Bab 2 Tinjauan Umum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN UMUM



2.1 Sejarah PT Jorong Barutama Greston PT Jorong Barutama Greston (PT JBG) adalah salah satu perusahaan tambang batubara yang merupakan subsidiary (site company) dari PT Indo Tambangraya Megah, Tbk (PT ITM) yang dulunya bernama Banpu Group Company. Perusahaan ini terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. PT JBG dimiliki 99,99% oleh PT Indo Tambangraya Megah, Tbk dan didirikan pada tanggal 10 Mei 1991. PT JBG memulai operasi produksi pertama kali pada tahun 1999 dengan jenis usaha di bidang pertambangan, transportasi, dan perdagangan batubara. Pada awalnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi perusahaan ini memiliki luas wilayah mencapai ± 98.000 Ha, kemudian setelah IUP eksplorasi selesai menyusut seiring dengan kebijakan Pemerintah Indonesia menjadi 11.478 Ha. Pada tahun 2014 sesuai dengan Undang-Undang Pertambangan No. 4 Tahun 2009, PT JBG telah melakukan kontrak berlisensi Perjanjian Karya Pertambangan dan Pengusahaan Batubara (PKP2B) generasi II sampai tahun 2035 dengan total wilayah konsesi seluas 9.556 Ha, kemudian kembali mengalami penyusutan sehingga sekarang menjadi ± 4.800 Ha. Status kepemilikan lahan pada PT JBG yaitu pinjam pakai kawasan hutan (Hutan Produksi/ HTI) yang diberikan oleh Departemen Kehutanan melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan Nomor: 1256/Kwl6/1999, tentang Persetujuan Pinjam Pakai Kawasan Hutan seluas 2000 Ha tanggal 1 Juni 1999 yang kemudian diperpanjang melalui SK No. 406/MenhutII/2010 seluas 1850 Ha pada tanggal 8 Juli 2010 serta Persetujuan Penggunaan Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KMBK) oleh Bupati Tanah Laut melalui SK No. 500/1338/Dishut seluas 328 Ha pada tanggal 22 November 2010. Area pinjam pakai kawasan hutan seluas 1850 Ha seluruhnya merupakan lahan milik PT Hutan Rindang Banua (sebelumnya bernama PT Menara Hutan Buana yang merupakan pengelola Hutan Produksi sebagai Hutan Tanaman Industri berupa tanaman akasia.



2-1



Untuk Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 328 Ha adalah milik perorangan yang masih berupa ilalang. Pada sebelah Utara berbatasan dengan wilayah perkebunan kelapa sawit milik PT Gawi Manunggal Kalimantan (GMK) dan hutan tanaman industri PT Hutan Rindang banua (HRB), sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Hak Guna Usaha (HGU) PT Meranti dan PT Sarana Subur Agro Indotama (SSA) untuk perkebunan kelapa sawit, sebelah Barat berbatasan dengan perusahaan kelapa sawit PT Indoraya dan wilayah Desa Batalang serta sebelah Timur berbatasan dengan PKP2B PT Arutmin Indonesia. Daerah pelabuhan, stockpile, unit pengolahan dan jalan angkut (hauling road) merupakan kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) dan Hak Guna Usaha (HGU). Daerah pelabuhan, stockpile, pabrik pengolahan, dan mess merupakan daerah izin HGU yang diapit oleh dua desa yaitu di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tungkaran Naik dan di sebelah Timur berbatasan denga Desa Sungai Danau. Untuk hauling road sepanjang 10 km merupakan area pinjam pakai dari PT Emida. 2.1.1 Data Umum Perusahaan Nama



:



PT Jorong Barutama Greston (an ITM Subsidiary)



Alamat



:



Jl. A. Yani Km. 104, Ds. Swarangan RT. 07 No. 286 Kec. Jorong, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Indonesia 70882



Telepon



:



+62 21 2932 8100 ext. 1900



Fax



:



+62 21 2932 8100 ext. 2000



E-mail



:



www.itmg.co.id



Permodalan



:



Penanaman Modal Asing



SK AMDAL



:



SK DPE No. 4673/0115/sj.r/1997/ dan Revisi SK Bapedalda Kal-Sel No. 0321 Tahun 2001, Kep. Bupati Tanah Laut No. 302 Tahun 2006



2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan a. Visi Menjadi perusahaan energi batubara terkemuka di Indonesia dengan



pertumbuhan



berkesinambungan



yang



dicapai



melalui



profesionalisme dan kepedulian terhadap karyawan, masyarakat, dan lingkungan.



