6 0 4 MB
DRAFT LAPORAN
TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP STUDIO RENCANA WILAYAH KABUPATEN BREBES JAWA TENGAH
Oleh :
MUHAMMAD TSAQIF WISMADI IDA NURULITA U. H. SEPTI MOOI CAHYANI GIA MEGA NANDA AL R. EDY ABDURRAHMAN SYAHRIR REVI PUTRI DESPI NAFIARI ADINDA PUSPITARINI DANIEL HERNANDA SITOMPUL
(15/378813/TK/42755) (15/384890/TK/43552) (15/378822/TK/42764) (15/384888/TK/43550) (15/381174/TK/43352) (15/378818/TK/42760) (15/381177/TK/43355) (15/384880/TK/43542)
PROGRAM STUDI S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA DEPARTEMEN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2018
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Tujuan 1.4. Ruang Lingkup 1.4.1. Temporal 1.4.2. Areal 1.4.3. Substansial 1.5. Sistematika Penulisan 1.5.1. Pendahuluan 1.5.2. Tinjauan Pustaka 1.5.3. Konsep, Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 1.5.4. Rencana Struktur dan Pola Ruang 1.5.5. Rencana Kawasan Strategis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisik Dasar 2.2 Kependudukan 2.3 Ekonomi 2.4 Sarana Dan Pra Sarana 2.5 Isu – isu Strategis 2.6 Pohon Potensi Dan Masalah BAB III KONSEP, TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI 3.1 Konsep 3.2 Tujuan 3.3 Kebijakan 3.4 Strategi BAB IV RENCANA STRUKTUR DAN POLA RUANG 4.1 Rencana Struktur Ruang 4.1 Rencana Pola Ruang BAB V KAWASAN STRATEGIS
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dewasa ini setiap wilayah pasti akan mengalami pertumbuhan yang cepat. Arahan kebijakan nasional dan otonomi daerah menjadi peran penting dalam pengatur perkembangan wilayah. Belum lagi adanya campur tangan Teknologi dan informasi yang bisa di dapatkan dengan mudah untuk mempercepat suatu pembangunan. Pembangunan wilayah dapat dilihat secara fisik, perkembangan yang dulunya sebagai perifer, kini telah beraglomerasi sebagai kawasan perkotaan. Perkembangan wilayah juga tidak hanya bisa dilihat secara fisik, namun juga non fisik, seperti index pembangunan manusia yang tinggi, peningkatan PDRB, peningkatan pendapatan perkapita, dan hal – hal lain yang dapat membuktikan. Hal yang dapat membedakan perkembangan suatu wilayah dengan wilayah lainnya adalah dilihat dari sektor mana suatu wilayah itu akan tumbuh, dan juga dilihat dari laju pertumbuhannya. Pertumbuhan wilayah pun terjadi di Kabupaten Brebes. Kabupaten Brebes terletak di daerah pantai utara, dan dilintasi jalan pantura. Kabupaten Brebes memiliki 17 Kecamatan. Keunikan dalam satu wiayah memiliki perbedaan aspek pembangunan yang menyebabkan terjadinya kompleksnya masalah yang terjadi. Mulai dari alih fungsi lahan, disparitas dan kesenjangan yang terjadi, menjadi perbincangan dan sering terdengar sebagai masalah utama. Namun, di balik itu semua terdapat potensi yang dapat di manfaatkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Laporan analisis Kabupaten Brebes dibentuk untuk memberikan gambaran tentang kabupaten Brebes dari sudut pandang keruangan. Analisis yang dilakukan secara komprehensif dilakukan untuk menemukan karakteristik Kabupaten Brebes dengan segala potensi yang dimiliki untuk memecahkan permasalahan yang ada di Kabupaten Brebes baik secara spasial ataupun aspasial. Hasil akhir yang di hasilkan berupa laporan dan album peta yang tersaji secara informatif untuk memudahkan dalam memahami kondisi atau keadaan Kabupaten Brebes. Pada akhirnya hasil yang diharapkan dapat memberikan gambaran untuk arahan dan rekomendasi pengembangan wilayah Kabupaten Brebes di masa yang akan datang.
1.2
Landasan Hukum
Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2029. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Undang – Undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
1.3
Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluas Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Tujuan Tujuan dilakukannya kajian terhadap Kabupaten Brebes pada studi analisis wilayah ini yaitu untuk mengetahui profil, isu – isu strategis, potensi, dan masalah yang terdapt di Kabupaten Brebes yang di peroleh dari kompilasi data serta analisis yang dilakukan terhadap kaitan anatar aspek fisik dan non fisik dalam wilayah Kabupaten Brebes.
1.4
Ruang Lingkup 1.4.1 Temporal Lingkup Temporal di bagi menjadi dua tahap, yaitu pengumpulan data dan proses analisis. Waktu pengumpulan data dilakukan selama satu minggu tepatnya pada tanggal 9 – 15 September 2017. Sedangkan untk proses dalam menganalsis data yang di peroleh dilakukan pada bulan September hingga Desember 2017. 1.4.2
Areal Kabupaten Brebes berada pada Provinsi Jawa Tengah dengan luas 1662,96 km2 mencakup 17 kecamatan di Kabupaten Brebes, dengan batas administrasi Kabupaten Brebes sebagai berikut : Batas Utara : Laut Jawa Batas Selatan : kabupaten Banyumas dan Kabuaten Cilacap Batas Timur : Kota Tegal, dan Kabuaten Tegal Batas Barat : Provinsi Jawa Barat
1.4.3
Substansial Lingkup substansial, laporan ini dapat terbagi menjadi aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik yaitu fisik dasar, fisik ruang, serta sarana dan prasarana. Sedangkan aspek non fisik yaitu mengenai kependudukan dan ekonomi di Kabupaten Brebes.
1.5
Sistematika Penulisan 1.5.1
BAB I PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang, landasan hukum, tujuan, ruang lingkup, dan metode analsis, dan sistematika penulisan.
1.5.2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi penjabaran terkait, Fisik Dasar, Kependudukan, Ekonomi dan Sarana pra sarana.
1.5.3
BAB III KONSEP, TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI Pada bab ini berisi tentang Konsep pengembangan wilayah Kabupaten Brebes, Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang.
1.5.3
BAB IV RENCANA STRUKTUR DAN POLA RUANG Pada bab ini berisi tentang jabaran terkait penentuan struktur ruang wilayah kabupaten dan juga bentuk pentahapan pola ruang kabupaten brebes hinggah 20 (dua puluh) tahun kedepan
1.5.3
BAB VI RENCANA STRATEGIS Pada bab ini menerngkain terkait rencana strategis kabupaten brebes.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisik Dasar 2.1.1. Lokasi Kabupaten Brebes terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah 1.662,96 km2 yang terbagi dalam 17 kecamatan dan 297 desa/kelurahan. Secara astronomis Kabupaten Brebes terletak pada antara 6o 44’-7o 21’ Lintang Selatan dan antara 108o - 109o 11’ Bujur Timur dengan bentuk memanjang dari utara ke selatan sepanjang 87 km dan dari barat ke timur sepanjang 50 km dan memiliki garis pantai sepanjang 65,48 km. Secara administrastif Kabupaten Brebes dibatasi oleh: Barat : Provinsi Jawa Barat Utara : Laut Jawa Timur : Kota dan Kabupaten Tegal Selatan : Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas
Gambar : Peta Administrasi Kabupaten Brebes. Sumber: RTRW Kabupaten Brebes 2010-2030
2.1.2. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes berada pada ketinggian 0-2000 mdpl, dengan daerah terendah di bagian utara, dan daerah tertinggi di bagian selatan. Topografi Kabupaten Brebes terbagi dalam tiga kelompok yaitu daerah pesisir di Kecamatan Kersana, Wanasari, Bulakamba, Tanjung, dan Brebes; daerah dataran rendah di Kecamatan Losari, Songgom, Jatibarang, Ketanggungan, Banjarharjo, Larangan, Bantarkawung, Bumiayu, dan Tonjong; dan daerah dataran tinggi di Kecamatan Paguyangan, Salem, dan Sirampog. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Brebes sebagian besar adalah jenis Alluvial Kelabu. Curah hujan Kabupaten Brebes tergolong tinggi dengan jumlah rata-rata pada tahun 2016 sebesar 2.882 mm dan rata-rata setiap bulannya 240 mm, sehingga menjadi potensi untuk lahan sektor pertanian.
2.1.3. Ancaman Bencana Dengan topografi yang sedemikian rupa, Kabupaten Brebes rawan terhadap bencana banjir, tanah longsor, dan letusan gunung berapi. Kawasan bencana banjir umumnya tersebar di bagian utara yaitu di Kecamatan Tanjung, Brebes, Ketanggungan, Bulakamba, Losari, Wanasari. Kawasan bencana tanah longsor rawan terjadi di daerah yang berlereng seperti Kecamatan Salem, Sirampog, Paguyangan, Bumiayu, Tonjong dan Bantarkawung. Sedangkan kawasan bencana letusan gunung berapi berada di kecamatan yang terletak dekat dengan Gunung Slamet yaitu Kecamatan Tonjong, Ketanggungan, dan Bantarkawung.
