Bantuan Hidup Dasar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT BANTUAN HIDUP DASAR Referat ini dibuat untuk melengkapi persyaratan mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di bagian Ilmu Anestesi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai



Pembimbing : dr. Syahmaidin Purba, Sp. An Disusun Oleh: MESRIAN MANAO (102118043) MISNA MISI (102119058) ` THRENI TATIA (102119059)



KEPANITERAAN KLINIS ILMU ANESTESI RSUD DR RM DJOELHAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM TAHUN 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izinnya penulis dapat menyelesaikan refarat ini yang berjudul “Bantuan Hidup Dasar”. Refarat ini di buat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti kegiatan kepanitraan klinik senior dibagian ilmu Anestesi di RSUD. DR. R. M. Djoelham Binjai.



Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan agar refarat ini lebih baik dan bermanfaat. Tentunya penulis menyadari bahwa refarat ini banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan tersebut.



Besar harapan penulis agar refarat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dapat memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk meningkatkan keilmuannya.



Binjai, 26 Agustus 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI



Halaman Judul .................................................................................................



i



Kata Pengantar .................................................................................................



ii



Daftar Isi ..........................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................................



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka .................................................................................



2



1. Bantuan Hidup Dasar ........................................................................



2



a. Tujuan ......................................................................................



2



b. Indikasi .....................................................................................



3



c. Henti nafas dan henti jantung .....................................................



4



d. Penatalaksanaan ......................................................................



4



(1) Akses dini ............................................................................



6



(2) Survey primer ....................................................................



4



(3) Jalan napas (Airway) .........................................................



4



(4) Ventilasi (Breathing) ........................................................



4



(5) Defibrilation / Kejut Jantung Dini ....................................



4



2. Bantuan Hidup Lanjut ...................................................................



8



3. Keputusan untuk mengakhiri upaya resusitasi ..............................



10



BAB III KESIMPULAN................................................................................



26



DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bantuan



hidup



dasar



adalah



usaha



yang



dilakukan



untuk



mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa. Bila usaha bantuan hidup ini dilakukan tanpa memakai obat, cairan intravena ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai bantuan hidup dasar (Basic Life Support). Sebaliknya bila bantuan hidup dilakukan dengan menggunakan obat-obatan dikenal dengan bantuan hidup lanjut (Advanced life Support). Henti jantung mendadak (Sudden Cardiac Arrest/SCA adalah penyebab kematian tertinggi hampir di seluruh dunia. Banyak korban henti jantung berhasil selamat jika orang sekitarnya bertindak cepat saat jantung bergetar atau ventrikel fibrilasi (VF) masih ada, tetapi resusitasi kebanyakan gagal apabila ritme jantung telah berubah menjadi tidak bergerak (asistole). Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa, sehingga harus secepatnya dilakukan.



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



Bantuan hidup dasar adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa. Bila usaha bantuan hidup ini dilakukan tanpa memakai obat, cairan intravena ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai bantuan hidup dasar (Basic Life Support). Sebaliknya bila bantuan hidup dilakukan dengan menggunakan obat-obatan dikenal dengan bantuan hidup lanjut (Advanced life Support). Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa, sehingga harus secepatnya dilakukan. Resusitasi jantung paru terdiri dari 2 tahap yaitu: 1. Survei primer Yang dapat dilakukan oleh semua orang 2. Survei sekunder Yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedic terlatih dan merupakan lanjutan dari survey primer. A. Tujuan 1. Memberikan bantuan sirkulasi dan pernafasan yang adekuat sampai keadaan henti jantung teratasi atau sampai penderita di nyatakan meninggal. 2. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi



2



3



3. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui resusitasi jantung paru (RJP). B. Indikasi Bantuan Hidup Dasar 1. Henti nafas 2. Henti jantung C. Henti nafas dan henti jantung 1. Henti nafas a. Definisi Adalah terhentimya pernafasan spontan disebabkan gangguan jalan nafas, baik parsial ataupun total atau gangguan dipusat pernafasan. Henti nafas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan bantuan hidup dasar. b. Penyebab henti nafas 1) Sumbatan jalan nafas Jalan nafas dapat mengalami sumbatan total atau persial, sumbatan jalan nafas total dapat menimbulkan henti jantung mendadak karena berhentinya suplai oksigen baik ke otak maupun ke miokard. Sumbatan jalan nafas parsial umumnya lebih lambat menimbulkan keadaan henti jantung, namun usaha yang dilakukan tubuh untuk bernafas dapat menyebabkan kelelahan. Kondisi yang menyebabkan sumbatan jalan nafas: a) Benda asing termasuk darah



4



b) Muntahan c) Edema laring atau bronkus akibat trauma langsung pada wajah atau tenggorokan. d) Spasme laring atau bronkus akibat radang atau trauma e) Tumor 2) Gangguan paru Kondisi-kondisi



paru



yang



menyebabkan



ganguan



oksigenasi dan ventilasi antara lain. a) Infeksi b) Aspirasi c) Edema paru d) Kontusio paru e) Keadaan tertentu yang menyebabkan rongga paru tertekan oleh asing seperti pneumotorak, hemotoraks, efusi pleura. 3) Gangguan neuromuscular Kondisi-kondisi yang menyebabkan penurunan kemampuan otot-otot utama pernafasan ( otot dinding dada, diafragma dan otot interkostal ) untuk mengembangkan paru antara lain: a) Miastenia gravis b) Sindrom guillian barre c) Skelrosis multiple d) Poliomyelitis e) Distofi muscular



5



2. Henti jantung a. Definisi Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran darah Karena kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif. b. Penyebab henti jantung: 1) Gagal jantung 2) Temponade jantung 3) Miokarditis 4) Kardiomiopati hipertropi 5) Fibrilasi ventrikel yang mungkin disebabkan oleh iskemia miokard, infark miokard, tersengat listrik, ganguan elektrolit atau konsumsi obat obatan. D. Penatalaksanaan bantuan hidup dasar Urutan pelaksanaan bantuan hidup dasar yang benar akan memperbaiki tingkat keberhasilan. Berdasarkan panduan bantuan hidup dasar yang dikeluarkan oleh American Heart and European Society of resuscitation, pelaksanaan bantuan hidup dasar dimulai dari penilaian kesadaran penderita, aktivitas layanan gawat darurat dan dilanjutkan dengan tindakan pertolongan yang diawali dengan CABD (circulationAirway-Breathing-Defibrilator).



6



Gambar.1



Rantai keselamatan: Rantai ini berlaku terhadap penderita baik karena gangguan irama jantung VF atau jantung bergetar maupun gangguan suplai oksigen. Rantai tersebut adalah: 



Akses dini : kenali keadaan darurat lalu panggil bantuan medis atau aktifkan emergensi yang berlaku.







Bantuan Hidup Dasar (BHD)/ survey primer : RJP segera







Kejut jantung dini : RJP disertai kejut jantung dalam 3-5 menit menghasilkan kemungkinan selamat sebesar 49-75%







Bantuan Hidup Lanjut dini / primer secondary dan penanganan paska resusitasi yang dilakukan petugas medis akan mempengaruhi hasil akhir



7



1. Akses Dini a. Penilaian respon Penilaian respon dilakukan setelah penolong yakin bahwa dirinya sudah aman untuk melakukan pertolongan. Penilaian repon dilakukan dengan cara menepuk-nepuk dan menggoyangkan penderita sambil berteriak memanggil penderita. Hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penilaian respon penderita: 1) Bila penderita menjawab atau bergerak terhadap respons yang diberikan, maka usahakan tetap mempertahankan posisi seperti pada saat ditemukan atau diposisikan kedalam posisi mantap, sambil terus melakukan pemantauan tanda-tanda vital sampai bantuan datang.



