Bab 14 Konflik Dan Negosiasi Kelompok 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 14 KONFLIK DAN NEGOSIASI



OLEH Kelompok 2: 1. Deden Arma Ramadhan



(1810521026)



2. Khairul Khalid



(1810521045)



3. Pery Praja



(1810521027)



4. Prino Suharlin



(1810521019)



5. Tristantowi Suharto



(1810522064)



6. Venia Ramadhani NY



(1810521048)



JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 2020



BAB 14



KONFLIK DAN NEGOISASI I.



KONFLIK A. Definisi Konflik Definisi konflik (conflict) secara luas adalah sebuah proses yang dimulai ketika salah satu pihak memandang pihak lainnya telah memengaruhi secara negative, atau akan berpengaruh secara negative terhadap segala sesuatu hal yang dipedulikan oleh pihak pertama Pandangan tradisional atas sebuah konflik memiliki keyakinan bahwa semua konflik berbahaya dan harus dihindari. Pandangan interaksionis atas konflik memiliki keyakinan bahwa konflik tidak hanya merupakan sebuah paksaan yang positif dalam suatu kelompok tetapi juga sangat diperlukan bagi suatu kelompok untuk bekerja dengan lebih efektif. Konflik fungsional merupakan konflik yang mendukung tujuan dari kelompok dan meningkatkan kinerjanya, sedangan konflik disfungsional merupakan konflik yang menghambat kinerja kelompok. B. Tipe dan Lokus Konflik 1. Pengelompokan konflik berdasarkan tipenya dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Konflik Tugas Konflik tentang kandungan dan tujuan dari pekerjaan. Para ahli menemukan bahwa konflik tugas terjadi antara tim-tim manajemen puncak secara positif terkait dengan kinerja mereka. 2. Konflik Hubungan Menitik beratkan pada hubungan interpersonal. Terlihat bahwa gesekan dan permusuhan



interpersonal



sangat



melekat



dalam



konflik



hubungan



yang



meningkatkan bentrokan dan kepribadian dan menurunkan saling pengertian bersama, yang mana menghambat tugas dari penyelesaian tugas organisasi. 3. Konflik Proses Mengenal bagaimana menyelesaikan segala pekerjaan yang ada. Para hali menemukan bahwa konflik proses berkisar pada delegasi dan peranan. Konflik pada



delegasi sering kali berkisar pada kelalaian dan konflik mengenai peranan dapat menyisakan perasaan terpinggirkan beberapa anggota kelompok. 2. Lokus Konflik (dimana konflik terjadi) Dalam lokus konflik ini terdapat 3 tipe dasar, yaitu: 1. Konflik Dyadic, Konflik yang terjadi diantara 2 orang atau lebih dikenal dengan konflik pribadi. 2. Konflik Intragroup, Konflik yang terjadi di dalam sebuah kelompok atau tim 3. Konflik Antarkelompok, Konflik yang terjadi antara kelompok atau tim yang berbeda. 



Dalam memahami sebuah konflik yang fungsional dan disfungsional tidak hanya dengan mengidentifikasi tipe dari konflik semata, tetapi juga perlu diketahui dimanakah konflik tersebut terjadi.







Berpikir mengenai konflik dalam hal tipe dan lokusnya dapat membantu kita dalam menyadari bahwa kemungkinan menjadi tak terelakkan dalam sebagian besar organisasi, dan ketika itu terjadi, maka dapat diupayakan untuk membuatnya seproduktif mungkin.



C. Proses Konflik



Proses konflik adalah suatu proses yang memiliki 5 tahapan, yaitu: 1. Tahap I : Pertentangan yang Berpotensial atau Ketidaksesuaian Tahap pertama adalah penampilan dari penyebab atau sumber yang menciptakan peluang bagi konflik untuk timbul. Pengelompokkan kondisi ini dibagi menjadi 3, yaitu:



a. Komunikasi, kondisi ditemukan konflik pada saat komunikasi ini sangat sedikit atau terlalu banyak b. Struktur, semakin besar ketidakjelasan mengenai tanggung jawab sesuai dengan struktur suatu organisasi, maka konflik yang terjadi akan semakin besar. c. Variabel-variabel Pribadi, hal ini meliputi emosi, kepribadian, dan nilai.



2. Tahap II : Kesadaran dan Personalisasi Dalam tahap ini terdapat kesepakatan mengenai konflik, yaitu: a. Dipandang sebagai konflik, kesadaran oleh salah satu atau lebih pihak mengenai keberadaan kondisi yang menciptakan peluang bagi konflik untuk muncul b. Dirasakan sebagai konflik, keterlibatan secara emosional dalam konflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi, atau permusuhan



3. Tahap III : Niat Niat adalah sebah tahapan berbeda karena harus mengambil kesimpulan atas maksud orang lain untuk mengetahui bagaimana memberikan tanggapan atas perilakunya. Niat diidentifikasikan dalam 5 hal, yaitu: a. Bersaing, suatu keinginan untuk memuaskan kepentingan seseorang, tanpa memperhatikan dampak timbul konflik terhadap pihak lain b. Berkolaborasi, sebuah situasi yang mana para pihak melakukan konflik mengenai keinginan masing-masing untuk memuaskan perhatian sepenuhnya dari semua pihak c. Menghindar, keinginan untuk menarik diri dari atau menyembunyikan diri dari konflik d. Mengakomodasi, kesediaan dari salah satu pihak dalam sebuah konflik untuk menempatkan kepentingan pihak lawan di atas kepentingannya sendiri e. Berkompromi, sebuah situasi yang mana tiap-tiap pihak atas suatu konflik bersedia untuk menyerahkan sesuatu hal



4. Tahap IV : Perilaku Pada tahap ini akan dibahas mengenai manajemen konflik, dimana manajemen konflik adalah penggunaan dari resolusi dan teknik stimulasi untuk mencapai level konflik yang diinginkan.



