Booklet UKS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



DAFTAR ISI COVER..................................................i DAFTAR ISI..........................................ii BAB 1 PRINSIP DASAR P3K 1.1 Pengertian P3K...............................1 1.2 Tujuan P3K......................................1 1.3 Pedoman Pelaku P3K......................1 1.4 Peralatan P3K.................................2 1.5 Pelaksana P3K................................3 BAB 2 KEADAAN KHUSUS 2.1 Pingsan...........................................8 2.2 Luka..............................................10 2.3 Perdarahan...................................18 2.4 Patah Tulang/Fraktur.....................20 DAFTAR PUSTAKA.......................36



ii



BAB 1 PRINSIP DASAR P3K 1.1Pengertian P3K P3K adalah memberikan pertolongan pertama kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan dengan cepat dan tepat yang memerlukan penanganan medis dasar sebelum korban dibawa ke tempat rujukan (dokter/Puskesmas/RS) 1.2Tujuan P3K adalah a. Menyelamatkan jiwa penderita b. Mencegah cedera/cacat bertambah parah c. Memberikan rasa nyaman dan menunjang upaya penyembuhan 1.3 Pedoman yang harus dipegang oleh pelaku P3K adalah: (PATUT) P= Penolong mengamankan diri sendiri lebih dahulu sebelum bertindak A= Amankan korban dari gangguan di tempat kejadian sehingga bebas dari bahaya T= Tandai tempat kejadian sehingga orang lain tahu bahwa di tempat tersebut ada kecelakaan U= Usahakan menghubungi ambulans, dokter, rumah sakit atau yang berwajib (polisi/keamanan setempat) T= Tindakan pertolongan terhadap korban dalam urutan yang paling tepat 1



Seorang penolong pertama memiliki kewajiban sebagai berikut : a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita, dan orang di sekitarnya b. Menjangkau penderita c. Mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa d. Meminta bantuan/rujukan e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat sesuai keadaan penderita f. Membantu penolong yang lain g. Menjaga kerahasiaan medis penderita h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat i. Mempersiapkan penderita untuk di transportasi / dirujuk ke fasilitas kesehatan 1.4 Peralatan P3K terdiri dari: a. Bahan yang minimal harus tersedia 1) Bahan untuk membersihkan tangan misalnya : sabun, alkohol 70% 2) Obat untuk mencuci luka misalnya : air bersih, povidone iodine (betadine), PZ. 3) Obat untuk mengurangi rasa nyeri misalnya : parasetamol 4) Bahan untuk menyadarkan misalnya : minyak angin, minyak kayu putih b. Alat minimal yang disediakan : 1) Pembalut gulung 2) Pembalut segitiga / bidai 3) Kapas 4) Pembalut perekat / plester 2



5) Kasa steril 6) Gunting 7) Pinset 1.5 Pelaksanaan P3K 1) Penilaian korban Terdiri dari: a. Penilaian keadaan Pada saat sampai di lokasi kejadian, hal yang pertama kali harus dilakukan adalah menilai keadaan sekitar. Apakah aman atau tidak bagi dirinya. Jika ragu, lebih baik minta bantuan pada orang dewasa. Secara umum, tugas seorang penolong saat tiba di lokasi adalah: a) Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-oramg di sekitarnya b) Penolong harus memperkenalkan diri bila memungkinkan c) Menentukan mekanisme kejadian cidera (bila memungkinkan) d) Mengenali dan mengatasi gangguan cidera yang mengancam nyawa e) Stabilkan penderita dan meneruskan pemantauan f) Minta bantuan bila diperlukan 2) Penilaian dini Pada saat menghadapi penderita, penolong harus menentukan kondisi penderita secara umum. Hal-hal yang ditentukan yaitu: a. Kesan umum 3



Digunakan untuk menentukan apakah penderita merupakan kasus trauma atau kasus medis. Perbedaannya adalah sebagai berikut: Kasus trauma : kasus yang disebabkan oleh suatu kecelakaan, memiliki tanda-tanda yang jelas seperti luka, memar, patah tulang, dan sebagainya Kasus medis : kasus yang terjadi tanpa ada riwayat kecelakaan. Contohnya sesak nafas, pingsan. b. Memeriksa kesadaran Ada empat tingkatan kesadaran, yaitu: Awas = Alert Bila korban/penderita masih tampak sadar Suara = Voice Bila korban/penderita membuka mata dengan cara dipanggil dengan suara yang keras Nyeri = Pain Bila korban/penderita membuka mata dengan rangsang nyeri seperti menekan pada pangkal kuku Tidak respon = Unrespon Bila korban/penderita tidak membuka mata/sadar dengan ketiga cara diatas c. Memastikan jalan nafas terbuka dengan baik 4



Jika penderita tidak respon / tidak sadarkan diri dapat digunakan teknik angkat dagu dan tekan dahi. Cara lain yang mungkin dilakukan adalah memposisikan korban/penderita miring ke kanan/kiri. d. Menilai pernafasan Setelah jalan nafas berjalan dengan baik, lakukan penilaian pernafasan dengan cara: Lihat pergerakan dada, dengarkan, dan rasakan hembusan nafas dari hidung penderita dengan pipi pemeriksa/penolong e. Menilai denyut nadi Dilakukan dengan meraba nadi pada pergelangan tangan. Nadi diraba dengan menggunakan telunjuk dan jari tengah serta sedikit ditekan hingga denyut teraba. Kemudian penghitungan dilakukan selama satu menit (60 detik) f. Hubungi bantuan Usahakan segera meminta bantuan, bisa melalui telepon atau minta tolong pada orang dewasa untuk meminta rujukan.



5



3) Pemeriksaan fisik dan pemantauan tanda-tanda vital Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil menunggu bantuan yang lebih profesional datang. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat tanda sebagai berikut: a. Apakah ada perubahan bentuk pada bagian tubuh korban? b. Apakah ada luka terbuka (terlihat jelas) pada tubuh korban? c. Apakah korban merasakan nyeri saat bagian tubuhnya disentuh atau ditekan? d. Apakah ada bengkak pada tubuh korban? Pemantauan tanda-tanda vital dapat dilakukan bila pasien tidak dalam keadaan darurat dan hanya membutuhkan istirahat dan pemantauan. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu: a. Pemeriksaan denyut nadi Nilai normal pada anak: 80-150x/menit, dewasa: 60-100x/menit b. Pemeriksaan pernafasan Dilakukan dengan mengamati pergerakan naik turunnya dada penderita. Jangan sampai penderita tahu bahwa penolong sedang menghitung pernafasan penderita. Satu pernafasan adalah satu kali gerakan naik-turun dada. Penghitungan dilakukan selama 1 menit (60 detik). 6



Nilai normal pada anak: 15-30x/menit, dewasa: 16-20x/menit c. Pemeriksaan suhu tubuh Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan dengan bantuan alat termometer atau dengan pemeriksaan relatif menggunakan perabaan. Perabaan dilakukan dengan menggunakan punggung tangan, diletakkan pada dahi atau leher penderita. Kelembaban kulit juga dinilai, apakah kulit teraba kering, atau justru basah/berkeringat.



7



BAB 2 KEADAAN KHUSUS 2.1 Pingsan 1) Pengertian : Keadaan yang disebabkan karena peredaran darah ke otak berkurang (Utami, 2015). 2) Penyebab : a. Kehilangan darah atau cairan tubuh yang cukup banyak : perdarahan, diare, muntaber (Haykal, 2018) b. Bekerja di tempat yang bersuhu panas c. Berdiri terlalu lama di bawah terik matahari, d. Beraktivitas berat tanpa sarapan e. Kekurangan zat gula dalam darah f. Bekerja terlalu lama di udara panas sehingga kelenjar keringat lemah dan tidak mampu memproduksi keringat lagi sehingga panas yang mengenai tubuh tidak ditahan oleh penguapan keringat (Utami, 2015). 3) Gejala Umum a. Jantung berdebar b. Mual c. Muntah d. Sakit kepala e. Tubuh lemah f. Tubuh hilang keseimbangan g. Kepala pusing berputar h. Penglihatan berkunang-kunang 8



i. Keringat dingin j. Telinga berdesing k. Tidak sadar beberapa menit 4) Penggolongan serta Tindakan Pertolongan Pertama a. Pingsan Biasa 1. Penderita dibaringkan di tempat datar dan teduh 2. Longgarkan pakaian, dasi dan sabuk kemudian lepas sepatu 3. Posisikan kepala lebih rendah dari tubuh, kedua kaki ditinggikan, hal ini dimaksudkan agar sirkulasi darah ke otak berjalan lancar. 4. Kompres dahi/kepala dengan air dingin bisa menggunakan tisu basah 5. Rangsang hidung dengan bau-bauan misalnya: minyak kayu putih b. Pingsan karena Panas/Sengatan Terik Matahari 1. Penderita dibaringkan di tempat datar dan teduh 2. Lepas topi, longgarkan pakaian, dasi dan sabuk kemudian lepas sepatu 3. Kompres dahi/kepala dengan air dingin bisa menggunakan tisu basah 4. Jika penderita sadar beri minum segera c. Pingsan karena Kehilangan Cairan Tubuh 1. Penderita dibaringkan di tempat datar dan teduh 2. Lepas topi, longgarkan pakaian, dasi dan sabuk kemudian lepas sepatu 9



3. Letakkan kepala setinggi atau lebih tinggi dari pada dada sedikit 4. Kedua tungkai lurus diangkat 20 derajat 5. Jika penderita sadar beri minum segera 6. Bila muntaber/diare berikan oralit (larutan gula garam) 2.2 Luka 1) Pengertian Luka adalah jaringan atau sel yang mengalami kerusakan sehingga sel/ jaringan tersebut mati atau hidup tetapi bentuknya berubah atau terjadi gangguan atau penurunan fungsi. 2) Langkah-langkah penanganan luka : a. S : Singkirkan penyebab luka dan bawa korban ke tempat yang nyaman Ada beberapa luka yang disebabkan oleh benda yang mengakibatkan luka, seperti terkena pisau, duri, panas knalpot kendaraan bermotor atau air panas, atau terjatuh di jalan beraspal. Apapun penyebabnya, segera singkirkan tersebut sehingga tidak menimbulkan luka berikutnya, dan bawa anak ke tempat yang aman untuk melakukan pertolongan pertama. b. K : Kenali sebab dan jenis luka, jenis luka adalah sebagai berikut:



10



a) Luka terbuka, contoh: luka lecet, luka bakar, luka dengan keluar darah banyak, patah tulang terbuka. b) Luka tertutup, contoh: benjol, memar, keseleo, cerai/lepas sendi, patah tulang tertutup, gangguan kesadaran. c. L : Lakukan pertolongan pertama d. Pertolongan pertama ini diperlukan antara lain untuk mencegah efek lanjut yang tidak diinginkan dan mempertahankan kondisi jika ternyata perlu dilakukan rujukan menuju pusat pengobatan. a)Penangan pertama pada luka terbuka Prinsip : (1) Penolong harus bersih (cuci tangan & menggunakan sarung tangan/ pelindung yang lain). Setelah cuci tangan dengan benar, akan lebih baik jika menggunakan sarung tangan (jika ada).



Gambar 1 Tangan yang memakai sarung tangan



(2) Membersihkan luka (3) Memberikan antiseptik Bahan yang diperlukan membersihkan luka:



untuk 11



(1) Cairan NaCl 0,9% atau air mineral kemasan yang baru, jika keduanya tidak memungkinkan, gunakan air bersih yang mengalir (2) Kassa steril/plester luka Langkah-langkah: (1) Penolong cuci tangan & menggunakan sarung tangan (pelindung yang lain) (2) Membersihkan luka dengan cara: (a) Bersihkan kotoran dengan: Kasa yang sudah dibasahi dengan cairan NaCl 0,9% atau air mineral kemasan baru atau jika tidak memnugkinkan gunakan air bersih dengan suhu kamar (jika dapat air mengalir) (b) Jika keluar darah sedikit, biarkan sebentar, jangan langsung dihentikan. Setelah itu baru tekan dengan kassa steril. (c) Balut luka dengan plester khusus luka (hansaplast dan sejenisnya) (d) Ganti plester 2 kali sehari atau setiap selesai mandi b)Penanganan pada luka bakar: (1)Penolong cuci tangan & menggunakan sarung tangan (pelindung yang lain) (2)Menghambat panas dengan cara luka diberi air bersih suhu kamar terusmenerus (air mengalir). (3)Untuk luka bakar yang luas, selama perjalanan menuju pusat pengobatan, 12



tetap diberikan air bersih suhu kamar agar luka tidak makin meluas.



Gambar 3 Air bersih suhu kamar dialirkan di kulit yang terkena panas.



c) Penangan pertama pada luka tertutup Prinsip RICE : (1)Rest (istirahat/ area luka tidak boleh digerakkan) Ketika luka, korban jangan dibiarkan beraktivitas fisik dulu. Hal tersebut agar luka tidak bertambah luas dan bertambah parah. Misal kerusakan otot atau keseleo dapat semakin parah jika dipakai untuk beraktivitas. Selain itu, jika kembali beraktivitas, maka aliran darah akan lebih cepat sehingga enzim tertentu tubuh akan semakin aktif dan kerusakan sel makin luas. Pemijatan juga tidak boleh dilakukan pada masa akut, karena akan meningkatkan aliran darah sehingga kerusakan makin meluas. 13



(2)Ice (kompres es/ kompres dingin) Kompres dingin dapat dilakukan dengan cara menggunakan ice pack atau es batu yang dimasukkan ke dalam washlap atau masukkan ke dalam plastik kemudian dibungkus handuk tipis lalu ditempelkan ke daerah yang luka. (tidak boleh kontak langsung es dengan kulit). Kompres dingin bermanfaat agar enzim yang menyebabkan reaksi kerusakan menjadi kurang aktif. Apabila dikompres hangat atau panas, maka enzim tersebut akan menjadi aktif dan kerusakan semakin luas. (3)Compress (bebat) Bebat bermanfaat agar bengak yang timbul ketika luka tidak makin melebar. Ketika memasang bebat ini, perlu diperhatikan agar tidak terlalu ketat. Jika terlalu ketat maka aliran darah akan terganggu. Salah satu tanda jika pemasangan bebat cukup adalah ujung luka masih tetap berwarna kemerahan karena ada darah, teraba denyut nadi. Jika terlalu ketat, akan pucat, membiru, dan ini sangat bahaya. Bebat juga dapat dikombinasikan bersama kompres dingin, dengan menyisipkan es batu dalam washlap dalam bebat. 14



Gambar 4 Tanda bebat tidak terlalu ketat jika ujung luka yang dibebat ditekan dengan jari kita memucat dan jika tekanan dilepas, dengan cepat warna kembali memerah. Pemasangan bebat dengan elastic bandage (jika tidak ada bisa menggunakan kain panjang yang bersih).



Gambar 5 Kombinasi kompres dingin dengan pemasangan bebat.



(4)Elevation (area luka diposisikan lebih tinggi) Luka diposisikan lebih tinggi agar dengan bantuan gravitasi, aliran darah lebih cepat kembali ke jantung dan dari jantung akan dibawa ke liver (hati). Dengan membawanya ke liver maka bahan tersebut dapat ‘dinetralkan’ dengan memetabolisme kembali. Prinsip 3T : (1)TIDAK BOLEH dikompres hangat/ panas (selama masa akut) 15



(2)TIDAK BOLEH digerakkan (selama masa akut) (3)TIDAK BOLEH dipijat (selama masa akut) Masa akut ditandai dengan luka yang bengkak, warna kemerahan, diraba hangat, dan nyeri. Masa akut ini bervariasi antara 3-7 hari, ada beberapa jenis trauma yang butuh waktu lebih lama. d)Penanganan luka Benjol, Memar, Keseleo, Cerai/ Lepas Sendi : (1)Penolong cuci tangan & menggunakan sarung tangan (pelindung yang lain) (2)Istirahatkan & bersihkan kotoran yang menempel dengan bantuan cairan NaCl 0,9% atau air mineral kemasan yang baru. (3)Kompres dingin (4)Bebat (5)Area luka diposisikan lebih tinggi (6)Area yang dicurigai patah jangan digerakkan (jika memungkinkan pasang BIDAI minimal dengan panjang 2 sendi di antara tulang patah) (7)Segera bawa ke pusat pengobatan terdekat misalnya untuk kasus cerai/lepas sendi 2.3 Perdarahan 1. Pengertian Perdarahan 16



Suatu keadaan keluarnya darah dari pembuluh darah yang rusak 2. Penyebab Perdarahan Putusnya atau perlukaan pada pembuluh darah 3. Jenis perdarahan 1) Perdarahan luar: darah keluar dari rongga tubuh akibat rusaknya pembuluh darah. Perdarahan luar juga dibedakan menjadi:



a. Perdarahan arteri/ nadi: warnanya lebih terang dan aliran darahnya memancar. Perdarahan nadi/ arteri merupakan prioritas pertolongan. b. Perdarahan vena: berwarna agak gelap dan darah mengalir secara lambat atau spontan



