Bina Bicara bagi Anak Berkebutuhan Khusus
 9786236551707 [PDF]

  • Commentary
  • decrypted from 047C5DD2EDB25D083CF93C8E6E259E8F source file
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...

Table of contents :
cover depan.pdf (p.1)
Gabungan Buku Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Khofidotur)_Rev 1.pdf (p.2-60)
kdt.pdf (p.1-8)
isi.pdf (p.9-59)
_TOC_250018
_TOC_250017
_TOC_250016
_TOC_250015
_TOC_250013
_TOC_250012
_TOC_250011
_TOC_250010
_TOC_250009
_TOC_250008
_TOC_250007
_TOC_250006
_TOC_250005
_TOC_250004
_TOC_250003
_TOC_250002
_TOC_250001
_TOC_250000
cover belakang.pdf (p.61)

Citation preview

BINA BICARA Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



BINA BICARA Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah). 2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/ atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 3. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/ atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 4. Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).



Dr. Endang Purbaningrum, M.Kes Khofidotur Rofiah, M.Pd



KATA PENGANTAR



BINA BICARA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS Dr. Endang Purbaningrum, M.Kes Khofidotur Rofiah, M.Pd Copyright@2020



Desain Sampul [email protected] Editor Tika Lestari



Penata Letak Dhiky Wandana



Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Ketentuan Pidana Pasal 112–119 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014Tentang Hak Cipta. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau Memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini Tanpa izin tertulis dari penerbit Diterbitkan dan dicetak pertama kali oleh CV. Jakad Media Publishing Graha Indah E-11 Gayung Kebonsari Surabaya (031) 8293033, 081230444797, 081234408577 https://jakad.id/



[email protected]



Anggota IKAPI No. 222/JTI/2019



Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog Dalam Terbitan (KDT) ISBN: 978-623-6551-70-7 xii + 100 hlm.; 15,5x23 cm



Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan dan karunia-Nya sampaikan untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Bahan Ajar Mahasiswa ini disusun untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan pada program S1 Pendidikan Luar Biasa UNESA. Mata kuliah bina bicara diajarkan sebagai mata kuliah umum yang diberikan untuk membekali mahasiswa untuk memiliki kemampuan dalam mengasesmen, merencanakan, menyusun program, melaksanakan program, serta mengevaluasi program bina bicara bagi klien yang memiliki hambatan komunikasi. Mata kuliah bina bicara merupakan mata kuliah yang memberikan pemahaman dan pengetahuan, serta pengalaman kepada mahasiswa melalui pengkajian dan pembahasan tentang konsep dasar dan jenis gangguan bina bicara, analisis kesalahan pengucapan, program penanganan gangguan bicara, serta latihan merencanakan, pelaksanaan, serta penilaian dan pelaporan program bina bicara. Perkuliahan dilaksanakan dengan sistem presentasi, diskusi, tugas proyek, dan refleksi. Salah satu strategi yang dilakukan dalam penanganan anak yang memiliki hambatan komunikasi adalah dengan Bina Bicara. Untuk itu, diharapakan melalui bahan ajar mahasiswa ini, dapat memberi sumbangan pengetahuan dalam mendeteksi individu dengan hambatan komunikasi lebih dini untuk diberikan program penanganan yang tepat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ajar mahasiswa ini tentu punya banyak kekurangan. Untuk itu penulis berharap ada masukan dan kritikan konstruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaannya di masa yang akan datang.



iii



Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Universitas Negeri Surabaya yang menyediakan berbagai fasilitas hingga terbitnya bahan ajar mahasiswa ini, juga tentu kepada seluruh mahasiswa Pendidikan Luar Biasa Kelas 2018 A dan B yang membantu penyusunan bahan ajar ini hingga terbit. Akhirnya penulis bermohon kepada Allah SWT semoga semua ini menjadi amal saleh bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL................................................................. i KATA PENGANTAR.............................................................. iii DAFTAR ISI.............................................................................. v DAFTAR TABEL...................................................................... ix DAFTAR GAMBAR................................................................ xi BAB I



Penulis



: KONSEP TEORITIS BINA BICARA SECARA UMUM DAN KHUSUS...................... 3 A. Pendahuluan.................................................... 3 1. Deskripsi Singkat........................................... 3 2. Tujuan Pembelajaran..................................... 3 B. Materi................................................................. 4 1. Perkembangan Bahasa dan Bicara.............. 4 2. Masa Pra Lingual........................................... 6 3. Masa Lingual Dini.......................................... 7 4. Masa Mengenai Tingkatan Bahasa............. 7 5. Perkembangan Bicara dan Bahasa yang Normal............................................................. 8 6. Indikasi Gangguan Keterlambatan Perkembangan Bicara dan Bahasa.............. 10 7. Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa... 11 8. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bicara.................................... 11 C. Rangkuman...................................................... 13 D. Perlatihan.......................................................... 14 E. Daftar Bacaan................................................... 14



BAB II : KONSEP DASAR JENIS GANGGUAN BICARA................................................................... 17 A. Pendahuluan.................................................... 17 1. Deskripsi Singkat........................................ 17 2. Tujuan Pembelajaran................................. 17 iv



v



B. Materi................................................................. 17 1. Gangguan Bicara........................................ 17 2. Perkembangan Abnormal......................... 18 3. Jenis Gangguan Bicara............................... 21 C. Rangkuman...................................................... 24 D. Perlatihan.......................................................... 25 E Daftar Bacaan................................................... 25 BAB III : ANALISIS KESALAHAN BICARA.................. 29 A. Pendahuluan.................................................... 29 1. Deskripsi Singkat........................................ 29 2. Tujuan Pembelajaran................................. 29 B. Materi................................................................. 29 1. Konsep Dasar Analisis Kesalahan Pengucapan..................................................... 29 2. Permasalahan Keterampilan Berbicara...... 30 3. Teknik–teknik Mengatasi Permasalahan Bicara................................................................ 32 4. Bentuk Penanganan Bina Bicara untuk Kesalahan Bina Bicara................................... 33 5. Pedoman Bagi Orang Tua, Perawat atau Pendidik........................................................... 37 C. Rangkuman...................................................... 38 D. Perlatihan.......................................................... 39 E. Daftar Bacaan................................................... 39 BAB IV : KONSEP DASAR PROGRAM PENANGANAN GANGGUAN BICARA........ 43 A. Pendahuluan.................................................... 43 1. Deskripsi Singkat........................................ 43 2. Tujuan Pembelajaran................................. 43 B. Materi................................................................. 43 1. Konsep Dasar Penanganan....................... 43 2. Organ Bicara................................................ 44



vi



C. Rangkuman...................................................... 66 D. Perlatihan.......................................................... 56 E. Daftar Bacaan................................................... 56 BAB V : PERENCANAAN PROGRAM BINA BICARA................................................................... 59 A. Pendahuluan.................................................... 59 1. Deskripsi Singkat........................................ 59 2. Tujuan Pembelajaran................................. 59 B. Materi................................................................. 59 1. Assesment Anak Gangguan Bicara........... 59 2. Media Program Bina Bicara...................... 65 C. Rangkuman....................................................... 69 D. Perlatihan........................................................... 69 E Daftar Bacaan.................................................... 69 BAB VI : PELAKSANAAN PROGRAM BINA BICARA................................................................... 73 A. Pendahuluan.................................................... 73 1. Deskripsi Singkat........................................ 73 2. Tujuan Pembelajaran................................. 73 B. Materi................................................................. 73 1. Program Diet Makanan............................. 73 2. Program Latihan Pernapasan dan Gestur Tubuh yang Baik Serta Benar...... 75 3. Program Kegiatan Fonasi.......................... 77 4. Program Kegiatan Resonasi...................... 80 5. Program Kegitan Oral................................ 80 6. Program Kegiatan Penempatan Oral Bibir.............................................................. 81 7. Program Kegiatan Penempatan Oral Lidah............................................................ 82 C. Rangkuman...................................................... 85 D. Perlatihan.......................................................... 85 E. Daftar Bacaan................................................... 85 vii



BAB VII : PENANGANAN DAN PELAPORAN BINA BICARA....................................................... 87 A. Pendahuluan.................................................... 87 1. Deskripsi Singkat........................................ 87 2. Tujuan Pembelajaran................................. 87 B. Materi................................................................. 87 1. Penilaian Program Bina Bicara................. 87 2. Pelaporan Program Bina Bicara............... 89 C. Rangkuman...................................................... 90 D. Perlatihan.......................................................... 90 E. Daftar Bacaan................................................... 90 LAMPIRAN............................................................................... 91 DAFTAR PUSTAKA............................................................... 95 BIODATA PENULIS............................................................... 97



viii



DAFTAR TABEL



Tabel 1.1 Perkembangan Bahasa dan Bicara yang Normal.................................................................. 9 Tabel 5.1 Gambar Uji Artikulasi......................................... 60 Tabel 5.2 Lembar Analisis Kesalahan Suara..................... 62 Tabel 5.3 Lembar Analisis Kesalahan Suara..................... 64 Tabel 5.4 Lembar Rencana Terapi...................................... 65 Tabel 5.5 Lembar Pemantau Diet Makanan Anak........... 66 Tabel 6.1 Instrument Penilaian Pemantau Diet Makanan Anak..................................................... 74



ix



DAFTAR GAMBAR



Gambar 3.1 Guru Memegang Mulut Anak agar Mengucapkan Kalimat dengan Benar.......... 33 Gambar 4.1 Gambar Organ Pernafasan............................ 45 Gambar 4.2 Gambar Organ Paru-paru.............................. 46 Gambar 4.3 Gambar Proses Bernafas dalam Tubuh....... 46 Gambar 4.4 Ilustrasi Seorang yang Sedang Berbicara.... 51 Gambar 4.5 Organ Rongga Mulut...................................... 52 Gambar 4.6 Bagian Organ Rahang..................................... 53 Gambar 5.1 Uji Artikulasi................................................... 60 Gambar 5.2 Peniup Gelembung......................................... 66 Gambar 5.3 Echo Horn Mic.................................................. 67 Gambar 5.4 Peluit................................................................. 67 Gambar 5.5 Kartu Bergambar............................................. 68 Gambar 5.6 Jaw Grading Bite Block...................................... 68 Gambar 6.1 Anak dengan Gestur Tubuh Saat Duduk.... 76 Gambar 6.2 Posisi Tangan yang Benar Saat Duduk........ 76 Gambar 6.3 Posisi Terapis dan Anak Saat Melakukan Terapi................................................................ 77 Gambar 6.4 Anak Sedang Meniup Gelembung Sabun... 78 Gambar 6.5 Anak Mengeluarkan Suara pada Echo Mic.. 79 Gambar 6.6 Anak Menirukan Bunyi Menggunakan Peluit................................................................. 80 Gambar 6.7 Gerak Bibir dari Mengucapkan ‘’hoo’’ Kemudian Menutup Rapat dan Mengucapkan ‘’m’’......................................... 81 Gambar 6.8 Ilustrasi Oral Bibir Saat Mengucapkan Suara ‘’OO’’, ‘’EE’’, ‘’AH’’............................. 82 Gambar 6.9 Ilustrasi Oral Lidah dengan Bantuan Jaw Grading Blok.................................................... 82 Gambar 6.10 Ilustrasi Posisi Lidah Menyentuh Langit langit Atas dan Bawah................................... 83 x



xi



Gambar 6.11 Ilustrasi Menjulurkan Lidah.......................... 83 Gambar 6.12 Ilustrasi Posisi Lidah...................................... 84 Gambar 7.1 Pemeriksaan Organ Bicara Pada Anak........ 88



xii



KONSEP TEORITIS BINA BICARA SECARA UMUM DAN KHUSUS



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



1



BAB I



KONSEP TEORITIS BINA BICARA SECARA UMUM DAN KHUSUS



A. Pendahuluan 1. Deskripsi Singkat Pada bab ini menjelaskan tentang konsep dasar dari bina bicara. Bicara merupakan hal yang sangat diperlukan dengan orang lain. Dengan bicara, kita (yang mengajak bicara) atau sebaliknya dapat mengerti akan pesan utama yang ingin disampaikan/dirasakan. Bicara juga membantu orang untuk mampu melakukan aktivitasnya sehari-hari utamanya dalam sosialisasi/interaksi dengan orang lain. Namun, Bagaimana jika bicara itu tidak dilakukan? Apakah ada kesalahan dalam pengucapannya sehingga orang lain sulit memahami akan hal yang diucapkan? Pada bab ini akan membahas tentang perkembangan bahasa dan bicara, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bina bicara, Indikasi Gangguan Keterlambatan Perkembangan Bicara dan Bahasa, perkembangan bicara dan bahasa yang normal. 2. Tujuan Pembelajaran a. Mahasiswa menjelaskan konsep Bina Bicara b. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan bahasa dan bicara c. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan bahasa dan bicara d. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan bicara 5. dan bahasa yang normal e. Mahasiswa mampu mempelajari dan menjelaskan Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa 3



B. Materi 1. Perkembangan Bahasa dan Bicara Bahasa adalah ekspresi manusia untuk berkomunikasi melalui ide, informasi, dan emosi. Bicara adalah proses berkomunikasi berhubungan dengan lingkungan melalui tutur. Dalam mengerjakan tugasnya, seorang terapis bicara membutuhkan tenaga profesional lain agar tujuan berkomunikasi dan berbicara yang semestinya dapat dicapai dengan maksimal. Bahasa utama dan keterlambatan/gangguan bahasa adalah kesulitan perkembangan umum yang, jika tidak terselesaikan dapat menyebabkan kesulitan belajar dan sosialisasi yang berlangsung hingga remaja. Proses terjadinya berbicara merupakan sebuah proses yang melibatkan sensorik dan motoric. Sebelum kita dapat mengerti gangguan perkembangan bahasa dan gangguan perkembangan bicara, kita harus tahu perkembangan anak normal. Waktu bahasa dan bicara dikembangkan, fungsifungsi yang penting untuk ucapan perlu dikembangkan juga. Fungsi- fungsi tersebut yaitu menelan, mengunyah, menghisap, dan meniup. Sebab ini semua ada hubungannya dengan otototot yang perlu untuk bicara. Sekarang yang dijelaskan hanya perkembangan bahasa; fungsi-fungsi tersebut diterangkan gila kita menjelaskan gerakan mulut waktu makan dan bicara. Sesudah anak lahir perkembangan bahasa mulai dan berlangsung selama anak masih belajar mengerti dan belajar memakai sistem bahasa untuk menyatakan rasanya. Perkembangan bahasa dapat dibagi menjadi: a. Masa pra lingual, 0-1 1/2 tahun b. Masa lingual dini, 1 atau satu setengah sampai 2 setengah tahun c. Masa mengenai tingkatan bahasa dua setengah tahun sampai 5 tahun