2) Bila penderita tidak memberikan respon serta tidak bernafas atau bernafas tidak normal(gasping) maka penderita dianggap



8



mengalami kejadian henti jantung. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan aktivasi system layanan gawat darurat. b. Pengaktifan system layanan gawat darurat Setelah melakukan pemeriksaan kesadaran penderita dan tidak didapatkan respon dari penderita, hendaknya penolong meminta bantuan orang terdekat untuk menelepon system layanan gawat darurat (atau system kode biru bila dirumah sakit). Bila tidak ada orang lain didekat penolong untuk membantu, maka sebaiknya penolong menelepon system layanan gawat darurat. Saat melaksanakan percakapan dengan petugas layanan gawat darurat, hendaknya dijelaskan lokasi penderita, kondisi penderita, serta bantuan yang sudah diberikan kjepada penderita. 2. Survei Primer Survey primer difokuskan pada bantuan sirkulasi , bantuan nafas dan defibrilasi. diawali dengan CABD (circulation-AirwayBreathing-Defibrilator). Sebelum melakukan tahapan C (circulation), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada penderita. Sebelum melakukan kompresi dada pada penderita, penolong harus melakukan pemeriksaan awal untuk memastikan bahwa penderita dalam keadaan tanpa nadi saat akan dilakukan pertolongan. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan perabaan denyut nadi bukan hal yang mudah dilakukan,



9



bahkan tenaga kesehatan yang menolong mungkin memerlukan waktu yang agak panjang untuk memeriksa denyut nadi sehingga: a. Tindakan pemeriksaan denyut nadi bisa tidak dilakukan oleh penolong awam dan langsung mengasumsikan terjadi henti jantung jika seorang dewasa mendadak tidak sadarkan diri atau penderita tanpa respon yang bernafas tidak normal. b. Pemeriksaan arteri karotis dilakukan dengan memegang leher penderita dan mencari trakea dengan 2-3 jari selama 10 detik. Selanjutnya dilakukan perabaan bergeser ke lateral sempai menemukan batas trakea dengan otot samping leher (tempat lokasi arteri karotis berada). Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernafasan penderita dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu umtuk menilai pernafasan penderita. Jika tidak bernafas lakukan bantuan pernafasan dan jika bernafas pertahankan jalan nafas. Gambar.2



10



c. Kompresi Jantung C Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi dada atau kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai berikut: 1) Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada sternum. 2) Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2-3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi. 3) Letakan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lainya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada penderita, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang. 4) Dengan posisi badan tegak luru, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan 5cm (2inci) 5) Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semuala setiap kali melakukam kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi.(50% duty cycle).



11



6) Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi. 7) Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah 30:2 dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong jika penderita tidak terintubasi dan kecepatan kompresi adalah 100 x permenit (dilakukan 4 siklus permenit). Untuk kemudian dinilai apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak. Gambar.3



8) Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebih 30 detik. Gambar.4



12



Hal yang harus di perhatikan saat melakukan RJP: -



Pastikan lokasi aman buat anda , korban dan orang lain.



-



Gunakan alat pelindung diri sarung tangan bila ada



-



Periksa kesadaran



-



Gunakan alat pelindung diri sebelum RJP (saat embrian napas/pocket mask)



-



Posisi kompresi disamping kanan atau kiri sejajar dengan bahu korban buat dewasa



-



Bantuan nafas dengan pocket mask / bag valve mask



3. Jalan nafas (Airway) Perubahan yang terjadi pada alur bantuan hidup dasar ini sesuai american heart assosiation mengenai bantuan hidup dasar, bahwa penderita yang mengalami henti jantung umumnya memiliki penyebab primer gangguan jantung, sehingga kompresi secepatnya harus



13



dilakukan darinpada menghabiskan waktu mencari sumbatan benda asing pada jalan nafas. Setelah melakukan tindakan kompresi sebanyak 30 x maka dilanjutkan dengan pemberian bantuan nafas sebanyak 2x yang diawali dengan membuka jalan nafas posisi penderita saat diberikan bantuan nafas tetap terlentang. Jika mungkin dengan dasar yang keras dan datar dengan posisi penolong tetap berada disamping penderita. Buka jalan nafas : Pada penderita yang tidak sadarkan diri maka tonus otot-otot tubuh akan melemah termasuk otot rahang dan leher. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lidah dan epiglotis terjatuh ke belakang dan menyumbat jalan nafas. Jalan nafas dapat dibuka oleh penolong dengan metode: a. Head tilt chin lift maneuver (dorong kepala ke belakang sambil mengangkat dagu). Tidakan ini aman dilakukan bila penderita tidak dicurigai mengalami gangguan/trauma tulang leher.



