BAB 9 Biaya Bahan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

9



Biaya Bahan



Kegiatan utama perusahaan manufaktur adalah mengubah bahan menjadi produk jadi melalui proses produksi. Sebagai aset perusahaan, bahan untuk produksi harus dikelola atau dikendalikan dengan baik supaya perusahaan terhindar dari risiko yang merugikan. Bab ini membahas bahan, risiko bahan dan pengendaliannya, serta akuntansi untuk bahan.



BAHAN Pada perusahaan manufaktur, bahan yang digunakan untuk produksi dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu bahan baku (bahan langsung) dan bahan penolong pabrik (bahan tidak langsung). Bahan baku adalah bahan yang menjadi bagian produk jadi dan diidentifikasi ke produk jadi. Contoh bahan baku adalah tanah pada perusahaan pembuat bata, karet pada perusahaan pembuat sepatu olahraga, kerta dan tinta pada perusahaan percetakan, dan kayu pada perusahaan pembuat mebel. Bahan penolong adalah bahan yan tidak dapat diidentifikasi ke produk atau bahan yang nilainya relative tidak signifikan dibandingkan dengan nilai produk jadi. Contoh bahan penolong adalah lem dan benang pada perusahaan percetakan , kertas amplas dan paku pada perusahaan pembuat mebel. Perusahaan dapat memperoleh bahan untuk produksi dengan cara mengolah sendiri atau membeli dari perusahaan lain. Pada perusahaan penghasil kertas, bahan baku kertas pulp (bubur kertas) dapatdiperoleh dengan cara mengolah sendiri (melalui prosesproduksi) atau dibeli dari perusahaan ain, dari dalam negeri maupun luar negeri.



RISIKO DAN PENGENDALIAN BAHAN Bahan baku dan penolong pabrik harus dikelola sedemikian rupa supaya perusahaan terhindar dari kerugian. Kesalahan dalam mengelola bahan akan merugikan perusahaan. Peraga 9.1 memuat beberapa contoh kesalahan dalam pengelolaan bahan dan risiko yang ditimbulkannya.



PERAGA 9.1 Kesalahan Pengelolaan Bahan dan Risikonya No.



Kesalahan



1.



Terlambat memesan bahan.



2.



Memesan bahan dalam jumlah (unit) terlalu banyak. Memesan bahan berkualitas rendah. Terlalu tinggi mencatat harga bahan yang dipesan.



3. 4.



5. 6. 7.



Salah mencatat dan membukukan pembelian dan pembayaran. Memesan bahan kepada pemasok yang tidak tepat. Menyimpan bahan pada tempat yang tidak semestinya.



Risiko yang Ditimbulkan Perusahaan akan mengalami kekurangan bahan, proses produksi terganggu, pemenuhan pesanan kepada pemesan akan terganggu, dan kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan. Biaya simpan terlalu besar dan laba berkurang. Proses produksi menjadi tidak efisien. Perusahaan akan membayar bahan terlalu tinggi (kehilangan kas), catatan persediaan bahan tidak akurat, laporan keuangan tidak akurat. Laporan keuangan tidak akurat, pengambilan keputusan akan keliru. Bahan yang diterima tidak terjamin kualitasnya. Rawan terhadap pencurian dan peyalahgunaan bahan.



Untuk menghindari berbagai kemungkinan yang merugikan perusahaan, di dalam perusahaan perlu diterapkan sistem pengendalian (lazim disebut sistem pengendalian intern) terhadap bahan. Sistem pengendalian intern terhadap bahan mencakup semua prosedur untuk mengamankan kuantitas dan nilai rupiah bahan. Pengendalian ini dimulai sejak disetujuinya anggaran penjualan dan produksi sampai dengan produk selesai diproses dan siap dikirim ke pemesan atau gudang. Meskipun pengendalian intern harus dirancang sesuai kebutuhan perusahaan, namun prinsip dasar pengendalian intern antara satu perusahaan dan perusahaan lainnya adalah sama, yaitu adanya pemisahan fungsi (taggung jawab) untuk mencegah kemungkinan penyalahgunaan kekayaan perusahaan. Untuk maksud tersebut, fungsi pelaksanaan transaksi, pencatatan transaksi, dan penyimpanan kekayaan perusahaan dari hasil transaksi



sebaiknya terpisah satu dengan yang lain. Tidak satu orangpun (bagian) di dalam perusahaan diperbolehkan melaksanakan transaksi secara utuh. Dalam pengendalian bahan, fungsi yang sebaiknya dipisah satu dengan yang lain adalah fungsi pembelian, penerimaan, penyimpanan, penggunaan, dan pencatatan bahan. Pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut umumnya melibatkan beberapa bagian, misalnya Bagian Pembelian, Bagian Penerimaan, Bagian Gudang, dan Bagian Akuntansi. Bagianbagian yang terlibat dalam pengendalian bahan antara satu perusahaan dan perusahaa lain dapat berbeda karena sangat tergantung pada keadaan dan kebutuhan setiap perusahaan. Meski pemisahan fungsi sebagaimana telah dikemukakan tidak menjamin perusahaan bebas dari penyalahgunaan bahan—karena kemungkinan adanya kolusi antarbagian— namun adanya pemisahan fungsi akan membatasi kesempatan karyawan secara individual untuk menyelewengkan bahan. Adanya pemisahan fungsi dapat menciptakan pengecekan internal antarbagian di dalam perusahaan. Prosedur untuk mengamankan bahan dalam sistem pengendalian bahan secara garis besar mencakup prosedur pembelian bahan dan prosedur penggunaan bahan. Berikut ini uraian masing-masing prosedur tersebut.



A.



PROSEDU PEMBELIAN BAHAN



Prosedur pembelian bahan mencakup beberapa tahap kegiatan, yaitu permintaan pembelian, pembelian bahan, penerimaan bahan, persetujuan faktur dari pemasok, dan pembayaran kepada pemasok. Peraga 9.2 menggambarkan salah satu contoh prosedur pembelian bahan yang melibatkan beberapa bagian dan kegiatannya. Permintaan Pembelian. Untuk jenis bahan yang disimpan di gudang, permintaan pembelian bahan dilakukan oleh Bagian Gudang pada saat jumlah bahan di gudang menunjukkan batas minimum. Permintaan pembelian dapat juga dilakukan oleh Bagian Produksi jika Bagan Produksi memerlukan bahan yang segera digunakan untuk proses produksi dan bahan tersebut tidak ada di gudang. Permintaan pembelian yang dilakukan oleh Bagian Gudang atau Bagian Produksi dimaksudkan agar kuantitas, kualitas, dan jenis bahan yang dibeli sesuai dengan kebutuhan. Permintaan pembelian dlakukan dengan cara mengisi formulir permintaan pembelian. Informasi yang tercakup di dalam formulir permintaan pembelian di antaranya adalah jenis dan kuantitas bahan. Jika permintaan pembelian dilakukan untuk produksi pada tanggal tertentu, tanggal penggunaan bahan harus dicantumkan dalam formulir permintaan pembelian. Hal tersebut dimaksudkan supaya kedatangan bahan dari pemasok tepat pada saat bahan tersebut digunakan. Lembar asli formulir permintaan pembelian yang telah ditandatangani oleh Kepala bagian Gudang atau Bagian Produksi selanjutnya dikirim ke Bagian Pembelian sebagai perintah pembelian bahan dan lembar tembusannya diarsip.



Pembelian Bahan. Pembelian bahan dilakukan oleh Bagian Pembelian berdasarkan formulir permintaan pembelian. Hal ini dimaksudkan agar dalam transaksi pembelian bahan tidak terjadi kolusi (baik harga maupun kuantitas) antara Bagian Gudang atau Bagian Produksi dan pemasok bahan. Jika pembelian dilakukan oleh Bagian Gudang atau Bagian Produksi, ada peluang bagi bagian-bagian tersebut untuk meminta komisi dari pemasok bahan. Pembelian bahan dilakukan dengan menggunakan surat order pembelian. Surat order pembelian dibuat berdasarkan formulir permintaan pembelian. Hal ini untuk memastikan bahan-bahan yang dibeli oleh bagian pembelian sesuai dengan yang dibutuhkan oleh bagian gudang atau bagian produksi.