Sumber: BPBD Kabupaten Brebes
Sumber: BPBD Kabupaten Brebes
Sumber: BPBD Kabupaten Brebes
2.1.4. Pemanfaatan Sumber Daya Berdasarkan hasil analisis perhitungan neraca sumber daya alam yang dilakukan pada sektor pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, peternakan, air, holtikultura buah, holtikutura sayur, perkebunan, dan perikanan darat, Kabupaten Brebes memiliki cadangan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai upaya meningkatkan perkonomian. (lanjutan analisis akan dilanjutkan setelah perhitungan nsda selesai) 2.1.5. Daya Tampung dan Daya Dukung Melihat tren pertumbuhan jumlah penduduk yang terjadi di Kabupaten Brebes yang terus meningkat setiap tahunnya, perlu adanya perhitungan mengenai daya dukung dan daya tampung untuk melihat ketersediaan
cadangan air, lahan, dan permukiman yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk di masa mendatang 2.1.5.1. Air Perhitungan daya dukung air berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah. Untuk saat ini belum dilakukan analisis yang lebih lanjut terkait perhitungan ketersediaan cadangan air. 2.1.5.2. Lahan Perhitungan daya dukung lahan berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah. Untuk saat ini belum dilakukan analisis yang lebih lanjut terkait perhitungan ketersediaan cadangan lahan. 2.1.5.3. Permukiman Perhitungan daya dukung permukiman berdasarkan Permen LH No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah. Untuk saat ini belum dilakukan analisis yang lebih lanjut terkait perhitungan ketersediaan cadangan permukiman. 2.2 Kependudukan 2.2.1 Jumlah, Laju, Distribusi Jumlah penduduk Kabupaten Brebes pada tahun 2016 sebanyak 1788880 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Bulukamba sebesar 168518 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Salem sebesar 59706 jiwa. Perbedaan jumlah penduduk ini dikarenakan adanya perbedaan fisik ruang pada kedua daerah tersebut.
Jika melihat pada peta perebaran jumlah penduduk, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak didominasi oleh kecamatan dibagian utaratimur sedangkan pada wilayah bagian selatan khususnya ppinggiran kabupaten memiliki jumlah penduduk yang sedikit. Grafik Pertumbuhan Jumlah Penduduk Kab. Brebes Tahun 2010-2016
GRAFIK PERTUMBUHAN JUMLAH PENDUDUK EKSISTING 1800000 1780000 1760000 1740000 1720000 1700000 2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
Sumber : Olahan data kelompok
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Brebes selalu mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2010-2016. Laju pertumbuhan dihitung menggunakan rumus pertumbuhan sederhana yaitu : Jumlah penduduk tahun N – Jumlah penduduk tahun N-1 Jumlah penduduk tahun N-1 TAHUN
JUMLAH LAJU RATA - RATA PENDUDUK PERTUMBUHAN LAJU
2010
1736782
2011
1742511
0,00330
2012
1748510
0,00344
2013
1764648
0,00923
2014
1773379
0,00495
2015
1781379
0,00451
2016
1788880
0,00421
Tabel Laju Pertumbuhan Kabupaten Brebes Sumber: Olahan data kelompok
0,00494
2.2.2 Kepadatan Penduduk Dengan melibatkan perhitunga luas area pada perhitungan jjumlah penduduk maka dapat terlihat seperti gambar diatas bahwa kepadatan penduduk paling tinggi berada di Kecamatan Jatibarang disusl oleh Kecamatan Kersana dan kepadatan paling rendah di Kecamatan Tonjong. 2.2.3 Piramida Penduduk 60-64 50-54 40-44 30-34 20-24 10--14 0-4 100.000
50.000
0
PEREMPUAN
50.000
100.000
LAKI
Grafik Piramida Penduduk Sumber : Analisis Kelompok
Piramida penduduk diatas menunjukan bahwa usia produktif di Kabupaten Brebes cukup banyak jika dibandingkan dengan usia non produktifnnya. Tren ini menunjukan hal yang positif di dalam perkembangan Kabupaten Brebes dimana penduduk angkatan kerja lebih banyak daripada bukan angkatan kerja. 2.2.4 Dependency Ratio dan Sex Ratio Melalui persebaran penduduk menurut rentang umur seperti yang tergambar pada piramida penduduk maka dapat dihitung Dependency Ratio Kabupaten Brebes pada tahun 2016 sebesar 49,5% yaitu hampir menyentuh angka 50% yang berarti mulai mendekati tinggi. Jadi, setiap 100 orang usia produktif menanggung 49 orang non produktif. Sedangkan, melalui perhitungan sex ratio yang merujuk pada data data 2016 ditemukan bahwa nilai sex ratio Kabupaten Brebes pada tahun tersebut sebesar 101% yang artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 101 orang laki – laki. 2.2.5 IPM Pada tahun 2016 IPM Kabupaten Brebes berada pada level 63,98 dengan dimensi umur panjang dan hidup sehat, Angka Harapan Hidup saat lahir berkisar pada angka 68,41 tahun. Sementara pada dimensi pengetahuan Harapan Lama Sekolah berkisar pada angka 11,37 tahun. Di Kabupaten
Brebes terjadi peningkatan IPM dari tahun 2015 sebesar 1,27%. Untuk itu pada tahun 2016 Kabupaten Brebes tergolong ke dalam kelompok sedang untuk status pembangunan manusianya karena nilai IPM berkisar pada 60 ≤ IPM < 70 2.2.6 Ketenagakerjaan Persentase Lapangan Tenaga Kerja Kabupaten Brebes 2016 6,9
35,5 57,4
0,1 pertanian
listrik, gas, air
freelance
buruh tetap
Sumber: Olahan data kelompok
Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar penduduk Kabupaten Brebes bekerja pada sektir pertanian sebesar 35.5% dan yang paling sedikit bekerja pada sektor energi listrik, gas, air. 2.2.7 Angka Pengangguran dan Kemiskinan Tabel Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Brebes 2016 Tahun 2011 2012 2014 2015 2016
Garis Penduduk Miskin Kemiskinan Jumlah Persentase (Rp) 261 160 394,4 22.72 281 601 364,9 21.12 307 238 367,9 20.82 340 538 352,01 19.79 364 059 347,98 19.47
Sumber Olahan Data Kelompok Kab Brebes Dalam Angka 2017
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap taunnya percentse warga miskin di Kabupaten Brebes selalu mengalami penurunan. Hingga pada tahun 2016 menjadi sebesar 19,47%. Untuk tahun 2016 Angka Pengangguran di Kabupaten Brebes sebesar 53261 dan 6.49 dari total angkatan kerja yang ada pada tahun tersebut. (Dalam Angka 2017)
2.2.8 Proyeksi Penduduk Proyeksi penduduk di Kabupaten Brebes dilakukan dengan metode agregat eksponensial yang menunjukan angka 1974651 jiwa pada tahun 2036. Penggunaan metode eksponensial didasarkan pada kesamaan tren yang terjadi saat konsidisi eksisting 2010-2016 dengan tren proyeksi. 2.3 Ekonomi 2.3.1 Tabel Analisis PDRB Kabupaten Brebes 2012 - 2016 Tahun Kegiatan 2012 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
2013
2014
2015
2016
10317770,58
11517290,57
12781821,08
14113780,26
15128930,56
572058,32
654267,75
792514,56
855105,39
3584284,9
4296143,62
5022197,1
5573059,29
17209,2
18613,4
20699,49
18768,11
19843,78
20715,84
1257523,52
1506916,93
1515614,18
5097031,91
5513985,77
5986182,68
847570,89
947212,79
1011672,79
1213419,78
1353199,43
1524987,42
874942,09
967781,54
1049111,43
539716
595381,21
673296,11
356189,95
392362,52
425693,47
73941,95
83958,04
96344,32
671060,41
726076,81
783998,07
478056,82 3130950,15 14383,34
15241,98
17610,75
17709,92 1000275,29
1092515,54
4390192,02
4744943,1 631059,94
721792,8 1006895,08
1075261,7 692043,95
751449,94
463027,04 282022,28 53282,42
500751,09 313934,31 64901,63
587375,71 631416,81
dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya
1346913,38
1469391,02
1631539,47
234464,8
258757,17
286874,15
204762,64 618937,28 665107,08 472608,23 535167,89 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes
756995,85
950647,93
180056,67
1138063,99
Salah satu cara mengukur tumbuh dan berkembangnya suatu wilayah yaitu dengan melihat perekonomiaanya. Dalam analisis perekonomian, sebagian besar data yang digunakan yaitu hasil olahan dari PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha tahun 2012-2016. Berdasarkan table PDRB diatas, dapat dilihat bahwa setiap tahunnya PDRB Kabupaten Brebes mengalami peningkatan. Sumbangan pendapatan daerah paling besar yaitu dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Berikut Komposisi Kontribusi PDRB Persektor:
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes
Grafik Persentase/Komposisi Sektor PDRB Kabupaten Brebes Tahun 2012-2016
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes
Secara umum dilihat dari persentase diatas, perekonomian Kabupaten Brebes dalam 5 tahun terakhir cukup merata pada sektor ekonomi primer, tersier ataupun sekunder. Namun terlihat pada persentase tersebut sektor yang paling berkontribusi yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (Primer) yang berada di kisaran 40% dari keseluruhan PDRB dalam 5 tahun terakhir. Lalu disusul oleh sektor tersier yaitu Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan sepeda motor dengan kontribusi sekitar 18% dan barulah Industri Pengolahan yang merupakan sektor sekunder pada posisi ketiga yaitu sekitar 14%. Untuk kecenderungannya, sektor Pertanian; Kehutanan; dan Perikanan yang memberikan kontribusi terbanyak malah mengalami penurunan laju peertumbuhan dalam 5 tahun terakhir, berbeda dengan 2 sektor terbesar lainnya yang laju pertumbuhannya terus meningkat. Perkembangan sektor lain seperti industri dan perdagangan yang berkembang lebih pesat terutama dalam segi investasi menjadi penyebabnya. Lahan pertanian sedikit demi sedikit beralih fungsi menuju 2 sektor lainnya, dan beberapa lahan produktif juga terus mengalami penurunan dari segi kualitasnya. 2.3.2. Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Brebes Tahun 2012-2016
Laju Pertumbuhan Ekonomi (persen) 8 6
5,91 4,58
4
5,3
5,98 4,87
2 0 Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Sumber: Kabupaten Brebes dalam angka Tahun 2017
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes dari tahun ke tahun terbilang cukup fluktuatif. Pada tahun 2016, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes sebesar 4.87% dan ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 5.98%. 2.3.3. Analisis Laju Tipologi Klassen Tabel Tipologi Klassen Kabupaten Brebes Tahun 2012-2016
Lapangan Usaha
Kontribusi terhadap PDRB Jateng Rata-rata
Kontribusi Brebes terhadap
Laju Pertumbuhan (%/tahun) Jawa Tengah
Brebes
Tipologi Sektor
PDRB Pertanian, Kehutanan, Perikanan
39.84
16.11
2.63
3.29
Unggulan
Pertambangan dan Penggalian
2.01
5.85
6.29
6.22
Terbelakang
Industri Pengolahan
12.92
2.19
5.48
9.74
Unggulan
Pengadaan Listrik dan Gas
0.07
3.58
7.02
6.89
Terbelakang
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.07
5.69
1.39
2.27
Berkembang
Konstruksi
4.11
2.42
5.12
6.18
Berkembang
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
18.48
7.58
4.78
5.09
Potensial
Transportasi dan Pergudangan
2.97
5.59
7.4
8.23
Berkembang
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
4.29
8.41
6.03
5.38
Terbelakang
Informasi dan Komunikasi
3.50
5.47
9.43
12.37
Berkembang
Jasa Keuangan dan Asuransi
1.73
3.83
5.57
4.86
Terbelakang
Real Estate
1.28
4.27
6.8
7.23
Berkembang
Jasa Perusahaan
0.23
4.34
9.27
10.28
Berkembang
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
2.21
4.60
2.36
1.92
Terbelakang
Jasa Pendidikan
3.45
6.14
11.67
11.60
Terbelakang
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0.70
5.67
9.17
8.83
Terbelakang
dan
Jasa lainnya
2.12
8.25
5.49
5.96
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
100.00
100.00
5.3
5.55
Berkembang
Laju pertumbuhan serta PDRB Kabupaten Brebes dapat dilihat keunggulannya apabila dilihat dari perspektif wilayah yang lebih luas. Di atas merupakan table tipologi Klassen untuk melihat sektor yang unggul dibandingkan dengan sektor yang sama pada Provinsi Jawa Tengah. Diperoleh bahwa sektor unggulan dari Kabupaten Brebes yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan serta sektor industry pengolahan. Dari 17 sektor yang ada, masih terdapat 7 sektor yang terbelakang. 2.3.4. Analisis LQ Analisis terhadap keragaman sektr basis yang ada di Kabupaten Brebes dapat dilakukan dengan menghitung LQ dari masing-masing sektor PDRB pada tahun 2016. Dan menghasilkan analisis berupa tabel berikut: NO.
Lapangan Usaha / Sektor PDRB
LQ
1.
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
2.72
2.
Pertambangan dan Penggalian
0.92
3.
Industri Pengolahan
0.41
4.
Pengadaan Listrik dan Gas
0.59
5.
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.97
6.
Konstruksi
0.41
7.
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1.28
8.
Transportasi dan Pergudangan
0.95
9.
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
1.39
10.
Informasi dan Komunikasi
0.99
11.
Jasa Keuangan dan Asuransi
0.63
12.
Real Estate
0.72
13.
Jasa Perusahaan
0.75
14.
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.76
15.
Jasa Pendidikan
1.04
16.
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0.94
17.
Jasa lainnya
1.40
Tabel Analisis Sektor Unggulan NO
Lapangan Usaha / Sektor PDRB
Potensi Ekonomi WIlayah Tipologi Klassen
Potensi Ekonomi Relatif
LQ
1.
Pertanian, Perikanan
2.
Pertambangan dan Penggalian
-
3.
Industri Pengolahan
-
4.
Pengadaan Listrik dan Gas
-
5.
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
-
6.
Konstruksi
-
7.
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
8.
Transportasi dan Pergudangan
9.
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
10.
Informasi dan Komunikasi
-
11.
Jasa Keuangan dan Asuransi
-
12.
Real Estate
-
13.
Jasa Perusahaan
-
14.
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
-
15.
Jasa Pendidikan
16.
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
17.
Jasa lainnya
Kehutanan,
dan
Skor
Status
ShiftShare
Berpotensi
Berpotensi Berpotensi
Berpotensi Berpotensi
2.3.5. Analisis Index Williamson Index Williamson merupakan suatu metode yang dapat menunjukkan analisa berupa Disparitas Wilayah denganvariabel jumlah penduduk dan PDRB perkapita yang dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas (provinsi) guna
mengetahui pemerataan pembangunan dan ketimpangan ekonomi yang ada dalam sebuah wilayah.
Sumber: Olahan Kelompok 2017
Dari grafik Index Williamson diatas dapat disimpulkan bahwa dalam 5 tahun terakhir menunjukkan angka fluktuasi dengan rentang yang bernilai rendah hingga tinggi yaitu antara 0,2 – 0,9 . Semakin tinggi fluktuasi index (semakin menjauhi 0) menunjukkan semakin tinggi disparitas yang terjadi dari Kabupaten Brebes terhadap Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat menjadi suatu kekhawatiran besar dalam perkembangan sebuah wilayah. 2.4 Sarana dan Prasarana 2.4.1 Ketersediaan Sarana Kesehatan No.
Jenis sarana
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Minimum Penduduk Pndukung
Kebutuhan Sarana
Jumlh Sarana
Ket
Eksisting
(Jiwa)
1.
Rumah Sakit
1.788.880
-
2.
Rumah Bersalin
1.788.880
30.000
3.
Puskesmas
1.788.880
4.
Posyandu
5. 6.
1
3
Tercukupi
60
4
Belum Tercukupi
120.000
15
38
Tercukupi
1.788.880
1.250
1.431
1.752
Tercukupi
Klinik
1.788.880
30.000
60
21
Belum Tercukupi
Polindes
1.788.880
5.000
358
236
Belum Tercukupi
Berdasarkan hasil analisis jumlah eksisting sarana pelayanan kesehatan dan jumlah kebutuhan penduduk per sarana minimum pada tahun 2017 maka kebutuhan: • Rumah Sakit (Tercukupi) • Rumah Bersalin (Belum Tercukupi) • Puskesmas (Tercukupi) • Posyandu (Tercukupi) • Klinik (Belum Tercukupi) • Polindes (Belum Tercukupi)
2.4.2 Ketersediaan Sarana Pendidikan Jumlh Sarana Eksisting
Ket.
1.119
893
Belum Tercukupi
480
3.727
210
Belum Tercukupi
1.788.880
4.800
373
146
Belum Tercukupi
MTs
1.788.880
1.080
1.656
97
Belum Tercukupi
5.
SMA
1.788.880
4.800
373
32
Belum Tercukupi
6.
