Contoh Makalah Bahasa Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPRIBADIAN DAN SERVICE EXCELLENT “TEORI DINAMIKA INTERPERSONAL ALFRED ADLER” Dosen Pembimbing : Mury Andayani, S. Sos



Disusun oleh : Kelompok 3 1.



Lutfi Afifah



(170103048)



2.



Nur Baety Rumandani



(170103065)



3.



Nurmalita Ayu Savitri



(170103068)



4.



Rakhel Maharani PYB



(170103071)



5.



Imam Fauzan A



(170103038)



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepribadian dan Service Excellent



UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO 2018



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah



“TEORI



DINAMIKA INTERPERSONAL ALFRED ADLER” ini dapat



tersusun hingga selesai. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah yang kami tulis ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi teman-teman mahasiswa keperawatan dan semoga



bisa menjadi bahan referensi untuk



pembelajaran kita bersama. Purwokerto, Oktober 2018



Penyusun



2



DAFTAR ISI



Kata Pengantar ................................................................................................. 2 Daftar Isi .......................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................... 4 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4 C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Singkat Alfred Adler ...................................................................... 6



B. Pandangan Dasar Teori Alfred Adler................................................... 6 C. Teori Dinamika Kepribadian Alfred Adler ........................................... 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... 14 B. Saran .................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alfred Adler merupakan salah satu teoris besar dalam psikologi kepribadian yang telah mengembangkan Konseling Adlerian bersama para pengikutnya berdasarkan teori psikologi individual Adler. Konsep-konsepnya revolusioner dan menampilkan sisi kemanusiaan yang utuh dalam dialektikanya. Adler awalnya merupakan anggota bahkan sebagai ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina yang merupakan organisasi pengembang teori Freud, namun kemudian memisahkan diri karena mengambangkan ide-ide dan konsepnya sendiri. Konsep yang dikembangkan oleh Adler memiliki perbedaan yang substansial dengan teoris Freud. Adler yang berlatar belakang pendidikan dokter kemudian mengembangkan suatu teori yang spesifik yang disebutnya psikologi individual. Teori Adler ini sangat menekankan peranan ego dan kontekstualitas sosial dalam gerak dinamika kehidupan manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan orang lain. Salah satu interaksi tersebut ditunjukkan dengan terbentuknya kelompok-kelompok oleh individu, baik yang bersifat formal maupun nonformal. Dalam hubungannya dengan orang lain, manusia dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor ini saling memberikan pengaruh dan membentuk sebuah dinamika dalam diri individu. Dinamika ini ada yang bersifat internal (dinamika intrapersonal) dan adapula yang bersifat eksternal (dinamika interpresonal) Selain berdinamika dengan diri sendiri, individu juga dalam hubungannya dengan orang lain mengakibatkan munculnya dinamika. Dinamika ini dinamakan dengan dinamika interpersonal. Seperti yang telah kita bahas sebelumnya bahwa dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Sedangkan kata interpersonal merujuk pada arti antar pribadi (melibatkan dua orang atau lebih). Di bawah ini akan lebih di bahas secara jelas dengan rumusan masalah sebagai berikut.



4



1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana biografi singkat Alfred Adler? 2) Bagaimana pandangan dasar teori Alfred Adler? 3) Bagaimana teori dinamika kepribadian Alfred Adler? 1.3 Tujuan Penulisan 1) Mengetahui biografi singkat Alfred Adler. 2) Mengetahui pandangan dasar teori Alfred Adler. 3) Mengetahui teori dinamika kepribadian Alfred Adler.