PERAGA 9.2 Prosedur Pembelian Bahan PERMINTAAN PEMBELIAN PEMASOK



BAGIAN PEMBELIAN



 Mengembalikan tembusan order pembelian ke Bagian Pembelian  Mengirim bahan  Mengirim faktur



3



Menerbitkan order pembelian untuk Pemasok, Bagian Akuntansi, Bagian Penerimaan, Bagian Gudang, dan Pencatatan Persediaan



2



BAGIAN AKUNTANSI



4 2 2



4



BAGIAN PENERIMAAN



5



Menerima bahan dan menerbitkan laporan penerimaan untuk Bagian Pembelian, Bagian Gudang, dan Bagian Akuntansi



2



5



 Memverifikasi faktur, laporan penerimaan, dan order pembelian untuk persetujuan faktur dari pemasok  Menyiapkan kupon pembayaran dan mengirimkannya ke Bagian Pembayaran dan Pencatatan Persediaan



6 BAGIAN PEMBAYARAN



6



Melakukan pembayaran 2



5



BAGIAN PERSEDIAAN



BAGIAN GUDANG Menyimpan bahan pada tempat yang semestinya



Mencatat kuantitas dan nilai rupiah yang



Keterangan: Nomor menunjukkan urutan kegiatan. Surat order pembelian memuat informasi mengenai deskripsi bahan yang diinginkan, kuantitas, harga, jangka waktu pembayaran, dan perintah pengiriman. Lembar asli dan satu lembar tembusan dikirim ke pemasok. Jika order pembelian disetujui oleh pemasok maka pemasok akan mengirim kembali lembar tembusan order pembelian ke Bagian Pembelian. Selain kepada pemasok, lembar tembusan yang lainnya dikirim ke bagian-bagian berikut ini. 1. Bagian Penerimaan. Surat order pembelian yang dikirm ke bagian ini berfungsi sebagai pemberitahuan adanya order bahan dan perintah untuk melaksanakan kegiatan penerimaan pada saat bahan telah dikirim oleh pemasok. 2. Bagian Gudang (yang meminta pembelian bahan). Surat order pembelian yang dikirm ke bagian ini berfungsi sebagai pemberitahuan tentang adanya order bahan yang diminta oleh Bagian Gudang. 3. Bagian Akuntansi. Surat order pembelian yang dikirm ke bagian ini berfungsi sebagai salah satu dasar untuk menyetujui faktur dari pemasok. 4. Pencatat Persediaan. Surat order pembelian berfungsi sebagai salah satu dasar dalam mencatat kuantitas bahan yang dibeli. Penerimaan Bahan. Bahan yang dipesan diterima oleh Bagian Penerimaan, sehingga terjadi pengecekan internal antara Bagian Penerimaan dan Bagian Pembelian. Kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Penerimaan sangat bermanfaat untuk memastikan kuantitas dan kualitas bahan yang diterima sesuai dengan yang dipesan (dibeli). Secara menyeluruh kegiatan Bagian Penerimaan meliputi hal-hal berikut ini. 1. Menerima bahan. 2. Mengecek kesesuaian antara kuantitas dan kualitas bahan yang diterima dengan catatan pada dokumen pengiriman bahan (packing list) dari pemasok. 3. Mencocokkan antara bahan yang ditermia dan spesifikasi yang telah ditentukan pada order pembelian. 4. Membuat laporan penerimaan bahan dan mendistribusikannya ke bagian-bagian berikut ini. a. Bagian Pembelian. Laporan yang disampaikan ke bagian ini berfungsi sebagai pemberitahuan telah diterimanya bahan yang dipesan. b. Bagian Akuntansi. Laporan yang disampaikan ke bagian ini berfungsi sebagai dasar persetujuan faktur dari pemasok. c. Bagian Gudang. Laporan yang disampaikan ke bagian ini berfungsi sebagai dokumen yang menyertai bahan yang diterima untuk disimpan di gudang. Penyimpanan Bahan. Setelah bahan diterima oleh Bagian Penerimaan, bahan dan tembusan laporan penerimaan dikirim ke Bagian Gudang. Bahan kemudian disimpan pada tempat yang sesuai. Oleh Bagian Gudang, laporan penerimaan akan digunakan untuk mencatat pada kartu gudang. Bagian Gudang bertanggung jawab terhadap keutuhan bahan sampai dengan bahan diminta untuk produksi. Persetujuan Faktur Pemasok. Persetujuan faktur dari pemasok dilakukan oleh Bagian Akuntansi-pada beberapa perusahaan dilakukan oleh Bagian Utang-setelah dilakukan pencocokan antara data pada order pembeliaan, laporan penerimaan, dan faktur. Persetujuan faktur pemasok merupakan kegiatan penting untuk memastikan pembayaran kepada pemasok dilakukan sesuai harga bahan yang diterima dan dipesan. Faktur yang telah disetujui akan digunakan sebagai dasar pembuatan voucher (bukti utang). Selanjutnya, data dalam voucher akan dijurnal dan diposting ke akun kontrol. Jika



digunakan buku pembantu utang, data dalam voucher juga akan diposting ke buku pembantu utang.



B.



PROSEDUR PENGGUNAAN BAHAN



Penggunaan bahan oleh bagian atau departemen tertentu dilakukan dengan cara mengisi formulir (bon) permintaan bahan yang disampaikan kepada Bagian Gudang. Formulir permintaan bahan berisi informasi tentang nomor pesanan dan departemen atau bagian yang memerlukan, jenis, dan kuantitas bahan yang diminta. Peraga 9.3 menggambarkan salah satu contoh prosedur penggunaan bahan yang melibatkan beberapa bagian dan kegiatannya.



PERAGA 9.3 Prosedur Penggunaan Bahan BAGIAN PRODUKSI Mengisi formulir permintaan bahan dan menyerahkan ke Bagian Gudang



BAGIAN GUDANG  Melengkapi formulir permintaan bahan dengan mengisi kuantitas bahan yang dikeluarkan dari gudang  Mendistribusikan formulir permintaan bahan ke Bagian Akuntansi dan Pencatatan Persediaan



BAGIAN AKUNTANSI



BAGIAN AKUNTANSI



Mencatat penggunaan bahan ke dalam jurnal



Mencatat kuantitas dan nilai rupiah bahan yang digunakan



Setelah menerima formulir permintaan bahan, Bagian Gudang melengkapi formulir tersebut dengan mengisi kuantitas bahan yang sesungguhnya dikeluarkan untuk produksi. Formulir yang telah dilengkapi oleh Bagian Gudang selanjutnya dikirim ke Bagian Akuntansi sebagai dasar penjurnalan dan pencatat persediaan sebagai dasar pencatatan kuantitas dan nilai bahan yang digunakan.



AKUNTANSI BAHAN Akuntansi bahan menyangkut penggunaan akun untuk mencatat pembelian dan penggunaan bahan. Selain itu, akuntansi bahan juga menyangkut penentuan biaya bahan yang dibeli dan biaya bahan yang digunakan. Terdapat dua sistem untuk mecatat pembelian dan penggunaan bahan, yaitu sisten periodik (sistem fisik) dan sistem perpetual. Berikut ini uraian masingmasing sistem tersebut. A.



SISTEM PERIODIK



Pada sistem periodik, pembelian bahan dicatat pada akun Pembelian. Mutasi bahan tidak dicatat pada pembukuan perusahaan sehingga biaya bahan yang digunakan tidak dapat diketahui sewaktu-waktu. Biaya bahan yang digunakan untuk produksi dihitung setelah perusahaan melakukan perhitungan fisik terhadap bahan yang belum digunakan. Perhitungan fisik umumnya dilakukan pada akhir periode akuntansi. Formula penentuan biaya bahan yang digunakan untuk produksi adalah sebagai berikut. Persediaan bahan awal periode (+) Pembelian bahan satu periode Bahan tersedia untuk digunakan (-) Persediaan bahan akhir periode (berdasarkan hasil perhitungan fisik) Biaya bahan yang digunakan



B.



RpXXX RpXXX RpXXX (RpXXX) RpXXX



SISTEM PERPETUAL



Pada sistem perpetual, mutasi bahan (pembelian dan penggunaan) secara terusmenerus dicatat pada pembukuan perusahaan. Pembelian bahan dicatat dengan mendebit akun Bahan. Penggunaan bahan dikredit ke akun Bahan. Akun Bahan merupakan akun kontrol. Untuk mencatat secara rinci setiap pembelian dan penggunaan bahan, dibuat kartu persediaan untuk setiap jenis bahan. Kartu persediaan ini sekaligus berfungsi sebagai buku pembantu akun kontrol persediaan. Pada sistem perpetual akun kontrol yang terpengaruh oleh transaksi pembelian dan penggunaan bahan tampak pada Peraga 9.4 (diasumsikan perusahaan menggunakan akun terpisah untuk bahan baku dan bahan penolong).



PERAGA 9.4 Akun Kontrol yang Terpengaruh oleh Transaksi Pembelian Bahan Transaksi Pembelian bahan baku untuk stok. Pembelian bahan baku untuk pesanan atau departemen produksi tertentu Penggunaan bahan baku untuk pesanan atau departemen produksi tertentu dari stok Pembelian bahan penolong untuk stok Pembelian bahan penolong untuk pesanan atau departemen produksi tertentu Penggunaan bahan penolong untuk pesanan atau departemen produksi tertentu Penggunaan bahan penolong untuk departemen pemasaran dan administrasi dan umum



Akun Kontrol Debit Kredit Bahan Baku Utang Dagang Barang Dalam Proses Utang Dagang Barang Dalam Proses



Bahan Baku



Bahan Penolong



Utang Dagang



Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya



Utang Dagang



Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya



Bahan Penolong



Biaya Pemasaran Biaya Administrasi dan Umum



Bahan Penolong



Tidak ada ketentuan yang mengharuskan suatu perusahaan untuk menggunakan sistem periodik atau system perpetual. Penggunaan salah satu sistem tersebut sangat dipengaruhi oleh kebutuhan perusahaan. Beberapa faktor yang biasanya dipertimbangkan dalam memilih sistem adalah manfaat sistem, biaya penyelenggaraan system, nilai bahan bahan, dan kuantitas bahan. Perusahaan batako lebih cocok menggunakan sistem periodic karena nilai persedian per unit relatif rendah dan jumlah unitnya banyak. Sebaliknya, perusahaan emas, mobil, dan komputer menggunakan sistem perpetual karena nilai persedian per unit nya relatif tinggi dan jumlah unitnya sedikit. Dipandang dari sisi kebutuhan informasi, sistem perpetual dapat menghasilkan informasi yang lebih baik dibanding sistem periodik. Melalui kartu persediaan manajemen dapat mengetahui biaya bahan dibeli, biaya bahan digunakan, dan persedian bahan setiap saat diperlukan sehingga manajemen akan terbantu dalam melakukan aktivitas perencanaan dan pengendalian. Pada uraian selanjutnya, pembahasan akan didasarkan pada sistem perpetual.