4



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



d. Masa terusan perkembangan bahasa yang lebih lanjut sesudah anak 5 tahun 2. Masa Pra Lingual Meriak pertama waktu lahir itu mempunyai fungsi untuk mengeluarkan air kandungan dari paru-paru bayi, supaya udara dapat masuk. Ini dapat dianggap sebagai permulaan pernafasan, selama kira-kira 6 minggu, anak hanya menangis, menangis itu untuk melatih selaput suara. Sesudah anak beberapa minggu umurnya cara menangis berubah menjadi cara menyatakan rasa yang kurang senang, Umpama kalau anak lapar, dingin, atau sakit. Dengan pertanda bunyi menangis keras. Selain itu terdapat Cara menyatakan rasa yang senang, itu dapat dianggap sebagai latihan bersuara pertama. Bunyi menangis kurang keras. Menangisnya anak yang didengar orang dalam lingkungan kurang wajar maka diartikan sebagai rasa kurang senang. Kemudian demikianlah maka menangis menjadi sistem komunikasi yang pertama. Anak yang berumur sekitar 6 minggu mengurangi cara menangis untuk menyatakan rasa senang. Itu digantikan oleh suara yang menyerupai bunyibunyi hidup seperti (a, o, e,) biasanya berlangsung ketika sesudah anak makan. Lamanya membuat bunyi itu berbeda kadang-kadang beberapa detik saja tetapi lamanya kurang dari pada waktunya untuk menangis. Orang dalam lingkungan memberi jawab pertanyaan anak itu. Kemudian anak memberi reaksi dengan sering tertawa atau dengan menirukan bunyi-bunyi orang. Hal tersebut merupakan bentuk komunikasi yang sederhana tetapi penting untuk kelanjutan perkembangan bahasa bayi fase meraban atau mengoceh itu antara 4 bulan dan delapan bulan. Sekarang anak main dengan mulut dan gerakan lidah, pipi, bibir dan langit-langitnya. Di samping bunyi-bunyi hidup, bunyi-bunyi mati dilatih juga. Sambil bermain dengan



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



5



mulutnya, anak juga main dengan badannya seperti kaki dan tangannya. Dalam Fase ini fungsi pendengaran penting sekali sebab anak mendengar bunyi bunyi yang dihasilkan sendiri dan bunyi-bunyi yang dihasilkan anak sering tidak terdapat dalam bahasa lingkungan. Lambat laun bunyi-bunyi yang yang tidak terdapat dalam bahasa menghilang, karena dari yang dijawabkan orang tua yang didengar hanya bunyi-bunyi yang ada dalam bahasanya sendiri. Akhirnya dia belajar bunyi-bunyi yang benarbenar ada dalam bahasa lingkungannya ada dalam bahasa lingkungannya. Sampai fase ini anak tunarungu mengikuti perkembangan bahasa seperti anak normal. Tetapi karena mereka kurang mendengar reaksi lingkungan, mengocehnya ini berkurang dan akhirnya dapat hilang sama sekali. Akan tetapi hal tersebut tidak akan terjadi jika anak penerima bantuan yang khusus untuk merangsang perkembangan bahasanya, anak tersebut dapat belajar bicara. Tetapi jika anak dibiarkan, perkembangan bahasa berhenti di fase ini atau tidak dapat sempurna. Anak yang berumur sekitar 8 bulan dapat menyatakan bunyi-bunyi ungkapannya. Ungkapannya itu terdengar lagu kalimat dan ucapan tersebut dapat menyatakan rasa dan keinginan anak. Begitulah anak melatih lagu bahasa sedang kata-katanya belum dipakainya. Kemudian jika umur anak antara 9 sampai 12 bulan, anak menyelesaikan fase yargon, dalam fase jargon ini 1 macam bunyi dapat mempunyai banyak arti, umpama “tata” dapat diartikan “kakak” atau dalam situasi lain “makan” atau “minta minum” atau lain.



6



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



3. Masa Lingual Dini Dalam bahasa ini anak mengucapkan kalimat dengan 1 kata. Anak yang berumur sekitar 12 bulan sering memberitahukan hal-hal dengan orang atau situasi tertentu dengan bunyi-bunyi yang tepat. Kalau itu terjadi kita katakan anak mengembangkan pengertian apa yang dimaksud dengan lambang tertentu. Mengerti maksud lambang itu berarti anak sekarang memakai bahasa yang sesungguhnya. Meskipun ucapan jelas sering dianggap hasil yang paling penting dalam perkembangan bahasa, fungsi pengertian lambang tersebut jauh lebih penting daripada ucapan jelas. Perkembangan ucapan berlangsung sampai anak mencapai umur 4 atau 5 tahun. Jadi pada umur 12 bulan ucapan talak itu belum dapat menjadi sempurna. Sesudah anak mengembangkan pengertian lambang, caranya memakai bahasa benar-benar sesuai dengan sistem komunikasi yang dipakai orang dalam berbahasa. Cara anak mengucapkan kata pertama berbeda-beda, ada anak yang langsung meneruskan fase yargon tersebut sambil mengeluarkan perlahan-lahan kata yang dapat dimengerti. Lambat laun perbendaharaan kata itu menjadi besar sedang ngocehnyanya berkurang. Makin muda umur anak yang mulai fase ini, makin berkurang jelas ucapannya, sedang anak yang lebih lanjut umurnya biasanya lebih jelas ucapannya. Perbendaharaan kata anak yang satu setengah tahun umurnya berkisar antara 3 sampai 50 kata. 4. Masa Mengenai Tingkatan Bahasa Dalam bahasa ini anak mulai mengucapkan kalimat dari 2 kata dan sistem bahasa terus menjadi sistem komunikasi. Anak menggunakan bahasa sebagai alat untuk menghubungkan diri dengan orang lain, walaupun kadang-kadang anak masih berbicara pada dirinya, sekarang perkembangan tata bahasa



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



7



mulai maka anak menghubungkan dua kata dalam satu kalimat. Fase anak mengucapkan kalimat dari tiga kata atau lebih pada umumnya anak yang berumur 2 tahun dengan pertanda anak menyatakan perasaannya dengan kalimat dari 3 kata, tetapi pada umur itu masih ada anak yang menyusun kalimat dari 2 kata, sedangkan anak lain sudah dapat bicara dengan kalimat dari 3 kata atau lebih. Setiap hari perbendaharaan kata akan bertambah. Tata bahasanya belum lengkap dan ucapannya belum jelas. Jadi sikap ibu terhadap bahasa anaknya itu paling penting bagi jalan perkembangan bahasa anak. Pada umur 2 tahun anak dapat mengerti apa yang dikatakan kepadanya. Anak berumur 2 setengah tahun hampir tidak mengoceh lagi, kecuali kalau anak tidak senang atau kalau anak kurang dimengerti ibunya. Sesudah anak 2 tahun dia dapat menggunakan 280 kata. Perbendaharaan kata anak yang berumur 2 setengah tahun meliputi yang bawa 200 kata dan anak yang sekitar 3 tahun dapat menggunakan 900 kata. Jadi fase ini secara keras untuk membesarkan perbendaharaan sekarang hampir 80% ucapannya dapat dimengerti orang yang tidak dikenal. Pada fase ini juga kemampuan anak lebih baik dalam menyusunnya bahasa. Anak usia 4 tahun sudah hampir menguasai bahasa, biasanya anak yang 6 tahun atau 7 tahun sudah menyelesaikan perkembangan bahasa dalam hal ini ucapan dan susun kalimat. Perbendaharaan kata masih bertambah terus. 5. Perkembangan Bicara dan Bahasa yang Normal Di bawah ini akan dijelaskan tentang perkembangan bahasa dan bicara yang normal:



8



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Tabel 1.1 Perkembangan Bahasa dan Bicara yang Normal Usia



0-6 Bulan



Kemampuan • • • • •



Mengulangi Suara yang sama Mengunakan konsonan /b/./m/,/p/ ketika babling Mengenali suara manusia Melokalisasi suara dengan cara menolehkan kepala Tersenyum bila diajak berbicara



7–12 Bulan



• Mengerti dan memberi respon pada namanya sendiri. • Menggunakan suara selain tangisan untuk mendapatkan perhatian • Dapat memberi respon untuk perintah sederhana • Mengenali beberapa kata benda di sekitarnya Mulai merubah babbling ke jargon • Mulai berbicara bertujuan



13–18 Bulan



• Menggunakan intonasi yang mengikuti pola bicara orang dewasa • Tidak mengucapkan konsonan depan dan hampir secara keseluruhan konsonan akhir • Bicara hampir tidak dapat dimengerti • Memiliki kosa kata 3–20 kata atau lebih kebanyakan kata benda • Mengikuti perintah sederhana



19–24 Bulan



• Memiliki pengucapan (ekspresif) kosa kata 50–100 kata atau lebih • Memiliki pemahaman (reseptif) kosa kata 300 kata atau lebih • Mulai memadu kata benda dan kata kerja Menjawab pertanyaan “ini apa?” • Mengenali lima bagian tubuh Bicara 25–50 % dapat dimengerti



2–3 Tahun



• Bicara 50–75 % dapat dimengerti • Mengucapkan keinginannya dengan bahasa verbal • Mengikuti perintah sederhana dan menjawab pertanyaan sederhana • Mulai senang mendengar cerita pendek • Mulai mengerti fungsi benda • Mulai memahami warna dasar



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



9



• • • 3–4 Tahun



• • • • •



4–5 Tahun



• • •



Mengerti fungsi benda dan warna Mengerti perbedaan arti kata Bertanya dan menjawab pertanyaan siapa, apa, di mana, kenapa Sering bertanya dan meminta jawaban yang terperinci Menggunakan 4–5 kata dalam satu kalimat Bicara 80% dapat dimengerti Memanipulasi orang dewasa dan teman sebaya Menggunakan konsonan dengan 90% dengan tepat Bicara biasanya dapat dimengerti oleh orang luar Mulai dapat menceritakan pengalamannya Menggunakan kalimat dengan 4–8 kata dalam satu kalimat



6. Indikasi Gangguan Keterlambatan Perkembangan Bicara dan Bahasa a. Pada usia 4 bulan kurangnya kemampuan anak untuk berkomunikasi b. Usia 6 sampai 9 bulan terdapat indikasi hilangnya kemampuan awal anak untuk cooing dan babling c. Pada usia 12 bulan tidak ada kata-kata rutin, tidak menyebut mama-dada, hilangnya milestones atau sosial yang sudah ada sebelumnya d. Usia 15 sampai 18 bulan tidak ada kata sama sekali yang diucapkan oleh anak, pemahaman bahasa anak tidak berkembang dengan semestinya. e. Menginjak usia 24 bulan kosa kata kurang dari 50, tidak ada frase dua kata. f. Pada usia 36 bulan anak dapat mengingat kata atau frase tanpa pemahaman, sering mengulang pembicaraan orang lain, segera atau setelah beberapa saat. Intonasi datar dan kaku, lebih dari 75% pembicaraan tidak dapat dipahami orang asing. g. Usia 48 bulan anak tidak dapat mengikuti percakapan



10



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



h. Usia 5 tahun lebih produksi suara yang dihasilakn oleh anak yang tidak akurat. i. Terjadi ambiguitas Fakta yang mungkin mengejutkan tentang kategori pengetahuan linguistik ini adalah yang paling banyak tugas dalam proses berbicara dan bahasa dapat dilihat sebagai menyelesaikan ambiguitas pada satu dari level ini. 7. Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa a. Gangguan Pendengaran b. Kelainanan syaraf: MR, CP, Autism. c. Kelainan fisik seperti bibir sumbing, kelemahan otot mulut, gangguan pernapasan dan menelan d. Genetik/keturunan e. Otitis media Sejumlah penelitian telah melaporkan kemungkinan hubungan sebab akibat antara otitis media dengan atau tanpa evusion dan ucapan selanjutnya dan perkembangan bahasa. f. Masalah pra dan perinatal Infeksi selama kehamilan, kelahiran premature dan berat badan rendah saat lahir dilaporkan memiliki efek negatif perkembangan bicara dan bahasa. g. Kebiasaan menghisap Gangguan bicara dapat dikaitkan dengan kebiasaan menghisap anak-anak. Diasumsikan bahwa menghisap berlebihan pada boneka, ibu jari atau botol akan menyebabkan penurunan kesadaran oral dan bahkan kurangnya kemampuan motoric. 8. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bicara Perkembangan bicara dan bahasa pada anak dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor sebagai yang berikut:



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



11



a. Faktor masaknya otak, faktor ini menentukan kapan masa perkembangan basaha selesai. Sesudah anak berumur sekitar enam tahun sel-sel otaknya sudah masak. Karena itu latihan perkembangan bahasa anak yang sudah mencapai umur enam tahun, tidak akan memberikan hasil sempurna. Pernyataan tersebut harus disadari bilamana anak yang baru masuk masa untuk mendapat rangsangan perkembangan bahasa, sesudah dia lanjut umurnya. Jadi dapat kita katakan: makin lanjut umur anak, makin sedikit hasil speech-terapi.



dapat menderita gangguan perkembangan motoriknya juga. Antara perkembangan motorik dan perkembangan bicara ada hubungannya yang positif. Anak yang perkembangan bicaranya cepat, dapat berhenti sebentar perkembangan motoriknya. Sebaliknya anak yang jalan perkembangan motoriknya cepat, bicaranya dapat berhenti dulu, kemudian jalan perkembangan bahasanya mulai lagi. Perkembangan motorik diatur oleh syaraf motorik dipusat otak yang juga mengatur perkembangan motorik pada organ artikulasi di daerah mulut.



b. Faktor tingkat kecerdasan, hubungan positif antara (perkembangan bahasa dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) belum benar-benar diketahui. Tetapi dalam kenyataannya, anak yang cerdas umumnya lebih awal bicaranya daripada anak yang kurang cerdas, namun belum tentu anak lambat bicara bermental rendah.



f. Selanjutnya terdapat faktor seksuil yang pada umumnya anak wanita lebih awal mulai bicara daripada anak pria, juga lebih awal dalam perkembangan perbendaharaan kata. Sebabnya belum terang, meskipun dikatakan faktor yang mempengaruhi perbedaan itu faktor masaknya jaringan syaraf. Barangkali menjadinya masak tersebut lebih cepat terjadi pada anak wanita daripada anak pria.



c. Faktor perbendaharaan kata, anak yang normal perbendaharaan kata yang dimilikinya akan lebih banyak. Sebaliknya anak yang mengalami hambatan tidak akan mempunyai kesempatan untuk bergaul dan belajar bicara, sehingga perbendaharaan katanya terbatas juga. d. Faktor pendengaran juga mempengaruhi, anak akan dapat bicara normal apabila faktor pendengaran juga normal. Untuk dapat bicara normal, anak tuli memerlukan latihan yang khusus. Peranan pendengaran, di samping untuk menguasai bunyi yang didengar, berfungsi juga untuk membeda-bedakan bunyi, sehingga lebih jelaslah perbedaan antara bunyi yang satu dan bunyi yang lain. e. Faktor perkembangan gerakan badan (motorik): perkembangan motorik tiap anak berbeda- beda. Misalnya waktu yang diperlukan anak untuk duduk, berjalan, makan, bicara dan lain-lain itu berbeda-beda. Anak yang menderita gangguan perkembangan bicara 12



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



g. Faktor lingkungan merupakan sangat berpengaruh dengan Besarnya gaira (motivasi) orang tua untuk mendorong anak supaya dia mau bicara, kurangnya kesempatan anak berlatih berbicara, keadaan sosialekonomi dapat memberi kesulitan, ada tidaknya rangsangan (stimulasi) dari lingkungan, terdapat dua, tiga bahasa yang sekaligus harus diterima anak (bilingual atau multilingual). Adanya keadaan emosi dalam lingkungan (gembira, susah, bingung, kecewa, takut,malu dll) C. Rangkuman Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Bahasa adalah ekspresi manusia untuk berkomunikasi melalui ide, informasi, dan emosi. Bicara adalah proses berkomunikasi berhubungan dengan lingkungan melalui tutur. Terdapat banyak faktor perkembangan bahasa yakni Masa pra lingual, 0-1 1/2 tahun. Masa lingual dini, 1 atau satu setengah sampai 2 Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



13



setengah tahun. Masa mengenai tingkatan bahasa dua setengah tahun sampai 5 tahun. Masa terusan perkembangan bahasa yang lebih lanjut sesudah anak 5 tahun. D. Perlatihan 1. Jelaskan pengertian bina bicara menurut pemahaman Anda? 2. Pelaksanaan bina bicara akan menjadi lebih baik apabila dimulai sejak usia dini. Menurut Anda, seberapa penting pelaksanaan bina bicara dan mengapa demikian? 3. Jelaskan faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan bicara? 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perkembangan bahasa dan bicara? 5. Jelaskan faktor perkembangan bahasa? E. Daftar Bacaan Purbaningrum, Endang. dkk. 2018. Bina Bicara Anak Berkebutuhan Khusus. Surabaya. Howard, David. 2001. Risk Factors for Peech Disorders in Children. Univercity of Newcastle Jurafasky, Daniel. 2008. Speech and Language Procesing. Stanford Univercity



