Diagnosis Banding Demam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DIAGNOSIS BANDING DEMAM KURANG DARI TUJUH HARI 1. Demam Dengue Spektrum klinis infeksi virus dengue Infeksi virus dengue



Simptomatik



Asimptomatik



Demam dengan gejala tidak khas



Tanpa perdarahan



Demam dengue



Dengan perdarahan



Demam berdarah dengue



Tanpa syok



Dengan syok



Pendekatan diagnosis klinis a. Demam dengue - Panas tinggi mendadak menghilang hari ke-3 atau 4 lalu timbul lagi setelah 1-3 hari (saddle back), total lama demam 5-7 hari. - Sakit kepala, sakit retroorbital. - Nyeri sendi, tulang punggung (Backborne fever). - Lemah, malaise. - Flushing: muka dan leher. - Fotofobi, hiperestesi. - Ruam primer makulopapular biasanya pada toraks dan lipat sendi yang hilang dalam 2-3 hari. - Perdarahan tidak biasa: ptekiae, epistaksis, gusi, saluran cerna, hematuri mikroskopis, menorrhagi. - Hepatomegali (kadang-kadang). - Ruam sekunder muncul setelah hari ke-4 (paling sering hari ke 6-7) yang berupa makulopapular/ptekiae/purpura/campuran, konfluen, biasanya kaki dan tangan, kadang-kadang gatal. - Leukopeni dan trombositopeni sering ditemukan.



b. Demam berdarah dengue - Demam akut 2-7 hari yang pada umumnya bifasik. - Minimal 1 tanda perdarahan.  Tes torniket (+).  Ptekiae, purpura, ekimosis.  Perdarahan mukosa, saluran GI atau tempat lain.  Hematemesis atau melena. - Trombositopenia ≤ 100.000/mm3. - Tanda kebocoran plasma.  Peningkatan Ht ≥ 20%.  Penurunan Ht setelah pemberian cairan ≥ 20% dari baseline.  Efusi pleura, ascites, hipoproteinemia. Diagnosis DBD secara klinis dapat ditetapkan jika ditemukan 2 atau lebih tanda klinis disertai 2 kelainan laboratorium. DBD menurut beratnya penyakit dibagi menjadi 4 derajat:  Grade 1 : demam dan gejala non-spesifik, manifestasi perdarahan hanya torniket test positif.  Grade 2 : Grade 1+perdarahan spontan.  Grade 3: tanda kegagalan sirkulasi (nadi cepat lemah, pulse pressure menyempit, hipotensi, kulit lembab dan dingin).  Grade 4 : Syok berat (nadi dan tekanan darah tidak dapat terdeteksi). DSS = DBD grade 3 dan 4 c. Dengue Shock Syndrome - Semua tanda DHF ditambah tanda kegagalan sirkulasi:  Nadi lemah dan cepat sampai tidak teraba  Tekanan nadi menurun < 20 mmHg  Hipotensi (sesuai umur) sampai tidak terukur  Kulit dingin dan lembab  Pasien tampak gelisah  Diuresis berkurang - Pasien biasanya berkembang menjadi DSS setelah hari ke-3 sampai 6 gejala. d. Initial Warning Signals 1. Menghilangnya demam 2. Penurunan trombosit 3. Peningkatan Ht



e. Alarm Signals 1. Nyeri perut hebat 2. Muntah berkelanjutan 3. Perubahan dari demam menjadi hipotermia 4. Penurunan kesadaran



Diagnosis konfirmasi - Pemeriksaan serologis :  IgG  pada infeksi primer meningkat setelah hari ke-14, sedangkan pada infeksi sekunder meningkat pada hari ke-2.  IgM  meningkat pada hari ke-5 gejala, mencapai puncak pada minggu ke-2 dan menghilang setelah 60-90 hari.  Hemaglutinin Inhibition Test (HI test)  (+) jika ≥ 1280 atau peningkatan ≥ 4x pada pemeriksaan serum akut dan konvalesen (kurang lebih selang 7 hari). - Pemeriksaan Virologis  isolasi virus dan PCR.



2. Infeksi Saluran Nafas a. Rhinitis (common cold) penyakit infeksi saluran nafas atas yang dapat sembuh sendiri karena sebagian besar disebakan oleh virus (paling banyak rhinovirus), sering melibatkan mukosa sinus sehingga disebut rhinosinusitis. Kriteria diagnosis: - Anamnesis: 1. Gejala pertama sering berupa nyeri tenggorokan, diikuti pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin. 2. Batuk. 3. Demam ringan/tanpa demam. 4. Nyeri kepala. 5. Pada bayi gejala yang menonjol adalah demam tinggi, rewel/iritabel, lesu. - Pemeriksaan fisis: Hidung : sekret hidung meningkat, mukosa edema, hiperemis. b. Faringitis akut peradangan akut membrane mukosa saluran respiratorik atas yang meliputi faring dan tonsil yang secara klinis dibedakan atas 2 kategori yaitu penyakit yang disertai gejala pada hidung (nasofaringitis atau tonsilofaringitis) dan tanpa keterlibatan hidung (faringitis atau tonsilofaringitis). Kriteria diagnosis: 1. Anamnesis: - Awitan gejala tiba-tiba dengan gejala yang menonjol nyeri tenggorokan dan panas badan, seringkali disertai sakit kepala dan gejala gastrointestinal  faringitis streptokokal.



