Diskusi Tanya Jawab Presentasi Glaukoma Mata [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Diskusi Tanya Jawab Presentasi Glaukoma 1. Indikasi operasi pada pasien glaukoma ? Jawab



:



- Terapi medikamentosa sudah tidak efektif, dan menurun manfaatnya. - Glaukoma tetap tidak terkontrol sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang progresif atau terdapat resiko tinggi menuju keadaan yang lebih lanjut. - Tindakan primer pada glaukoma kongenital dan glaukoma block pupil. 2. Mengapa penggunaan steroid bisa menyebabkan terjadinya glaukoma ? Jawab



: Pemakaian steroid dalam waktu yang lama bisa menyebabkan terjadinya glaukoma, hal



ini disebabkan karena steroid dapat mempengaruhi reseptor anyaman trabekuler yang dapat menyebabkan perubahan morfologi dan penurunan pengeluaran humor aqueous. 3. Glaukoma kongenital, bagaimana klinis dan penanganan penyakitnya ? Jawab



:



Manisfestasi klinik : -



Epifora



:



kondisi pada mata yang keluar air terus-menerus.



-



Fotophobia



:



suatu gejala abnormal dimana mata tidak merasa nyaman terhadap



cahaya. -



Blefarospasme



:



suatu kondisi dimana kelopak mata berkedip tidak terkendali.



-



Buphthalmos



:



ditemukan pembesaran diameter kornea lebih dari 12 mm, normalnya



9,5-10,5 mm pada bayi baru lahir. Pada keadaan lebih lanjut dapat ditemukan peningkatan garis tengah kornea, edema epitel, robekan membran descemet, peningkatan kedalaman bilik mata depan, dan kekeruhan pada stroma kornea. Penatalaksanaan :



Pengobatan



glaukoma



kongenital



yang



esensial



adalah



pembedahan.



Goniotomi



direkomendasikan pada anak lebih kecil dibawah 2-3 tahun dengan kornea yang jernih. Trabekulektomi direkomendasikan pada anak lebih dari 2-3 tahun dan pada semua umur anak pada anak dengan kornea berkabut yang menghalangi visualisasi adekuat. Jika kedua cara ini gagal, kombinasi trabekulektomi dengan antimetabolic, atau dapat dicoba glaucoam valve-shunt. Jika cara ini gagal maka dapat dilakukan cyclodestruktif dengan laser. Hal ini dianjurkan secepat mungin setelah diagnosa ditegakkan dan bisa dilakukan pada hari selanjutnya. Penatalaksanaan menggunakan obat-obatan tidak dianjurkan karena kurangnya pengetahuan mengenai kumulatif dan efek sistemik obat pada bayi. 4. Katarak hipermature bisa menyebabkan terjadinya lisis lensa dan menyebabkan glaukoma, bagaimana proses terjadinya ? Jawab



:



pasa perkembangan katarak senile stadium mature dan hipermature terjadi



peningkatan komposisi protein lensa dengan berat molekul yang besar protein lensa ini dapat keluar melalui kapsul anterior yang mengalami defer mikroskopis, bercampur dengan akuos humour dan membuntu jaring trabekular. Protein ini juga dapat meransang makrofag, dimana makrofag akan memakan protein lensa sehingga menambah pembuntuan saluran trabekuler. 5. Mengapa ras kulit hitam memiliki resiko lebih tinggi menderita glaukoma ? Jawab



:



Pada glaukoma primer sudut terbuka prevalensi orang kulit hitam lebih tinggi, hal



ini dikaitkan dengan iskemia sickle cell anemia, respon terhadap pengobatan yang lebih buruk, akses pengobatan yang lebih buruk, lebih tekanan intraokuler yang lebih tinggi dan cup dick ratio yang lebih besar dibandingkan dengan orang kulit putih. 6. Mengapa perempuan lebih banyak terkena glaukoma ? Jawab