14



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



KONSEP DASAR JENIS GANGGUAN BICARA



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



15



BAB II



KONSEP DASAR JENIS GANGGUAN BICARA



A. Pendahuluan 1. Deskripsi singkat Pada bab ini menjelaskan tentang konsep dasar jenis– jenis dari gangguan bicara seperti gangguan kefasihan atau kelancaran berbicara (gagap), gangguan artikulasi, gangguan suara, aphasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata, akibat cedera di otak) dan keterlambatan dalam bicara maupun berbahasa. 2. Tujuan Pembelajaran a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar jenis gangguan bicara b. Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan kefasihan c. Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan artikulasi d. Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan apraxia e. Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan suara B. Materi 1. Gangguan Bicara Penyebab dari gangguan bicara dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu gangguan karena kerusakan organ seperti bibir sumbing dan langit-langit pecah atau langit-langit yang berlubang, posisi gigi yang tidak teratur, posisi rahang yang menyimpang serta kelumpuhan pada otot mulut atau selaput suara. Selain itu juga terdapat gangguan yang tidak dikarenakan kerusakan organ. Gangguan Dalam pendengaran biasanya mengakibatkan kesulitan bicara. Penderita tuna rungu itu dilatih speech terapi dalam seluruh komunikasi yaitu pendengaran (pemeriksaan 16



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



17



telinga, guna alat bantu dengar), bicara, membaca bibir, bahasa isyarat dan lain-lain. Terdapat pasien lain yang mengalami gangguan bicara karena penyimpangan di susunan saraf pusat seperti misalnya pasien yang tidak dapat menggunakan otot alat bicara karena lumpuh atau spastiy. Di samping gangguan bicara, terdapat juga kesulitan dengan makan dan minum pada pasien itu. Bantuan makan dan minum itu juga di bidang speech terapi. Akan tetapi juga terdapat individu yang bicaranya terganggu walaupun tidak ada kerusakan pada organ bicara, telinga atau susunan saraf pusat. Hal tersebut disebabkan oleh cara memakai alat bicara itu yang keliru, seperti individu yang menggagap. Pada individu yang menggagap organ bicara dalam keadaan sempurna tetapi organ itu dipakai dengan tegangan. Ini dapat disebabkan faktor psikis atau faktor dalam kepribadian pasien. Serta individu yang ucapannya dengan bunyi desis (Inter dental). Sebab terjadinya ucapan itu bukan karena organ bicara rusak atau berbentuk buruk, tetapi cara memakai lidah itu keliru (dengan lidah terletak antara Gigi atas dan Gigi bawah) dan itu berlaku secara otomatis. Walaupun lama-lama cara bicara yang keliru itu dapat mengakibatkan gangguan pada posisi gigi. Tak lupa juga terdapat gangguan lain adalah hambatan dalam perkembangan bicara dan bahasa mungkin tidak ada gangguan dalam organ bicara tetapi anak tidak belajar bicara dengan baik karena sebab di luar anak, umpama anak yang tidak diberi contoh bicara yang baik dari lingkungan. 2. Perkembangan Abnormal Pada waktu anak masih kecil (waktu mengisap), tandatanda pertama bahwa anak mengalami kesulitan dalam fungsi mulut adalah kesulitan untuk minum sejak permulaan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan anak tidak mempunyai cukup reflex-refleks (hypo-sensibilita) atau anak mempunyai terlalu banyak reflex- refleks (hypo sensibilitas). 18



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Serta jika tonus (ketegangan otot) disekitar mulut tergang (tonus terlalu tinggi/terlalu rendah). Tonus dibagi 2 yaitu Tonus tinggi merupakan otot-otot terlalu tegang (hypertonus) dan juga Tonus rendah merupakan otot-otot terlalu lemah (hypotonus). Anak spastis mengalami ketegangan itu secara bergantiganti. Tonus disekitar mulut dipengaruhi gerakan bahu, leher, dan kepala. Ekstensi bahu (terbentang) adalah apabila bahu tertarik belakang, anak sering mengalami kesulitan tonus disekitar mulut, dia sering terlalu peka terhadap rangsangan yang mendadak (mu kaket, lalu kaku- kaku). Catatan: Bila kita membantu anak CP, penting sekali kita bekerjasama dengan seorang fisioterapis karena fisioterapi dapat memberi nasehat mengenal sikap badan anak CP yang lebih baik. Terdapat beberapa hal yang harus dipahami, jika anak minum dengan botol/dot harus diperhatikan keseimbangan tubuh, kepala dan kontrol mulut, dot harus cocok dengan mulut anak. Jika anak sulit menutup bibir di sekitar mulut, kita dapat membantu membundarkan bibir anak. Dengan cara telunjuk dan jempol kita menggerakan pipi ke depan. Lubang dari dot dapat dibesarkan asal minuman dibuat agak kental. Jika anak sama sekali tidak dapat minum dari botol, lebih baik minuman diberikan dari sendok. Tetapi kita harus mencoba bahwa anak dapat minum dari botol karena kalau anak minum dari sendok otot-otot mulutnya tetap lemah karena anak tidak menghisap (anak tidak menutup bibir dengan akibat nanti mulutnya selalu terbuka). Apabila akan makan dengan sendok yang perlu diperhatikan adalah sikap badan dan keseimbangan kepala yang baik, bentuk sendok harus cocok dengan besarnya mulut anak sendok tidak boleh cekung dan tidak panjang, sendok harus pas antara lengkung gigi anak, jika sendok itu terlalu Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



19



lebar maka sendok itu dapat merusak gigi. Jika sendok terlalu panjang ada risiko menimbulkan anak muak, sendok yang terlalu cekung sapat menjadikan anak tidak dapat melepaskan makanan dari sendok. Nah? bagaiamana langkah yang paling tepat? Paling tepat memakai sendok dari plastik, karena tidak merusak gigi anak. Berusaha supaya anak melepaskan makanan dengan bibirnya, tidak boleh melepaskan makanan dengan digosokkan pada gigi atas, karena ada risiko kepala anak tertarik ke belakang (ekstensi kepala). Juga karena anak tidak dirangsang menutup bibirnya. Dan lagi pula ada risiko gigi anak dirusakan dengan sendok. Jika anak baru makan dari sendok, diberi sedikit diujung sendok. Bila sulit dengan sendok dapat dimulai dengan jari, sedikit makanan dimasukkan lewat mulut-mulut (kiri kemudian kanan), antara geraham dan pipi. Kemudian kita sedikit memberi tekanan pada pipi dengan jari kita sehingga makanan masuk mulut. Anak yang mengalami kesulitan menelan dan menghisap diberi cairan yang agak kental. Sebagai makanan diberikan misalnya krupuk, biskuit, kulit roti tawar untuk latihan mengunyah. Air liur yang keluar bisa encer ataupun kental. Bila anak minum susu atau makan coklat, cairan yang keluar kental. Bila anak minum jeruk asam atau makan makanan asam, air liurnya encer dan banyak. Sebaiknya memberi makanan tidak campuran, misalnya cairan bercampur makanan padat (dengan gumpal-gumpal). Makanan tidak boleh terlalu panas ataupun terlalu dingin. Sikap mengunyah yang baik adalah dengan posisi badan anak dan kontrol mulut tetap diperhatikan, tekanan di bawah dagu dari jari tengah harus tetap, tidak boleh berganti-ganti atau pindah-pindah tempat. Jika anak sudah bisa, ia dapat menggigit biskuit sendiri. Kue itu dimasukkan dari samping mulut kemudian digigit sendiri. 20



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Selanjutnya akan membahas posisi minum yang tepat adalah dengan posisi badan dan keseimbangan kepala harus baik, memberi kontrol mulut, dianjurkan tidak menuangkan minuman ke mulut anak karena anak akan mual dan tersedak. Atau juga dapat membantu minum dengan cangkir dengan prosedur gunakan cangkir yang melengkung keluar, cangkir dapat dipotong di salah satu sisi, sehingga ibu dapat melihat minuman dan hidung anak dapat masuk ke cangkir. Jangan melepas cangkir pada setiap tegukan, jika anak yang sulit minum dapat diberi minuman agak kental. Cairan asam mengakibatkan kesulitan bagi anak, karena merangsang keluarnya air liur. Jangan memberi cangkir dengan tutup corong (cangkir bayi), karena itu merangsang refleks menggigit. Jika anak sudah dapat minum sendiri, lebih baik anak mengambil cangkir dengan dua tangan (sikap simetris). 3. Jenis Gangguan bicara a. Gangguan Kefasihan Seseorang yang menderita gangguan kefasihan berbicara atau fluency disorder biasanya juga mengalami latah, kegagapan, pengulangan kata, silaba, atau memperpanjang bunyi. Gangguan kefasihan atau fluency disorder pada umumnya terjadi pada anak-anak, misalnya saat berbicara menambahkan bunyi ‘oh’, mengganti kalimat (seperti ‘kakak pergi–kakak ke sekolah’), mengulangi frasa (seperti ‘aku mau, aku mau, aku mau pulang’, atau memperpanjang bunyi (seperti ‘mamaaaaa, maaaaa susuuuu). Seiring dengan bertambahnya usia dan pengetahuan anak tentang bahasa, gangguan kefasihan yang dialami anak bisa hilang. Namun, gangguan tersebut bisa saja bertahan hingga dewasa sehingga dapat menghambat interaksi sosial pada anak. Gagap pada umumnya diderita oleh anak-anak dan biasanya hilang seiring pertambahan usianya, tetapi tidak menutup kemungkinan orang dewasa dapat menderita Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



21



gagap. Orang yang gagap sebenarnya tahu bahwa katakata yang mereka hasilkan tidak benar, namun mereka tidak mampu mengendalikan kata-kata yang sedang mereka ucapkan. Seperti gangguan kefasihan yang lainnya, seseorang yang mengalami kegagapan tidak hanya mengalami gangguan komunkasi tetapi juga mengalami gangguan psikologis seperti tidak percaya diri dan susah bergaul. 4. Gangguan Artikulasi Artikulasi bunyi melibatkan organ bicara seperti lidah, gigi, bibir, dan palatal. Faktor-faktor terjadinya ganguan artikulasi dapat disebabkan karena kanker mulut dan tenggorokan, kecelakaan, bawaan lahir (seperti celah bibir), atau faktor lain yang mengakibatkan rusaknya organ bicara. Seseorang yang mengalami gangguan artikulasi biasanya bermasalah dalam melafalkan bunyi atau mengalami kekeliruan dalam melafalkan bunyi. Perubahan bunyi b menjadi w, seperti pada kata ‘rambut” orang yang mengalami gangguan bicara pelafalannya bisa menjadi ‘wambut’, penghilangan bunyi, seperti pada pelafalan ‘and’ untuk kata ‘hand’, salah pengucapan, seperti pada pelafalan ‘tsutsu’ untuk kata ‘susu’. Seperti gangguan bicara yang lain, gangguan artikulasi pada anak-anak masih dianggap normal, namun jika gangguan artikulasi masih terjadi pada saat masa perkembangannnya atau saat dewasa, maka hal tersebut dapat dianggap sebagai sebuah kelainan atau penyakit. Walaupun gangguan artikulasi pada anak-anak tidak menghambat dalam hal berkomunikasi, namun pada usia sekolah biasanya mereka menjadi bahan tertawaan temantemannya. Selain faktor rusaknya organ bicara, juga ada beberapa faktor yang juga dapat mengakibatkan gangguan 22



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



artikulasi seperti gangguan neurologis misalnya Dysarthria dan Apraxia. Dysarthria adalah gangguan motorik yang diakibatkan oleh lesi pada otak di daerah yang bertanggung jawab untuk perencanaan, eksekusi, dan pengendalian gerakan otot yang dibutuhkan untuk berbicara. Orang yang mengalami Dysarthria biasanya mengalami serak atau parau, bahkan tidak dapat berbicara sama sekali. Indikasi lain Dysarthria biasanya penderita berbicara melalui hidung dan seperti bergumam. Namun demikian, gejala tergantung pada lokasi dan kadar kerusakan sistem saraf. 5. Gangguan Apraxia Gangguan apraxia adalah gangguan yang diakibatkan oleh kerusakan bagian otak yang berhubungan dengan proses bicara yang mengakibatkan ketidakmampuan menerjemahkan bentuk gramatikal kedalam susunan fonetik yang benar. Penderita biasanya mengalami kesulitan, susunan fonetis, irama dan waktu, atau berbicara sesuatu yang berbeda dari yang dimaksudkannya. Apraxia pada anak-anak (Developmental Apraxia of Speech) ditandai dengan keterlambatan bicara. Anak-anak yang mengalami gangguan tersebut tidak melewati tahap babbling. Seiring bertambahnya usia, pada saat dewasa mereka mengalami kesulitan dalam mengucapkan kalimat yang panjang. Anak yang mengalami masalah dengan kemampuan otaknya berdampak terhadap pengolahan dan penyampaian sinyal yang dibutuhkan untuk berbicara. Di antara faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara pada anak antara lain, gangguan pedengaran, gangguan pada otot bicara, keterbatasan kemampuan kognitif, mengalamai gangguan pervasive, dan kurangnya komunikasi dan interaksi dengan orang tua dan lingkungannya. (Sastra, 2011) Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



23



6. Gangguan Suara Ganguan suara meliputi gangguan kenyaringan, gangguan nada dan gangguan kualitas bunyi. Gangguan suara dapat berupa kemonotanan nada, suara parau, suara serak, bunyi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Faktor terjadinya gangguan suara dapat disebabkan oleh kecelakaan, kerusakan atau penyakit pada tenggorokan. Kerusakan atau penyakit pada tenggorokan yang terjadi dapat menyebabkan pita suara tidak dapat bekerja dengan baik sehingga menyebabkan gangguan suara. 7. Gangguan Spasmodic Dysphonia Merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan suara yang disebabkan oleh kejangnya pita suara. Hal tersebut dapat menggangu aliran udara yang terdapat pada pita suara sehingga dapat menghasilkan bunyi tersendat, gemetar, dan suara merintih. Terjadinya kejang pada pita suara juga dapat menyebabkan Aphonia atau hilangnya suara, dan puberphonia atau dapat juga disebut dengan rentang suara yang sangat tinggi. C. Rangkuman Gangguan bicara dapat terdeteksi sejak dini, apabila anak mengalami gejala seperti ciri pada gangguan bicara kemungkinan besar anak mengalami gangguan bicara. Namun harus ada tindak lanjut untuk memastikan kondisi anak seperti berkonsultasi ke dokter. Dalam konsultasi tersebut dokter akan menilai kemampuan anak dengan beberapa tes seperti pengucapan suatu kata yang berulang-ulang. Gangguan bicara bisa diartikan sebagai kondisi ketika anak kesulitan dalam mengekspresikan perasaan yang dialami dan mengekspresikan suatu keinginan. Hal ini terlihat pada saat berkomunikasi dengan orang lain, anak berbeda karena kurangnya kosakata yang anak miliki.



