DST Postcore and Crown Rahma Fuaddiah 2014142002 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • rahma
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DENTAL SITE TEACHING PERAWATAN POST AND CORE CROWN PADA GIGI 21 PASCA PERAWATAN SALURAN AKAR



Oleh : Rahma Fuaddiah 2041412002



Dosen Pembimbing Dr.drg.Deli Mona, Sp. KG



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2021



A. Literature Review Restorasi mahkota pasak merupakan restorasi untuk memperbaiki gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar (endodontik) dimana keadaan gigi sudah sangat rapuh. Restorasi jenis ini menggantikan seluruh bagian mahkota gigi dan diperoleh dengan retensi dari sebuah pasak memanjang yang mengisi saluran akar. Bagian-bagian Dowel Crown 1.



Post (Pasak) Post adalah pasak logam atau bahan restoratif kaku lainnya yang ditempatkan di



bagian radikular gigi non vital. Fungsinya sebagai retensi utama dan meneruskan



beban kunyah ke apikal.  Cast Custome Made / Fabricated  Prefabricated 2.



Core Core adalah bagian inti yang akan menggantikan struktur mahkota gigi. Core di



bentuk menyerupai preparasi mahkota gigi yang akan dipasangkan crown. Berfungsi



untuk pegangan mahkota tiruan.



3.







Partial Core







Full Core MahkotaTiruan



Jika post dan core dikombinaksikan maka akan memberi retensi dan ketahanan untuk restorasi pasca peraatan saluran akar. Dapat terbuat dari metal, akrilik, atau porselen Indikasi restorasi mahkota dengan pasak yaitu:



1) Gigi non vital yang fraktur melebihi setengah mahkota klinis; 2) Memperbaiki inklinasi gigi dengan batas-batas atau ketentuan tertentu; 3) Gigi yang telah dirawat endodontik, sedangkan sisa gigi tidak mungkin dilakukan penambalan konvensional. 4) Pembuatan gigi tiruan jembatan (Crown and Bridge) Pembuatan restorasi gigi setelah perawatan endodontik merupakan kelanjutan dari rangkaian perawatan endodontik yang telah dilakukan, untuk mengembalikan fungsi fisiologis dan fungsi estetik gigi dan merupakan tahap akhir dalam keberhasilan perawatan endodontik. Ada beberapa tujuan restorasi pada gigi anterior pasca perawatan endodontik, yaitu mempertahankan kerapatan setelah pengisian saluran akar atau mencegah microleakage, mempertahankan jaringan gigi yang tersisa, dan mempertahankan fungsi dan estetik. Pemakaian mahkota penuh pada gigi anterior yang telah dirawat endodontik tidak membuat gigi tersebut menjadi lebih kuat, karena pembuangan jaringan gigi itu sendiri pada saat preparasi untuk mahkota penuh telah melemahkan jaringan gigi yang tersisa. Penggunaan mahkota penuh pada gigi anterior diindikasikan jika kerusakannya besar atau kepentingan estetik, reposisi gigi, atau pada gigi yang berubah warna bila teknik bleach dan veneer tidak berhasil, restorasi interproksimal yang besar, dan fraktur insisal. Untuk menambah retensi restorasi mahkota penuh, maka perlu digunakan pasak dan inti. Jika restorasi yang digunakan bukanlah mahkota penuh, maka tidak diperlukan penggunaan pasak. Pendapat bahwa pasak kadang-kadang digunakan untuk menguatkan gigi non-vital, tidaklah tepat. Preparasi dan



penempatan pasak secara signifikan melemahkan gigi yang telah dirawat endodontik. Belum ada metode restorasi yang dapat menguatkan gigi yang telah dirawat endodontik. Jadi, jika tidak benar-benar dibutuhkan, pasak tidak perlu dibuatkan pada gigi yang telah dirawat endodontik. Pasak hanya digunakan jika dibutuhkan retensi untuk restorasi koronanya. Pasak hanya disarankan jika jaringan gigi yang tersisa sangat sedikit, untuk untuk mendukung restorasi korona. Metode yang dapat digunakan untuk menambah kekuatan pada gigi yang telah dirawat endodontik adalah dengan teknik etsa. Jika pada dentin gigi dilakukan etsa, maka smear layer terlepas sehingga meninggalkan permukaan dentin yang telah bersih sehingga tubulus dentinalis terbuka. Jika kemudian sistem bonding resin komposit atau amalgam yang akan digunakan sebagai pasak inti atau inti atau sebagai restorasi akhir, maka resin tag sebagai mikroretensi di dalam tubulus akan meningkatkan kekuatan dan resistensi gigi terhadap fraktur secara signifikan. Ada dua kategori utama jenis pasak, yaitu custom-fabricated dan prefabricated. Aloi emas tuang adalah bahan yang memiliki modulus elastisitas dan koefisien ekspansi termal hampir sama dengan email, dan memiliki kekuatan kompresif yang baik dalam menerima tekanan mastikasi. Kekurangan dari pasak tuang adalah membutuhkan dua kali kunjungan, sehingga jenis prefabricated dapat dijadikan pilihan.



