BAB I Wadah Gelas Dan Karet [PDF]

  • Author / Uploaded
  • diki
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I WADAH SEDIAAN STERIL I.



WADAH GELAS A. Pengertian kemasan dan wadah Menurut keputusan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745, wadah adalah kemasan yang bersentuhan langsung dengan isi. Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71 peraturan tentang pembungkus dan penandaan wadah, wadah adalah salah satu komponen yang penting untuk sediaan farmasi, karena ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat secara keseluruhan termasuk kestabilan dan efek terapi obat. Menurut USP, wadah adalah alat untuk menampung suatu obat, atau mungkin dalam hubungan langsung dengan obat tersebut. Pengemas diartikan sebagai wadah, tutup, dan selubung sebelah luar, artinya keseluruhan bahan kemas, dengannya obat ditransportasikan dan/atau disimpan. Kemasan adalah penyatuan dari bahan yang dikemas (bahan yang diisikan) dan pengemas. Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan sebagai bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan bahan kemas sekunder. Pembagian wadah untuk injeksi dibagi menjadi dua macam yaitu: 1.Wadah dosis tunggal, adalah suatu wadah yang kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali yang dengan jaminan tetap steril. Contoh: ampul. 2.Wadah dosis ganda, adalah wadah kedap udara yang memungkinkan pengambilan isinya perbagian berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kaulitas atau kemurnian bagian yang tertinggal. Contoh vial atau botol serum Dalam industri farmasi, kemasan yang terpilih harus cukup melindungi kelengkapan suatu produk. Karenanya seleksi kemasan dimulai dengan penetuan sifat-sifat fisika dan kimia dari produk itu, keperluan melindunginya, dan tuntutan pemasarannya. Secara umum, hal-hal penting yang harus diperhatikan dari wadah adalah: 1.Harus cukup kuat untuk menjaga isi wadah dari kerusakan 2.Bahan yang digunakan untuk membuat wadah tidak bereaksi dengan isi wadah 3.Penutup wadah harus bisa mencegah isi: · Kehilangan yang tidak diinginkan dari kandungan isi wadah



· Kontaminasi produk oleh kotoran yang masuk seperti mikroorganisme atau uap yang akan mempengaruhi penampilan dan bau produk. 4.Untuk sediaan jenis tertentu harus dapat melindungi isi wadah dari cahaya 5.Bahan aktif atau komponen obat lainnya tidak boleh diadsorpsi oleh bahan pembuat wadah dan penutupnya, wadah dan penutup harus mencegah terjadinya difusi melalui dinding wadah serta wadah tidak boleh melepaskan partikel asing ke dalam isi wadah 6.Menunjukkan penampilan sediaan farmasi yang menarik Berdasarkan pertimbangan tentang kondisi penutupan dalam Farmakope Indonesia, penyimpan obat dikelompokkan : 1.Wadah tertutup baik, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari zat padat dari luar dan dari hilangnya obat pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan dan distribusi yang lazim. 2.Wadah tertutup baik terlindung dari cahaya 3.Wadah tertutup rapat, yaitu wadah yang dapat melindungi isinya dari kontaminasi cairan-cairan, zat padat atau uap dari luar, dari hilangnya obat tersebut, dan dari pengembangan, pencairan, atau penguapan pada kondisi pengangkutan, pengapalan, penyimpanan, dan distribusi yang lazim. Suatu wadah tertutup rapat ditutup kembali sehingga kemampuan yang sama seperti sebelum dibuka. 4.Wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya Bahan kemas yang kontak langsung dengan bahan yang dikemas, dinyatakan dengan bahan kemas primer, sebaliknya pembungkus selanjutnya, seperti kotak terlipat, karton dan sebagainya dinamakan sebagai bahan kemas sekunder. Untuk menjamin stabilitas produk, harus ditetapkan syarat yang sangat tegas terhadap bahan kemas primer, yang seringkali menyatu dengan seluruh bahan yang diisikan baik berupa cairan dan semi padatan. Bahan kemas sekunder pada umumnya tidak berpengaruh terhadap stabilitas. Jenis kemasan primer dalam sediaan steril terdapat wadah gelas, wadah plastik, wadah metal, wadah karet. B. Kemasan primer 1. Kemasan gelas Gelas umumnya digunakan untuk kemasan dalam farmasi, karena memiliki mutu perlindungan yang unggul, ekonomis, dan wadah tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Gelas pada dasarnya bersifat inert secara kimiawi, tidak permeable, kuat, keras dan disetujui FDA. Gelas tidak menurun mutunya pada penyimpanan, dan dengan sistem penutupan seperlunya dapat menjadi penghalang yang sangat baik terhadap hampir setiap unsur, kecuali



