Bakumpai Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah kesadaran akan perlunya pemberdayaan masyrakat tradisional mendapat perhatian yang lebih besar karena ada nya wacana global tentang kegagalan pembangunan dinegara-negara dunia ketiga, oleh semakin merosotnya kualitas lingkungan alam, oleh semakin cepatnya kepunahan pengetahuan-pengetahuan yang menjadi basis asaptasi berbagai komunitas lokal, serta oleh romantisme lokal serta budaya dan kebutuhan akan jatidirnya ditengan arus globalisasi.



Selain itu,



kesadaran untuk kembali kepada kearifan lokal saat ini karena sering terjadi perubahan iklim yang tidak menguntungkan bagi manusia. Menyangkut perubahan iklim bagi kalangan petani. Misalnya terjadi gagal panen karena tidak bisa memprediksi musim hujan dan kemarau secara tepat, sehingga mempengaruhi aktivitas pertanian. Jika petani mengalami persoalan dengan hasil pertaniannya, dampak yang dirasakan dapat meluas di kalangan masyarakat. Akhir-akhir ini masyarakat kota Banjarmasin mengalami kenaikan harga beras yang cukup tinggi. Padahal, kota Banjarmasin penerima hasil pertanian dari dua kabupaten yang merupakan lumbung padi yakni Banjar dan Barito Kuala. Pertanian di kabupaten Barito Kuala antara lain dilakukan petani Bakumpai yang merupakan bagian dari suku-bangsa Dayak. Padahal selama ini, suku-bangsa Dayak lebih umum dikenal sebagai peladang berpindah bukan pertanian menetap. Oleh karena itu, kearifan lokal kaitannya dengan pertanian menjadi pembahasan menarik petani Bakumpai di kabupaten Barito Kuala.



1.2 Rumusan masalah 1.



Apa yang dimaksud dengan komunitas ?



2.



Apa yang dimaksud pemberdayaan masyarakat tradisional?



3.



Bagaimana sejarah masyarakat Petani Bakumpai?



4.



Bagaimana cara Petani Bakumpai mengolah lahan pertanian mereka?



5.



Siapa saja inisiator Pemberdayaan Petani Bakumpai di Kabubaten Barito Kuala?



6.



Bagaimana strategi dalam pemberdayaan Petani Bakumpai di Kabupaten Barito Kuala?



7.



Apa saja evaluasi yang dilakukan dalam dalam pemberdayaan Petani Bakumpai?



8.



Apa yag dimaksud dengan komunitas modern?



9.



Apa itu komunitas Petani muda ?



10. Siapa saja inisiator dalam komunitas petani muda ? 11. Apa saja strategi yang dilakukan oleh komunitas petani muda ? 12. Apa saja evaluasi yang dilakukan oleh komunitas petani muda?



1.3 Tujuan 1. Untuk mngetahui apa yang dimaksud dengan komunitas 2. Untuk mengetahui apa itu pemberdayaan masyarakat tradisional 3. Untuk mengetahui sejarah masyarakat Petani Bakumpai 4. Untuk mengetahui cara Petani Bakumpai mengelola lahan petaniannya 5. Untuk mengetahu siapa saja inisiator dam pemberdayaan Petani Bakumpai 6. Untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan dlam pemberdayaan Petani Bakumpai 7. Untuk mengetahu apa saja evaluasi yang dilakukan dalam pemberdayaan Petani Bakumpai



8. Untuk mengetahui apa itu komunitas modern 9. Untuk mengetahui apa itu komunitas petani muda 10. Untuk megetahui siapa saja inisiator dalam komunitas petani muda 11. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh komunitas petani muda 12. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan komunitas petani muda



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Komunitas Komunitas adalah kesatuan hidup manusia secara bersama-sama yang memilih atau menempati wilayah tertentu , dalam kurun waktu tertentu. Definisi ini merujuk pada perkumpulan masyrakat yang harus mensyaratkan kehidupan bersama tanpa adanya perbedaan pandangan. Bahasa Inggris “Community” hakekatnya hampir sama dengan masyarakat, akan tetapi arti komunitas lebih erat dibandingkan dengan masyarakat. Lantaran dalam komunitas haruslah ada persamaan visi dan misi, sebagai latar belakang pembentuk komunitas. Pengertian menurut para ahli Adapun definisi para ahli, mengenai komunitas ini antara lain adalah sebagai berikut; George Hillery Jr. Pengertian komunitas adalah kelompok sosial masyarakat yang tinggal di wilayah dan daerah yang sama untuk melakukan hubungan sosial dan kontak sosial. Komunitas dalam definisi ini berarti memiliki pandangan untuk tinggal secara bersama dan kontinu (ajeg). Christensson dan Robinson Definisi komunitas adalah kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah geografis yang sama untuk melakukan kegiatan dan aktivitas sosial, ekonomi, dan tindakan lainnya sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat. Arti ini memeberikan pandangan bahwa komunitas harus memiliki tujuan yang sama.