B. Data Pasien Nama pasien



: Tn. FF



Jenis Kelamin



: laki-laki



Usia



: 24 tahun



Elemen Gigi



: 33



C.Pemeriksaan Subjektif 1. Chief Complain Pasien datang dengan keluhan gigi depan kiri rahang atas telah dilakukan perawatan saluran akar dan ingin ditambal permanen dengan mahkota jaket. 2. Present Illness Pasien mengeluhkan untuk merawat gigi taring atas kiri yang berlubang besar dan sekarang gigi tersebut terasa sakit, terutama saat malam hari dan ketika berkontak dengan gigi lawannya. Lalu gigi tersebut dilakukan perawatan saluran akar oleh dokter gigi pada 1 bulan yang lalu, dan telah dilakukan control pasca perawatan pada 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku setelah dilakukannya perawatan, sudah tidak merasakan sakit ketika mengunyah makanan maupun secara tiba – tiba, tidak ngilu saat minum minuman dingin, dan gusi di daerah gigi tersebut tidak bengkak. 3. Past Dental History Pasien terakhir kedokter gigi untuk melakukan perawatan saluran akar 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku tidak memiliki keluhan lain di dalam rongga mulutnya. Pasien menyikat gigi 2x sehari (pagi dan sore saat mandi).



4. Family History Ayah dan Ibu atau keluarga sedarah pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. 5. Past medical History Pasien



tidak



memiliki



riwayat



penyakit



sistemik,



tidak



sedang



mengonsumsi obat rutin, tidak ada alergi obat dan makanan. 6. Social History Pasien seorang mahasiswa , makan 3 kali sehari, kurang mengonsumsi buah dan sayur, minum sekitar 6 gelas per hari, dan waktu tidur 5 jam per hari.



D. Pemeriksaan Objektif



Gigi yang digunakan untuk perawatan saluran akar tunggal adalah gigi 21. Gigi 21 memiliki panjang akar 15 mm panjang mahkota 10 mm.



E. Diagnosis Gigi 21 non vital pasca perawatan saluran akar F. Rencana Perawatan Restorasi akhir post-core dan crown G.Prognosis Dari pemeriksaan objektif dan radiografis yang dilakukan, disimpulkan bahwa prognosa baik karena : 1. Struktur jaringan gigi yang tersisa cukup untuk direstorasi akhir. 2. Sisa jaringan pendukung cukup untuk menopang gigi dan restorasi akhir.



H. Alat dan Bahan Alat



Bahan



Diagnostic set



Prefabricated Fiber Post



Highspeed + remover



Crown (restorasi akhir)



Peeso reamer



Paper point



Gates glidden drill



Resin komposit p 60



Dental floss



Flecher



Benang retraksi



Cotton pellet dan cotton roll



Rubber bowl dan spatula



Alginate



Sendok cetak full dan partial



Elastomer



Cylindrical diamond bur



Gips stone



Fissure diamond bur



Wax



Flame diamond bur



Selfcure acrylic



Round



end



tapered



cylindrical



Silane



diamond bur Fine bur/ pita kuning



Aquadest



Sonde lurus



Microbrush



Dappen glass



Self Adhesive Resin Cement



Semen spatel



CMS



Light cure



Etsa



Shade guide



Bonding



Probe



Semen resin



Low speed



Articulating paper



Scaler



Alcohol 90%



Glass lab



ZnOE semen



Lentulo



Panjang kerja saluran akar = 27 mm Hitung panjang post Panjang post



= (2/3 x panjang akar) + (2/3 x panjang mahkota



sebenarnya) = 2/3 x 15 mm + 2/3 x 10 mm = 10 mm + 6,6 mm = 16,6 mm Panjang kerja saluran pasak



