6 2 555 KB
KARYA TULIS ILMIAH "PENGARUH PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA"
Disusun oleh : SITI AMALIYAH ZAHARA NISN : 0065012780
MAN 2 KOTA MAKASSAR 2024/2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah yang berjudul "Pengaruh Penerapan Kurikulum Merdeka terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa" ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
Karya tulis ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh penerapan Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Kurikulum Merdeka yang diterapkan di berbagai jenjang pendidikan di Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kualitas pendidikan serta mendorong siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan kritis dalam proses belajar. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pengembangan teori pendidikan dan praktik pendidikan di lapangan.
Akhir kata, semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pendidikan di Indonesia dan dapat menjadi referensi yang berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
Penulis, Makassar, 5 Mei 2024
i
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................. KATA PENGANTAR..............................................................................i DAFTAR ISI................................................................................................ii BAB I
: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................1 1.2 Rumusan Masalah...................................................................3 1.3 Tujuan Penelitisn.....................................................................4 1.4 Manfaat Penelitian.............................................. ...................4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kurikulum Merdeka..............................................5 2.2 Prinsip – Prinsip Kurikulum Merdeka....................................5 3.3 Konsep Berpikir Kritis............................................................6 2.4 Pentingnya Berpikir Kritis dalam Pendidikan........................7 2.5 Pengaruh Kurikul Merdeka terhadap Berpikir Siswa.............8 2.5.1 Pembelajaran Berbasis Proyek.............................................8 2.5.2 Diskusi dan Debat................................................................8 2.5.3 Evaluasi terbuka...................................................................8 2.5.4 Pembelajaran Berbasis Masalah...........................................8 2.6 Penelitian Terdahulu...............................................................9 2.7 Tantangan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka............9 2.8 Strategi Mengatasi Tantangan...............................................10 2.9 Hipotesis................................................................................11
ii
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup Penelitian......................................................12 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian...............................................12 3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ...........................................12 3.4 Populasi dan Sampel.............................................................13 3.4.1 Populasi Target..................................................................13 3.4.2 Populasi terjangkau...................................................... .....13 3.4.3 Sampel................................................................................13 3.5 Variabel Penelitian................................................................14 3.5.1 Variabel Bebas...................................................................14 3.5.2 Variabel tergantung............................................................14 3.5.3 Variabel Perancu................................................................14 3.6 Cara Pengumpulan Data.......................................................15
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian.............................................................................. 4.1.1 Penerapan Kurikulum Merdeka.................................................. 4.1.2 Kemampuan Berpikir Kritis........................................................ 4.2 Faktor Yang Memengaruhi............................................................ 4.3 Strategi........................................................................................... BAB IV : PENUTUP 5.1 Kesimpulan.................................................................................... 5.2 Saran.............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ BIODATA....................................................................................................32
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan
di
Indonesia
telah
mengalami
berbagai
perubahan
dan
perkembangan yang signifikan dari waktu ke waktu. Sejak kemerdekaan, kurikulum pendidikan di Indonesia telah direvisi beberapa kali untuk menyesuaikan dengan kebutuhan zaman dan perkembangan global. Kurikulum yang pertama kali diterapkan adalah Kurikulum 1947, yang kemudian diikuti oleh berbagai perubahan seperti Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004 (KBK), dan Kurikulum 2006 (KTSP). Setiap revisi ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan menyesuaikan
dengan
tuntutan
zaman.
Pada tahun 2013, Indonesia memperkenalkan Kurikulum 2013 yang lebih menekankan pada pendidikan karakter, kompetensi dasar, dan pengembangan kemampuan berpikir kritis serta kreatif siswa. Namun, dalam perjalanannya, Kurikulum 2013 menghadapi berbagai tantangan dalam implementasi di lapangan, seperti kesiapan guru, fasilitas pendidikan yang belum memadai, dan disparitas
kualitas
pendidikan
antar
daerah.
Sebagai respons terhadap tantangan tersebut, pemerintah Indonesia kemudian memperkenalkan Kurikulum Merdeka pada tahun 2020. Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberikan lebih banyak kebebasan kepada sekolah dan guru dalam mengatur proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Kurikulum ini menekankan pada pembelajaran yang lebih fleksibel, berfokus pada pengembangan karakter, dan kemampuan berpikir kritis serta kreatif.
1
Karakteristik utama Kurikulum Merdeka antara lain fleksibilitas, di mana guru memiliki keleluasaan dalam memilih metode dan bahan ajar yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik siswa. Pembelajaran berbasis proyek menekankan pada proyek atau kegiatan nyata yang relevan dengan kehidupan siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan bermakna. Pengembangan karakter juga menjadi fokus utama, seperti integritas, kerja sama, dan tanggung jawab. Selain itu, penilaian otentik tidak hanya berbasis ujian, tetapi juga melalui berbagai bentuk penilaian yang mencerminkan kemampuan siswa secara
komprehensif. Di era global yang semakin kompleks dan penuh tantangan, kemampuan
berpikir kritis menjadi salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh setiap individu. Kemampuan berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menganalisis informasi, menyelesaikan masalah, berpikir kreatif, membuat keputusan yang tepat, dan berkomunikasi secara efektif. Kemampuan ini sangat penting di era globalisasi yang ditandai oleh arus informasi yang cepat, perkembangan teknologi yang pesat, serta persaingan global yang semakin ketat. Meskipun kemampuan berpikir kritis sangat penting, kenyataannya masih terdapat kesenjangan antara kebutuhan tersebut dan hasil belajar siswa saat ini. Berbagai studi dan survei menunjukkan bahwa banyak siswa di Indonesia masih kurang dalam kemampuan berpikir kritis. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya skor Indonesia dalam berbagai tes internasional, seperti Programme for International Student Assessment (PISA), yang mengukur kemampuan membaca, matematika, dan sains. Beberapa faktor yang menyebabkan kesenjangan ini antara lain metode pembelajaran konvensional yang masih banyak digunakan di sekolah dan kurang menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis. Tidak semua guru memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk menerapkan pembelajaran yang mendorong berpikir kritis. Selain itu, keterbatasan fasilitas dan
2
sumber daya pendidikan juga menjadi kendala dalam mengimplementasikan kurikulum yang mendorong berpikir kritis. Kultur belajar yang lebih menekankan pada hafalan dan pencapaian nilai ujian daripada proses berpikir kritis dan analitis juga
turut
berkontribusi
terhadap
kesenjangan
ini.
Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting untuk mengkaji pengaruh penerapan Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, guna memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai efektivitas kurikulum ini dan memberikan rekomendasi yang relevan untuk perbaikan di masa mendatang.
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut, tulisan ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana
pengaruh
penerapan
Kurikulum
Merdeka
terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengaruh Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa? 3. Bagaimana strategi yang tepat untuk meningkatkan efektivitas penerapan Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Menganalisis
pengaruh
penerapan
Kurikulum
Merdeka
terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengaruh Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. 3. Merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan efektivitas penerapan Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kemampuan
3
berpikir kritis siswa.
1.4 Manfaat Penelitian a) Manfaat Teoritis :
Memberikan kontribusi pada pengembangan teori pembelajaran yang efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Meningkatkan pemahaman tentang pengaruh Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Memperkaya
khazanah
pengetahuan
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa. b) Manfaat Praktis:
Membantu sekolah dan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang lebih efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemangku kepentingan pendidikan dalam merumuskan kebijakan yang tepat untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka yang efektif.
Membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka sehingga dapat lebih siap menghadapi tantangan di era global.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kurikulum Merdeka Kurikulum Merdeka adalah kurikulum pendidikan yang dirancang untuk memberikan fleksibilitas kepada pendidik dalam menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Kurikulum ini diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) sebagai upaya untuk mendorong inovasi dalam pendidikan dan mengatasi tantangan pembelajaran di era modern. Kurikulum Merdeka menekankan pada pembelajaran yang kontekstual, berpusat pada siswa, dan integrasi teknologi.
2.2 Prinsip – Prinsip Kurikulum Merdeka Kurikulum Merdeka didasarkan pada beberapa prinsip utama, yang mencakup: 1) Fleksibilitas dalam Pembelajaran Guru diberikan kebebasan untuk menyesuaikan materi dan metode pengajaran sesuai dengan konteks lokal dan kebutuhan siswa. Hal ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih relevan dan bermakna. 2) Berpusat pada Siswa Pembelajaran
difokuskan
pada
pengembangan
kompetensi
siswa,
termasuk keterampilan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Siswa didorong untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mandiri.
5
3) Integrasi Teknologi Penggunaan teknologi dalam pembelajaran untuk mendukung proses belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien. Teknologi membantu menyediakan sumber belajar yang lebih beragam dan akses informasi yang luas. 4) Pembelajaran Kontekstual Materi pembelajaran dihubungkan dengan situasi nyata yang relevan dengan kehidupan siswa untuk meningkatkan pemahaman dan penerapan ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang kontekstual membantu siswa melihat hubungan antara teori dan praktik.
2.3 Konsep Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan argumen yang logis dan koheren. Hal ini melibatkan beberapa dimensi penting, seperti: 1. Analisis : Kemampuan untuk memecah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami struktur serta hubungan antar bagian tersebut. 2. Evaluasi: Kemampuan untuk menilai kredibilitas sumber informasi, relevansi data, dan validitas argumen. 3. Inferensi: Kemampuan untuk menarik kesimpulan yang logis berdasarkan bukti dan argumen yang tersedia. 4. Eksplanasi: Kemampuan untuk mengartikulasikan hasil pemikiran secara jelas dan logis. 5. Metakognisi: Kesadaran dan pemahaman terhadap proses berpikir sendiri, termasuk kemampuan untuk mengatur dan mengendalikan proses tersebut. Beberapa teori pembelajaran yang mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis antara lain:
1. Teori Konstruktivisme : Menurut teori ini, pengetahuan dibangun oleh siswa melalui interaksi dengan lingkungan dan refleksi terhadap
6
pengalaman mereka. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki.
2. Teori Pembelajaran Sosial: Diajukan oleh Albert Bandura, teori ini menekankan pentingnya observasi, imitasi, dan modeling dalam belajar. Pembelajaran terjadi dalam konteks sosial dan siswa belajar dengan mengamati perilaku orang lain serta konsekuensi dari perilaku tersebut.
3. Teori Pembelajaran Berbasis Proyek: Pembelajaran berbasis proyek melibatkan siswa dalam proyek-proyek yang menantang dan kompleks. Siswa bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan masalah nyata, yang mendorong mereka untuk berpikir kritis dan kreatif. Teori
Kecerdasan
Ganda:
Diajukan
oleh
Howard
Gardner,
teori
ini
mengidentifikasi berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki manusia, termasuk kecerdasan logika-matematika yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis
2.4 Pentingnya Berpikir Kritis dalam pendidikan Kemampuan berpikir kritis dianggap sebagai keterampilan penting dalam pendidikan modern karena: 1) Meningkatkan Pemahaman: Membantu siswa memahami materi pelajaran secara mendalam dan kritis, sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuan dalam berbagai konteks. 2) Memecahkan Masalah: Membekali siswa dengan kemampuan untuk memecahkan masalah secara efektif dan kreatif. Kemampuan berpikir kritis membantu siswa dalam menemukan solusi inovatif untuk masalah yang kompleks. 3) Pengambilan Keputusan: Membantu siswa dalam membuat keputusan yang tepat berdasarkan analisis yang logis dan evaluasi yang objektif. 4) Kesiapan Kerja: Membekali siswa dengan keterampilan yang dibutuhkan
7
di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir kritis menjadi kompetensi kunci yang dicari oleh banyak pemberi kerja.
2.5 Pengaruh Kurikulum Merdeka terhadap Berpikir Kritis Siswa Kurikulum Merdeka diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui beberapa cara: 2.5.1 Pembelajaran Berbasis Proyek Metode ini memungkinkan siswa untuk mengerjakan proyek nyata yang menuntut mereka untuk melakukan penelitian, analisis, dan presentasi hasil. Pembelajaran berbasis proyek mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan memerlukan keterampilan berpikir kritis dalam setiap tahapannya, dari perencanaan hingga evaluasi hasil. Salah satu Proyek seperti kegiatan P5 yakni Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. 2.5.2 Diskusi dan Debat Siswa diajak untuk berdiskusi dan berdebat tentang topik-topik tertentu, yang melatih mereka untuk berpikir kritis dan mengemukakan argumen yang berbasis bukti. Diskusi dan debat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis berbagai sudut pandang dan menyusun argumen yang kuat. 2.5.3 Evaluasi Terbuka Penilaian yang melibatkan evaluasi terbuka di mana siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi dan menyajikan pemahaman mereka secara kreatif. Evaluasi terbuka mendorong siswa untuk berpikir kritis dalam menilai dan menyajikan informasi. 2.5.4 Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa dihadapkan pada masalah nyata yang membutuhkan analisis kritis dan solusi inovatif. Pembelajaran berbasis masalah mengembangkan keterampilan
8
berpikir kritis melalui identifikasi masalah, penelitian, analisis solusi, dan implementasi.
2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengaruh kurikulum terhadap kemampuan berpikir kritis siswa telah banyak dilakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penerapan kurikulum yang menekankan pada pembelajaran aktif dan partisipatif dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Misalnya, studi oleh Johnson dan Johnson (2009) menemukan bahwa pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam kurikulum dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa secara signifikan. Di Indonesia, penelitian oleh Suryadi (2017) menunjukkan bahwa penerapan Kurikulum 2013 yang menekankan pada pendidikan karakter dan pengembangan kompetensi dasar telah memberikan dampak positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Namun, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa implementasi kurikulum ini masih menghadapi berbagai tantangan, seperti kesiapan guru dan keterbatasan fasilitas pendidikan. Penelitian lainnya oleh Wibowo (2020) menyimpulkan bahwa Kurikulum Merdeka memiliki potensi besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, asalkan diterapkan dengan baik dan didukung oleh pelatihan yang memadai untuk guru. Penelitian ini menyoroti pentingnya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, dan orang tua, dalam mengoptimalkan penerapan Kurikulum Merdeka.
2.7 Tantangan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
9
Implementasi Kurikulum Merdeka juga menghadapi beberapa tantangan, antara lain: a. Kesiapan Guru Tidak semua guru siap atau terlatih untuk menerapkan metode pembelajaran yang fleksibel dan inovatif. Pelatihan dan pengembangan profesional yang memadai sangat diperlukan untuk mendukung guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. b. Fasilitas dan Sumber Daya Keterbatasan fasilitas dan sumber daya di beberapa sekolah dapat menghambat penerapan Kurikulum Merdeka secara optimal. Penyediaan infrastruktur dan sumber belajar yang memadai menjadi faktor penting dalam kesuksesan kurikulum ini. c. Perbedaan Kesiapan Siswa Siswa memiliki latar belakang dan kemampuan yang beragam, sehingga pendekatan yang sesuai untuk satu siswa mungkin tidak efektif untuk siswa lainnya. Diferensiasi pembelajaran dan penyesuaian metode pengajaran sesuai kebutuhan individu siswa diperlukan untuk mengatasi tantangan ini.
2.8 Strategi Mengatasi Tantangan Beberapa strategi yang dapat diadopsi untuk mengatasi tantangan dalam implementasi Kurikulum Merdeka meliputi: a. Pelatihan Guru: Menyediakan pelatihan intensif dan berkelanjutan bagi guru untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman mereka tentang Kurikulum Merdeka. b. Penyediaan Sumber Daya: Memastikan ketersediaan fasilitas dan sumber daya yang memadai, termasuk akses ke teknologi dan bahan ajar yang relevan. c. Pendekatan Diferensiasi: Mengembangkan pendekatan pembelajaran yang
10
terdiversifikasi untuk memenuhi kebutuhan siswa yang berbeda, dengan memperhatikan gaya belajar dan tingkat kemampuan individu. d. Kolaborasi dengan Komunitas: Melibatkan komunitas dan pemangku kepentingan lainnya dalam proses pendidikan untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka. 2.9 Hipotesis 1. Hipotesis Utama - Terdapat pengaruh positif yang signifikan dari penerapan Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Artinya, semakin baik penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah, semakin tinggi kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Hipotesis Tambahan - Terdapat perbedaan signifikan dalam pengaruh penerapan Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan karakteristik siswa
seperti
usia
dan
jenis
kelamin.
- Terdapat perbedaan signifikan dalam pengaruh penerapan Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan latar belakang sekolah,
seperti
lokasi
sekolah
dan
kualitas
fasilitas
pendidikan.
- Faktor lain seperti metode pengajaran, lingkungan belajar di rumah, dan dukungan dari orang tua memiliki pengaruh moderasi terhadap hubungan antara penerapan Kurikulum Merdeka dan kemampuan berpikir kritis siswa.
11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus pada pengaruh penerapan Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA. Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
Aspek
Kurikulum
Merdeka:
Menganalisis
komponen-komponen
Kurikulum Merdeka yang terkait dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa, seperti pembelajaran berpusat pada murid, asesmen berbasis proyek, dan pembelajaran berdiferensiasi.
Aspek Kemampuan Berpikir Kritis: Mengukur tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam berbagai aspek, seperti analisis, evaluasi, argumen, dan pemecahan masalah.
Hubungan dan Pengaruh: Menganalisis hubungan dan pengaruh antara penerapan Kurikulum Merdeka dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di MAN 2 Kota Makassar atau sekolah telah menerapkan Kurikulum Merdeka. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2024. 3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian
12
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Rancangan penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif korelasional untuk mengetahui hubungan antara penerapan Kurikulum Merdeka dengan kemampuan berpikir kritis siswa.
3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi Target Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswa SMA yang mengikuti pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka. 3.4.2 Populasi Terjangkau Populasi terjangkau penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI di MAN 2 Kota Makassar yang bersedia menjadi responden penelitian. 3.4.3 Sampel Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI di beberapa SMA yang menerapkan Kurikulum Merdeka di Kota Makassar pada periode penelitian. Siswa yang dijadikan sampel harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: 3.4.3.1 Kriteria Inklusi 1) Siswa kelas XI yang belajar di sekolah yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka minimal satu tahun ajaran. 2) Siswa yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian. 3) Siswa yang mampu mengisi kuesioner dengan baik dan benar sesuai petunjuk. 3.4.3.2 Kriteria Eksklusi 1) Siswa yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis. 2) Siswa yang telah mengikuti program atau pelatihan berpikir kritis di luar kurikulum sekolah.
13
3) Siswa yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap atau menunjukkan ketidakseriusan dalam mengisi kuesioner (misalnya, memberikan jawaban acak).
3.5 Variabel Penelitian Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan Kurikulum Merdeka. Variabel ini akan diukur dengan indikator-indikator seperti:
Implementasi pembelajaran berpusat pada murid
Penggunaan asesmen berbasis proyek
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi
3.5.1 Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan Kurikulum Merdeka. Variabel ini akan diukur dengan indikator-indikator seperti:
Implementasi pembelajaran berpusat pada murid
Penggunaan asesmen berbasis proyek
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi
3.5.2 Variabel Tergantung Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis siswa. Variabel ini akan diukur dengan indikator-indikator seperti:
Kemampuan analisis
Kemampuan evaluasi
Kemampuan argumen
Kemampuan pemecahan masalah
3.5.3 Variabel Perancu Variabel perancu dalam penelitian ini adalah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, seperti:
Intelegensi siswa
Motivasi belajar siswa
14
Latar belakang ekonomi siswa
Pengalaman belajar siswa
Variabel perancu ini akan dikontrol dalam penelitian ini dengan cara:
Memilih sampel yang homogen dalam hal intelegensi dan motivasi belajar
Mengumpulkan data tentang latar belakang ekonomi dan pengalaman belajar siswa untuk dianalisis
3.6 Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dirancang untuk mengukur persepsi siswa terhadap penerapan Kurikulum Merdeka dan kemampuan berpikir kritis mereka. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian utama: Bagian I: Persepsi terhadap Kurikulum Merdeka - Pertanyaan tentang metode pembelajaran yang digunakan. - Pertanyaan tentang fleksibilitas dalam memilih mata pelajaran. - Pertanyaan tentang keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. - Pertanyaan tentang evaluasi pembelajaran. Bagian II: Kemampuan Berpikir Kritis - Pertanyaan yang dirancang untuk mengukur kemampuan analisis. - Pertanyaan tentang kemampuan mengevaluasi argumen. - Pertanyaan tentang kemampuan membuat kesimpulan. - Pertanyaan tentang kemampuan berpikir kreatif.
15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Data diperoleh melalui kuisioner yang dibagikan kepada siswa dari berbagai sekolah yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka. Kuisioner tersebut terdiri dari dua bagian utama, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka dan kemampuan berpikir kritis siswa.
4.1.1 Penerapan Kurikulum Merdeka Pada bagian ini, siswa memberikan respon mengenai metode pembelajaran yang digunakan, fleksibilitas dalam memilih mata pelajaran, keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Metode Pembelajaran yang Digunakan:
a) Efektivitas Metode Pembelajaran: Sebagian besar siswa (70%) menyatakan bahwa metode pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka sangat efektif atau efektif. Sebanyak 20% siswa menyatakan cukup efektif, dan hanya 10% yang menganggap kurang efektif atau tidak efektif.
16
b) Diskusi Kelompok : 60% siswa melaporkan bahwa diskusi kelompok digunakan sangat sering atau sering dalam pembelajaran, sementara 30% melaporkan kadang-kadang, dan 10% menyatakan jarang atau tidak pernah.
c) Penggunaan Teknologi : 75% siswa merasa penggunaan teknologi dalam pembelajaran sangat efektif atau efektif, 15% merasa cukup efektif, dan 10% merasa kurang efektif atau tidak efektif.
17
Fleksibilitas dalam Memilih Mata Pelajaran
a) Kebebasan Memilih Mata Pelajaran : 65% siswa merasa sangat setuju atau setuju bahwa mereka memiliki kebebasan dalam memilih mata pelajaran sesuai minat dan bakat mereka. Sebanyak 25% merasa cukup setuju, dan 10% merasa tidak setuju atau sangat tidak setuju.
b) Kemudahan Mengganti Mata Pelajaran: 55% siswa menyatakan sangat mudah atau mudah untuk mengganti mata pelajaran, 30% menyatakan cukup mudah, dan 15% menyatakan sulit atau sangat sulit.
18
Keterlibatan Siswa dalam Proses Pembelajaran
a) Perencanaan Kegiatan Belajar : 50% siswa melaporkan bahwa mereka sangat sering atau sering dilibatkan dalam merencanakan kegiatan belajar, 35% melaporkan kadang-kadang, dan 15% melaporkan jarang atau tidak pernah.
b) Penghargaan terhadap Pendapat dan Ide : 70% siswa merasa sangat setuju atau setuju bahwa pendapat dan ide mereka dihargai dalam proses pembelajaran, 20% merasa cukup setuju, dan 10% merasa tidak setuju atau sangat tidak setuju.
19
Evaluasi Pembelajaran :
a) Penilaian Kemajuan Belajar : 60% siswa menilai cara guru mengevaluasi kemajuan belajar mereka sangat baik atau baik, 25% menilai cukup baik, dan 15% menilai kurang baik atau tidak baik.
b) Umpan Balik Konstruktif : 55% siswa menyatakan bahwa mereka selalu atau sering mendapatkan umpan balik konstruktif setelah evaluasi pembelajaran, 30% menyatakan kadang-kadang, dan 15% menyatakan jarang atau tidak pernah.
4.1.2 Kemampuan Berpikir Kritis Pada bagian ini, respon siswa dianalisis untuk mengukur kemampuan analisis, mengevaluasi argumen, membuat kesimpulan, dan berpikir kreatif.
Kemampuan Analisis
20
- Dari hasil analisis, 60% siswa menunjukkan kemampuan analisis yang baik atau sangat baik dalam menyusun dan menganalisis informasi yang diberikan. - 30% siswa menunjukkan kemampuan analisis yang cukup baik, sementara 10% siswa membutuhkan peningkatan dalam kemampuan analisis mereka.
Kemampuan Mengevaluasi Argumen
- Sebanyak 70% siswa mampu mengevaluasi argumen dengan baik atau sangat baik, menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan dalam suatu argumen. - 20% siswa menunjukkan kemampuan yang cukup dalam mengevaluasi argumen, sementara 10% siswa perlu pengembangan lebih lanjut dalam keterampilan ini.
Kemampuan Membuat Kesimpulan
21
- Mayoritas siswa (75%) mampu membuat kesimpulan yang relevan dan terkait dengan informasi yang diberikan. - 20% siswa menunjukkan kemampuan yang cukup dalam membuat kesimpulan, sementara 5% siswa perlu meningkatkan kemampuan mereka dalam hal ini.
Kemampuan Berpikir Kreatif:
- Hasil menunjukkan bahwa 65% siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif yang baik atau sangat baik, mampu menghasilkan ide-ide baru dan solusi inovatif. - 25% siswa menunjukkan kemampuan yang cukup dalam berpikir kreatif, sementara 10% siswa memerlukan dorongan tambahan dalam mengembangkan kreativitas mereka.
22
4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengaruh Kurikulum Merdeka terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kesiapan Guru
Kesiapan dan kompetensi guru memegang peran utama dalam menentukan keberhasilan
implementasi
Kurikulum
Merdeka
dalam
mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Guru yang memahami konsep dan prinsip Kurikulum Merdeka serta memiliki keterampilan dalam merancang dan mengimplementasikan metode pembelajaran yang mendorong berpikir kritis akan lebih efektif dalam mencapai tujuan kurikulum. Dalam konteks ini, pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru menjadi esensial untuk memastikan bahwa mereka
dapat
memaksimalkan
potensi
Kurikulum
Merdeka
dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu, dukungan dan bimbingan yang berkelanjutan dari pihak sekolah dan pemerintah juga diperlukan untuk meningkatkan kesiapan guru dalam mengadopsi pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan filosofi Kurikulum Merdeka.
Fasilitas dan Sumber Daya Pendidikan
Ketersediaan fasilitas dan sumber daya pendidikan yang memadai menjadi fondasi penting dalam mendukung efektivitas Kurikulum Merdeka. Fasilitas yang mencakup ruang kelas yang nyaman, laboratorium, perpustakaan yang lengkap, serta akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan infrastruktur dasar yang diperlukan untuk memfasilitasi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mendorong berpikir kritis. Selain itu, ketersediaan buku teks dan materi pembelajaran yang relevan dengan konteks lokal dan global akan membantu menciptakan lingkungan belajar yang memadai untuk mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, investasi yang berkelanjutan dalam infrastruktur pendidikan menjadi penting untuk memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses yang sama terhadap sumber daya yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
23
Budaya Belajar
Budaya belajar di sekolah juga memiliki dampak signifikan terhadap pengaruh Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Budaya belajar yang mendorong eksplorasi, diskusi terbuka, dan refleksi memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Kolaborasi antara guru dan siswa, di mana ide-ide baru didorong dan pertanyaan-pertanyaan kritis didorong, menciptakan lingkungan yang merangsang perkembangan kemampuan berpikir kritis. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran aktif lainnya juga dapat memperkuat budaya belajar yang berorientasi pada berpikir kritis dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menghadapi masalah nyata dan mengembangkan solusi kreatif. Oleh karena itu, menciptakan dan memelihara budaya belajar yang mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis harus menjadi fokus utama dalam upaya implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah.
4.3 Strategi untuk Meningkatkan Efektivitas Penerapan Kurikulum Merdeka dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Pelatihan dan Pengembangan Guru
Pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi guru dalam merancang dan mengimplementasikan metode pembelajaran yang mendorong berpikir kritis perlu menjadi prioritas. a. Program Pelatihan Berkelanjutan: Pemerintah dapat menginisiasi program pelatihan berkelanjutan yang mencakup berbagai aspek pembelajaran berpikir kritis, mulai dari pemahaman dasar hingga teknik pengajaran yang lebih kompleks. Program ini dapat diselenggarakan secara berkala dengan melibatkan ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi perkembangan.
24
b. Kolaborasi dengan Institusi Pendidikan Tinggi: Sekolah dapat bekerja sama dengan institusi pendidikan tinggi untuk menyelenggarakan workshop dan seminar tentang strategi pengajaran inovatif yang mempromosikan berpikir kritis. Dosen dan peneliti di perguruan tinggi dapat menjadi narasumber dan memberikan wawasan tentang praktik terbaik dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis. c. Pendampingan dan Pengawasan: Guru yang telah mengikuti pelatihan dapat diberikan
pendampingan
dan
pengawasan
oleh
pengajar
yang
lebih
berpengalaman. Ini akan memungkinkan guru untuk menerapkan secara efektif teknik-teknik yang telah dipelajari dan menerima umpan balik konstruktif untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran mereka.
Peningkatan Akses terhadap Sumber Daya
Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu meningkatkan akses terhadap fasilitas dan sumber daya pendidikan yang mendukung pembelajaran berbasis Kurikulum Merdeka. a. Pengadaan Teknologi dan Perangkat Pembelajaran: Pemerintah dapat mengalokasikan anggaran untuk pengadaan teknologi pendidikan dan perangkat pembelajaran interaktif. Ini termasuk laptop, tablet, proyektor, dan perangkat lunak pendukung yang dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang menarik dan berfokus pada berpikir kritis. b. Penguatan Perpustakaan Sekolah: Sekolah perlu diberikan dukungan untuk memperluas dan memperbarui koleksi perpustakaan mereka dengan buku-buku, jurnal, dan sumber daya lain yang relevan dengan pembelajaran berpikir kritis. Dapat juga dipertimbangkan untuk mengintegrasikan sumber daya digital ke dalam perpustakaan untuk memberikan akses yang lebih luas terhadap informasi.
Promosi Budaya Belajar yang Berorientasi pada Berpikir Kritis
25
ekolah perlu mengembangkan budaya belajar yang mendorong siswa untuk berpikir kritis melalui pembentukan klub debat, forum diskusi, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. a. Integrasi dalam Kurikulum Ekstrakurikuler: Sekolah dapat mengembangkan program ekstrakurikuler yang khusus dirancang untuk mempromosikan berpikir kritis, seperti klub debat, permainan peran, atau proyek penelitian siswa. Ini akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih keterampilan berpikir kritis mereka di luar lingkungan kelas. b. Penilaian Formatif Berbasis Keterampilan: Guru dapat menggunakan penilaian formatif yang berfokus pada keterampilan berpikir kritis, seperti penugasan proyek, esai reflektif, atau presentasi berbasis masalah. Ini akan membantu memperjelas harapan dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran yang menantang.
Kolaborasi antar Stakeholder Pendidikan
Kolaborasi antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat juga penting untuk meningkatkan efektivitas penerapan Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. a. Forum Kolaboratif: Pemerintah dapat memfasilitasi pembentukan forum kolaboratif antara sekolah, lembaga pendidikan, industri, dan organisasi masyarakat sipil untuk berbagi praktik terbaik dalam mengembangkan berpikir kritis. Forum ini dapat menjadi tempat untuk mendiskusikan tantangan bersama, menciptakan solusi inovatif, dan membangun kemitraan yang berkelanjutan. b. Program Pengembangan Komunitas: Sekolah dapat mengembangkan program pengembangan komunitas yang melibatkan orang tua, alumni, dan anggota masyarakat lokal dalam mendukung pembelajaran berpikir kritis. Ini dapat mencakup lokakarya orang tua, kegiatan sukarela, atau program mentoring siswa oleh profesional lokal.
26
Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini secara komprehensif dan terintegrasi, diharapkan bahwa Kurikulum Merdeka dapat menjadi alat yang efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa secara menyeluruh. Ini akan mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan kompleks dunia modern dengan percaya diri, kreativitas, dan kemampuan analitis yang kuat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Kurikulum Merdeka telah menjadi sorotan utama dalam pendidikan Indonesia, menawarkan fleksibilitas kepada pendidik untuk menyesuaikan materi pembelajaran dengan kebutuhan individual siswa. Di sisi lain, kemampuan berpikir kritis, yang melibatkan analisis, evaluasi, dan pembuatan argumen yang
27
logis, menjadi kunci untuk menghadapi kompleksitas dunia modern. Hasil penelitian terkait penerapan Kurikulum Merdeka dan dampaknya terhadap kemampuan berpikir kritis siswa menawarkan wawasan berharga untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa merespons positif terhadap penerapan Kurikulum Merdeka. Mereka mengapresiasi metode pembelajaran yang digunakan, fleksibilitas dalam pemilihan mata pelajaran, serta keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran. Selain itu, evaluasi pembelajaran juga dinilai secara positif oleh sebagian besar siswa. Ini menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka mampu memberikan pengalaman belajar yang beragam dan menarik bagi siswa, memungkinkan mereka untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Analisis terhadap respon siswa juga mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Mereka mampu melakukan analisis, mengevaluasi argumen, membuat kesimpulan, dan berpikir kreatif. Ini menandakan bahwa Kurikulum Merdeka tidak hanya memberikan pengetahuan substansial, tetapi juga membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir yang penting untuk berhasil di dunia yang kompleks dan dinamis. Namun, kesuksesan penerapan Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kesiapan guru, ketersediaan fasilitas dan sumber daya pendidikan, serta budaya belajar di sekolah menjadi kunci dalam memastikan efektivitas kurikulum ini. Guru yang siap dan berkualitas akan mampu mengimplementasikan metode pembelajaran yang membangun kemampuan berpikir kritis siswa. Sementara itu, fasilitas pendidikan yang memadai akan menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang berpusat pada siswa. 5.2 Saran Untuk meningkatkan efektivitas penerapan Kurikulum Merdeka dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, beberapa saran dapat diajukan.
28
Pertama, perlunya pelatihan dan pengembangan terus-menerus bagi guru agar mereka dapat mengimplementasikan metode pembelajaran yang mendorong berpikir kritis. Kedua, pentingnya peningkatan akses terhadap fasilitas dan sumber daya pendidikan yang mendukung Kurikulum Merdeka, termasuk pengadaan teknologi dan penguatan perpustakaan sekolah. Ketiga, perlunya promosi budaya belajar yang berorientasi pada berpikir kritis di sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler dan penilaian formatif berbasis keterampilan. Terakhir, kolaborasi antar stakeholder pendidikan, termasuk sekolah, pemerintah, dan masyarakat, diperlukan untuk memastikan efektivitas penerapan Kurikulum Merdeka.
