5,6. Proses Dan Unsur-Unsur Dasar Komunikasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up

5,6. Proses Dan Unsur-Unsur Dasar Komunikasi [PDF]

5. PROSES DAN UNSUR-UNSUR DASAR KOMUNIKASI A. Proses Komunikasi Secara linear proses komunikasi sedikitnya melibatkan em

7 3 278 KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE

File loading please wait...
Citation preview

5. PROSES DAN UNSUR-UNSUR DASAR KOMUNIKASI A. Proses Komunikasi Secara linear proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat elemen atau komponen sbb: 1. Sumber/pengirim pesan/komunikator yakni: seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi/institusi yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan 2. Pesan, berupa lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau secara lisan, gambar, angka, gestura (gerakan). 3. Saluran, yakni sesuatu yang dipakai sebagai alat penyampaian/pengiriman pesan (misalnya telepon, radio, surat, surat kabar, majalah, TV, gelombang udara dalam konteks komunikasi antar pribadi secara tatap muka) 4. Penerima/komunikan, yakni seseorang atau sekelompok orang atau organisasi/ institusi yang dijadikan sasaran penerima pesan. Di samping keempat elemen tersebut di atas (lazim disebut sebagai model S-M-C-R atau Source-Message-Channel-Receiver, ada 3 (tiga) elemen atau factor lainnya yang juga penting dalam proses komunikasi, yakni : 1. Efek/akibat/dampak/hasil yang terjadi pada pihak penerima/komunikan 2. Umpan balik/feedback, yakni tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterima. 3. Gangguan/noise, yakni faktor-faktor fisik atau psikologis yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran proses komunikasi. Secara sederhana proses komunikasi dapat digambarkan sebagai berikut :



Proses komunikasi yang digambarkan diatas dapat dijelaskan demikian : pertama, pihak sumber membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui satu saluran tertentu (misalnya melalui surat, telepon, gelombang udara) jika komunikasi berlangsung secara tatap muka. Kemudian pihak penerima mengartikan dan menginterpretasikan pesan tersebut. Apabila ia (penerima) punya tanggapan maka ia akan membentuk pesan dan menyampaikannya kembali kepada sumber. Tanggapan yang disampaikan penerima pesan kepada sumber disebut sebagai umpan balik. Pihak sumber kemudian akan mengartikan dan menginterpretasikan tanggapan tadi, dan kembali ia akan melakukan pembentukan dan penyampaian pesan baru. Demikianlah proses ini



terus berlanjut secara sirkuler, dimana kedudukan sebagai sumber dan penerima berlaku secara bergantian. Menurut Wilbur Schramm (1973), suatu proses atau kegiatan komunikasi akan berjalan baik apabila terdapat overlaping of interest (pertautan minat dan kepentingan) diantara sumber dan penerima pesan. Untuk terjadinya overlaping of interest dituntut adanya persamaan (dalam tingkat yang relatif) dalam hal kerangka referensi (frame of reference) dari kedua pelaku komunikasi (sumber, penerima). Yang dimaksud dengan kerangka referensi disini, antara lain menunjukkan pada tingkat pendidikan, pengetahuan, latar belakang budaya, kepentingan, orientasi. Semakin besar tingkat persamaan dalam hal kerangka referensi, semakin besar pula overlaping of interest, dan ini berarti akan semakin mudah proses komunikasi berlangsung. Sebagai contoh : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang soal perkembangan nilai valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebu tdilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A membicarakan hal tersebut dengan si C, seorang pemuda desa tamatan SD, tentu proses komunikasinya tidak berjalan sebagaimana diharapkan si A, karena antara si A dengan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya. Contoh di atas, memberikan gambaran bahwa proses komunikasi akan berjalan baik atau mudah apabila diantara para pelaku komunikasi yang terlibat terdapat banyak persamaan dalam hal kerangka referensi. Namun demikian, tidak berarti bahwa komunikasi baru terjadi apabila kerangka referensi dari masingmasing pelaku (sumber dan penerima) relative sama. Artinya, apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang maka kita harus mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan caracara lain yang sesuai degan tingkat pengetahuan,



pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain pihak sumber perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari pihak penerima. Dalam praktek, komunikasi yang terjadi antara sumber dan penerima ini sering tidak dapat berjalan dengan baik karena ada gangguan (noise). Gangguan yang dimaksud disini umumnya menunjukkan pada faktor-faktor fisik ataupun psikologis yang dapat mempengaruhi penyampaian pesan. Suara gaduh atau bising, gema suara yang timbul karena konstruksi ruangan, suhu udara yang panas sehingga mempengaruhi tingkat konsentrasi, adalah contohcontoh fisik yang dapat mengganggu proses komunikasi. Sementara faktor-faktor psikologis yang dapat mengganggu proses komunikasi misalnya rasa takut, “grogi“ atau “emosi“ (marah). Berdasarkan tingkat partisipasi para pelaku yang terlibat, proses komunikasi dapat dibagi dalam 2 (dua) jenis atau bentuk yaitu : Komunikasi satu arah (one way communication) dan Komunikasi dua arah (two way communication). Komunikasi satu arah adalah suatu bentuk proses komunikasi dimana yang aktif terlibat hanyalah pihak sumber. Pihak penerima pesan bersifat pasif dalam arti hanya menerima saja semua pesan yang disampaikan sumber tanpa memberikan umpan balik berupa tanggapan, reaksi atau pendapat atas pesan-pesan yang diterimanya. Penyampaian pesan melalui media massa seperti radio, TV, surat kabar, majalah, lazimnya disebut komunikasi satu arah. Sementara itu pada komunikasi dua arah sumber dan penerima masing-masing terlibat aktif dalam penyampaian pesan dan umpan balik. Proses komunikasi antar pribadi, seperti percakapan secara tatap muka antara dua orang atau lebih atau pembicaraan melalui telepon, lazimnya bersifat dua arah. B. Unsur-unsur Komunikasi Komunikasi telah kita definisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia. Dari definisi ini terlihat bahwa untuk dapat terjadi proses komunikasi minimal terdiri dari tiga unsur



utama: pengirim pesan, pesan itu sendiri, serta target penerima pesan. Namun, komunikasi bukan semata terdiri atas tiga unsur itu. Perhatikan kasus berikut ini! Surat bagi Kekasih Anda menuntut ilmu di negeri seberang, rindu pada kekasih. Karena keterbatasan dana, Anda putuskan menggunakan surat sebagai medium pengantar pesan. Kekasih menerima surat Anda. la pun sama rindunya, membalas surat Anda sambil menangis. Tanpa sadar, ia meneteskan air mata, jatuh pada surat yang ditulisnya. Anda menerima surat itu. Namun, pada bagian tertentu, tulisan kekasih Anda tidak terbaca, luntur terkena tetesan air matanya. Kasus di atas mengindikasikan adanya unsur-unsur komunikasi sebagai berikut : a. Anda sebagai penyampai pesan, b. Pesan yang Anda sampaikan, c. Surat sebagai medium pengantar pesan, d. Kekasih Anda sebagai penerima pesan, e. Efek atau pengaruh pesan yang membuat kekasih Anda menangis, f. Jawaban kekasih Anda yang ditulis dengan menggunakan surat sebagai medium, g. Adanya gangguan pada tulisan di surat itu karena terteteskan air matanya, serta h. Anda yang menerima jawaban dari kekasih. Berikut ini adalah pembahasan atas masing-masing unsur tersebut: 1. Pengirim Pesan: Komunikator Pengirim pesan yang dimaksud di sini adalah manusia yang mengambil inisiatif dalam berkomunikasi; disini kita sebut komunikator. Pesan disampaikan komunikator untuk mewujudkan motif komunikasi. Karena itu, komunikator kita definisikan sebagai manusia



berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Lebih jauh tentang motif komunikasi akan dibahas kemudian. Dilihat dari jumlahnya, komunikator dapat terdiri dari : (a) satu orang, (b) banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang, serta (c) massa. Apabila lebih dari satu orang - yakni banyak orang - dimana mereka relatif saling kenal sehingga terdapat ikatan emosional yang kuat dalam kelompoknya, maka kumpulan banyak orang ini kita sebut kelompok kecil. Apabila lebih dari satu orang - atau banyak orang - relatif tidak saling kenal secara pribadi dan karenanya ikatan emosionalnya kurang kuat, maka kita sebut sebagai kelompok besar atau publik. Namun, apabila banyak orang - atau lebih darisatu orang ini - memiliki tujuan yang sama dan untuk mencapai tujuan tersebut terdapat pembagian kerja di antara para anggotanya, maka wadah kerja sama yang terbentuk sebagai kesatuan banyak orang ini lazim kita sebut organisasi. Organisasi dilihat dari tujuan pendiriannya, ada yang bermotif komersial mengejar laba (misalnya dalam bentuk badan hukum perseroan terbatas) atau bermotif ideal yang bersifat nirlaba (misalnya lembaga swadaya masyarakat). Jadi, selain komunikator dapat berupa banyak orang dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar, juga dapat berbentuk organisasi. Misalnya, dalam tataran komunikasi massa, komunikator biasanya adalah organisasi penerbitan, yakni tim redaksi surat kabar. Sementara itu, sebagai bentuk ”banyak orang” lainnya, massa mengandung dua pengertian. Apabila banyak orang berada di satu tempat yang sama, kemudian terjadi peristiwa yang menyebabkan menurunnya kesadaran masing-masing individu sehingga menimbulkan



”jiwa massa”- yaitu ketika satu orang berteriak ”pukul” dan semua orang memukul; satu orang teriak ”bakar” dan semua tanpa pikir membakar; satu orang teriak ”bunuh” dan semua pun membunuh - maka ini adalah massa dalam pengertian pertama, yang dianut ilmu jiwa sosial. Massa dalam pengertian kedua adalah banyak orang yang tersebar dalam area geografis relatif luas, tidak harus berada ditempat yang sama, namun memiliki minat dan perhatian yang sama. Untuk menjangkau massa dalam pengertian kedua ini, agar pesan dapat diterima dalam waktu yang relatif sama, maka media yang digunakan disebut media massa. Disini, massa yang dimaksud cenderung pada pengertian kedua, kecuali disebutkan lain. Pada buku lain, pengirim pesan atau komunikator biasa disebut pengirim saja atau disebut juga sumber. Sebagian buku juga menyebut pengirim sebagai encoder. Dalam buku ini, encoder tidak didefinisikan sebagai manusia yang berinisiatif mengirimkan pesan guna mewujudkan motif komunikasinya. Encoder, disini diartikan sebagai alat penyandi; dan encoding adalah proses penyandian, yang disandikan adalah pesan. Kelak kita akan membicarakan lebih jauh tentang proses penyandian (encoding) dan alat penyandi (encoder) ini saat mengupas pesan di bagian lain. Dengan demikian, komunikator dapat terdiri dari satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar/publik, organisasi), dan massa sebagaimana terlihat pada gambar berikut.



2. Penerima Pesan: Komunikan Kembali pada kasus di awal bagian ini. Dalam kasus itu, ketika kekasih Anda menerima pesan yang Anda sampaikan melalui surat, kekasih Anda berperan sebagai penerima pesan. Disini, penerima pesan kita sebut komunikan. Komunikan kita definisikan sebagai manusia berakal budi, kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Dalam proses komunikasi, utamanya dalam tataran antarpribadi, peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling berganti. Ketika kekasih Anda menulis surat sebagai jawaban atas surat Anda, ia telah bertindak sebagai komunikator-2. Ketika Anda menerima surat yang ditulis kekasih, dari kacamata kekasih Anda itu, Anda adalah komunikannya, sehingga Anda kita sebut komunikan-2, demikian seterusnya. Dalam komunikasi yang dinamis, peran ini saling dipertukarkan. Karena itu, uraian tentang komunikator juga berlaku pada unsur komunikan, bahwa komunikan dapat terdiri dari satu orang, banyak orang (kelompok kecil, kelompok besar, termasuk dalam wujud organisasi),



dan massa. Karenanya pula, dilihat dari jumlah komunikator dan komunikannya, maka proses komunikasi dapat terjadi dalam sembilan kemungkinan, yaitu: 



antara satu orang dengan satu orang (saya dengan Anda),







antara satu orang dengan banyak orang (saya dengan satu kelas siswa)







antara satu orang dengan massa (saya bertindak selaku komunikator massa yang menyampaikan pesan melalui media massa).







