BAB I Sedentary Rev 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG BAHAYA PERILAKU SEDENTARI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR



PROPOSAL SKRIPSI



Oleh : FAISAL WARDANA NIM : 201610420311017



FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Zaman era globalisasi, kemajuan teknologi adalah sesuatu hal yang tidak bisa



dihindari dalam perkembangan zaman, karena kemajuan teknologi akan berjalan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Dengan adanya teknologi memberikan banyak dampak positif bagi kehidupan manusia. Teknologi juga membantu kehidupan manusia dari fase yang sulit menjadi mudah, serta melahirkan sebuah cara baru manusia dalam melakukan aktivitas. Banyak manfaat dari teknologi yang baru dengan inovasi-inovasi yang telah diciptakan dalam dekade terakhir ini. dengan akal nya manusia memilih teknologi karena ingin kehidupan nya menjadi lebih mudah, aman, dan sebagainya. Pada era perkembangan teknologi ini manusia menggunakan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya (Ngafifi, 2014). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi membawa dampak besar mengubah cara pandang dan gaya hidup masyarakat Indonesia dalam menjalankan aktivitas dan kegiatannya (Budiman, 2017). Dampak negatif dari kemajuan teknologi informasi membuat seorang individu menjadi ketergantungan karena terlena dengan fitur canggih yang diberikan oleh teknologi sehingga membuat seseorang malas melakukan sesuatu dan membuat badan kurang gerak. kurang gerak yang disebabkan oleh dampak negatif teknologi seperti bermain game online maupun offline, internetan, menonton televisi, dan kebiasaan generasi muda yang ingin mendapatkan



sesuatu dengan instan dan mudah seperti kemudahan di era revolusi industri 4.0 dengan belanja di online shop dan memesan makanan dan minuman dengan aplikasi ojek maupun taksi online yang mudah diakses melalui smartphone, dan fenomena sekarang remaja di kota-kota besar sudah banyak menggunakan transportasi mesin seperti sepeda motor, mobil, angkutan umum untuk pergi kesekolah maupun pergi keluar rumah yang jaraknya bisa dijangkau dengan berjalan kaki . Hal ini tentu menjadi sebuah masalah dari segi gaya hidup masyarakat yang sudah tertanam menjadi sebuah pola kebiasaan pada era revolusi industri 4.0 yang serba instan, tentunya berdampak pada pengurangan aktivitas fisik atau kurang gerak yang membuat individu tak perlu berpindah dari zona nyaman. Menurut (WHO, 2010) perilaku tidak aktif bergerak merupakan faktor risiko utama keempat untuk kematian global sebesar 6%, diikuti dengan hipertensi 13%, penggunaan tembakau 9%, dan glukosa dalam darah tinggi 9%, kelebihan berat badan dan obesitas berjumlah 5% sebagai penyebab kematian secara global. Menurut data (WHO, 2010) secara global, sekitar 81% remaja sekolah di usia 11-17 tahun tidak aktif melakukan aktivitas fisik pada tahun 2010, para remaja melakukan aktivitas fisik kurang dari 60 menit setiap hari, seperti yang direkomendasikan oleh WHO. Remaja perempuan menunjukkan kurang aktif daripada remaja laki-laki, dengan 84% berbanding 78% tidak memenuhi rekomendasi aktivitas fisik menurut WHO. Remaja di wilayah asia tenggara menunjukkan prevalensi terendah dari aktivitas fisik yang tidak mencukupi yaitu 74%. Hasil penelitian dari (Guthold, Stevens, Riley, & Bull, 2018) dalam jurnal lancet public health menyatakan bahwa jumlah penduduk malas