: berdasarkan beberapa studi yang sudah dilakukan ditemukan pada perempuan bilik



mata depan perempuan lebih dangkal pada laki-laki yaitu volumenya 10% lebih kecil



dibandingkan laki-laki. Mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan hormon seks dengan faktor resiko terjadinya glaukoma yang terjadi melalui reseptor estrogen dan progesteron yang ditemukan pada sel ganglion di retina dan sel epitel siliar ditemukan untuk memetabolisme estrogen, progesteron dan androgen. Selain itu, estrogen dan progesteron dikatakan mempengaruhi outflow, oleh karena itu dapat memainkan beberapa peran dalam regulasi TIO. Selain itu juga dijelaskan bahwa Central Cornea Thickness (CCT) merupakan salah satu faktor resiko terjadinya glaukoma, dimana hormon gonadotropin berperan dalam penyakit kornea dan CCT. 7. Faktor yang mempengaruhi produksi humor aqueous ? Jawab



:



Humor aquosus diproduksi dengan kecepatan rata-rata 2,0-2,5 μl/menit yang



dipengaruhi oleh integritas barier darah – humor aquosus, aliran darah ke korpus siliar, dan regulasi neurohormonal pada jaringan vaskular dan epitel siliaris.



Kecepatan



pembentukan



humor aquosus juga dipengaruhi oleh ritme sikardian di mana berubah pada malam hari dan menurun saat tidur. Produksi humor aquosus bisa menurun setelah trauma atau inflamasi intraokular, penggunaan obat anestesia umum, dan penggunaan obat antihipertensi. 8. Apakah boleh menggunakan beta blocker sebagai terapi glaukoma pada pasien jantung dan asma ? Jawab



:



Obat-obatan golongan ini telah menjadi pilihan terapetik utama untuk



sebagian besar jenis glaukoma. Mekanisme kerja penyekat beta adalah menurunkan produksi akuos. Pada penggunaan obat ini dapat terjadi penyerapan sistemik. Bergantung dari selektivitas penyekatan reseptor, golongan ini diklasifikasikan menjadi: 1. Selektif β1: Betaxolol, atenolol dan metoprolol 2. Penyekat β non-selektif: Timolol maleat, nadolol, befunolol, karteolol, penbutolol, labetalol, nipradilol. TIMOLOL



Timolol merupakan salah satu penyekat beta yang paling umum digunakan sampai saat ini. Merupakan obat yang digunakan sebagai pembanding pada penelitian klinis terhadap obat antiglaukoma baru. Timolol menginhibisi aktivitas β1 dan β2. Mekanisme kerja



:



Merupakan penyekat beta non selektif yang memiliki efek menurunkan tekanan terutama karena menurunkan produksi akuos dengan memblok reseptor beta-2 dalam prosesus siliaris. Timolol dapat beketja secara langsung pada epitel siliaris untuk memblok transport aktif atau ultrafiltrasi. Indikasi



:



Pada glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder sebagai terapi inisial baik secara tunggal atau kombinasi dengan miotik. Indikasi lain adalah glaukoma inflamasi, glaukoma sudut tertutup primer dan sekunder kronik, hipertensi okular dan glaukoma pada anak. Kontraindikasi



:



Alergi obat dan kondisi lain seperti yang terjadi pada terapi penyekat beta lain. Dosis



:



Digunakan satu tetes larutan 0.25 % atau 0.5 % dua kali sehari dan waktu kerjanya berlangsung lebih dari 7 jam. Tersedia pula bentuk gel dengan konsentrasi 0.25 °o dan 0_5 %. bentuk hemi-hidrat dalam konsentrasi 0.25 % dan 0.5 % dan bentuk larutan gel (gel forming solution). Efek Samping



:



Efek samping topikal berupa iritasi okular, kongjungtivitis, blefaritis, keratitis, penurunan sensitivitas kornea, gangguan penglihatan termasuk perubahan refraksi, keratopati pungtata supertisial, gejala mata kering, diplopia clan ptosis. Toksisitas sistemik timolol topikal lebih sering terjadi dibandingkan dengan toksisitas lokal dan



dapat mempengaruhi sistem pulmonal, kardiak dan sistem saraf seperti bronkospasme, bradikardia, hipotensi, sinkop, aritmia, gagal jantung kongestif, infark miokard, blok jantung, iskemia serebral, palpitasi, henti jantung, dispnea, gagal nafas, nyeri kepala, kelelahan, depresi, ansietas, letargi, halusinasi, kebingungan, reaksi hipersensitif, disfungsi seksual, hipokalemia, mulut kering dan perubahan tingkah laku. KARTEOL HIDROKLORID Merupakan penyekat beta non selektif. Mekanisme kerjanya menurunkan produksi akuos. Karteolol, tidak seperti penyekat beta lain, memiliki aktivitas simpatomimetik intrinsik sehingga efek samping lebih sedikit. Obat ini juga tidak meningkatkan serum kolesterol dan menurunkan lipoprotein densitas tinggi, sebuah pertimbangan pada pasien dengan gangguan kardiovaskular. Farmakokinetik



