebihan. Selama pengangkatan tulang, tujuannya adalah menghindari suhu pada tulang di atas 37 ° C yang akan merusak jaringan dan memicu peradangan. Bur terdiri dari paduan titanium khusus yang harus dihindari.3



13



Gambar 2.6 Urutan penempatan implant Dental Material properties and manipulation



Meskipun beberapa teknik digunakan, saat ini sebagian besar implan ditempatkan di lokasi tulang yang telah sembuh total. Perawatan harus diambil untuk memastikan bahwa ada tulang yang memadai untuk mendukung protesa gigi. lubang dengan dimensi yang dirancang untuk mengakomodasi implan khusus disiapkan di tulang dengan menggunakan instrumen dan teknik khusus yang tidak menghasilkan panas berlebihan; kemudian implan disekrup ke situs dengan tutup penyembuhan di ujung "oklusalnya". tutup penyembuhan mencegah tulang tumbuh ke tengah implan. setelah 2 sampai 3 bulan, implan yang berhasil akan mengalami osseointegrasi dan jaringan lunak di atas implan akan sembuh total.3 Operasi kedua kemudian dilakukan untuk mengekspos situs implan, dan tutup penyembuhan diganti dengan tutup penyangga, yang menonjol melalui gingiva. jaringan lunak kemudian dibiarkan sembuh di sekitar tutup abutment selama 2 sampai 3 minggu, setelah itu dilepas dan abutment implan dipasang. abutmen 14



implan memiliki bentuk yang memungkinkan pembuatan mahkota, dan mahkota yang dipasang di tempatnya menggunakan sekrup melalui permukaan oklusalnya. sekrup itu sendiri sering ditutup dengan restorasi komposit resin kecil.3



Gambar 2.7



Tahapan operasi implan endosseous di mandibular Dental Material properties and manipulation Pada (A) gingiva telah direseksi, situs tulang disiapkan, dan implan telah disekrup ke tempatnya dengan penutup penyembuhan yang terlihat. gingiva akan dijahit di atas tutup ujung dan dibiarkan sembuh selama 2 sampai 3 bulan. Selama waktu ini, osseointegrasi implan akan terjadi. (B) operasi kedua kemudian dilakukan untuk mengganti tutup penyembuhan dengan tutup penyangga, dan penyembuhan gingiva dibiarkan terjadi di sekitar tutup penyangga selama 2 sampai 3 minggu. (C) tutup abutment kemudian diganti dengan abutment implan. (D) restorasi akhir dibuat dan dipasang.3 Pengendapan kontaminan trace metal yang dapat menimbulkan reaksi biologis yang merugikan. Pendingin air steril untuk menghindari kontaminasi tempat penempatan dengan bakteri atau mikroorganisme lainnya. Jumlah tulang



15



yang diangkat dikontrol dengan hati-hati agar sesuai dengan diameter dan panjang implan untuk memastikan tulang dan implan sembuh dalam jarak yang berdekatan. Setelah situs implan disiapkan di dalam tulang, implan ditempatkan dengan cara memasang implan ke dalam situs tersebut atau dengan memasang implan secara gesekan. Implan tipe sekrup adalah model yang paling umum karena implan ini memungkinkan implan dipasang dengan pas ke dalam soket dan penerapan gaya yang terkontrol selama penempatan. Seperti pada persiapan pembedahan, instrumen khusus digunakan dengan cara atraumatik untuk memastikan pengawetan tulang dan menghindari kontaminasi pada lokasi luka. Setelah implan dipasang, tutup penyembuhan (lihat Gambar 2.6 dan 2.7 A) dipasang di bagian atas implan untuk menutupi benang internal yang akan digunakan untuk mempertahankan tutup abutment setelah penyembuhan awal. Jaringan gingiva kemudian dijahit di atas tempat pembedahan, dan implan dibiarkan sembuh setidaknya selama 6 minggu.3 Setelah jaringan keras sembuh selama beberapa bulan, operasi kedua dilakukan untuk mengangkat tutup penyembuhan dan memasang tutup penyangga. Tutup ini kemudian dibiarkan di tempatnya sampai jaringan gingiva sembuh di sekitar implan, biasanya 2 hingga 3 minggu. Operasi kedua ini dilakukan secepat dan se-atraumatik mungkin untuk membatasi hilangnya dukungan tulang untuk implan akibat peradangan atau infeksi. Setelah jaringan gingiva sembuh, abutmen, yang menyerupai preparat mahkota dengan lancip konvergen (lihat Gambar 2.6 dan 2.27 C), dipasang ke implan. Garis tarikan dan posisi penyangga ditentukan sebagian besar oleh implan itu sendiri. Oleh karena itu, perencanaan yang matang oleh prostodontis dan komunikasi yang baik dengan ahli bedah sangatlah penting untuk memastikan bahwa restorasi dapat dibangun dan ditempatkan dengan tepat. Setelah implan dipasang, protesa dibuat dengan cara yang sama seperti pada gigi asli (lihat Gambar 2.6 dan 2.7 D). Prostesis dapat disemen secara permanen atau lebih umum disekrup ke tempatnya dengan sekrup kecil yang menembus bagian atas mahkota dan benang ke penyangga.