14



Gambar.5



b. Jaw Thrust Bila penderita dicurigai mengalami gangguan/trauma leher maka tindakan untuk membuka jalan nafas dilakukan dengan menekan rahang bawah ke arah belakang.



15



Setelah dilakukan tindakan membuka jalan nafas langkah selanjutnya adalah dengan pemberian nafas bantuan. Tindakan pembersihan jalan nafas, serta maneufer look, listen, and feel tidak dikerjakan lagi, kecuali jika tindakan pemberian nafas bantuan tidak menyebabkan paru terkembang secara baik. 4. Ventilasi (breathing) Tindakan pemberian nafas bantuan dilakukan kepada penderita henti jantung setelah satu siklus kompresi selesai dilakukan 30 x kompresi. Hal yang diperhatikan dalam ventilasi: a. Nafas bantuan 2x dalam waktu 1 detik setiap hembusan b. Berikan bantuan nafas sesuai dengan kapasitas volume tidal yang cukup untuk memperlihatkan pengangkatan dinding dada. c. Berikan bantuan nafas bersesuaian dengan kompresi dengan perbandingan 2x bantuan nafas setelah 30 x kompresi. Pemberian nafas bisa dilakukan dengan metode: 1) Mulut ke mulut



16



Metode ini merupakan metode yang paling mudah dan cepat. Oksigen yang dipakai berasal dari udara yang dikeluarkan oleh penolong. Cara melakukan pertolongan adalah: a) Mempertahankan posisi head tilt chin lift, yang dilanjutkan dengan menjepit hidung menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan. b) Buka sedikit mulut penderita tarik nafas panjang dan tempelkan rapat bibir penolong melingkari mulut penderita kemudian hembuskan lambat setiap tiupan selama 1 detik dan pastikan sampai terangkat. c) Tetap pertahankan head tilt chin lift, lepaskan mulut penolong dari mulut penderita, lihatlah apakah dada penderita turun waktu ekshalasi. 2) Mulut ke hidung



17



Nafas bantuan ini dilakukan bila pernafasan mulut ke mulut sulit dilakukan, misalnya karena trismus. Caranya adalah katupkan mulut penderita disertai chin lift, kemudian hembuskan udara seperti pernafasan mulut ke mulut. Buka mulut penderita waktu ekshalasi. 3) Mulut ke sungkup



Penolong menghembuskan udara melalui sungkup yang diletakkan di atas dan melingkupi mulut dan hidung penderita. Sungkup ini terbuat dari plastic transparan, sehingga muntahan dan warna bibir penderita dapat terlihat. Cara melakukan pemberian nafas mulut ke sungkup: -



Letakkan sungkup pada muka penderita dan dipegang dengan kedua ibu jari



-



Lakukan head tilt chin lift/ jawa thrust, tekan sungkup muka penderita dengan rapat kemudian hembuskan udara melalui lubang sungkup sampai dada terangkat.



18



-



Hentikan hembusan dan amati turun nya pergerakan dinding dada.



5. Defibrilation / Kejut Jantung Dini Defibrillation atau defibrilasi adalah suatu terapi dengan memberikan energy listrik yang kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui elektroda yang di tempatkan pada permukaan dada pasien. AED adalah defibrillation yang menggunakan system computer yang dapat menganalisa irama jantung, mengisi tingkat energy yang sesuai dan mampu memberikan petunjuk bagi penolong dengan memberikan petunjuk secara visual untuk peletakan elktroda.



Tujuannya adalah untuk koordinasi aktivitas listrik jantung dan mekanisme pemompaan, ditunjukan dengan membaiknya cardiac output, perfusi jaringan dan oksigenasi.



