Bentuk Ketiga Sakrementali - Eksorsisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGUSIRAN SETAN (Bentuk Ketiga Sakramentali Gereja Katolik) Pada akhir Injil Markus, dikisahkan Yesus bersabda, “… tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku” (Mrk 16:17). Tidak jarang kita berjumpa dengan saudara-saudari kita yang merasa dikuasai roh jahat, atau roh kegelapan sehingga diliputi ketakutan, tempat tinggalnya diganggu dan ada gejala-gejala aneh yang lain. Gereja mengakui bahwa setan itu benar-benar ada dengan sifatnya yang khas yaitu ingin menjauhkan manusia dari Tuhan dan agar manusia lupa akan Tuhan. Akan tetapi kita yakin, sehebat apa pun setan itu dan kekuatannya, ia kalah oleh kuasa Tuhan Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit dan mengalahkan setan (bdk Mat 4:1-11). Hanya Yesus yang berkuasa mengusir setan seperti tampak dalam Kitab Suci. Akan tetapi Gereja juga telah diberi kuasa Tuhan untuk mengusir setan. Kuasa itu dijalankan dalam upacara pengusiran setan yang merupakan bentuk ketiga sakramentali. Ada dua macam ibadah pengusiran setan. Yang pertama disebut eksorsisme imprekatoris, yaitu pengusiran setan dengan perintah langsung, misalnya “Dalam nama Yesus, aku mengusir kamu setan dari orang ini…”!. Bentuk ibadat ini hanya boleh dijalankan oleh seorang imam saleh, bijaksana, tidak tercela hidupnya dan diberi ijin oleh Bapak Uskup atau pimpinan Gereja setempat (Kitab Hukum Kanonik, 1983, kan. 1172). Tidak sembarang orang, bahkan tidak sembarang imam yang boleh mengusir setan dengan cara ini. Dan harus diingat juga bahwa yang dianggap sebagai gejala kerasukan setan atau kuasa kegelapan sebenarnya dapat diterangkan sebagai gejala yang sangat manusiawi, yang dapat dijelaskan oleh seorang ahli. Yang kedua disebut eksorsisme diprekatoris, yaitu pengusiran setan dengan doa permohonan. Ibadat ini berisi doa-doa permohonan agar Tuhan menjauhkan seseorang atau suatu benda dari penguasaan setan, kuasa jahat atau kuasa kegelapan. Tidak jarang digunakan juga simbol-simbol seperti perecikan air suci yang sudah dicampuri garam. Ibadat ini dapat dilakukan oleh siapa pun dengan penuh iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Tata cara ibadat dapat disiapkan misalnya dengan mengikuti tata cara Ibadat Sabda yang biasa.



BERBAGAI MACAM IBADAT SAKRAMENTALI



Seperti sudah dijelaskan mengenai pengertian ibadat sakramentali, perbedaan sakramen dengan sakra-mentali, makna ibadat sakramentali dan paraliturgi. Pada edisi ini pembahasan akan dilanjutkan tentang Berbagai Macam Ibadat Sakramentali. Pemberkatan dalam ibadat sakramentali terhadap orang, benda atau barang bisa berakibat atau tidak berakibat terhadap status atau tujuan penggunaan dari yang diberkati itu. Atas dasar tersebut, Ibadat Sakramentali dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Benedictiones Invocativae. Segala upacara atau ibadat pemberkatan, yang jika dilakukan pada diri manusia, benda atau barang tertentu, tidak mengalami perubahan status atau tujuan penggunaannya. Hampir semua ibadat berkat termasuk di sini. Contoh pemberkatan manusia: pemberkatan anak dengan tanda salib, pemberkatan orang sakit, pemberkatan pertunangan, pemberkatan jenazah, pemberkatan atas kelahiran. Orang-orang yang diberkati ini tidak berubah status, tetapi memperoleh karunia rohani berupa perlindungan Allah yang dimohon oleh Gereja melalui ibadat/upacara sakramentali. Contoh pemberkatan pada benda atau barang: Pemberkatan rumah, toko, rumah sakit, rumah biara, sarana perhubungan (jalan, jembatan), sarana transportasi (mobil, sepeda motor), alat-alat kerja, sawah, ladang. Benda atau alat-alat itu tidak mengalami perubahan status, dan tidak disebut sebagai benda-benda suci walaupun telah diberkati. Tetapi melalui pemberkatan kita mohon agar benda-benda tersebut diberkati oleh Allah sehingga bisa digunakan bagi kemuliaan Allah dan keselamatan kita. 2. Pemberkatan yang mengubah status atau tujuan penggunaan dari yang diberkati. Artinya setelah diberkati, maka orang atau barang itu dikhususkan untuk Allah. Contohnya: pakaian liturgi (stola, kasula, alba) setelah diberkati tidak boleh dipakai sembarangan.