16



Penggunaan



sekrup



memungkinkan



protese



dilepas



jika



perlu



untuk



memungkinkan evaluasi ulang implan atau pembersihan.3 Penempatan dua langkah implan endosseous seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya saat ini merupakan metode yang paling umum dan dapat diandalkan untuk memastikan hasil yang berhasil menurut pendapat sebagian besar prostodontis. Namun, beberapa dokter telah menggabungkan penempatan implan tulang dan abutment ke dalam satu prosedur pembedahan yang memerlukan penyembuhan jaringan keras dan lunak secara bersamaan di sekitar implan. Dalam metode ini, tidak ada pembebanan oklusal (gaya menggigit) implan yang terjadi selama beberapa bulan setelah penempatannya. Namun, dokter lain telah menganjurkan penempatan implan ke soket pencabutan gigi segera setelah pencabutan. Secara tradisional, soket ini telah dibiarkan terisi dengan tulang selama 3 sampai 6 bulan setelah pencabutan gigi sebelum implan dipasang. Beberapa dokter mempromosikan pemuatan implan segera setelah ditempatkan di lokasi ekstraksi. Namun, semua ide ini kontroversial dan jauh lebih umum daripada prosedur dua tahap tanpa pemuatan yang dijelaskan sebelumnya.3



2.5 Osseointegrasi dan Biointegrasi Osseointegrasi merupakan proses pembentukan antarmuka struktural dan fungsional langsung antara tulang hidup dan permukaan implan buatan tanpa mengganggu jaringan ikat fibrosa. Biointegrasi ialah proses pembentukan antarmuka antara tulang atau jaringan hidup lainnya dan bahan yang ditanamkan tanpa ruang perantara.2 Pengaruh Biokompatibilitas Terhadap Osseointegrasi Implan Keberhasilan implan gigi endosseous didasarkan pada biokompatibilitas permukaan implan dan ingrowth. Tulang baru ke permukaan melalui proses osseointegrasi. Sangat sedikit bahan implan atau lapisan implan yang mendukung osseointegrasi.2 Bahan implan yang paling umum: 17



1. CP Ti; 2. Paduan titanium-aluminium-vanadium; 3. Tantalum; dan 4. Beberapa jenis keramik.2 Bahan yang memungkinkan osseointegrasi memiliki laju degradasi yang sangat rendah, dan cenderung membentuk oksida permukaan yang meningkatkan perkiraan tulang. Beberapa bahan seperti keramik bioglass mempromosikan osseointegrasi tulang yang sempurna. Proses umum biointegrasi melibatkan adaptasi tulang atau jaringan lain ke bahan yang ditanam tanpa adanya ruang perantara di sepanjang antarmuka bahan jaringan.2 Biointegrasi didefinisikan dalam edisi ketujuh dari Daftar Istilah Prostodontik sebagai "penerimaan jinak benda asing oleh jaringan hidup." Lebih khusus lagi, biointegrasi tulang dengan bahan yang ditanam menunjukkan ikatan tulang dengan hidroksiapatit. HA, TCP, dan kalsium fosfat lainnya sebagian bersifat bioaktif sebagai hasil dari pelepasan ion kalsium dan fosfat di dalam jaringan sekitarnya. Penelitian telah mengungkapkan beberapa perbedaan dalam respons jaringan terhadap bahan-bahan ini setelah implantasi.2 Bentuk beta dari TCP diserap lebih cepat daripada HA dan menghasilkan kerusakan TCP. Beberapa telah melaporkan penggantian sel mesenkim dengan fitur yang menyerupai sel osteoprogenitor. Penelitian juga menunjukkan bahwa setelah 4 minggu implantasi, osteosit menumpuk di dekat butiran HA, yang menunjukkan kemungkinan osteogenesis dengan implan ini. Ini adalah salah satu alasan penggunaan senyawa kalsium fosfat untuk pelapis implan yang dipasang di tulang.2



