Endokarditis Pada Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK ENDOKARDITIS PADA ANAK



Di Susun Oleh :



Kelompok 2 Lola Louvita



20160303049



Niara Aisyah Maharani



20170303009



Kezia Irene Joseph



20170303028



Dita Lestari



20170303002



JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA BARAT 2019



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Penyakit jantung pada anak dapat dibagi menjadi 2 yaitu penyakit jantung bawaan dan penyakit jantung didapat. Penyakit jantung didapat yang paling sering di jumpai di Indonesia adalah penyakit jantung reumatik; selebihnya adalah penyakit jantung didapat akibat infeksi (miokarditis, difteri, endokarditis infektif), penyakit ginjal, penyakit paru, gangguan gizi dan gangguan metabolisme. Penyakit jantung bawaan pada bayi dan anak cukup banyak ditemukan di Indonesia. Laporan dari berbagai penelitian di luar negri menunjukkan bahwa 6-10 dari 1000 bayi lahir hidup menyandang penyakit jantung bawaan (Dr Sri Endah Rahayuningsih SpA(K),2002). Endokarditis infektif menjadi penyebab tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Di negara maju, insiden endokarditis infektif berkisar 2,6 hingga 7 kasus dari 100.000 penduduk tiap tahunnya dan relatif stabil dari tahun 1950 hingga 2000. Insiden di UK berkisar 1400 kasus per tahun dengan angka mortalitas berkisar 200 per tahun. Di USA terdapat sekitar 15.000 kasus baru endokarditisinfektif yang terjadi setiap tahunnya. Meskipun endokarditis infektif dapat terjadipada neonatus, bayi, anak, remaja, dan wanita hamil insidensinya meningkat setelah umur 30 tahun dan melebihi 10 per 100.000 pada orang yang berumurlebih dari 50 tahun. Endokarditis infektif juga menyebabkan morbiditas dan mortalitas di rumah sakit yakni sekitar 20% Endokarditis infektif merupakan salah satu penyulit yang ditakuti pada penyakit jantung struktural. Meskipun jarang terjadi, namun bila terjadi memerlukan perawatan yang lama dan kadang sangat sulit diatasi. Setelah era profilaksis antibiotika, mortalitasnya sudah jauh berkurang. Dahulu, endokarditis diklasifikasikan menjadi akut dan subakut. Klasifikasi tersebut cenderung tidak dipergunakan lagi. Saat ini pendekatan terhadap penyakit ini lebih didasarkan pada mikroorganisme penyebab. Endokarditis pertama kali ditemukan oleh Rivera tahun 1946. Endokarditis di bagi menjadi dua yaitu endokarditis infektif dan endokarditis non infektif. Prevalensi paling sering terjadi pada kelainan katup oleh karena rhematik, dan ini sering terjadi



pada negara sedang berkembang. Juga pada anak-anak yang dilakukan operasi jantung untuk mengkoreksi kelainan jantung kongenital. Pada pasien endokarditis tanpa penyakit jantung sebelumnya kejadian ini sering pada ABE (Akut Bakterial Endokarditis) terutama anak-anak di bawah 2 tahun. Resiko yang lain untuk terjadinya endokarditis, terutama pada pasien dengan kelainan kongenital pada jantungnya. Pada negara berkembang insiden endokarditis 1,6 - 4,3 diantara 100.000 penduduk. Angka kematian 20% - 40%, meskipun diberikan antibiotik yang cukup. Komplikasi neurologis endokarditis berkisar 20% - 40%, hal ini akan mempertinggi angka kematian (41% - 86%). Untuk itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai salah satu penyakit infeksi jantung pada anak tersebut, yaitu Endokarditis pada anak.



B. Tujuan a. Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu menjelaskan peran perawat dalam asuhan keperawatan endokarditis pada anak b. Tujuan khusus -



Agar mahasiswa dapat memahami tentang konsep endocarditis pada anak



-



Agar mahasiswa dapat dibekali dengan ilmu untuk siap mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan tepat kepada pasien



C. Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai mahasiswa dapat memenuhi tugas kami sebagai mahasiswa dalam penilaian mata kuliah Keperawatan Anak II. Dan kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembacanya untuk penerapan sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari



BAB II TINJAUAN TEORI



A. Pengertian Endokarditis Pada Anak Endokarditis



Infektif



(EI)



merupakan



penyakit



yang



disebabkan oleh infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung dan pembuluh darah besar. Penyakit ini ditandai dengan terbentuknya vegetasi yang dapat terjadi pada katup jantung (baik katup buatan maupun katup natif), endokardium dan benda asing intravascular seperti benda penutup defek atau membuat pirau intrakardial untuk memperbaiki kelainan jantung bawaan. Tindakan perawatan gigi dapat menimbulkan bakteriemi yang pada akhirnya dapat menimbulkan endokarditis infektif. Timbulnya bakteriemi dapat berasal dari perawatan yang dilakukan di ruang praktek dokter gigi atau sebagai akibat dari aktifitas sehari-hari seperti mengunyah, menyikat gigi atau flossing pada mulut yang tidak sehat. Higiene mulut yang rendah dan gigi yang tidak terawat mengakibatkan pembusukan gigi yang parah dan periodontium yang tidak sehat, yang keduanya akan meningkatkan kemungkinan berkembangnya bakteriemi yang menyertai kegiatan sehari-hari seperti makan, menyikat gigi dan flossing. (Dr Sri Endah Rahayuningsih SpA(K),2002) Endokarditis adalah radang pada katup jantung dan endokardium yang disebabkan oleh kuman dan jamur (Murwani, A, 2009). Endokarditis adalah suatu infeksi yang melibatkan endokardium yang utuh atau rusak atau katup jantung protesa (Edward K. Chung, 1995). Endokarditis adalah infeksi yang serius dari salah satu dari empat klep-klep (katupkatup) jantung (Anonim, 2011). Endokarditis bakterialis merupakan adanya infeksi dari dinding permukaan endokardial, dapat terjadi karena adanya defek dari endokardial atau dapat juga disebabkan oleh septicaemia. Mekanisme terjadinya endokarditis bakterialis tidak jelas tetapi diduga berhubungan dengan endothelium, bakteri dan respon inang. Infeksi bermula dari kerusakan permukaan endotel yang menyebabkan kerusakan local yang mengakibatkan terjadinya lesi pada kardiak. (WIlyanti, 2011)



Endokarditis merupakan infeksi pada endokardium (selaput jantung) dan katup jantung. Endokarditis dapat terjadi secara tiba-tiba dan dalam beberapa hari bisa berakibat fatal (endokarditis akut) atau bisa terjadi secara bertahap dan tersamar beberapa minggu sampai beberapa bulan (endokarditis sub akut). Bakteri penyebab endokarditis kadangkadang cukup kuat untuk menginfeksi katup jantung yang normal (Ruhyanudin,2006) Endokarditis merupakan peradangan pada katup dan permukaan endotel jantung. Endokarditis infeksi (endokarditis bakterial) adalah infeksi yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain, sehingga menyebabkan deformitas bilah katup (Arif Muttaqin,2009). Endokarditis bakterialis ialah infeksi kuman yang menyerang katup jantung, endokardium, dan epitel pembuluh darah yang disebabkan oleh berbagai kuman dan beberapa penyakit dasar (Ngastiyah,2005). Endokarditis infektif atau endokarditis bakterialis merupakan penyakit yang disebabkan infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung, ditandai oleh vegetasi yang biasanya terdapat pada katup jantung (Kapita Selekta Kedokteran, 2000). Endokardiris bakterialis sebenarnya hanya 5% dari seluruh penyakit jantung pada anak dan jarang mengenai bayi. Penyakit ini jarang terdapat pada anak berumur kurang dari 2 tahun dan bila ada dasarnya karena penyakit jantung bawaan.



B. Klasifikasi Endokarditis Terdapat 2 tipe yaitu Acute Bacterial Endocarditis (ABE), Sub Acute Bacrerial Endocarditis (SBE). Acute Bacterial Endocarditis ditandai dengan demam tinggi dan disebabkan oleh stafilokokus aureus dan organism lainnya dengan patogenitas tinggi. Terapi adalah dengan pemberian antibiotic secara intravena. Sub Acute bacterial endocarditis juga ditandai dengan anorexi, penurunan berat badan malaise, demam tinggi. Penyebabnya adalah streptokokus viridans dan organism lainnya dengan patogenitas rendah. Terapi adalah dengan pemberian antibiotik secara intravena ((Dr Sri Endah Rahayuningsih SpA(K),2002) Pengertian mengenai endokarditis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu endokarditis infektif dan endokarditis non infektif.







Endokarditis infektif Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada endokardium jantung atau pada pembuluh darah besar. Penyakit ini ditandai oleh adanya vegetasi. Berdasarkan gambaran klinisnya, endokarditis infektif dibedakan menjadi dua yaitu : 1) Endokarditis bakterial subakut, timbul dalam beberapa minggu atau bulan dan disebabkan oleh bakteri yang kurang ganas, seperti streptokokus viridans. 2) Endokarditis oakterial akut, timbul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, dengan tanda-tanda klinik yang lebih berat. Sering disebabkan oleh bakteri yang ganas seperti stafilokokus aureus.