5



BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Singkat Alfred Adler Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 9 Pebruari 1870, Dia menyelesaikan studinya dalam lapangan kedokteran pada Universitas Wina pada tahun 1895. Mula-mula mengambil spesialisasi daalam opthamologi, dan kemudian dalam lapangan psikiatri. Mula-mula bekerja sama dengan Freud dan menjadi anggota serta akhirnya menjadi presiden “Masyarakat Psikoanalisis Wina”. Namun dia segera mengembangkan pendapatnya sendiri yang menyimpang dari pendapat Freud, yang akhirnya menyebabkan dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden serta dari keanggotaannya dalam “Masyarakat Psikoanalisis Wina” tersebut pada tahun 1911 dan mendirikan aliran baru yang diberi nama “Individual Psychologie”. Sejak tahun 1935 Adler menetap di Amerika Serikat. Di sana dia melanjutkan prakteknya sebagai ahli penyakit syaraf dan juga menjadi guru besar dalam psikologi medis di Long Island College of Medicine. Dia meninggal di Scotlandia pada tahun 1937, ketika sedang dalam perjalanan keliling untuk memberikan ceramah-ceramah. Psikoanalisis pengaruh Adler lekas meluas, walaupun tidak seluas pengaruh Psikoanalisis, terutama karena Adler dan pengikut-pengikutnya mempraktekan teorinya dalam lapangan Pendidikan. Juga di Amerika Serikat pengaruh Individual Psychologie itu cukup luas. Pendapat-pendapat Adler tetap terpelihara dan bertambah luas berkat adanya “The American Society of Individual Psychology” yang mempunyai majalah tersendiri, yaitu: The American Journal of Individual Psychology.



B. Pandangan Dasar Teori Alfred Adler Walaupun Alfred Adler berpengaruh besar terhadap teoritikus-teoritikus selanjutnya seperti Harry Stack Sullivan, Karen Horney, Julian Rotter, Abraham H.Maslow, Carl Rogers, Albert Ellis, Rollo May, dan yang lainnya (Mosak & Maniacci, 1999), namanya kurang dikenal dibandingkan dengan Freud atau Carl Jung. Paling tidak, ada tiga hal yang menyebabkan hal ini. Pertama, Adler tidak mendirikan organisasi yang dijalankan dengan kuat untuk mengbadikan teorinya. Kedua, ia bukan penulis yang berbakat dan sebagian besar bukunya dikumpulkan oleh beberapa editor menggunakan bahan pengajaran Adler yang terbesar disana-sini. Ketiga, banyak dari pandangannya yang tergabung dalam karya



6



teoritikus selanjutnya, seperti Maslow, Rogers, dan Ellis sehingga pandangan tersebut tidak lagi diasosiasikan dengan nama Adler. Walaupun tulisan-tulisanya mengungkapkan pandangan yang mendalam terhadap kedalaman dan kompleksitas kepribadian manusia, Adler menyusun teori yang sederhana dan parsimonius. Menurut Adler, manusia lahir dengan tubuh yang lemah dan inferoriorsuatu kondisi yang mengarah pada perasaan inferior sehingga mengakibatkan ketergantungan pada orang lain. Oleh karena itu, perasaan menyatu dengan orang lain (minat sosial) sudah menjadi sifat manusia dan merupakan standar akhir untuk kesehatan psikologis. Lebih spesifik, prinsip utama dalam teori Adler bisa diuraikan dalam bentuk kerangka (outline). Rincian pokok-pokok teori Adler mencakup enam hal yaitu: 1) Kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas (striving for succes or superiority) 2) Persepsi subjektif (subjective perception) manusia membentuk perilaku dan kepribadiannya. 3) Kepribadian itu menyatu (unifed) dan konsistensi diri (self-consistent) 4) Nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial (social interest) 5) Struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi gaya hidup (style of life) seseorang 6) Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif (creative power). (Jess Feist, teori kepribadian hal 81)



C. Teori Dinamika Kepribadian Alfred Adler 1) Perjuangan menjadi sukses atau superioritas Prinsip pertama dari teori Adler adalah “ The one dynamic force behind people’s behavior is striving for success or superiority “ (kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas). Adler mereduksi semua motivasi menjadi satu dorongan tunggal, berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas. Masa kanak-kanak Adler sendiri ditandai oleh kelemahan fisik dan perasaan kuat untuk bersaing dengan kakak lakilakinya. Psikologi individual mengajarkan bahwa setiap orang memulai hidup dengan kelemahan fisik yang memunculkan perasaan inferior, perasaan yang memotivasi seseorang untuk berjuang demi meraih superioritas atau keberhasilan. Individu yang tidak sehat secara psikologis akan berjuang untuk superioritas pribadi, 7