2.6 Implant and Force Integrasi tulang dengan implan berfungsi sebagai dasar untuk analisis biomekanik yang dilakukan untuk implan gigi. Perkiraan yang dekat dari kondisi tulang terintegrasi dengan permukaan implan memungkinkan transfer gaya dan



18



tekanan spesifik lokasi dengan perpindahan elastis dari tulang dan implan. Tekanan yang ditimbulkan sangat dipengaruhi oleh empat pertimbangan utama:2 1. Faktor pengunyahan (frekuensi, gaya gigitan, dan gerakan mandibula); 2. Dukungan untuk prostesis (didukung implan, didukung jaringan implan, dukungan gigi implan; 3. Sifat mekanik bahan yang terlibat dalam restorasi implan (modulus elastisitas, keuletan, kekuatan patah, dll.); dan 4. Desain tubuh implan dan prostesis intraoral terkait. Salah satu variabel terpenting yang mempengaruhi aposisi tulang yang dekat ke permukaan implan adalah gerakan relatif, atau gerakan mikro.2 Telah lama didokumentasikan bahwa gerakan segera setelah implantasi mencegah pembentukan tulang dan mendorong pembentukan jaringan ikat fibrosa di sekitar permukaan implan. Jaringan ikat kaya kolagen ini diketahui modulusnya lebih rendah dan kekuatan serta fungsinya cenderung berubah seiring waktu. Inilah alasan penundaan berbulan-bulan untuk restorasi intraoral telah direkomendasikan Seperti disebutkan sebelumnya, keberhasilan telah dilaporkan dengan pemuatan implan yang segera tergantung pada kualitas tulang, sele pasien ktion, dan kontrol jangka pendek dari fungsi intraoral. Masalah utamanya adalah kontrol gerakan mikro implan-ke-jaringan selama penyembuhan awal tulang. Sejumlah penelitian telah menentukan hubungan respons tulang terhadap jenis tekanan dan regangan biomekanik serta besarannya. Hasilnya telah diringkas sebagai "paradigma es," di mana besaran mikrostrain berkorelasi dengan kondisi tulang dari atrofi tidak digunakan (kurang dari 500 µε), fungsi normal (500 sampai 1500 µε), dan mikrotrauma (lebih dari 500 µε).2 Konsep ini digambarkan secara skematis pada Gambar 2.8. Paradigma ini memberi peluang untuk mengevaluasi implan dan membangun desain secara relatif menggunakan model dan analisis elemen hingga (FEM / FEA). Sekali lagi, literatur ini berkembang dengan baik. Dua jenis kondisi pembebanan utama dapat terjadi di lokasi implan. Ini diwakili oleh gaya aksial dan momen lentur yang disebabkan oleh kondisi pembebanan non-sentris. Momen tekuk paling baik 19



ditunjukkan dengan memvisualisasikan desain balok kantilever di mana momen lentur maksimum ditempatkan pada dasar penyangga tetap dan dihitung sebagai gaya (tegak lurus terhadap balok) dikalikan panjang lengan tuas.2 Momen lentur ini menjadi sangat signifikan tergantung pada jenis dan desain restorasi implan yang direncanakan. Rangert (1989), Skalak (1983), dan Brunski (1988) menganalisis efek teoritis dari panjang kantilever, jumlah implan, pengaturan implan, dan desain prostesis. Model mereka didasarkan pada prostesis hibrida Brånemark awal untuk mandibula atrofi (Gambar 2.9). Tipe ini restorasi biasanya melibatkan empat sampai enam implan yang terbatas pada area antara foramen mental mandibula, dengan kantilever memanjang dari implan yang paling jauh. Ini direstorasi dengan resin akrilik dan gigi tiruan, yang dipasang pada superstruktur logam dengan menggunakan beberapa jenis metode pemasangan.2



Gambar 2.8 Diagram skematis paradigma Frost Phillips’science of Dental Materials



Aspek yang paling signifikan dari studi ini adalah rasio optimal dari panjang kantilever dengan jarak interfixture. Ketika dua atau lebih implan ditempatkan dalam garis lurus, momen lentur akan didistribusikan secara proporsional ke implan asalkan prostesis intraoral dirancang cukup kaku. Penempatan implan dengan cara offset telah disarankan untuk penempatan yang lebih baik karena