Madrasah Aliya
1.788.880
1.080
1.656
28
Belum Tercukupi
7.
SMK
1.788.880
1.080
1.656
91
Belum Tercukupi
N o.
Jenis Sarana
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Minimum Pddk Pndukung (Jiwa)
1.
SD
1.788.880
1.600
2.
Madrasah Ibtidayah
1.788.880
3.
SMP
4.
Kebutuhan Sarana
Berdasarkan hasil analisis jumlah eksisting sarana pendidikan dan jumlah kebutuhan penduduk per sarana minimum pada tahun 2017 maka kebutuhan: SD ( Belum Tercukupi) MI (Belum Tercukupi) SMP (Belum Tercukupi) MTs (Belum Tercukupi) SMA (Belum Tercukupi) MA (Belum Tercukupi) SMK (Belum Tercukupi)
2.4.3 Ketersediaan Sarana Keniagaan No.
Jenis Sarana
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Minimum Pddk Pndukung (Jiwa)
Kebutuhan Sarana
Ket
Jumlh Sarana Eksisting
1.
Pasar
1.788.880
30.000
60
30
2.
Toko
1.788.880
250
7.155
-
-
3.
Kios/Warung
1.788.880
250
7.155
-
-
Belum Tercukupi
Berdasarkan hasil analisis jumlah eksisting sarana perdagangan dan jumlah kebutuhan penduduk per sarana minimum pada tahun 2017 maka kebutuhan: • Pasar (Belum Tercukupi) • Toko • Kios / Warung 2.4.4 Ketersediaan Sarana Rekreasi dan Pariwisata No.
Jenis Sarana
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Minimum Pddk Pndukung (Jiwa)
Kebutuhan Sarana
Jumlh Sarana Eksisting
Ket
1.
Kantor Desa
1.788.880
30.000
59.629
292
Belum Tercukupi
2.
Kantor Kelurahan
1.788.880
30.000
59.629
5
Belum Tercukupi
3.
Kantor Polisis
1.788.880
120.000
14.907
20
Belum Tercukupi
4.
Kantor Pos
1.788.880
120.000
14.907
20
Belum Tercukupi
5.
Kantor Telkom
1.788.880
120.000
14.907
9
Belum Tercukupi
6.
Kantor Kecamatan
1.788.880
120.000
14.907
17
Belum Tercukupi
7.
Kantor Pemadam Kebakaran
1.788.880
120.000
14.907
1
Belum Tercukupi
8.
Kantor
1.788.880
120.000
14.907
21
Belum
Bank
Tercukupi
Berdasarkan hasil analisis jumlah eksisting sarana pelayanan pemerintah dan jumlah kebutuhan penduduk per sarana minimum pada tahun 2017 maka kebutuhan:
Kantor Desa Kantor Kelurahan Kantor Polisi Kantor Pos Kantor Telkom Kantor Kecamatan Kantor Pemadam Kebakaran Kantor Bank
(Belum Tercukupi) (Belum Tercukupi) (BelumTercukupi) (BelumTercukupi) (Belum Tercukupi) (Belum Tercukupi) (Belum Tercukupi) (Belum Tercukupi)
2.4.5 Ketersediaan Sarana Peribadatan No.
Jenis Sarana
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Minimum Pddk Pndukung (Jiwa)
1.
Masjid
1.788.880
30.000
2.
Mushola
1.788.880
250
Kebutuhan Sarana
14.907
Jumlh Sarana Eksisting
Ket
1.220
Belum Tercukup i
5.348
Belum Tercukup i
715.552 3.
4.
Gereja
Vihara
1.788.880
1.788.880
Tergantung Kekerabatan/ hierarki lembaga Tergantung Kekerabatan/ hierarki lembaga
-
25
-
-
Berdasarkan hasil analisis jumlah eksisting sarana Peribadatan dan jumlah kebutuhan penduduk per sarana minimum pada tahun 2017 maka kebutuhan: • Masjid (Belum Tercukupi) • Mushola (Belum Tercukupi) • Gereja • Vihara -
-
-
2.4.6 Ketersediaan Prasarana Air Bersih Kebutuhan air bersih di Kabupaten Brebes di penuhi dengan menggunakan air PDAM, sumur galian, dan juga melalui pemanfaatan sumber mata air yang banyak tersedia pada beberapa daerah di kabupaten Brebes. Berdasarkan data dari BPS tercatata jumlah pelanggan sambungan air PDAM yang ada di Kabupaten Brebes pada tahun 2014 yaitu sebesar 20.735 sambungan. Tahun
Jumlah Pelanggan PDAM
2012
17925
2013
19085
2014
20735
Sumber: Olahan Kelompok Studio Brebes
Ada beberapa kecamatan yang sama sekali tidak terlayani oleh PDAM dengan sambungan 0 yaitu Kecamatan Bumiayu, Sirampog, Paguyangan,dan Tonjong. Hal ini dikarenakan daerah Kabupaten Brebes Selatan yang letaknya berada di kaki Gunung Slamet yang notabenenya memiliki banyak mata air, sehingga masayrakat setempat memiliki berbagai persediaan sumber air bersih. 2.4.7 Ketersediaan Prasarana Jaringan Listrik Pada Kabupaten Brebes untuk pasokan pelayanan listrik di layani oleh PLN yang terbagi atas dua rayon, yaitu Rayon Brebes dan Rayon Jatibarang. Dalam melayani pasokan listrik di Kabupaten Brebes hinggah 2017 ini masih terdapat 760 Kepala Keluarga yang tersebar pada Kecamatan Tonjong, Bantarkawung, dan Ketangguhan Kabupaten Brebes yang belum terjangkau ataupun mendapatkan fasilitas jaringan listrik. Sedangkan Untuk Rayon Brebes yang melayani daerah Ibu Kota Kabupaten dan wilayah sekitarnya, telah melakukan pelayanan dengan baik pada masyarakat setempat. Dan berdasarkan data dari PLN Rayon Brebes bahwa masyarakat yang berada di Ibu Kota Kabupaten Yaitu Kota Brebes dan wilayah sekitarnya telah mendapatkan layanan sambungan pasokan listrik secara merata. 2.4.8 Ketersediaan Prasarana Persampahan No.
Jenis Sarana
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Minimum Pddk Pndukung (Jiwa)
Kebutuhan Sarana
Jumlh Sarana Eksisting
Ket
1.
TPS
1.788.880
30.000
59.629
30
Belum Tercuku pi
2.
TPA
1.788.880
480.000
37.268
2
Belum Tercuku
pi 3.
Truk Pengangkut
1.788.880
120.000
14.907
25
Belum Tercuku pi
Berdasarkan hasil analisis jumlah eksisting sarana Persampahan dan jumlah kebutuhan penduduk per sarana minimum pada tahun 2017 maka kebutuhan: • TPS (Belum Tercukupi) • TPA (Belum Tercukupi) • Truk Pengangkut (Belum Tercukupi) 2.4.9 Sarana Telekomunikasi Jaringan telekomunikasi yang berupa sambungan telepon telah masuk di Kabupaten Brebes, tercatat sebanyak 2.76 % presentase masyarakat dan daerah ibu kota kecamatan telah menggunakan sambungan telepon, sedangkan untuk layanan telepon seluler yaitu tercatat sebanyak 79.85 % telah terlayani. Beberapa fasilitas pendukung seperti Kantor Telkom di Brebes terdapat 9 unit kantor yang melayani sistem telekomunikasi bagi masyarakat. 2.4.10 No.
Sarana Kebudayaan dan Rekreasi
Jenis Sarana
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Minimum Pddk Pndukung (Jiwa)
Kebutuhan Sarana
Jumlh Sarana Eksisting
Ket
1.
Bioskop
1.788.880
120.000
14.907
3
Belum Tercukupi
2.
Gedung Serbaguna
1.788.880
120.000
14.907
14
Belum Tercukupi
Berdasarkan hasil analisis jumlah eksisting sarana Kebudayaan dan Rekreasi dengan jumlah kebutuhan penduduk per sarana minimum pada tahun 2017 maka kebutuhan: • Bioskop (Belum Tercukupi) • Gedung Serbaguna (Belum Tercukupi) 2.4.11 Jaringan Drainase Jaringan drainase yang terdapat di daerah perkotaan kabupaten brebes secara umum berupa drainase tipe tertutup dan sebagian kecilnya berupa drainase tipe terbuka. Di daerah pedesaan, drainasenya berupa drainase tipe terbuka. Saluran drainase primer memanfaatkan sungai dan juga saluran irigasi. Kabupaten Brebes memiliki kerawanan terhadap bencana banjir pada daerah yang memiliki topografi kerendahan, sehingga kerap meneybabkan terjadinya genangan air saat musim hujan.