sedangkan individu yang sehat secara psikologis mencari keberhasilan untuk semua umat manusia. Adler yakin bahwa individu memulai hidup dengan kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan inferior, perasaan yang menggerakkan orang untuk berjuang untuk menjadi superiorita atau untuk menjadi sukses. Individu yang secara psikologis kurang sehat berjuang untuk menjadi pribadi yang superior, dan individu yang secara psikologis sehat termotivasi untuk mensukseskan umat manusia.pada teori finalnya, adler membatasi perjuangan menjadi superiorita sebagai milik neurotik yang berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih superior dibanding orang lain, dan mengenalkan istilah “perjuangan menjadi sukses” untuk orang sehat yang berjuang mencapai kesempurnaan bagi semua orang- perjuangan yang dimotivasi oleh minat sosial yang sudah berkembang. Perjuangan bisa jadi mempunyai motivasi yang berebeda, tetapi semuanya diarahkan menuju tujuan final (final goal) (Alwisol, psikologi kepribadian hal 64) Final goal merupakan fiksi, tidak memiliki eksistensi objektif. Tujuan akhir menjadi penting karena sanggup menyatukan kepribadian dan menjadikan semua perilaku dapat dipahami. Tujuan itu tidak ditentukan oleh genetis ataupun lingkungan, namun sebagai produk dari creative power (daya kretif), yaitu kemampuan manusia untuk secara bebas membentuk perilaku dan menciptakan kepribadian mereka sendiri. Anak anak yang lahir kecil, tidak sempurna, lemah dan merasa inferior dan powerless, dan untuk mengatasi kelemahan tersebut, mereka menyusun tujuan fiksi untuk menjadi besar, sempurna dan kuat. Tujuan akhir seseorang akan mengurangi rasa sakit atas perasaan inferioritas dan menunjukkan arah orang tersebut untuk superior maupun sukses.



2) Perspektif Subjektif (Subjective Perceptions) Prinsip Adler yang kedua adalah “ people’s subjective perceptions shape their behavior and personality”(persepsi subjektif seseorang membentuk perilaku dan kepribadian mereka). Manusia berjuang untuk meraih keunggulan atau keberasilan untuk mengganti perasaan inferior. Akan tetapi, sikap juang mereka tidak ditentukan oleh kenyataan,namun oleh persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh fiksi mereka, atau harapan masa depan.



8



a. Fiksionalisme Fiksi mereka yang paling penting adalah tujuan meraih superioritas atau keberhasilan, tujuan yang kita ciptakan di awal kehidupan dan mungkin tidak dipahami dengan jelas. Tujuan akhir yang fiksional dan subjektif ini menuntun gaya hidup kita dan menyatukan kepribadian kita. Gagasan Adler akan fiksionalisme berasal dari buku Hans Vaihinger yang berjudul The Phylosophy of “As If” (1911/1925). Vaihinger percaya bahwa fiksi adalah gagasan yang tidak mempunyai bentuk nyata, namun mempengaruhi manusia sehingga seakan-akan gagasan tersebut adalah nyata. Salah satu contoh sebuah fiksi adalah “Pria lebih superior dibanding wanita”. Walaupun gagasan ini fiksi, banyak orang, baik pria maupun wanita bertindak seolah-olah hal ini nyata. Manusia tidak dimotivasi oleh sesuatu yang nyata, tetapi oleh persepsi subjektif mereka tentang apa yang benar. Penekanan Adler pada fiksi, konsisten dengan pendekatan teleologis tentang motivasi yang ia pegang erat. Teleologi adalah penjelasan tentang perilaku dalam pengertian tujuan atau sasaran akhirnya. Ini berlawanan dengan kausalitas, yang melihat perilaku sebagai hal yang tumbuh dari sebab spesifik. Teleologi biasanya memperhatikan tujuan masa depan, sedangkan kausalitas banyak berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang menghasilkan pengaruh di masa sekarang. Pandangan Freud tentang motivasi pada dasarnya adalah kausal. Ia percaya bahwa pengalaman masa lalu memotivasi perilaku saat ini . Sebaliknya, Adler memakai pendekatan teleologis di mana manusia dimotivasi oleh persepsi mereka pada saat ini tentang masa depan. Sebagai fiksi, persepsi-persepsi ini tidak perlu disadari atau dimengerti. Namun demikian, persepsi ini memberikan tujuan pada tindakan manusia dan bertanggung jawab untuk pola konsisten yang berjalan disepanjang hidup mereka. b. Kelemahan Fisik Oleh karena manusia memulai hidupnya dari kondisi yang kecil, lemah, dan inferior, maka mereka mengembangkan fiksi atau sistem kepercayaan tentang bagaimana mengatasi kelemahan fisik ini dengan menjadi besar, kuat, dan superior. Akan tetapi, bahkan setelah mereka memperoleh ukuran yang besar, kekuatan, dan superioritas, mereka bersikap seolah-olah mereka masih kecil, lemah, dan inferior. 9