Fairi Arti komunitas adalah pertemuan face to face (tatap muka) dalam masyarakat dalam jumlah kecil atau besar untuk bersama-sama membentuk keterikatan sosial yang intens. Dengan harapan akan lebih mudah mendapatkan apa yang diinginkan.



2.2 Pemberdayaan Masyarakat Tradisioanal Pemberdayaan masyarakat sendiri adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Sedangkan masyarakat tradisional adalah kelompok masyarakat yang dalam kehidupan sehari-harinya masih memegang teguh nilai-nilai leluhur yang diwariskan dari dari satu generasi ke genarasi lain. Jadi pemberdayaan masyarakat tradisional adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyrakat tradisional serta memampukan dan memandirikan masyarakatnya tanpa menghilangkan nilai-nilai leluhurnya



2.3 Sejarah masyrakat Petani Bakumpai Secara etimologis, bakumpai adalah julukan bagi suku dayak yang mendiami daerah aliran sungai barito. bakumpai berasal dari kata ba (dalam bahasa banjar) yang artinya memiliki dan kumpai yang artinya adalah rumput. Dari julukan ini, dapat dipahami bahwa suku ini mendiami wilayah yang memiliki banyak rumput. menurut legenda, bahwa asal muasal Suku Dayak Bakumpai adalah dari Suku Dayak Ngaju yang akhirnya berhijrah ke negeri yang sekarang disebut dengan negeri Marabahan.



Pada mulanya mereka menganut agama nenek moyang yaitu kaharingan, hal ini dapat dilihat dari peninggalan budaya yang sama seperti Suku Dayak lainnya, seperti (Batatenga|bubur bahandang), mempercayai adanya nilai magis pada beras kuning (Behas Bahenda), mempercayai bahwa burung elang (burung antang) dapat membawa sebuah berita kematian, kekuatan rohani/batin disebut dengan istilah (batekang hambaruan), dan adanya tradisi (tampung tawar). kemudian, pada suatu hari mereka menjumpai akan wilayah itu seseorang yang memiliki kharismatik, yang apabila dia berdiri di suatu tanah, maka tanah itu akan ditumbuhi rumput. Orang tersebut tidak lain adalah Nabiyullah Khidir as. Di dalam cerita mereka kemudian masuk agama Islam dan berkembang biaklah mereka menjadi suatu suku. suku bakumpai adalah julukan bagi mereka, karena apabila mereka belajar agama di suatu daerah dengan gurunya khidir, maka tumbuhlah rumput dari daratan tersebut, sehingga kemudian mereka dikenal dengan suku bangsa bakumpai. Suku Dayak Bakumpai dahulunya memiliki suatu kerajaan yang lebih tua dibandingkan dengan kerajaan daerah Banjar, akan tetapi karena daya magis yang luar biasa akhirnya kerajaan ini berpindah ke Sungai Barito dan rajanya dikenal dengan nama Datuk Barito. Dari daerah Marabahan ini kemudian mereka menyebar ke hulu Sungai Barito. Dari cerita rakyat, bahwa ada suatu daerah di Kabupaten Murung Raya yaitu Muara Untu pada mulanya hanyalah suatu hutan belantara yang dikuasai oleh bangsa Jin bernama Untu. Kemudian ada dari Suku Bakumpai yang hijrah kesana dan mendiami daerah tersebut yang bernama Raghuy. sampai sekarang jika ditinjau dari silsilah orang yang mendiami muara untu, mereka menamakan moyang mereka Raghuy. Dalam hal matapencaharian, masyarakat Dayak Bakumpai umumnya mengandalkan aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian biasanya mereka lakukan di lahan gambut. Masyarakat Dayak Bakumpai cenderung mencari lahan pertanian baru untuk mengganti lahan pertanian lama. Hal itu tentunya berbeda dengan Suku Dayak lain yang kebanyakan lebih memilih untuk tetap memberdayakan lahan yang lama. Selain



itu, aktivitas pertanian yang mereka lakukan biasanya hanya untuk memproduksi satu jenis komoditas tertentu, yaitu padi. Hal itu mereka lakukan karena kebutuhan mereka hanya untuk memenuhi urusan pangan saja. Namun demikian, pertambahan jumlah penduduk yang diiringi dengan peningkatan kebutuhan pangan “menuntut” mereka untuk melakukan perluasan lahan pertanian yang lebih masif