antara banyak orang dengan satu orang (sekelompok siswa berbicara kepada saya),







antara banyak orang dengan banyak orang (sekelompok siswa dengan kelompok lainnya)







antara banyak orang dengan massa (sekelompok polisi mencanangkan antikorupsi, menyampaikan pesan melalui media massa).







antara massa dengan satu orang (khalayak pembaca media massa mempertanyaan penyataan saya di media massa).







antara massa dengan banyak orang (khalayak media massa mempertanyakan sikap sekelompok polisi yang katanya antikorupsi)







antara massa dengan massa (sebagian khalayak massa pembaca Tempo yang setuju atas suatu pemberitaan, sementara sebagian khalayak lainnya tidak setuju atas pemuatan berita di majalah itu) Jumlah kemungkinan di atas akan makin beragam manakala kita lebih jauh mengurai



unsur ”banyak orang” atas kelompok kecil, kelompok besar/publik, dan organisasi. Misal, komunikasi antara satu orang dengan organisasi terjadi ketika seorang pelanggan (komunikator) mengajukan ketidakpuasannya atas kinerja produk suatu organisasi produsen (komunikan) yang baru ia beli. Maka, manakala perusahaan produsen tersebut melalui petugas humasnya memberikan jawaban atas ketidakpuasan konsumen, terjadilah komunikasi antara organisasi



(produsen) selaku komunikator dengan satu orang (pelanggan) selaku komunikan. Lebih jauh tentang manusia komunikan akan dibahas pada bagian lain.



Seperti yang kita pahami, bahwa komunikan disebut juga penerima. Dalam konteks komunikasi massa, komunikan lazim disebut khalayak, tujuan (destination), pemirsa, pendengar, pembaca, target sasaran. Dalam komunikasi pemasaran disebut target pasar atau target konsumen. Sebagian buku lain menyebutkan bahwa penerima adalah decoder. Namun dalam pembahasan ini, decoder tidak diartikan sebagai manusia kepada siapa pesan komunikator ditujukan, melainkan adalah alat penyandi balik; dan decoding adalah proses penyandian balik, yang disandi balikkan adalah pesan. Kelak kita akan membicarakan lebih jauh tentang proses penyandian balik (encoder) dan alat penyandi (decoder) ini. 3. Pesan Pesan pada dasarnya bersifat abstrak. Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambang



komunikasi berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat abstrak; komunikan Anda tidak akan tahu apa yang ada dalam benak Anda sampai Anda mewujudkannya dalam salah satu bentuk atau kombinasi lambang-lambang komunikasi ini. Karena itu, lambang komunikasi disebut juga bentuk pesan, yakni wujud konkret dari pesan, berfungsi mewujudkan pesan yang abstrak menjadi konkret. Suara, mimik, dan gerak gerik lazim digolongkan dalam pesan nonverbal, sedangkan bahasa lisan dan bahasa tulisan dikelompokkan dalam pesan verbal. Awalnya manusia berkomunikasi hanya dengan mimik dan gerak gerik serta suara yang relatif tanpa makna, kecuali untuk mempertegas mimik dan gerak gerik. Pesan disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasi: apa yang ia pikir dan rasakan. Karena itu, pesan kita definisikan sebagai segala sesuatu, verbal maupun nonverbal, yang disampaikan komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan motif komunikasinya. Penekanan terhadap motif komunikasi dianggap penting, karena pembahasan ini menganut pandangan bahwa obyek kajian ilmu komunikasi adalah penyampaian pesan secara sengaja, walau derajat kesengajaan itu sulit ditentukan. Selain bentuk pesan, pemahaman atas makna pesan dan penyajian pesan juga penting untuk dikaji. Makna pesan terkait dengan makna denotatif, yakni makna formal yang biasanya tertera sebagaimana di kamus, sedangkan makna konotatif terkait dengan konotasi dari lambang komunikasi yang digunakan. 4. Saluran Komunikasi dan Media Komunikasi Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator sampai ke komunikannya, yaitu tanpa media (nonmediated communication yang berlangsung face-to-face, tatap muka) atau dengan media. Media yang dimaksud di sini adalah media komunikasi. Media merupakan bentuk