PENENTUAN HARGA PEROLEH BAHAN Harga peroleh bahan meliputi semua pengeluaran (pengorbanan ekonomis) –kas dan/atau nonkas-yang terjadi untuk memperoleh bahan sampai dengan bahan tersebut siap digunakan. Atas dasar pengertian tersebut, harga peroleh bahan mencakup (1) harga beli yang tercantum dalam faktur dari pemasok dan (2) pengeluaran lain yang terjadi untuk



membeli bahan sampai bahan siap untuk diproduksi. Beberapa contoh pengeluaran lain yang berkaitan dengan pembelian bahan adalah biaya angkut dan biaya untuk melaksanakan kegiatan pembelian bahan.



CONTOH 9-1: Jurnal Pembelian Bahan Perusahaan omega membeli bahan baku dan bahan penolong masing-masing seharga Rp. 1.000.000 dan Rp. 500.000. Jika perusahaan menggunakan akun terpisah untuk bahan baku dan bahan penolong maka jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut. Bahan Baku



Rp. 1.000.000



Bahan Penolong



Rp. 500.000



Utang Dagang



Rp. 1.500.000



Hal lain yang harus diperhatikan dalam mencatat pembelian bahan adalah masalah potongan tunai, biaya angku, dan biaya aktivitas pengadaan bahan. Berikut ini uraian masing-masing masalah tersebut. Potongan Tunai. Potongan tunai dapat diberikan oleh pemasok kepada pembeli yang membayar sesuai jangka waktu yang ditetapkan pemasok. Dalam praktik bisnis di Amerika, potongan tunai umumnya dinyatakan dalam termin misalnya 2/10, n/30. Termin tersebut menunjukkan pembeli akan mendapat potongan tunai sebesar 2% dari harga bahan yang dibeli jika membayar dalam jangka waktu 10 hari sejak tanggal transaksi dan batas pembayaran terakhir adalah 30 hari sejak tanggal transaksi. Potongan tunai mengurangi jumlah rupiah pengeluaran untuk memperoleh bahan sehingga diperlakukan sebagai pengurang harga perolehan bahan. Terdapat dua metode untuk mencatat pembelian bahan yang disertai dengan termin potongan tunai, yaitu metode bruto dan metode neto. Pada metode bruto, bahan yang dibeli dicatat sesuai harga brutonya, yaitu harga beli bahan sebelum potongan. Metode ini menggunakan asumsi pembeli tidak akan memanfaatkan potongan tunai yang ditawarkan penjual. Sebaliknya, pada metode neto, bahan yang dibeli dicatat sesuai harga netonya, yaitu harga beli bahansetelah dikurangi potongan. Metode ini menggunakan asumsi pembeli bersifat rasional yang akan memanfaatkan potongan tunai.



Contoh 9-2: Jurnal Pembelian Bahan dengan Metode Bruto dan Neto Tanggal 20 Januari 2011, perusahaan Omega membeli bahan seharga Rp. 1.000.000 dengan termin 2/10, n/30. Tanggal 25 Januari 2011, perusahaan melakukan pelunasan. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut. Perusahaan menggunakan metode bruto 20 Januari 2011



Bahan Utang Dagang



Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000



20 Januari 2011



Utang Dagang



Rp. 1.000.000



Bahan



Rp. 20.000



Kas



Rp. 980.000



Perusahaan mengunakan metode neto 20 Januari 2011



Bahan



Rp. 980.000



Utang Dagang 20 Januari 2011



Rp. 980.000



Utang Dagang



Rp. 980.000



Bahan



Rp. 980.000



Biaya Angkat Pembelian. Perjanjian jual beli bahan umumnya memuat ketentuan tentang pihak yang harus membayar biaya angkut bahan. Dalam praktik bisnis, ketentuan tentang pihak yang harus membayar biaya angkut dinyatakan dalam istilah FOB (fee on board) shipping point dan FOB destination. FOB shipping point artinya penjual hanya bertanggung jawab sampai dengan bahan dinaikkan ke alat pengangkut sehingga pembeli yang harus menanggung biaya angkut. Sebaliknya, FOB destination berarti penjual bertanggung jawab sampai bahan diangkut ke gudang pembeli sehingga pembeli terbebas dari biaya angkut. Di Indonesia, ketentuan tentang siapa yang harus membayar biaya angkut sering digunakan istilah franco gudang penjual untuk menggantikan FOB shipping point dan franco gudang pembeli untuk menggantikan FOB destination. Apabila biaya angkut dibayar oleh pembeli, berarti pengorbanan ekonomis pembeli untuk memperoleh bahan menjadi bertambah. Oleh karena itu, biaya angkut yang dibayar oleh pembeli merupakan komponen harga perolehan bahan.



Contoh 9-3: Jurnal Pembelian Bahan dengan Biaya Angkut Dibayar oleh Pembeli Tanggal 30 Januari 2011, perusahaan Omega membeli bahan seharga Rp. 500.000 secara tunai. Biaya angkut yang dibayar oleh perusahaan Omega untuk mengangkut bahan sampai ke gudang adalah Rp. 50.000. Jurnal untuk mencatat pembelian bahan tersebut adalah sebagai berikut. Bahan



Rp. 550.000



Kas



Rp. 550.000



Apabila bahan tersebut dibeli secara kredit, jurnal untuk mencatat pembelian bahan adalah sebagai berikut. Bahan



Rp. 550.000



Utang Dagang



Rp. 500.000



Kas



Rp. 50.000



Sering kali, perusahaan mengangkut beberapa jenis bahan dalam sekali angkut (dengan menggunakan satu kendaraan angkutan). Jika terjadi biaya angkut untuk beberapa jenis bahan yang dibeli maka biaya angkut harus dialokasi ke setiap jenis bahan. Alokasi dilakukan supaya biaya per unit setiap jenis bahan dapat ditentukan secara tepat.



Contoh 9-4: Alokasi Biaya Angkut Tahun 2011, perusahaan Omega membeli bahan berupa kertas secara kredit dengan rincian sebagai berikut. Jenis Bahan Kertas HVS 60 gram Kertas HVS 70 gram Kertas HVS 80 gram



Jumlah Rim 500 rim 200 rim 300 rim 1.000 rim



Harga Per Rim Rp7.000 Rp.8.500 Rp10.000



Total Harga Rp3.500.000 Rp1.700.000 Rp3.000.000 Rp8.200.000



Perusahaan Omega mengeluarkan kas sebesar Rp1.000.000 untuk mengangkut semua bahan yang dibeli. Berdasarkan data tersebut, alokasi biaya angkut sebesar Rp1.000.000 ke setiap jenis bahan dapat dilakukan dengan salah satu pendekatan berikut ini. Biaya angkut dialokasi secara proporsional atas dasar untuk dibeli. Pada pendekatan ini, alokasi biaya angkut ke setiap jenis bahan dilakukan sebagai berikut. Jenis Bahan Kertas HVS 60 gram Kertas HVS 70 gram Kertas HVS 80 gram



Rim Dibeli 500 rim



500 rim/1.000 rim x Rp1.000.000



Hasil Alokasi Rp500.000



200 rim



200 rim/1.000 rim x Rp1.000.000



Rp200.000



300 rim



300 rim/1.000 rim x Rp1.000.000



Rp300.000



1.000 rim



Alokasi Biaya Angkut



Rp1.000.000



Atas dasar alokasi biaya angkut tersebut, biaya per rim setiap jenis bahan yang dibeli dihitung sebagai berikut. Kertas HVS 60 gram =



(Rp3.500.000 + Rp500.000)/500 rim =



Rp8.000



Kertas HVS 70 gram =



(Rp1.700.000 + Rp200.000)/200 rim =



Rp9.500



Kertas HVS 80 gram = (Rp3.000.000 + Rp300.000)/300 rim = Rp11.000



Jurnal untuk mencatat pembelian bahan dan biaya angkut terjadi adalah sebagai berikut. Bahan



Rp9.200.000



Utang Dagang



Rp8.200.000



Kas



Rp1.000.000



Biaya angkut dialokasi secara proporsional atas dasar harga beli sesungguhnya. Pada pendekatan ini alokasi biaya angkut ke setiap jenis bahan dilakukan sebgai berikut.