Endokarditis non infektif Penyakit yang disebabkan oleh laktor trombosis yang disertai dengan vegetasi, Penyakit ini sering didapatkan pada penderita stadium akhir dari proses keganasan. Berdasarkan jenis katup jantung yang terkena infeksi, endokarditis dibedakan juga menjadi dua yaitu : 1) Native valve endocarditis, yaitu infeksi pada katup jantung alami. 2) Prosthetic Valve endocarditis, yaitu infeksi pada katup jantung buatan.



Gejala klinis endokarditis, sangat bervariasai dari yang ringan hingga yang terberat, yaitu Endokarditis Akut, dan Endokarditis Subakut, -



Endokarditis Akut biasanya dimulai secara tiba-tiba dengan demam tinggi 38,940,9 Celsius, denyut jantung yang cepat, kelelahan dan kerusakan katup jantung yang cepat dan luas. Vegetasi endokardial (emboli) yang terlepas bisa berpindah dan menyebabkan infeksi tambahan di tempat lain Penimbunan nanah (abses) dapat terjadi di dasar katup jantung yang terinfeksi atau di tempat tersangkutnya emboli yang terinfeksi. Katup jantung bisa mengalami perforasi (perlubangan) dan dalam waktu beberapa hari bisa terjadi kebocoran besar. Beberapa penderita mengalami syok; ginjal dan organ lainnya berhenti berfungsi (sindroma sepsis). Infeksi arteri dapat memperlemah dinding pembuluh darah dan meyebabkan robeknya pembuluh darah. Robekan ini dapat berakibat fatal, terutama bila terjadi di otak atau dekat dengan jantung



-



Endokarditis Sub Akut bisa menimbulkan gejala beberapa bulan sebelum katup jantung rusak atau sebelum terbentuknya emboli. Gejalanya berupa kelelahan, demam ringan 37,2-39,2 Celsius, penurunan berat badan, berkeringat dan anemia.



Diduga suatu endokarditis jika seseorang mengalami demam tanpa sumber infeksi yang jelas, jika ditemukan murmur jantung yang baru atau jika murmur yang lama telah mengalami perubahan. Limpa bisa membesar, Pada kulit timbul binti-bintik yang sangat kecil, juga di bagian putih mata atau dibawah kuku jari tangan. Bintikbintik ini merupakan perdarahan yang sangat kecil yang disebabkan oleh emboli kecil yang lepas dari katup jantung. Emboli yang lebih besar dapat menyebabkan nyeri perut, penyumbatan mendadak pada arteri lengan atau tungkai, serangan jantung atau (stroke).



C. Epidemiologi Endokarditis Infektif lebih jarang terjadi pada anak dari pada orang dewasa. Angka kejadiannya sekitar 1 per 1280 pasien anak yang dirawat di Rumah Sakit dalam satu tahun.Endokarditis Infektif lebih sering terjadi akibat komplikasi penyakit jantung bawaan seperti defek septum ventrikel, duktus arteriosus 3 persisten, Tetralogi Falot, abnormalitas katup aorta, dan penyakit jantung reumatik, namun penyakit ini juga dapat terjadi pada anak tanpa adanya kelainan jantung.



D. Patogenesis Dua faktor utama yang menentukan terjadinya endokarditis infektif adalah: 



Kerusakan permukaan endotel







Bakteriemia



Kerusakan endotel terjadi karena adanya kelainan struktur jantung atau pembuluh darah besar yang mengakibatkan terjadinya turbulensi aliran darah karena perbedaan tekanan yang signifikan. Kerusakan endotel tersebut memicu terbentuknya trombus dan timbunan



trombosit dan fibrin yang steril (nonbacterial thrombotic endocarditis),



yang merupakan tempat menempelnya bakteri sehingga akan terbentuk vegetasi yang terinfeksi. Timbunan trombosit dan fibrin akan melingkupi organisme tersebut sehingga vegetasi akan terus bertambah besar. Pada umumnya endokarditis infektif



terjadi pada penyakit jantung bawaan atau



didapat. Bila tidak, harus diduga kemungkinan pemakaian obat-obatan adiktif melalui suntikan.



Semua penyakit jantung bawaan, kecuali defek septum atrium (DSA) sekundum merupakan faktor predisposisi terjadinya endokarditis infektif. Kelainan yang sering mengalami endokarditis infektif adalah: 



Penyakit jantung bawaan: sering terjadi pada tetralogy of Fallot (ToF), defek septum ventrikel (DSV), penyakit katup aorta, transposisi pembuluh nadi besar (transposition of the great arteries=TGA) dan pirau dari sistemik ke arteri pulmonalis.







