Bab Ii. Aspek Aspek Ajaran Agama [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Aspek-Aspek Ajaran Agama Dalam studi agama, pengertian agama dibagi ke dalam dua kelompok utama, yakni; agama Samawi dan agama Wadhiyah. Agama samawi adalah agama monotheisme yang datang langsung dari Tuhan dengan sebuah konsep utama yang menjadi acuan dalam menjalankan kehidupan, baik ritual peribadatan maupun prilaku sosial, ekonomi maupun politik. Agama yang termasuk dalam kategori ini adalah Yahudi, Nasrani dan Islam. Sementara agama Wadhiyah adalah agama yang merupakan hasil pemikiran dan pengetahuan seseorang, yang meliputi ritual dan prinsip-prinsip dasar kehidupan dan tujuan hidup, seperti Hindu dan Budha. Terlepas dari perdebatan perihal validitas kategorisasi di atas, hampir seluruh agama yang ada menjadikan moral dan kemanusiaan sebagai platform utama dalam mengimplementasikan esensi agama. Ajaran dan nilai-nilai yang dikandung dalam setiap agama ini menempatkan kemanusiaan sebagai unsur utama dalam beragama, baik itu prilaku setiap hari, hubungan antara sesama, serta tujuan hidup di alam ini, semuanya merupakan unsur penting dalam agama. Berdasarkan dari ajaran dan nilai–nilai agama tersebut, maka peneliti akan memaparkan aspek-aspek ajaran dari beberapa agama. 2.1.1



Aspek-Aspek Ajaran Agama Islam Islam merupakan agama yang sangat diridhoi oleh Allah SWT. Para ulama



membagi Islam ke dalam tiga kerangka pokok yaitu aqidah, Syariah dan akhlak. Semuanya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Untuk lebih jelasnya maka peneliti akan membahas lebih dalam mengenai ketiga aspek ajaran Islam di bawah ini. Mengenai akidah, syari’ah dan akhlak. A. Aspek Aqidah Akidah adalah sesuatu yang dianut oleh manusia dan diyakininya baik berwujud agama dan yang lainnya.



Sayid Sabiq mengemukakan bahwa pengertian keimanan atau aqidah itu tersusun dari enam perkara yaitu: 



Ma’rifat kepada Allah







Ma’rifat dengan Alam yang ada dibalik alam semesta ini.







Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah







Ma’rifat dengan Nabi-nabi serta Rasul-rasul Allah.







Ma’rifat dengan hari akhir







Ma’rifat dengan takdir Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai



Tuhan yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimah syahadat, diwujudkan dalam perbuatan dengan amal shaleh. Akidah dalam Islam harus berpengaruh pada segala aktivitas yangt dilakukan oleh menusia. Sehingga aktivitas tersebut dapat bernilai ibadah. B. Aspek Syariah Syariat adalah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau yang diciptakan pokok-pokoknya di dalam berhubungan dengan Tuhannya, dengan saudara sesama muslim, dengan saudara sesama manusia, dengan alam dan hubungannya dengan kehidupan. Cara untuk mengadakan hubungan tersebut adalah: a. Cara manusia berhubungan dengan Tuhan b. Cara manusia berhubungan dengan sesama muslim c. Cara manusia berhubungan dengan saudara sesama manusia d. Cara manusia berhubungan dengan alam e. Cara manusia berhubungan dengan kehidupan. Syari’ah berasal dari wahyu Allah yang dituangkan dalam al-Quran dan alHadits, diwajibkan untuk ditaati dan dilaksanakan sebagaimana mestinya, apabila manusia ingin hidup bahagia dan tenteram baik di dunia dan di akhirat. Syari’ah berpusat pada dua segi kehidupan yang cukup mendasar yaitu aspek ibadah dan muamalah.