Jenis Bahan Kertas HVS 60 gram Kertas HVS 70 gram Kertas HVS 80 gram



Harga Beli Alokasi Biaya Angkut Rp3.500.000 Rp3.500.000/Rp8.200.000 x Rp1.000.000 Rp1.700.000 Rp1.700.000/Rp8.200.000 x Rp1.000.000 Rp3.000.000 Rp3.000.000/Rp8.200.000 x Rp1.000.000 Rp8.200.000



Hasil Alokasi Rp426.829 Rp207.317 Rp365.854 Rp1.000.000



Atas dasar alokasi biaya angkut tersebut, biaya per rim setiap jenis bahan yang dibeli dihitung sebagai berikut. Kertas HVS 60 gram Rp426.829)/500 rim = Kertas HVS 70 gram Rp207.317)/200 rim = Kertas HVS 80 gram Rp365.854)/300 rim =



= Rp7.853,66 = Rp9.536,59 = Rp11.219,51



(Rp3.500.000 + (Rp1.700.000 + (Rp3.000.000 +



Biaya angkut diperhitungkan atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Pada pendekatan ini, biaya angkut yang diperhitungkan sebagai elemen biaya bahan yang dibeli adalah biaya angkut berdasarkan tarif yang telah ditentukan pada awal tahun anggaran. Penetuan tariff biaya angkut dilakukan dengan cara membagi jumlah anggaran biaya angkut dalam satu periode anggaran dengan estimasi bahan yang akan diangkut.



Tarif biaya angkut per unit = Anggaran biaya angkut/Estimasi unit bahan diangkut



Pada akhir periode, jika terdapat selisih antara biaya angkut yang ditentukan berdasarkan tarif dan biaya angkut yang sesungguhnya terjadi dan material jumlahnya



maka selisih tersebut dialokasi secara proporsional ke persediaan bahan, persediaan barang dalam proses, persediaan produk jadi, dan harga pokok penjualan. Sebaliknya, jika selisih tersebut tidak material, dibebankan ke harga pokok penjualan.



Contoh 9-5: Alokasi Biaya Angkut Berdasarkan Tarif yang Ditentukan Dimuka Menggunakan data pada contoh 9.4, diketahui anggaran biaya angkut pada perusahaan Omega untuk tahun anggaran 2011 adalah Rp1.350.000. Estimasi bahan yang akan diangkut dalam tahun tersebut sebanyak 1.500 rim kertas HVS. Berdasarkan estimasi tersebut, tariff biaya angkut per rim kertas untuk tahun anggaran 2011 adalah Rp900 (Rp1.350.000/1.500 rim). Alokasi biaya angkut untuk setiap jenis bahan dilakukan sebagai berikut.



Jenis Bahan



Unit Dibeli Kertas HVS 60 500 rim gram Kertas HVS 70 200 rim gram Kertas HVS 80 300 rim gram 1.000 rim



Harga Beli Rp3.500.000



Biaya Angkut Biaya Bahan = Tarif x Unit Rp450.000 Rp3.950.000



Rp1.700.000



Rp180.000



Rp1.880.000



Rp3.000.000



Rp270.000



Rp3.270.000



Rp8.200.000



Rp900.000



Rp9.100.000



Jurnal untuk mencatat pembelian bahan dan biaya angkut dalam tahun 2011 adalah sebagai berikut. 1.



2.



Mencatat pembelian bahan. BahanRp8.200.000 Utang Dagang Mencatat pembebanan biaya angkut atas dasar tariff. Bahan Biaya Angkut



3.



Rp900.000 Rp900.000



Mencatat biaya angkut sesungguhnya terjadi Rp1.000.000. Biaya Angkut Kas



4.



Rp8.200.000



Rp1.000.000 Rp1.000.000



Pada Akhir Periode. Mencatat selisih biaya angkut sesungguhnya terajdi dengan biaya angkut berdasarkan tarif. Pada contoh ini, selisih tidak menguntungkan – biaya angkut sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan biaya angkut berdasarkan tariff – sebesar Rp100.000 dianggap tidak material. Harga Pokok Penjualan Rp100.000 Biaya Angkut Rp100.000



Jika selisih Rp100.000 dianggap material maka selisih tersebut dibebankan ke persediaan bahan, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi, dan harga pokok penjualan. Misalnya, pada akhir periode diketahui nilai persediaan bahan Rp1.500.000, persediaan barang dalam proses Rp2.000.000, persediaan barang jadi Rp3.500.000, dan harga pokok penjualan Rp6.000.000 maka alokasi pembebanan dilakukan sebagai berikut.



Unsur Bahan



Nilai Rp1.500.000



Barang Rp2.000.000 dalam Proses Barang Jadi Rp3.500.000 Harga Pokok Penjualan



Rp6.000.000



Alokasi Rp1.500.000/Rp13.000.000 Rp100.000 Rp2.000.000/Rp13.000.000 Rp100.000 Rp3.500.000/Rp13.000.000 Rp100.000 Rp6.000.000/Rp13.000.000 Rp100.000



Rp13.000.000



x



Hasil Alokasi Rp11.538,50



x



Rp15.384,60



x



Rp26.923,00



x



Rp46.153,90 Rp100.000,00



Atas dasar alokasi tersebut, jurnal untuk mencatat selisih biaya angkut adalah sebagai berikut. Bahan Barang dalam Proses Barang Jadi Harga Pokok Penjualan Biaya Angkut



Rp11.538,50 Rp15.384,60 Rp26.923,00 Rp46.153,90 Rp100.000



Biaya Pembelian Bahan. Telah dikemukakan sebelumnya, selain biaya angkut, untuk membeli bahan ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, misalnya meminta pembelian, memesan bahan, menerima bahan, mencatat, dan menyimpan bahan. Setiap kegiatan tersebut memerlukan biaya yang harus diperlakukan sebagai elemen harga perolehan bahan. Apabila biaya sesungguhnya untuk setiap kegiatan pembelian bahan dapat ditentukan pada saat kegiatan selesai dilakukan maka biaya tersebut langsung didebit ke akun Bahan. Sering kali, biaya sesungguhnya untuk setiap kegiatan belum dapat diketahui pada saat setiap kegiatan tersebut selesai dilakukan. Dalam kasus seperti ini biaya kegiatan yang diperhitungkan sebagai elemen harga perolehan bahan ditentukan atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Perusahaan dapat menggunakan tarif tunggal untuk semua kegiatan atau tarif terpisah untuk setiap kegiatan. Peraga 9.5 merupakan contoh formulasi penentuan tarif terpisah untuk setiap kegiatan.



PERAGA 9.5 Formulasi Tarif Pembebanan Biaya Pengelolaan Bahan ke Harga Perolehan Bahan Kegiatan Pembelian



Pembelian Penggudangan



Pencatatan



Tarif Pembebanan Anggaran biaya bagian pembelian selama satu periode/Estimasi frekuensi atau rupiah pembelian selama satu periode = Tarif per pembelian atau tarif per rupiah pembelian Anggaran biaya bagian penerimaan selama satu periode/Estimasi jumlah jenis bahan diterima selama satu periode = Tarif per jenis bahan Anggaran biaya bagian gudang selama satu periode/Estimasi jumlah jenis, kuantitas, atau nilai rupiah bahan digudangkan selama satu periode = Tarif per jenis, unit, atau rupiah Anggaran biaya bagian pencatatan selama satu periode/Estimasi frekuensi pembelian selama satu periode = Tarif per frekuensi pembelian



Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya pembelian bahan ke harga perolehan bahan adalah sebagai berikut. Bahan Biaya Pembelian Biaya Penerimaan Biaya Gudang Biaya Pencatatan



RpXXX RpXXX RpXXX RpXXX RpXXX



Biaya yang sesungguhnya terjadi pada setiap bagian didebit ke akun Biaya setiap bagian. Pada akhir periode, jika terdapat selisih antara biaya sesungguhnya dan biaya yang ditentukan berdasarkan tarif dan tidak material jumlahnya maka selisih tersebut ditutup ke akun Harga Pokok Penjualan. Sebaliknya, jika material, selisih tersebut ditutup ke akun Harga Pokok Penjualan, Barang Dalam Proses, dan Persediaan secara proporsional.



Contoh 9-6: Jurnal Pembebanan Selisih Biaya Kegiatan Tahun 2011, Perusahaan Betha mempunyai rencana membeli bahan sebanyak 4.000 rim kertas. Anggaran biaya pada setiap bagian yang berkaitan dengan kegiatan pembelian bahan sebanyak 4.000 rim kertas adalah sebagai berikut. Bagian pembelian Bagian penerimaan Bagian gudang Pencatat persediaan



Rp2.000.000 Rp1.500.000 Rp2.000.000 Rp1.000.000



Jika perusahaan menggunakan tarif per bagian atas dasar unit maka tarif pembebanan biaya setiap bagian dihitung sebagai berikut. Bagian pembelian Bagian penerimaan



= Rp2.000.000/4.000 rim = Rp1.500.000/4.000 rim



= Rp500 per rim = Rp375 per rim



Bagian gudang Pencatat persediaan



= Rp2.000.000/4.000 rim = Rp1.000.000/4.000 rim



= Rp500 per rim = Rp250 per rim



Pencatatan ke dalam jurnal. 1. Mencatat pembebanan biaya kegiatan untuk pembelian 4.000 rim kertas. Bahan Bagian Pembelian Bagian Penerimaan Bagian Gudang Biaya Pencatatan