20



mendistribusikan ulang beban implan. Namun, beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa tripodisasi implan tidak selalu meminimalkan tekanan sebanyak penggunaan implan diameter lebar yang ditempatkan dalam garis lurus.2 Peningkatan penempatan implan anteroposterior juga direkomendasikan untuk meminimalkan beban off-axis dari komponen implan. Beban paling besar terjadi pada implan paling jauh jika terdapat prostesis kantilever yang ditempatkan di anterior. Jadi, jarak antara abutment paling terminal dan yang berdekatan harus ditingkatkan untuk mengurangi tegangan dan noda yang diinduksi dalam abutment paling distal.2



Gambar 2.9 A, Prostesis hibrida Brånemark asli yang dirancang untuk mengakomodasi mandibula yang atrofi parah. B, Prostesis hibrida biasanya menggunakan empat hingga enam implan. C, Struktur atas yang sesuai yang disekrup ke implan. Phillips’science of Dental Materials



Faktor penting lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah pemasangan prostesis pada implan. Kecocokan yang tidak akurat akan menyebabkan distribusi beban yang tidak seragam, dengan unit yang paling dekat dengan beban yang menahan sebagian besar gaya. Untuk implan yang terintegrasi dengan baik, tautan



21



terlemah dalam sistem awal Brånemark adalah emas atau sekrup penyangga, yang dianggap sebagai fitur keselamatan.2 Untuk restorasi ini, beban eksternal dipindahkan melalui sekrup emas jika ada kecocokan atau kelebihan beban yang tidak akurat, dan sekrup akan berubah bentuk dan patah. Sekrup ini cukup dapat dibuka kembali dan mudah diganti. Kekuatan tarik ultimat sekrup emas dirancang untuk berfungsi dalam kisaran normal gaya oklusal di daerah molar. Beberapa pedoman termasuk menghitung rentang anteroposterior dari semua implan dan memungkinkan jarak 1,5 kali jarak kantilever apapun sementara membatasi maksila ke kantilever maksimal 8 mm karena keterbatasan kualitas tulang. Setiap panjang kantilever lebih dari 7 mm menyebabkan peningkatan yang signifikan pada mikrostrain di dalam kerangka dan tulang.2 Oleh karena itu, untuk setiap panjang di atas 7 mm, kondisi fungsional yang ideal harus dipertimbangkan, atau keputusan untuk melanjutkan dalam kondisi yang kurang ideal harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Perdebatan lainnya adalah pemasangan implan pada gigi asli. Konsensus tampaknya adalah bahwa pemasangan prostesis intraoral implan ke gigi asli harus dibatasi dan bahwa memiliki implan tunggal adalah pilihan restoratif yang lebih baik. Namun, dalam kasus penggunaan gigi asli dalam restorasi (misalnya, jika terdapat posisi sinus maksilaris rendah), terdapat ketidaksepakatan mengenai apakah hal ini menurunkan probabilitas kelangsungan hidup keseluruhan restorasi atau tidak.2 Masalah ini berasal dari perbedaan sifat perlekatan pada tulang antara implan dan gigi. Implan terintegrasi dengan tulang (kaku), artinya memiliki hubungan langsung dengan tulang. Di sisi lain, gigi melekat ke tulang melalui ligamen periodontal, yang memberikan fungsi sensorik ke gigi dan juga berubah bentuk sebagai respons terhadap beban pengunyahan.2



2.7 Biocompatibility of Implant Konsep biokompatibilitas biomaterial tidak mengacu pada kelembaman total tetapi lebih pada kemampuan suatu bahan untuk tampil dengan respons yang



22



sesuai dalam aplikasi tertentu. Biokompatibilitas dipengaruhi oleh sifat intrinsik material



serta



design



dan



konstruksinya.