Adler



(1929/1969),



bersikeras



bahwa



semua



umat



manusia



“dikaruniai” kelemahan anggota tubuh. Keterbatasan fisik sedikit atau bahkan tidak berarti sama sekali bagi manusia, kecuali keterbatasan ini menstimulasi perasaan subjektif tentang inferioritas, yang berfungsi sebagai dorongan menuju kesempurnaan atau keutuhan. Beberapa orang mengganti perasaan inferior ini dengan bergerak menuju keadaan psikologis yang sehat dan gaya hidup yang bermanfaat, sementara yang lain melakukan kompensasi secara berlebihan dan termotivasai untuk menaklukkan orang lain atau menarik diri dari orang lain. Sejarah memberikan banyak contoh, seperti Demosthenes atau Beethoven yang mengatasi kelemahannya dan memberikan kontribusi penting dalam masyarakat. Adler sendiri lemah dan sakit-sakitan ketika ia masih kecil, dan penyakitnya ini mendorongnya untuk mengalahkan kematian dengan menjadi seorang dokter serta mendorongnya untuk bersaing dengan kakak laki-lakinya dan Sigmund Freud. Adler (1929/1969) menekankan bahwa kelemahan fisik saja tidak menyebabkan seseorang menjalani gaya hidup tertentu. Kelemahan fisik hanya memberikan motivasi pada saat ini untuk meraih tujuan masa depan. Motivasi seperti ini, seperti semua aspek kepribadian, menyatu dan self-consistent. (Jess Feist, teori kepribadian hal 85-86)



3) Kesatuan dan self-consistency dari kepribadian (Unity and Self-Consistency of Personality) Prinsip ketiga dari teori Adlerian yaitu “Personality is unified and self-consistent” (kepribadian itu menyatu dan konsistensi diri).



Ketika memilih istilah psikologi individual, Adler berharap untuk menekankan keyakinannya bahwa setiap orang itu unik dan tak terpisahkan. Jadi, psikologi individual menekankan pada kesatuan fundamental dari kepribadian dan gagasan bahwa perilaku yang tidak konsisten itu tidak ada. Pikiran, perasaan, dan tindakan, semuanya mengarah pada satu sasaran dan berfungsi untuk mencapai satu tujuan. Adler (1956) mengenali beberapa cara di mana keseluruhan diri manusia berfungsi dengan kesatuan dan self-consistency.



10



a. Bahasa Organ (Organt Dialect) Gangguan terhadap suatu bagian tubuh tidak bisa dilihat secara terpisah atau tersendiri karena hal ini mempengaruhi keseluruhan diri seseorang. Faktanya, kelemahan suatu organ tubuh memperlihatkan arah dari tujuan seseorang, suatu kondisi yang dikenal sebagai bahasa organ (organ dialect). Melalui bahasa organ, organ-organ tubuh “berbicara sebuah bahasa yang biasanya lebih ekspresif dan mengungkapkan pikiran seseorang dengan lebih jelas daripada yang bisa diungkapkan oleh kata-kata”. (Adler, 1956, hlm. 223) Salah satu contoh bahasa organ adalah seorang pria yang menderita rheumatoid arthritis di tangannya. Sendinya yang kaku dan cacat menyuarakan seluruh gaya hidup pria tersebut. Seolah-olah organ tubuhnya berseru, “Lihatlah kelainan pada diri saya. Lihat kecacatan pada diri saya. Anda tidak bisa mengharapkan saya untuk menggunakan tangan dalam melakukan pekerjaan”. Tanpa adanya suara, tangannya berbicara tentang keinginannya mendapatkan simpati dari orang lain. b. Kesadaran dan Ketidaksadaran (Conscious and Unconscious) Contoh kedua dari kepribadian yang menyatu adalah keserasian antara tindakan sadar dan tidak sadar. Adler (1956) mendefinisikan ketidaksadaran sebagai bagian dari tujuan yang tidak dirumuskan dengan jelas atau tidak dipahami secara utuh oleh seseorang. Berdasarkan definisi ini, Adler menghindari dikotomi antara ketidaksadaran dan kesadaran, di mana ia memandangnya sebagai dua bagian yang bekerja sama dalam sistem yang menyatu.