2.4 Cara Petani Bakumpai mengolah lahan pertanian mereka Petani Bakumpai mengenal musim yang secara garis besar dibagi dua macam, yakni wayah pandang (musim kemarau) dan wayah danum (musim air). Wayah pandang berlangsung antara bulan November hingga April, masa pancaroba pada bulan Mei, sedangkan Wayah danum berlangsung antara bulan Juni hingga Oktober. Perbedaan musim ini akan mempengaruhi aktivitas pertanian yang dilakukan.



Aktivitas pertanian petani Bakumpai seperti pengolahan lahan, pemilihan varietas padi, persemaian, proses penanaman padi, pemeliharaan tanaman, pemanenan dan pasca panen dibagi ke dalam beberapa musim, yaitu : wayah manunggal, wayah malacak, wayah maimbul, dan wayah getem. Sebelum masyarakat bertani terlebih dahulu membuka lahan pertanian. Pertama kali dilakukan adalah mandirik, yakni memotong rumput, menebang pohon hingga lahan menjadi bersih. Masa kerja ini tergantung luasnya lahan yang akan



digarap. Setelah itu, pekerjaan selanjutnya dinamakan marangai, yakni mengangkat pohon-pohon yang ditebang ke pinggir lahan atau dikumpulkan di tengah lahan untuk dibakar. Lahan yang akan ditanami berada di sekitar desa dan berada di tepi sungai Barito. Sebelum paung dimasukan ke dalam lobang persemaian, terlebih dahulu rumput-rumput kumpai (Scirpus grossus L) dibersihkan menggunakan pisau lantik atau tajak. Dua jenis alat pembersih ini dapat memotong rumput dengan cepat dan rata. Setelah lahan dibersihkan, manugal dilakukan oleh dua orang dengan pembagian kerja memasukan paung dan membuat lobang. Satu orang bekerja membuat lobang tanah, tempat paung dimasukan dengan tuntu (tongkat) yang ujungnya dibuat agak lancip, sedangkan yang satu orangnya bertugas memasukan paung. Benih padi yang disebut dengan tugal dalam bentuk rumpun padi akan tumbuh sekitar satu bulan. Ukuran tinggi tugal sekitar 40cm, lingkarannya 10cm. Fase kedua, adalah wayah malacak yang dilakukan sekitar bulan Desember. Setelah benih padi menjadi tugal, kemudian digali dengan parang dengan cara diiris-iris ukuran persegi empat yang disebut lacak. Irisan lacak tersebut dikumpulkan dalam satuan yang disebut babasung, supaya memudahkan membawa ke sawah. Satu basung terdiri dari 30 hingga 40 irisan lacak. Setelah lacak diambil, petani Bakumpai pun berangkat ke lahan pertanian. 12 Basung lacak diperkirakan dapat ditanami untuk lahan seluas 20 burungan (1 hektar = 35 burungan). Mengingat lahan pertanian terletak jauh dari desa dan perlu tinggal selama dua hingga tiga hari untuk mengerjakan lahan sawah seluas satu hektar, terlebih dahulu petani Bakumpai mempersiapkan keperluan untuk konsumsi dan transportasi.



Beberapa



hari



sebelum



lacak



diambil,



petani



Bakumpai



mempersiapkan keperluan berangkat seperti mencari kayu api untuk memasak, beras, serta bahan sembilan pokok (sembako) lainnya hingga uang untuk berbagai keperluan. Oleh karena itu, sebelum petani berangkat malacak akan bekerja untuk mengumpulkan uang untuk kesiapan keberangkatan dan selama kegiatan malacak, karena kalau sudah berada di sawah pekerjaan lain hanya sampingan dan sedikit kemungkinan untuk mendapatkan uang.