Demikian juga peralatan liturgi: monstran, sibori, ampul, piala dan lainlain tidak boleh dipakai untuk hal-hal yang bersifat profan. Bila ini terjadi maka berarti pelecehan atau pencemaran atas barang-barang suci. Macam pemberkatan yang mengubah status atau tujuan penggunaan: a. Benedictiones Constitutivae. Segala upacara atau ibadat yang jika dilakukan pada diri manusia, benda atau barang tertentu, mengalami perubahan status atau tujuan penggunaannya. Berbeda dengan pemberkatan yang Invocativae yang tidak mengubah tujuan penggunaan, maka ibadat pemberkatan Constitutivae membuat orang, benda atau barang yang diberkati dikhususkan penggunaannya bagi kegiatan yang bersifat religius atau berhubungan dengan Tuhan. Simbolisasi yang digunakan adalah minyak (yang bukan minyak Krisma), air suci, berkat tanda salib, dan doa tertentu. Contoh Benedictiones Constitutivae pada orang: penahbisan Abas, pengikraran kaul biarawan-biarawati, dan lain-lain. Contoh Benedictiones Constitutivae pada benda atau barang: pemberkatan alat/perlengkapan liturgi, pemberkatan: salib, Rosario, medali, relief jalan salib, patung orang kudus, benda-benda devosi dan lain-lain. b. Consecratio. Terjemahannya adalah konsekrasi atau penahbisan. Consecratio ini hanya ditujukan untuk penahbisan seseorang dan bukan atas benda atau barang. Simbolisasinya menggunakan minyak Krisma. Praktis Consecratio ini umumnya sudah masuk bagian liturgi tahbisan, yaitu pada tahbisan Uskup dan Imam. Orang yang ditahbiskan mengalami perubahan status (menjadi Uskup dan Imam) dan itu ditandai dengan pengurapan minyak Krisma. Tindakan pengurapan minyak Krisma pada kepala Uskup baru atau telapak tangan Imam baru, merupakan tindakan sakramentali dalam satu liturgi tahbisan. c. Dedicatio. Dalam bahasa sehari-hari kita biasa menggunakan istilah pemberkatan, baik dalam arti Benedictio maupun Dedicatio. Dedicatio



berarti perayaan ibadat pemberkatan atau penyucian suatu benda atau barang yang berakibat bahwa benda atau barang itu dikuduskan atau dipersembahkan bagi Allah, sehingga tidak bisa lagi untuk keperluan profan. Kesamaan antara Dedicationes dengan Benedictiones Constitutivae ialah terjadinya perubahan status atau tujuan penggunaan atas benda atau barang yang diberkati. Perbedaannya, bahwa dedicationes selalu ditandai dengan pengurapan atau pengolesan minyak Krisma pada benda atau barang itu. Contoh dedicationes: Pemberkatan gedung gereja atau Altar. 3. Eksorsisme atau Pengusiran Setan Termasuk sakramentali tetapi berbeda dari kedua macam bentuk pemberkatan di atas. Pada dasarnya eksorsisme berkaitan dengan seruan permohonan turunnya kuasa Allah dalam nama Yesus untuk mengusir atau menjauhkan kuasa jahat dari seseorang atau sebuah benda. Secara liturgis ada dua jenis doa atau ibadat pengusiran setan, yaitu: a. Eksorsisme Imprecatoris, atau pengusiran dengan perintah. Merupakan jenis pengusiran setan melalui suatu rumusan doa yang eksplisit, memerintahkan agar setan keluar dari seseorang atau benda. Ibadat atau doa ini tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Haruslah oleh seorang Imam yang: saleh, ahli, bijaksana, dan tidak tercela hidupnya. Ijinnya diberikan oleh ordinaris wilayah misalnya uskup setempat. b. Eksorsisme Deprecatoris, atau pengusiran dengan doa permohonan. Merupakan suatu doa yang memohon agar Tuhan menjauhkan seseorang atau sebuah benda dari penguasaan setan atau kuasa jahat. Pengusiran setan jenis ini lebih halus, lembut dan bisa dijumpai dalam upacara tobat pada katekumen atau calon baptis. Kita sudah mengenal bersama tentang Berbagai Macam Ibadat Sakramentali yang telah disampaikan di atas. Semoga kita dapat lebih memahaminya pada saat mengikuti Ibadat Sakramentali. Pada edisi minggu depan kita akan melanjutkan pembahasan tentang Makna Ibadat Berkat.