2-2



b. Misi 1) Mengembangkan keunggulan pada lini operasi untuk melayani pelanggan dengan kualitas dan kuantitas produk dan jasa yang konsisten. 2) Mengembangkan karyawan yang piawai, sistem dan infrastruktur yang efisien berdasarkan budaya yang berinovasi, berintegritas, berkepedulian, dan bersinergi. 3) Berinvestasi dalam bisnis energi berbasis batubara yang secara berkesinambungan memperkuat posisi ITM. 4) Untuk mendorong dan berkontribusi bagi perkembangan masyarakat dengan bertindak sebagai warga yang baik dan berkontribusi terhadap ekonomi dan masyarakat. 2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah Secara administrasi PT Jorong Barutama Greston (PT JBG) terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi penambangan terletak di Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut. Secara geografis lokasi penambangan PT JBG terletak pada (3o45’07’’-4o00’15’’) Lintang Selatan dan (114o45’23’’-115o05’53’’) Bujur Timur. Area pelabuhan terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut. PT JBG melakukan kegiatan penambangan batubara di desa Swarangan yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.



Utara Timur Selatan Barat



: Kec. Jilatan : Kec. Asam-asam : Laut Jawa dan Desa Swarangan : Kec. Penyipatan



Secara keseluruhan areal kontrak kerja PT JBG seluas ±4800 Ha yang terletak diantara 3o45’07”-4o0’15” Lintang Selatan dan 114o46’48,57”-115o5’53” Bujur Timur. Endapan Batubara Jorong terletak pada cekungan Asam-Asam yang berlokasi di Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, ±10 Km di sebelah Tenggara Banjarmasin. Secara fisiografi lokasi tersebut berada di Tenggara kaki bukit Pegunungan Meratus.



2-3



Sumber: Peta Administrasi Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2015



Gambar 2.1 Peta Konsesi PKP2B PT Jorong Barutama Greston Untuk menuju lokasi penambangan PT JBG dari Banjarbaru dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat dengan menyusuri jalan sepanjang ±70 km ke arah Tenggara menuju Pelaihari dan Jorong. Area penambangan dapat dicapai melalui dua lokasi yaitu pertama dengan menyusuri Sungai Asam-Asam ke Timur Laut, sedangkan rute kedua yaitu rute darat Banjarmasin-Kotabaru. Adapun untuk mencapai wilayah penambangan batubara PT JBG dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor (Gambar 2.1): 1.



Dari Kota Banjarbaru ke arah Tenggara menuju Pelaihari dengan jarak ± 70 km dengan waktu ± 2,5 jam dengan kendaraan bermotor.



2-4



2.



Dari Pelaihari ke arah Tenggara menuju lokasi wilayah PKP2B PT JBG yang terletak di Kecamatan Jorong dengan jarak ± 39 km dengan waktu ± 1



3.



jam. Dari Pos I PT JBG menuju kantor induk sejauh 6 km dengan kondisi jalan angkut yang tidak beraspal dan dapat ditempuh dengan waktu ± 15 menit.



2.3 Kondisi Umum Daerah Pengamatan 2.3.1 Kondisi Geologi Regional Struktur Geologi pada tambang milik PT Jorong Barutama Greston termasuk dalam Cekungan Asam-Asam yang merupakan bagian dari Cekungan Barito. Batubara pada area penambangan PT Jorong Barutama Greston sendiri merupakan Formasi Warukin pada periode Miosen Akhir. Pada Cekungan Barito terdapat empat formasi yaitu Formasi Tanjung, Formasi Berai, Formasi Warukin, dan Formasi Dahor. a. Formasi Tanjung Merupakan formasi batuan sedimen tertua pada cekungan ini. Formasi Tanjung terbentuk pada periode Eosen. Formasi Tanjung (Tet) terdiri dari batu pasir kuarsa berbutir halus sampai kasar (50-150 cm), berstruktur sedimen perairan halus dan perlapisan silang-siur, sisipan batulempung berwarna kelabu setempat menyerpih (30-150 cm), dijumpai pada bagian atas formasi. Sisipan batubara berwarna hitam, mengkilat, pejal, dijumpai pada bagian bawah formasi dengan tebal lapisan 50-150 cm. pada formasi ini dijumpai lensa batugamping warna kelabu kecoklatan, mengandung kepingan moluska, echinoid, dan foraminifera