Pekerjaan malacak hampir sama dengan manugal, perbedaannya selain pada ukuran tugal dan lacak juga pada lokasi dan waktu tanamnya. Menyiapkan lahan sebagai tempat tugal ditanam dengan cara dibersihkan menggunakan tajak. Rumput yang sudah dipotong untuk sementara dibiarkan tergeletak di atas lahan, sehingga menjadi bacam (busuk dan berbau). Setelah itu barulah lacak ditanam yang cara melakukannya mirip dengan manugal, bedanya kalau benih tugal masih dalam bentuk padi, sedangkan lacak sudah menjadi rumpun padi. Waktu menanam lacak dapat berlangsung dari seminggu hingga setengah bulan, tergantung pada ketersediaan tugal. Setelah lacak ditanam petani Bakumpai kembali ke desa dan beraktivitas seperti biasa. Petani bakumpai akan kembali ke sawah setelah usia lacak 15 hari untuk melakukan perawatan yakni membersihkan rumput di sekitar lacak. Setelah malacak, petani kemudian membersihkan lahan sawah disebut manatak yang dilakukan pada bulan Februari dan Maret. Tajak menjadi alat utama untuk manatak selain dapat memotong rumput dengan cepat, juga dapat membalik rumput tersebut. Setelah selesai manatak, rumput dibiarkan di sawah atau disebut mambacam hingga dua minggu. Sambil manatak, petani Bakumpai memeriksa bantangan dari kemungkinan adanya hama tikus yang bersarang. Setelah itu, yiawang yakni rumput diangkat dan diletakan di atas bantangan (pembatas sawah), atau tetap dibiarkan di atas sawah sebagai pupuk. Bantangan dimanfaatkan juga untuk menanam singkong, terong, hingga rambutan dan kelapa. Dalam mengolah lahan yang dilakukan turun temurun, kearifan lokal didapatkan dari cara memanfaatkan rumput yang ditebas untuk dijadikan pupuk alami. Alat yang digunakan petani Bakumpai untuk memotong rumput, tidak sampai membalikan permukaan tanah yang mempengaruhi kadar keasaman. Selain itu, dalam penelitian Patrice Levang (2003 : 184) di Barambai Kabupaten Barito Kuala, yang membandingkan dengan cara pengolahan petani Jawa yang menggunakan cangkul, ternyata penyiapan lahan dengan parang2 memerlukan tenaga kerja yang jauh lebih sedikit. Fase ketiga, wayah maimbul dilakukan setelah manatak sekitar bulan Februari dan Maret. Cara maimbul berbeda dengan manugal dan malacak, menggunakan alat disebut tantajuk bentuknya bulat panjang, sedikit melengkung dan ujungnya dibuat runcing untuk melobangi tanah, sedangkan untuk pegangan



tangan dibuat bercabang dua. Sebelum padi lacak ditanam terlebih dahulu dipotong ujungnya, dibagi-bagi hingga 15 batang padi setiap lobang. Pekerjaan maimbul kalau dilakukan dua orang akan selesai paling cepat 10 hari. Apabila mengupah tenaga kerja, setiap orang dibayar Rp. 25.000,- perhari termasuk memberi makan pengupah. Cara demikian akan mempersingkat waktu kerja, sehingga dapat diselesaikan antara 2 hingga 3 hari. Setelah selesai maimbul petani menunggu masa panen hingga bulan September, terdapat jeda 5 atau 6 bulan. Masa jeda itulah petani Bakumpai kembali ke desa. Namun petani akan kembali ke sawah 2 hingga 3 kali sampai masa panen untuk membersihkan bantangan menggunakan pestisida merk “Roundup” atau “Rambo” dari rumput-rumput yang tumbuh mengganggu padi. Selain itu, menjaga sawah agar terhindar dari serangan hama tikus dengan memasang racun. Setelah wayah maimbul, fase keempat saatnya musim panen atau wayah gatem yang berlangsung sekitar bulan Juli hingga bulan September. Jika wayah gatem tiba, petani Bakumpai membawa anak istrinya dari desa ke tana sehingga desa menjadi sepi karena kebanyakan ikut serta memanen padi. Ini dilakukan untuk mengantisipasi terlambat memanen padi, karena batang padi akan patah (jipuk) sehingga menyulitkan panen. Bagi yang mampu mendatangkan tenaga upahan dengan membayar upah Rp. 7000,- untuk 1 balek atau 20 liter padi yang belum bersih. Persiapan dilakukan petani Bakumpai sebelum berangkat manggetem (memanen) berbeda dengan beberapa aktivitas bertani sebelumnya, terutama menyangkut barang-barang yang akan dibawa. Sebab masa panen adalah pekerjaan yang dilakukan sepenuhnya, sehingga semula keperluan harus dipersiapkan selengkapnya. Keperluan alat panen, seperti ranggaman (ani-ani) mudah didapatkan di pasaran, tapi keperluan untuk menyimpan padi, seperti ambin yakni sejenis keranjang yang ditaruh di punggung, kemudian palundu (karung yang terbuat dari purun) atau karung-karung buatan untuk menyimpan padi. Selain itu, segala keperluan dapur, hingga kayu bakar juga turut dibawa termasuk uang untuk membeli segala keperluan yang masih harus dilengkapi. Pada saat memanen, petani Bakumpai biasanya mengerjakan lahan masing-masing. Apabila ada yang sudah selesai mengerjakan, mereka akan