Aspek ibadah terdiri dari dua jenis yaitu ibadah dalam pengertian umum dan ibadah dalam pengertian khusus. Ibadah dalam pengertian umum yakni semua amalan yang diizinkan oleh Allah dan yang tidak ditetapkan secara terperinci mengenai keharusan mengerjakannya. Sedangkan ibadah dalam arti khusus yakni apa-apa yang telah ditetapkan Allah secara terperinci baik tingkat maupun kaifiyat atau dalam cara-cara tertentu. C. Aspek Akhlak Akhlak ialah suatu gejala kejiwaan yang sudah meresap dalam jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan terlebih dahulu. Apabila yang timbul daripadanya adalah perbuatan-perbuatan baik, terpuji menurut



akal



dan



syara’



maka



disebut



akhlak



baik



(Akhlakul



Mahmudah),sebaliknya apabila yang timbul dari padanya adalah perbuatan yang jelek maka dinamakan akhlak yang buruk (Akhlakul Mazmumah). Dalam menjalankannya sebaiknya berpedoman kepada al-Qur’an dan alHadits. Secara garis besarnya menurut sifatnya terbagi kepada dua yakni akhlak terpuji dan akhlak tercela. Dari segi bentuknya akhlak dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu: 



Akhlak kepada Allah







Akhlak terhadap manusia







Akhlak terhadap makhluk-makhluk lain.



Prinsip-prinsip umum yang dipergunakan dalam akhlak adalah: 



Akhlak yang baik yakni berlandaskan al-Quran dan al-Hadits.







Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, sesama manusia, dan makhluk lain.







Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan pelaksanaan dengan aqidah dan syari’ah.







Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, meskipun obyek akhlak kepada makhluk.



2.1.2



Aspek-Aspek Ajaran Agama Kristen/Nasrani Apa yang umat Kristen harus cerminkan adalah aspek-aspek penting Yang terkandung dalam Kerajaan Allah, yang memiliki kaitan dan signifikansi penting dalam setiap aspek kehidupan umat Kristen. Pada bagian ini penulis mencoba untuk memberikan kaitan dan signifikansi penting antara aspek-aspek Kerajaan Allah dengan beberapa aspek penting kehidupan umat Kristen. A. Kerajaan Allah dan keselamatan Guthrie dan Ridderbos berpendapat bahwa hal utama yang dibawa dalam kedatangan Kerajaan Allah adalah pengampunan dosa dan keselamatan atau hidup yang kekal. Sedangkan Ladd berpendapat ada tiga aspek utama yang dikandung dalam Kerajaan Allah: pertama, anugerah keselamatan yang membawa pada hidup yang kekal (Mrk 10:17-30); kedua, anugerah pengampunan dosa yang membawa pada persekutuan kekal dengan Allah (Mat 18:23-35); ketiga, anugerah pembenaran yang membawa pada hidup yang berkenan kepada Allah (Mat 5:21-48).728 Kedatangan Kerajaan Allah telah membawa manusia pada suatu era baru dalam pandangan tentang keselamatan. Keselamatan bukan lagi suatu pengharapan tentang janji yang belum digenapi, melainkan janji keselamatan tersebut telah digenapi. Oleh karena itu, bagi umat Kristen keselamatan adalah satu hal yang pasti penggenapannya telah dirasakan pada masa kini dan kesempurnaannya akan diterima oleh setiap orang percaya pada masa yang akan datang (lih. Mrk 10:17-30; Mat 25:21; Yoh 11:25). B. Kerajaan Allah dan hidup yang berkemenangan Sepanjang Yesus hidup di dalam dunia. Ia telah berulang kali mendemonstrasikan keunggulan kuasa-Nya atas kuasa setan, baik melalui kata-kata-Nya, perilakuNya, kematian-Nya; maupun kebangkitan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam Kerajaan Allah, kemenangan terhadap kuasa setan juga adalah satu hal yang pasti. Setiap individu Kristen juga memiliki kuasa untuk mengalahkan kuasa setan (lih. Luk 10:17; Mrk 16:17).