sinar. Gelas berwarna dapat memberi pelindungan terhadap cahaya bila diperlukan. Kekurangan utama dari gelas sebagai kemasan adalah karena mudah pecah dan berat. a.Komposisi gelas Gelas terutama tersusun dari pasir (silica yang hampir murni), soda abu (natrium karbonat), batu kapur (kalsium karbonat), dan cullet (pecahan gelas yang dicampur dengan batch pembuatan dan berfungsi sebagai bahan penyatu untuk seluruh campuran). Kation yang paling umum didapatkan dalam bahan gelas farmasi adalah silicon, alumunium, boron, natrium, kalium, kalsium, magnesium, zink, dan barium. Satu-satunya anion yang penting adalah oksigen. Boron oksida ditambahkan untuk membantu proses pencairan. Timah dalam jumlah kecil membuat gelas jernih dan berkilau. Alumina (Alumunium oksida) sering digunakan menambah kekerasan dan keawetan serta menambah ketahanan terhadap reaksi kimia. b.Tipe Gelas Gelas yang digunakan untuk kemasan dalam mengemas sediaan farmasi digolongkan menjadi empat kategori tergantung pada bahan kimia dari gelas tersebut dan kemampuannya untuk mencegah peruraian, yaitu 1.Tipe I – borosilicate glass (gelas borosilikat dengan daya tahan tinggi) Pada proses pembuatan sebagian besar alkali dan kation tanah diganti oleh boron dan atau alumunium serta zink. Mempunyai daya tahan kimiawi yang sangat baik sehingga tidak mempengaruhi preparat parenteral yang sangat peka, lebih baik daripada gelas natrium karbonat. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral. 2.Tipe II – treated soda lime glass (gelas soda kapur yang diproses) Adalah gelas soda kapur silikat yang sudah mengalami pengerjaan permukaan pada bagian yang berhubungan dengan isinya dan mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Umumnya digunakan untuk sediaan parenteral bersifat asam dan netral 3.Tipe III – regular soda lime glass (gelas soda kapur biasa) Adalah gelas soda kapur silikat yang mempunyai daya tahan kimiawi yang cukup sehingga tidak mempengaruhi preparat farmasi yang dikemas. Biasanya tidak digunakan untuk sediaan parenteral, kecuali jika data uji stabilitas yang sesuai menunjukkan bahwa kaca Tipe III memenuhi untuk sediaan parenteral yang dikemas di dalamnya. 4.Tipe NP – general purpose soda lime glass (gelas soda kapur untuk penggunaan umum) Adalah gelas soda kapur silikat yang digunakan untuk produk non parenteral yang dimaksud untuk pemakaian penggunaan oral dan topical.



Wadah yang biasa menggunakan gelas adalah botol, pot, vial, dan ampuls. Kemasan gelas dibuat dari tiga tipe gelas, yaitu gelas netral (Tipe I) bersifat kurang alkali dan lebih banyak aluminium, gelas surface treated/borosilikat (Tipe II) bersifat kurang alkali dan lebih banyak aluminium, sangat baik dan harganya sangat mahal, dan gelas soda / alkali (Tipe III) digunakan untuk bahan padat kering dan cairan bukan air. Untuk sediaan dengan berat di atas 2 g, biasa digunakan pot dari gelas. Gelas melindungi dengan baik dan cocok dengan banyak produk. Untuk produk yang dipengaruhi oleh cahaya, seperti salep yang mengandung fenol aktif atau garam merkuri, gelas yang berwarna kuning sawo matang (coklat) sering digunakan untuk mencegah perubahan warna dari zat aktif. Tutup harus dapat mencegah sediaan menjadi kering atau penguapan air dan zat aktif yang mudah menguap. Kelebihan menggunakan gelas antara lain, inert, kedap udara, dibuat dari bahan yang relatif murah, tidak mudah terbakar, bentuknya tetap, mudah diisi, mudah ditutup, dapat dikemas menggunakan packaging line, mudah disterilisasi, mudah dibersihkan dan dapat digunakan kembali. Kekurangan gelas sebagai wadah untuk menyimpan sediaan semisolid dibandingkan dengan logam dan plastik adalah lebih rapuh (mudah pecah) dan lebih berat untuk pengiriman. Kemasan untuk konsumen yang terbuat dari gelas bukan merupakan wadah yang paling tidak higienis karena wadah akan sering dibuka berulang – ulang oleh konsumen, dimana tangannya tidak selalu bersih. C. Uji Pada Wadah Gelas 1.Uji Transmisi cahaya Alat: Spektrofotometer dengan kepekaan dan ketelitian yang sesuai untuk pengukuran



jumlah



cahaya yang ditransmisi oleh wadah sediaan farmasi yang terbuat dari bahan gelas. Penyiapan contoh: Potong wadah kaca dengan gergaji melingkar yang dipasang dengan roda abrasif basah, seperti suatu roda berlian.Wadah dari kaca tiup dipilih bagian yang mewakili ketebalan ratarata dinding dan potong secukupnya hingga dapat sesuai untuk dipasang dalam spektrofotometer.Wadah gelas tadi dicuci dan dikeringkan dengan hati-hati untuk menghindari adanya goresan pada permukaan.Gelas contoh kemudian dibersihkan dengan kertas lensa dan dipasang pegangan contoh dengan bantuan paku lilin. Prosedur: Potongan diletakkan dalam spektrofotometer denagn sumbu silindris sejajar terhadap bidang celah dan lebih kurang di tengah celah.Jika diletakkan dengan benar, sorotan cahaya



normal terhadap permukaan potongan dan kehilangan pantulan cahaya minimum.Ukur tranmitans potongan dibandingkan dengan udara pada daerah spektrum yang diinginkan terus-menerus dengan alat perekam atau pada interval lebih kurang 20 nm dengan alat manual pada daerah panjang gelombang 290 nm—450nm. Batas: Transmisi cahaya yang diukur tidak melewati batas yang tertera pada tabel 1, untuk wadah sediaan parenterral.Transmisi cahaya wadah kaca atau gelas tipe NP untuk sediaan oral atau topikal tidak lebih dari 10% pada setiap panjang gelombang dalam rentang 290nm—450nm. Ukuran nominal (dalam ml)



