Biografi Beethoven [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Ludwig Van Beethoven Okka Riswana



Beethoven lahir dengan nama lengkap Ludwig van Beethoven. Ia lahir di Jerman tepatnya di Bonn pada tanggal 17 Desember 1770. Ia adalah penggubah musik terkenal di dunia. Namun begitu kehidupannya penuh dengan cobaan dan hambatan. Terlepas dari penderitaannya, Beethoven tetap optimis dan bertekad untuk meninggikan sukacita kehidupan. Beethoven memang berasal dari keluarga pemusik. Kakeknya adalah penyanyi tenor tang dihormati sekaligus dirigen orkestra istanah. Dibawah pengaruh kakeknya, kecintaan Beethoven kecil terhadap musik mulai dipupuk. Sayangnya kakeknya meninggal ketika ia berusia tiga tahun. Sedangkan ayahnya adalah penyanyi tenor yang biasa-biasa saja serta bertemperamen keras dan ibunya adalah seorang pembantu rumah tangga biasa. Mungkin dari sinilah ayahnya ingin mengembalikan wibawa keluarga yang sempat menjadi orang terhormat saat masih ada sang kakek dan ayahnya berharap orang itu adalah Beethoven. Beethoven memang disiapkan oleh ayahnya untuk menjadi penggubah musik klasik yang terkenal. Ini terbukti dari cara ayahnya mendidiknya terutama dalam bermain piano yang dirasa Beethoven waktu itu sangatlah keras padanya. Namun dari situlah akhirnya Beethoven sadar bahwa dia menjadi ahli di bidang musik adalah karena ayahnya. Sejak kecil ayahnya sering menyuruhnya belajar main piano dengan sungguh-sungguh. Jika Beethoven salah dalam memainkan nuts nya maka kayu akan mendarat di tubuhnya. Begitulah



setiap hari yang dilalui oleh Beethoven. Saking kerasnya sang ayah mengajarinya, sering jarinya sakit dan bengkak karena terlalu lama memainkan piano. Ketika Beethovenn capek dalam berlatih, sang ayah selalu mendaratkan tamparan dipipi sambil berseru “Jangan malas, Mozart sudah mendapatkan banyak uang dari main piano saat seusiamu.” Itulah yang selalu didoktrinkan pada Beethoven. Mau tidak mau Beethoven mengangkat jarijarinya untuk memainkan tuts piano. Perlu diketahui Mozart adalah ahli musik klasik yang sudah terkenal saat itu dan menjadi kiblat Beethoven dalam menggubah musik klasik. Ketika ia berusia 11 tahun, Beethoven harus putus sekolah dan ia bekerja sebagai organis istanah untuk membantu keuangan keluarga. Masa kecil Beethoven sangat tidak bahagia. Ia tidak memiliki teman karena memang tidak diizinkan bermain, ia hanya diizinkan belajar musik dan musik. Jika sepi melanda, Beethoven bermain piano sembari menghibur diri “Tak apalah musik adalah temanku.” Begitulah hari-harinya. Minat Beethoven pada musik tak pernah padam. Ketika ia berusia 22 tahun, ia berkelana ke Vienna Austria untuk lebih memperdalam musik. Vienna adalh kota musik yang terkenal di dunia. Banyak ahli musik yang dilahirkan dari kota ini. Selain itu Vienna terkenal dengan pertunjukan drama, operet, gedung konser dan segalanya yang berhubungan dengan musik dan pertunjukan. Pada 1787, Beethoven pergi ke Wina atas perintah Pangeran. Di sana ia bertemu dengan Mozart dan memainkan piano di depannya. Mozart sangat kagum dengan Beethoven dan dia mengatakan bahwa Beethoven bisa menjadi musikus besar pada masa depan nanti. Kunjungan Beethoven hanya sementara karena uangnya habis, dia juga dipanggil pulang ke Bonn karena ibunya sakit parah akibat TBC, yang kemudian merenggut nyawanya pada 17 Juli 1787. Beethoven terbeban mengurusi kedua adiknya yang masih kecil. Karena ayahnya pemabuk dan menghamburhamburkan uang untuk alkohol, Beethoven meminta agar gaji ayahnya diberikan kepadanya. Beethoven mendapat penghasilan tetap dengan memberi les piano kepada keluarga bangsawan. Banyak wanita bangsawan yang sering dicintainya namun umumnya cintanya bertepuk sebelah tangan. Ia menjalani sisa hidupnya di Wina dan tak pernah menikah. Saat itu Beethoven pun juga mengadakan pertunjukan di Vienna dan tak disangka banyak orang yang mengaguminya. Karir Beethoven semakin bersinar di Vienna, sampai suatu kejadian