membantu saudaranya agar panen selesai (bahandep). Aktivitas memanen dengan menggunakan ani-ani, hingga saat ini sangat jarang petani Bakumpai menggunakan arit. Setiap tangkai padi yang dipotong segera dimasukan ke dalam ambin yang menempel di belakang petani. Setelah padi dalam ambin terasa penuh, kemudian dimasukan ke dalam karung. Begitulah seterusnya hingga beberapa karung terisi padi, kemudian disimpan ke bawah hubung. Padi



yang sudah



terkumpul



kemudian dijemur, kemudian



untuk



merontokannya dengan cara di-ihik (diinjak-injak). Sebelumnya, digelar tikar plastik di atas padi. Pekerjaan maihik cukup dilakukan dua orang, setelah padi rontok dipisahkan lagi antara padi yang berisi dan kosong (hampa) dengan cara dimasukan ke dalam pompa padi. Prinsip kerja pompa padi adalah menerbangkan padi yang hampa dan padi yang berisi akan masuk ke dalam wadah tertentu. Selama wayah getem interaksi antar petani Bakumpai yang membutuhkan uang dapat menjual padi hasil panennya untuk mencukupi kekurangan. Namun, jika masih ada persediaan beras atau padi musim panen lalu, itulah yang dijual agar tidak mengganggu hasil panen. Hasil panen kemudian dibawa pulang ke desa dengan kelotok, baik milik pribadi ataupun mencarter. Begitu tiba di desa, kebersamaan terjalin di masyarakat dengan cara tetangga sekitar rumah membantu mengangkat padi ke dalam rumah. Hasil panen tahun 2010 ini menurut Norhan (45th) dalam satu borongan hanya menghasilkan 40-60 balek (satu balek = 20 liter) padi. Hal ini karena keadaan air tidak menentu, sehingga banyak anak padi mati terendam saat musim tanam. Pola kearifan lokal yang dimiliki petani Bakumpai, ternyata tidak hanya terletak pada kemampuan mereka dalam mengolah lahan, tetapi jika dicermati terdapat suatu siklus kehidupan antara pertanian dan aktivitas kerja lainnya. Misalnya, dalam mengolah lahan yang dilakukan turun-temurun, kearifan lokal didapatkan dari cara memanfaatkan rumput yang ditebas untuk dijadikan pupuk alami. Alat yang digunakan petani Bakumpai untuk memotong rumput, tidak sampai membalikan permukaan tanah yang mempengaruhi kadar keasaman.



Pembagian lahan dalam bentuk borongan yang dibatasi oleh bantangan, yang sebenarnya membuat blok-blok sawah sehingga dapat mengurangi kemungkinan padi rusak pada seluruh lahan misalnya akibat gangguan hama. Bantangan selain ditanami berbagai jenis tanaman, dari jenis sayur-mayur hingga pohon-pohon yang menghasilkan buah dapat menjadi jebakan alami bagi bersarangnya hama tikus. Begitu pula pada saat pembukaan lahan, dengan adanya sistem bantangan atau borongan, pembakaran lahan tidak dilakukan dalam areal luas, melainkan dilakukan pada wilayah tertentu saja. Kalau dilihat pada fase bertani untuk menanam parei tahunan yakni padi yang hanya dipanen sekali setahun, terdapat masa-masa jeda bagi petani Bakumpai