1 2 5 10 20 50



Presentase maksimum Transmisi Cahaya pada panjang gelombang antara 290 dan 450 nm Wadah segel-bakar



Wadah segel tutup rapat



50 45 40 35 30 15



25 20 15 13 12 10



Catatan setiap wadah dengan ukuran antara seperti yang tertera pada tabel di atas menunjukkan transmisi tidak lebih dari wadah ukuran lebih besar seperti yang terterapada tabel.Untuk wadah lebih dari 50 ml, gunakan batas untuk 50 ml. 2.Uji Tahan Bahan Kimia Prinsip: Menetapkan daya tahan wadah kaca atau gelas baru (yang belum pernah digunakan) terhadap air. Tingkat ketahanan ditentukan dari jumlah alkali yang terlepas dari kaca karena pengaruh media pada kondisi ynag telah ditentukan. Pengujian dilakukan di ruangan yang relatif bebas dari asap dan debu berlebihan.



Tabel 3. Alat dan pereaksi untuk uji bahan kimia Alat Pereaksi 1) Otoklaf dengan suhu yang dipertahankan 121°± 1) Air kemurnian tinggi dengan konduktivitas 0,15mm 2,0° dan mampu menampung 12 wadah diatas 2) Larutan merah metil permukaan air. 2) Lumpang dan alu yang terbuat dari bajadiperkeras 3) Pengayak terbuat dari baja tahan karat ukuran 20,3



4) 5) 6) 7) 8)



cm yaitu nomor 20,40 dan 50 Labu erlenmeyer 250ml terbuat dari kaca tahan lekang Palu 900 g Magnit permanen Desikator Alat volumetrik secukupnya Prosedur : Bahan uji ditambahkan 5 tetes indikator dn memerlukan tidak lebih dari 0,020ml natrium hidroksida 0,020 N LV untuk mengubah warna indikator dan ini terjadi pada pH 5,6. 3.Uji Serbuk Kaca Penyiapan contoh: Pilih secara acak 6 atau lebih wadah, bilas dengan air murni, keringkan dengan udar bersih dan kering.Hancurkan wadah hingga menjadi ukuran lebih kurang 25mm. Lalu pecahan kaca dtumbuk dengan lumpang dan alu diteruskan dengan pengayakan nomor 20 setelah itu nomor 40.Ulangi kembali penghancuran dan pengayakan.Kemudian pecahan kaca diayak dengan ayakan yang menggunakan penggoyang mekanis selama 5 menit. Pindahkan bagian yang tertinggal pada ayakan nomor 50, yang bobotnya harus lebih dari 10 g ke dalam wadah bertutup dan simpan dalam desikator hingga saat pengujian Sebarkan contoh pada sehelai kertas kaca dan lewatkan magnit melalui contoh tersebut untuk menghilangkan partikel besi yang terikut selama pengahancuran.Masukkan contoh kedalam labu Erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia dan cuci 6 kali, tiap kali dengan dengan aseton.Keringkan labu dan isi pada suhu 140° selam 20 menit, pindahkan butiran ke dalam botol timbang dan dinginkan dalam desikator. Contoh uji digunakan dalam waktu 48 jam setelah pengeringan. Prosedur : Timbang contoh uji, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml yang diekstraksi dengan air kemurnian tinggi dalam tangas air pada suhu 90 selama tidak kurang dari 24 jam atau pada suhu 121 selama 1 jam. Tambahkan 50,0 ml air kemurnian tinggi ke dalam labu dan ke dalam labu lain untuk blanko. Tutup semua labu dengal gelas piala terbuat dari borosilikat yang sebelumnya telah diperlakukan seperti ditetapkan denagn ukuran sedemikian hingga dasar gelas piala menyentuh bagian tepi labu.Letakkan wadah dalam otoklaf dan tutup hati-hati, biarkan lubang ventilassi terbuka. Panaskan hingga uap keluar dan lanjutkan pemanasan selama 10 menit. Tutup lubang ventilasi