Oleh



karena



itu,



keadaan



biokompatibilitas mungkin spesifik untuk situasi atau fungsi tertentu. The American Dental Association (ADA) menguraikan beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk implan gigi, termasuk sebagai berikut : 1. Evaluasi sifat fisik yang memastikan kekuatan yang cukup; 2. Demonstrasi kemudahan fabrikasi dan potensi sterilisasi tanpa degradasi material; dan 3. Evaluasi



keamanan



dan



biokompatibilitas,



termasuk



pengujian



sitotoksisitas, dan karakteristik antarmuka jaringan. 4. Bebas dari cacat. 5. Setidaknya dua studi klinis prospektif longitudinal independen yang menunjukkan kemanjuran.1 Interaksi permukaan primer antara bahan implan dan inangnya terjadi di permukaan implan dalam wilayah kira-kira seukuran satu molekul air (sekitar 0,1 hingga 1,0 mm). Namun, ini tidak berarti bahwa interaksi jaringan implan diisolasi ke antarmuka ini. Beberapa penelitian telah melaporkan kadar titanium yang tinggi di limpa dan paru-paru kelinci segera setelah operasi, tetapi konsentrasi ini masih dalam batas normal. Pada manusia, tingkat Ti telah dilaporkan pada 50 ppm, tetapi dapat mencapai tingkat hingga 200 ppm di jaringan yang mengelilingi beberapa implan titanium. Pada tingkat ini, perubahan warna jaringan mungkin terlihat, tetapi masih dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Kasemo dan Lausmaa (1991) mendemonstrasikan pelarutan produk korosi ke dalam cairan biologis dan jaringan yang berdekatan. Dengan demikian, lapisan atom terluar dari implan adalah wilayah kritis yang terkait dengan interaksi biokimia dari antarmuka jaringan implan.1 2.8 Kegunaan Bahan Implant Pada awal implantologi modern, sebagian besar implan gigi tidak endosseous tetapi ditempatkan di antara gingiva dan tulang (implan subperiosteal) atau dirancang untuk "menjepit" mandibula (implan transosseous). Strategi awal ini 23



menyakitkan, membutuhkan intervensi bedah agresif, membawa risiko tinggi infeksi pasca operasi, dan tidak berhasil secara fungsional dalam jangka panjang. Upaya awal untuk memasang implan endosseous gagal karena teknik dan bahan pembedahan tidak mendukung osseointegrasi atau biointegrasi. Berbagai geometri, termasuk sekrup, silinder, jerat, silinder berlubang, dan bilah besar, digunakan untuk mencoba menemukan geometri yang akan mempertahankan osseointegrasi jangka panjang untuk fungsi lisan. Ketika bahan yang mempromosikan antarmuka osseointegrasi atau biointegrasi ditemukan dan teknik bedah dikembangkan untuk mendapatkan antarmuka tersebut secara andal, implan endosseous menjadi pilihan pengobatan yang layak. Saat ini, jenis sekrup implant Awalnya, implan endosseous digunakan hanya untuk mendukung gigi tiruan lengkap, terutama di rahang bawah. Salah satu strategi awal menggunakan empat sampai enam implan untuk mempertahankan protesa gigi tiruan lengkap rahang bawah (gigi tiruan lengkap yang dipertahankan oleh implan) (Gambar 2.10). Kondisi edentulous mandibula adalah fokus awal yang alami karena pasien sering mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan gigi tiruan lengkap tradisional untuk lengkungan bawah yang tidak bergigi. Namun, seiring dengan peningkatan teknik dan bahan, gigi tiruan rahang atas yang ditahan implan juga menjadi hal yang umum. Jumlah implan yang dibutuhkan telah menurun, dan implan telah digunakan untuk mendukung, daripada mempertahankan, gigi palsu lengkap. Dalam strategi pendukung ini, implan memiliki bola atau perangkat lain sebagai komponen intraoral yang disebut penyangga locator atau lampiran pelacak (lihat Gambar 2.10). Gigi tiruan memiliki komponen elastomer atau magnetis yang tertanam di sisi jaringan gigi tiruan yang mengaktifkan locator. Pemasangan locator membantu mencegah gigi tiruan terlepas selama berfungsi dan mendukung tonjolan tak bergigi selama mengunyah atau menggigit. Gigi palsu yang didukung implan dapat dibuat terutama atau sebagai langkah kedua setelah pembuatan gigi tiruan lengkap tradisional. Implan pelacak paling sering terjadi di rahang bawah. Baru-baru ini, satu atau dua implan kecil (disebut mini implan) telah digunakan sebagai implan pelacak untuk mendukung gigi palsu bawah. Implan yang lebih