Kelainan katup:



penyakit jantung rematik (terbanyak adalah insufisensi katup



mitral), stenosis aorta, stenosis pulmonal, insufisiensi katup trikuspid, prolaps katup mitral yang disertai regurgitasi mitral. 



Alat prostetik baik katup (katup buatan) maupun non katup (coil, stent, ADO, ASO, alat pacu jantung buatan permanen).







Kardiomiopati hipertrofik obstruktif. Organisme penyebab infeksi dapat berasal dari berbagai lokasi atau infeksi lokal (misalnya abses, osteomielitis, pielonefritis). Bakteriemia sering terjadi setelah dilakukan tindakan pada gigi geligi, terutama bila terdapat karies dentis atau gingivitis. Bila terdapat karies atau gingivitis, bakteriemia dapat dipicu oleh aktivitas sehari-hari, misalnya mengunyah, gosok gigi. Oleh karena itu menjaga kesehatan dan kebersihan mulut dan gigi geligi sangat penting disamping pencegahan endokarditis infektif dengan antibiotika sebelum tindakan pada gigi geligi.



E. Patologi Vegetasi akibat dari endokarditis infektif pada umumnya dijumpai pada sisi defek yang tekanannya rendah, bisa terjadi di sekitar defek atau di sisi yang berhadapan dengan defek, dimana di tempat tersebut endotel mengalami kerusakan sebagai akibat dari gerusan/benturan “jet” akibat turbulensi aliran darah yang melewati defek. Sebagai contoh: pada duktus arteriosus persisten (patent ductus arteriosus=PDA) vegetasi ditemukan pada cabang arteri pulmonalis, pada regurgitasi mitral vegetasi terjadi pada permukaan atrial dari katup mitral, pada regurgitasi aorta dijumpai pada permukaan ventrikular katup aorta dan korda tendinea katup mitral, pada stenosis aorta dijumpai pada permukaan superior katup aorta atau pada sisi lesi akibat “jet”.



F. Mikroorganisme penyebab - S. viridans, enterococci dan Staphylococcus aureus merupakan mikroorganisme penyebab pada 90% kasus. Angka kejadiannya menurun seiring dengan meningkatnya kasus yang disebabkan oleh jamur dan HACEK (Haemophilus, Actinobacillus, Cardiobacterium, Eikenella dan Kingella). HACEK sebagai penyebab terutama terjadi pada neonatus dan anak yang immunocompromised, yaitu 17% - 30% kasus. - α-Hemolytic streptococci (S.viridans) merupakan mikroorganisme penyebab utama endokarditis yang disebabkan oleh tindakan pada gigi geligi, karies gigi atau penyakit periodontal. - Enterococci dijumpai sebagai akibat instrumentasi atau tindakan operatif daerah genitourinaria atau gastrointestinal. - Streptococci dijumpai pada kasus-kasus endokarditis postoperatif. - Penyalahgunaan obat-obatan melalui suntikan intravena berisiko mengalami endokarditis akibat S. Aureus. - Endokarditis akibat jamur (biasanya prognosis buruk) terjadi pada neonatus yang sakit berat, pasien-pasien yang mendapatkan terapi antibiotika atau steroid jangka panjang atau setelah operasi jantung. Biasanya vegetasi yang terjadi berukuran besar dan mudah lepas mengakibatkan emboli dengan komplikasi yang berat. - Endokarditis yang menyertai kateter vaskular, alat-alat prostetik dan katup buatan biasanya disebabkan oleh S. aureus atau coagulase-negative streptococci. - Penyebab endokarditis pada bayi baru lahir adalah S. aureus, coagulase-negative streptococci, Candida sp. - Endokarditis dengan hasil biakan kuman negatif. Diagnosis ini ditegakkan bila pasien menunjukkan gambaran klinis dan/atau terdapat bukti dari ekokardiografi, tetapi hasil biakan kuman dalam darah secara persisten menunjukkan hasil negatif. Penyebabnya adalah mikroorganisme yang sulit tumbuh secara in vitro. Endokarditis akibat jamur dan organisme lain yang jarang sering memberikan hasil biakan kuman yang negatif. Pada keadaan ini, diagnosis hanya dapat ditegakkan dengan mengeluarkan vegetasi pada saat operasi. Di Amerika Serikat, terjadi pada 5% - 7% kasus endokarditis.



G. Manifestasi klinis



Riwayat penyakit - Pada umumnya terdapat riwayat menderita penyakit jantung bawaan. - Kelainan katup aorta bikuspid seringkali tidak terdiagnosis, sehingga baru diketahui setelah terjadi endokarditis. - Riwayat menjalani tindakan pada gigi, tonsilektomi atau sakit gigi (akibat karies atau gingivitis). - Jarang terjadi pada bayi. Biasanya terjadi pasca operasi jantung. - Onset seringkali tidak diketahui, ditandai dengan demam dengan kenaikan suhu yang tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, rasa lelah, lemah, kehilangan nafsu makan, pucat, artralgia, mialgia, berat badan turun dan diaphoresis.