dan atur suhu 121 .Pertahankan suhu pada 121°± 2° selam 30 menit dihitung saat suhu tercapai. Kurangi panas hingga otoklaf mendingin dan mencapai tekanan atmosfer dalam 38 menit hingga 46 menit, jika perlu buka lubang ventilasi untuk mencegah terjadinya hampa udara. Dinginkan segera labu dalam air mengalir, enaptuangkan air dalam labu ke dalam bejana sesuai yang bersih dan cuci sisa serbuk kaca 4 kali , tiap kali dengan 15 ml air kemurnian tinggi. Tambahkan 5 tetes larutan merah metil dan titrasi segera dengan asam sulfat 0,020 N LV. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan untuk menetralkan ekstrak dari 10 g contoh uji, lakukan titrassi blanko. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan tabel uji untuk tipe gelas yang diuji. 4.Uji Ketahanan terhadap Air pada Suhu 121° Penyiapan contoh: Pilih secara acak 3 atau lebih wadah bilas 2 kali dengan air kemurnian tinggi. Prosedur : Isi setiap wadah dengan air kemurnian tinggi hingga 90% dari kapasitas penuh dan lakukan prosedur seperti yang tertera pada uji serbuk kaca mulai dengan “Tutup semua labu…..”, kecuali waktu pemansan dengan otoklaf 60 menit bukan 30 menit dan diakhiri dengan “untuk mencegah terjadinya hampa udara”. Kosongkan isi dari 1 atau lebih wadah ke dalam gelas ukur 100 ml. Jika wadah lebih kecil, gabungkan isi dari beberapa wadah untuk memperoleh voluyme 100 ml. Masukkan kumpulan contoh dalam labu erlenmeyer 250 ml terbuat dari kaca tahan bahan kimia, tambahkan 5 tetes larutan metil merah, titrasi dalam keadaan hangat dengan asam sulfat 0,020N LV. Selesaikan titrasi dalam waktu 60 menit setelah otoklaf dibuka. Catat volume asam sulfat 0,020 N yang digunakan , lakukan titrasi blanko dengan 100 ml air kemurnian tinggi pada suhu yang sama dan dengan jumlah indikator yang sama. Volume tidak lebih dari yang tertera pada tabel tipe kaca dan batas uji untuk tipe kaca yang diuji. 5.Uji Arsen Arsen tidak lebih dari 0,1 bpj;gunakan sebagai larutam uji 35 ml air dari 1 wadah kaca tipe I, atau jika wadah lebih kecil , 35 ml dari kumpulan isi dari beberapa wadah kaca tipe I, yang disiapkan sesuai prosedur seperti yang tertera pada ketahanan terhadap Air pada suhu 121°. II.



WADAH KARET a. Umum Elastik( elastomer) pada bidang farmaseti, terutama digunakan sebagai material tutup untuk botol infus dan botol tembusan serta material slang (juga untuk terpi infus). Elastik adalah bahan yang berbentuk dari zat-zat organik, padat, didominasi oleh polimer tinggi, yang menunjukan sifat seperti karet elastis.



Termasuk ke dalamnya adalah seluruh produk karet alam dan karet sintetis serta bahan sejenis karet. Elastisitasaret dapat dikarateristikan sebagai berikut : Melalui gaya tarik dari yang relatif rendah ( 0,1-1 N/mm2, 1-10 kp/cm2) akan terjadi peregangan kuat, dan pengerasan sebesar 10-100 kali. Elastik dalam keadaan tidak meregang adalah amorf, pada saat meregang muncul sifat kristalinitasnya. Eksistensi dari rantai molekul panjang, barjalin antara sesamnya, sangat menetukan sifat elastis karet polimer tinggi. b. Bahan pembantu Melalui vulkanisasi karet mentah, artinya melalui penamahn belerang dan pemanasan dengan disertai tekanan, karet akan memperoleh elastistasnya, kekompakan dan daya tahannya terhadap pengaruh panas. Tergantung jumlah dari penambahan belerang, dapat dibuat karet lunak(5-10 %) dan karet keras (30-50% belerang). Produk karet sintetis juga dapat divulkanisasi. Dalam waktu yang sama digunakan sejumlah bahan, yang menentukan kualitas produk akhir. Diantaranya yang dapat disebutkan antara lain: 1.Katalisator Senyawa ini mempercepat proses polimerisasi ( misalnya peroksida sebagai suplier oksigen). 2.Pempercepat vulkanisasi. Dalam hal ini digunakan senyawa nitrogen organik atau belerang seperti amin sekunder, santogenat, ditiokarbamat, tiazol atau bahan anorganik, seperti magnesium oksida, kalsium hidroksida, antimon trisulfida, atau antimon pentasulfida. 3.Inhibitor Senyawa ini berfungsi untuk mengakhiri proses vulkanisasi yang dikendalikan secara katalik setelah mencapai kekerasan yang dikehendaki (misalnya garam timbal,nikel dan besi). 4. Stabilisator atau bahan pelindung proses penuaan Dalam hal ini khusus digunakan senyawa fenol dan amina, misalnya hidrokinon, pirogalol, fenil naftilamin, fenilendiamin. 5. Modifikator Senyawa ini berfungsi sebagai vahan pengeras, pembuat lunak, atau pengendap pori, misalnya parafin cair,ftalat, dan sebagai zat yang memepunyai pengaruh penting terhadap sifat produk akhir. 6. Bahan pengisi Senyawa ini digunakan hanya untuk bahan peregang, tetapi sering juga untuk memperbaiki sifat mekanis, kemantapan terhadap gesekan. Sebagai contoh disebutkan kapur, jelaga, pasir, asbes, seng oksida dan barium sulfida. 7. Bahan pewarna