Fase pertama wayah malacak bulan 12



Fase pertama wayah manugal bulan 10



2.5 Insiator Pemberdayaan a)



Pemerintah



Fase ketiga manatak februarimaret



Fase keempat wayah getem juli-septem ber



Pemerintah memiliki peran penting dalam pemberdayaan masyrakat karena pemerintah bertanggung jawab atas nasib, masa depan, dan kesejahteraan rakyat. Pemerintah melakukan pemberdayaan melalui badan-badan pemerintahan baik pusat maupun daerah. Dalam pemberdayaan Petani Bakumpai ini, pemerintah mengadakan program optimalisasi lahan sub optimal ini merupakan sistem pertanian melalui pengaturan tata kelola air dengan pembangunan saluran irigasi, pintu air, pompa air dan lain-lain Melalui upaya optimalisasi tersebut maka waktu tanam tidak lagi bergantung pada musim. Tak hanya itu, petani mendapatkan bantuan pestisida dan beragam alsintan. Dalam pengerjaannya, petani akan dikawal pemerintah mulai dari pengelolaan tanam, menanam dan pasca panen yang terjamin b) Swadaya Selain pemerintah lembaga swasta juga memliki tanggung jawab dalam menjalankan pemberdayaan masyrakat. Lembaga swadaya sangat dibutuhkan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Lembaga yang turut serta dalam Pemberdayaan Petani Bakumpai adalah LPPM IPB yang merupakan Lembaga Penelitian dan Pengabdi kepada masyarakat. Tim LPPM IPB dapat melakukan pengembangan bidang pertanian dan perikanan di Kabupaten Barito Kuala. Dari hasil diskusi yang telah dilaksanakan, disepakati untuk tahun 2018 LPPM IPB dan Kabupaten Barito Kuala akan bekerjasama untuk mengembangkan padi IPB-3S, pengembangan koperasi di SPR Wanaraya, pengembangan kegiatan perikanan darat dan laut untuk pemanfaatan wilayah perairan di Kabupaten Barito Kuala agar lebih produktif. Kepala LPPM IPB (Dr. Prastowo) menyampaikan, dalam kolaborasi tersebut terdapat 3 muatan yang harus dilakukan secara bersama-sama yaitu semangat konsolidasi, semangat integrasi, dan pemahaman konsep bisnis dari hulu ke hilir c) Masyarkat Selain dari lembaga pemerintah dan swasta masyrakat juga memiliki peranan pemtimg dalam pemberdayaan Masyrakat agar kehidupan masyarakat tersebut terus berjalan. Dalam masyarakat Petani Bakumpai yang memiliki jeda waktu lama dari tanam ke panen petani Bakumpai tidak mengalami masa istirahat sebab mereka tidak hanya tergantung pada usaha bertani. Ada beberapa pekerjaan yang sangat mendukung dan menopang kehidupan petani Bakumpai selama jeda waktu tersebut.



Siklus kehidupan petani Bakumpai yang tidak hanya ditunjang dengan pertanian sebagai pekerjaan utama, juga berbagai aktivitas lain seperti mencari rotan, mencari ikan, menebang pohon, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat dilakukan karena petani Bakumpai memiliki dua jenis lahan, untuk bertani dan untuk bekerja untuk mendukung pertanian. Lahan pertanian berada di tempat terpisah, sehingga kalau bertani aktivitas fokus untuk satu pekerjaan. Sebagai modal untuk bertani, petani Bakumpai bekerja di areal desa yang disebut padang. Di sini terjadi siklus saling mendukung, bekerja modal bertani dan hasil pertanian untuk kebutuhan makanan pokok.