Pemeriksaan fisis - Bising jantung selalu dijumpai pada setiap kasus. Munculnya bising baru atau peningkatan intensitas bising merupakan tanda yang penting. - Demam, suhu bervariasi antara 38,3°C – 39,4°C. - Splenomegali. - Kelainan pada kulit, sebagai akibat dari mikroembolisasi atau fenomena imunologik, sebagai berikut:  Ptekiae di kulit, mukosa atau konjungtiva  Nodus Osler’s (nyeri, nodul kemerahan pada ujung jari tangan atau kaki) jarang dijumpai pada anak  Splinter hemorrhages (garis-garis linier hemoragik di bawah kuku), jarang pada anak - Emboli atau fenomena imunologik pada organ lain djumpai pada 50% kasus:  Emboli pulmonar, dapat terjadi pada pasien VSD, PDA atau pirau dari sistemik ke arteri pulmonalis.  Kejang dan hemiparesis sebagai akibat dari emboli di sistem saraf sentral.  Hematuria dan gagal ginjal akut.  Roth’s spots (oval, perdarahan retina dengan pusat kepucatan berada di dekat diskus optikus) terjadi pada 5% kasus. - Karies gigi, penyakit periodontal atau gingivitis - Jari tabuh yang terjadi tanpa adanya sianosis kadang-kadang dapat terjadi pada kasus kronik, namun jarang.



- Gagal jantung dapat terjadi sebagai penyulit infeksi. - Manifestasi klinis pada neonatus tidak spesifik( dapat berupa distres respirasi, takikardia) dan sulit dibedakan dari septikemia atau gagal jantung kongestif karena penyebab yang lain. Sering terjadi fenomena emboli (osteomielitis, meningitis, pneumonia). Dapat dijumpai gejala dan tanda neurologik (kejang, hemiparesis, apnea).



H. Patofisiologi Terjadinya endokarditis karena menempelnya mikro organisme dari sirkulasi darah pada permukaan endokardial, kemudian mengadakan multiplikasi, terutama pada katup-katup yang telah cacat. Penempelan bakteri-bakteri tersebut akan membentuk koloni, dimana nutrisinya diambil dari darah. Adanya koloni bakteri tersebut memudahkan terjadinya thrombosis, kejadian tersebut dipermudah oleh thromboplastin, yang ditimbulkan oleh lekosit yang bereaksi dengan fibrin. Jaringan fibrin yang baru akan menyelimuti koloni-koloni bakteri dan menyebabkan vegetasi bertambah. Daerah endokardium yang sering terkena yaitu katup mitral, aorta. Vegetasi juga terjadi pada tempat-tempat yang mengalami jet lessions, sehingga endothelnya menajdi kasar dan terjadi fibrosis, selain itu terjadi juga turbulensi yang akan mengenai endothelium. Bentuk vegetasi dapat kecil sampai besar, berwarna putih sampai coklat, koloni dari mikroorganisme tercampur dengan platelet fibrin dimana disekelilingnya akan terjadi reaksi radang. Bila keadaan berlanjut akan terjadi absces yang akan mengenai otot jantung yang berdekatan, dan secara hematogen akan menyebar ke seluruh otot jantung. Bila absces mengenai sistim konduksi akan menyebabkan arithmia dengan segala manifestasi kliniknya. Jaringan yang rusak tersebut akan membentuk luka dan histiocyt akan terkumpul pada dasar 3 vegetasi. Sementara itu endothelium mulai menutupi permukaan dari sisi peripher, proses ini akan berhasil bila mendapat terapi secara baik. Makrophage akan memakan bakteri, kemudian fibroblast akan terbentuk diikuti pembentukan jaringan ikat kolagen. Pada jaringan baru akan terbentuk jaringan parut atau kadang-kadang terjadi ruptur dari chordae tendinen, oto papillaris, septum ventrikel. Sehingga pada katup menimbulkan bentuk katup yang abnormal, dan berpengaruh



terahdap



fungsinya.



Permukaan



maupun



bentuk



katup



yang



abnormal/cacad ini akan memudahkan terjadinya infeksi ulang. Vegetasi tersebut dapat terlepas dan menimbulkan emboli diberbagai organ. Pasen dengan endokarditis



biasanya mempunyai titer antibodi terhadap mikroorganisme penyebab, hal tersebut akan membentuk immune complexes, yang menyebabkan gromerulonephritis, arthritis, dan berbagai macam manifestasi kelainan mucocutaneus, juga vasculitis.