24



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Gangguan bicara tidak hanya disebabkan oleh perkembangan anak saja,tetapi bisa muncul karena adanya gangguan pada sensori, neorologis, intelegensi dan ketidakseimbangan anak. Dalam kehidupan sehari-hari anak menggunakan bahasa yang difahami dan sangat terbatas, dengan bahasa anak dapat bertukar informasi, menyampaikan keinginan, menunjukkan perasaan dan dapat mempermudah pembelajaran. D. Perlatihan 1. Jenis gangguan artikulasi terjadi pada saat berusia berapa? 2. Jelaskan arti bina bicara secara umum! 3. Sebutkan jenis-jenis gangguan bicara! 4. Jelaskan dari jenis gangguan bicara secara singkat! 5. Apakah perbedaan dari setiap jenis gangguan bicara tersebut? E. Daftar Bacaan Ackermann, Hermann, Ingo Hertrich, dan Wolfram Ziegler.2010. “Dysarthria” dalam The Handbook of Language and Speech Disorders, ed. Jack S. Damico, Nicole Müller, dan Martin J. Ball, 362-390. Blackwell: United Kingdom. Jacks, Adam dan Donald A. Robin. 2010. “Apraxia of Speech” dalam The Handbook of Language and Speech Disorders, ed. Jack S. Damico, Nicole Müller, danMartin J. Ball, 391-409. Blackwell: United Kingdom. Tetnowski, John A. dan Kathy Scaler Scott. 2010. “Fluency and Fluency Disorders” dalam The Handbook of Language and Speech Disorders, ed. Jack S. Damico, Nicole Müller, dan Martin J. Ball, 431-454. Blackwell: United Kingdom. Morris, Richard dan Archie Bernard Harmon. 2010. “Describing Voice Disorders” dalam The Handbook of Language and Speech Disorders, ed. Jack S. Damico, Nicole Müller, dan Martin J. Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



25



Ball, 454-473. Blackwell: United Kingdom Lanier, Wendy. 2010. Speech Disorder. Gale: Detroit Purbaningrum, Endang.dkk. 2018. Bina Bicara Anak Berkebutuhan Khusus. Surabaya.



ANALISIS KESALAHAN BICARA



26



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



27



BAB III



ANALISIS KESALAHAN BICARA



A. Pendahuluan 1. Deskripsi singkat Pada bab ini menjelaskan tentang analisis kesalahan bicara pada anak yang memiliki gangguan dalam berbicara. Kesalahan berbicara memiliki tingkat kemungkinan yang cukup besar dan berdampak pada proses berbicara. Di dalam bab ini akan dibahas konsep dasar analisis kesalahan pengucapan, permasalahan keterampilan berbicara, tekhnik yang tepat untuk mengatasi gangguan dalam bicara. 2. Tujuan Pembelajaran a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar analisis kesalahan pengucapan b. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar penanganan gangguan bicara c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi prosedur program penanganan gangguan bicara d. Mahasiswa mampu memberikan contoh program penerapan penanganan gangguan bicara B. Materi 1. Konsep Dasar Analisis Kesalahan Pengucapan Kesalahan pengucapan umumnya terjadi pada anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan berdampak pada gangguan pada bahasa dan kesalahan pengucapan karena terbatasnya komunikasi verbal atau lisan. Oleh sebab itu, bina bicara adalah bentuk penanganan yang dilakukan oleh terapis, guru, atau orang tua.



29



2. Permasalahan Keterampilan Berbicara Permasalahan–permasalahan pada keterampilan bahasa dan berbicara dapat menghambat seseorang dalam berkomunikasi, Sunardi dan Sunaryo (2007 : 189) menyatakan gangguan berbicara pada dasarnya yaitu kekeliruan kemampuan seseorang dari segi berbahasa, berbicara, bersuara dan berirama atau lancar dan tidaknya. Diagnosis permasalahan bahasa anak tidak mudah untuk disimpulkan karena berhubungan dengan fungsi otak, kegiatan motorik pada mulut, lidah, kerongkongan, pernafasan, pita suara dan otot. Permasalahan bahasa dapat dilihat pada gangguan bicara, bahasa reseptif, bahasa ekspresif atau pragmatif. Lecomer (dalam Indriati, 2011: 44) menyatakan gangguan bicara terdiri dari gangguan bunyi atau bicara, gangguan kefasihan atau fluency, dan gangguan fonology. Pada anak dengan gangguan suara atau bunyi, kualitas suara tipikal dan tidak nyaman, bisa terlalu keras dan melengking, atau tekanan suaranya naik turun. Deteksi dini terhadap gangguan perkembangan bahasa sangat menentukan nilai intervensi yang akan diberikan sehingga akan mempengaruhi perkembangan kognitif secara menyeluruh. Penelitian cluster randomized trial yang dilakukan oleh Heleen dkk (2007) mengenai skrining keterlambatan bahasa pada toddlers dengan pengaruhnya pada kemampuan sekolah dan perkembangan bahasa pada saat umur 8 tahun, menunjukkan bahwa skrining tersebut dapat menurunkan jumlah anak yang membutuhkan pendidikan khusus dan hanya 2,7% pada kelompok yang diberikan intervensi dibandingkan dengan 3,7% kelompok control yang membutuhkan sekolah khusus. Pada gangguan kefasihan atau fluency dapat dilihat dari munculnya keraguan, pengulangan bunyi dan kata–kata, prolongasi atau pemanjangan bunyi, dan blokir (kesulitan pengulangan bunyi) hal ini terjadi karena anak sulit 30



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



menghasilkan kata. Gangguan fonology terjadi karena kurang dapat mengartikulasikan fonem atau satuan bunyi terkecil. Permasalahan bahasa dapat juga dikarenakan pada masalah auditory, proses ini merupakan semua elemen dari mendengarkan, memproses informasi dan memahami artinya untuk menjawab pertanyaan. Anak dengan gangguan pendengaran dapat terlihat sulit memahami serta memberikan jawaban apabila pertanyaannya tidak diberikan secara berulang kali. Selain itu, anak juga akan berbicara yang tidak akurat. Seperti, jika seorang anak dengan gangguan proses auditory diberikan pertanyaan, “kalau berangkat sekolah naik apa?” maka anak bisa jadi menjawab “supir” padahal jawaban yang benar adalah mobil, sepeda motor, becak, taxi, atau alat transportasi lainnya. Gangguan proses auditory tidak dapat didiagnosis dengan tes pendengaran biasa, gangguan proses auditory hanya bisa didiagnosis dengan audiologi. Gangguan pada auditory disebut CAP (Centran Auditory Pocessing), gangguan CAP memiliii kesulitan mencari kata–kata yang terletak tidak di proses oleh otak ketika mendengarkan, berikut ini beberapa karakteristiknya di antaranya adalah kesulitan dalam mengenali dan menafsirkan suara, kesulitan dalam mengingat informasi seperti petunjuk arah, datar atau bahan belajar, kesulitan mendeskriminasi pendengaran, kesulitan mendengarkan suara dalam waktu yang cukup lama, kesulitan memahami bacaan. Kondisi seperti itu apabila tidak cepat diketahui dan ditangani, maka anak akan mengalami keterlambatan bicara dan bahasa atau masalah belajar lain di pendidikannya yang lebih tinggi. Selain itu permasalahan berbahasa dapat disebabkan karena adanya gangguan pada pita suara, pemerosesan suara, tonus otot ( gerakan dan ketahanan dalam otot ) lemah, atau gangguan integrasi sensori. Sowell (dalam Indriati, 2011: 50) Albert Einstein adalah contoh klasik Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



31



32



jenius yang lambat bicara, sehingga anak–anak yang cerdas mengalami lambat bicara disebut Einstein Syndrome. Oleh sebab itu, guru dan orang tua sebaiknya lebih tanggap dalam perkembangan bahasa anak dan anak didiknya.



Dengan pengenalan dini, pemilihan terapi yang tepat dan pendekatan individual sedini mungkin dapat mengurangi terjadinya resiko permasalahan bahasa anak sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.



3. Teknik–teknik Mengatasi Permasalahan Bicara Permasalahan bahasa yang berasal dari gangguan bahasa khusus atau keterlambatan bahasa dengan bentuk gangguan komunikasi berpotensi bisa mengakibatkan anak menjadi terisolir dari lingkungan sosial dan pendidikannya, oleh sebab itu sangat penting untuk melakukan intervensi sejak dini. Jika anak mempunyai gangguan otot, gangguan pendengaran atau keterlambatan dalam perkembangan, biasanya dalam kemampuan berbahasa dan berbicara serta kemampuan di bidang lainnya yang berhubungan juga bisa terpengaruh. Bentuk gangguan dalam komunikasi dapat ditangani dengan dicegah dengan cara orang tua atau pengasuh harus peka terhadap tanda–tanda awal keterlambatan yang disesuaikan dengan tahap–tahap perkembangan anak, yang paling penting diketahui orang tua atau pengasuh dan merupakan tanda bahaya keterlambatan perkembangan berbicara anak yaitu jika anak usia 12 bulan belum babbling, usia 16 bulan belum memproduksi kata, dan usia 24 bulan belum bisa memproduksi 2 kata yang memiliki arti, atau jika terjadi kehilangan kemampuan bicara atau sosialnya pada semua usia. Untuk penanganan gangguan berbahasa tergantung pada penyebab dan usia anak, pada umumnya yang dilakukan adalah mensetting lingkungan bahasa yang positif dengan memfokuskan komunikasi interaktif pada anak. Tugas semua orang disekeliling anak untuk menyimak dan merespon apa yang diucapkan anak. Apabila terdapat anak dengan gangguan bicara dan perilaku agresif sebaiknya terlebih dahulu diberikan terapi perilaku atau sensori integrasi, juga dapat diberikan obat agar anak lebih tenang dan dapat berkonsentrasi dengan baik.



4. Bentuk Penanganan Bina Bicara untuk Kesalahan Bina Bicara Penanganan dapat dilakukan oleh para ahli dengan berbagai cara untuk dapat mengoptimalkan kemampuan anak dalam berbicara. Semakin dini penanganan atau intervensi dilakukan maka semakin besar potensi anak untuk menambah kemampuan anak dalam berbicara.



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Gambar 3.1 Guru Memegang Mulut Anak agar Mengucapkan Kalimat dengan Benar



Pelaksanaan bina wicara dapat dilaksanakan sebagai berikut: a. Kegiatan Awal Pengajaran atau kegiatan awal di dalam bina bicara adalah menyiapkan program yang akan diajarkan dalam bentuk materi ajar. Materi ajar yang akan diberikan adalah ketrampilan pengucapan vokal dan pengucapan Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



33



konsonan serta menambahkan materi untuk meluaskan di pengetahuan. Materi pengajaran bina bicara bagi tunarungu dimulai: 1) Kelas persiapan, 2) Kelas dasar I, dan 3) Kelas dasar II. Ketiga komponen tersebut sebagai prioritas utama sebagai dasar materi pengajaran bina bicara pada anak tuna rungu. Hermanto (2008: 6) menyatakan dalam jurnal penelitiannya bahwa pada umur awal anak, pembentukan organ artikulasi baik pradasar maupun dasar merupakan prasyarat dalam melakukan komunikasi lisan atau oral. Berbagai macam kegiatan bina bicara sebagai bentuk pembentukan organ artikulasi, di antaranya adalah memonyongkan bibir, mengusap bibir, menjulurkan lidah, memutar lidah, membuka dan menutup rahang, menjulurkan lidah ke dalam dinding pipi dengan ujung lidah dan melipat lidah ke atas dan ke bawah. Ketika anak mengalami keterlambatan dalam melaksanakan latihan pembentukan organ artikulasi maka organ artikulasi akan sulit dibentuk. Selain itu keterlambatan ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pembentukan organ artikulasi yang disebabkan oleh otot pipi, lidah dan rahang tidak terbiasa dan kaku sehingga keterlambatan ini merugikan anak tunarungu yang nantinya akan berdampak pada bahasa dan komunikasi Menurut Abdurrachman, (1996: 5-6) umur-umur dalam perkembangan bahasa anak saat umur: 1. Umur 1,5 - 4,4 tahun. Saat pada umur anak 3 tahun menginjak usia 3 tahun awal anak memiliki perkembangan bahasa yang cepat. Saat berumur 4,5 tahun pada umur itu anak memiliki kemampuan bahasa yang baik karena indera pendengarannya sudah maksimal pada anak secara umum . Tetapi, bagi anak tunarungu pada umur tersebut anak segara dibantu dengan bantuan yang 34



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



tepat salah satunya adalah bina bicara untuk membangun dasar-dasar bahasa yang harus dimilikinya untuk melatih perkembangan bahasa dan komunikasi ke depannya. Hal ini dikarenakan apabila anak berumur lebih dari lima tahun akan lebih sulit untuk dikembangkan. Kemantapan kemampuan berbahasa yang terdiri dari kematangan anatomi, fisiologi, dan psikologi juga sudah terdapat pada usia 4,5 tahun dan sikap lingkungan juga turut mengakibatkan. Kematangankematangan yang dimiliki oleh anak tunarungu perlu dioptimalkan agar dapat menjadi dasar keberhasilan pelaksanaan pengajaran wicara. Selain itu hal yang perlu diperhatikan yang sungguhsungguh adalah latihan pra wicara. Kemantangan anatomi fisologi yang ada bisa dikembangkan dan dioptimalkan dengan adanya latihan organ-organ wicara sehingga kita dapat memperoleh kelenturan, kecepatan, ketepatan, kekuatan pergerakan organ tersebut. Sedangkan untuk kematangan psikologis sendiri hal yang diperlukan adalah suasana yang kondusif antara anak tunarungu dengan keluarga, serta dengan para pendidik. Suasana kondusif ini dapat ditumbuhkan dengan cara menghargai dan menanggapi kegiatan berkomunikasi mereka. Hal awal yang dapat dilakukan menurut Sadjaah, (2013: 119– 121 ) untuk latihan otot–otot velum bisa dilaksanakan sesuai umur dan keahlian anak. Kegiatan yang bisa dilaksanakan yaitu bersiul, meniup, menghisap, harmonica mulut, menguap, bersenandung, menahan napas dalam mulut, serta gerakan dari velum. Selanjutnya ada kerjasama otot artikulasi dengan otot–otot lainnya, kegiatan ini dilatihkan pada anak yang kesulitan saat mengucapkan huruf P karena kurangnya tekanan pada mulut yang mengakibatkan penyebutan huruf P lemah. Jadi, untuk otot selaput suara, bibir, dan velum perlu adanya latihan “timing”. Hal yang tidak kalah penting adalah latihan bibir dan lidah, ini disebabkan karena pusat artiklasi Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



35



memindahkan bagian mulut belakang ke bagian mulut depan. Latihan Konsonan, jika anak mengucapkan konsonan yang salah maka perlu adanya latihan untuk mendengarkan ucapan konsonan yang benar dan konsonan yang diucapkan oleh anak tersebut. Lalu dilatih artikulasi dengan mengikuti gerakan mulut, lidah, rahang, dan bibir dengan konsonan yang benar. Kemudian kinestetis dengan mengucapkan konsonan secara langsung. Terakhir anak diminta untuk mengucapkan konsonan dan vocal dengan tepat dalam percakapan. Latihan Vocal, anak akan dilatih mulai dari vocal yang paling baik lalu ke vocal yang berbunyi sengau. Semakin sempit mulut yang dibentuk, maka semakin bunyi vocal yang dikeluarkan semakin sengau. Lalu, latihan untuk perbaikan Suara dan Irama. Latihan ini dilakukan dengan cara mengucapkan kalimat pendek dan diiringi gerakan tangan yang sesuai dengan irama kata atau kalimat. Selanjutnya, latihan untuk mencegah Berseringai, dikarenakan otot velum atau tenggorokan tidak cukup menutup hidung untuk bernapas, beberapa anak tunarungu akan menurunkan bibir atas dan menarik otot tulang hidung untuk menahan napas saat akan keluar. Oleh karena itu penggunaan cermin akan membantu guru untuk melihat wajah anak kemudian dengan jari sang guru dapat mendorong otot-otot pipi ke belakang sehingga otot tersebut tidak dapat digerakkan oleh anak. Terakhir, latihan untuk Mencegah Glottal Stop, glottal stop atau glottal plosive adalah jenis suara konsonan yang digunakan dalam banyak bahasa lisan, diproduksi dengan menghalangi aliran udara di saluran vocal (Wikipedia). Glottal stop terjadi ketika anak terlalu menekan otot-otot saat dia terlalu berusaha untuk mengucapkan. Salah satu contohnya saat anak mengucapkan ‘pa’ namun terdengar ‘p’.