Rp6.500.000 Rp2.000.000 Rp1.500.000 Rp2.000.000 Rp1.000.000



2. Mencatat biaya kegiatan yang sesungguhnya terjadi ( diasumsikan Rp2.100.000 di Bagian Pembelian, Rp1.400.000 di Bagian Penerimaan, Rp2.000.000 di Bagian Gudang, dan Rp1.200.000 di Bagian Pencatatan). Bagian Pembelian Bagian Penerimaan Bagian Gudang Biaya Pencatatan Kas



Rp2.100.000 Rp1.400.000 Rp2.000.000 Rp1.200.000 Rp6.700.000



3. Mencatat – pada akhir periode – selisih biaya kegiatan yang sesungguhnya terjadi dengan biaya kegiatan berdasarkan tarif. Pada contoh ini selisih tidak menguntungkan Rp200.000 ( Rp6.700.000 – Rp6.500.000 ) dianggap tidak material. Harga Pokok Penjualan Biaya Penerimaan Biaya Pembelian Biaya Pencatatan



Rp200.000 Rp100.000 Rp100.000 Rp200.000



PENENTUAN BIAYA BAHAN DIGUNAKAN Salah satu elemen biaya produk adalah biaya bahan yang digunakan. Oleh karena itu, keakuratan dalam penentuan biaya bahan yang digunakan akan berpengaruh pada biaya produk. Biaya bahan yang digunakan untuk produksi ditentukan dengan cara mengalikan unit bahan yang digunakan untuk produksi dengan harga perolehan per unitnya. Bagaimana jika harga per unit berubah-ubah? Dengan harga perolehan berapa biaya bahan yang digunakan harus ditentukan? Terdapat beberapa metode untuk mengatasi masalah perubahan harga bahan dalam kaitannya dengan penentuan biaya bahan yang digunakan, yaitu sebagai berikut.



1. Metode indentifikasi khusus. Biaya bahan yang digunakan diidentifikasi sesuai dengan harga perolehannya pada saat dibeli. 2. Metode rata-rata. Biaya bahan yang digunakan ditentukan berdasarkan harga perolehan rata-rata bahan tersebut 3. Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP). Biaya bahan yang digunakan diasumsikan berasal dari harga perolehan bahan yang lebih dahulu dibeli 4. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP). Biaya bahan yang digunakan diasumsikan berasal dari harga perolehan bahan yang lebih akhir dibeli



Contoh 9-7: Penentuan Biaya Bahan yang Digunakan Transaksi bahan langsung pada perusahaan Omega bulan Januari 2011 adalah sebagai berikut. Tgl.



1: 4: 10: 11: 12: 20: 25: 28:



Persediaan awal 8.000 unit @Rp50 Pembelian 2.000 unit @Rp60 Pembelian 2.000 unit @Rp70 Penggunaan 8.000 unit Pembelian 4.000 unit @Rp80 Penggunaan 5.000 unit Pengembalian dari pabrik ke gudang 1.000 unit Pembelian 6.000 unit @Rp90



Atas dasar transaksi tersebut, persediaan pada akhir periode (bahan yang belum digunakan) berjumlah 10.000 unit (8.000 unit + 2.000 unit – 8.000 unit + 4.000 unit – 5.000 unit + 1.000 unit + 6.000 unit). Berikut ini perhitungan biaya bahan yang digunakan dan persediaan bahan akhir periode pada masing-masing metode. Apabila perusahaan menggunakan metode identifikasi khusus dan dari hasil identifikasi diketahui bahwa (a) bahan yang digunakan tanggal 11 Januari berasal dari persediaan awal sebanyak 6.000 unit dan pembelian 4 Januari sebanyak 2.000 unit, (b) bahan yang digunakan tanggal 20 Januari berasal dari persediaan awal sebanyak 2.000 unit, pembelian 10 Januari sebanyak 2.000 unit, dan pembelian 12 Januari sebanyak 1.000 unit, dan (c) bahan yang dikembalikan berasal dari bahan yang dibeli tanggal 12 Januari maka biaya bahan yang digunakan dan nilai persediaan bahan akhir dapat dilihat pada Peraga 9.6.



PERAGA 9.6 Kartu Persediaan : Metode Identifikasi Khusus



Jan



Unit



Dibeli Harga per unit (Rp)



Total



Unit



Digunakan Harga per unit (Rp)



Persediaan Total



Unit



Harga per unit (Rp)



Total



Saldo 400.000



1



8.000



50



400.000



4



8.000



50



400.000



2.000



60



120.000



2.000



60



120.000



520.000



10



2.000



70



8.000



50



400.000



2.000 2.000



60 70



120.000 140.000



300.000



2.000



50



100.000



120.000



2.000



70



140.000



2.000



50



100.000



2.000 4.000



70 80



140.000 320.000



560.000



3.000



80



240.000



240.000



3.000



80



240.000



1.000



80



80.000



3.000



80



240.000



1.000 6.000



80 90



80.000 540.000



140.000



11



6.000



50



2.000



60



660.000



240.000



420.000 12



4.000



80



320.000



20



2.000



50



2.000



70



1.000



80



100.000 140.000 80.000 320.000



25



28



1.000



6.000



80



90



80.000



(1.000)



(80.000)



540.000



Jurnal untuk mencatat transaksi bahan bulan januari 2011 sebagai berikut. 4 Januari 2011 Bahan



Rp.120.000



Utang Dagang/Kas 10 Januari 2011 Bahan



Rp.120.000 Rp.140.000



Utang Dagang/Kas 11 Januari 2011 Barang Dalam Proses



Rp.140.000 Rp.420.000



Bahan 12 Januari 2011 Bahan



Rp.420.000 Rp.320.000



Utang Dagang/Kas 20 Januari 2011 Barang Dalam Proses



Rp.320.000 Rp.320.000



Bahan 25 Januari 2011 Bahan



Rp.320.000 Rp.80.000



Barang Dalam Proses 28 Januari 2011 Bahan



Rp.80.000 Rp.540.000



Utang Dagang/Kas



Rp.540.000



320.000



860.000



Secara Konseptual, metode identifikasi khusus dipandang ideal karena biaya bahan yang digunakan sesuai dengan aliran fisik bahan tersebut. setiap jenis dan unit bahan memerlukan identifikasi sehingga metode ini dipandang kurang praktis untuk diterapkan pada perusahaan yang mempunyai bahan dalam kualitas yang banyak dan jenis yang bervariasi. Metode lain untuk menentukan biaya bahan yang digunakan dan nilai persediaan akhir adalah (1) metode MPKP, (2) metode MTKP, dan (3) metode rata-rata. Peraga 9.7 sampai dengan 9.8 menyajikan biaya bahan yang digunakan dan nilai persedian bahan akhir periode pada masing-masing metode tersebut.



PERAGA 9.7 Kartu Persedian : Metode MPKP



Jan



Unit



Dibeli Harga per unit (Rp)



Digunakan Total



Unit



Harga per unit (Rp)



Total



1 4



10



2.000



2.000



60



70



120.000



140.000



11



12



8.000



4.000



80



50



400.000



320.000



20



2.000 2.000 1.000



60 70 80



Unit



Persediaan Harga per Total unit (Rp)



8.000



50



8.000



50



2.000



60



8.000



50



2.000



60



2.000



70



2.000



60



2.000



70



2.000



50



2.000



70



4.000



80



3.000



80



3.000



80



1.000



80



400.000



Saldo



400.000



400.000 120.000



520.000



400.000 120.000 140.000



660.000



120.000 140.000



260.000



100.000 140.000 320.000



580.000



120.000 140.000 80.000



240.000



240.000



340.000 25



28



1.000



6.000



80



90



80.000



540.000



(1.000)



(80.000)



3.000



80



1.000



80



6.000



90



240.000 80.000



320.000



240.000 80.000 540.000



860.000



Pada metode MPKP, biaya bahan yang digunakan ditentukan berdasarkan harga bahan yang dibeli lebih dahulu disusul harga bahan yang dibeli berikutnya. Nilai persediaan akhir didasarkan pada harga bahan yang dibeli terakhir.



PERAGA 9.8 Kartu Persediaan : Metode MTKP



Jan



Unit



Dibeli Harga per unit (Rp)



Digunakan Total



Unit



Harga per unit (Rp)



Total



Unit



1



8.000



4



8.000



2.000



60



120.000



2.000 10



2.000



70



8.000



140.000



2.000 2.000 11



2.000 2.000 4.000



70



140.000



60



120.000



50



200.000



4.000



Persediaan Harga per Total unit (Rp)



Saldo



50



400.000



400.000



50



400.000



60



120.000



50



400.000



60



120.000



70



140.000



660.000



50



200.000



200.000



50



200.000



70



320.000



50



150.000



50



150.000



50



50.000



50



200.000



90



540.000



520.000



460.000 12



4.000



80



4.000



320.000



4.000 20



4.000 1.000



80 50



320.000 50.000



3.000



150.000



370.000 25



1.000



80



50.000



(1.000)



(50.000)



3.000 1.000



28



6.000



90



540.000



4.000 6.000



200.000



740.000



Pada metode MTKP,biaya bahan yang digunakan ditentukan berdasarkan harga bahan yang dibeli terakhir disusul harga bahan yang dibeli sebelumnya. Nilai persediaan akhir didasarkan pada harga bahan yang dibeli pertama dan berikutnya.