2.6 Strategi Pemberdayaan Petani Bakumpai Pulau Kalimantan yang didominasi lapisan tanah rawa (lebak dan pasang surut) sudah dikenal sebagai sentra pertanian tanaman pangan. Perlahan tapi pasti, adanya upaya optimalisasi lahan rawa dapat mengentaskan masyarakat dari kemiskinan seperti yang terjadi di Barito Kuala. Kabupaten Barito Kuala merupakan daerah penghasil beras terbesar di Kalimantan Selatan, dengan kontribusi mencapai sekitar 16,23 persen. Namun, area persawahan Barito Kuala sebagian besar berada di lahan rawa lebak, menjadikan produktivitas padinya lebih rendah karena indeks pertanaman yang masih dibawah 3. pemerintah Indonesia menerapkan program transmigrasi pada tahun 1970. Pemerintah mendatangkan penduduk dari Jawa, Bali, dan Madura untuk mengelola lahan pertanian melalui program P4S (Proyek Pengembangan Pertanian Pasang Surut). Program transmigrasi tersebut tentu menambah keanekaragaman asal petani di Kabupaten Barito Kuala. Sementara itu, keanekaragaman asal petani juga diiringi oleh pengalaman mereka yang berbeda-beda dalam melakukan aktivitas pertanian di lahan gambut. Seringkali, pengalaman yang mereka bawa dari daerah asal tidak sesuai dengan karakter lahan gambut yang harus dikelola. Petani transmigran juga dikenal lebih minim pengalaman dalam mengolah lahan gambut jika dibandingkan petani lokal.



Di samping menambah keanekaragaman petani, program transmigrasi secara langsung berpengaruh pada penggunaan teknologi semacam traktor, pupuk, dan ameliorant oleh petani transmigran. Petani transmigran yang jumlahnya tidak sedikit, banyak menggunakan traktor karena mereka tidak memiliki tenaga yang cukup untuk mengolah lahan pertanian gambut. Mereka juga menggunakan pupuk kimia dan ameliorant untuk mencapai hasil produksi optimal dalam usaha pertaniannya. Penggunaan produk teknologi tersebut sebelumnya tidak dikenal oleh petani lokal – petani Dayak Bakumpai. Sebelumnya, petani Dayak Bakumpai banyak menggunakan abu gambut untuk meningkatkan pH tanah dan menambah unsur hara tanah. Produk teknologi pertanian yang dibawa petani transmigran nyatanya berbeda dengan kearifan lokal yang selama ini dipegang oleh petani Dayak Bakumpai. Pada Mei 2018, pemerintah menunjuk Kabupaten Barito Kuala sebagai daerah percontohan nasional optimalisasi lahan suboptimal. Karena permasalahan utama ada dalam tata kelola air, pemerintah menerapkan sistem pertanian melalui pengaturan tata kelola air dengan pembangunan saluran irigasi, pintu air, pompa air, dan lain-lain.



2.7 Evaluasi dalam pemberdayaan Petani Bakumpai Program transmigrasi yang dilakukan pemerintah kurang efektif dalam pemberdayaan Petani Bakumpai. Minimnya pengalaman ditambah dengan penggunaan produk teknologi yang tidak sesuai dengan karakteristik lahan gambut di Barito Kuala menyebabkan petani transmigran sering mengalami kegagalan dalam melakukan aktivitas pertanian lahan gambut. Akibatnya, banyak di antara mereka yang lebih memilih untuk kembali ke tempat asalnya. Karakteristik lahan gambut di sana sudah kadung terkontaminasi produk teknologi yang dibawa petani transmigran. Kedatangan petani transmigran telah meningkatkan jumlah penduduk di Barito Kuala yang berdampak pada pembukaan lahan pertanian baru dalam jumlah besar akibat kenaikan kebutuhan pangan. Lahan-lahan baru sudah terlanjur dibuka dengan menjadikan produk teknologi sebagai patron utamanya. Dengan kata lain, telah terjadi penyempitan lahan gambut besar-besaran ketika program transmigrasi diterapkan oleh pemerintah.



Sementara itu, keberadaan



kearifan lokal yang selama ini dipegang petani lokal pun perlahan-lahan tersingkir karena iming-imingproduk teknologi yang dinilai lebih praktis.Pemanfaatan lahan



gambut secara serampangan mengancam kelangsungan hidup petani Dayak Bakumpai. Warisan program “transmigrasi” yang digalakan pemerintah memicu terjadinya penggunaan produk teknologi seperti traktor, pupuk kimia, dan ameliorant yang bertentangan dengan kearifan lokal mereka. Pembangunan yang terlalu berorientasi pada profit dan teknologi terbukti gagal mendefinisikan hakikat azali kesejahteraan. Kualitas alam merosot karena punahnya pengetahuan-pengetahuan yang menjadi basis adaptasi komunitas lokal, hilangnya romantisme dan budaya lokal yang menjadi jati diri masyarakat setempat. Kesadaran akan perlunya kembali pada kearifan lokal perlu mendapat perhatian dari para pemangku kepentingan mengingat muncul wacana global tentang kegagalan pembangunan. Dalam kaitannya dengan petani Dayak Bakumpai dan kelestarian lahan gambut: Tatas, Beje, dan Tajak perlu didengungkan kembali. Sedangkan progam optimalisasi yang baru diranvang 1 tahun kebelakang masih dalam proses dan ditargetkan lahan rawa tersebut bisa di produtifkan paling lambat 10 tahun.