36



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



5. Pedoman Bagi Orang Tua, Perawat atau Pendidik Orang yang berkomunikasi dengan anak harus bicara dengan dengan jelas. Bahasa yang sederhana yang harus dipakai. Kerasnya suara harus seperti biasa, berbagai macam kegiatan yang tiap hari dilakukan sering harus disebut seperti makan, minum, mandi, jalan dll. Nama alat-alat yang sering dipakai atau nama orang harus sering disebut juga, supaya anak dapat tambah perbendaharaan katanya. Sesudah anak lebih lanjut umurnya situasi-situasi dari hidup sehari-hari digunakan sebagai bahan pembicaraan antara orang tua dan anak. Seperti tentang pekerjaan di rumah, berbelanja, rumah sakit, dll. Biarkanlah anak mendengar yang semestinya, Ucapan biasa dengan lagu bahasa normal, Lagu-lagu dan syair untuk anak. Hendaknya dicoba pada waktu tertentu membacakan cerita dari buku anak. Berilah anak kesempatan untuk menghasilkan bunyi-bunyi. Jika tingkat anak sudah lebih lanjut berilah anak kesempatan untuk mengucapkan katakata yang sudah diketahuinya. Pendidik harus mendengarkan bicara anak dengan kesabaran, juga kalau anak perlu waktu untuk menyatakannya. Jangan menaruh perhatian pada kesalahan anak waktu bicara, sebaliknya justru perhatikanlah apa yang ingin dikatakannya. Kesalahan anak mengenai bahasa tidak dapat dibetulkan secara langsung. Lebih baik mendidik mengulang penyataan anak dengan kata yang tepat, sesuai dengan hubungan percakapan. Seperti anak berkata “yaya makan” lalu pendidik menjawab “oh, kamu mau makan mau makan apa?” dan anak merespon dengan perkataan “e, e!” dan pendidik : berkkata “oh boleh, kamu mau minta kue”. Buku-buku dengan gambar-gambar besar diperlihatkan kepada anak sambil bercerita tentang gambar-gambar itu.



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



37



Meminta nasehat dokter atau speech-terapis kalau terasa ada gangguan pendengaran atau kalau terdapat gangguan bicara. Anak diharapkan melakukan tindakan-tindakan sesuai kemampuan anak. Jangan memaksa anak memperlihatkan yang sudah difahami. Jangan memaksa anak bicara dengan orang lain jika dia malu. Anak juga harus bermain dengan anak lain yang bersama umurnya. Menghindari jangan sampai anak ditertawakan orang lain karena bicaranya. C. Rangkuman Kesalahan pengucapan umumnya terjadi pada anak berkebutuhan khusus pada tuna rungu yang berdampak pada gangguan pada bahasa dan kesalahan pengucapan karena terbatasnya komunikasi verbal atau lisan. Gangguan bebicara pada dasarnya yaitu kekeliruan kemampuan seseorang dari segi berbahasa, berbicara, bersuara dan berirama atau kelancaran. Diagnosis permasalahan bahasa anak tidak mudah untuk disimpulkan, karena berhubungan dengan fungsi otak, kegiatan motorik pada mulut, lidah, kerongkonga, pernafasan, pita suara dan otot. Permasalah bahasa dapat dilihat pada gangguan bicara, bahasa resptif, bahasa ekspresif atau pragmatif. Bentuk gangguan dalam komunikasi dapat ditangani dan dicegah dengan cara orang tua atau pengasuh harus peka terhadap tanda–tanda awal keterlambatan, dengan pengenalan dini pemilihan terapi yang tepat dan pendekatan individual sedini mungkin dapat mengurangi terjadinya risiko permasalahan bahasa anak sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Terdapat 8 pelatihan dasar di antaranya pelatihan otototot velum, kerjasama antara otot-otot velum dan otot artikulasi lainnya, pelatihan bibir dan jufmga lidah, pelatihan konsonan, pelatihan vocal, pelatihan untuk memperbaiki suara serta irama, pelatihan untuk mencegah seringai dan pelatihan untuk mencegah glottal stop.



38



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



D. Perlatihan 1. Apa saja faktor-faktor penyebab anak mengalami kesalahan pengucapan? 2. Siapa saja yang berperan dalam memperbaiki kesalahan pengucapan pada anak? 3. Apa saja metode yang digunakan dalam memperbaiki kesalahan pengucapan? 4. Pada usia berapa anak sering mengalami kesalahan pengucapan? 5. Ucapan apa saja yang sering mengalami kesalahan? E. Daftar Bacaan Indriati. Etty. 2011. Kesulitan Bicara dan Berbicara pada Anak. Jakarta: Prenada Media Grup Sunardi dan Sunaryo. 2007. Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas Purbaningrum, Endang.dkk. 2018. Bina Bicara Anak Berkebutuhan Khusus. Surabaya. Marisa, Riandi. Permasalahan Perkembangan Bahasa dan Komunikasi Anak



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



39



KONSEP DASAR PROGRAM PENANGANAN GANGGUAN BICARA



40



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



41



BAB IV



KONSEP DASAR PROGRAM PENANGANAN GANGGUAN BICARA



A. Pendahuluan 1. Deskripsi Singkat Pada bab ini menjelaskan tentang konsep dasar program penanganan yang digunakan untuk individu dengan gangguan bicara. 2. Tujuan Pembelajaran a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar program penanganan gangguan bicara. b. Mahasiswa mampu menjelaskan organ yang terkait dengan gangguan bicara. B. Materi 1. Konsep Dasar Penanganan Sebelum adanya program penanganan gangguan bicara, maka terdapat konsep dasar yang digunakan dalam penanganan bina bicara, di antaranya adalah mengambil sebuah langkah kegiatan yang mana terdapat informasi dari suatu kegiatan tersebut. Setelah itu mendapatkan individu dengan gangguan bicara. Mempersiapkan alat guna untuk mendapatkan informasi sebagai langkah selanjutnya untuk penanganannya dan terdapat dokumentasi yang dapat diambil dan memulai kegiatan penempatan oral selama lima hingga tujuh menit bersama dengan terapi bicara dan bahasa reguler, individu dengan gangguan bicara mengulang kembali ucapan verbal mereka bahkan lebih cepat daripada sebelumnya.



43



Memori otot membutuhkan waktu lama. Jika seorang individu belajar untuk melakukan suatu kegiatan dengan baik, maka orangtua terus melakukan kegiatan itu di rumah. Sementara dalam terapi dapat membangun keterampilan baru. itu seperti melatih tubuh kita. jika kita melakukan latihan mengurangi ringan (atau memperbesar biceps) selama enam minggu kemudian berhenti, memori otot memudar dalam beberapa minggu, dan flab kembali. Begitu juga, dengan memori otot di rongga mulut. Jika Anda menghentikan aktivitas terlalu cepat atau gerakan tidak dialihkan ke ucapan, pola lama muncul kembali dan keterampilan itu hilang. Menjaga keterampilan yang dipelajari. Diperlukannya kerjasama antar guru dan keluarga terapi yang baik tidak hanya dilakukan di sekolah perlu dilakukan pelatihan yang intens juga di lingkungan rumah untuk menambah kemampuan berbicara anak. Terapis juga mengharapkan bahwa kerjasama ini juga perlu dilakukan intensif dan konsisten di dalam lingkungan sekolah. Atau lingkunga terapi. Keluarga diharap dapat menemani siswa jika dalam proses terapi sehari akan diberikan waktu 5-10 menit. Terapi ini akan mengembangkan kemampuan mengingat, pekembangan berbicara, gerakan motorik (mulut, lidah, bibir organ bicara lainnya). 2. Organ Bicara Organ bicara dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Organ pernapasa, organ suara, dan organ artikulasi dan ruang yang ikut bergetar. Di samping fungsi untuk bicara, tiap bagian itu juga mempunyai fungsinya masing-masing, maka untuk bicara tidak ada organ khusus. Organ-organ itu sebenarnya untuk bernapas dan untuk makan.



dikelilingi rangka dada, yaitu tulang-tulang rusuk dan tulang belakang. bentuk tulang-tulang rusuk melengkung ke depan dada dan sebagian besar menempel pada sternum atau tulang dada. Tulang-tulang rusuk merupakan tulang pipih yang sangat kuat dan lentur.



Gambar 4.1 Gambar Organ Pernafasan



Di bawah rangka dada terdapat selembar otot yang disebut sekat rongga dada atau diafragma. Diafragma itu menyerupai paying terbuka dan membagi tubuh menjadi rongga dada dan rongga perut (abdomon). Dalam rongga dada terdapat paru-paru, tapi bawah paru-paru selekat pada diafragma itu. Dalam rongga perut terdapat organ pencernaan makanan, seperti maag dan usus. Kalau otot-otot diafragma ditegangkan, sisi atas diafragma menurun. Jadi melengkungnya diafragma itu menjadi lebih rendah. Sebab itu paru-paru ikut menurun dan menjadi lebih panjang. Jadi paru-paru menjadi lebih besar, sehingga udara dari luar masuk paru-paru.



a. Organ Pernapasan Organ pernapasan yang paling penting, yaitu paruparu mengisi bagian terbesar rongga dada. Rongga dada 44



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



45



Gambar 4.2 Gambar Organ Paru-paru



Cara bernafas itu disebut pernafasan dengan perut atau pernafasan abdominal.Pernafasan dengan rongga dada melibatkan Otot-otot melekat antara tulang-tulang rusuk. Bila otot-otot tersebut berkerut atau berkontraksi, seluruh rangka dada akan terangkat keatas sehingga ruang di dalamnya menjadi lebih luas.



Gambar 4.3 Gambar Proses Bernafas dalam Tubuh



Udara akan segera masuk kedalam paru-paru untuk mengisi ruang tambahan ini. Udara kemudian akan didesak keluar kembali. Otot-otot mengendur dan rangka dada kembali ke bentuk semula. Otot-otot ini dipergunakan untuk mengambil napas. Dengan jelas terlihat naik turunnya rongga dada. Cara bernafas itu disebut pernafasan dada atau pernafasan kostal.



46



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Pernafasan abdominal dan pernafasan kostal dapat dilakukan pada waktu yang sama, yaitu pernafasan kombinasi pernafasan abdominal/kostal. Pernafasan abdominal/kostal dilakukan oleh penyanyi, penari, dan olahragawan. Cara bernafas yang berikut ini disebut pernafasan bahu atau pernafasan klavikular. Jika otot-otot di lingkungan bahu berkerut bahu-bahu itu terangkat dan naik. Tulang-tulang rusuk teratas ikut naik. Bagian rongga dada yang dibesarkan itu bagian teratas. Hanya ujung paru-paru tertinggi menjadi lebih besar, sehingga bagian terbesar dari paru-paru tidak digunakan. Pernafasan Klavikular dilakukan oleh penderita asma, dan ada kalanya terjadi pernafasan darurat atau pernafasan karena sangat terkejut. Terdapat Pusat Pernafasan jika orang sedang bernafas, udara masuk melalui hidung atau mulut. Kemudian udara melewati kerongkongan dan batang tenggorok paru-paru. Zat asam diserap oleh darah, sedangkan zat asam arang dikeluarkan lagi melalui hidungatau mulut. Rangsangan untuk gerakan pernafasan mulai dari pusat pernafasan yang terdapat pada sumsung perpanjangan. Adanya rangsangan dari pusat pernafasan tergantung dari kadar zat asam dalam darah kita. Dari selaput paruparu dan tulang-tulang rusuk ada rangsangan juga ke pusat pernafasan, sehingga akhirnya mengambilnya nafas itu terhenti, dan kemudian terjadilah rangsangan untuk melepas nafas. Sesudah udara keluar otot-otot mendapat rangsangan untuk mengambil nafas lagi. Emosi sering menentukan cara pernafasan. Misalnya ketika kita terkejut, marah atau takut. Kita biasanya melakukan cara pernafasan kostal. Tetapi waktu kita dalam keadaan bebas atau sedang tidur, yang dilakukan ialah pernafasan abdominal. Jadi itu cara pernafasan otomatis dan dipengaruhi suasana hati. Meskipun begitu Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



47



waktu kita berbicara atau menyanyi cara pernafasan tidak otomatis sepenuhnya. Terdapat dampak positif dan negative dari berbagai macam pernafasan yang pertama adalah pernafasan abdominal memiliki kelebihan banyak udara dapat diambil sehingga orang dapat lama bicara tanpa mengambil nafas lagi. Karena hal tersebut kerongkongan dan selaput suara tidak cepat menjadi kering. Ketegangan otot-otot terjadi dalam perut, jadi ketegangan otot-otot kerongkongan berkurang, hingga suara dapat keluar dengan bebas. Serta otot-otot yang dipakai hanya sedikit, dan oleh sebab itu pernafasan dapat dilakukan dengan enak. Kekurangannya adalah penguasaan pernafasan abdominal tidak amat mudah. Yang kedua adalah Pernafasan Kostal memiliki kelebihan banyaknya udara yang dapat diambil lumayan. Meskipun ketegangan otot-otot terjadi lebih dekat pada pangkal tenggorokoan, jarak antara rangka dada dan selaput suara cukup jauh, hingga suara dapat keluar dengan bebas. Cara pernafasan itu mudah dikuasai. Selain itu juga terdapat kelemahan dari pernafasan kostal yaitu banyak otot yang dipakai sehingga otot menjadi lebih berat daripada pernafasan abdominal. Pernafasan Klavikular tidak memiliki kelebihan, akan tetapi terdapat kelemahannya adalah banyaknya udara yang diambil hanya sedikit. Pembicaraan sering terpotong karena seringnya mengambil nafas, sehingga kerongkongan dan selaput suara cepat menjadi kering. Oleh sebab itu suara cepat menjadi parau. Ketegangan kuat terjadi pada otot-otot dikeliling pangkal tenggorok dan selaput suara. Karena itu bunyi suara sering tercepit. Penguasaan nafas terasa sukar. Hanya udara di bagian paru-paru yang paling atas berganti. Sisa paru-paru tidak terpakai dan menjadi tempat pengeraman untuk benih48



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



benih penyakit. Kekenyalan jaringan paru-paru berkurang, Jadi paru-paru menjadi kecil dan kurang hidup sehingga daya tahan tinggal sedikit saja. Terdapat langkah-langkah pernafasan yang harus dipahami. Jika individu melakukan proses berbicara selaput suara kita bergerak. Gerakan selaput suara disebabkan oleh udara pernafasan yang keluar lewat larynx. Udara pernafasan tersebut itu sumber yang paling penting untuk bicara. Teknik pernafasan itu harus diperhatikan supaya suara kita bagus bunyinya dan organ suara tidak terasa nyeri. Pernafasan abdominal atau pernafasan perut paling baik untuk bicara. Waktu anak diperiksa oleh seorang speech-terapis cara pernafasan anak itu harus ditentukan. Ada anak yang membiasakan pernafasan dengan perut, dan juga ada anak yang melakukan pernafasan kostal atau klavikular. Latihan-latihan pernafasan harus selalu diberikan kepada anak yang melakukan pernafasan klavikular. Jika yang dilakukan anak itu pernafasan kostal,kita periksa bunyi suara dan kebebasan otot-otot artikulasi. Kalau suara berbunyi parau atau kasar, atau kalau ketegangan otot-otot untuk artikulasi terlalu kuat, yang perlu kita ajarkan pernafasan abdominal dengan latihanlatihan khusus. Terkadang seluruh badan seorang pasien terlalu tegang dan ketegangan itu tidak dapat dikurangi sampai habis. Dalam hal itu latihan-latihan relaksasi dilakukan, sering tercampur dengan latihan-latihan pernafasan. Sikap yang diperlukan untuk menguasi pernafasan abdominal. Kalau orang ambil nafas diafragma menjadi tegang, lengkung diafragma itu menjadi lebih rendah. Isi perut yang di bawah diafragma, yaitu maag dan usus didorong ke depan oleh diafragma. Jadi perut kita Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