2.4.12 Sarana Transportasi Sistem transportasi di kabupaten Brebes secara bertahap mengalami perkembangan beberapa tahun terakhir, transportasi di brebes terus di benahi untuk kemajuan transportasi Brebes. Brebes mepunyai beberapa teminal bus dan stasiun kereta api yang sampai saat ini masih di minati pengguna alat transportasi untuk menunggu angkutan umum. Berikut macam macam angkutan umum di brebes antara lain: Angkutan Desa Mini bus Bus Kreta api Becak dan Tossa dan Kabupaten Brebes memiliki Terminal Bus Ketanggungan (Tipe B) 2.4.13 Sarana Irigasi Pada Kabupaten Brebes memiliki tiga bendungan yang digunakan sebagai penyediaan air bagi saluran irigasi. Berdasarkan data dari PUSDATARU PC Jawa Tengah bahwa di Kabupaten Brebes terdapat tiga saluran pengairan irigasi yang bersumber dari bendungan Babakan dengan luas areal irigasi 2,147 Ha, Kebuyutan memiliki luas areal irigasi 4,166 Ha, dan Jengklok dengan luas areal irigasi 6,632 Ha. Pada tahun 2015 Pemerintah Kabupaten Brebes bersama kota dan kabaupaten se Indonesia secara serentak mencanangkan Gerakan Perbaikan Irigasi Tersier. Program tersebut merupakan program Nasional yang dilaksanakan secara serentak di seluruh Indonesia oleh Presiden RI Ir. Joko Widodo. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan fungsi layanan irigasi, meningkatkan areal tanam dengan peningkatan indek pertanian.
BAB III KONSEP, TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI
3.1
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13
Konsep Perumusan konsep rencana Kabupaten Brebes dalam lingkup Jangka Panjang ini mempertimbangkan berbagai sudut pandang yang ada di masa sekarang. Pertimbangan tersebut antara lain : kondisi eksisting wilayah, dokumen rencana wilayah, dokumen rencana wilayah hinterland, pohon potensi dan pohon masalah. Jika dilihat dari kondisi eksisting dan dokumen rencana Kabupaten Brebes pada periode sebelumnya, dapat dilihat bahwa Kabupaten Brebes selama ini diarahkan pada konsep Agropolitan, melihat potensi dan peran yang dapat diberikan dalam memenuhi kebutuhan wilayah dan hinterland. Kabupaten Brebes memiliki beberapa potensi dan masalah seperti yang telah ditampilkan pada halaman pohon potensi dan pohon masalah sebelumnya. Potensi dan masalah tersebut akhirnya mengarahkan pengembangan konsep berbasis Agroindustri dan Pariwisata. Oleh karena itu, dalam menentukan rencana konsep pengembangan wilayah Kabupaten Brebes digunakan metode Matrix Criteria Analysis (MCA) terhadap ketiga konsep yang sekiranya dapat diterapkan dalam rencana jangka panjang. Berikut hasil analisa yang tekah dilakukan dengan metode MCA : Variabel AGROPOLITAN AGROINDUSTRI EKOWISATA Mengakomodasi potensi sektor +1 0 +1 wisata Mengakomodasi pertambahan 0 +1 0 industri Peningkatan hasil produksi sektor +1 +1 0 primer Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 0 +1 +1 Meningkatkan Pendapatan Asli 0 +1 +1 Daerah (PAD) Mendorong efisiensi pemanfaatan +1 +1 +1 lahan +E Meminimalisir potensi terjadinya 0 -1 -1 pencemaran lingkungan Optimalisasi serapan Tenaga Kerja -1 +1 +1 +E Peningkatan daya saing SDM +1 +1 +1 Peningkatan taraf hidup pekerja +1 0 0 sektor primer + E Mendukung iklim investasi yang 0 +1 +1 prospektif Peningkatan nilai tambah komoditas utama kabupaten 0 +1 0 Brebes Mengakomodasi kerjasama antar +1 +1 +1
14 15 16
+E
wilayah Memicu peningkatan ketersediaan infrastruktur Kesesuaian dengan dokumen rencana sebelumnya Pengoptimalan pusat kegiatan di jalur pantura TOTAL
+1
+1
+1
+1
+1
0
0
+1
+1
+8 ; -1
+13 ; -1
+10 ; -1
Lingkungan Ekonomi Sosial Lain-lain Memiliki aspek ekonomi
+1 0 -1
Memiliki dampak positif Tidak berdampak Memiliki dampak negatif
Berdasarkan hasil analisis dengan metode MCA diatas, dihasilkan konsep Agroindustri sebagai konsep dengan skor tertinggi. Sehingga konsep Agroindustri menjadi konsep yang akan diterapkan sebagai fokus utama pengembangan Kabupaten Brebes hingga tahun 2038. 3.2
Tujuan Rencana “Mewujudkan Kabupaten Brebes sebagai Kabupaten berbasis industri pengolahan pertanian berwawasan yang lingkungan dan berdaya saing guna menyejahterakan masyarakat” Tujuan rencana pengembangan Kabupaten Brebes merupakan perwujudan dari konsep yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuan ini dirumuskan berdasarkan beberapa kata kunci terkait konsep agropolitan dan potensi utama serta akar masalah yang ingin diselesaikan dimasa mendatang . Kata kunci tersebut diantaranya : industri pengolahan; pertanian; berwawasan lingkungan; berdaya saing; dan mensejahterakan masyarakat.
3.3
Kebijakan dan Strategi Kebijakan yang dirumuskan merupakan pemecahan dari tujuan dan masingmasing kata kunci dalam pengembangan potensi dan penyelesaian akar masalah. Strategi merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang secara lebih spesifik. Tujuan Mewujudkan Kabupaten Brebes sebagai Kabupatn berbasis industri pengolahan pertanian berwawasan yang lingkungan dan berdaya
Kebijakan
Strategi Mengembangkan kawasan agroindustri Kersana dan Bumiayu
Pengembangan Penetapan dan pengembangan kawasan agroindustri kawasan strategis agroindustri yang berwawasan lingkungan
saing guna menyejahterakan masyarakat
Pembenahan jalur distribusi pendukung kegiatan agroindustri Peningkatan hirarki titik-titik struktur ruang yang potensial dan atau strategis Pengoptimalan dan pengembangan kawasan pusat kegiatan
Pemeliharaan lahan pertanian yang berkelanjutan
Pengembangan sarana prasarana wilayah Kabupaten
Pemantapan simpul-simpul perkotaan sebagai pusat kegiatan Meningkatkan aksesibilitas dari dan menuju simpul dan pusat-pusat kegiatan Menetapkan delineasi lahan pertanian produktif Pengendalian konversi lahan pertanian produktif Meningkatkan sarana prasarana pendukung kegiatan pertanian Meningkatkan hirarki ruas-ruas jalan potensial Meningkatkan aksesibilitas daerah yang jauh dari pusat pelayanan mengoptimalkan dan mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi masal Peningkatan dan pengembangan jaringan telekomunikasi Mengembangkan kawasan koridor ekonomi Pantura
Pengembangan kawasan strategis pertumbuhan ekonomi
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendukung kegiatan ekonomi Mengembangkan pusat pertumbuhan kawasan ekonomi Kersana dan Bumiayu Pengembangan sarana prasarana penunjang pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata
Mengembangkan kawasan pelayanan pendukung kegiatan wisata di sekitar lokasi wisata Meningkatkan kualitas dan skala pelayanan wisata Kabupaten
Pemantapan fungsi kawasan lindung, penyangga, dan rawan bencana
Pengendalian kawasan konservasi di kawasan pesisir Mempertegas kawasan rawan bencana berbasis mitigasi bencana
Mengoptimalkan dan mempertahankan ekosistem pada kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya Mempertahankan dan melestarikan kawasan lindung
BAB IV RENCANA STRUKTUR DAN POLA RUANG 4.1 Rencana Struktur Ruang 4.1.1 Kerangka Kerja
Dalam penentuan rencana struktur ruang terpilih kami menggunakan beberapa tahapan. Pada tahap pertama sebelum penentuan alternative, maka terlebih dahulu dilakukan komparasi dan analisis terkait struktur ruang eksisting, evaluasi struktur ruang, data perkecamatan, dan hasil analisis wilayah. Kemudian setelah itu, ditentukan 3 alternatif struktur ruang yang sesuai dengan tujuan perencanaan sebelumnya yaitu “ Mewujudkan Kabupaten Brebes sebagai Kabupaten berbasis industri pengolahan pertanian yang berwawasan lingkungan dan berdaya saing guna menyejahterakan masyarakat“. Selanjutnya dilakukan analisis performance matrix dengan metode skoring, yang kemudian menghasilkan struktur ruang terpilih. Rencana struktur ruang terpilih tersebut kemudian dibandingkan dengan struktur ruang eksisting untuk mengetahui perbedaannya.
4.1.2 Alternatif Struktur Ruang
Alternativ 1 (Proximity)
Alternativ 2 (Cost)
Alternativ 3 (Safety) Masing- masing alternatif struktur ruang tersebut merupakan perwujudan dari kebijakan dan strategi RTRW yang telah dirumuskan sebelumnya. Ketiga alternatif dianggap mewakili masing-masig kata kunci dari analisa potensi dan masalah yang ada di Kabupaten Brebes, sehingga 3 konsep besar yang dianggap paling mendesak untuk diwujudkan yaitu Proximity, Cost dan Safety. Konsep Proximity dimaksudkan untuk meningkatkan keterjangkauanan masing-masing titik hirarki struktur ruang yang mewakili pusat pemukiman dan kegiatan di Kabupaten Brebes. Konsep ini memiliki indikator berupa akses yang maksimal dan jarak tempuh yang ideal dari masing-masing hirarki struktur ruang. Dalam peta struktur ruangnya dapat dilihat bahwa konsep ini meimiliki hirarki yang cukup tersebar dan berdekatan, dan juga diimbangi dengan akses berupa penambahan jaringan sarana prasarana serta peningkatan beberapa hirarki jalan. Konsep Cost dimaksudkan sebagai efisiensi pengeluaran dalam mewujudkan tujuan yang telah diuraikan dalam kebijakan dan strategi sebelumnya. Secara fisik, dalam alternatif struktur ruang ini efeisiensi tersebut diwujudkan berupa titik hirarki struktur ruang yang menyebar, peningkatan hirarki jalan dan pemerataan prasaranan terutama yang berdekatan dengan akses industri nantinya sebagai target pemasukan utama wilayah Konsep Safety dimaksudkan sebagai perwujudan Kabupaten Brebes yang berwawasan lingkungan dalam mencapai tujuaan utama wilayah Industri. Terdapatnya titik-titik lokasi kerawanan bencana dan kontur yang kurang ideal menjadi pertimbangan dalam melakukan peletakan titik hirarki dan saranan prasarana dalam alternatif struktur ruang ini. Sehingga persebaran hirarki dan
sarana prasarana lebih banyak pada kawasan dengan kontur sedang dan dinilai aman dari ancaman bencana. 4.1.3 Multicriteria Analysis No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kriteria
Kemudahan pengembangan lokasi industri Kemudahan distribusi hasil pertanian menuju lokasi industri Kemudahan distribusi hasil industri menuju lokasi pemasaran Kemudahan aksesibilitas antar titik Peningkatan nilai strategis suatu lahan Mengakomodasi interaksi antar situs pariwiwsata Meminimalisir produksi sampah dan akumulasi sampah wilayah Mendukung arahan pembangunan nasional Mengakomodasi kemudahan maintenance infrastruktur TOTAL
Alternatif Struktur Ruang Proximity
Cost
Safety
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1 1
1 1
1 1
1
1
1
-1
1
1
1
0
1
0
-1
1
6
5
8
Metode yang digunakan dalam pemilihan rencana struktur ruang Kabupaten Brebes yaitu Multı Criteria Alaysis, dengan asumsi 1 = memberıkan kebermanfaatan, 0 = tıdak memberikan pengaruh, -1 = menghambat. Berdasarkan metode Multi Criteria Analysis, terpilih alternative struktur ruang safety, dengan kriteria yang mengacu pada rencana tujuan penataan ruang Kabupaten Brebes yang mencakup aspek social, ekonomı, dan lıngkungan. Setelah dılakukan pembobotan, diperoleh hasilnya struktur ruang (Proxymıty) = 6, struktur ruang (Cost) = 5, struktur ruang (Safety) = 8. Dapat disimpulkan struktur ruang terpilih Kabupaten Brebes adalah struktur ruang alternative 3 (Safety). 4.1.4. Struktur Ruang Terpilih Dari metode Multy Criteria Analysis diatas dapat dilihat bahwa Alternatif Struktur Ruang Sfaety memiliki skor tertinggi dan menjadi alternatif terpilih. Jika dibandingkan dengan struktur ruang eksistig 2017, akternatif struktur ruang ini mengalami beberapa pertambahan dan atau peningkatan titik hirarki struktur ruang. Selain itu terdapat peningkatan aksesibilitas di beberapa ttik yang dinilai aman dari segi kontur wilayah. Beberapa jaringan jalan yang dinilai tidak aman atau berada pada kawasan dengan ketinggian dan kontur yang curam juga dihilangkan dan digantikan dengan jaringan jalan baru. Selain itu terjadi peningklatan hirarki jaringan jalan yang menghubungkan titik hirarki struktur ruang dengan jangkauan pelayanan cukup luas.
Tabel perbandingan Hirarki Struktur Ruang SIMPUL KECAMATAN A B C D E F G H I J
Bulakamba Losari Tanjung Kersana Wanasari Brebes Wanasari Jatibarang Larangan Bumiayu Losari Bulukamba Larangan Larangan Salem Bantarkawung Bantarkawung Sirampog Sirampog Bumiayu Paguyangan
STRUKTUR EKSISTING PPK PPK PKLp PPK PPK PKL PKLp PPK PPK PKL -
STRUKTUR ALTERNATIF SAFETY PKLp PPK PKLp PKL PPK PKL PKLp PPK PPK PKL PPL PKLp PPL PPL PPL PPL PPK PPK PPK PPK PPK
4.2 Rencana Pola Ruang 4.2.1 Kerangka Berpikir Evaluasi Pola Ruang Proyeksi NSDA
-
Tujuan, Kebijakan, Strategi
-
Kesesuaian Lahan Developable – undevelopable map Rawan Bencana
Struktur Ruang Terpilih
Daya Dukung dan Daya Tampung Lahan
Rencana Pola Ruang
Penentuan Prioritas Pentahapan Isu terkini + Tujuan + Matrix Prioritas NSDA
Rencana Pola Ruang Tahap I
Rencana Pola Ruang Tahap II
Rencana Pola Ruang Tahap III
Rencana Pola Ruang Tahap IV
Pembuatan rencana pola ruang Kabupaten Brebes dipengaruhi oleh 5 faktor yaitu, Proyeksi Neraca Sumber Daya Alam (NSDA), Tujuan, Kebijakan, Strategi, hasil dari evaluasi pola ruang struktur ruang yang terpilih, daya dukung dan daya tamping lahan, Kabupaten Brebes. Dari semua input tersebut kemudian diolah menjadi rencana pola ruang. Setelah selesai membuat rencana pola ruang, kemudian di tentukan prioritas pentahapan, yang dipengaruhi oleh isu terkini, tujuan, dan hasil Matrix NSDA. Kemudian pentahapan tersebut di bagi menjadi 4 tahap, dan setiap mempunyai jangka waktu 5 tahun. 4.2.3 Peta Pendukung Analisis Pola Ruang Dalam menentukan rencana pola ruang untuk Kabupaten Brebes 20 tahun kedepan. Kami menggunakan pertimbangan-pertimbangan seperti hasil evaluasi pola ruang dan proyeksi guna lahan dari analisis perhitungan NSDA. Evaluasi pola ruang dilakukan dengan melakukan overlay antara Peta Kesesuaian Lahan dan Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor.
1. Peta kesesuaian lahan (peta kelerengan + elevasi)
Dilihat dari Peta Kesesuaian Lahan, Kabupaten Brebes di bagian utara didominasi kawasan budidaya sedangkan di bagian selatan terdapat kawasan lindung dan penyangga. 2. Peta kawasan rawan bencana longsor
Sedangkan dari peta kawasan rawan bencana longsor, di bagian selatan terdapat beberapa titik yang menjadi kawasan rawan bencana longsor yaitu di kecamatan Lasem, Sirampog, dan Paguyangan. 3. Peta Kesesuaian Lahan Pembangunan
Peta Kesesuaian Lahan Pembangunan menunjukkan di bagian utara keseluruhan lahannya bias dibangun dan di bagian selatan dominasi lahan yang tidak dapat dibangun. 4. Peta Evaluasi Pola Ruang
Evaluasi dilakukan dengan mengoverlay peta kesesuaian lahan identifikasi dengan peta pola ruang eksisting Kabupaten Brebes. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, klasifikasi terluas yaitu pada golongan lahan yang sesuai seluas 1.266 km2, selanjutnya yaitu luas lahan golongan sesuai bersyarat dengan luasan 281 km2, dan klasifikasi paling kecil pada golongan lahan tidak sesuai yaitu 163 km2. 5. Peta Proyeksi NSDA
Selanjutnya pertimbangan lainnya dilihat dari peta proyeksi guna lahan yang didapatkan dari analisis perhitungan NSDA delapan sub-sektor yaitu holtikultura buah, pertanian lahan kering, perkebunan, holtikultura sayur, pertanian lahan basah, peternakan ruminansia, perikanan, dan peternakan unggas. Di bagian utara dominasi dengan pertanian lahan basah, di bagian tengah dengan komoditas pertanian lahan kering, dan di bagian selatan komoditas holtikultura sayur. 4.2.5 Pertimbangan dan Penentuan Prioritas Pentahapan 1.