Calvin



mengatakan



bahwa



kemenangan



yang



diberikan



oleh



kedatangan Kerajaan Allah bagi setiap orang percaya mencakup tiga hal, yaitu: menang atas kuasa kematian, sebagaimana Kristus telah mengalahkan kuasa maut (Ibr 2:14); menang atas kuasa dosa, sebagaimana Kristus telah mengampuni dosa (Mrk 2:10; Yoh 8:11); menang atas kuasa setan, sebagaimana Yesus telah mematahkan kuasa setan (Luk 10:18). Sekalipun kemenangan atas kuasa setan telah diberikan, tidak berarti bahwa setan tidak lagi aktif mencobai umat percaya untuk dibawa pada perbuatan yang berdosa (lih. Mat 13:19; Mrk 8:33; Luk 22:31). Setiap umat Kristen masih dapat dicobai, sebab itu harus senantiasa memiliki sikap waspada dan berjaga-jaga dengan kuasa kemenangan yang dimilikinya (bdk. Ef 4:27; 1Ptr 5:8-9). C. Kerajaan Allah dan doa Salah satu kalimat yang diucapkan oleh Tuhan Yesus, dalam doa yang diajarkanNya adalah "Datanglah KerajaanMu. jadilah kehendakMu". Apakah ini berarti bahwa surga akan turun ke bumi? Tentu saja tidak dalam arti harafiah. Dengan pemahaman tentang konsep Kerajaan Allah, maka jelaslah bahwa ucapan dalam doa tersebut memiliki makna permohonan kepada Allah agar Ia berkuasa dan memanifestasikan kemahakuasaan-Nya. serta membiarkan Allah sendiri yang menjadi Raja atas segala sesuatunya. Dengan demikian, doa juga membawa umat Kristen pada keyakinan bahwa



Allah



akan



memimpin



sepanjang



hidupnya,



untuk



memampukannya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam dunia yang delap ini. D. Kerajaan Allah dan etika hidup Kristen Etika dari Kerajaan Allah sangat menekankan pada kebenaran di dalam hati (inner character) yang mendasari perilaku yang nampak. Apa yang Yesus tuntut dari hidup seorang percaya adalah a perfect inner righteousness. Hal ini tercermin, misalnya dalam perkataan Yesus: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam,



dari hati orang timbul segala pikiran jahat." (Mrk 7:20-21), serta dalam "Khotbah di Bukit". Murray mengatakan bahwa khotbah di bukit adalah inti pengajaran etika Kerajaan Allah. Apa yang dituntut dari ajaran khotbah di Bukit adalah kesempurnaan hidup umat percaya, karena Bapa adalah sempurna (Mat 7:4-8). Kebenaran Yang sempurna dari hati seseorang memang merupakan suatu tuntutan yang sepertinya mustahil. Tetapi ini sesungguhnya merupakan tuntutan yang dapat dicapai oleh setiap orang Kristen. Kalaupun tidak secara kuantitas kesempurnaan tersebut dapat dicapai secara kualitas. Artinya, status yang benar dihadapan Allah karena penebusan, harus juga kita wujudkan dalam perilaku sehari-hari, sehingga hidup kita semakin dikuduskan (Rm 3:24; 6:18-19). E. Kerajaan Allah dan Gereja Kedatangan Kerajaan Allah memiliki kaitan yang erat dengan terbentuknya



Gereja.



Raymond



O.



Zorn



berpendapat



bahwa



perumpamaan tentang Penggarap Kebun Anggur (Mat 21:33-46), mengajarkan tentang penolakan Allah terhadap Israel yang lama, dan kedatangan Kerajaan untuk membentuk suatu umat yang baru. Gereja sebagai perwujudan dari Kerajaan Allah yang nampak dalam dunia ini, memiliki fungsi untuk menyatakan kepada dunia, anugerah atau berkat-berkat yang terkandung dalam Kerajaan Allah. Ladd berpendapat bahwa kehadiran Kerajaan Allah yang telah digenapi oleh Kristus tersebut, sekarang dipercayakan kepada umat tebusan untuk meneruskan berita anugerah Kerajaan Allah. Karena itu dapat dikatakan bahwa seluruh aspek pelayanan Gereja merupakan aspek-aspek kerajaan Allah. Dengan demikian, ditinjau dari kaitan Kerajaan Allah dan Gereja di atas, Gereja memiliki tugas yang sangat mulia, yaitu: 1. Sebagai perwujudan nyata dari Kerajaan Allah di dalam dunia ini. Artinya, setiap saat Gereja harus siap mewujudkan aspek-aspek kerajaan Allah.