49



menjadi kembang waktu kita ambil nafas. Jika nafas lepas, kedudukan diafragma menjadi lengkung lagi. Organorgan pencernaan ikut ke atas dan perut kita ditarik kembali. Gerakan-gerakan itu dapat dilihat dan dirasa dengan tangan. Seorang pasien yang dapat melepaskan ketegangan badannya dengan mudah, dapat dilatih sambil duduk. Bagi orang yang tidak mudah bebas badannya, lebih baik kita mulai latihan-latihan itu dalam kedudukan berbaring. Bagi orang yang sudah mendapat latihan-latihan, kita dapat melanjutnya sendiri. Yaitu dengan sikap berbaring. Seorang pasien berbaring memanjang dengan mengadah dan tangannya lurus di samping badannya atau tangannya terletak di atas perut. Untuk menyaksikan adanya pernafasan perut, pasien meletakkan buku ringan pada perutnya, jika orang ambil nafas buku itu naik, kalau ia lepas nafas buku itu turun. Sikap duduk dengan Kursi yang dipakai harus cocok dengan tinggi anak, hingga kakinya tetap di lantai dan sikap badannya tegak lurus. Tangannya lurus di samping badannya atau terletak di pangkuan. Sikap berdiri dengan posisi pasien harus berdiri dengan enak, kaki yang satu tidak jauh dari yang lain. Badan lurus tetapi kepala dan tubuh tidak boleh melengkukkan ke belakang. Tangan lurus di samping badan atau pada tulang rusuk yang paling bawah. Mula-mula latihan itu sebentar saja, 3 atau 5 menit paling baik beberapa kali sendiri. kemudian lambat- laun, waktu itu ditambah sampai menjadi 10 atau 15 menit. Senantiasa keadaan anak itu harus diperiksa seorang speech-terapis supaya anak tidak menjadi pusing. Speechterapis juga mengawasi ketegangan badan anak.



50



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Gambar 4.4 Ilustrasi Seorang yang Sedang Berbicara



b. Organ Suara Terdapat 2 organ suara. Pangkal tenggorokan atau laring itu sumber yang paling penting untuk suara manusia. Organ tersebut merupakan jalan pernafasan, dan laring melindungi paru–paru suapaya makanan atau minuman tidak masuk batang tenggorokan. Organ suara meliputi Tulang rawan cincin, tulangtulang rawan piala, tulang rawan perisai, tutup kolomenjing. Organ suara terdekat di atas gelang yang paling atas dari batang tenggorok itu. Laring terdiri dari tulang–tulang rawan, otot otot dan jaringan penghubung. c. Organ Artikulasi 1) Organ Artikulasi dan Organ yang Ikut Bergetar Ruang-ruang yang terdapat di atas selaput suara itu yang paling penting untuk artikulasi. Sebenarnya semua rongga dan semua bagian yang ikut bergetar itu mengeraskan dan mengubah bunyi suara. Udara dalam rongga dada juga ikut bergetar. Jadi ruang-ruang yang di atas dan di bawah selaput suara penting untuk ikut berbunyi. Dipengaruhi oleh bentuk rongga-rongga itu dan oleh keadaan lapisan selaput lendir. Rongga yang penting untuk ikut berbunyi dapat dibagi menjadi:



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



51



2) Rongga Mulut Ruang mulut dapat berubah bentuknya karena gerakan otot–otot rahang, bibir dan pipi. Bawah dan dasar mulut merupakan batas bawah mulut. Rahang atas dan langit-langit merupaka batas atas. Langitlangit menjadi batas antar rongga mulut dan rongga hidung bagian langit-langit yang tidak dapat bergetar disebut langit-langit keras atau palatum durum, bagian yang bergetar bernama langit-langit lunak atau langit-langit lembut atau palatum molle. Batas antara langit-langit keras dan langit-langit lembut dapat diraba. Ujung langit-langit lunak dapat terjadi dari anak tekak. Keudukan langit-langit lunak dapat diubah. Dalam keadaan bebas kedudukan langitlangit lunak rendah sampai menyentuh lidah. Hingga rongga mulut tertutup dan tidak ada hubungannya dengan rongga hidung jadi udara pernafasan keluar masuk lewat hidung. Saat orang bicara langit-langit lunak terus bergerak. Kecuali untuk ucapan bunyi sengau, langit-langit lunak naik menyentuh dinding tenggorokan. Dalam hal itu rongga mulut tertutup dari rongga hidung.



Penutupan demikian terjadi juga jika orang menelan, meneguap, dan mengunyah untuk mengucapkan bunyi sengau (m, n, ng, ny) udara pernafasan keluar lewat hidung. Otot-otot untuk naik turunnya langit-langit lunak juga mnempel pada saluran eustasius. Saluran estasius terdapat antara telingah tengah dan rongga tenggorok. Kalau kita menelan oto-otot itu menjadi tegang sehingga saluran estasius terbuka sebentar. Kemudian tegangan udara telingah tengah menjadi sama dengan tegangan udara luar. Dalam keadaan sakit (umpama langit-langit pecah atau lumpuh) rongga mulut tidak dapat tertutup dari rongga hidung. Karena itu caranya tergantung. 3) Rahang-Rahang Rahang yang atas tidak dapat bergerak. Semula rahang atas terjadi dari tiga bagian yang kemudian tumbuh menjadi satu sebelum anak lahir. Batas-batas antara bagian-bagian itu terletak antara gigi sari dan taring. Kadang-kadang tumbuhnya menjadi satu itu tidak terjadi.



Gambar 4.6 Bagian Organ Rahang Gambar 4.5 Organ Rongga Mulut 52



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



53



Hal tersebut menyebabkan bibir sumbing. Rahang bawah dapat bergerak. Gerakan-gerakan itu perlu untuk mengunyah dan untuk bicara. 4) Lidah Organ lidah yang terpenting untuk bicara, untuk menelan dan untuk mengunyah. Lidah memindahkan makanan dalam mulut sehingga makanan itu mudah digiling. Untuk menelan, mkanan itu di dorong lidah ke belakang dan masuk rongga tenggorok. Lidah adalah alat pencicip karena lidah terdiri dari banyak otot, kemampuan bergerak lidah besar. Lidah dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu ujung lidah, bagian yang amat mudah dibengkokkan, kemudian tumbuh lidah dan pangkal lidah atau perbolaan lidah. Urat pengikat (frenulum lingual) terdapat bagian bawah lidah dan dasar mulut. Kadang-kadang urat tersebut terlalu pendek sehingga kemampuan bergerak ujung lidah berkurang, misalnya untuk ucapan r,l,n,d,t. Oleh karena itu urat pengikat lidah kadang-kadang dipotong. Tetapi sekarang banyak dokter-dokter berpendapat bahwa bekas operasi itu malah memberi akibat sampingan yang lebih buruk dari urat yang terlalu pendek. 5) Kelenjar Air Liur Dalam mulut, dekat telinga, terdapat kelenjar air liur yang mengeluarkan liur yang cair. Kelenjar yang di bawah lidah mengeluarkan air liur yang menyerupai lendir. Air liur yang cair itu memudahkan orang bicara, sedang bicaranya akan menjadi lebih sulit karena air liur yang kental itu. Air liur kental dikeluarkan selama kita mengalami emosi besar. Itu menimbulkan perasaan seolah olah lidah tidak dapat bergerak menjadi kaku dan kering.



54



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



6) Adenoit atau Amandel Adenoit dibentuk oleh 3 sampai 5 jalur kelenjar limfe. Yang terletak pada dinding belakang tenggorokan. Besar kecilnya adenoit sangat tergantung dari umur anak. Pertumbuhan maksimum adenoit kita jumpai paling sering pada anak berusia sekitar 6 tahun. Karena pada saat berusia 6 tahun anak paling sering diserang infeksi. Pada keadaan ini adenoit sering menimbulkan gangguan pada telinga tengah dengan terjadinya opstrusi saluran eustasius. Selain itu jalan pernafasan lewat hidung tertutup menyebabkan anak harus bernafas melalui mulut. Anak itu makin bertambah besar, makin kecil adenoitnya, yaitu waktu anak menjadi besar adenoitnya menjadi atrofi. 7) Rongga Hidung Dasar rongga hidung terdiri dari atap rongga mulut yaitu langit-langit dan rahang atas. Rongga hidung dibagi menjadi 2 bagian oleh septum, yaitu tulang rawan yang membatasi bagian kiri dan bagian kanan hidung. Dalam hidung disebelah kiri dan kanan terdapat 3 benda semacam kerang. Maksut kerang itu untuk menambah besar jalan hidung karena seluruh bahan dilapisi lendir dan bulu-bulu, yang membersihkan dan memanaskan udara pernapasan sebelum masuk paru-paru. C. Rangkuman Sebelum terdapat program yang digunakan untuk penanganan individu dengan gangguan bicara terdapat beberapa konsep dasar yang harus dipahami terlebih dahulu, salah satunya dengan menggali informasi dari suatu kegiatan. Dan yang perlu diingat dengan adanya terapi bicara ini bukan hanya terapis saja yang memberikan layanan, akan tetapi orang tua terlibat dalam proses terapi yang dilakukan sendiri ketika berada di rumah. Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



55



Terdapat banyak organ yang berhubungan dengan adanya program layanan penanganan untuk individu dengan gangguan bicara. D. Perlatihan 1. Terdapat berapa organ bicara di dalam tubuh manusia? 2. Jelaskan konsep dasar progam penanganan gangguan bicara! 3. Jelaskan tentang organ pernafasan serta penanganan jika terdapat gangguannya! 4. Jelaskan tentang organ suara serta penanganan jika terdapat gangguannya! 5. Jelaskan tentang organ artikulasi serta penanganan jika terdapat gangguannya! E. Daftar Bacaan Purbaningrum, Endang.dkk. 2018. Bina Bicara Anak Berkebutuhan Khusus. Surabaya. Rosenfeld, Sarah. (1999). THE HOMEWORK: Speech/Language Pathologist Theory And Practikum. Arizona. Innovative Therapist International.



56



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



PERENCANAAN PROGRAM BINA BICARA



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



57



BAB V



PERENCANAAN PROGRAM BINA BICARA



A. Pendahuluan 1. Deskripsi Singkat Pada bab ini menjelaskan sebelum melaksanakan program bina bicara ada beberapa hal yang perlu dilakukan yakni salah satunya merencanakan bagaimana program ini akan berlangsung, bagaimana menentukan program yang akan diberikan, dan apa saja yang diperlukan dalam melakukan program bina bicara tersebut. Serta memahami dan dapat melakukan perencanaan program sesuai dengan 13 prisip dan prosedur bina bicara. 2. Tujuan Pembelajaran a. Mampu memahami perencanaan program bina bicara sesuai dengan prinsip 13 dan prosedur program bina bicara b. Mampu menerapkan perencanaan program bina bicara sesuai dengan prinsip 13 dan prosedur bina bicara c. Mampu melakukan perencanaan program bina bicara sesuai dengan prinsip 13 dan prosedur bina bicara B. Materi 1. Assesment Anak Gangguan Bicara Untuk mengetahui program yang sesuai untuk anak diperlukan beberapa assesment yang terkait dengan gangguan bicara. Perlu dipahami tidak semua anak mengalami hambatan atau gangguan yang sama oleh karena itu setiap akan memberikan program kepada anak diperlukan tes awal yang dimana dari hasil tes ini dapat berfungsi sebagai bahan



59



acuan program bina bicara yang akan diberikan. Tes terdiri dari 4 bagian pengujian: a. Tes Artikulasi Tes awal yang dapat kita berikan pada anak adalah melakukan tes menyeluruh terhadap kemampuan artikulasi anak. Tes ini dapat dihilangkan jika kita mengetahui anak hanya memiliki kesalahan satu atau dua pada saat mengeluarkan bunyi dan oleh karena itu kita sudah tahu pada bunyi mana yang dapat kita ajarkan pada anak. Tes artikulasi akan mencakup sebagian besar ucapannya berbunyi. Namun, Vokal dan beberapa suara yang mudah tidak akan diujikan



t Tenda



Batu



Coklat



Dadu



Badak



salad



Kaki



kaktus



gajah



naga



d



k



b. Lembar analisis respon c. Lembar analisis keslahan ucapan d. Lembar rencana terapi



katak



g



Tabel 5.1 Gambar Uji Artikulasi LEMBAR GAMBAR UJI ARTIKULASI Awal Tengah Akhir



gunting



ng p Pie



Topi



kecap f



b Burung



Kubus



Fanta



Kitab



maaf



v



h Harimau



60



gunung



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bahu



Buah



Violet



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



61



Tabel 5.2 Lembar Gambar Uji Artikulasi



3th



3,5 th



LEMBAR RESPON Target Suara Awal Tengah P B H T T D a b e l 5



4 th



.



Akhir



K G Ng F



Lembar Respon Langkah–langkah pelaksanaan tes artikulasi: Pertama Keluarkan lembar Respons dan Gambar Uji Artikulasi. Letakkan di depan anak. (Bebas untuk membuat salinan tambahan dari Lembar Respons, Lembar Analisis, dan Rencana Terapi jika diperlukan.) Arahkan ke gambar pertama (pai) dan tanyakan “Apa ini?” sangat normal untuk anak jika menyebutkan gambar tanpa disuruh, tetapi jika anak itu tidak tahu kata, Anda mungkin desak dia. (“Katakan,” pai. “) Hanya mendengarkan produksi suara target yang benar untuk setiap kata. Jangan khawatir tentang kesalahan suara lainnya dalam kata. Penulisan skor sebagai berikut dengan merekam di kotak yang sesuai pada lembar respons.



62



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Benar √ suara yang dihilangkan suara pengganti (kesalahan rekaman) Distorsi suara dist. Selanjutnya yaitu dengan lanjutkan meminta anak untuk memberi nama gambar, lanjutkan dalam baris di halaman. Kamu akan melihat bahwa suara target akan diuji di awal, tengah (tengah), dan akhir posisi katakata. Ingat, Anda hanya mendengarkan suara target. Jika lainnya suara diproduksi secara salah, mereka tidak harus diperhatikan saat ini. Anda mungkin ingin menggunakan selembar kertas kosong untuk menutupi gambar non-target jika anak menemukan melihat seluruh halaman mengganggu. Selanjutnya, kembali ke setiap suara yang dihasilkan secara tidak benar. Lingkari suara pada lembar respons jika anak dapat menirunya dengan benar. Lakukan hal yang sama untuk setiap kata. Lingkari setiap kesalahan yang bisa ditiru anak dengan benar. Kedengarannya itu anak yang sudah bisa meniru akan lebih mudah baginya untuk belajar dan berasimilasi ke dalam pidatonya. Suara-suara ini akan membuat lebih mudah untuk memulai terapi.