Isu Dalam menentukan prioritas utama di masing-masing tahapan pola ruang setiap lima tahunnya, dilakukan kroscek terhadap isu yang sedang terjadi di tengah masyarakat. Kabupaten Brebes baru baru ini dilanda bencana alam berupa banjir dan longsor di kawasan Kecamatan Salem. Jika dilihat kembali dari pembobotan yang telah dilakukan dalam penentuan konsep struktur ruang, konsep Safety merupakan
konsep terpilih yang dinilai cocok dari berbagai sudut pandang pembobotan. Oleh karena itu, isu kerawanan bencana di Kabupaten Brebes ini memang patut menjadi pertimbangan dan prioritas di masing-masing tahapannya. Jika dikaitkan dengan segi kelerengan, kontur wilayah dan Kerawanan Bencana, Kabupatren Brebes memang memiliki beberapa kawasan dengan kontur dan kelerengan cukup terjal sehingga tergolong pada kerawanan bencanan longsor. Terjadinya bencana longsor saat ini sesuai dengan prediksi lokasi kerawanan bencana yang telah dinanlisa. Namun dilihat dari hirarki struktur ruang dan pola ruang eksisting, beberapa titik pemukiman dan jaringan transportasi wilayah masih terlingkup dalam daerah rawan tersebut, dan juga masih terdapatnya fungsi fungsi lain seperti fungsi pertanian di kawasan rawan bencana tersebut. Oleh karena itu, dalam masing- masing rencana pentahapan pola ruang saat ini isu kerawanan bencana dengan indikator kelerengan, kontur, dan kerawanan wilayah menjadi prioritas utama dan diwujudkan melalui pemugaran pada kawasan bencana menjadi fungsi lindung yang akan di wujudkan pada pola ruang sejak tahap pertama. 2. Tujuan RTRW Tujuan RTRW Kabupaten Brebes Tahun 2018 – 2038 yaitu “Mewujudkan Kabupaten Brebes Sebagai Kabupaten Berbasis Industri Pengolahan Hasil Pertanian Yang Berbwawasan Lingkungan Dan Berdaya Saing Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat”. Tujuan tersebut menjadi penentuan prioritas dalam pentahapan rencana pola ruang 20 tahun kedepan dengan menguraikan beberapa kata kunci yang ada didalamnya. Kata kunci tersebut diantaranya : Industri Pengiolahan, Pertanian, Berwawasan Lingkungan, Kesejahteraan Masyarakat. 3.
Guna Lahan Nsda Dalam menentukan prioritas pola penggunaan lahan dalam lingkup NSDA, dilakukan pembobotan menggunakan metode multi criteria analysis berdasarkan skala ordinal. Prioritas tersebut diantaranya meliputi kepentingan luas cadangan lahan, cadangan pendapatan, dan implikasinya terhadap lingkungan. Hasil keputusan prioritas dikelompokkan menjadi tiga tingkatan. Prioritas pertama berbobot 50 untuk cadangan pendapatan, prioritas kedua dengan bobot 30 untuk luas cadangan lahan, dan 20 menunjukkan angka prioritas implikasi terhadap lingkungan. Setelah melakukan pembobotan, dilakukan penjumlahan terhadap masing-masing nilai yang ada pada setiap sektornya. Semakin besar nilainya, maka sektor tersebut semakin diprioritaskan. Besaran keseluruhan dari hasil perkalian antara nilai dan bobot menjadi acuan untuk menentukan peringkat prioritas sumber daya alam. Selanjutnya
berdasarkan hasil skoring, kami membaginya ke dalam 8 range yang besaranya adalah sebagai berikut:
Jenis NSDA
1.
Hortikultura Buah
: 21.25%
2.
Pertanian Lahan Kering : 18.75%
3.
Hortikultura Sayur
4.
Pertanian Lahan Basah : 13.75%
5.
Peternakan Unggas
: 11.25%
6.
Perkebunan
: 8.75%
7.
Peternakan Ruminansia : 6.25%
8.
Perikanan Air Payau
: 16.25%
: 3.75%
Cadangan Lahan
Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Hortikultura Sayur Hortikulura Buah Perkebunan Peternakan Ruminansia Peternakan Unggas Perikanan Air Payau
Jenis NSDA
Nilai Bobot Cadangan Pendapatan Produksi Nilai 4301,70 14520,00 9577,10 11539,16 11174,52 34725,04 235431,00 6644,27
Implikasi terhadap Lingkungan
Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Hortikultura Sayur Hortikulura Buah Perkebunan Peternakan Ruminansia Peternakan Unggas Perikanan Air Payau
akumulasi residu pestisida dalam tanah penurunan berkala produktivitas tanah penurunan daya dukung tanah meningkatkan ancaman longsor penurunan tingkat kesuburan tanah mengurangi produktivitas lahan pertanian peningkatan ancaman terhadap flu burung meningkatkan ancaman abrasi pantai
1 6 3 5 4 7 8 2
30 30 30 30 30 30 30 30
Nilai Bobot 4 6 7 2 8 5 1 3
20 20 20 20 20 20 20 20
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
1.962.132.600.000,00 387.185.659.000,00 1.160.264.771.801,00 825.420.229.045,76 160.413.000.000,00 3.968.654.000,00 226.056.000.000,00 247.190.000.000,00
Total
Bobot
8 5 7 6 2 1 3 4
Prioritas 510 550 580 490 380 360 410 320
3 2 1 4 6 7 5 8
50 50 50 50 50 50 50 50
Presentase Luasan 16,25% 18,75% 21,25% 13,75% 8,75% 6,25% 11,25% 3,75%
Persentase diatas digunakan sebagai acuan untuk menentukan luasan pada masing-masing sumber daya alam yang ada di Kabupaten Brebes. Berikut merupakan peta NSDA yang ditentukan setelah didapatkan persentase prioritas menggukan metode multi criteria analysis:
Gambar: Peta Proyeksi Guna Lahan NSDA Kabupaten Brebes Peta diatas menggambarkan peta proyeksi guna lahan berbasis NSDA yang sudah disesuaikan berdasarkan prioritas NSDA yang ada serta proyeksi guna lahan permukiman dengan menggunakan luasan standar yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 pasal 22 ayat 3 yang menyebutkan bahwa luasan rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 m2.
4.2.6 Rencana Pentahapan Pola Ruang Tahap 1
Recana pola ruang tahap I (2018-2023) difokuskan pada pemugaran beberapa lahan pertanian, lahan terbuka, dan lahan perkebunan menjadi hutan lindung. Sebagian besar pemugaran berada di bagian selatan Kabupaten Brebes yaitu pada Kecamatan Salem, Kecamatan Banjarharjo, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Larangan, Kecamatan Bantarkawung, Kecamatan Tonjong, Kecamatan Bumiayu, Kecamatan Paguyangan, dan Kecamatan Sirampog. Selain itu, pada rencana pentahapan pertama akan mulai ditambahkan pola ruang hortikultura buah di Kecamatan Banjarharjo dan Ketanggungan, penambahan perlindungan sempadan sungai dan sempadan pantai, dan penambahan pola ruang permukiman di beberapa titik. Untuk mendukung rencana tujuan Kabupaten Brebes, ditambahkan juga pola ruang agroindustri di Kecamatan Kersana dan Kecamatan Paguyangan.
Tahap 2
Rencana pola ruang II (2023-2028) fokus pada pengembangan NSDA Kabupaten Brebes. Mulai adanya pertambahan pola ruang hortikultura di Kecamatan Ketanggungan dan Larangan guna mendukung kawasan strategis agropolitan, selain itu ada juga pertambahan permukiman di beberapa titik. Tahap 3
Rencana pola ruang III (2028 – 2033) berfokus pada pengembangan fungsi hortikultura buah yang mencakup Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Banjarharjo, dan Kecamatan Larangan. Selain itu juga terdapat perluasan fungsi pertanian lahan kering pada Kecamatan Larangan dan Paguyangan serta akan dilakukan pengembangan lebih lanjut fungsi agroindustri pada Kecamatan Kersana. Tahap 4
Rencana pola ruang IV (2033 – 2038) akan berfokus pada pengembangan fungsi agroindustri, hortikultura, serta perkebunan dan pertanian. Pengembangan fungsi argoindustri terdapat pada Kecamatan Kersana serta Kecamatan Paguyangan. Untuk pengembangan hortikultura sayur dan buah akan dilakukan pada Brebes bagian tengah (Kecamatan Banjarharjo, Ketanggungan, dan Larangan) dan Brebes bagian Selatan (Kecamatan Salem, Bantarkawung, Bumiayu, dan Paguyangan). Selain itu, pada kawasan Brebes bagian tengah dan Selatan juga akan terdapat pengembangan lahan pertanian dan perkebunan. Pengembangan – pengembangan ini juga diikuti dengan pertumbuhan permukiman penduduk pada beberapa titik.