PERAGA 9.9 Kartu Persediaan : Metode Rata-rata Dibeli



Jan



Harga per unit (Rp)



Unit



Digunakan



Total



Unit



Harga per unit (Rp)



Persediaan



Total



2.000



60



10



2.000



70



50



120.000



10.000



52



140.000



12.000



55



4.000



55



11 12



8.000 4.000



80



68



28



6.000



90



440.000



8.000 5.000



1.000



55



320.000



20 25



Harga per unit (Rp)



8.000



1 4



Unit



67.500



(1.000)



67,5



337.500 (67.000)



540.000



3.000



Total



400.000 520.000 660.000 220.000



67,5



540.000



67,5



202.000



4.000



68



10.000



81



270.000 810.000



Saldo



400.000 520.000 660.000 220.000 540.000 202.000 270.000 810.000



Metode rata-rata menggunakan asumsi setiap penggunaan bahan merupakan campuran dari berbagai bahan yang dibeli. Oleh karena itu, biaya bahan yang digunakan merupakan campuran dari berbagai harga beli. Biaya bahan yang digunakan ditentukan akuntansi biaya. berdasarkan harga rata-rata bahan yang dibeli. Harga rata-rata dihitung dengan cara membagi harga perolehan total dengan kuantitas (unit) bahan dibeli.



PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN Perencanaan kebutuhan bahan berkaitan dengan dua faktor fundamental, yaitu kuantitas dipesan dan waktu (saat) pesan. Penentuan kuantitas dan waktu pesan melibatkan dua jenis biaya yang saling bertentangan, yaitu biaya karena memiliki persediaan (misal: biaya penyimpanan, bunga atas investasi dalam modal kerja, kerugian akibat kerusakan atau keusangan persediaan) dan biaya karena kekurangan bahan (misal: biaya pembelian ekstra, biaya penanganan, biaya transportasi, harga lebih tinggi karena membeli dalam kuantitas sedikit, kerugian penjualan, dan sebagainya).



A.



KUANTITAS PESANAN EKONOMIS



Kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity) untuk selanjutnya disebut EQQ – menunjukkan jumlah pesanan persediaan pada satu waktu yang meminimalkan biaya tahunan persediaan. Jika perusahaan memesan bahan dengan frekuensi jarang dan dalam jumlah kuantitas banyak maka biaya simpan menjadi tinggi. Sebaliknya, jika pesanan dilakukan dalam jumlah kuantitas sedikit dan frekuensinya sering maka biaya pesan menjadi mahal. Oleh karena itu, kuantitas optimal untuk pesanan bahan



(EQQ) ditentukan oleh keseimbangan dua faktor, yaitu (1) biaya simpan dan (2) biaya pesan bahan. Lihat Peraga 9.10 berikut ini.



PERAGA 9.10 Prinsip EQQ: Kurva Jumlah Biaya



Jenis biaya yang diperhitungkan untuk biaya simpan dan biaya pesan hanya biaya variabel, yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat persediaan. Biaya tetap diabaikan karena tidak relevan dengan pengembalian keputusan. Oleh karena itu, EQQ didefinisikan sebagai kuantitas pesanan optimal yang meminimalkan jumlah (total) biaya variabel untuk memesan dan menyimpan persediaan. Biaya simpan sering dinyatakan sebagai persentase dari rata-rata investasi yang tertanam di dalam persediaan. Oleh karena itu, biaya variabel yang paling umum di dalam biaya simpan adalah biaya bunga atau biaya modal (cost of capital). Untuk biaya pesan, termasuk di dalamnya adalah biaya untuk menyiapkan permintaan pembelian, biaya pesanan pembelian, biaya penerimaan, biaya komunikasi dengan pemasok, dan biaya kegiatan akuntansi untuk pengiriman dan pembayaran. EQQ dihitung dengan formula sebagai berikut. 𝟐(𝑲𝒃)(𝑩𝒑)



EQQ = √



(𝑲)(𝑩𝒔)



Keterangan: Kb = Kebutuhan tahunan bahan (unit) Bp = Biaya pesan per pesanan K = Harga bahan per unit Bs = Biaya simpan (%) Contoh 9-8: Perhitungan EQQ Perusahaan mempunyai kebutuhan tahunan bahan sebanyak 5.200 unit dengan harga Rp2.000 per unit, biaya pesan Rp10.000 per pesan, dan biaya simpan 20% dari nilai persediaan per tahun. Berdasarkan data tersebut maka EQQ perusahaan berjumlah



510 unit yang berasal dari perhitungan sebagai berikut.



2(5.200 𝑢𝑛𝑖𝑡)(𝑅𝑝10.000)



EQQ = √ B.



(𝑅𝑝2.000)(0,20)



= 510 unit



PENENTUAN WAKTU PESAN



Telah dikemukakan, perencanaan bahan berkaitan dengan dua faktor fundamental, yaitu kuantitas dan waktu pembelian. Masalah kuantitas dapat dipecahkan menggunakan formula EQQ sedangkan masalah kapan harus membeli ditentukan oleh tiga faktor, yaitu (1) waktu tunggu (lead time), (2) tingkat penggunaan persediaan, dan (3) persediaan pengaman (safety stock). Waktu tunggu adalah jangka waktu antara penempatan pesanan bahan dan bahan tersebut tiba di pabrik untuk produksi. Persediaan pengaman adalah jumlah minimum persediaan yang harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya bahan yang dipesan agar tidak mengganggu proses produksi. Ketepatan penentuan ketiga faktor tersebut menjadi sangat penting untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan. Jika waktu tunggu atau penggunaan lebih rendah dari yang diharapkan selama periode pesanan, berarti bahan yang dipesan tiba sebelum persediaan yang ada habis dikonsumsi. Hal tersebut akan menambah biaya simpan persediaan . Jika waktu tunggu atau penggunaan lebih tinggi dari yang diharapkan maka akan terjadi kehabisan persediaan. Jika persediaan pengaman terlalu tinggi maka biaya simpan menjadi terlalu tinggi. Sebaiknya, jika persediaan pengaman terlalu rendah risikonya adalah perusahaan akan kehabisan persediaan. Persediaan pengaman yang optimum adalah kuantitas yang akan menghasilkan jumlah biaya kehabisan persediaan ditambah biaya simpan paling rendah.Sebagai ilustrasi, perusahaan melakukan pesanan 10 kali per tahun. Biaya kehabisan persediaan Rp600.000 dan biaya simpan rp10.000 per unit. Probabilitas kehabisan persediaan pada berbagai tingkat persediaan pengaman diestimasi sebagai berikut. Persediaan Pengaman 0 unit 50 unit 100 unit 200 unit A



Probabilitas Kehabisan 40% 20% 10% 5%



C



D



Persediaan



B Ekspetasi Kehabisan



Jumlah Biaya



Jumlah Biaya



E Jumlah Biaya Kehabisan



Pengaman



Per Tahun



Kehabisan



Simpan



dan Biaya Simpan



0 unit



4



Rp2.400.000



50 unit



2



Rp1.200.000



Rp500.000



Rp1.700.000



100 unit



1



Rp600.000



Rp1.000.000



Rp1.600.000



Rp



-



Rp2.400.000



200 unit 0,5 Rp300.000 Rp2.000.000 Rp2.300.000 Berdasarkan data tersebut maka jumlah biaya simpan dan biaya kehabisan pada berbagai tingkat persediaan pengaman adalah sebagai berikut. Keterangan: B = probabilitas kehabisan bahan × frekuensi pesan



Tampak tingkat persediaan pengaman yang optimum adalah 100 unit, karena jumlah biaya kehabisan ditambah biaya simpan paling rendah dari tiga tingkat persediaan pengaman yang lain. Titik pesan (order point) menunjukkan kuantitas bahan yang ada di perusahaan dan mengharuskan perusahaan untuk melakukan pemesanan bahan. Titik pesan mendasarkan pada pemakaian bahan selama waktu tunggu ditambah cadangan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kehabisan bahan. Titik pesan tercapai ketika jumlah persediaan yang tersedia hanya sebesar kebutuhan mendatang, yaitu ketika jumlah persediaan di kuantitas penggunaan selama waktu tunggu ditambah persediaan pengaman. Dalam bentuk persamaan, titik pesan dapat dinyatakan sebagai berikut. Titik Pesan = Kwt + Kpp



Keterangan: Kwt = Kuantitas waktu tunggu Kpp = Kuantitas persediaan pengaman Contoh 9 – 9: Perhitungan Titik Pesan Perusahaan mempunyai kebutuhan bahan 350 unit per minggu. Waktu tunggu bisa mencapai 9 minggu (waktu tunggu normal 4 minggu). Diasumsikan persediaan bahan pada awal periode berjumlah 5.600 unit. Berdasarkan data tersebut maka titik pesan berjumlah 3.150 unit, yaitu 1.400 unit bahan yang diperlukan selama waktu tunggu normal (350 unit x 4 minggu) ditambah 1.750 unit persediaan pengaman (350 unit x 5 minggu). Perusahaan memiliki persediaan awal bahan berjumlah 5.600 unit sehingga jumlah kebutuhan bahan sampai ke titik pesan adalah 2.450 unit (5.600 unit – 3.150 unit) atau ekuivalen dengan penggunaan bahan selama tujuh minggu (2.450 unit/350 unit penggunaan per minggu = 7 minggu). Lihat peraga 9.11.