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



63



Tabel 5.3 Lembar Analisis Kesalahan Suara



Tabel 5.4 Lembar Rencana Terapi



Bunyi Khas Berhenti Sengau p b td n



LEMBAR RENCANA TERAPI



Bibir Ujung Lidah



Penempatan



Gigi/ Gigi Lidah



Pangkal Lidah



k



g



Geser



Meluncur



sz ch j sh f v th (bersuara) th (tak bersuara)



i



Ng



r



Jika Anda menemukan bahwa anak memiliki beberapa kesalahan dalam menghasilkan suara, maka lingkari setiap suara pada lembar analisis, mengikuti petunjuk pada lembar analisis. Langkah Selanjutnya adalah Rencana Terapi Lembar rencana terapi ini digunakan untuk mengamati perkembangan yang dilakukan selama teri berlangsung.



64



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Target Suara



Tanggal Dimulai



Tanggal Menguasai Suara Tunggal



Tanggal Menguasai Kata



Tanggal Menguasai Kalimat



Tanggal Menguasai Percakapan



2 Media Program Bina Bicara Untuk melaksanakan program bina bicara diperlukan alat pendukung agar program terlaksana dengan baik dan benar berikut ini adalah alat–alat yang digunakan. a. Program Diet Makanan Catat kegiatan diet tujuh hari dilembar dan kolom seperti di bawah. Catatlah semua yang diinginkan dan tidak diinginkan anak baik makanan dan camilan yang dikonsumsi selama tujuh hari.



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



65



Tabel 5.5 Lembar Pemantau Diet Makanan Anak Hari 1 Hari 2 Hari 3



Hari 4 Hari 5



Hari 6



Hari 7



Sarapan Makan siang Camilan Makan malam Camilan



2) Harmonica Untuk melatih kekuatan otot velum anak dengan dengan mencoba menariknya ke samping sehingga anak dapat dilatih untuk dapat mengeluarkan bunyi secara jelas. 3) Echo Horn Mic Untuk mendengarkan pantulan suara yang dikeluarkan anak, dengan alat ini kita dapat menilai atau mengetahui apakah suara yang dihasilkan oleh anak sudah sesuai dengan yang kita intruksikan.



b. Program latihan pernapasan dan gestur tubuh yang benar dengan media kursi. Kursi ini digunakan untuk membantu anak mendapatkan posisi duduk dengan gestur yang baik dan tepat agar sirkulasi pernapasan juga baik c. Program Kegiatan Fonasi 1) Bubble Blowing Untuk melatih kekuatan otot velum anak dengan dengan mencoba mendorongnya ke depan sehingga anak dapat dilatih untuk dapat mengeluarkan bunyi secara jelas.



Gambar 5.3 Echo Horn Mic



4) Kazoo Untuk melatih kekuatan otot velum anak agar hasil suara yang dikeluarkan kuat dan jelas.



Gambar 5.4 Peluit Gambar 5.2 Peniup Gelembung



66



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



d. Program Kegiatan Resonasi 1) Articulation Card Set Dengan menggunakan media ini anak dapat menirukan atau mengeluarkan suara sesuai dengan macam–macam gambar yang diintruksi kan kepada Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



67



anak serta media ini dapat mengasah kemampuan oral anak.



Gambar 5.5 Kartu Bergambar



e. Program Kegiatan Penempatan Oral 1) Jaw Grading Bite Block Berupa balok yang digunakan dengan cara digit atau diselipka pada rahang ini digunakan untuk melatih kesejajaran gigi dan kekuatan serta keseimbangan gerak rahang anak. Hal ini berfungsi untuk melatih anak membiasakan menggunakan organ bicaranya untuk berkomunikasi.



C. Rangkuman Sebelum melaksanakan program bina bicara kita perlu mengetahui gangguan serta hambatan yang ada pada anak untuk itulah perlu dilakukan adanya asessment awal sebagai bahan acuan program yang akan diberikan. Selain itu tersedianya sarana dan prasarana pendukung program bina bicara juga diperlukan agar program dapat berjalan dengan maksimal serta anak dapat mengetahui bentuk konkrit program dengan media yang kita berikan. D. Perlatihan 1. Apakah menurut anda penggunaan media dapat berfungsi secara efisien untuk anak? 2. Jelaskan bagaimana langkah-langkah merencanakan program bina bicara setelah anda membaca buku ini! 3. Apakah pemberian tes artikulasi dapat kepada anak?



selalu diberikan



4. Bagaimana cara mengasessment anak dengan gangguan atau hambatan berbicara? 5. Menurut anda manakah media yang paling cocok diberikan pada anak yang dengan gangguan atau hambatan berbicara? E. Daftar Bacaan Rosenfeld, Sarah. (1999). THE HOMEWORK: Speech/Language Pathologist Theory And Practikum. Arizona. Innovative Therapist International.



Gambar 5.6 Jaw Grading Bite Block



68



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Lott, Deborah. 2007. Super Star Speech. USA. DML Super Star.



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



69



PELAKSANAAN PROGRAM BINA BICARA



70



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



71



BAB VI



PELAKSANAAN PROGRAM BINA BICARA



A. Pendahuluan 1. Deskripsi Singkat Pada bab ini kita akan mengetahui apa saja program bina bicara yang dapat diberikan pada anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam berbicara. 2. Tujuan Pembelajaran a. Mampu memahami program bina bicara sesuai dengan prinsip 13 dan prosedur program bina bicara b. Mampu menerapkan program bina bicara sesuai dengan prinsip 13 dan prosedur bina bicara c. Mampu melakukan program bina bicara sesuai dengan prinsip 13 dan prosedur bina bicara B. Materi 1. Program Diet Makanan Dengan menggunakan program ini kita bisa memantau mana saja makanan yang masuk kedalam tubuh anak serta melalui program ini kita dapat mengetahui apakah anak memilah-milah makanan yang dimakan. Dan di mana mereka mengunyah makanan yang ada di mulut mereka. Untuk menentukan jawabannya, penting bagi kita, penyedia makanan, membuat dan mencatat kedalam tabel diet lima hingga tujuh hari dari apa yang dapat dikonsumsi atau tidak dikonsumsi oleh anak. Dengan menggunakan acuan sebagai berikut kita dapat mengetahui kebiasaan anak saat makan. Berikut instrument penilaian pemantau diet makanan anak:



72



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



73



Tabel 6.1 Instrument Penilaian Pemantau Diet Makanan Anak No Instrumen 1 Tabulasikan preferensi pilihan makanan anak Apa rasa, tekstur, temperatur dan bentuk yang 2 mereka sukai? Bagaimana mereka menggigit dan mengambil makanan dimulut mereka: di antara gigi de3 pan, diantara gigi tengah, di antara geraham belakang? Di mana posisi mereka mengunyah makanan 4 di dalam mulut mereka? (Bagian Depan, tengah, belakang mulut mereka). Apakah mulut mereka terbuka atau tertutup 5 ketika mengunyah makanan? Berapa banyak gerakan rahang ketika men6 gunyah? (Sangat sedikit, sedang atau banyak). Apakah rahang bawahnya menonjol keluar? 7 Ya atau tidak Apakah rahang bawah bergeser dari sisi ke 8 sisi? Ya atau tidak Apakah anak menyuapkan makanan kedalam 9 mulutnya secara teratur? Ya atau tidak Apakah anak mengambil gigitan kecil seuku10 ran tikus? Ya atau tidak Apakah kamu menggunakan cairan seper11 ti sabun untuk mencuci bahan makanan? Ya atau Tidak Apakah anak menundukan kepala kedepan 12 ketika menelan makanan? Ya atau Tidak Apakah anak menengadahkan kepala mereka 14 untuk menelan makanan? Ya atau Tidak Apakah mereka meggerakan kepala mereka 15 kesamping untuk menelan makanan? Ya atau Tidak



74



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Hasil



Amatilah dan rekam atau catat apa saja yang dapat diemukan dalam lembar pemantau diet makanan anak yang sudah ada. Kemudian kita 16 dapat membahas peningkatan/penurunan tuntutan tekstual dan kebiasaan mengunyah yang tepat yang dapat dikembangkan oleh anak sambil mengetahui selera mereka.



2. Program Latihan Pernapasan dan Gestur Tubuh yang Baik Serta Benar Dengan menempatkan anak dengan posisi duduk yang benar, maka anak akan mendapat mengatur jalannya pernapasandengan biak agar suara yang dikeluar juga terdengar jelas dan bulat. Namun, tidak hanya anak yang memerlukan gestur tubuh yang benar namun orang tua atau terapis juga perlu memerhatikan hal ini agar saat melakukan program anak dapat memperhatikan jelas atau menirukan gestur orang tua atau terapis jadi program ini menyangkut hubungan dua arah antara anak dengan terapis. a. Langkah–langkah agar anak dapat duduk dengan gestur tubuh yang benar. Yang pertama adalah kaki harus diletakkan datar di lantai untuk menstabilkan seluruh tubuh. Jika kaki menjuntai di atas lantai, letakkan balok di bawah kakinya untuk stabilitas. Setelah itu lutut harus bersatu dan dibengkokkan pada sudut 90 derajat di atas bagian depan kursi. Selanjutnya bagian bawah harus rata dengan kursi, dan punggung harus bersandar lurus pada belakang kursi dan bahu harus diletakkan dengan santai pada belakang kursi, tidak membungkuk tinggi atau membulat ke depan. Tidak ada siku di kursi atau di meja.



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



75



Anda ditempatkan di setiap sisi tubuh anak Anda membantunya/ kakinya tetap bersama untuk postur yang baik: Tempatkan anak di kursi tinggi, dan Anda duduk di kursi standar tepat di depannya (pastikan kaki diam). Gambar 6.1 Anak dengan Gestur Tubuh Saat Duduk



Langkah berikutnya tangan harus diletakkan dengan lembut di pangkuan anak. Anak-anak kecil mungkin perlu meletakkan tangan dengan tangan lainnya atau minta anak menaruh tangannya dengan baik di atas meja di depan agar terbiasa tidak menggunakan tangan untuk menstabilkan tubuh di kursi.



Gambar 6.2 Posisi Tangan yang Benar Saat Duduk Selanjutnya terdapat langkah–langkah agar orang tua atau terapis dapat duduk berhadapan dengan anak dengan gestur tubuh yang baik dan benar. Duduk tepat di depan garis penglihatan anak untuk menghindari rasa tegang dan untuk menghindari anak untuk melihat ke atas, ke bawah atau ke samping dalam melihat wajah Anda. Pilih kursi yang digunakan untuk memfasilitasi posisi duduk anak yang baik Tempatkan anak di kursi yang sesuai dengan tubuhnya. Kemudian duduklah di bangku pendek untuk sejajar dengan anak atau letakkan anak di bangku pendek, dan Anda duduk di lantai tepat di depan, kaki 76



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Gambar 6.3 Posisi Terapis dan Anak Saat Melakukan Terapi



Perlu di ingat terapis/guru selalu duduk tepat di depan anak, tatap muka dan setinggi mata. Dapat membantu anak mencapai postur duduk yang baik, karena penting untuk mengalirkan udara yang memadai untuk memproduksi suara yang baik. 3 Program Kegiatan Fonasi Program ini digunakan untuk membantu anak dalam membentuk bunyi bahasa dan sifatnya melaui beberapa kegiatan fonasi yang melatih otot velum (langit-langit lunak pada mulut anak). Kegiatan fonasi dapat dibagi menjadi dua yaitu fonasi artikulatoris dan fonasi akustis. Di mana fonasi artikulatoris di sini maksudnya bentuk posisi dan gerakan alat bicara perlu dilatih untuk menghasilkan bunyi bahasa yang tertentu. Sedangkan fonasi akustis mempelajari bunyi bahasa dalam aspek fisik, misalnya tinggi rendah bunyi bahasa, keras lemahnya, dan juga bagaimana bunyi bahasa diterima oleh alat pendengaran kita. Hal tersebut dapat dilatih dengan beberapa bentuk program berikut:



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



77



a. Bubble Blowing (meniup gelembung sabun) Langkah–langkah program ini yaitu dengan: 1) Bantu anak mendapatkan postur yang tepat untuk latihan terapi 2) Jaga agar tangan anak tetap pada atas pangkuannya 3 Duduk dan bertatap muka dengan anak 4) Celupkan tongkat gelumbung dan kemudian pegang tongkat gelembung sejajar dengan bahu dan lingkaran peniup berada sekitar 1 inch di depan mulut anak. Biarkan anak berusaha meniup.



lembut pindahkan harmonika tersebut agar anak dapat bernapas dan memposisikan mulutnya kembali. Jika kepala anak dimiringkan ke depan, pegang rahangnya dengan pelan dan stabilkan tangan anda. Agar rahang tidak sampai mendorong tangan orang tua. Tempatkan tangan orang tua dengan lembut di perut anak untuk membantu anak mengingat dari mana udara berasal. Untuk kesadaran sensori, buat anak merasakan perbedaan antara hembusan udara pendek dan hembusan udara panjang yang mudah. b. Echo Horn (mendengar pantulan suara anak)



Gambar 6.4 Anak Sedang Meniup Gelembung Sabun



Mungkin kita harus menjaga stabilitas pada rahang atau bibir dengan jari-jari kita namun lakukan itu seminimal mungkin, minimalisir gerakan bantuan pada proses terapi agar anak terbiasa dan mandiri. Horn blowing with harmonica (meniup menggunakan harmonika). Langkah–Langkah program sebagai berikut: Yang pertama adalah bantu anak mendapatkan postur yang tepat untuk latihan terapi. Selanjutnya orang tua memegang harmonika yang berpusat langsung dibibir bawah anak. Hanya orang tua yang memegang harmonika. Tempatkan harmonika pada bibir bawah anak. Agar ia tidak bisa menggigit harmonika dan hanya dapat menonjolkan bibir. Pastikan kepala, leher, dan bahu rileks. Setelah dia meniup udara ke dalam harmonika, dengan 78



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Langkah-langkah program sebagai berikut: Hanya orang tua yang menggunakan the echo mic. Gunakan satu suara maka orang tua akan mendengarkan anak berucap secara spotan: ‘’oh’’, ‘’ah’’, ‘’ma’’, ‘’da’’, ‘’sampai jumpa’’, dll. Orang tua mengucapkan suara atau kata terlbih dahulu pada echo mic. Segera tempatkan Echo Mic (Horn) dua hingga tiga inci. Di depan mulut anak untuk mengajar sound imitasi First Mungkin perlu beberapa uji coba sebelum anak memahami bahwa ia akan meniru suara yang orang tua buat. Teruslah ganti Echo Mic (Hom) antara mulut orang tua dan mulut anak hingga ia mengetahui tujuan suara/ tujuan fonem.



Gambar 6.5 Anak Mengeluarkan Suara pada Echo Mic



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



79



c. Kazoo (Meniup Peluit) Terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menggunakan program ini yaitu dengan cara hanya orang dewasa yang memegang kazoo (Peluit). Setelah itu minta anak Anda membuat lima bunyi “oo”, menggunakan Kazoo saat Anda mengatakan “oo” tanpa Kazoo(peluit). Minta anak Anda menggunakan Kazoo untuk mengucapkan bunyi “oo” satu kali, dan kemudian lepaskan Kazoo, seperti Anda terus mengatakan “oo” empat kali lagi. Yang terakhir adalah terus minta anak mengatakan “oo”, bergantian dengan dan tanpa Kazoo



Gambar 6.6 Anak Menirukan Bunyi Menggunakan Peluit



4. Program Kegiatan Resonasi Kegiatan ini berfungsi untuk melatih anak menghasilkan suara melalui getaran bunyi. Program ini juga melatih kemampuan oral anak agar anak mampu memfungsikan bibirnya dengan baik dan benar. Adapun langkah-langkahnya seperti yang dijelaskan di bawah ini: Langkah-langkah yang harus dilakukan saat kegiatan resonasi. Yang pertama adalah minta anak anda untuk menghasilkan 10 pengulangan lisan dari ‘’ hoo’’ selanjutnya, minta anak mengatakan ‘’m’’ dengan cepat secara berturutturut. Selanjutnya mintalah pada anak untuk mengikuti aktivitas yang disarankan anak dapat mengatakan‘’hoo’’ dengan jelas yang merupakan hasil produksi oral. Langkah selanjutnya adalah anak akan berhenti sebentar dalam satu detik dan anak mengatakan’’m’’ menggunakan 80



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



penutupan bibir yang ketat untuk produksi yang benar-benar senga.