Dalam hal termasuk pigmen atau bahan pewarna sejati. Juga dapat disarankan penambahan bahan pelindung cahaya, penutup bau dan dalam kasus khusus juga bahan yang sulit terbakar. c. Sifat dan kecocokan secara farmasetik Sifat yang menonjol dari karet alam, khusus elastisitasnya, sangat menyulitkan proses standarisasinya. Sabagai produk alam, komposisi karet mentah sangat bervariasi tergantung dari daerah asalnya dan telah bervariasi dari satu perkebunan ke perkebunan lain. Dari segi ini, jenis karet sintetis ( misalnya produk polimerisasi dari butadiena, metilbutadiena, 2- klorbutadiena)dinyatakan lebih eksak. Jenis karet sintetisdapat dibuat menjadi keras dan untuk memperoleh sifat yang dikehendaki diperlukan penambahan beberapa bahan pembantu, yang juga digunakan untuk meracik karet alam. Syarat kecocokannya sebagai material tutup pada wadah untuk larutan injeksi dan infus adalah bahan jenis karet ( atau jenis bahan sintetis) harus memiliki sifat elastis yang mencukupi sehingga menjamin penutupan wadah panas, penyimpanan dingin. d. Tutup Elastomerik (tutup karet) Definisi tutup elastomerik menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah bagian dari pengemas yang berhubungan langsung atau mungkin berhubungan langsung dengan obat. Elastomer atau lebih dikenal sebagai karet, sudah digunakan sebagai bahan untuk kemasan sediaan parenteral sejak awal abad 20 karena memiliki sifat fisik unik, yaitu sangat mudah dibentuk, yang cukup penting bagi fungsi kemasan sediaan parenteral. Secara kasar, karet dikatakan sebagai bahan polimer yang pada suhu kamar dapat diregangkan mencapai 2 kali panjang awalnya dan jika dibebaskan akan kembali ke ukuran semula. Walau memiliki definisi sederhana, karet adalah senyawa kompleks yang terdiri dari 2 sampai 10 atau lebih bahan mentah. Komponen polimer utamanya adalah elastomer. Tutup elastomerik dapat berasal dari bahan alam atau sintetis. Tutup elastomerik umumnya merupakan campuran kompleks dari berbagai bahan meliputi polimer dasar (elastomer), pengisi, akselerator, vulcanizing agent (bahan vulkanisir), dan pigmen. Sifat tutup elastomerik tidak hanya bergantung pada bahan-bahan di atas, tetapi juga pada prosedur pembuatan seperti pencampuran, penggilingan, bahan pengabu yang digunakan, pencetakan dan pemasakan. Contoh sifat yang diinginkan dari elastomer adalah kompresibilitas dan kemampuan untuk menutup kembali. Faktor-faktor seperti prosedur pembersihan, media kental dan kondisi penyimpanan juga mempengaruhi kesesuaian tutup elastomerik untuk penggunaan khusus. Evaluasi terhadap faktor demikian harus dilakukan uji khusus tambahan yang sesuai,untuk menentukan kesesuaian tutup elastomerik untuk penggunaan yang diinginkan. Kriteria



pemilihan tutup elastomerik juga harus mencakup penelitian teliti terhadap semua bahan, untuk meyakinkan bahwa tidak ada penambahan unsur yang dicurigai atau diketahui bersifat karsinogenik atau bahan toksik lain. Persyaratan kecocokannya sebagai materi tutup pada wadah sediaan injeksi adalah bahwa karet menunjukkan elastisitas yang cukup dengan demikian menjamin wadah yang kedap dan tahan terhadap pengaruh suhu. Sifat-sifat tutup elastomerik yang baik : a. Permukaan harus licin dan tidak berlubang agar dapat dicuci bersih. b. Menutup rongga-rongga kecil pada permukaan, seperti leher bagian dalam vial atau dinding-dinding bagian dalam syringe hipodermik. Bahan lain seperti gelas, logam tak memiliki kemampuan ini. c. Kekerasan dan elastisitasnya harus mencukupi sehingga ia dapat melewatkan jarum suntik tanpa membuatnya menjadi tumpul. d. Mudah ditembus oleh jarum syringe hipodermik dan menutup rapat kembali dengan cepat setelah jarum ditarik. e. Pada masuknya jarum infeksi tidak ada partikel tutup elastomerik yang mencapai ke dalam larutan injeksi. f. Tak mengalami perubahan sifat akibat proses sterilisasi g. Impermeabel terhadap udara dan lembab (untuk meghindari peruraian obat yang sensitif terhadap air) Contoh penggunaan tutup elastomerik : a) Tutup vial Tutup vial elastomer digunakan sebagai tutup primer vial parenteral dan merupakan salah satu jenis bahan yang banyak digunakan sebagai tutup sediaan farmasi. Karet dapat dibentuk menjadi tutup vial dalam berbagai bentuk dan ukuran, dari unit-dose sampai tutup wadah bermuatan beberapa liter. Kedudukan tutup vial dijaga oleh lapisan segel logam sampai ke leher vial. Jenis tutup