- Awitan gejala bersifat bertahap, terutama rinore, batuk, dan diare faringitis viral. 2. Pemeriksaan fisik - Faringitis streptokokal:  Faring hiperemis dan tonsil membesar, kadang-kadang disertai eksudat kuning, blood-tinged.  Palatum mole dan faring posterior petekia.  Uvula hiperemis dan membengkak.  Pembesaran kelenjar getah bening servikal anterioe yang nyeri pada penekanan. - Faringitis viral:  Konjungtivitis dan demam pharyngoconjunctival fever (adenovirus).  Nodul kecil putih kekuningan di faring posterior acute lymphanodular pharyngitis (coxsackie virus).  Demam tinggi dan ginggivostomatitis Herpes simplex virus. c. Laringotrakeobronkitis penyakit infeksi saluran respiratorik akut disebabkan oleh virus dengan gejala tanda stridor, batuk menggonggong, suara parau, disertai demam akibat peradangan hanya pada laring saja (laryngitis), laring dan trakea (laringotrakeitis), atau laring, trakea, bronki (laringotrakeobronkitis) bahkan laringotrakeobronkopneumoniter. Kriteria diagnosis: 1. Anamnesis: - Biasanya terjadi pada anak 0-5 tahun (tersering 1-2 tahun). - Mulai timbul gejala penyakit bertahap, biasanya didahului batuk, pilek, dan panas badan. Setelah 3-4 hari timbul batuk menggonggong, stridor inspirasi, sesak dapat bertambah tetapi tidak begitu progresif. 2. Pemeriksaan fisik: - Bervariasi tergantung derajat tanda/gejala distress pernafasan, yaitu dispnea, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal sampai timbul megap-megap, perubahan tingkat kesadaran, dan sianosis. 3. Laringoskopi tampak mukosa laring berwarna merah dengan pembengkakan subglotis. 4. Radiologi foto soft tissue leher AP bagian atas trakeas di daerah subglotis runcing seperti menara (steeple sign), sedangkan pada posisi lateral tampak penyempitan subglotis. d. Bronkitis akut proses peradangan sementara pada trakea dan bronkus yang menimbulkan batuk-batuk dan biasanya tanpa pengobatan akan sembuh dalam waktu 2 minggu. Kriteria diagnosis: 1. Anamnesis:



- Batuk: mula-mula kering, non-produktif, beberapa hari kemudian batuk produktif mengeluarkan mucus yang purulen, bisa disertai muntah berisi mukus, gejala batuk ini hilang setelah 10-14 hari. - Gejala penyakit sistemik. 2. Pemeriksaan fisik: biasanya tidak ditemukan kelainan, kadang-kadang ditemukan ronki kering, coarse crackles atau suara lender dan wheezing. e. Bronkiolitis penyakit infeksi saluran respiratori bawah akut dengan gejala utama akibat peradangan bronkioli yang terutama disebabkan oleh virus, biasa disertai superinfeksi bakteri. Kriteria diagnosis: 1. Anamnesis: - Biasanya terjadi pada usia 2 bulan- 2 tahun (terutama 2-6 bulan). - Selama 2-4 hari terjadi batuk, pilek, hidung tersumbat, panas badan yang diikuti sesak nafas dan bisa disertai wheezing. - Gejala lain: muntah, gelisah, tidak mau makan/minum. 2. Pemeriksaan fisik - Dapat ditemukan merintih (grunting), sianosis. - Suhu tubuh bisa normal, subfebris, atau demam tinggi. - Frekuensi pernafasan meningkat, pernafasan cuping hidung, retraksi subkostal, interkostal, dan suprasternal. - Perkusi: hipersonans. - Auskultasi: suara pernafasan mungkin normal, ekspirasi memanjang, dapat terdengar wheezing dan crackles atau wheezing saja. - Hepar dan lien teraba akibat hiperinflasi thoraks. 3. Laboratorium - Pulse oximetry : saturasi O2 menurun. - Analisis gas: hipoksemia, jika berat bisa menyebabkan asidosis dan hiperkapnia - Antigen RSV (+) dari sekret hidung dengan pemeriksaan ELISA atau imunofluorosens. - Isolasi virus dari biakan sel. 4. Foto toraks - Normal atau tampak hiperinflasi dengan depresi/pendataran diafragma, atelektasis, atau konsolidasi. - Gambaran khas: Depresi diafragma dan hiperinflasi. f. Pneumonia penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh penyakit non-infeksi. Kriteria diagnosis: 1. Anamnesis:



- Non-respiratorik: demam, sakit kepala, kaku kuduk terutama bila lobus kanan atas yang terkena, anoreksia, letargi, muntah, diare, sakit perut, dan distensi abdomen terutama pada bayi. - Respiratorik: batuk, sakit dada, sesak. 2. Pemeriksaan fisik: - Takipnea, grunting, pernafasan cuping hidung, retraksi subkostal, sianosis, auskultasi paru crackles. - Hepatomegali akibat perubahan letak diafragma yang tertekan ke bawah oleh hiperinflasi paru atau sekunder akibat gagal jantung kongestif. 3. Radiologis: - Pneumonia interstitialis  kelainan perivaskulas dan interalveolar. - Pneumonia lobaris konsolidasi pada satu lobus penuh. - Bronkopneumonia infiltrate diffuse. 4. Laboratorium - Hitung leukosit bakteri (15.000-40.000/mm3, neutrofil dominan) virus (