memukulnya dengan keras yaitu tiba-tiba Beethoven kehilangan pendengarannya. Ya, dia menjadi tuli secara tiba-tiba. Mengalami hal ini ingin rasanya Beethoven mengakhiri hidupnya, bagaimana mungkin ia bisa memainkan lagu jika ia tak bisa mendengar. Sejak kecil ia sengsara, mengapa pula saat kesuksesan digenggaman, takdir kehidupan menghajarnya lagi, tak cukupkah masa kecilnya terampas. Begitulah Beethoven menyesali keadaannya. “Inilah musik alam! Boleh saja pendengaranku hilang, tetapi aku masih dapat “mendengar” vitalitas dan melodi alam! Tak ada yang dapat mengalahkan musik alam. Tetapi berapa banyakkah orang yang dapat mendengar suara-suara yang demikian sorgawi ini? Akan kuubah menjadi musik dan kuhapuskan kesengsaraan dalam kehidupan! Ya.. nasib akan kulawan engkau ...takkan pernah aku tunduk kepadamu.” Begitulah Beethoven. Sejak saat itu ia mulai bangkit dari keterpurukannya. Beethoven menguasai dirinya, hari-hari berikutnya ia gubah banyak karya terkenal di dunia. Daya yang tak terkekang, kobaran suka cita dan emosi kehidupan yang terekspresikan dalam musiknya itulah yang memimpin gerakan romantis dalam musik klasik. Ia juga menjadi dikenal sebagai musik klasik. Karirnya semakin menanjak walau pendengarannya berangsur-angsur hilang. Pada usia empat puluhan Beethoven menjadi seratus persen pekak. Akibatnya, dia tak pernah lagi tampil di muka umum dan semakin menjauhi masyarakat. Hasil karyanya semakin sedikit dan semakin sulit di fahami. Sejak itu dia mencipta terutama buat dirinya sendiri dan beberapa pendengar yang punya ideal masa depan. Dia pernah bilang kepada seorang kritikus musik, "Ciptaanku ini bukanlah untukmu tetapi untuk masa sesudahmu." Ini merupakan ironi yang kejam dari sebuah nasib bahwa seorang komponis paling berbakat sepanjang jaman harus tertimpa musibah ketulian semacam itu. Kalau saja Beethoven dengan kekuatan tekad non-manusiawi -- dalam ketuliannya itu-- terus tetap menjaga mutu komposisi musiknya, ini akan merupakan hal yang memukau dan brilian.



Di usia senjanya, Beethoven yang sudah sama sekali tuli harus menghadapi lagi kemunduran yang meremukkan hatinya. Ketika ia berusia 53 tahun, Beethoven sedang memimpin orkestra dalam



suatu latihan. Karena tak dapat mendengar nyanyian di panggung, orkestra yang dipimpinnya tak dapat mengimbangi nyanyian sang penyanyi. Akibatnya ia diberhentikan dari memimpin orkestra. Ia sangat terpukul dan malu serat amarah. Ia langsung bergegas pulang. Di ruamh ia tumpahkan kemarahannya sambil berteriak-teriak. “ Apakah habis sudah bagiku? Apakah itu menandai akhir karir musikku? Tidak.... aku tidak boleh takluk pada nasib!” Beethoven berlatih lebih keras lagi dari yang sebelumnya. Untuk mendengar musik, ia gunakan sebuah tongkat kayu.Satu ujungnya diletakkan di dalam piano dan ujung lainnya ia gigit. Ia gunakan getaran kayu tersebut untuk membantunya membaca nada-nada musiknya. Prosesnya sangat sulit. Hari-harinya ia gunakan untuk melatih kepekaannya terhadap kayu tersebut. Benarbenar tak bisa dibayangkan tingkat kesulitannya. Hanya orang keras kepala seperti Beethoven saja yang bisa melakukannya. Dua tahun kemudian Beethoven mengadakan pagelaran karyanya, Symphony No 9. Itulah namanya. Pagelaran ini diadakan di teater Karintian Gate. Beethoven memimpin orkestra dengan sempurna, lebih sempurna dibandingkan sebelum ia tuli total. Wow... banyak penonton yang amazing dengan apa yang dilakukan Beethoven. Mereka semua mengira itu adalah akhir karir Bethoven, namun ternyata tidak, itu justru peningkatan tertinggi Beethoven. Setelah konser selesai, sambutan gegap gempita memenuhi gedung konser itu. Semua terkesima akan apa yang terjadi pada Beethoven. Bukan saja kesempurnaannya dalam memimpin orkestra namun juga kekurangan yang ada pada dirinya berhasil ia kalahkan, itulah yang lebih membuat penonton kagum pada sosok Beethoven. Beethoven meninggal dunia pada 26 Maret 1827 di Wina Austria. Pemakamannya dihadiri oleh 20 ribu hingga 30 ribu orang, jumlah yang sangat besar dalam menghadiri pemakaman diwaktu itu. Karya Beethoven selalu dikenang sepanjang masa, bukanhanya karyanya yang memang luar biasa namun juga karena ia berhasil menang mengatasi keterbatasan fisiknya dan kesengsaraan hidupnya di waktu lampau.