5. Tahap V : Hasil Hasil dibagi menjadi 2, yaitu: a. Hasil yang fungsional, hasil ini melihat pada seberapa mungkin sebuah konflik bisa bertindak sebagai peningkat kinerja kelompok. b. Hasil yang disfungsional, konsekuensi dari konflik yang bersifat destruktif terhadap kinerja kelompok atau organisasi yang secara umum dikenal: oposisi tidak terkendali yang melahirkan ketidakpuasan, yang mana berperan untuk membubarkan ikatan bersama yang akan berakhir menjadi kehancuran kelompok.



II.



Negosiasi Negosiasi merupakan suatu proses yang mana dua atau lebih pihak saling bertukar barang atau jasa dan berupaya untuk setuju dengan nilai tukar bagi mereka. 1. Strategi Perundingan Terdapat 2 pendekatan umum mengenai negosiasi, yaitu: a. Perundingan Distributif, negosiasi yang berupaya untuk membagi jumlah sumber daya secara tetap; situasi kemenangan atau kekalahan. Salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan dalam perundingan ini adalah dengan mengajukan penawaran pertama dan lakukan dengan cara yang agresif. Pengajuan penawaran pertama ini cenderung memperlihatkan kekuasaan, b. Perundingan Integratif, negosiasi yang berupaya mencari satu atau lebih kesepakatan yang dapat memberikan solusi kemenangan bagi kedua belah pihak semakin banyak permasalahan yang dinegosiasikan, maka semakin besar balas jasa dimana permasalahan dipertukarkan sesuai dengan pilihan dari individu yang berbeda.



Perbedaan perundingan distributif dan integrative : Karateristik



Perundingan Distributif



Perundingan Integratif



Memperoleh sebanyak mungkin



Memperluas bagian sehingga kedua



bagian



pihak menjadi terpuaskan



Motivasi



Menang-Kalah



Sama-Sama-Menang



Fokus



Posisi



Kepentingan



Pembagian



Rendah



Tinggi



Jangka Pendek



Jangka Panjang



Perundingan Tujuan



Informasi Durasi Hubungan



2. Proses Negosiasi Dalam proses negosiasi ini terdapat 5 tahapan, yaitu: 1) Persiapan dan Perencanaan Dilakukan berbagai macam persiapan agar bisa mengantisipasi posisi lawan, hal ini menyebabkan lebih siap dalam menghadapi argument lawan dengan fakta dan angka yang dapat mendukung posisi saat ini. Setelah mengumpulkan infromasi yang dibutuhkan, maka selanjutnya adalah membuat alternative yang terbaik, atau biasa disebut dengan BATNA (Best Alternative To a Negotiated Agreement) 2) Definisi dari Aturan yang Mendasar Setelah melakukan persiapan dan perencanaan, maka melakukan pendefinisian dengan pihak lainnya mengenai aturan mendasar dan prosedur dari negosiasi itu sendiri. 3) Klarifikasi dari Pembenaran Ini merupakan peluang untuk saling mengajarkan permasalahan satu sama lain, mengapa permasalahan ini penting untuk dibahas, dan memberikan dokumentasi apapun yang mendukung posisi saat ini



4) Melakukan Perundingan dan Pemecahan Masalah Inti dari negosiasi adalah upaya memberi dan mengambil secara aktual dalam mencoba untuk menyelesaikan perjanjian. Dalam hal ini, kedua belah pihak membutuhkan untuk membuat konsesi. 5) Penutupan dan Implementasi Dalam proses ini adalah saatnya perumusan perjanjian dan pengembangan prosedur yang diperlukan untuk mengimplementasi dan mengawasinya.



3. Perbedaan Individual dan Efektivitas Negosiasi Terdapat 4 faktor yang memengaruhi seberapa efektifnya individu melakukan negosiasi, yaitu: a. Sifat Kepribadian dalam Negosiasi b. Suasana Hati/Emosi dalam Negosiasi c. Budaya dalam Negosiasi d. Perbedaan Gender dalam Negosiasi



4. Negosiasi dengan Pihak Ketiga Terdapat 3 peran dasar pada pihak ketiga, yaitu: a. Mediator, pihak ketiga yang netral dan memfasilitasi solusi yang dinegosiasikan dengan menggunakan alternatif-alternatif pertimbangan, bujukam, saran, dan lainlain. b. Arbitrator, seorang pihak ketiga dengan otoritas untuk mendikte perjanjian. Dalam hal ini, arbitase selalu menghasilkan sebuah penyelesaian. c. Konsiliator, seorang pihak ketiga yang terpercaya yang menyediakan komunikasi secara informal diantara negosiator dengan lawan. Dalam hal negosiasi, konsiliator ini juga terlibat dalam pencarian fakta, menginterpretasikan pesan, dan membujuk para pihak yang bertikai untuk mengembangkan kesepakatan.