= (2/3 x panjang akar) + (panjang mahkota



sisa) = 2/3 × 15 mm + 10 mm = 10 mm + 10 mm = 20 mm Sisa gutta-percha = panjang kerja – panjang kerja saluran pasak = 25 mm – 20 mm = 5 mm Gutta percha yang disisakan



= 5 mm Panjang post= 16,6 mm



Panjang kerja saluran pasak



= 20 mm



I. Prosedur Kerja 1) Pembuatan mahkota sementara a. Lakukan pencetakan dengan bahan cetak alginat pada gigi yang akan dipreparasi beserta gigi tetangganya dengan sendok cetak sebagian. Hasil cetakan negatif, dicor dengan menggunakan gips stone. Model studi dicor sebanyak 2 buah untuk dipreparasi. b. Lakukan preparasi pada model studi pertama sesuai dengan bentuk



preparasi pada gigi asli nantinya. c. Cetak model studi kedua dengan alginat dan lapisi dengan tisu lembab (cetakan negatif) d. Buat adonan selfcuring acrylic yang homogen dengan jumlah yang cukup pada dappen glass. Olesi bagian gigi yang dipreparasi (pada model) dengan CMS untuk memudahkan dalam pelepasan selfcuring acrylic. e. Masukan adonan akrilik secukupnya ke dalam cetakan negatif model. Posisikan kembali sendok cetak pada model cetakan gigi yang telah dipreparasi. Fiksasi dengan jari tangan sampai adonan akrilik di dappen glass mendekati keras. f. Lepaskan cetakan negatif. g. Buang kelebihan akrilik (proksimal, labial, palatal) → lepaskan mahkota sementara dengan pinset atau sonde. h. Rapikan batas restorasi di servikal i. Simpan mahkota sementara pada tempat yang aman. 2) Pengeluaran bahan pengisi saluran akar a. Bongkar tambalan sementara. b. Bongkar lining semen fosfat dengan scaler. c. Buat akses untuk mengeluarkan gutta percha dengan gates glidden drill. d. Keluarkan gutta percha dengan peeso reamer :  Pengambilan gutta percha menggunakan peeso reamer sampai 2/3 bahan pengisi dengan panjang kerja saluran pasak ,



 Saat mengeluarkan gutta percha mulai dengan peeso reamer



ukuran yang lebih kecil hingga ukuran yang sesuai dengan saluran akar. Ukuran peeso reamer yang sesuai dengan saluran akar ditentukan dari hasil tracing,



 Pengambilan dilakukan perlahan sehingga meninggalkan bahan pengisi sepanjang 4 mm dari periapical sebagai apical seal e. Saluran akar dibersihkan dengan aquadest dan keringkan dengan paper point steril. f. Tutup dengan tambalan sementara. g. Lakukan foto rontgen. 3) Preparasi Mahkota Gigi A. Pengurangan Bagian Proksimal Tahapan : a.



Buat garis pedoman pengasahan berupa garis dengan pensil yang runcing pada permukaan labial berjarak 1-1,5 mm dari titik kontak dan sejajar sumbu panjang gigi.



b.



Fissure diamond bur diletakkan antara titik kontak dan garis pedoman di permukaan labial dengan posisi bur sejajar sumbu gigi atau garis pedoman dengan ujung bur setinggi gingival crest. Arah gerakan bur dari labial ke palatal.



c.



Lakukan pengasahan sampai titik kontak hilang.



d.



Bentuk bidang mesial distal sedikit mengerucut ke arah insisal dengan sudut 6°.



e.



Setelah selesai lakukan pengecekan dengan sonde lengkung, dengan menjalankan lengan sonde dari servikal ke insisal untuk merasakan



adanya undercut atau kecembungan. Periksa apakah preparasi proksimal masih berkontak atau tidak dengan gigi tetangga. B. Pengurangan permukaan insisal Tahapan : a.



Pengurangan dengan cylindrical diamond bur.



b.



Buang jaringan email yang tidak didukung dentin (bagian yang tajam) dengan cylindrical diamond bur



c.



Membuat sudut 45° ke arah palatal.



d.



Ratakan hasil preparasi.



C. Pengurangan permukaan labial Tahapan : a.



Membuat 3 groove di labial dengan kedalaman 1-1,5 mm di bagian mesiolabial, distolabial, dan bagian tengah gigi menggunakan cylindrical diamond bur. Periksa kedalaman groove dengan dental probe.



b.



Gerakan mata bur dari groove mesial ke distal sesuai dengan bentuk anatomi sampai dasar groove.



c.



Pengurangan permukaan labial 1-1,5 mm.



d.



Cek apakah permukaan gigi yang dipreparasi sudah lebih rendah dari



gigi tetangga dan lihat dengan kaca mulut lengkung



permukaan labial yang telah dipreparasi sesuai dengan lengkung permukaan anatomis sebelumnya atau permukaan labial gigi sebelahnya.



D. Pengurangan bagian palatal Preparasi bagian palatal mengikuti kontur gigi dan bentuk anatomis dengan flame diamond bur. Lakukan pengecekan besarnya ruang saat beroklusi. E. Pembentukan pinggiran servikal Tahapan : a.



Mahkota yang akan digunakan adalah composite crown dengan bentuk akhiran chamfer.



b.



Lakukan retraksi gingiva dengan benang retraksi untuk mendapatkan bentuk akhiran preparasi yang akurat.



c.



Bagian labial dan palatal dibentuk dengan menggunakan round end cylindrical diamond bur untuk membentuk akhiran chamfer.



d.



Pengasahan dilakukan dengan posisi bur sejajar sumbu gigi dan terletak di bawah marginal gingiva (subgingiva) untuk bagian labial dan sejajar dengan marginal gingiva (equi gingiva) untuk bagian palatal.



F. Pembulatan sudut-sudut (Finishing) Tahapan : a.



Pembulatan sudut-sudut pertemuan bidang-bidang yang telah dipreparasi bertujuan untuk memudahkan adaptasi permukaan dalam restorasi.



b.



Penghalusan dilakukan dengan bur berpermukaan halus dengan finishing bur/ bur pita kuning.



G. Pengecekan hasil preparasi Periksa kehalusan dari hasil preparasi yang dilakukan dengan menggunakan sonde, dimana tidak ada sangkutan ketika sonde dijalankan pada preparasi yang telah dilakukan. Periksa keadaan jaringan lunak sekitarnya, apabila sehat dan bebas dari radang berarti tepi preparasi sudah baik. Setelah itu lakukan pencetakan untuk mendapatkan model kerja untuk pembuatan indirect crown. 4) Try- in post dan sementasi post 1. (Pada pasien) lihat hasil rontgen, jika sisa gutta percha sudah tepat dan pembersihan saluran akar benar maka dapat dilakukan tryin. 2. Ukuran post sudah ditentukan sebelumnya dengan tracing menggunakan foto rontgen. 3. Sebelum try in bersihkan dinding saluran akar menggunakan paper point lembab (setelah direndam dengan alkohol 90%). 4. Sebelum tryin pastikan saluran akar sudah dalam keadaan bersih dan kering dengan menggunakan paper point. 5. Lakukan tryin post kedalam saluran akar, apakah post sudah masuk kedalam saluran akar dengan sempurna atau belum.



6. Orifis ditutup dengan cotton pellet. 7. Daerah mahkota bagian dalam diolesi dengan etsa dan tunggu 15 detik untuk dentin dan 20 detik untuk daerah enamel, kemudian bilas dengan air, kemudian keringkan dan aplikasikan bonding dan light curing selama20 detik.



8. Siapkan semen resin dan buka cotton pellet. 9. Lakukan cementing, ulasi saluran akar dengan semen resin menggunakan lentulo.



10. Ulasi post dengan silane, lalu ulasi dengan semen resin.



11. Pasak fiber diinsersikan kedalam saluran akar, kemudian tarik sedikit untuk memastikan saluran akar sudah terisi. 12. Kelebihan semen resin dibersihkan dengan cotton pellet. 13. Lightcure selama 40 detik.



14. Pasak yang sudah diinsersikan dipotong menggunakan cylindrical diamond bur. 15. Bentuk core dengan resin komposit p60 dan light cure selama 20 detik.



16. Finishing core menggunakan bur pita kuning.



5) Pencetakan hasil preparasi a. Lakukan retraksi gingiva dengan benang retraksi untuk mendapatkan bentuk akhiran preparasi yang akurat. b. Lakukan pencetakan dengan teknik double impression pada rahang atas. Pencetakan rahang bawah dengan alginat. c. Lakukan pengecoran dengan menggunakan gips stone.



d. Buat catatan interoklusal gigi pasien dengan wax. Tujuannya untuk mendapatkan relasi hubungan rahang bawah terhadap rahang atas dan sebagai pedoman oklusi sentrik pada model kerja. Syarat catatan interoklusal : 1. Setidaknya 1/3 bagian gigi yang dipreparasi tergambar. 2. Mencakup gigi tetangga. 3. Gigi antagonis harus tergambar. 6) Pemilihan warna gigi Cocokkan warna mahkota gigi pasien (berhubungan dengan estetik) sebagai acuan warna crown yang akan dibuatkan. Kirim hasil cetakan gigi dan catatan interoklusal pasien ke laboratorium untuk pembuatan crown. 7) Pemasangan mahkota sementara a.



Mahkota sementara yang sudah dibuat sebelumnya, dicobakan ke gigi pasien, periksa ulang servikal, titik kontak, dan oklusinya.



b.



Lakukan penghalusan dan pemolesan mahkota sementara.



c.



Insersikan mahkota sementara dengan semen sementara (semen fletcher).



8) Sementasi composite crown a. Lakukan pemeriksaan



terhadap



hal



berikut



ini



sebelum



melakukan sementasi composite crown: i. Tanyakan keluhan pasien dan lakukan pemeriksaan objektif pasien. ii. Buka mahkota sementara menggunakan ekskavator.



iii. Kerapatan pinggir → pinggir servikal dicek dengan sonde apakah ada ruang terbuka. iv. Kontak → dicek dengan kaca mulut. Kontak pasif dengan gigi tetangga. Dapat diperiksa dengan dental floss. Dental floss sukar lewat tetapi dapat melewati titik kontak tersebut. v. Oklusi dan artikulasi → dicek dengan articulating paper. Tidak boleh ada kontak prematur dan oklusi harus merata. vi. Kontur bukal dan palatal → berhubungan dengan estetik dan self cleansing. Kontur yang berlebihan menyebabkan retensi makanan. vii. Warna → sewarna dengan gigi di sebelahnya. b. Jika pada pemeriksaan di atas sudah benar maka lakukan pengeringan daerah kerja dengan cotton roll dan pengeringan daerah preparasi dengan semprotan angin. c. Daerah preparasi harus bersih dari sisa sementasi sementara dan dari plak atau kalkulus. d. Pastikan sebelum



mahkota



disemen tidak



tiruan



ada gingiva yang terjepit.



Sebelumnya lakukan kembali gingiva retraksi. e. Aduk semen resin sesuai petunjuk pabrik (self adhesive cement resin). f. Pasangkan mahkota tiruan yang telah diisi semen. Lakukan penekanan yang kuat sehingga kelebihan semen mengalir keluar, kemudian bersihkan sisa semen yang ada.



g. Lakukan penekanan dengan bantuan gulungan kapas yang digigitkan. h. Penekanan harus sesuai dengan poros panjang gigi. Sinar bagian bukal dan lingual mahkota dengan light cure. i. Setelah mengeras, cek kontak proksimal gigi dengan gigi tetangga menggunakan dental floss dan cek oklusi dengan articulating paper. Instruksi untuk pasien : 1. Sebaiknya tidak mengigit makanan keras pada mahkota. 2. Pasien harus menjaga OH dengan baik. 3. Pasien



disarankan



tidak



mengonsumsi teh



dan



kopi



rutin karena bisa menyebabkan perubahan warna pada crown. 4. Pasien diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu dan 1 bulan kemudian. 9) Tahap kontrol Pasien diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu dan 1 bulan setelah penyemenan mahkota. Yang perlu diperhatikan saat kontrol, yaitu : a. Keluhan pasien → tidak ada rasa sakit, menekan gusi, atau keluhan ketidaknyamanan lain. b. Cek pemeriksaan objektif → tes perkusi, tes palpasi, dan tes tekan. c. Adaptasi bagus. d. Oklusi → tidak ada keluhan merasa terganjal (traumatic occlusion). e. Hygiene mulut → tidak ada penumpukan sisa makanan ataupun plak. f. DHE (Dental Health Education)



DAFTAR PUSTAKA



Awaru BI, Nugroho JJ. Restorasi pada gigi anterior setelah perawatan endodontik.Dentofasial, Vol. 11, No. 3, Oktober 2012: 187-191. Febrianifa E, Hadriyanto W. Restorasi pasca one visit endodontik dengan perbaikan malposisi dan selective contouring. MKGK. April 2016; 2(1): 32-38. Mauricio, José. Carlos R. Erica G. J. 2019. One-step fiber post cementation and core build-up in endodontically treated tooth: A clinical case report. Department of Dental Materials and Prosthodontics, Araraquara Dental School, Sao Paulo State University Brazil.