:



Waktu paruh dari metabolit 2-3 kali lebih lama dibandingkan molekul asalnya clan memungkinkan terjadinya bioavailabilitas yang lebih baik dan meningkatkan waktu kerja dibandingkan dengan antagonis beta adrenergik vang lain. Efikasi karteolol sebanding dengan timolol dan ditoleransi lebih baik. Indikasi



:



Glaukoma sudut terbuka primer dan sekunder termasuk glaukoma inflamasi, glaukoma sudut tertutup primer dan sekunder kronik dan hipertensi okular. Kontraindikasi



:



Alergi obat clan digunakan secara hati-hati pada penderita asma, emfisema, bronkhitis, blok jantung, gagal jantung kongestif, penyakit kardiovaskular dan kardiomiopati. Dosis



:



Karteolol hidroklorid tersedia sebagai larutan topikal dengan konsentrasi 1%. Dosis umum



yang digunakan adalah satu tetes dua kali sehari. Efek Samping



: Termasuk alergi, keratitis pungtata, diplopia, anestesia kornea dan iritasi



okular. Efek samping sistemik bradikardia, henti jantung, asma akut, edema pulmonal, kompresi kanalikular lakrimalis, letargi, depresi, impotensi, halusinasi dan gangguan saluran cerna. BETAXOLOL KARDIOSELEKTIF Memiliki afinitas yang lebih besar untuk reseptor beta1 dibandingkan reseptor beta2. Pada sebagian besar penelitian klinis yang membandingkan betaxolol dengan timolol menunjukkan bahwa secara statistik betaxolol kurang efektif dalam menurunkan TIO dan mengurangi aiiran keiuar akuos. Mekanisme Kerja



:



Mekanisme mengenai kerja betaxolol dalam menurunkan produksi akuos masih sedikit diketahui karena sedikitnya reseptor beta-1 di mata tetapi mungkin terjadi pengikatan pada reseptor beta-2 juga. Molekul obat betaxolol dikeluarkan dari reseptor beta-1 3 jam setelah pemberian topikal dan efek klinisnya dapat berlangsung selama 2 minggu. Efek yang panjang ini mungkin karena pengeluaran penyekat beta dari depot pada melanin epitel pigmen iris. Farmakokinetik



:



Mula kerja terjadi dalam 30 menit, efek maksimum terjadi 2 jam setelah pemberian topikal dan dosis tunggal, memberikan penurunan tekanan selama 12 jam. Keuntungan penggunaan betaxolol dibandingkan timolol adalah tidak adanya inhibisi beta-2 adrenergik sehingga meminimalkan risiko efek samping pada sistem respirasi. Betaxolol juga memiliki efek neroprotektif pada mata dan. memperlambat perubahan pada retina setelah peningkatan TIO akibat iskemia atau reperfusi. Indikasi



:



Pengobatan hipertensi okular dan glaukoma sudut terbuka kronik. Betaxolol dapat



dipergunakan secara tunggal atau kombinasi dengan obat antiglaukoma lain. Kontraindikasi



:



Pada penderita yang memiliki alergi obat. Dosis



:



Betaxolol hidroklorid tersedia sebagai larutan topikal dalam konsentrasi 0.25 % clan 0.5 %. Dosis yang digunakan satu tetes, dua kali sehari. Efek samping



:



Iritasi okular, ketidaknyamanan dan lakrimasi sewaktu-waktu, penurunan sensitivitas kornea, eritema, gatal, keratitis dan fotofobia. Efek samping sistemik jarang kecuali insomnia clan nerosis depresif. LEVOBUNOLOL Merupakan penyekat beta adrenoseptor non kardioselektif, yang sama poten pada reseptor beta-1 maupun beta-2. Levobunolol 60 kali lebih poten dari dekstroisomernya dalam efek penyekat beta. Levobunolol menurunkan TIO dengan menurunkan produksi cairan akuos dan efektivitasnya setara timolol maleat, metoprolol dan karteolol. Farmakokinetik : Mula kerja levobunolol terjadi dalam 1 jam setelah pemberian dengan efek maksimum antara 2-6 jam. Penurunan bermakna dapat dijaga selama 24 jam setelah pemberian I dosis. Indikasi



:



Diindikasikan untuk mengontrol tekanan intraokular pada glaukoma sudut terbuka kronik dan hipertensi okular. Kontraindikasi



:



Sama seperti penyekat beta non selektif yang lain



Dosis



:



Tersedia sebagai larutan topikal dalam konsentrasi 0.25 % dan 0.5 %. Digunakan dua kali sehari dan bahkan efektif dengan penggunaan dosis sekali sehari. Efek samping



:



Sensasi terbakar sementara pada mata, blefarokonjungtivitis, pedih dan penurunan sensitivitas kornea. Efek samping sistemik termasuk bradikardia, aritmia, sinkop, blok jantung, palpitasi, henti jantung, gagal jantung kongestif, letargi dan urtikaria. METIPRANOLOL HYDROKLORID Merupakan penyekat beta non selektif, menurunkan TIO dengan menyekat reseptor beta-2 pada prosesus siliaris. Efikasi klinisnya sebagai antagonis adrenergik beta-1 selektif mirip timolol. Efek menurunkan TIO sebanding dengan levobunolol clan karteolol. Indikasi



:



Diindikasikan untuk glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma afakik, dan menurunkan TIO setelah ekstraksi katarak, glaukoma kapsular, glaukoma pigmentasi, glaukoma juvenil dan hemoragik. Kontraindikasi



:



Hipersensitif terhadap salah satu komponen obat, asma bronkiale, penyakit pulmonal obstruktif dan hiperaktivitas bronkial. Dosis



:



Tersedia dalam bentuk larutan topikal 0.1 %, 0.3% dan 0.6 %. Dosis umum 1 tetes dua kali sehari. Jika penurunan TIO belum cukup, pengobatan diteruskan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Efek samping



:



Pada penggunaan topikal kadang terjadi rasa pedih yang ringan, hiposensitivitas kornea,



penurunan sekresi lakrimal clan uveitis. Efek samping sistemik termasuk asma bronkiale, dispnea, bradikardia dan dapat menghambat sekresi insulin pada penderita diabetes sehingga memerlukan monitoring secara ketat 9. Glaukoma kongenital karena rubella bagaimana proses terjadinya ? Jawab : Glaukoma jenis ini terjadi sejak lahir, atau pada tahun pertama setelah lahir dikarenakan adanya infeksi pada ibu hamil, rebela dapat menembus lapisan plasenta sehingga bisa ditemukan setelah bayi lahir. Kelainan ini terjadi karena terhentinya pertumbuhan struktur sudut iridokorneal sejak dalam kandungan kira-kira saat janin berumur 7 bulan. Pada glaukoma ini, sejak lahir



penderita memiliki bola mata yang besar yang disebut buftalmos. Buftalmos disebabkan oleh kenaikan TIO saat masih dalam kandungan dan mendesak dinding bola mata bayi yang masih lentur, akibatnya sklera menipis dan kornea akan membesar dan keruh. Bayi akan takut melihat cahaya karena kornea yang keruh akan memecah sinar yang datang sehingga bayi merasa silau. Bayi cenderung rewel, karena peningkatan TIO menyebabkan rasa tegang dan sakit pada mata. Karena penemuan gambaran histopatologis pada glaukoma infantile bervariasi, banyak teori yang telah dikemukakan dan dibagi dalam 2 kelompok utama. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa kelainan pada sel atau membrane trabecular meshwork merupakan mekanisme patologi primer. Kelainan ini digambarkan sebagai salah satu anomaly impermeable trabecular meshwork atau suatu membrane yang menutupi trabekula meshwork. Peneliti lain menegaskan suatu kelainan segmen anterior yang lebih meluas. Termasuk kelainan insersi muskulus siliaris.