2. Menyebarkan berita pengampunan dosa dan keselamatan bagi dombadomba yang terhilang, agar mereka kembali ke dalam komunitas Kerajaan Allah. 3. Membawa umat manusia kembali kepada persekutuan yang benar dengan Allah dan sesama (terutama saudara seiman; bdk. Gal 6:10; 2 Ptr 1:7). 2.1.3



Aspek-Aspek Ajaran Agama Hindu Penelitian kitab-kitab Veda membuktikan jika Agama Hindu adalah agama yang tertua di dunia. Agama yang berasal dari Benua India ini diperkirakan berkembang sekitar 6000 tahun sebelum masehi. Agama ini memiliki cara tersendiri untuk memahami ketuhanan. Ada dua konsep yang diajarkan dari agama ini. Konsep Nirguna-brahman yang menjelaskan esensi alam semesta, realitas sejati atau Tuhan Impersonal. Selain itu, ada puna mazhab tentang konsep Saguna-Brahman tentang Tuhan yang berkepribadian, Tuhan yang memiliki kasih sayang. Mazhab ini menyebut Tuhan dengan nama Wisnu atau Siwa. Pada dasarnya, Agama ini punya cara untuk memaknai Tuhan. Tidak ada jalan lain kecuali mendalami ajaran agama dengan memohon penjelasan para guru yang mampu merealisasikan ajaran ketuhanan dalam kehidupan pribadinya. Dalam kitab suci Veda adalah sumber yang paling diakui otoritasnya tentang konsep ketuhanan yang disebut dengan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam kitab Veda, Brahman memiliki 3 aspek. Berikut penjelasan mengenai tiga aspek itu: A. Sat Sat dalam artian Tuhan adalah sebagai maha ada satu-satunya. Tidak ada lagi keberadaan yang lain di luar ketuhanan itu. Dengan kekuatanNya Brahman telah menciptakan dunia beserta isinya. Bermacam bentuk, warna serta sifat yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan-Nya. Tidak ada satupun benda yang tidak bisa bersatu kembali dengan Tuhan.



B. Cit Cit sendiri adalah aspek Tuhan yang maha tahu. Sebagai pencipta alam semesta, maka Tuhan adalah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan agama. Dengan pengetahuan maka dunia ini menjadi berkembang dan berevolusi, dari bentuk yang sederhana bergerak menuju bentuk yang sempurna. C. Ananda Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka. Dalam ajaran Budha, dunia ini disebut dengan Maya yang diciptakan untuk ilusi. Ananda sendiri adalah kebahagian abadi, bebas dari daya tarik atau kemelekatan terhadap benda-benda duniawi. Dalam ajaran Budha, Brahman tidak terbatas oleh waktu tempat dan keadaan. Waktu dan tempat adalah kekuatan Maya dari Brahman. Jiwa atau atman yang menghidupi alam ini dari makhluk yang terendah sampai manusia yang tersuci adalah unsur Brahman yang lebih tinggi. Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Veda adalah Tuhan tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. 2.1.4



Aspek-Aspek Ajaran Agama Budha Dalam agama Buddha, keyakinan (bahasa Pali: saddhā, bahasa Sanskerta: śraddhā) mengacu kepada komitmen tulus untuk mempraktikkan ajaran Buddha dan percaya kepada para makhluk tercerahkan atau mereka yang telah maju dalam pelatihan diri, seperti para Buddha atau bodhisatwa (mereka yang beraspirasi untuk mencapai Buddha). Umat Buddha pada umumnya mengakui beberapa objek keyakinan, tetapi beberapa umat Buddha secara khusus membaktikan diri kepada tokoh tertentu, seperti Buddha tertentu. Keyakinan tak hanya bakti kepada seseorang, tetapi bakti muncul karena adanya hubungan dengan konsep ajaran Buddha seperti efikasi karma dan kemungkinan mencapai pencerahan.



Ada 3 aspek-aspek ajaran Budha, antara lain : A. Abhinnaya-Dhammadesana Mengajarkan



Dhamma



dengan



pengetahuan



tinggi,



dengan



pengetahuan tinggi memperlihatkan kebenaran sewaktu mengajar kepada orang lain, supaya ikut memiliki pengetahuan dan berpandangan benar. B. Sanidana-Dhammadesana Mengajarkan Dhamma tentang sebab dan akibat, menunjukkan secara jelas dan jitu tentang adanya sebab dan akibat. C. Sappatihariya-Dhammadesana Mengajarkan Dhamma secara praktis dan menakjubkan, sehingga mengerti secara jelas bagi pendengar, dapat melihat kebenaran dan menerimanya untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.