Gambar 6.7 Gerak Bibir dari Mengucapkan ‘’hoo’’ Kemudian Menutup Rapat dan Mengucapkan ‘’m’’



5. Program Kegitan Oral Langkah-Langkah untuk memulai program kegiatan oral adalah dengan anak ditujukan beberapa kartu gambar didepannya. Setelah itu orang tua mengucapkan kata dan bunyi sesuai gambar yang sedang digunakan. Langkah selanjutnya adalah orang tua meminta anak menirukan pengucapan yang dilakukan orang tua. Dan anak menggerakkan bibirnya setelah melihat intruksi bibir yang diberikan orang tua. 6. Program Kegiatan Penempatan Oral Bibir Mengajarkan anak menggunakan bibir dengan fleksibel agar anak mampu menggunakan organ bicaranya sesuai dengan fungsinya. Untuk awal pengajaran berikanlah langkahlangkah mudah seperti di bawah ini: Minta anak untuk mengatakan “OO” dan “EE “ dan‘’ AH” bersamaan sebagai satu suara. Mintalah anak Anda mengulangi suara “OO-EE-AH”. Pastikan anak tidak melebarkan rahangnya terlalu banyak. Rahang tidak boleh menjorok atau meluncur. Dahi, mata, dan pipi harus tidak bergerak saat menghasilkan suara-suara ini. Wajah harus Gigi harus berada dalam posisi alami, sedikit Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



81



terbuka, untuk memulai “OO-EE’’ suara, dan kemudian rahang bergerak ke bawah dengan sedikit untuk “AH’’.



Gambar 6.8 Ilustrasi Oral Bibir Saat Mengucapkan Suara ‘’OO’’, ‘’EE’’, ‘’AH’’ 7. Program Kegiatan Penempatan Oral Lidah Kegiatan ini berfungsi untuk melatih ke luwesan lidah saat melakukan oral karena dipindahkannya pusat artikulasi dari bagian belakang mulut ke bagian depan mulut, maka latihan ini sangat penting untuk dilakukan. Berikut langkah–langkah oral lidah: Latihan penempatan lidah dari tengah menuju samping lidah dengan: Katakan pada anak untuk membuka mulutnya Tempatkan jaw grading blok pada posisi kiri belakang, perluas hingga sisi mulut



Sekarang minta anak untuk membuka memposisikan ulang di sisi lain mulut Ulangi langkah-langkah tersebut



mulut



dan



Latihan penempatan lidah dari Lidah bagian atas/bawah: Minta anak untuk membuka mulutnya setinggi rahang sedang. Letakkan ujung lidah di atas tempat chererio berada. Tahan posisi ini selama satu detik dan kemudian lepaskan a. Sekarang katakan pada anak untuk meletakkan ujung lidah bawah, di mana cheerio berada. Tahan selama satu detik dan lepaskan



Gambar 6.10 Ilustrasi Posisi Lidah Menyentuh Langit-langit Atas dan Bawah



Latihan penempatan lidah dengan menjulurkan lidah a. Minta siswa anda untuk menjulurkan lidah dan lepaskan posisi lidah anda. Lakukan selama 50 kali. b. Sekarang minta siswa anda untuk menjulurkan ujung lidahnya sampai sedikit menonjol di antara gigi



Gambar 6.9 Ilustrasi Oral Lidah dengan Bantuan Jaw Grading Blok



Langkah langkahnya seperti di bawah ini: Minta anak untuk menggigit, tetapi tidak seperti menggigit makanan Sambil memegang gigitan minta anak untuk memegang ujung jaw grading blok dengan ujung lidahnya 82



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Gambar 6.11 Ilustrasi Menjulurkan Lidah



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



83



Latihan penempatan lidah untuk menghasilkan bunyi vokal, dengan cara: Minta anak untuk membuka mulutnya. Tempatkan jaw grading blok pada gigi mulai dari kiri kembali pada posisi “a” Minta anak untuk menggigit, tetapi tidak terlalu keras, menggunakan gigitan alami, dan kemudian menyentuh ujung jaw grading blok dengan ujung lidah. Saat sentuhan selesai, mintalah anak membuka mulutnya dan keluarkan jaw grading blok. Segera letakkan jaw grading blok pada permukaan gigi pada posisi “b” minta anak mengulangi urutan. Segera letakkan jaw grading blok pada permukaan gigi pada posisi “c”. Segera letakkan makanan pada permukaan gigi pada posisi “d”. Segera letakkan jaw grading blok pada permukaan gigi pada posisi “e”. Lakukan hal ini secara bergantian dari kiri ke kanan dan kanan ke kiri agar penguasaan bunyi vokal dapat sesuai dengan yang diinginkan. bergerak dari kiri ke kanan dan sebaliknya sesuai dengan bunyi vokal yag dikeluarkan.



C. Rangkuman Pelaksanaan program bina bicara dapat diberikan sesuai kebutuhan yang diperlukan anak. Program bina bicara akan mengalami keberhasilan jika pelaksanaannya dilakukan secara konsisten dan berlanjut. Program ini dirancang untuk membantu anak yang bicaranya menjadi problem atau tidak dapat bicara sama sekali. Pelaksanaan program juga membutuhkan dukungan dari orang di sekitar anak agar dapat membiasakan anak untuk menerapkan program ini secara terus menerus sehingga anak akan menunjukkan perkembangan bicara ke arah yang lebih baik dengan bantuan serangkaian program yang telah dijelaskan. D. Perlatihan 1. Apa saja program yang dapat diberikan pada anak gangguan bicara atau speech delay? 2. Bagaimana penerpan program dilakukan sehingga anak dapat berhasil mengeluarkan suara atau bunyi dengan kemampuaanya sendiri? 3. Bagaimana cara anak agar dapat mengeluarkan bunyi vokal dengan jelas dan benar? 4. Apa yang dapat dilakukan orang tua untuk mendukung keberlangsungan program yang diberikan kepada anak? 5. Menurut anda sejauh mana program ini dapat berhasil? Jelaskan!



Gambar 6.12 Ilustrasi Posisi Lidah



84



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



E. Daftar Bacaan Lott, Deborah. 2007. Super Star Speech. USA. DML Super Star. Rosenfeld, Sarah. 1999. THE HOMEWORK: Speech/Language Pathologist Theory And Practikum. Arizona. Innovative Therapist International.



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



85



BAB VII



PENILAIAN DAN PELAPORAN PROGRAM BINA BICARA



A. Pendahuluan 1. Deskripsi Singkat Pada bab ini kita akan memahami bagaimana cara kita mengetahui apakah program bina bicara tersebut berjalan sesuai tujuan atau tidak melalui penilaian dan pelaporan program bina bicara 2. Tujuan Pembelajaran 1. Mampu mengaplikasikan penilaian dan pelaporan program bina bicara sesuai dengan prinsip 13 dan prosedur program bina bicara 2. Mampu melakukan penilaian dan pelaporan program bina bicara sesuai dengan prinsip 13 dan prosedur bina bicara B. Materi 1. Penilaian Program Bina Bicara Penilaian program bina bicara mempunyai fungsi antara lain untuk memonitor kemajuan atau hasil dari penerapan program yang sudah ditetapkankan tujuannya pada awal pelaksanaan program serta untuk mendiagnosa keadaan dan kesulitan setelah dilaksanakannya program bina bicara. Adapun penilaian dapat dilakukan melalui dua aspek yakni: a. Penilaian Anatomi dan Fisiologi Anak Penilaian ini dilakukan ketika anak akan memulai dan mengakhiri program yang diberikan untuk mengetahui apakah ada kesalahan pada organ bicara setelah anak 86



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



87



memulai dan setelah melaksaanakan program. Penilaian dilakukan melalui pemeriksaan anatomi.



2. Pelaporan Program Bina Bicara Setelah melakukan penilaian menggunakan lembar penilaian dari program yang terkait selanjutnya pelaporan program bina bicara dalam bentuk kerangaka laporan sebagai berikut: Form Laporan Program Bina Bicara BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang



Gambar 7.1 Pemeriksaan Organ Bicara pada Anak



b. Penilaian Hasil Belajar Setelah Menggunakan Program Setelah melakukan program yang diberikan anak akan dinilai kembali apakah ada perkembangan setelah diadakannya program bina bicara atau anak masih mengalami kesulitan yang berarti. Berikut adalah langkah–langkah penilaian pelaksanaan program bina bicara dengan memperhatikan beberapa aspek: 1) Kemampuan menirukan ucapan atau mengulang ucapan bunyi-bunyi bahasa dalam posisi tertentu (awal, tengah, akhir dari sebuah daftar kata yang telah disiapkan. 2) Kemampuan meniru ucapan kata-kata atau mengulangi ucapan kata-kata dari sebuah daftar kata dengan tingkat dan derajat kesulitan yang telah diperhitungkan, baik secara fonologik maupun strukturnya, misalnya kata dasar, kata berimbuhan, maupun kata majemuk.



Tujuan program



BAB II METODE PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Materi Program



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Program BAB IV PENUTUPAN Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran



3) Kemampuan meniru atau mengulang ucapanucapan kalimat dari sebuah daftar kalimat yang telah dipersiapkan dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan kalimat. 88



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



89



C. Rangkuman Penilaian dan pelaporan program bina bicara adalah alat sebagai tolak ukur keberhasilan dari program yang diberikan: D. Perlatihan 1. Bagaimana cara untuk melakukan penilaian program pada anak gangguan bicara?



LAMPIRAN



Lampiran 1 Lembar Penilaian Anatomi dan Fisiologi Organ No Artikulasi



2. Apa saja bahasan yang ada dalam rubrik penilaian program? 3. Bagaimana cara kita untuk menilai apakah suatu program bina bicara tersebut dikatakan berhasil? E. Daftar Bacaan Wagino, dkk. 1998. Buku Panduan Ltihan Artikulasi. Ikip Surabaya



90



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



1



Bibir



Hasil Pemeriksaan Teknik Pemeriksaan



Baik Cukup Kurang



a. Posisi gigi atas dan bawah Membuka bibir Membuka menutup bibir Membulatkan bibir Menarik bibir ke belakang b. Posisi bibir atas dan bawah merenggang Membuka bibir Membuka menutup bibir Membulatkan bibir Menarik bibir ke belakang c. Menarik bibir ke belakang seperti posisi pengucapan: Fonem (a) Fonem (i) Fonem (u) Fonem (o) d. Mengembungkan pipi (menahan udara dimulut) e. Merapatkan bibir atas dan bawah, seperti pengucapan:



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



91



2



Lidah



a.



b.



c. d. e. f. g.



3



Rahan g



a. b. c.



4



Velum



a. b.



Ket Baik Cukup Kurang 92



Fonem (p) Fonem (b) Fonem (m) Menjulurkan lidah Ke atas Ke bawah Ke kiri-kanan Lidah Menyapu Ke atas Ke bawah Mengelilingi mulut Mentuhkan ujung lidah ke area mulut Ujung lidah mendorong pipi dari dalam Menggulung dan membulatkan daun lidah Praksi lidah Menjepit permen karet Memindahkan permen karet dari dalam mulut Membuka mulut menutup mulut Menggerakkan rahang bawah Praksi rahang (gerakan dengan tujuan tertentu) Menahan udara di dalam mulut beberapa saat Meniup



Lampiran 2 Lembar Tes Kemampuan Fonem No



Fon em



Posisi Fonem Dalam Kata Awal



Nilai



Tenga h



Nilai



Akhir



1



a



Api Akar Abu Ayam apel



2



i



Ibu Itu



Pita Pipa



Dasi Kaki



3



u



Uang Udang Ulat



Buah Gula Kuda



Buku Jambu Batu



4



e



Ember Ekor Elok



Besok Sedan Betet



Jahe Cabe Sate



5



o



Obor Orang



Donat Mobil



Bobo Bakso



Tas Jas Sate Dasi Sapi



Pipa Kuda Pita Mata domba



Jumlah Nilai



Nilai



: : Melakukan dengan sempurna : Melakukan kurang sempurna : Tidak dapat melakukan (perlu bimbingan)



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



93



DAFTAR PUSTAKA



Wagino, dkk. 1998. Buku Panduan Ltihan Artikulasi. Ikip Surabaya Rosenfeld, Sarah. 1999. THE HOMEWORK: Speech/ Language Pathologist Theory And Practikum. Arizona. Innovative Therapist International. Lott, Deborah. 2007. Super Star Speech. USA. DML Super Star.



94



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



95



BIODATA PENULIS



Dr. Endang Purbaningrum, M.Kes, Dosen di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Lahir di Ponorogo pada tahun 1958. Pernah menempuh Pendidikan S1 Pendidikan Luar Biasa di IKIP Bandung (baca: UPI Bandung) pada tahun 1984, S2 UNAIR Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan bidang peminatan Kesehatan Jiwa Masyarakat pada tahun 2000. Lalu pada tahun 2018 melanjutkan studi doktoral di UNESA dengan Bidang Manajemen Pendidikan. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Laboratorium PLB FIP Unesa (2005-2009). Sebagai Sekretaris Jurusan PLB FIP UNESA (2009-2011), sebagao Ketua Jurusan PLB FIP UNESA dua periode (2011-2020), dam kini beliau menjabat sebagai Gugus Penjamin Mutu di S2 PLB UNESA. Beliau menerima beberapa penghargaan, diantaranya Ketua Jurusan Berprestasi Nomor satu se-UNESA (2013), sebagai Finalis Ketua Jurusan Berprestasi Tingkat Nasional (2013), sebagai Ketua Jurusan Berprestasi Nomor satu se-UNESA (2016), dan mendapatkan Satyalancana Karya Satya XXX tahun Presiden RI. Aktif sebagai penulis artikel baik untuk dalam negeri maupun luar negeri seperti Reading and Writing approach for Children with Hearing Impairment di Luxemburg, dan lain sebagainya.



96



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



97



Khofidotur Rofiah, M.Pd, lahir di Surabaya maret 1989. Memiliki latar belakang keilmuan di bidang Pendidikan khusus. S1 dan S2 Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Surabaya. Pada akhir 2020 melanjutkan studi jenjang PhD di Uniwersytet Pedagogiczny Krakowie Polandia. Dari sisi karir, beliau pernah bergelut di berbagai bidang pekerjaan, pada tahun 2011 sd 2013 menjadi Guru Pembimbing Khusus (GPK) di beberapa sekolah penyelenggara Pendidikan inklusi di Surabaya, Tahun 2012 menjadi Sekretaris di salah satu Politeknik di Surabaya, Tahun 2014 memulai karir di Universitas Negeri Surabaya sebagai Dosen di Jurusan Pendidikan Luar Biasa hingga saat ini. Beliau juga menekuni beberapa riset terkait anak berkebutuhan khusus dan Pendidikan inklusi baik dengan pendanaan internal maupun funding dari Lembaga Luar Negeri. Saat ini beliau sedang fokus dalam mengembangkan sistem komunikasi isyarat berbasis kata kunci bagi anak dengan hambatan komunikasi yaitu Signalong Indonesia. Selain itu, beliau juga terlibat aktif dalam organisasi profesi terkait Disabilitas dan Pendidikan khusus baik nasional maupun global.



98



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus



99



100 Bina Bicara Bagi Anak Berkebutuhan Khusus