diantaranya



Nummulites



javanus



(Verbeek)



dan



Heterostegina sp., juga foraminifera kecil bentos dari keluarga Milliolidae yang menunjukkan umur Eosen, terendapkan di lingkungan paralasneritik. Ketebalan formasi kurang lebih 750 m. b. Formasi Berai (Tomb) Formasi ini berada di atas Formasi Tanjung. Pada formasi ini tidak terdapat lapisan batubara. Formasi Berai terbentuk pada periode Oligosen hingga Miosen awal. Formasi ini tersusun atas batugamping berwarna putih kelabu, berlapis baik dengan ketebalan 20 sampai 200 meter. Pada formasi ini kaya akan koral, foraminifera dan ganggang, terdapat sisipan napal berwarna kelabu muda padat (10-15 cm), mengandung foraminifera plankton dan batulempung berwarna kelabu dengan ketebalan 25 sampai 75 cm. 2-5



Kumpulan foraminifera besar yang terdapat dalam batugamping pada



formasi



ini



antara



lain



Nummulites



fichteli



(Michelotti),



Heterostegina sp., Quinquiloculina sp., Lepidocyclina (Eulepidina) sp., Cycloclypeus sp., Gypsina sp., Echinoid dan Rotalia sp., yang menunjukkan umur Oligosen Awal-Miosen Awal. Kumpulan foraminifera plankton yang terdapat dalam napal dan batulempung yaitu antara lain Globorotalia opima (Bolli), Globigerina ouchitaensis (Bolli), Globigerinita unicava (Bolli, Loeblich dan Tappan), lobigerinoides quadrilobatus (Banner dan Blow), serta Cassigerinella chipolensis (Crushman dan Ponton) yang



menunjukkan umur nisbi Oligosen. Lingkungan



pengendapan formasi ini diperkirakan adalah lingkungan neritik dan ketebalan formasi ini kurang lebih 1000 meter. c. Formasi Warukin (Tmw) Formasi ini berada di atas Formasi Berai. Formasi ini diendapkan secara selaras dan terdiri dari selingan batu pasir kuarsa halus dengan batu konglomerat kasar dengan ketebalan 5-30 cm dan batulempung dengan ketebalan 3-100 cm, serta batubara dengan ketebalan 20-50 cm yang terendapkan pada lingkungan paralik dengan ketebalan total diperkirakan 1250 m. Fosil foraminifera yang terkandung dalam batu lempung pasiran antara lain Ammonia indica (Le Roy), Cellanthus sp., Amphistegnia sp., Florius sp., Lepidocyclina sp., Austrotrillina howchini (Schlumberger). d. Formasi Dahor (TQd) Formasi ini berada pada bagian atas Formasi Warukin. Formasi ini tersusun atas batupasir kuarsa kurang padu, konglomerat dan Batu lempung lunak, dengan sisipan lignit (5-10 cm), kaolin (30-100 cm), dan limonit. Formasi ini terendapkan dalam lingkungan paralas dengan tebal formasi diperkirakan 250 m. Formasi ini diperkirakan terbentuk pada periode Pliosen hingga Plistosen.



2-6



Sumber : Departemen Geologi, PT Jorong Barutama Greston



Gambar 2.2 Korelasi Satuan Batuan 2.3.2 Kondisi Stratigrafi Regional Di daerah perjanjian PT Jorong barutama Greston batuan tertua yang tersingkap termasuk di dalam Formasi Pudak (batuan tersier) yang terdiri dari batuan lava perselang-selingan konglomerat/vulkanik klastik, batu pasir dan batugamping, basal, batuan malihan dan ultrabasa. Batuan ini 2-7