jamak dari medium. Medium komunikasi kita artikan sebagai alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesannya agar sampai ke komunikan. Jadi, unsur utama dari media komunikasi adalah pemilihan dan penggunaan alat perantara yang dilakukan komunikator dengan sengaja. Artinya, hal ini mengacu kepada pemilihan dan penggunaan teknologi media komunikasi. Dalam komunikasi tatap muka, saluran atau jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai ke komunikannya adalah gelombang cahaya atau gelombang suara. Dengan pengertian media di atas, yaitu alat perantara yang sengaja dipilih komunikator untuk menghantarkan pesan komunikator agar sampai kekomunikannya, maka gelombang cahaya dan gelombang suara tidak termasuk media komunikasi, melainkan alternatif saluran komunikasi, karena manusia tidak melakukan pemilihan dengan sengaja atas gelombang cahaya dan suara. Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikannya dapat dibedakan atas media massa dan nonmedia massa. Media massa dilihat dari waktu terbitnya dapat dibedakan atas media massa periodik dan media massa nonperiodik. Periodik berarti terbit teratur pada waktuwaktu yang telah ditentukan sebelumnya. Media massa periodik dapat dibedakan atas yang elektronik (radio, TV) dan non-elektronik atau cetak (surat kabar, majalah). Media massa nonperiodik dimaksudkan pada media massa yang bersifat eventual, tergantung pada event tertentu. Setelah event usai, selesai pulalah penggunaannya. Untuk itu, media massa nonperiodik dapat dibedakan atas manusia (juru kampanye atau sales promotion girl) dan benda (poster, spanduk, leaflet, baligo). Kembali kepada nonmedia massa. Dilihat dari sifatnya, dapat dibedakan atas nonmedia massa manusia (kurir pembawa pesan) dan nonmedia massa benda. Nonmedia massa benda dapat dibedakan atas yang elektronik (telepon, faks) dan yang nonelektronik (surat).



Perkembangan teknologi komunikasi terkini, yakni teknologi komputer dengan internetnya, melahirkan media yang bersifat multimedia. Dikatakan multimedia karena hampir seluruh bentuk media komunikasi yang telah dikenal umat manusia menyatu dalam elektronik digitalnya. Di internet kita dapat menemukan surat elektronik, i-phone (telepon internet), surat kabar/majalah elektronik, radio internet, TV internet, bahkan kegiatan tatap muka melalui internet (video conference). Kembali pada komunikasi langsung tatap muka. Pada dasarnya, yang dilakukan adalah aktivitas komunikasi. Aktivitas komunikasi tatap muka ini bentuknya bermacam-macam, mulai dari perbincangan, wawancara, konseling, rapat, seminar, lokakarya, hingga pameran dimana target komunikan (calon konsumen) dapat berbincang langsung tatap muka dengan wakil dari perusahaan guna membicarakan produk yang dipamerkan. Gambar berikut mengurai berbagai bentuk media dan saluran komunikasi yang kita singgung di atas.



5. Efek Komunikasi Efek komunikasi kita artikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan, yaitu kognitif (seseorang menjaditahu tentang sesuatu), afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu), dan konatif (tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu). Umumnya, kita mengenal tiga bidang studi utama di bawah program studi ilmu komunikasi, yaitu periklanan, kehumasan, dan jurnalistik. Ilmu komunikasi, sebagaimana diutarakan, mempelajari penyampaian pesan antar manusia. Bagaimana cara menyampaikan pesan agar ide, barang, atau jasa yang dijual laku sebanyak-banyaknya; maka hal ini dipelajari dalam bidang studi periklanan/advertising. Bagaimana cara menyampaikan pesan agar publik internal maupun eksternal memberikan dukungan yang positif dan terus-menerus kepada organisasi; hal ini dipelajari dalam bidang studi humas/public relations. Bagaimana cara menyampaikan pesan melalui media massa agar dipahami sebagaimana adanya; maka hal ini dipelajari dalam bidang studi jurnalistik.



6. Umpan Balik Umpan balik dapat kita maknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator yang disampaikan kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis, sebagaimana diutarakan, komunikator dan komunikan terus-menerus saling bertukar peran. Karenanya, umpan balik pada dasarnya adalah pesan juga, yakni ketika komunikan berperan sebagai komunikator-2. Karenanya, pembahasan tentang umpan balik pada dasarnya sama dengan pembahasan kita tentang pesan.