BAB 1 Fraktur Pelvis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung, Akibat trauma pada tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi, sedangkan trauma tumpul dapat menyebabkan fraktur tertutup yaitu apabila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit.3 Fraktur pada pelvis terjadi akibat trauma tumpul dan berhubungan dengan angka mortalitas antara 6% sampai 50%. Walaupun hanya terjadi pada 5% trauma, penderita biasanya mempunyai angka ISS (injury severity score) yang tinggi dan sering juga terdapat trauma mayor di organ lain, karena kekuatan yang dibutuhkan untuk terjadinya fraktur pelvis cukup signifikan. Sebagai contoh, insidensi robekan aorta thoracalis meningkat secara signifikan pada pasien dengan fraktur pelvis terutama tipe AP kompresi.4 Pada pasien dengan trauma pelvis dapat terjadi hemodinamik yang tidak stabil, dan dibutuhkan tim dari berbagai disiplin ilmu. Status hemodinamik awal pada pasien dengan fraktur pelvis adalah faktor prediksi utama yang dihubungkan dengan kematian. Fangio P,et al (2005) mempublikasikan pada penelitiannya bahwa angka kematian pada pasien dengan hemodinamik stabil adalah 3,4% yang dibandingkan dengan yang hemodinamik tidak stabil adalah sebesar 42%.4 Karena trauma multipel biasanya terjadi pada pasien dengan fraktur pelvis, hipotensi yang terjadi belum tentu berasal dari fraktur pelvis yang terjadi. Walaupun demikian, pada pasien fraktur pelvis yang meninggal, perdarahan pelvis terjadi pada 50% pasien yang meninggal. Pasien dengan fraktur pelvis mempunyai 4 daerah potensial



perdarahan hebat, yaitu : Permukaan tulang yang fraktur, trauma pada arteri di pelvis, trauma pada plexus venosus pelvis, sumber dari luar pelvis.4 Diagnosa fraktur pelvis memerlukan pemeriksaan klinis dan radiolologi yang teliti, terutama pada penderita yang tidak sadar agar diperiksa secara menyeluruh. Dalam penanganan fraktur pelvis, selain penanganan fraktur, juga penanganan untuk komplikasinya yang menyertainya yang dapat berupa perdarahan besar, ruptur kandung kemih, atau cedera uretra.



1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan penulisan paper ini adalah untuk memahami tinjauan ilmu teoritis dan penanganan Fraktur Pelvis. Manfaat penulisan laporan kasus ini adalah sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai Fraktur Pelvis.



1.



DAFPUS:



Torsten B. Moeller MD, Emil Reif MD. Pocket atlas of radiographic anatomy.



Second edition. New York: Thieme; 2000. p. 164-7. 2.



Arthur C. Guyton, John E. Hall. Textbook of medical physiology.11th ed. Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier Inc; 2006. p. 982-3



3.



Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown C, et al., eds. Rockwood and Green. Fractures in adults. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 2081-93



4.



Fango P. Early embolization and vasopressor administration for management of lifethreatening hemorrhage from pelvic fracture. J Trauma. 2005. 58(5):978-84



5.