2.8 Komunitas Petani Muda Degradasi sektor pertanian mengalami penurunan yang sangat signifikan baik dari segi minat sumber daya manusia mauoun juga penyempitan lahan yang menggerus dunia pertanian. Dari hal tersebut tentu perlu disikapi oleh para penggiat pertanian terutama petani muda yang banyak meninggalkan sektor pertaniandan memilh sektor lain. Padahal sektor pertanian sangat membuka peluang yang besar jika dikembangkan secara baik dan terarah. Dan sampai kaoan pun manusia akan tergantung dengan sektor pertanian.



Salah satu terobosan penguatan bagi petani muda adalah Komunitas Petani Muda. Petani muda adalah sebuah gerakan tentang optimisme generasi muda Indonesia dibiang pertanian. Mereka mengajak serta mendorong anak-anak muda untuk terjun langsung dalam menjaga kelestarian petani. Barawal dari inisiatif kecil mereka dalam menjaga dan merawat ladang persemaian, bagi tumbuhnya semangat, antusiasme, ide-ide, besar yang mengakar kuat sesama pegiat pertanian seleurh Petani Indoenesia.



2.9 Inisiator Komunitas Petani Muda A. Pemerintah



Mungkin untuk saat ini Komunitas Petani Muda masih menjadi komunitas yang independen belum bekerjasama dengan pemerintah dalam menciptkan petani muda indonesia yang berkualitas. Mungkin untuk kedepannya pemerintah dapat bekerja sama dengan komunitas seperti ini denga tujuan melestarikan petani di Indonesia



B. Swasta



Untuk lembaga swasta komunitas ini bekerja sama dengan PT. Indmira yang merupakan produsen pupuk organik, dan bahan-bahan perbaikan ekosistem yang mempunyai lembaga riset dan pengembangan. Indmira banyak sekali membantu komunitas ini dalam hal memberikan pengetahuan terhadap para petani muda dalam acara workshop atau seminat yang memang sering diadakan oleh Komunitas Petani Muda ini.



C. Masyarakat



2.10 Strategi yang dilakukan komunitas petani muda Komunitas petani muda banyak melakukan event maupun seminar untuk menarik minat dan kalangan muda terhadap pertanian. Petani Muda dan IAAS Indonesia LC UGM, berkolaborasi dengan para penggiat petani muda di sekitar kita dalam festival pertanian yang bertajuk Waluku Festival. Waluku Festival merupakan sebuah acara yang mewadahi pelaku usaha dan penggiat bidang pertanian untuk mengenalkan produk maupun komunitasnya ke generasi muda. Tujuan kami dalam Waluku Festival, yaitu: untuk menumbuhkan minat masyarakat terutama generasi muda mengenai bidang pertanian dan ilmu terkait, meningkatkan kesadaran masyarakat terutama generasi muda terhadap isu pertanian di Indonesia. Selain itu, Waluku Festival juga memiliki tujuan untuk mewadahi generasi muda untuk memperluas jaringan kerjasama dengan penggiat bidang pertanian. Dalam festival ini juga digelar talkshow yang yang menghadirkan cerita pembicara yang sudah berpengalaman di bidang pertanian. Mereka berharap dengan pendekatan seperti ini anak muda bisa lebih tertarik dalam bidang pertanian. Workshop ini juga mengadakan beberapa pelatuhan skill dibidang pertanian seperti, bertani hidroponik dan pengolahan hasil pertanian. Ini bisa menjadi bekal untuk pera anak muda untuk memulai usaha nya di bidang pertanian suatu saat nanti



2.10 Evaluasi yang dilakukan komunitas petani muda Melihat ramainya peminat dalam waluku festival yang sudah berlangsung 3 tahun terakhir membuat komunitas petani muda terus melangsungkan event ini dan melakukan perbaikan dan improvisasi dari tahun ke tahun dilihat dari banyak nya minat anak muda yang antusias dengan event ini disimpulkan bahwa cara ini bagus untuk menarik minat anak muda terhadap bidang pertanian.