PERAGA 9.11 Titik Pesan



Pada sebagian besar perusahaan penggunaan bahan secara normal bersifat tidak konstan karena penggunaan bahan tergantung pada skedul produksi sementara produksi tergantung pada penjualan. Sebagai contoh, jika tingkat kebutuhan tinggi, yaitu 420 unit per minggu dengan waktu tunggu normal 4 minggu (kemungkinan bisa mencapai 9 minggu) maka persediaan pengaman menjadi sebanyak 2.830 unit dan titik pesan menjadi 3.780 unit sebagaimana dapat dilihat pada perhitungan berikut ini.Penggunaan normal



selama waktu tunggu (350 unit x 4 minggu)



1.400 unit



Persediaan pengaman: Penggunaan normal untuk 5 minggu keterlambatan (350 unit x 5 minggu) 1.750 unit Penyimpangan penggunaan ((420 unit – 350 unit) x 9 minggu)



630 unit 2.380 unit



Titik pesan



3.780 unit



METODE PENGENDALIAN BAHAN Pengendalian bahan dimulai dengan persetujuan anggaran penjualan dan produksi sampai dengan penyelesaian produk yang siap untuk dijual atau dikirim ke gudang atau kepada pelanggan. Tujuan utama pengendalian bahan adalah agar perusahaan dapat melakukan pesanan bahan pada waktu yang tepat dengan sumber-sumber terbaik untuk memperoleh jumlah kuantitas yang tepat dan pada harga dan kualitas yang semestinya.



Pengendalian bahan meliputi pengendalian unit (kuantitas) dan pengendalian nilai rupiah. Pengendalian bahan dikatakan berhasil apabila kenaikan atau penurunan persediaan mengikuti pola yang telah ditentukan dan dapat di prediksi dalam kaitanya dengan skedul penjualan dan produksi. Pengendalian bahan yang efektif akan mampu menyediakan pasokan bahan yang diperlukan untuk operasi yang efisien tanpa gangguan; Menyediakan persediaan yang cukup dalam periode pasokan yang relatif singkat (misalnya musiman) dan mengantisipasi perubahan harga; menyediakan bahan dengan waktu dan biaya penanganan minimal dan terjaga dari risiko kebakaran, pencurian, dan kerusakan; menjamin kecukupan persediaan untuk melayani pelanggan secar ceoat; dan menjaga jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan pada tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen. Pengendalian bahan didasarkan pada sifat atau nilai bahan. Untuk bahan yang dianggap penting dan bernilai tinggi memerlukan perhatian yang lebih dibandingkan dengan bahan yang mempunyai nilai rendah. Terdapat dua metode pengendalian bahan, yaitu metodde siklus pesanan (order cycling) dan metode minimum maksimum (min-max). Pada metode siklus pesanan atau metode cycle revie, pengendalian dilakukan dengan cara memeriksa secara periodik status kuantitas bahan yang ada untuk setiap item atau kelas bahan. Periodisasi pemeriksaan dapat berbeda antar perusahaan (misalnya 30, 60, atau 90 hari). Item bahan yang bernilai tinggi dan item-item yang sangat penting bagi kelancaran operasi biasanya menuntut siklus waktu pemeriksaan yang lebih pendek. Metode min-max menitikberatkan pada kuantitas maksimum dan minimum persediaan. Pada metode ini pengendalian dilakukan dengan cara menentukan tingkat persediaan maksimum dan minimum yang harus dibentuk. Tingkat minimum persediaan adalah jumlah kuantitas persediaan yang diperlukan untuk mencegah kehabisan selama siklus pemesanan kembali (reorder). Selanjutnya, lakukan pengamatan fisik persediaan untuk menentukan bahwa titik pesan telah tercapai. Pengamatan juga dapat dilakukan melalui catatan persediaan. Apabila saldo persediaan yang ada turun menuju titik pesan maka pesan bahan harus dipersiapkan.



DAFTAR ISTILAH 1. Bahan baku adalah bahan yang menjadi bahan produk jadi dan dapat di identifikasi ke produk jadi. 2. Bahan penolong adalah bahan yang tidak dapat di identifikasi ke produk jadi atau bahan yang nilainya relative tidak signifikan dibandingkan dengan nilai produk jadi. 3. EQQ adalah kuantitas pesanan optimal yang meminimumkan jumlah (total) biaya variabel untuk memesan dan menyimpan persediaan. 4. Harga perolehan bahan adalah semua pengeluaran (pengorbanan ekonomis)kas dan atau nonkas-yang terjadi untuk memperoleh bahan sampai dengan bahan tersebut siap digunakan. 5. Metode identifikasi khusus adalah metode penentuan biaya bahan digunakan dengan cara mengidentifikasi sesuai dengan harga perolehannya pada saat dibeli. 6. Metode MPKP adalah metode penentuan biaya bahan yang digunakan dengan mengamsumsikan bahan yang berasal dari bahan yang terlebih dahulu dibeli (masuk).



7. Metode MTKP adalah metode penentuan biaya bahan yang digunakan dengan mengamsumsikan bahan yang digunakan berasal dari bahan yang lebih akhir dibeli (masuk). 8. Metode min-max adalah metode pengendalian kuantitas persediaan dengan memantau jumlah maksimum dan minimum persediaan. 9. Metode order cycling adalah metode pengendalian kuantitas persediaan melalui pemeriksaan secara periodic terhadap status kuantitas bahan. 10. Metode rata – rata adalah metode penentuan biaya bahan yang digunakan dengan cara menentukan rata – rata harga perolehan bahan. 11. Persediaan pengaman adalah jumlah jumlah minimum persediaan yang harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangya bahan yang dipesan agar tidak mengganggu proses produksi. 12. Sistem periodic adalah sistem pencatatan persediaan yang menggunakan akun pembelian untuk mencatat pembelian dan penggunaan bahan. Biaya bahan yang digunakan ditentukan berdasarkan hasil perhiitungan fisik persediaan bahan pada akhir periode akuntansi. 13. Sistem perpetual adalah sistem pencatatan persediaan yang menggunakan akun persediaan untuk mencatat pembelian dan penggunaan bahan. Mutasi bahan secara terus menerus dicatat pada pembukuan perusahaan dan biaya bahan yang digunakan dapat diketahui sewaktu – waktu melaluui kartu persediaan. 14. Surat order pembelian adalah surat untuk memesan bahan kepada pemasok. 15. Titik pesan adalah jumlah kuantitas bahan yang ada di perusahaan dan mengharuskan perusahaan untuk melakukan pemesanan bahan. 16. Waktu tunggu adalah jangka waktu antara penempatan pesanan bahan dan bahan tersebut tiba di pabrik untuk produksi.



SOAL 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bahan langsung dan bahan tidak lansung. Berikan contoh untuk masing-masing kategori bahan tersebut. 2. Jelaskan tujuan dilakukannya pengendalian bahan. 3. Jelaskan fungsi surat order pembelian. 4. Jelaskan fungsi tembusan (copy) surat order pembelian yang diberikan kepada Bagian Pencatat Persediaan. 5. Otorisasi diperlukan sebelum pemesanan bahan dilakukan. Apa perbedaan antara permintaan pembelian dan order pembelian? 6. Jelaskan perbedaan mendasar antara sistem persediaan perpetual dan sistem persediaan periodik. 7. “Sistem persedian perpetual lebih unggul dibandingkan dengan sistem persediaan periodik.” Setujukah Anda dengan pernyataan tersebut? Jelaskan. 8. Jelaskan fungsi kartu persediaan pada sistem persediaan perpetual. 9. “Manajer bebas memilih sistem persediaan yang digunakan pada perusahaannya.” Setujukah Anda dengan pernyataan tersebut? Jelaskan.



10.Sebutkan contoh perusahaan yang menurut Anda cocok menerapkan sistem persediaan perpetual. Berilah alasan yang mendukung. 11.Jelaskan perbedaan antara metode MPKP, MTKP, dan rata-rata. 12.Jelaskan mengapa perencanaan bahan merupakan kegiatan penting di dalam perusahaan. 13.Jelaskan kegunaan perhitungan kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity). 14.Sebutkan factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan titik pesan (order point). 15.Sebutkan dan jelaskan metode-metode pengendalian bahan yang Anda ketahui.



Pilihan Ganda 1.



2.



3.



4.



Bahan lansung didefinisikan sebagai… a. Semua bahan yang disimpan di Gudang untuk digunakan dalam proses produksi. b. Semua bahan yang menjadi bagian produk jadi dan dapat diidentifikasi ke produk jadi. c. Semua bahan yang tidak dapat diidentifikasi ke produk jadi atau bahan yang nilainya relative tidak signifikan dibandingkam dengan nilai produk jadi. d. Jawaban a dan b benar. Formulir yang digunakan untuk menerima Bagian Pembelian membeli bahan yang dibutuhkan disebut… a. Order pembelian. b. Permintaan penawaran harga. c. Permintaan pembelian. d. Laporan penerimaan. Formulir yang memuat informasi mengenai deskripsi bahan yang diinginkan, kuantitas, harga, jangka waktu pembayaran, dan perintah pengiriman adalah… a. Surat order pembelian. b. Permintaan pembelian. c. Permintaan bahan. d. Laporan penerimaan. Dalam sistem persediaan perpetual, bahan yang digunakan untuk produksu dicatat dengan jurnal… a. Barang Dalam Proses RpXXX Barang Diproduksi RpXXX



5.