I. Pemeriksaan penunjang: 1)



Pemeriksaan laboratorium: -



Biakan kuman dalam darah ditemukan positif pada 90% kasus yang belum mendapatkan antibiotika sebelumnya. Pemberian antibiotika sebelum dilakukan pemeriksaan mengurangi kemungkinan hasil yang positif sampai 50%-60%.



-



Pemeriksaan darah lengkap menunjukkan gambaran anemia (Hb 10 mm







Regurgitasi katup berat







Kavitas abses







Pseudoaneurism







Perforasi katup







Gagal jantung kongestif tidak terkompensasi.



J. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada Endokarditis Infektif adalah : a. Gagal jantung Gagal jantung yang terjadi pada Endokarditis Infektif sebesar 55% dan merupakan komplikasi yang paling sering menyebabkan kematian. Gagal jantung disebabkan adanya regurgitasi katup, perforasi daun katup yang terutama mengenai katup aorta dan mitral. b. Embolisasi Komplikasi emboli pada EI terutama terjadi pada lesi yang besar (vegetasi > 10 mm). Infeksi stafilokokus dan jamur mempunyai risiko lebih besar untuk terjadinya emboli. Komplikasi ini biasanya terjadi pada minggu kedua 8 sampai keempat terapi. Pada EI yang akut dapat terjadi komplikasi emboli sebesar 50 60%, sedangkan pada yang subakut sebesar 12 - 35%. c. Manifestasi neurologi Manifestasi neurologi yang terjadi pada Endokarditis Infektif sebesar 40 - 50%. Manifestasi neurologi terjadi karena emboli pada susunan saraf pusat berupa meningismus, perdarahan intrakranial, infark arteri serebri, abses otak. d. Aneurisma mikotik Aneurisma mikotik yang terjadi pada Endokarditis Infektif sebesar 3 - 15%. Biasanya terletak pada aorta bagian proksimal/Sinus Valsava, arteri serebri, arteri viscera dan arteri ekstremitas. Aneurisma mikotik dapat mengakibatkan ruptur. e. Komplikasi lain Abses miokard, aritmia, gagal ginjal, bakteriemia atau fungemia persisten.



K. Pencegahan Endokarditis infektif tidak hanya ditujukan terhadap bakteriemi yang timbul akibat tindakan di ruang praktek dokter gigi, namun juga yang timbul akibat kebersihan mulut



yang rendah dan gigi yang tidak terawat. Sehingga penting sekali bagi praktisi kesehatan untuk memahami pedoman American Heart Association tentang pemberian antibiotika pencegahan terhadap endokarditis infektif demikian juga dengan perawatan gigi sehari hari untuk 9 menjaga kesehatan sekitar mulut sehingga mengurangi bakteriemi dan endocarditis Tindakan pencegahan perlu dilakukan pada berbagai prosedur yang menyebabkan bakteriemia, sehingga menurunkan insidensi EI. Semua anak yang mempunyai faktor risiko sebaiknya menjaga kebersihan rongga mulut untuk mengurangi sumber bakteriemia.



L. PENATALAKSANAAN Prinsip dasar dalam pengobatan endokarditis membasmi kuman penyebab secepat mungkin, tindakan operasi pada saat yang tepat bila diperlukan. Mengobati kompliikasi yang terjadi. Sasaran pengobatan adalah eradikasi total organisme penyerang melalui dosis adekuat agen antimicrobial yang sesuai. 1. Isolisasikan organisme penyebab melalui seri kultur darah. Kultur darah dilakukan untuk membantu perjalanan terapi. 2. Setelah pemulihan dari proses infeksi, kerusakan katub serius mungkin membutuhkan pengganti katub. 3. Suhu tubuh pasien dipantau untuk keefektifan pengobatan.



Penatalaksanaan medis umum: a. Tirah baring b. Farmakoterapi: antibiotic (vancomycyn, khususnya untuk streptokokus viridians). c. Penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotic intravena dosis tinggi selama minimal 2 minggu. Pemberian antibiotik saja tidak cukup pada infeksi katub buatan.