gerak di negara kaya meningkat dari 32 % pada 2001 menjadi 37% pada tahun 2016. Sementara di negara dengan pendapatan rendah, angkanya tetap stabil yaitu 16%. Berdasarkan hasil (Riskesdas, 2018) Menurut hasil Proporsi aktivitas fisik kurang pada penduduk usia ≥ 10 tahun, indonesia belum menunjukkan perbaikan dibanding riskesdas 2013 yaitu berjumlah 26.1% dan mengalami kenaikan pada tahun 2018 dengan jumlah 33.5%. Hasil (Riskesdas, 2018) menunjukkan terjadinya penurunan pada penyakit infeksi, namun persentase penyakit tidak menular meningkat dan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. perilaku yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik menjadi sumber utama peningkatan penyakit tidak menular yang perlu di waspadai oleh masyarakat.. Istilah “mager” atau malas gerak merupakan tren permasalahan pada usia anak-anak, remaja, dan dewasa yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Menurut (WHO, 2018) aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang membutuhkan pengeluaran energi, termasuk aktivitas yang dilakukan sehari-hari seperti bekerja, bermain, menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, jalan-jalan, dan kegiatan rekreasi. Aktivitas fisik tentu tidak sama dengan olahraga, olahraga merupakan suatu subkategori dari aktivitas fisik yang direncanakan, berulang, dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik. Aktivitas fisik bisa dilakukan pada waktu senggang seperti berjalan kaki, atau melakukan pekerjaan lain dengan melibatkan gerakan fisik yang berdampak positif untuk meningkatkan kesehatan. Manfaat kesehatan apabila melakukan aktivitas fisik adalah untuk pemeliharaan berat badan, mengurangi resiko terkena diabetes melitus, obesitas, mengendalikan tekanan darah, kadar kolesterol, , mengendalikan stress dan



kecemasan, dan penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung, hipertensi dan stroke (Fuchs, 2015).



Sedentary Behaviour adalah perilaku kurang gerak atau yang biasa disebut malas gerak merupakan suatu perilaku yang terjadi ketika seseorang duduk atau berbaring yang membutuhkan pengeluaran energi yang sangat rendah (Setyoadi, Rini, & Novitasari, 2015). Sedentary behaviour berdampak negatif terhadap kesehatan, sedentary behavior menjadi trend isu penting dalam kesehatan masyarakat (Ochoa et al., 2007). Gaya hidup yang kurang aktif merupakan hal masalah yang memprihatinkan di negara maju dan berkembang yang berdampak buruk bagi kesehatan, karena kemajuan kehidupan saat ini menuntut seseorang melakukan pekerjaan dengan mudah dan tentunya mengurangi aktivitas fisik, yang berdampak buruk bagi kesehatan, fenomena kurang gerak atau malas gerak (Sedentary behavior) menjadi salah satu resiko penyebab terjadinya tekanan darah tinggi, glukosa darah tinggi (Hiperglikemia), lemak darah tinggi (Hiperlipidemia), kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas dimana fenomena ini dapat berkelanjutan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, hipertensi, diabetes melitus, kanker dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Sugihantono, 2019). Pendidikan kesehetan merupakan suatu proses perubahan perilaku dan diri individu untuk mencapai derajat sehat. Pendidikan kesehatan bertujuan mengubah kebiasaan yang tidak sehat menjadi sehat baik pada individu, kelompok, dan



masyarakat (Sari, 2013). Menurut (Kemenkes, 2018) di masa remaja terjadi proses pengenalan jati diri, dan apabila terjadi kegagalan dalam proses pengenalan jati diri ini dapat menyebabkan berbagai masalah, pada usia remaja mudah sekali dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya seperti teman sebaya dan media sosial sehingga rawan berdampak negatif seperti perilaku yang tidak sehat, atau informasi kesehatan yang tidak benar (hoax), misalnya mengikuti pola diet artis yang mereka gemari, mengonsumsi jajanan yang sedang trend di lingkungan sosial namun tidak bergizi, dan kurang beraktifitas fisik karena terlalu sering bermain games dan menggunakan sosial media sehingga membuat remaja menjadi malas gerak (mager) dan apabila malas gerak tersebut menjadi pola kebiasaan hidup sehari-hari remaja, maka akan berdampak jangka lama terhadap penyakit tidak menular. Berdasarkan uraian diatas, menunjukan bahwa usia diatas 10 tahun termasuk usia remaja memiliki perilaku kurang aktivitas fisik yang dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, maka dinilai perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang aktivitas fisik untuk merubah perilaku remaja yang malas gerak. Perubahan perilaku tersebut dapat terjadi apabila seseorang memiliki ilmu pengetahuan tentang pentingnya beraktivitas fisik. Pendidikan kesehatan merupakan solusi yang dapat mengatasi hal tersebut dengan memberikan pengetahuan tentang bahaya apabila seseorang kurang beraktivitas fisik. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang “ pengaruh pendidikan



kesehatan



tentang



bahaya



malas



gerak



(Sedentary



behaviour)



menggunakan metode think pair share dan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular ”.