6.



b. Barang Jadi RpXXX Barang Dalam Proses RpXXX c. Bahan Dalam Proses RPXXX Bahan RpXXX d. Semua jawaban di atas salah. Biaya bahan yang digunakan adalah campuran dari berbagai biaya bahan dibeli merupakan asumsi yang digunakan pada metode… a. MPKP. b. MTKP. c. Rata-rata. d. Biaya standar. Dalam keadaann harga-harga bahan cenderung naik (inflasi), biaya bahan yang digunakan dihitung berdasarkan metode MPKP akan… a. Lebih tinggi dibandingkan dengan metode MTKP dan rata-rata. b. Lebih rendah dibandingkan dengan metode MTKP dan rata-rata. c. Lebih tinggi dibandingkan dengan metode MTKP tetapi lebih rendah dibandingkan dengan metode rata-rata. d. Jawaban a dan c benar.



Data untuk Soal No, 7 sampai 9. Berikuti ini data pembelian bahan (secara tunai) yang digunakan untuk produksi pada perusahaan Hira tanggal 16 Februari 2011.



7.



8.



Bahan



Jumlah unit



A B C



200 unit 200 unit 100 unit



Harga Beli Per Unit Rp100.000 Rp60.000 Rp40.000



Apabila biaya angkut dialokasi secara proporsional atas dasar unit dibeli maka harga perolehan bahan B adalah… a. Rp12.000.000. b. Rp12.666.667. c. Rp12.800.000. d. Tidak ada jawaban yang benar. Jika perusahaan menggunakan sistem persediaan perpetual, ayat jurnal untuk mencatat pembelian bahan B adalah…



9.



a. Bahan Rp12.000.000 Kas Rp12.000.000 b. Bahan Rp12.666.667 Kas Rp12.666.667 c. Bahan Rp.12.800.000 Kas Rp12.800.000 d. Tidak ada jawaban yang benar. Apabila biaya angkut dialokasi secata proporsional atas dasar harga beli maka harga perolehan bahan A adalah… a. Rp20.000.000. b. Rp21.111.111. c. Rp21.000.000 d. Tidak ada jawaban yang benar.



Data untuk soal No. 10 sampai 12 Berikut ini data bahan langsung A untuk bulan Januari 2010. Persediaan awal: 100 unit @Rp 1.500. 5 Januari: Pembelian 120 unit @Rp 1.600. 9 Januari: Digunakan 110 unit untuk produksi 10. Jika perusahaan menggunakan metode MPKP, biaya bahan langsung A yang digunakan untuk produksi adalah… a. Rp166.000 b. Rp176.000 c. Rp165.000 d. Tidak ada jawaban yang benar. 11. Berdasarkan jawaban pada nomor 10, jika perusahaan menggunakan sistem persediaan perpetual maka ayat jurnal untuk mencatat penggunaan bahan langsung adalah… a. Barang dalam proses Rp166.000 Bahan A Rp166.000 b. Barang dalam proses Rp176.000 Bahan A Rp176.000 c. Barang dalam proses Rp165.000 Bahan A Rp165.000 d. Tidak ada jawaban yang benar. 12. Jika perusahaan menggunakan metode MTKP, biaya bahan langsung A yang digunakan untuk produksi adalah… a. Rp166.000 b. Rp176.000



c. Rp165.000 d. Tidak ada jawaban yang benar 13. Berikut ini bukan kemungkinan resiko kehabisan bahan… a. Perusahaan gagal mendapatkan pesanan penjualan. b. Biaya modal (cost of capital) atas persediaan menjadi terlalu tinggi c. Biaya pesanan jadi lebih tinggi d. Biaya klerikal menjadi lebih tinggi 14. Metode pengendalian bahan yang lebih menitikberatkan pada Batasan kuantitas adalah… a. Metode EQQ. b. Metode min-max c. ABC plan d. Metode order cycling 15. Berikut ini bukan termasuk factor-faktor yang harus diperhitungkan dalam penentuan titik pesan… a. Harag perolehan per unit bahan b. Safety stock c. Kebutuhan bahan selama waktu tunggu d. Waktu tunggu



Latihan Latihan 9.1 Perusahaan Alpha membeli tiga jenis bahan, yaitu bahan A (harga beli Rp17.200.000), bahan B (harga beli Rp10.120.000), dan bahan C (harga beli Rp7.680.000). Bobot angkut untuk masing-masing bahan adalah 6 kuintal (bahan A), 4 kuintal (bahan B), dan 2 kuintal (bahan C). Untuk mengangkut ketiga jenis bahan tersebut perusahaan mengeluarkan kas sebesar Rp2.800.000 Diminta: 1. Alokasikan biaya angkut ke setiap jenis bahas dengan menggunakan dasar harga perolehan. 2. Alokasikan biaya angkut ke setia[ jenis bahan dengan menggunakan dasar bobot angkut. Latihan 9.2 Perusahaan Beta mencatat setiap bahan yang masuk berdasarkan harga beli dikurangi potongan tunai ditambah biaya yang berkaitan dengan kegiatan pembelian bahan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Berikut ini data biaya kegiatan yang berkaitan dengan pembelian bahan untuk bulan Desember 2010.



Dianggarkan



Sesungguhnya



Biaya Angkut



Rp1.250.000



Rp1.290.000



Biaya Pembelian



Rp2.400.000



Rp2.250.000



Biaya Penerimaan



Rp1.950.000



Rp2.100.000



Biaya Penyimpanan



Rp2.100.000



Rp1.900.000



Biaya Pengujian



Rp1.300.000



Rp1.560.000



Jumlah



Rp9.000.000



Rp9.100.000



Anggaran pembelian untuk bulan Desember 2010 adalah Rp72.000.000 sedangkan pembelian sesungguhnya (bersih) sebesar Rp74.250.000. Perusahaan menggunakan tarif tunggal untuk membebankan biaya kegiatan ke harga perolehan bahan. Diminta: 1. 2. 3.



4.



Hitunglah tarif biaya kegiatan yang ditentukan di muka untuk bulan Desember 2010. Hitunglah jumlah biaya kegiatan yang harus ditambahkan ke harga perolehan bahan untuk bulan Desember 2010. Tentukan jumlah selisih (penyimpanan) dan sifatnya (menguntungkan atau tidak menguntungkan) antara biaya kegiatan yang sesungguhnya terjadi dan biaya kegiatan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Buatlah jurnal untuk mencatat hal-hal berikut ini: a. Pembebanan biaya kegiatan ke harga perolehan bahan b. Biaya kegiatan yang sesungguhnya terjadi c. Penyimpanan biaya kegiatan jika penyimpanan yang ada bersifat tidak material



Latihan 9.3 Perusahaan Sigma membeli dan menggunakan bahan selama bulan januari 2010 sebagai berikut. Catatan: Perusahaan Sigma menggunakan sistem persediaan perpetual. Unit



Harga per unit



Persedian;



1 Jan



500 unit



Rp2.400



Pembelian:



6 Jan



200 unit



Rp2.500



10 Jan



400 unti



Rp2.600



Penggunaan:



25 Jan



500 unit



15 Jan



560 unit



27 Jan



400 unit



Rp2.800



Diminta: 1. Hitunglah biaya bahan yang digunakan dan biaya yang dibebankan ke persediaan akhir januari 2010 jika perusahaan menggunakan metode penentuan biaya berikut. a. Rata-rata. b. MPKP. c. MTKP. 2. Buatlah semua jurnal transaksi pembelian dan penggunaan bahan jika perusahaan menggunakan metode MPKP. Latihan 9.4 Untuk memproduksi suku cadang A, PT Pelangi Nusantara selalu memesan bahan baku dari luar negeri (impor). Frekuensi pesan 5 kali per tahun. Biaya kehabisan bahan per setiap kejadian Rp800.000 dan biaya simpanan untuk persediaan pengamanan (safety stock) Rp30.000 per unit. Estimasi probabilitas kehabisan persediaan pada berbagai tingkat persediaan pengamanan adalah sebagai berikut. Persediaan pengamanan Probabilitas Kehabisan 10 unit 50% 20 unit 40% 30 unit 30% 40 unit 20% 50 unit 10% 55 unit 3% Diminta: Tentukan persediaan pengamanan yang menghasilkan total biaya (biaya pesan dan biaya simpan) paling rendah. Latihan 9.5 PT Sigma NIaga memproduksi tas berbahan kulit untuk diekspor, rata-rata kebutuhan bahan baku kulit per tahun adalah 8.000 meter. Rat-rata penggunaan kulit per hari 32 meter. Estimasi waktu tunggu 10 hari dan persediaan pengamanan



500 meter. Harga beli per meter kulit adalah Rp40.000. biaya pesan Rp400.000 setiap kali pesan dan biaya simpannya adalah 10% dari harga beli per meter kulit. Diminta: 1. 2. 3. 4.



Hitunglah titik pesan. Hitunglah EOQ. Hitunglah frekuensi pemesanan bahan selama satu tahun. Hitunglah jumlah biaya pesan dan biaya simpan pada titik EOQ.