Pikiran-pikiran



sadar



adalah



pikiran



yang



dipahami



dan



diperlakukan seseorang sebagai hal yang membantunya dalam usaha meraih keberhasilan, sedangkan pikiran-pikiran tidak sadar adalah pikiran yang tidak membantu usaha tersebut. Apakah perilaku seseorang mengarah ke gaya hidup yang sehat atau tidak sehat tergantung pada tingkat minat sosial yang mereka kembangkan selama masa kanak-kanak. (Jess feist, teori kepribadian hal 87).



4) Minat Sosial (Social Interest) Pendapat keempat teori Adler “The value of all human activity must be seen from the viewpoint of social interest”(nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial).



11



Minat sosial (social interest) adalah terjemahan Alder, yang sedikit menyesatkan, dari istilah Jerman yang asli, yaitu Gemeinschaftsgefühl. Terjemahan yang lebih baik bisa jadi “perasaan sosial” atau “perasaan berkomunikasi”, tetapi Gemeinschaftsgefühl sebenarnya mempunyai makna yang tidak bisa diekspresikan secara penuh dalam kata atau frasa bahasa inggris. Kira-kira maknanya adalah perasaan menjadi satu dengan umat manusia; menyatakan secara tidak langsung keanggotaan dalam komunitas sosial seluruh manusia. Minat sosial bisa didefinisikan sebagai sikap keterkaitan dengan umat manusia secara umum maupun sebagai sikap keterikatan dengan umat manusia secara umum maupun sebagai empati untuk setiap anggota masyarakat. Minat sosial adalah kondisi alamiah dari manusia dan bahan perekat yang mengikat masyarakat bersama-sama (Alder, 1967). Inferioritas alamiah dari manusia menyebabkan mereka mengikatkan diri bersamasama untuk membentuk masayarakat. Minat sosial adalah ukuran Alder untuk mengukur kesehatan psikologi sehingga hal ini dianggap sebagai “kriteria tunggal dari nilai manusia” (Alder, 1927, hlm. 167). Bagi Alder, minat sosial adalah satu-satunya standrat untuk menilai seberapa berharganya seseorang. Sebagai barometer kenormalan, minat sosial adalah standar yang digunakan untuk menentukan seberapa bermanfaatnya hidup seseorang.



5) Gaya Hidup (Style of Life) Pendapat kelima teori Adler“The self-consistent personality structure develops into a person’s style of life ”(struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi gaya hidup seseorang). Gaya hidup (style of life) adalah istilah yang digunakan Alder untuk menunjukkan selera hidup seseorang. Gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Gaya hidup adalah hasil interaksi antara keturunan atau bawaan lahir, lingkungan, dan daya kreatif yang dimiliki seseorang. Gaya hidup seseorang terbentuk dengan cukup baik ketika mencapai umur empat atau lima tahun. Setelah masa tersebut, semua tindakan kita berputar disekitar gaya hidup kita yang sudah terbentuk itu. Manusia dengan gaya hidup yang sehat dan bermanfaat secara sosial menunjukkan minat sosial mereka melalui tidakan. Alder (1956) percaya bahwa manusia dengan gaya hidup yang bermanfaat secara sosial memperlihatkan bentuk kemanusiaan yang paling 12



tinggi dalam proses evolusi dan bentuk ini sangat mungkin memenuhi dunia di masa depan (Jess Feist, teori kepribadian hal 91-92).