4.2.7 Perbandingan Pola Ruang Eksisting dengan Pola Ruang Rencana Peta Pola Ruang Eksisting
Kalau Pola Ruang eksisting Kabupaten Brebes, terlihat pada bagian utara aktivitas guna lahannya didominasi oleh pertanian lahan basah, dan pada bagian tengah dan selatan Kabupaten aktivitas guna lahannya di dominasi oleh peruntuk hutan lindung dan juga fungsi pertanian lahan kering.
Peta Pola Ruang Rencana
Sedangkan pada Pola Ruang Rencana, terlihat pada bagian utara Kabupaten Brebes di dominasi oleh guna lahan pertanian lahan basah namun terdapat tambahan peruntukan guna lahan untuk kawasan agroindustri, kemudian pada bagian tengah dan selatan kabupaten juga terdapat tambahan peruntukan guna lahan yaitu sebagai pertanian holtikultura buah.
BAB V KAWASAN STRATEGIS 5.1 Penentuan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan strategis kabupaten yang selanjutnya disingkat KSK adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh penting dalam lingkup kabupaten terhadap sektor ekonomi, sosial, budaya, lingkungan serta pendayagunaan sumber daya alam. Menurut RTRW Kabupaten Brebes Tahun 2030 terdapat 3 KSP dan 4 KSK yang termasuk kedalam kelas ekonomi. Kemudian dilakukan beragam analisis untuk menetapkan kawasan potensial strategis agar menjadi kawasan strategis rencana. 5.2 Kerangka Kerja
Sumber: Studio Brebes 1
Dalam upaya menetapkan KSK Brebes perencana mengacu terhadap beberapa dokumen yang disebutkan pada diagram diatas. Kemudian, ditemukan beberapa Kawasan yang potensial menjadi kawasan strategis. Kawasan potensial tersebut kemudian diidentifikasi lebih lanjut menggunakan standar kriteria yang termuat dalam Permen PU 37 Tahun 2013 serta disesuaikan dengan tujuan, kebijakan, strategi, struktur, dan pola ruang yang telah direncanakan sebelumnya. Identifikasi yang ada dikembangkan menjadi table skoring dengan metode performance matrix sehingga ditemukan kawasan strategis yang paling sesuai dan kemudian ditetapkan menjadi KS pilihan. KSK yang telah terpilih kemudian dibandingkan dengan KSK yang dimuat dalam RTRW Kabupaten Tahun 2030. Perbandingan ini nantinya akan menunjukan perubahan yang terjadi antara rencana pilihan dengan rencana pemerintah daerah atau bisa juga disebut sebagai evaluasi KSK.
5.3 Pembahasan Tabel Skoring Penetapan KSK Kesesuaian No
Kawasan Potensial
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 1 2 3
Ekonomi Kawasan Cibening Kecamatan Brebes Kecamatan Bumiayu Kawasan Pantura Kecamatan Jatibarang Kecamatan Paguyangan Kecamatan Wanasari Kecamatan Ketanggungan Kecamatan Tanjung Kecamatan Kersana Sosial Budaya Wanatirta - Paguyangan Kawedanan - Tunjung Kedong jimat Ketanggungan Lingkungan - Konservasi Panas bumi Gunung Slamet Telaga Renjeng Paguyangan Kaliwlingi - Brebes
Tujuan, Kebijakan, Strategi
Rencana Pola Ruang
Kriteria (Permen PU No.37 Thn.2016)
Rencana Struktur Ruang
Total
1 1 1 1 1 1 0 1 0 1
1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 0 0 0 1 0 1
4 4 4 4 2 3 1 3 1 4
0 0
0 0
1 0
1 1
2 1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
3
0 1
0 1
1 1
0 1
1 4
Berdasarkan tabel penilaian dengan metode Performance Matrix di atas, kami menentukan kawasan strategis dengan memilih kawasan potensial dengan total nilai 3 atau 4. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan strategis terpilih yaitu Kawasan Cibening, Kecamatan Brebes, Kecamatan Bumiayu, Kawasan Pantura, Kecamatan Paguyangan, Kecamatan Ketanggungan, Kecamatan Kersana, Panas bumi Gunung Slamet, dan Kawasan Pesisir Kaliwlingi di Kecamatan Brebes. 5.4 Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Kawasan Agroindustri Bumiayu dan Kersana merupakan kawasan yang direncanakan sebagai kawasan strategis yang akan mendukung tujuan dari Kabupaten Brebes, menjadi kabupaten berbasis industri pengolahan pertanian. Pada rencana pola ruang, terdapat pengembangan industri di Kecamatan Bumiayu
dan Kersana. Selain itu penetapan kawasan strategis ini sesuai dengan rencana struktur ruang Kabupaten Brebes. Kawasan Pantura merupakan kawasan yang dinilai strategis dikarenakan berada pada jalan nasional, yang juga merupakan jalur distribusi utama lintas Provnsi karena menghubungkan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat secara langsung. Kawasan Pantura memiliki pola fungsi perdagangan dan jasa yang memanjang di sepanjang sisi jalannya. Kawasan perdagangan di sepanjang Pantura termasuk sangat beragam, mulai dari perdagangan grosir, retail, dan jasa-jasa lainnya. Pesisir Brebes : Kawasan Mangrove Kaliwlingi Kawasan pesisir pantai utara kecamatan Brebes merupakan kawasan pesisir yang berpotensi besar dan menjadi ciri khas bagi Kecamatan Brebes dan Kabupaten Brebes sendiri. Mengingat tidak setiap kecamatan dan tidak setiap Kabupaten memiliki kawasan pesisir, maka terdapatnya potensi berupa ekonomi, pariwisata, perikanan, dan potensi lainnya menjadikan kawasan ini layak menjadi kawasan strategis.
Kawasan Agropolitan Ketanggungan – Larangan merupakan kawasan yang direncanakan sebagai kawasan strategis Kabupaten Brebes, hal ini di dasarkan karena di sekitar lokasi tersebut terdapat potensi yang dapat mendukung kegiatan tersebut. Potensi nya yaitu sumber daya alam hortikultura buah dan sayur. Kawasan Panas Bumi Gunung Slamet, merupakan kawasan yang direncanakan sebagai kawasan strategis Kabupaten Brebes, hal ini dikarenakan pada lokasi tersebut adanya pembangunan pembangit listrik tenaga panas bumi (PLTB). Kawasan strategis koridor perbatasan Cibening (Cirebon, Brebes, Kuningan) merupakan kawasan strategis yang masuk ke dalam agenda kawasan strategis kabupaten dan provinsi. Pengembangan kawasan ini ditujukan untuk meningkatkan keterpaduan dalam kegiatan pembangunan dan pemanfaatan potensi-potensi yang terletak
di
wilayah
perbatasan.
Sektor-sektor
yang
diunggulkan
untuk
dikembangkan diantaranya sektor transportasi, pariwisata, industri, kelautan, perikanan, kehutanan, dan agrobisnis pertanian. Kawasan strategis perkotaan Bumiayu merupakan kawasan strategis yang masuk dalam agenda kawasan strategis kabupaten dan provinsi. Pengembangan kawasan ini sebagai pusat kegiatan terutama warga Kabupaten Brebes bagian selatan dan dalam struktur ruang, kecamatan Bumiayu memiliki hirarki PKL.
Perbandingan Rencana Kawasan Strategis Eksisting Berdasarkan RTRW Dan Rencana Kawasan Strategis Rencana Kawasan Strategis Eksisting Berdasarkan RTRW
Rencana Kawasan Strategis
Kalau KSK eksisting berdasarkan RTRW Kabupaten, terlihat bahwa KSK Brebes tersebar pada bagian utara dengan KSK seperti KSK Pesisir Brebes, KSK Pertumbuhan Cepat Pantura, dan KSK Perkotaan Kersana - Ketanggungan, pada bagian tengah seperti KSK Agropolitan Larangan, dan bagian selatan kabupaten hanya terdapat KSK Agropolitan Paguyangan.
Sedangkan pada KSK Rencana, terdapat tambahan KSK Brebes seperti KSK Agroindustri Bumiayu, dan Kersana. Kemudian pada daerah Bumiayu ditingkatkan statusnya dan menjadi KSK Perkotaan Bumiyu. Lalu untuk KSK Agropolitan Paguyangan di pindahkan pada kecamatan Ketanggungan, hal tersebut dikarenakan pada daerah paguyangan terdapat poensi rawan bencana dan juga tidak sesuai dengan pola ruang.