tersebar di daerah bagian Utara berbatasan dengan Pegunungan Meratus dan diperkirakan berumur Kapur Akhir. Sedangkan batuan termuda adalah endapan aluvial yang umumnya ditemukan sekitar daerah aliran Sungai Asam-Asam, Nahiya dan Katal-Katal sedangkan batuan yang terdapat pada daerah ini adalah batuan Pra-Tersier dan batuan sedimen. a. Batuan Pra-Tersier Batuan Pra-Tersier yang terdapat didaerah cekungan Kutai, Pasir Asam-Asam membentuk batuan alas cekungan. Batuannya terdiri dari batuan lava vulkanik, ultrabasa, gabro, andesit, rhyolit, malihan, metasedimen dan dikenal dengan Formasi Pudak. b. Batuan Sedimen Tersier Pengendapan batuan sedimen di daerah cekungan tersier AsamAsam dimulai dengan pembentukan batuan sedimen Formasi Tanjung (Tet) yang diendapkan pada kala Eosen secara tidak selaras di atas batuan dasar Pra-Tersier. Formasi Tanjung ini merupakan Formasi pembawa batubara Eosen pada Cekungan Tersier Kalimantan pada bagian Selatan-Timur. Di atas Formasi Tanjung ini, pada kala OligosenMiosen awal terjadi genang laut (trangresi) dan diendapakan secara selaras Formasi Berai (Tomb) dengan ciri khas batuan utamanya disusun oleh batugamping kaya fosil foraminifera dan koral. Selanjutnya pada kala Miosen Tengah-Akhir berlangsung penurunan muka laut (regresi) secara berangsur-angsur bersamaan dengan ini maka diendapkan batuan sedimen Formasi Warukin (Tmw) yang merupakan Formasi pembawa batubara Miosen. Pada kala Miosen akhir terjadi kegiatan tektonik terakhir yang menyebabkan tergerusnya batuan sedimen yang telah diendapkan,



kemudian



pada kala Pliosen



diendapkan batuan sedimen dari Formasi Dahor (Tqd) secara tidak selaras diatas Formasi Warukin. c. Batuan Sedimen Kuarter Pengendapan batuan sedimen Formasi Dahor masih berlanjut sampai kala Pleistosen. Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa kurang kompak, konglomerat dan batulempung lunak dengan sisipan lignit. Sedimen Alluvium (Qa) yang terdiri dari kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur merupakan endapan sedimen termuda yang menutupi



2-8



sedimen batuan berumur lebih tua secara tidak selaras di daerah cekungan. 2.3.3 Stratigrafi Daerah Pengamatan Formasi pembawa batubara di wilayah perjanjian terdapat pada Formasi Tanjung berumur Eosen dan Formasi Warukin berumur Miosen (Gambar 2.3). Batubara Eosen Formasi Tanjung terdapat dalam satuan litologi/strata pembawa batubara (coal-bearing strata) berupa batupasir dengan perselang-selingan batupasir-lanauan dan batulempung. Batubara Eosen ini tersingkap dan tersebar di daerah bagian Utara wilayah perjanjian yaitu disekitar Blok Logkota dan terdiri dari lebih 7 (tujuh) lapisan dengan ketebalan sangat bervariasi antara 0,20 – 3,50 m. Ciri khas dari batubara ini adalah cukup keras, hitam mengkilap dengan kilap terang sampai agak kusam (bright to dull bands). Starata pembawa batubara Miosen di wilayah perjanjian adalah satuan batu lempung dan batupasir dengan selang-seling perlapisan tipis sampai sedang batulanau dan batulempung. Satuan batu ini merupakan anggota dari Formasi Warukin. Batubara Miosen ini tersingkap di daerah bagian tengah wilayah perjanjian terutama di daerah Blok Timur dan Barat tersebar luas memanjang dari batas bagian Timur sampai batas bagian Barat wilayah perjanjian. Batubara Miosen dikelompokkan menjadi dua yaitu batubara Miosen Bawah dan batubara Miosen Atas. Batubara Miosen Bawah terdiri dari 7 (tujuh) lapisan dengan ketebalan berkisar 1,0-2,1 m dengan ciri khas batubara berwarna hitam, kilap sedang dengan kilap kusam, keras sampai agak getas, mengandung sedikit pirit yang mengisi retakan. Batubara Miosen Atas terdiri dari 10 (sepuluh) lapisan batubara utama dengan ketebalan 1-34 m dan beberapa lapisan batubara minor ketebalan 0,1-2 m. Batubara ini memiliki ciri khas warna hitam keabu-abuan sampai kecoklatan, kusam sampai agak mengkilap, keras-getas dan mengandung sedikit pirit dan resin. Batubara Miosen Atas ini dibagi menjadi batubara MZone dan U-Zone. Batubara M-Zone terdiri dari 5 (lima) lapisan batubara utama mulai dari lapisan paling bawah (tua) sampai teratas (muda); M1 (splitting: M1 dan M1U), M2, M3 (M3 dan M3U), M4 (splitting: M4L1, M4L2 dan M4U) dan M5 (splitting: M5L, M5 dan M5U) dengan ketebalan 0,66-34 m dan lapisan pengotor (clayband) pada lapisan batubara utama lebih kecil dari 0,30 m. Batubara U-Zone terdiri dari 5 (lima) lapisan batubara utama mulai 2-9