19



American Heart association (AHA) merekomendasikan agar



defibrilasi



diberikan



secepat



mungkin



saat



pasien



mengalamigambaran VT non pulse atau VF, yaitu 3 menit atau kurang untuk setting rumah sakit dan dalam 5 menit atau kurang dalam setting luar rumah sakit. Defibrilasi dapat dilakukan diluar rumah sakit karena sudah tersedia alat Automatic External Defibrilation (AED). 2. Bantuan Hidup Lanjut Bantuan hidup lanjut berhubungan dengan teknik yang ditunjuk untuk memperbaiki ventilasi dan oksigenasi korban pada diagnosis serta terapi gangguan irama utama selama henti jantung. Bantuan hidup dasar memerlukan peralatan khusus dan pengguna obat. Harus segera dimulai bila diagnosis henti jantung atau henti nafas dibuat dan harus diteruskan sampai bantuan hidup lanjut diberikan. Setelah dilakukan ABC/CAB RJP dan belum timbul denyut jantung spontan, maka resusitasi diteruskan dengan langkah DEF. a. Drug and Fluid (Obat dan Cairan) Tanpa menunggu hasil EKG dapat diberikan: 



Adrenalin : 0,5-1,0 mg







Natrium bicarbonate 1-2 meq/kgbb







Lidokain 1-2 mg/kgbb







Sulfas atropine 0,005-0,1 mg/kgbb







Dopamine



20



b. Monitor KG Monitor EKG dipasang pada semua penderita fibrilasi ventrikel, assistor ventrikuler, disosiasi elektro mekanis. c. Fibrillation treatment Elektroda dipasang disebelah kiri putting susu kiri disebelah kanan sternum atas, defibrilasi luar arus searah: 



200-360 juole pada dewasa







100-200 joule pada anak







50-100 joule pada bayi



3. Keputusan untuk mengakhiri upaya resusitasi Semua tenaga kesehatan dituntut untuk memulai RJP segera setelah diagnosis henti nafas atau henti jantungdibuat, tidak sadar ada pernafasan spontan dan reflex muntah dan dilatasi pupil yang menetap selama 15 menit – 30 menit atau lebih merupakan petunjuk kematian



21



otak. Tidak ada aktifitas listrik jantung selam 30 menit walaupun sudah dilakukan RJP dan terapi obat yang optimal mendandakan mati jantung. Dalam resusitasi darurat, seseorang dinyatakan mati, jika: a. Terdapat tanda-tanda mati jantung b. Sesudah dimulai resusitasi pasien tetap tidak sadar, tidak timbul ventilasi spontan dan reflex muntah serta pupil tetap dilatasi selama 15-30 menit atau lebih . Dalam resusitas darurat dapat diakhiri bila ada salah satu dari berikut: a. Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif b. Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang lebih bertanggung jawab meneruskan resusitasi. c. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab d. Penolong terlalu capek sehingga tak sanggup melanjutkan resusitasi. e. Pasien dinyatakan mati



BAB III KESIMPULAN



Bantuan hidup dasar adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa. Bila usaha bantuan hidup ini dilakukan tanpa memakai obat, cairan intravena ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai bantuan hidup dasar (Basic Life Support). Sebaliknya bila bantuan hidup dilakukan dengan menggunakan obat-obatan dikenal dengan bantuan hidup lanjut (Advanced life Support). Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa, sehingga harus secepatnya dilakukan. Urutan pelaksanaan bantuan hidup dasar yang benar akan memperbaiki tingkat keberhasilan. Berdasarkan panduan bantuan hidup dasar yang dikeluarkan oleh American Heart and European Society of resuscitation, pelaksanaan bantuan hidup dasar dimulai dari penilaian kesadaran penderita, aktivitas layanan gawat darurat dan dilanjutkan dengan tindakan pertolongan yang diawali dengan CABD (circulationAirway-Breathing-Defibrilator).



22



Daftar Pustaka Subagjo Agus, 2013. Bantuan Hidup Jantung Dasar. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Buku Pedoman Pelatihan BTCLS. 2012. Yayasan Nakespro Global. Jakarta American College Of Surgeon Committee On Trauma. 2004. Advanced Trauma Life Support ATLS. Edisi 7. Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI)