Cerpen: Syukur [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ashma
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Syukur oleh : Ashma Putri



Suara kentungan memecah sunyi. Hawa dingin menusuk kulit mereka. Sekelompok warga yang membangunkan warga. Tak hanya itu, terkadang suara dari masjid juga ikut memecah sunyi. “Sahur.. sahur...” Perkampungan yang diapit oleh gedung-gedung megah di perkotaan, terhalang oleh tingginya gedung-gedung itu membuat sedikit yang tahu keberadaan perkampungan itu. Perkampungan yang bertahan di kota besar, hidup hanya untuk sesuap nasi. Ramadhan kali ini tak ada yang berbeda di perkampungan itu. Hanya saja mereka terbangun lebih pagi, bahkan kadang terlihat sama saja karena mereka tak punya makanan untuk sahur. Kecuali keluarga yang tinggal di pojok perkampungan itu. “Ayo bangun, Nak! Jangan lewatkan waktu sahur kita. Hari ini sudah memasuki bulan Ramadhan di hari pertama,” Ibu membangunkan dengan suara tegas. “Iyaa bu, Lisa bangun ini,” sambil mengucek-ucek matanya. Adek-adeknya pun juga ikut bangun. Rumah kecil itu dihuni oleh seorang ibu dengan tiga orang anaknya. Bapaknya telah lama pergi meninggalkan mereka hampir lima tahun lamanya. Lisa adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Seorang gadis yang gigih membantu ibunya untuk mencari nafkah. Mereka terbangun untuk sahur dengan segelas air putih dan satu bungkus roti lalu dibagikan sama rata. Bagi mereka, sesuap roti itu sungguh nikmat walau hanya sekedar mengganjal perut saat puasa nanti. Walau begitu, mereka bersyukur diberi kesempatan untuk sahur. Tak lama kemudian, terdengar suara ‘imsak.. imsak..’ menandakan bahwa waktu sahur akan segera habis. Mereka lalu menyegerakan waktu sahurnya lalu bersiap untuk sholat subuh di masjid. Hanya di seberang jalan raya itu masjid yang terdekat.



Fajar mulai meninggi, menampakkan warna hangatnya. Menandakan bahwa waktunya untuk keluar dan beraktivitas seperti biasa. Suara keramaian sudah terdengar, padahal perkampungan itu agak jauh dari jalan raya. Semua orang sudah bersiap untuk mencari rezeki sesuai kemampuan mereka. Tak terkecuali Lisa dan Ibunya. Walaupun mereka berada di bawah garis kemiskinan, mereka bertekad untuk tidak mengemis maupun meminta-minta. Mereka menghidupi kebutuhan keluarganya dengan berjualan apa yang ada. Ibunya menjadi buruh cuci di rumah warga lain. Lisa bekerja dengan menjual dagangan yang ia ambil di salah satu warung dekat perkampungannya. Pada pagi hari, ia menjual pernakpernik khas kota di suatu wisata perkotaan, Taman Nasional. Setelah itu ia menjualkan takjil di sore hari. Lisa sebenarnya senang belajar, tapi ia rela untuk putus sekolah demi adekadeknya. Selain seorang yang gigih membantu untuk menafkahi keluarga, ia juga suka untuk mempelajari Alquran. Lisa sangat senang dengan kedatangan bulan penuh berkah ini. Karena nantinya Lisa dapat menjual habis dagangannya dan lebih lama untuk mempelajari Alquran sembari menunggu dagangannya. Hingga pada suatu hari, saat setelah ia menjual habis takjil dagangannya ia pulang dengan satu takjil yang ia sisakan untuknya sekeluarga. Suasana riuh-sesak waktu itu, seakan-akan berlomba untuk mencari menu berbuka nantinya. Karena waktu sudah menunjukkan bahwa saatnya untuk berbuka, Lisa langsung menuju ke masjid di seberang jalan ia menjual dagangan. Sudah semenjak awal Ramadhan hingga pertengahan Ramadhan, Lisa begitu senang karena dirinya masih bertahan hingga sekarang. Ia pun bergegas untuk menuju ke masjid. Tiba-tiba saat ia menyeberang jalan, ada motor yang melaju dengan ugal-ugalan. “Dek, awas!” Suara teriakan yang menggegerkan di waktu senja. Hampir! Dengan sigap lakilaki itu menarik Lisa. Hampir saja Lisa tertabrak motor yang melaju kencang saat menyeberang jalan. Jika sedikit saja Lisa tak menjauh, entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka pun terbaring di trotoar, untung hanya luka lecet di bagian tangan.



“Kamu gakpapa dek?” suaranya berat, mengarah pada Lisa. “Alhamdulillah tidak papa. Hanya lecet dikit kok! Terimakasih banyak Pak sudah menolong,” jawab Lisa sambil meringis kesakitan menahan sakit. Mereka pun bergegas untuk berdiri lagi. Entah mengapa, pandangan laki-laki itu tertuju pada Alquran milik Lisa yang lusuh dan membuat hatinya tergetarkan. Saat Lisa ingin pamit melanjutkan perjalanan ke masjid, ia dicegah dulu oleh laki-laki tersebut. Laki-laki itu pun menuju mobil dan kembali dengan membawa Alquran yang masih terbungkus plastik serta membawa barang yang lain. Benar saja, lakilaki itu seorang penjual buku. Dari kejauhan, nampak raut wajah Lisa yang nampak kebingungan. “Dek, ini saya punya hadiah untuk pengganti Alquran adek. Sebagai pengingat saya juga untuk jangan melupakan Alquran disaat keadaan seburuk apapun itu,” laki-laki itu menyodorkan Alquran pada Lisa. “Dan yang ini, makanan untuk berbuka buat adek dan yang di rumah ya. Besok datang ke sini saja ya, nanti saya bawakan makanan untuk berbuka. Jangan sungkan,” tukasnya kembali. “MasyaAllah.. Alhamdulillah, terimakasih banyak Pak. Sudah menolong dan memberikan Saya semua ini. Saya suka Alqurannya! Ibu dan adek-adek pasti juga senang,” jawab Lisa dengan hati yang sangat gembira. Hari ini merupakan keajaiban dari pertolongan-Nya bagi Lisa. Suatu kesabaran dan bentuk syukur yang Allah beri untuk hamba-Nya, Lisa. Luka yang Lisa dapat tadi juga sudah diobati oleh laki-laki tersebut. Setelah mereka selesai menunaikan sholat maghrib, Lisa akhirnya pulang dengan oleh-oleh yang ia dapatkan dari lakilaki tersebut.



Profil Diri Perkenalkan aku Ashma Nur Hanifah Heninda Putri, lahir pada tanggal 25 Desember 1997. Aku adalah anak pertama dari empat bersaudara yang tinggal bersama keluarga di bantul. hobiku menulis dan membaca.