6) Daya Kreatif (Creative Power) Prinsip terakhir dari teori Adler yaitu “The self-consistent personality structure develops into a person’s style of life” (gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif yang ada dalam diri manusia). Alder percaya bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk menciptakan gaya hidupnya sendiri. Pada akhirnya, setiap orang bertanggung jawab akan dirinya sendiri dan bagaimana mereka berperilaku. Daya kreatif (creative power) yang mereka miliki membuat mereka mengendalikan kehidupan mereka sendiri, bertanggung jawab akan tujuan akhir mereka, menentukan cara yang mereka pakai untuk meraih tujuan tersebut, dan berperan dalam membentuk minat sosial mereka. Daya kreatif adalah konsep yang menggambarkan pergerakan (movement), dan pergerakan ini adalah karakteristik hidup yang paling penting. Alder (1956) menjelaskan pentingnya keturunan dan lingkungan dalam membentuk kepribadian. Kecuali kembar identik, setiap anak terlahir dengan susunan genetik yang unik dan segera sampai pada pengalaman sosial yang berbeda dengan manusia lain. Setiap orang menggunakan keturunan dan lingkungan sebagai bata dan palu untuk membangun kepribadian, namun rancangan arsitekturalnya menggambarkan gaya hidup seseorang. Hal yang terpenting adalah bukan apa yang ada dalam diri seseorang, tetapi bagaimana seseorang bisa menggunakan semua hal yang ada dalam dirinya. Adler (1929/1964) menggunakan analogi yang menarik, yang ia sebut sebagai “hukum ambang pintu rendah” (the law of the low doorway). Jika anda mencoba masuk melalui ambang pintu setinggi empat kaki, maka anda mempunyai dua pilihan. Pertama, anda bisa menggunakan kemampuan berpikir kreatif untuk membungkuk ketika mendekati pintu masuk sehingga masalah dapat dipecahkan dengan baik. Sebaliknya, jika anda terbentur dan terjatuh ke belakang, maka anda masih harus menyelesaikan masalah dengan benar atau anda akan terus-menerus terbentur. Anda memiliki daya kreatif yang membantu anda untuk mengikuti salah satu tindakan tersebut (Jess Feist, teori kepribadian hal 92-93).



13



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Adler melihat kepribadian sebagai sosok yang tidak dapat dibagi-bagi (kesatuan antara wilayah fisik dengan psikis) dan untuk melihat apa yang sebenarnya ingin disampaikan tentang perasaannya seringkali terlihat dari gejala fisiknya. Sebagai pribadi setiap manusia memiliki tujuan dan untuk mencapai tujuan itu setiap orang memiliki kekuatan atau kelebihan tersendiri dalam dirinya, kekuatan itu Adler sebut dengan superioritas pribadi. Superioritas ini adalah keinginan dan kemampuan manusia untuk unggul dalam mencapai kesuksesannya. Dan superioritas yang dibenarkan adalah yang bisa bermanfaat bagi orang lain, bisa menjadi kontribusi dalam kehidupan masyarakat. Oleh karenanya pribadi dengan kehidupan sosial sangat berkaitan. Hal yang paling esensi dalam pendangan Adler, bahwa kepedulian sosial merupakan satu-satunya tolok ukur pribadi yang sehat, kemampuan seseorang dalam mengembangkan minat sosial menandakan ia sebagai pribadi yang berguna, yang bisa memberikan manfaat pada manusia lain saat ia mencapai kesuksesan. Teori psikologi individual Adler Adler mencakup enam hal yaitu: 1) Kekuatan dinamis di balik perilaku manusia adalah berjuang untuk meraih keberhasilan atau superioritas (striving for succes or superiority) 2) Persepsi subjektif (subjective perception) manusia membentuk perilaku dan kepribadiannya. 3) Kepribadian itu menyatu (unifed) dan konsistensi diri (self-consistent) 4) Nilai dari semua aktivitas manusia harus dilihat dari sudut pandang minat sosial (social interest) 5) Struktur kepribadian yang self-consistent berkembang menjadi gaya hidup (style of life) seseorang 6) Gaya hidup dibentuk oleh daya kreatif (creative power).



B. Saran Salah satu pendapat yang dikemukakan oleh Adler yaitu mengenai daya kreatif. Walaupun menarik, konsep daya kreatif seakan masih menjadi sebuah fiksi dan belum



14



bisa dipelajari secara ilmiah karena kurangnya definisi yang akurat. Jadi menurut kami masih diperlukan penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut sehingga konsep psikologi individual dapat menjadi lebih sederhana.



15



DAFTAR PUSTAKA



Alwisol.2009.Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press Feist Jess, Feist J Gregory J.2010. Teori Kepribadian. Terj. Handriatno. Jakarta: Salemba Humanika Suryabrata, Sumadi. 1983. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/39112616b656f6d1a2e8c65436ebc3 8f.pdf http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196010151987101ZULKIFLI_SIDIQ/PSIKOLOGI_INDIVIDUAL_ALFRED_ADLER.pdf



16