dari lapisan paling bawah (tua) sampai teratas (muda); U1, U2, U3 (splitting; U3L dan U3-3, U3-2, U3-1, U4 dan U5 dengan ketebalan 1-25 m. 2.3.4 Morfologi Daerah Pengamatan Morfologi



daerah



perjanjian



PT



Jorong



Barutama



Greston



berdasarkan kenampakan bentang alam yang terdapat pada daerah ini terdiri dari tiga satuan geomorfologi, yaitu satuan morfologi aluvial, satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang dan satuan geomorfologi perbukitan bergelombang kuat. Ada 3 satuan geomorfologi yang terdapat di daerah penelitian yaitu: a. Satuan morfologi dataran aluvial menempati areal sekitar 10% dari wilayah perjanjian yang umunya terdapat di sekitar dataran aliran sungai di bagian Timur, Barat dan Tengah dengan kemiringan lereng ≤ dari 8% dan ketinggian topografi 10 – 30 m (dpl). b. Satuan morfologi perbukitan bergelombang sedang menempati areal sekitar 70% wilayah perjanjian. Satuan morfologi ini terdapat di daerah bagian Timur, Tengah, Barat dan Selatan wilayah perjanjian dengan kemiringan lereng sekitar 8% – 16% dan ketinggian topografi 20 – 30 m (dpl). c. Satuan morfologi perbukitan bergelombang kuat menempati areal sekitar 20% wilayah perjanjian yang terdapat di sekitar bagian Utara wilayah perjanjian dengan kemiringan lereng lebih besar dari 16% dan ketinggian topografi 50 – 150 m (dpl).



2-10



Sumber : PT Jorong Barutama Greston



Gambar 2.3 Stratigrafi Batubara PT Jorong Barutama Greston



2.3.5 Kondisi Klimatologi



2-11



Curah hujan memberikan kontribusi yang paling besar pada input air di dalam pit lake. Curah hujan di lokasi penambangan PT JBG dipengaruhi oleh kondisi klimatologi wilayah tersebut. Dari kondisi iklim yang ada, iklim di wilayah penambangan seperti halnya iklim di Indonesia pada umumnya adalah iklim tropis dimana hanya terjadi dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau terjadi antar bulan Juli-Oktober dengan curah hujan per bulan kurang dari 200 mm dan jumlah hari hujan kurang dari 10 hari. Sedangkan musim hujan terjadi pada Bulan NovemberFebruari dengan curah hujan per bulan lebih dari 400 mm/bulan dan jumlah hari hujan adalah 12-14 hari. Dengan adanya fenomena tersebut, sebagian besar pit lake di Indonesia komposisi utamanya diisi oleh air hujan karena curah hujan ratarata di Indonesia yang cukup besar yaitu sekitar 2000-3000 mm/tahun. PT Jorong Barutama Greston juga memantau curah hujan di sekitar lokasi penambangan dengan membuat alat penangkap hujan.



Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017



Gambar 2.4 Alat Penangkap dan Pengukur Curah Hujan Rata-rata curah hujan tahunan di PT Jorong Barutama Greston selama periode tahun 2006-2015 adalah sebesar ± 2.500 mm/tahun (Lampiran A).



2-12



2-13