17



c. Perdarahan kapiler: darah yang keluar akan merembes, warnanya bervariasi antara merah terang dan merah gelap. 2) Perdarahan dalam: perdarahan yang mengalir di dalam rongga tubuh. 4. Gejala perdarahan 1) Kulit lembab, pucat, dan dingin. 2) Denyut jantung cepat. 3) Tekanan darah rendah. 4) Pusing. 5) Cedera pada bagian luar tubuh 6) Ada memar disertai nyeri 7) Tidak sadar 8) Kematian dalam hitungan detik sampai menit (pada kasus berat). 5. Pertolongan perdarahan 1) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar korban (khususnya yang membahayakan) 2) Tinggikan bagian anggota badan yang berdarah untuk mengurangi derasnya aliran darah 3) Letakkan kain tebal yang bersih atau steril seperti sapu tangan, potongan handuk atau lembaran kain langsung pada area yang terluka. Kemudian tekan perlahan dengan telapak tangan. Apabila tidak ada kain, gunakan tangan atau jari untuk menekan. Sebaiknya menggunakan sarung tangan. Jangan melepaskan kain yang digunakan untuk menekan luka sampai perdarahan berkurang atau berhenti. 18



4) Apabila perdarahan terhenti atau berkurang, gunakan perban untuk diikatkan pada kain penutup luka. Tali perban jangan terlalu kencang untuk menghindari terhentinya aliran darah. 5) Segera bawa korban ke dokter, puskesmas atau rumah sakit. 2.4 Patah Tulang/ Fraktur 1. Pengertian Patah Tulang Suatu kondisi yang terjadi dimana adanya penekanan yang cukup besar terhadap tulang yang menyebabkan tulang menjadi retak atau patah. 2. Macam Patah Tulang 1) Patah tulang tertutup: tulang yang patah tidak sampai keluar melewati kulit 2) Patah tulang terbuka: sebagian atau keseluruhan tulang yang patah terlihat menembus kulit. 3. Penyebab Patah Tulang 1) Cedera olahraga, kecelakaan kendaraan dan jatuh 2) Osteoporosis dan beberapa jenis kanker 4. Tanda-tanda patah tulang 1) Sakit pada tulang yang patah jika digerakkan/ tidak dapat digerakkan 2) Bengkak, kebiru-biruan 3) Korban merasa atau mendengar bunyi patahan tulang 4) Gerakan pada tubuh yang terluka tidak norrmal atau tidak seperti biasanya 19



5) Ada rasa sensasi tidak enak pada ujung tulang tubuh yang terluka 6) Terlihat ada perubahan bentuk, ukuran atau panjang tulang yang berbeda dengan pasangan tubuh lainnya 5. Penanganan Patah Tulang 1) Korban ditidurkan 2) Buka jalan napas, lakukan napas buatan jika diperlukan 3) Hentikan perdarahan apabila terjadi patah tulang terbuka. Gunting pakaian korban sebelum melakukan pertolongan 4) Jangan mencoba untuk mengembalikan tulang yang terlihat keluar 5) Jangan membersihkan luka atau menyisipkan sesuatu pada tulang yang luka meskipun tujuannya untuk menolong 6) Untuk fraktur tungkai, memberikan dukungan dan kenyamanan seperti bantal di bawah kaki bagian bawah atau lengan bawah. Namun, tidak menyebabkan rasa sakit lebih lanjut atau gerakan yang tidak perlu dari patah tulang 7) Tutup luka secara perlahan dengan kasa steril atau perban untuk menghentikan perdarahan 8) Tutup luka secara keseluruhan, termasuk tulang yang menonjol keluar 9) Jangan memberi minuman atau makanan pada korban. 10) Jaga kepala tetap lurus dengan badan 20



11) Hubungi ambulan atau rumas sakit terdekat. 6. Pembalutan Tindakan untuk menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki. 1) Tujuan Pembalutan (1)Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser pada tempatnya (2)Mencegah terjadinya pembengkakan (3)Menyokong bagian tubuh yang cedera (4)Mencegah terjadinya kontaminasi/ infeksi 2) Macam-macam Pembalut (1)Pembalut kasa gulung



(2)Pembalut elastis/ elastic verband



21



(3)Pembalut cepat/ quick verband



(4)Pembalut segi tiga (mitella)



3) Kegunaan Pembalut 1. Mencegah kontaminasi/ infeksi 2. Menghentikan perdarahan (balut/ tekan) 3. Melekatkan sesuatu seperti obat dan bidai 4) Balut Mitela Mitela adalah pembalut berbentuk segitiga dengan ciri: (1)Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukurang. Panjang kaki antara 50100 cm 22



(2)Dapat digunakan untuk menggantung atau menyangga bagian anggota tubuh yang cidera 5) Teknik Melipat Pembalut Segi Tiga



6) Macam-macam Pembalutan (1)Pembalutan segitiga pada kepala atau kening Cara membalut luka pada kepala a. Letakkan kain segitiga pada kepala, sehingga ujung kain segitiga sampai dibagian hidung b. Lipat alas sehingga sisi alas terletak rapat di belakang kepala dan lipatan terletak di bagian luar c. Kedua tangan memegang alas dan rapat ke belakang melewati tepi atas telinga sampai ke depan, kemudia disimpul di bagian dahi. Sebelum disimpul, ujung kain 23



segitiga dan sisi kiri kanan ditarik agar balutan rata.



(2)Pembalutan lengan Cara menggantung lengan yang cedera: a. Letakkan mitela pada dada b. Salah satu ujung yang panjang letakkan pada bahu yang berlawanan dengan tangan yang cidera c. Tarik ujung yang lain, hingga menggantungkan tangan yang cidera d. Simpul di belakang leher



24



(3)Pembalutan dada Cara membalut: a. Letakkan mitela pada dada,ujung mitela yang pendek berada di bahu,ujung yang lain menutupi bahu b. Ikatkan ketiga ujung di punggung



(4)Pembalutan telapak tangan dan kaki Membalut tangan: a. Sisi panjang kain segitiga dilipat supaya tepat dipergelangan tangan b. Kembangkan kain segitiga 25



c. Letakkan telapak tangan diatas kain segitiga dengan jari – jari menunjuk ke puncak kain segitiga. Pergelangan tangan hendaknya diatas sisi panjang. d. Lipat kain segitiga pada ujung jari tengah. Puncak kain segitiga harus melampaui sisi panjang e. Silangkan ujung kedua pembalut di punggung pergelangan tangan, simpulkan kedua ujung dipunggung pergelangan tangan sesudah dililitkan f. Lipatkan dan disematkan puncak penutup silang. Membalut kaki a. Letakkan telapak kaki ditengah kain segitiga dengan jari menunjuk kepuncak b. Ujung jari tumit kira –kira 10 cm dari sisi panjang c. Lipatkan puncak keatas punggung kaki d. Silangkan kedua ujung diatas punggung kaki serta mengimpit puncak e. Lilitkan kedua ujung tadi di pergelangan kaki ada disimpulkan didepan f. Lipat puncak untuk menutupi simpul dan di sematkan dengan peniti



26



7) Prosedur Pembalutan (1)Perhatikan tempat yang akan dibalut a. Bagian tubuh mana b. Adakah luka terbuka c. Bagaimana luas luka d. Perlu pembatasan gerak pada bagian tubuh tertentu? (2)Pilih jenis pembalut yang sesuai (3)Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan a. Dapat membatasi gerak tubuh yang cidera b. Seminimal mungkin membatasi gerak tubuh yang lain c. Posisi balutan diusahakan yang paling nyaman d. Tidak mengganggu peredaran darah e. Tidak mudah kendor atau lepas ataupun terlalu kencang f. Bila ada simpul balutan, usahakan sedater mungkin/ jangan diatas luka 27



g. Bila timbul rasa kebal, kesemutan, dan dingin disekitar balutan segera lepas dan kendorkan/ perbaiki balutan (4)Luka terlebih dahulu dibersihkan (5)Balutan harus bersih dan mencakup seluruh permukaan luka 7. Pembidaian Berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian tulang yang patah dengan menggunakan suatu alat. 1) Tujuan Pembidaian (1)Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah. (2)Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah. (3)Memberi istirahat pada anggota badan yang patah. (4)Mengurangi rasa nyeri. (5)Mempercepat penyembuhan 2) Macam-macam Alat Bidai (1)Anggota badan sendiri (2)Papan, bamboo, dahan, dll (bahan yang digunakan berbentuk datar, halus, dan keras supaya dapat memfiksasi bagian yang patah) (3)Karton, majalah, kain (4)Air splint