Pengobatan suportif. Ini perlu diberikan selain pengobatan pokok; pengobatan suportif ini justru sering menentukan keberhasilan pengobatannya: (1) Diet tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral



(2) Perbaikan anemia dan penurunan laju endap darah (3) Pada pemberian antibiotika dosis tinggi perlu memperhatikan kadar elektrolit dalam darah sehubungan dengan adanya natrium dan kalium di dalam antibiotik. (4) Bila ada gagal jantung diberikan digitalis dan diuretikum (5) Diberikan kortikosteroid bila ada tanda hipersensitif terhadap penisilin atau antibiotika lainnya dan pada komplikasi penyakit jantung reumatik aktif (6) Istirahat mutlak sampai gejala hilang, mengingat jantung yang hiperaktif akan mempermudah terjadinya embolus. (7) Bila suhu meningkat lagi selama masih dalam pengobatan perlu pemikiran kemungkinan karena: 



Pengobatan yang tidak adekuat







Tromboflebitis







Embolus







Metastasis supuratif







Drug fever







Infeksi berulang



ASUHAN KEPERAWATAN



1. Pengkajian Pengkajian Primer: a. Airway Yang perlu diperhatikan yaitu: 1)



Ada tidaknya sumbatan jalan napas



2)



Distress pernapasan



3)



Kemungkinan fraktur servikal



4)



Sumbatan jalan napas total: a)



Pada pasien sadar : memegang leher, gelisah, sianosis.



b)



Pasien tidak sadar : tidak terdengar suara nafas dan sianosis.



b. Breathing Yang perlu diperhatikan yaitu: 1)



Frekuensi napas



2)



Suara pernapasan



3)



Adanya udara keluar dari jalan napas



Cara pengkajian: 1)



Look : lihat pergerakan dada, irama, kedalaman, simetris atau tidak, dyspnea. Lihat juga apakah kesadaran menurun, gelisah, adanya jejeas diatas clavikula, serta adanya penggunaan otot tambahan.



2)



Listen : dengan atau tanpa stetoskop apakah ada suara tambahan.



3)



Feel



c. Circulation Yang perlu diperhatikan yaitu: 1)



Ada tidaknya denyut nadi karotis



2)



Ada tidaknya tanda-tanda syok



3)



Ada tidaknya perdarahan eksternal



Pengkajian sekunder, meliputi: a.



Identitas klien



b. Penanggung jawab c.



Riwayat penyakit



d. SAMPLE (Sign and Symptoms, Allergy, Medication, Past Medical History, Last meal, Event leading). e.



Metode untuk pengkajian nyeri : PQRST



f.



Psikososial



g. Pemeriksaan penunjang



Data Demografi/ identitas: 1. Umur (usia> tua)







Murmur jantung







Aritmia







Tekanan darah mneingkat







Nadi perifer cenderung lemah







Intoleransi aktivitas



2. Suku bangsa



3. Pekerjaan 



Pekerja berat







Stress tinggi



4. Lingkungan/ tempat tinggal 



Mempengaruhi pola hidup dan konsumsi makanan



Pengkajian data dasar Riwayat atau adanya faktor- faktor resiko: a) Penyakit jantung bawaan b) Riwayat bedah jantung c) Pemakaian obat-obatan intravena yang sembarangan d) Prosedur diagnosa kardiovaskuler sebelumnya yang bersifat invasive



Pemeriksaan fisik Berdasarkan pengkajian status kardiovaskuler dan survei umum kemungkinan menunjukkan: - Tiga kelompok besar anemia, demam intermitten dan murmur systole (dengan stenosis aorta infusiensi tricuspid atau infusiensi mitral) atau murmur diastolic (dengan isufiensi aorta stenosis tricuspid atau stenosis mitral) - Atralgia - Anoreksia dan kehilangan berat badan - Lelah - Spelenomegali - Lesi vaskuler - Nodus osler(nyeri, adanya nodul merah dikulit) - Lesi janeways (datar, tidak ada nyeri, bintik- bintik merah yang ditemukan ditelapak kaki dan ditelapak tangan yang menjadi pusat karena tekanan) - Ptekia



2. Diagnosa Keperawatan



a.



Intoleran aktivitas b/d penurunan curah jantung akibat infeksi endokarditis.



b. Ansietas b/d ancaman terhadap kematian mendadak, kurang pengetahuan tentang kondisinya. c.



Gangguan pola tidur b/d menggigil (demem), berkeringat sebagai akibat dari infeksi.



d. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah b/d koping yang tidak efektif dalam mengatasi perubahan – perubahan gaya hidup.



3. Rencana Keperawatan



a. Intoleran aktivitas b/d penurunan curah jantung akibat infeksi endokarditis. Rencana tujuan : pasien mampu mendemonstrasikan daya tahan terhadap aktivitas Rencana tindakan : 1.



Pantau toleransi terhadap aktivitas.



2.



Periksa denyut nadi sebelum dan sesudah aktivitas.



3.



Rencaakan aktivitas yang memungkinkan untuk periode istirahat.



4.



Kurangi aktivitas pasien.



5.



Bantu aktivitas sehari – hari sesuai keperluan .



6.



Anjurkan pasien untuk tirah baring.



Rasionalisasi : 1.