1.2



Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “ apakah ada



pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya perilaku sedentari dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA”.



1.3



Tujuan Penelitian



1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada “pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya perilaku sedentari dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA”. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.



Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja terhadap pencegahan penyakit



tidak menular sebelum diberikan pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya perilaku sedentari dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA. 2.



Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja terhadap pencegahan penyakit



tidak menular setelah diberikan pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya



perilaku sedentari dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA. 3.



Menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan tentang bahaya perilaku sedentari



dengan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pencegahan penyakit tidak menular pada siswa SMA.



1.4



Manfaat Penelitian



1.4.1. Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk merubah pengetahuan dan sikap dalam mencegah penyakit tidak menular di kalangan remaja. 1.4.2. Bagi institusi Sebagai masukan untuk mengembangkan metode pendidikan kesehatan untuk memberikan informasi tentang bahaya malas gerak (perilaku sedentari). 1.4.3. Bagi masyarakat Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk mengatasi masalah perilaku kebiasaan bahaya malas gerak (perilaku sedentary) terhadap resiko penyakit tidak menular.



1.4.4 Bagi keperawatan Dapat menjadikan pendidikan kesehatan tentang bahaya perilaku sedentari menggunakan media audiovisual sebagai usaha yang dapat menarik perhatian remaja untuk tidak membiasakan perilaku sedentari 1.5



Batasan Penelitian



1.



Metode pendidikan kesehatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan media audiovisual.



2.



Lingkup yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan penyakit tidak menular melalui paparan materi tentang bahaya perilaku malas gerak (perilaku sedentari).



3.



Responden penelitian ini adalah remaja kelas 10 dan kelas 11 di SMA



1.6



Keaslian Penelitian Beberapa penelitian referensi yang sama mengenai pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan dan sikap pada siswa SMA dan pendidikan pencegahan penyakit tidak menular yaitu :



1.



(Rahman, Setyowati, & Ifroh, 2019) dengan judul Effect of health education of safety riding using audiovisual media on knowledge, attitudes, and subjective norms of junior high school student in samarinda Indonesia di sekolah menengah pertama 32 samarinda atau disebut SMPN 32 adalah salah satu sekolah menengah pertama di indonesia dikota samarinda dengan 336



siswa sebagai sebanyak 26% siswa naik sepeda motor ke sekolah dengan mengemudi dengan dikatakan tidak aman, memiliki resiko tinggi kecelakaan lalu lintas dinilai perlu adanya pemberian pendidikan kesehatan tentang mengemudi yang aman kepada siswa pada saat mengemudi, maka peneliti menawarkan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual di indonesia dalam bentuk film animasi tentang mengemudi yang aman untuk mengetahui seberapa efektif pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan norma subyektif pada siswa SMPN 32 samarinda. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam pengetahuan, sikap, dan norma subyektif antara kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai (p-value = 0,000). Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah tentang pemaparan tentang bahaya perilaku sedentari terhadap resiko penyakit tidak menular yang mengkhususkan siswa kelas 10 dan 11 menggunakan media audiovisual tentang bahaya perilaku sedentari. 2.



(Siregar, Rochadi, & Lubis, 2019) dengan judul The effect of health promotion using leaflets and audio-visual on improving knowledge and attitude toward the danger of HIV/AIDS among adolescents



Populasi



penelitian adalah semua siswa SMK Imelda Medan, yang berjumlah 112 siswa, dengan total sampel 53 siswa, peneliti melakukan pendidikan kesehatan karena dilatar belakangi oleh provinsi sumatera utara berada di peringkat ke 8 dari 33 provinsi di indonesia dengan angka kejadian 700 kasus AIDS. Medan



adalah kota yang memiliki prevalensi AIDS tertinggi di sumatera utara sebanyak 430 kasus, maka dari itu peneliti menawarkan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual dan leaflet dilakukan satu kali dalam kelompok intervensi setelah dua minggu kemudian melakukan post-test untuk mengukur pengetahuan dan sikap bahaya HIV/AIDS dikalangan remaja. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dari media leaflet dan media audiovisual pada pengetahuan dan sikap dengan nilai (p