Diameter luar



Diameter dalam



Ketebalan



vial West V-24 West V-35 West S-127 West S-51 b) Tutup univial



(flange) (inci) 0,400 0,500 0,750 1,101



(plug) (inci) 0,226 0,305 0,524 0,623



(inci) 0,088 0,082 0,110 0,157



Zat aktif yang tidak stabil dalam bentuk larutan berada dalam bentuk kering sampai pada saat akan digunakan. Serbuk zat aktif berada pada bagian bawah vial sedangkan diluen steril berada pada bagian atas. Dua bagian vial ini dibatasi oleh karet, yang akan bergeser akibat adanya tekanan hidrostatik dari tekanan yang diberikan pada tutup univial. Saat karet



tergeser, akan terjadi proses pencampuran dan disolusi dari serbuk zat aktif pada kompartemen bagian bawah. d.



Jenis Elastik 1. Karet alam Komposisi karet alam umumnya tidak seragam. Karet mentah terdiri dari hidrokarbon 93,3-93,6 %. Seluruh jenis karet alam merupakan polisopren dengan rumus kimia(C5H8)n dengan konfigurasi cis- 1,4 yang jumlahnya nyaris 100% dan memiliki berat molekul antara 300.000 dan 700.000 Karet mentah diperoleh dari lateks ( getah) Hevea brasiliensis dan Euphorbiaceae lainnya. Tumbuhan penghasil penghasil karet juga termasuk famili Apocyaceae, Moraceae dan Compositae. 2. Produk perubahan dari karet alam a.Karet Klor Karet klor diperoleh melalui pengklorinasian karet mentah dalam karbon tetraklorida pada suhu 80o-110oC. Kandungan klor berjumlah sampai 65 % pada suhu di atas 80 0C terjadi penguraian( pemisahan HCl). Keuntungannya terletak pada kekerasanny, tidak mudah terbakar dan memiliki kemantapan yang lebih baik dalam alkali dan asam b.Karet siklo Produk siklinisasi terbentuk melalui pemanasan karet mentah dengan asam sulfonilat atau sulfoklorida. Karet siklo stabil terhadap lemak, asam encer, dan alkali, akan tetapi rusak oleh hodrokarbon alifatik dan aromatik. Digunakan untuk membuat salutan pada material wadah. c.Karet sintetis Karet sintetis memiliki kemiripan dengan karet alam dalam bangun kimianya atau sifat fisika kimianya. Karet jenis ini juga digunakan dalam campuran dengan karet alam.  Polimerisat campur polibutadiena dan butadiena  Polimerisat butadiena-stiren  Polimerisat Butadiena-akrilnitril



Produk ini mempunyai daya tahan mekanis yang baik, permeabilitas uap air dan gas yang cukup, serta stabilitas yang baik terhadap minyak lemak dan parafin. a.Poliklorbutadiena ( karet kloropren)



Pembuatannya berlangsung melelui polimerisasi dari kloropren (2-klor-1,3-butadiena). Produk tersebut kekerasan yanh besar, stabil terhadap pengaruh oksidatif, minyak mineral, minyak lemak, asam dan basa encer. Permeabilitas air dan gasnya, rendah. Mereka melunak sejak suhu kira-kira 600C. b.Polisopren(karet isopren, karet metil) Sifat dan penggunaannya identik dengan karet alam. Polisorpen terbentuk melalui polimerisasi dari isopren. c. Polisobutilen (karet butil) Karet butil diperoleh melalui polimerisasi campuran dari isobutan (97 %) dengan sedikit isopren atau butadiena dalam metilen klorida pada suhu sekitar -1000C. d.Karet polisulfida Tieolastik merupakan polikondensat dari alkalipolisulfpida dan dihalogenida alifatik. Mereka memiliki stabilitas pembengkakan terhadap bahan pelarut, stabil terhadap penuaan dan oksidasi, dan kekompakan mekanisnya relatif rendah. e.Karet silikon Karet silikon stabil terhadap minyak dan lemak serta tidak peka suh. Permeabilitas gasnya, ekstrem tinggi. Digunakan antara lain untuk material slang medisin, farmasi dan material tutup serta bagian sintetis untuk implantasi. f.Poliuretan Poliuretan mirip karet diperoleh melalui penggantian diisosianat dengan poliester rantai panjang, mengabdung gugus hidroksil dan diakhiri dengan perajutan. Sifatnya tidak stabil terhadap asam, basa dan air mendidih, tetapi kompak e.