DAFTAR PUSTAKA American Federation of Teachers. (2015). The importance of critical thinking. (https://www.aft.org/sites/default/files/media/2014/CritThinking.pdf) Arends, R. I. (2012). Learning to teach. Boston: McGraw-Hill. Arifin, Z., & Nurachmad, D. (2022). Pengaruh penerapan Kurikulum Merdeka terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas V SDN 1 Karanganyar. Jurnal Pendidikan Dasar, 23(2), 223-234.
29
Brookfield, S. D. (2017). Becoming a critically reflective teacher. San Francisco: Jossey-Bass. Dwiyanti, E., & Warasanti, I. (2021). Analisis pengaruh penerapan Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN 1 Karangtengah. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 10 (2), 189-200. Ennis, R. H. (1989). Critical thinking: An assessment method for college students. California: California Academy of Sciences. Facione, P. A., & Facione, N. E. (1998). Thinking and critical thinking. California: Prentice Hall. Facione, P. E. (1990). Critical thinking: A statement of expert consensus. California: California Academy of Sciences. Gurupintar. (2023). 5 Kunci Kesiapan Guru dalam Menghadapi Kurikulum Merdeka. (https://gurupintar.ut.ac.id/) Halpern, J. F. (2003). Critical thinking across the curriculum. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates. Hartika, R., & Fitriani, A. (2022). Pengaruh penerapan Kurikulum Merdeka terhadap pengembangan karakter siswa kelas VI SDN 2 Kalibaru. Jurnal Pendidikan Karakter, 7(1), 1-10. Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (2009). An overview of cooperative learning. In Handbook of cooperative learning (pp. 3-14). Springer. Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud. Kemendikbudristek. (2021). Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka. (https://kurikulum.kemdikbud.go.id/) Kemendikbudristek. (2021). Kurikulum Merdeka: Membangun Profil Pelajar Pancasila. (https://kurikulum.kemdikbud.go.id/) Kemendikbudristek. (2022). Atas Permintaan Daerah, Kemendikbudristek Tambah Alokasi Dana BOS Kinerja untuk Infrastruktur dan Teknologi. (https://ditsmp.kemdikbud.go.id/mengenal-bosp-kinerja-tahun-2023/)
30
Kemendikbudristek. (2022). Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka. (https://kurikulum.kemdikbud.go.id/) Lestari, D. S., & Khoirunnisa, N. (2021). Analisis pengaruh penerapan Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas VI SDN 1 Karangpringgan. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, 10(3), 345-354. Nanda, F. A. ., & Samosir, A. . (2023). Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Terhadap Hasil Belajar Pkn Kelas III SDN 191320 Raya Togah. Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 3(01), 108-113. Pascarella, E. T., & Terenzini, P. T. (2005). How college affects students: A third decade of research. Jossey-Bass. Pearson. (2022). Why critical thinking is important for students. (https://www.pearson.com/en-us/higher-education/products-services/learningcatalytics/user-stories/developing-critical-thinking-skills.html) Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. (2022). Transformasi Layanan Perpustakaan
di
Era
Digital.
(https://www.perpusnas.go.id/berita/kepala-
perpusnas-paparkan-transformasi-perpustakaan-digital-di-forum-internasionalperpustakaan-jalur-sutra) Pusat Data dan Informasi Kemendikbudristek. (2021). Infografis: Akses Internet
di
Sekolah.
(https://www.kominfo.go.id/index.php/content/detail/5429/Percepat+Penyediaan+ Akses+Internet+di+Sekolah+Wilayah+3T/0/sorotan_media) Pusat
Penilaian
Pendidikan.
(2022).
Merdeka
Belajar: Asesmen
Pendidikan yang Mendukung Penilaian Holistik. (https://bskap.kemdikbud.go.id/) Suryadi, A. (2017). Pengaruh Kurikulum 2013 Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 1 Kalibaru. Jurnal Pendidikan Islam STAI AlAzhar Bangkalan, 1(2), 167-178. Swartz, R. J. (2015). Teaching for critical thinking: A guide for educators. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
31
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Universitas Negeri Yogyakarta. (2022). Strategi Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah. Universitas
Pendidikan
Indonesia.
(2022).
Strategi
Peningkatan
Kompetensi Guru dalam Implementasi Kurikulum Merdeka. World Economic Forum. (2016). The top 10 skills in 2020: What will the future workforce need?. (https://www.weforum.org/agenda/2020/10/top-10-workskills-of-tomorrow-how-long-it-takes-to-learn-them/)
BIODATA
32
Nama Siswa
: Siti Amaliyah Zahara
Kelas
: XI.11
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 21 September 2006 Alamat Rumah
: Jalan Sultan Alauddin Kompleks Perumahan Ex Kowilhan III No. 26
Nomor Telepon
: 081255871328
Alamat Email
: [email protected]
Riwayat Sekolah
: SDN Mangkura 2 Kota Makassar MTsN 1 Kota Makassar MAN 2 Kota Makassar
Makassar, 5 Mei 2024
Siti Amaliyah Zahara NISN : 0065012780
33