28



(5)Vacum matras



(6)Traksi, neck collar, spalk



3) Prinsip Pemasangan Bidai (1)Bahan untuk bidai tidak mudah patah dan tidak lentur (2)Panjang bidai minimal mencakup 2 sendi (3)Bidai tidak dipasang diatas luka/ faktur 29



4) Tehnik Pembidaian dalam Berbagai Lokasi Cedera (1)Fraktur humerus (patah tulang lengan atas) Pertolongan : a. Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap ke dalam. b. Pasang bidai dari siku sampai ke atas bahu. c. Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah. d. Lengan bawah digendong. e. Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang spalk ke lengan bawah dan biarkan tangan tergantung tidak usah digendong. f. Bawa korban ke rumah sakit.



Gambar Pemasangan bidai pada fraktur humerus, atas: hanya fraktur humerus, siku



30



bisa dilipat, bawah: siku tidak bisa dilipat, juga fraktur antebrachii



(2)Fraktur Antebrachii (patah tulang lengan bawah). Pertolongan: a. Letakkan tangan pada dada b. Pasang bidai dari siku sampai punggung tangan. c. Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah. d. Lengan digendong. e. Bawa korban ke rumah sakit.



Gambar Pemasangan bidai pada fraktur antebrachii



(3)Fraktur clavicula (patah tulang selangka). Tanda-tanda patah tulang selangka: a. Korban tidak dapat mengangkat tangan sampai ke atas bahu. b. Nyeri tekan daerah yang patah. Pertolongan: 31



a. Dipasang ransel verban. b. Bagian yang patah diberi alas lebih dahulu. c. Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan melalui punggung ke ketiak kanan. d. Dari ketiak kanan ke depan dan atas pundak kanan, dari pundak kanan disilangkan ke ketiak kiri, lalu ke pundak kanan, akhirnya diberi peniti/ diikat. e. Bawa korban ke rumah sakit.



(4)Fraktur Femur (patah tulang paha). Pertolongan:



Gambar Pemasangan bidai pada fraktur femur



a. Pasang 2 bidai dari: 32



1) Ketiak sampai sedikit melewati mata kaki. 2) Lipat paha sampai sedikit melewati mata kaki. 3) Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah. 4) Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan pembalut untuk mengurangi pergerakan. 5) Bawa korban ke rumah sakit. (5)Fraktur Cruris (patah tulang tungkai bawah). Pertolongan : a. Pasang 2 bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai kaki yang patah. b. Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas c. Bidai dipasang di antara mata kaki sampai beberapa cm di atas lutut. d. Bawa korban ke rumah sakit.



33



DAFTAR PUSTAKA Badan Diklat Dewan Pengurus Wilayah PPNI Jawa Timur. 2018. Modul Pelatihan: BTCLS (Basic Trauma Cardiac Live Support) Dokter Sehat. 2018. Perdarahan – Penyebab, Gejala, Penanganan (Online), https://doktersehat.com/perdarahan/ diakses tanggal 4 April 2019. Harnowo, P A. 2013. Pertolongan Pertama dan Penanganan Darurat. Jakarta: detikHealth Haykal, Teuku Bob. 2018. Sinkop. Medan: Departemen Kardiologi Dan Kedokteran VaskularFakultas Kedokteran Universitas Sumatera UtaraRumah Sakit Haji Adam Malik Prama, Dea. 2012. Pembalutan, Patah Tulang dan Pembidaian. Jakarta: Balai Pustaka Palang Merah Indonesia (PMI). 2008. Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Tingkat Wira. Jakarta: Palang Merah Indonesia Utami, Nur Sita. 2015. Shock, Lena dan Pingsan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Widyawati, Nuring. 2018. Jenis Perdarahan dan Ciricirinya (Online), https://www.scribd.com/doc/208483960/1136712 53-Jenis-Perdarahan-Dan-Ciri diakses tanggal 4 April 2019.



34



CATATAN ................................................................ ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... .................................................... ................................................................ ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... .................................................... ................................................................ ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... .................................................... ................................................................ ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... .................................................... ................................................................ ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... .......................................................................



35



....................................................................... .................................................... ................................................................ ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... ....................................................................... .................................. ................................................................ ... ....................................................................... ......



36