Pengujian Untuk Plastik dan Elastik Plastik dan elastik, yang sebaiknya digunakan untuk tujuan farmasi atau kedokteran, harus diuji dengan kecermatan, khusus terhadap kecocokannya. Banyak bahan dan bahan pembantu, yang diperlukan pada saat pembuatannya, sangat menyulitkan evaluasinya. Akibatnya tidak larutnya polimer tinggi yang murni maka bahaya pelepasannya ke dalam larutan bahan obatrendah. Untuk membuktikan zat-zat toksis, pengujian secara fisika dan kimia belum memadai. Untuk itu diperlukan pengujian secara biologis. Jenis dan skala pengujiannya tergantung dari tujuan penggunaan plastik dan elastik, dengan skala klasifikasi berikut : objek, yang ditetapkan untuk tinggal secara temporer atau tempo lama di dalam organismus. Cara pengujian selanjutnya bergantung dari, apakah objek dapat bersentuhan dengan bahan hidrofil atau dengan bahan lipofil. Luas permukaan total dari potongan atau masa yang



telah diperkecil dan barang yang telah diproses sebelumnya dengan air (elemen penutup hanya dibagi dua) digunakan untuk membuat larutan penguji. Larutan ini diperoleh dengan menggunakan air atau air untuk injeksi atau minyak kacang atau minyak kacang yang disterilkan atau suatu campuran alkohol-air dan diperoleh melalui pemprosesan elastik atau plastik yang akan diuji dengan panas( misalnya disterilkan 20 menit pada suhu 1210C atau selama 16 jam pemanasan, suhu 700C).



Pengujian barang yang terbuat dari karet Pengujian secara fisika dan kimia Pengujian secara biologis - warna, bau, rasa - bahan pirogen - sifat pemukaan



- bahan yang berkerja hemolitik



- kemudahan penembusan



- tersatukan pada tikus



- fragmentasi



- tersatukan pada jantung



- kemudahan menutup kembali



- katak terisolasi



- kemantapan terhadap minyak



- tersatukan pada kutu air



- indeks bias



- tersatukan lokal pada kulit



- pengotor tak larut



- tersatuka lokal pada mata



- harga pH



- tersatuak lokal setelah implantasi



- amonium



- tidak permeabilitas



- ion logam berat, seng, klorida



untuk



mikrorganisme



- ion sulfat, ion sulfida - senyawa timah organik - pengotor mereduksi - sisa penguapan UJI KEBOCORAN Kebocoran terjadi ketika diskontinuitas terdapat pada dinding sebuah wadah yang dapat memungkinkan lewatnya gas di bawah aksi dari tekanan atau konsentrasi yang ada di seluruh dinding. Kebocoran berbeda dari permeasi, yang merupakan aliran materi melalui penghalang itu sendiri. Kebocoran secara matematis didefinisikan sebagai tingkat di mana suatu unit gas massa (atau volume) yang mengalir masuk atau keluar dari kebocoran di bawah kondisi temperatur dan tekanan spesifik. Sebagai contoh, minuman berkarbon dapat mengalami kebocoran 10cc karbon dioksida dalam 3 bulan pada 60 psig, atau paket terendam



dapat bocor dua gelembung per detik dari 1 / 8 inch diameter saat mengalami tekanan sampai 40 psig. Satuan ukuran yang umum digunakan dalam referensi banyak literatur untuk menentukan tingkat kebocoran adalah standar sentimeter kubik per detik (std cm3 / s atau std cc / s). Menurut unit sistem metrik internasional (SI nomenklatur), kebocoran diukur dalam meter kubik per detik pascal (Pa ⋅ m3 / s). dalam keduanya, unit massa gas (std cc dan Pa ⋅ m3) menunjukkan kuantitas gas (udara) yang terkandung dalam unit volume (101 kPa). Untuk pengukuran yang sangat tepat, temperatur standar 20 ° C (293 ° K) juga ditentukan. Kecuali suhu bervariasi secara luas selama percobaan, Namun, perubahan kecil akibat variasi suhu tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan perbedaan yang berpotensi besar dalam tekanan gas.Belakangan ini, std cc/s adalah satuan ukuran lebih umum, tetapi karena kedua unit ukuran digunakan secara konvensional, tingkat kebocoran sering disajikan baik dalam unit stdcc/s atau Pa⋅m3/s, tergantung pada sumber referensi yag digunakan. Untuk mengkonversi ke stdcc /s dariPa⋅m3/s, unit SI harus dikalikan dengan faktor 9,87atau sekitar 10 Istilah yang digunakan untuk mendefinisikan spesifikasi tingkat kebocoran akan berbeda tergantung dengan jenis metode uji yang digunakan. Dalam beberapa kasus, kebocoran diukur secara kualitatif, dan spesifikasi dapat didefinisikan secara absolut. Sebagai contoh, untuk sebuah wadah yang dimaksudkan untuk mencegah hilangnya cairan dan masuknya mikroba, setiap kebocoran cairan yang terdeteksi di bawah kondisi penyimpanan dan penggunaan akan dianggap tidak diterima. Di sisi lain, ketika kebocoran yang diukur kuantitatif, spesifikasi kebocoran dapat didefinisikan dalam bilangan. Hal ini terjadi, misalnya, ketika mengukur kebocoran gas dengan spektrometri massa helium, diferensial tekanan, atau vacuumloss. Setelah tingkat kebocoran kegagalan produk telah ditentukan, batas tingkat kebocoran harus disesuaikan kembali. Mengingat fakta bahwa tingkat kebocoran gas adalah fenomena logaritmik, dan tes kebocoran banyak yang akurat hanya dalam 50% dari nilai sebenarnya, adalah wajar untuk menggunakan faktor keamanan ketika memilih spesifikasi tingkat kebocoran. Seringkali, faktor keamanan 0,1 direkomendasikan untuk kemasan yang harus menunjukkan 10-5 Pa m3 / s sebagai laju kebocoran maksimum yang diijinkan, spesifikasi tingkat kebocoran akan 106 Pa ⋅ m3 / s . Ketika mengacu pada kebocoran gas, pengaturan kondisi standar yang paling umum diterima. adalah bahwa udara kering pada 25 ° C untuk perbedaan tekanan antara 1 standar atmosfer dan vakum (suasana standar adalah 101,325 kPa). Untuk tujuan praktis, vakum perlu tidak lebih baik dari 1 / 100 dari suasana atau 1 kPa. Jika kondisi pengujian



tidak ditentukan, kondisi standar ini umumnya disarankan. Metode uji – uji kebocoran menurut Akers, J. Michael dan Larrimore, S. Daniel yaitu : 1. Acoustic Imaging Merupakan teknologi uang digunakan untu menentukan akibat yang tersembunyi atau yang terlihat pada objek yang sangat kecil. Pada acoustic imaging, dirancang khusus transduksi piezoelektrik yang diubah menjadi impuls elektrik dengan frekuensi sekitar ratusan megahertz. Lensa acoustic memfokuskan gelombang tersebut pada titik yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi sesuatu yang rapuh atau tipis diantara bahan uji. Kemudian gelombang akan dihantarkan pada detector dan program tersebut akan menampilkan gambar planar atau gambar yang menyajikan kedalaman yang beragam pada sampel. Teknologi ini dikembangkan sebagai alat dalam R&D untuk mengevaluasi kemasan farmasi. 2. Bubble test Metode ini umumnya dilakukan dengan meletakkan kemasan dalam air, gunakan tekanan, dan lakukan



inskpeksi untuk gelembung (metode 1). Sebagai alternative,



surfaktan dapat digunakan pada permukaan terluar kemasan yang diberiakn tekanan yang dapat dinspeksi untuk penyabunannya ( metode 2). Uji gelembung dapat diketahui keberadaan dan lokasi dari kebocoran.sensitivitasnya mulai dari 10-1 sampai 10-5 std cc/s tergantung pada panjang waktu yang digunakan untuk observasi. Sensitivitas dar metode 1 sebagai bilangan dan ukuran dari gelembung yang terlihat pada air submersion pada waktu tertentu dengan parameter uji tertentu. Kerugian dari uji gemebung ini untuk produk parental adalah perlunya suasana basah, akantetapi meupakan uji yang cepat. Pada percobaan metode kedua pada penelitian sebelumnya dihasilkan deteksi kebocoran rendah pada 10-6 pa .m3/s (10-5 std cc/s) 3. Vacuum Vacuum merupaka uji yang dapat digunakan untuk beberapa jenis aplikasi wadah, termasuk wadah makanan, alat kedokteran, dan wadah farmasi. Keuntungan utama dari metode jenis ini adalah dapat dilakukan pada wadah yang akan diuji langsung tanpa terknotaminasi oleh panambahan zat kimia tau gas dan biasanya tidak terjadi kerusakan fisika. Prinsip dati tehnik ini adalah memindahkan wadah kedalam kotak uji yang tertutup rapat, keluarkan tekanan atau vacuum kedalam kotak , kemudian ukur kecepatan dari perubahan vacuum pada kotak terhadap waktu. Kecepatan atua penambahan perubahan dibandingkan dengan control yang tidak bocor. Perbuhan besar yang berarti untuk uji wadah adalah indikasi dari kebocoran. 4. Pengamatan Visual



Merupakan inspeksi terhada o kebocoran yang paling mudah diantara cara yang lain tetapi sensitifitasnya paling kecil dianata cara yang lain. Inspeksi ini merupakan metode kualitatif yang digunakan untuk mendeteksi kebocoran yang besar. Cara ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan pencahayaan khusus dan latar background. 5. Perubahan berat ( weight loss ) Untuk melakukan uji perubahan berat, jumlah bahan yang dimasukkan dan wadahyang digunakan diamati perubahan beratnya (untuk cairan) atau penambahan berat (untuk wadah berisi kering) terhadap waktu.Uji termasuk wadah dalam keadaan ekstrim dari kelembapan umum dan atau suhu. Uji ini adalah metode untuk integritas wadah yang terdapat pada USP untuk wadah dosis tunggal dan dosis ganda untuk obat oral padat, sama halnya untukbotol yang digunakan untuk cairan. Uji ini cukup akurat dan mudah untuk dilakukan dan menghasilkan infotmasi yang langsung berhubungan dengan kualitas dari wadah suatu produk. Sensitifitas dari metode ini adalah semakin kecil perubahan berat yang dapat terdeteksi menghsilkan sensitifitas dari scale, berat dan kelmbapan dari wadah. Pada situasi tertentu, wadah control yang mengandung bahan inert merupakan perbandingan yang bermanfaat untuk mengidentifikasi perubahan berat secara signifikan dalam uji wadah.