24



kecil ini mungkin cukup untuk mendukung gigi tiruan lengkap, terutama di rahang bawah.2 Sejak tahun 1990-an, implan endosseous rahang bawah atau rahang atas tunggal atau ganda juga telah menjadi hal yang umum sebagai alternatif untuk jembatan atau gigi tiruan sebagian di mulut yang tidak bergigi sebagian. Saat ini, penempatan implan endosseous tunggal merupakan alternatif pengobatan yang layak untuk gigi yang memerlukan terapi endodontik, penumpukan, dan mahkota gigi terutama di bagian posterior. Pilihan antara terapi endodontik dan penempatan implan rumit dan di luar cakupan diskusi ini. Prostesis semen yang menghubungkan implan endosseous ke gigi asli tidak umum karena memiliki tingkat kegagalan yang tinggi. Kegagalan kemungkinan disebabkan oleh gerakan kecil normal dari gigi asli yang mentransmisikan terlalu banyak tenaga ke implan endosseous, menyebabkan kerusakan antarmuka osseointegrasi.2



Gambar 2.10



25



Gigi palsu dengan penahan implan dan gigi tiruan yang didukung implan. Implan digunakan untuk menopang dan mempertahankan protesa cekat lengkung lengkap (A, H, I). Dalam protesa ini, beberapa implan (panah hitam) dihubungkan ke substruktur paduan (panah biru) di mana polimer keramik atau akrilik ditambahkan. Seluruh prostesis distabilkan dengan sekrup (misalnya, panah merah di A, tidak terlihat di H, I) yang memungkinkan pelepasan protese jika perlu. Implan juga digunakan untuk mendukung (dalam kombinasi dengan edentulous ridge) gigi tiruan lengkap (B dan C). Gigi tiruan yang didukung implan ini sering ditahan oleh locator (panah hijau) yang tidak menahan protese dengan kaku tetapi mencegah perpindahan yang tidak disengaja saat prostesis berfungsi seperti mengunyah. Locator (D dan E) biasanya berupa cincin silikon yang terpasang pada penyangga implan khusus dan dapat diganti saat dipakai. Gigi palsu parsial yang didukung implan dengan locator juga dimungkinkan (F dan G), terutama pada ekstensi distal parsial (di mana tidak ada gigi posterior yang tersisa).



26



BAB III PENUTUP 3.1 Ringkasan Implan gigi adalah perlengkapan yang berfungsi sebagai pengganti akar gigi alami yang hilang. Implan dapat ditempatkan di mandibula atau maxilla. Selama berabad-abad orang telah berusaha mengganti gigi yang hilang dengan menanamkan zat sintetis dan alami. Implantasi telah didefinisikan sebagai penyisipan objek atau bahan apa pun, seperti zat alloplastik atau jaringan lain, baik sebagian atau seluruhnya, ke dalam tubuh untuk tujuan terapi, diagnostik, prostetik, atau eksperimental.



Implan gigi dimulai sejauh peradaban Yunani,



Etruscan, dan Mesir awal, menggunakan desain dan bahan yang berbeda mulai dari giok dan batu dan logam hingga tulang dan gading. Komponen pada Implant terdiri atas Dental Implant, Properti Implan dan Attachment



Mechanisms.



Keberhasilan



penempatan



implan



endosseous



bergantung pada serangkaian teknik bedah yang cermat dan metodis yang mempertahankan dukungan tulang untuk implan dan menimbulkan trauma dan peradangan minimal yang mungkin menghambat penyembuhan. Biokompatibilitas Terhadap Osseointegrasi Implan ialah



CP



Ti,



Pengaruh paduan



titanium-aluminium-vanadium, tantalum dan beberapa jenis keramik. Integrasi tulang dengan implan berfungsi sebagai dasar untuk analisis biomekanik yang dilakukan untuk implan gigi. Konsep Biokompatible pada gigi ialah harus memiliki sifat fisik yang memastikan kekuatan yang cukup, demonstrasi kemudahan fabrikasi dan potensi sterilisasi tanpa degradasi material, evaluasi keamanan dan biokompatibilitas, bebas dari cacat dan manjur. Implan digunakan untuk menopang dan mempertahankan protesa cekat lengkung lengkap, mendukung gigi tiruan lengkap, pengunyahan, dan estetika.



27



DAFTAR PUSTAKA 1. Sakaguchi R, Ferracane J, Powers J, Craig’s Restorative Dental Material, 14th Ed. Missouri: Elsevier, 2019: 301 2. Anusavice KJ, Phillips’science of Dental Materials, 12 th Ed.Missouri: Elsevier, 2013: 499-501; 505 3. Craig RG, Power JM, Wataha JC, Dental Material Properties and Manipulation 9 th Ed.St. Louis: Mosby Elsevier, 2008: 339-341.



28