Ketahanan fisik dapat ditingkatkan ketika aktivitas yg dilakukan bertambah.



2.



Intervensi ini sebagai indikasi bahwa pasien mempunyai batas aktivitas max.



3.



Tirah baring mengurangi beban kerja jantung dengan mengurangi energi .yang dibutuhkan tubuh.



b. Ansietas b/d ancaman terhadap kematian mendadak, kurang pengetahuan tentang kondisinya. Rencana tujuan : Rasa cemas pasien berkurang dengan kriteria ekspresi wajah rileks, ps mengerti tentang kondisinya. Rencana tindakan : 1.



Jelaskan kepada pasien tentang keadaanya.



2.



Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.



3.



Alihkan perhatian pasien.



4.



Libatkan keluarga dalam keperawatan.



5.



Ciptakan lingkungan yang tenang.



6.



Konsulkan pada dokter jika pasien tetap cemas.



Rasionalisasi : 1.



Kecemasan menimbulkan suatu stres tambahan terhadap keadaan jantung.



2.



Keluarga adalah orang terdekat dari pasien yang mengerti benar tentang keadaan pasien sehingga keluarga mampu memberi dukungan mental kepada pasien.



c. Gangguan pola tidur b/d menggigil (demem), berkeringat sebagai akibat dari infeksi. Rencana Tujuan : Kebutuhan istirahat tidur pasien terpenuhi dengan kriteria pasien tidak menggigil dan keringat berkurang, suhu 36 - 37º C. Rencana Tindakan : 1.



Observasi suhu tubuh.



2.



Ciptakan lingkungan yang nyaman (tempat tidur, pakaian).



3.



Anjurkan pasien untuk menggunakan selimut tipis.



4.



Lakanakan terapi dari dokter.



d. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah b/d koping yang tidak efektif dalam mengatasi perubahan – perubahan gaya hidup Rencana tujuan : Pasien mau melaksanakan perawatannya dirumah dengan kriteria pasien dapat menerima tanggung jawab untuk melakukan perawatan diri sendiri, pasien mau shering dengan petugas kesehatan, tentang perasaan dan masalah-masalah perubahan gaya hidupnya. Rencana tindakan : 1.



Yakinkan pada pasien untuk segera menghubungi dokter jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.



2.



Jelaskan pada pasien bahwa perawatan sangat diperlukan .



3.



Anjurkan pasien untuk check up.



Rasionalisasi : 1.



Kesanggupan melakukan pengobatan bertambah setelah pasien memahami keterkaitan antara kondisi kesehatan dan penanganannya.



2.



Dengan check up untuk menghindari kemungkinan terinfeksi kembali.



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Endokarditis bakterialis ialah infeksi kuman yang menyerang katup jantung, endokardium, dan epitel pembuluh darah yang disebabkan oleh berbagai kuman dan beberapa penyakit dasar (Ngastiyah,2005). Kuman penyebab yang sering ditemukan pada biakan darah dengan frekuensi tinggi ialah: 1. Streptococcus viridans (50-60%) 2. Streptococcus anhemolyticus (5-10%) 3. Staphylococcus aureus (10-20%) 4. Kuman lain ataupun jamur tetapi sangat jarang terjadi Penyakit dasar yang sering menyebabkan endokarditis bakterialis adalah: (1) Penyakit jantung didapat terutama valvulitis reumatik (80%) (2) Penyakit jantung bawaan (10%) seperti pada TF, DSV, PS, dan bicuspid aortic valve. Bakteremia sementara dapat terjadi pada anak normal yang mengalami pencabutan gigi, operasi, luka pada gusi/gigi atau infeksi fokal lainnya tetapi jarang terjadi endokarditis bakterialis. Hanya pada endokardium dan katup yang cacat merupakan tempat predileksi.



B. Saran Untuk menerapkan asuhan keperawatan anak dengan endokarditis bakterialis sebaiknya perawat mengkaji masalah yang ada pada klien. Disamping itu, pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat juga diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai rencana dan keadaan klien secara utuh, terencana dan sistematis.



DAFTAR PUSTAKA



Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika Joewono, Boedi Soesetyo. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Jakarta: Salemba Medika. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovasculer. Jakarta: Salemba Medika Rilantono, Lily Ismuldiati . 1996. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Idonesia. Smeltzer C suzanne, Bare Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah.. Jakarta : EGC Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika Dajani AS. Endocarditis. Dalam: Gessner IH, Victorica BE, penyunting. Pediatric cardiology. Philadelphia,WB. Saunders Company, 1993, 221- 228 18. Brook MM. Pediatric bacterial endocarditis: treatment and prophylaxis. Pediatr Clin North Am 1999;46: