Entrepreneur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KESIMPULAN Intrapreneur merupakan kependekatan dari Intaorganization entrepreneur. Apabila entrepreneur diartikan sebagai orang yang memiliki daya, upaya dan usaha secara mandiri, maka Intaorganization entrepreneur berarti orang yang memiliki jiwa entrepreneur tetapi berstatus sebagai peawai disuatu perusahaan. Jadi, seorang intrapreneur tidak memiliki usaha secara mandiri melainkan bekerja pada suatu perusahaan. Akan tetapi, Ia memiliki daya dan potensi menjadi entrepreneur karena karakteristik yang dimilikinya. Menjadi seorang intrapreneur tidak kalah menarik, bahkan tidak perlu mendirikan perusahaan sendiri tetapi mampu berkreasi dan berinovasi denga bebas. Entrepreneur adalah orang yang melakukan aktivitas wirausaha dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia entrepreneur didefinisikan : "Sebagai orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya." jadi seorang entrepreneur harus memiliki kemampuan untuk berfikir kreatif serta imajinatif ketika ada sebuah peluang usaha dan bisnis baru. namun disamping itu seorang entrepreneur harus dapat memberdayakan dirinya untuk kebaikan sekitarnya, bukan orang yang memanfaatkan sekitarnya untuk kepentingan dirinya. Kelebihan Menjadi seorang entrepreneur yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.



Memiliki Kesempatan untuk mewujudkan cita-cita. Memiliki Kesempatan untuk menciptakan perubahan. Untuk mencapai potensi penuh Anda. Untuk menuai keuntungan yang mengesankan. Memberikan kontribusi kepada masyarakat dan mendapatkan pengakuan untuk usaha Anda. 6. Dapat melakukan apa yang disukai dan dapat memanfaatkan hasilnya untuk kabaikan.. Konsep Intrapreneurship Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan (enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya. Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi atau gagasan menjadi



usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152). Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001), ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. Pertama semua, intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987). Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari semua, pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan tacit dalam organisasi baru daripada menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi lain, intrapreneur bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri, bahasa, prosedur, dan birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001). Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting, mereka juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten diposisikan sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef Karimi, dkk, 2011). Faktor Pendorong Intrapreneurship Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan antesenden intrapreneurship dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan organisasi (organization). 1. Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi, pertumbuhan industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan yang tinggi. 2. Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship adalah system terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship, pemindahan intensif pada lingkungan, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan. Dalam penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi lingkungan dan karakteristik organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif dengan intrapreneurship. Faktor Penghambat Intrapreneurship Eesley dan Longenecker (2006, dikutip oleh Budiharjo, 2011) mengemukakan 10 hambatan utama dalam intrepreneurship meliputi : 1. Menghukum kesalahan yang disebabkan oleh tindakan risk taking 2. Gagasan-gasasan tanpa tindak lanjut 3. Tidak ada dorongan intrapreneurship 4. Unhealthy politicking dalam organisasi



5. Komunikasi yang buruk antar karyawan dan juga pada pelanggan 6. Karyawan tidak didorong berpikir untuk mencari peluang 7. Misi, sasaran perusahaan tidak jelas 8. Kurang dukungan manajemen 9. Penghasilan keputusan beresiko yang tidak diberi reward 10.



Keterbatasan waktu dan sumber daya



jadi dapat disimpulkan bahwa SocialPreneurs adalah: wirausaha yang mempunyai perhatian penuh terhadap pengembangan masyarakat di lingkungannya dan mampu memberdayakannya untuk menghasilkan satu perubahan sosial yang berujung pada kesejahteraan bersama. Menjadi SocialPreneurs adalah pekerjaan yang amat sangat mulia. karena dengan menjadi seorang yang sangat perhatian terhadap perkembangan dunia sosial, kita secara tidak langsung akan memberikan peluang besar kepada orang lain untuk bisa berjuang hidup dan meningkatkan taraf hidup orang lain. dengan kata lain menjadi SocialPreneurs adalah suatu hal yang mulia, mesejahterakan, dan mendatangkan keberkahan. alangkah bahagianya hidup jika bisa bermanfaat untuk banyak orang dan damai dalam banyak dukungan dan kasih sayang orang lain. menjadi SocialPreneurs adalah sebuah komitmen sosial bersama untuk mensejahterakan masyarakat luas. 1. Definisi atau pengertian kreativitas adalah penemuan atau asal usul setiap hal baru (produk, solusi, karya seni, karya sastra, lelucon, inovasi, dll) yang memiliki nilai. Dari definisi diatas, arti kreativitas menekankan pada dua hal utama, yaitu “baru” dan “nilai”. Kata “baru” berarti hal yang belum ada sebelumnya atau inovatif dari sudut pandang individu, komunitas atau masyarakat di wilayah tertentu. Kata “nilai” berarti manfaat yang dirasakan oleh individu, komunitas atau masyarakat di daerah tertentu. 2. Pengertian kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta; daya cipta; perihal berkreasi. 3. Pengertian kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. 4. Pengertian kreativitas didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menghasilkan ide-ide atau mengenali, alternatif, atau kemungkinan yang mungkin berguna dalam memecahkan masalah, berkomunikasi dengan orang lain, dan menghibur diri kita sendiri dan orang lain. 5. Pengertian kreativitas adalah setiap tindakan, ide, atau produk yang



mengubah aturan yang ada, atau yang mengubah aturan yang ada ke aturan yang baru. http://kataloggeografi.blogspot.co.id/2014/01/karyawanentrepreneurintrapreneur.html



Entrepreneur adalah orang yang melakukan aktivitas wirausaha dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. Ketika mendengar kata Entrepreneur, umumnya orang akan berpikir tentang pengusaha, bisnis, uang, dsb. Tapi apa sih arti Entrepreneur yang sesungguhnya? Kenapa sekarang kata-kata ini menjadi Booming di segala bidang, seperti Technopreneur, Blogspreneur, Creativepreneur, Moslem Preneur, dll. Pada dasarnya, Entrepreneurship tidak selalu berhubungan dengan uang. Entrepreneurship adalah sebuah mindset atau pola pikir yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Seseorang yang memiliki jiwa Entrepreneurship inilah yang disebut sebagai Entrepreneur.



Seorang entrepreneur selalu dianjurkan untuk memiliki pola pikir yang diluar kebiasaan orang pada umumnya. Entrepreneur akan lebih sering menggunakan otak kanan untuk menghasilkan kreativitas-kreativitas baru. Seorang entrepreneur akan selalu memacu semangatnya setiap hari, selalu memotivasi diri, dan tersenyum dalam segala situasi. Entrepreneur akan melihat masalah sebagai suatu tantangan. Tidak ada kata gagal bagi entrepreneur, yang ada hanyalah Sukses atau Belajar. Seorang entrepreneur akan selalu berusaha untuk menjalin silaturahmi dengan semua orang, memperkaya ilmu dengan lebih banyak mengamati dan mendengarkan, serta peka terhadap peluang. Entrepreneur akan melihat segala sesuatu dari segi positif, mengubah kata tidak bisa menjadi bisa, sulit menjadi mudah, mustahil menjadi mungkin. Seorang entrepreneur berpikir tentang masa depan orang banyak, kehidupan orang banyak, kesejahteraan masyarakat, dan bagaimana cara membantu mereka yang membutuhkan. Sehingga, Entrepreneur tidak akan menyia-nyiakan waktunya untuk halhal yang tidak produktif. Itulah mindset atau pola pikir-pola pikir yang dimiliki oleh seorang Entrepreneur, atau yang lebih kita kenal sebagai Entrepreneurship Berani menciptakan sesuatu dari tiada menjadi ada dan memposisikan diri sebagai pelopor akan menjadikan seseorang mampu membuat perbedaan dalam hidupnya dan mampu merubah dunia. Menjadi entrepreneur dan berani menciptakan sesuatu dengan keluar dari zona nyaman seseorang menjadi lebih penting ketimbang hanya berusaha untuk menjadi milyuner. Aksi nyata seseorang tidak sebatas menjadi milyuner tetapi bagaimana bisa memberikan sumbangsih dan berbagi untuk sesama umat. Intrapreneur adalah orang yang memiliki “entrepreneurship”, namun tidak keluar dari perusahaan di mana ia bekerja. Menurut Tunggul Tranggono seorang pemerhati koperasi menyatakan bahwa intrapreneur adalah “self determined goal setter” orang yang mengambil inisiatif melakukan suatu tugas tertentu yang dituntut oleh dirinya sendiri. Ciri-ciri intrapreneur yaitu 



Intrapreneur seolah menjadi general manager dari sebuah bisnis baru yang belum ada di perusahaan







Biasanya memiliki backgroud teknis atau perusahaan, tetapi tidak memusuhi disiplin kerja yang lain, pandai beradaptasi dan melakukan penyesuaian







melakukan hal-hal sesuai kehendak hatinya







pemikir/konseptor sekaligus pelaksana







punya dedikasi penuh dan bersedia mencurahkan waktu habis-habisan agar mimpinya kenyataan.







menunjukkan kualitas yang baik







segala sepak terjanggnya hanya berdasar kepentingan usahanya







orang yang meraih target yang ditetapkannya sendiri







selalu menetapkan standar kerja yang tinggi







kegagalannya merupakan proses belajar



Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan (enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate Enterpreneurship : Programs in American Industry”, dan kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya. Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Dalam Budiharjo, 2011:152). Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa Intrapreneurship berakar pada kewirausahaan (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001), ada beberapa perbedaan antara intrapreneurship dan kewirausahaan. Pertama semua, intrapreneur membuat keputusan berisiko menggunakan sumber daya perusahaan. untuk melakukannya, pengusaha menggunakan sumber daya mereka sendiri (Antoncic dan Hisrich, 2001; Luchsinger dan Bagby, 1987; Morris et al, 2008). Kedua, intrapreneurship terjadi di antara karyawan dari dalam organisasi mereka, sedangkan kewirausahaan cenderung terutama secara eksternal terfokus (Amo dan Kolvereid, 2005; Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Luchsinger dan Bagby, 1987). Lebih lanjut Asef Karimi, dkk (2011) menyebutkan bahwa sepertiga dari semua, pengusaha lebih memilih untuk mengembangkan pengetahuan tacit dalam organisasi baru daripada menggunakan prosedur atau mekanisme dari perusahaan lain. Di sisi lain, intrapreneur bekerja dalam organisasi yang sudah memiliki politik mereka sendiri, bahasa, prosedur, dan birokrasi (Antoncic, 2001; Antoncic dan Hisrich, 2001; Davis, 1999; Honig, 2001). Meskipun kewirausahaan dan intrapreneurship memiliki perbedaan penting, mereka juga memiliki beberapa koneksi karena intrapreneurship secara konsisten diposisikan



sebagai kewirausahaan dalam organisasi (Antoncic, 2001; Davis, 1999, dalam Asef Karimi, dkk, 2011). Faktor Pendorong Intrapreneurship Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan antesenden intrapreneurship dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan organisasi (organization). 1.



Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi, pertumbuhan industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan yang tinggi.



2.



Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship adalah system terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship, pemindahan intensif pada lingkungan, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan. Dalam penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi lingkungan dan karakteristik organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif dengan intrapreneurship.



Hubungan Kreatifitas, Inovasi dengan Kewirausahaan Mungkin sedikit informasi ini membantu rekan atau teman yang ingin mengetahui sedikit mengenai bidang kewirausahaan. adapun informasi ini saya dapatkan saat saya mengambil mata kuliah kewirausahaan dikampus saya.. Inovasi Inovasi adalah proses menemukan atau mengimplementasikan sesuatu yang baru ke dalam situasi yang baru. Konsep kebaruan ini berbeda bagi kebanyakan orang karena sifat nya relative (apa yang dianggap baru oleh seseorang atau pada suatu konteks dapat menjadi sesuatu yang meruapakan lama bagi orang lain dalam konteks lain). Inovasi adalah memikirkan dan melakukan sesuatu yang baru yang menambah atau menciptakan nilai-nilai manfaat(social/ekonomik) (Gde Raka,2001). Untuk menghasilkan perilaku inofatif seseorang arus melihat inovasi secara mendasar sebagai proses yang dapat dikelola (John Adair,1996). Kreativitas Kreativitas merupakan memikirkan sesuatu,kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Kreatif adalah menghadirkan sesuatu benda atau hal yang sebelumnya sama sekali belum ada untuk dipergunakan. Ide yang kratif dikaitkan dengan ide yang baru paling tidak untuk orang yang bersangkutan Ide



kreatif ini dapat melibatkan sebuah usaha penggabungan du ahal atau lebih ide-ide secara langsung (John Adair,1996). Kreativitas dan inovasi. Inovasi dan kreativitas berbeda wilayah domain yang sama,teapi memiliki batasan yang tegas. Kreatifitas merupakan langkah pertama menuju inovasi yang terdiri atas berbagai tahap. Kreatifitas berkaitan dengan produksi kebaruan dan ide yang bermanfaat sedangkan inovasi berkaitan dengan produksi atau adopsi ide yang bermanfaat dan implementasinya. Wirausaha Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih sukses. Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreatifitas tersebut sebaiknya adalah dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.



Namun,gagasan-gagasan yang baikpun, jika tidak diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, hanya akan menjadi sebuah mimpi. Gagasan-gagasan yang jenius umumnya membutuhkan daya inovasi yang tinggi dari wirausahawan yang bersangkutan. Kreativitas yang tinggi tetap membutuhkan sentuhan inovasi agar laku di pasar.



Inovasi yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausahawan dalam menambahkan nilai guna/nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga mutu produk dengan memperhatikan “market oriented” atau apa yang sedang laku dipasaran. Dengan bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah produk, maka meningkat pula daya jual produk tersebut di mata konsumen, karena adanya peningkatan nilai ekonomis bagi produk tersebut bagi konsumen.



Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut



dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman usaha. Seseorang wirausaha adalah seseorang yang memiliki jiwa dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha (start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu sumber daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk: 1.



Melakukan proses/ teknik baru (the new technik)



2.



Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service).



3.



Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added),



4.



Merintis usaha baru (new businesess), yang mengacu pada pasar



5. Mengembangkan organisasi baru (the new organisaton) http://tribiznetwork.com/profiles/blogs/tugas-app-raisya



Istilah entrepreneurship (kewirausahaan) telah banyak berdengung di telinga masyarakat, lain halnya dengan istilah intrapreneurship. Orang-orang cenderung tidak memahami makna dari intrapreneurship. Pada dasarnya intrapreneurship adalah entrepreneurship yang dipraktekan dalam sebuah organisasi yang lebih besar dan mempunyai sumber daya untuk melaksanakan ide dan inovasinya guna mengembangkan perusahaannya. Jadi dapat dikatakan bahwa perbedaan intrapreneurship dan entrepreneurship adalah skala besar-kecilnya suatu perusahaan atau organisasi. Organisasi yang besar sangat membutuhkan para intrapreneur untuk merespon masalah yang dihadapi perusahaan seperti kebutuhan akan inovasi. Seiring meningkatnya kualitas persaingan usaha dan untuk mencegah terjadinya exodus, para karyawan terbaik dan cerdas memiliki kecenderungan yang meninggalkan perusahaan untuk menjadi entrepreneur usaha mandiri. 1. Pengertian Intrapreneurship Intrapreneurship is the practice of using entrepreneurial skills without taking on the risks or accountability associated with entrepreneurial activities. Intrapreneurship is a strategy for stimulating innovation by making better use of entrepreneurial talent. When effectively promoted and channelled, intrapreneurship not only fosters innovation, it also helps employees with good ideas to better channel the resources of a corporation to develop more successful products. Jadi, dapat disimpulkan bahwa intrapreneur adalah entrepreneurship yang dipraktekkan di dalam sebuah organisasi yang mapan. 2. Keunggulan dan Kerugian Intrapreneurship Keunggulan dari intrapreneurship adalah pada sumber daya untuk melaksanakan pembangunan bisnis. Mereka dapat memakai sumber daya yang ada pada perusahaan sekarang. Bahkan perusahaan core dapat memberi jaminan modal dan memperbolehkan penggunaan nama perusahaan inti untuk branding. Manajemen operasi pada perusahaan baru dan kebijakannya terkadang mirip dengan perusahaan lama. Pada entrepreneur, manajemen biasanya lebih flexible. Kerugian dari intrapreneurship adalah “boss” perusahaan baru sebenarnya masih tetap dihitung sebagai karyawan dari perusahaan inti sehingga kebebasannya tidak seluas perusahaan utama (terikat kontrak). Hidup dari perusahaan baru kadang sangat bergantung dari kebijakan perusahaan inti. 3. Faktor pendukung pengembangan intrapreneurship Pengembangan intrapreneur didukung beberapa faktor ini : • Peningkatan persaingan sehingga innovasi harus diperhatikan termasuk dari karyawan yg tentunya mempunyai gambaran detail operasi perusahaan • Peluang perusahaan menurun untuk memegang posisi atas (lihat referensi 1) • Loyalitas karyawan menurun, bila karyawan mempunyai ide bisnis tetapi perusahaan tidak mau melaksanakannya maka karyawan tsb mungkin akan mencari sumber daya diluar (dan keluar lagi organisasi) Bagaimana perusahaan sekarang menyikapi Intrapreneur Saat ada beberapa cerita sukses tentang intrapreneur, perusahaan harus juga waspada terhadap resikonya. Membuka perusahaan baru dengan sumber daya perusahaan inti adalah cara yang efektif untuk menguras kekuatan perusahaan inti. Perusahaan inti harus benar-benar memperhitungkan kemampuan mereka dan kemungkinana resiko dan keuntungan dari calon perusahaan baru. Seorang penemu ide bisnis harus dilihat apakah mempunyai kemampuan dalam operasinya. Saat seorang penemu mungkin melihat jalan baru untuk menggapai konsumen, mereka mungkin memerlukan seseorang yang ahli dalam detail operasi. Penemu seperti yang menunjukkan tujuannya, orang operasional akan memutuskan dengan kendaraan apa mereka akan kesana. Perusahaan inti harus melihat intrapreneur sebagai salah satu cara untuk mendeliver ide ke pasar dengan cepat. Sebaiknya perusahaan bisa mengidentifikasikan karyawan mereka yg mempunyai jiwa intrapreneur dan memberikan kesempatan kepada mereka yang idenya berpeluang menghasilkan profit. Sumber : (http://cyndrell4.blogspot.com/2009/03/kreatif.html)



BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Entrepreneurship Entrepreneurship adalah sifat bisnis, termasuk kemampuan untuk melihat peluang dan menentukan keputusan kritis. Dalam bukunya Be a Smart and Good Entrepreneur Hendro & Chandra W.W.(2006) menjelaskan entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada dalam diri anda untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal sehingga bisa meningkatkan taraf hidup anda di masa mendatang. Menurut Hisrich (2004, p9), entrepreneurship adalah proses membuat sesuatu yang baru dengan nilai dari konsumsi waktu dan daya yang diperlukan, memperkirakan keuangan, fisik, dan resiko sosial, dan mendapatkan penghargaan hasil dari moneter dan kepuasan personal dan kebebasan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa entrepreneurship adalah kemampuan untuk melihat, mengelola dan menentukan keputusan pada setiap peluang dan memanfaatkannya sehingga mampu meningkatkan taraf hidup dimasa depan. Entrepreneurship tidak hanya diterapkan dalam bisnis perorangan, entrepreneurship juga diterapkan dalam lingkungan perusahaan, disebut juga sebagai intrapreneurship. Penelitian ini menggunakan Intrapreneur sebagai salah satu variabel penelitian. 2.2 Pengertian Intrapreneurship Intrapreneurship adalah kewirausahaan (entrepreneurship) dalam perusahaan (enterprenership inside of the organization) atau dapat dikatakan bahwa intrapreneurship adalah entrepreneuship yang ada di dalam perusahaan. Konsep intrapreneurship pertama muncul pada tahun 1973 oleh Susbauer dalam tulisannya yang berjudul “Intracoporate Entrepreneurship : Programs in American Industry”, 12 dan kemudian dipopulerkan oleh Pinchott (1985) dan Burgelman (2007) dalam disertasinya. Princhott (1985) mendefinisikan seorang intrapreneur adalah seorang yang memfokuskan pada inovasi dan kreativitas dan yang mentransformasi suatu mimpi atau gagasan menjadi usaha yang menguntungkan yang dioperasikannya dalam lingkup lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, agar sukses intrapreneurship harus diimplementasikan dalam strategi perusahaan (Budiharjo, 2011:152). Harris (2009) mendefinisikan intrapreneur adalah karyawan di perusahaan yang berani untuk mengambil risiko. Intrapreneurship represent the initiation and implementation of innovative systems and practices within an organization, by some of its staff under the supervision of a manager who takes the role of an intrapreneur, in order to improve the economical performance of the organization, by using a part of its resources, namely those that previously have not been used in an appropriate manner. Intrapreneurship improves the economical and financial performance of the company, by applying a more efficient use of the resources and by using a suitable



motivational system for its employees (Istocescu, 2003, journal of entrepreneurship vs intrapreneurship (2011, p972). Konsensus yang meningkat telah diperoleh pada konsep entrepreneurship sebagai proses pengungkapan dan pengembangan peluang untuk menciptakan nilai melalui inovasi dan perebutan peluang tanpa menganggap sumber daya (manusia dan kapital) atau lokasi entrepreneur dalam perusahaan baru atau yang sudah ada (Churchill, dalam Antoncic & Hisrich 2001). Mungkin definisi yang lebih luas intrapreneurship adalah entrepreneurship dalam organisasi saat ini.(Jurnal Peran Intrapreneurship Dalam Membangun Daya Saing Kultural di Perguruan Tinggi: Sebuah Kerangka Penelitian, 2012, p259) 13 2.2.1 Faktor Pendorong Intrapreneurship Antonic (2007) yang dikutip Budiharjo (2011) menyebutkan antesenden intrapreneurship dibagi menjadi dua yaitu lingkungan (environment) dan organisasi (organization). a) Faktor lingkungan yang positif meliputi dinamisme peluang teknologi, pertumbuhan industry, dan permintaan untuk produk baru, sedangkan antesenden untuk lingkungan yang tidak dikehendaki meliputi perubahan yang tidak dikehendaki dan persaingan yang tinggi. b) Dari sisi organisasi, karakteristik organisasi yang dapat mendorong intrapreneurship adalah system terbuka, kendali formal pada aktivitas intrapreneurship, pemindahan intensif pada lingkungan, dukungan organisasional, dan nilai-nilai perusahaan. Dalam penelitiannya, Antonic (2007) membuktikan bahwa intrapreneurship berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan (company growth), dan dibuktikan pula bahwa dimensi lingkungan dan karakteristik organanisasi (organization characteristics) berkorelasi positif dengan intrapreneurship. 2.2.2 Faktor Penghambat Intrapreneurship Eesley dan Longenecker (2006, dikutip oleh Budiharjo, 2011) mengemukakan 10 hambatan utama dalam intrapreneurship meliputi : 1. Menghukum kesalahan yang disebabkan oleh tindakan risk taking 2. Gagasan-gasasan tanpa tindak lanjut 3. Tidak ada dorongan intrapreneurship 4. Unhealthy politicking dalam organisasi 5. Komunikasi yang buruk antar karyawan dan juga pada pelanggan 6. Karyawan tidak didorong berpikir untuk mencari peluang 7. Misi, sasaran perusahaan tidak jelas 8. Kurang dukungan manajemen 9. Penghasilan keputusan beresiko yang tidak diberi reward 10. Keterbatasan waktu dan sumber daya 14 2.2.3 Karakteristik Intrapreneurship Berdasarkan pendapat Antonic (2003) mengemukakan intrapreneurship memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. understand the environment. Intrapreneur harus mengerti semua aspek lingkungannya, baik dari lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan eksternal perusahaan. 2. visionary and flexible. Intrapreneur harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan ide-idenya menjadi kenyataan, dapat beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda. 3. encourage team work.



Intrapreneur harus memiliki kemampuan untuk membangun tim kerja dan tim tersebut bekerja dengan disiplin. 4. encourage open discussion. Intrapreneur harus mampu mengadakan diskusi terbuka dalam usahanya membentuk tim kerja yang bagus. 5. builds a coalition of supporters. Intrapeneur dapat mencapai tujuannya dengan membangun koalisi untuk mendukung inovasinya. Koalisi dapat terdiri dari pekerja dan manajemen puncak. 6. Persists. Intrapeneur harus tekun dan gigih dalam bekerja agar tujuan dapat tercapai. 2.3 Pengertian Leadership Leadership adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Dari literature diketahui ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada pula yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok-kelompok / orang-orang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Teori lain mengemukakan bahwa pemimpin muncul karena situasi yang memungkinkan ia ada 15 Menurut Handoko (2008:155) bahwa leadership adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Menurut Danim (2007:136) Leadership adalah proses kerjasama diantara manusia untuk mencapai tujuan, sebagai suatu bentuk energi yang memotori setiap usaha bersama, yang memberikan model untuk di teladani, yang menimbulkan semangat kerja, dan yang mempercayai bawahan untuk mengendalikan diri sendiri. According to Manz and Neck (2004) self-leadership is a process in which leaders exercise self-influence to motivate and direct personal behavior in all aspects of their lives. This, in other words, creates the ultimate form of intrinsic motivation and removes the need for extrinsic rewards. (Journal of Leadership and Organizational Studies, 2005, Volume 11, Number 4 ) 2.3.1 Jenis – Jenis Leadership Ada berbagai macam jenis Leadership, antara lain sebagai berikut: 1. Leadership transaksional Model leadership ini berfokus pada transaksi antar pribadi, antara manajemen dan karyawan dua karastristik yang melandasi leadership transaksional adalah: a) Para pemimpin menggunakan penghargaan kontingensi untuk kinerja para karyawan. b) Para pemimpin melaksanakan tindakan korektif hanya ketika para bawahan gagal mencapai tujuan kinerja. 2. Leadership karismatik Leadership ini menekankan prilaku pemimpin yaang simbolis. Pesan- pesan mengenai visi dan memberikan inspirasi, komunikasi non-verbal, daya tarik terhadap nilaai- nilai ideologos, stimulasi intelektual terhadap para pengikut oleh pemimpin, penampilan kepercayaan diri sendiri dan untuk kinerja yang melampaui panggilan tugas. 3. Leadership Visioner 16 Leadership ini merupakan kemampuan untuk menciptakan dan mengartikulasi suatu visi yang realistis, dapat dipercaya, atraktif dengan masa



depan bagi suatu organisasi atau unit organisasi yang terus tumbuh dan terus meningkat. 2.3.2 Ciri – Ciri Leadership Menurut Davis yang dikutip oleh Reksohadiprojo dan Handoko (2003, p.290-291), ciri-ciri utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah : 1. Kecerdasan (Intelligence) Penelitian-penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa seorang pemimpin yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya, tetapi tidak sangat bebrbeda. 2. Kedewasaan, Sosial dan Hubungan Sosial yang luas Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang, serta mempunyai kegiatan dan perhatianyang luas. 3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik. 4. Sikap-sikap hubungan manusiawi Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi pada bawahannya. 2.3.3 Indikator Leadership Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai tingkat kecerdasan, motivasi dan dorongan yang lebih tinggi daripada bawahannya. Disamping itu untuk melihat gaya leadership seorang pemimpin dapat dilihat melalui indikator-indikator : 17 Menurut Siagian (2002, p.121), indikator-indikator yang dapat dilihat sebagai berikut: 1. Iklim saling mempercayai. 2. Penghargaan terhadap ide bawahan. 3. Memperhitungkan perasaan para bawahan. 4. Perhatian pada kenyamanan kerja bagi para bawahan. 5. Perhatian pada kesejahteraan bawahan. 6. Memperhitungkan faktor kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugas tugas yang dipercayakan padanya. 7. Pengakuan atas status para bawahan secara tepat dan professional. 2.4 Kepuasan Kerja Karyawan Wibowo (2008, p299) mendeskripsikan kepuasan kerja sebagai sikap positif atau negatif yang dilakukan individu terhadap pekerjaan mereka. Robbins (2009, p300) mengatakan walaupun kepuasan kerja merupakan sikap bukan prilaku, tetapi hasilnya penting bagi manajer karena karyawan yang puas lebih rajin masuk kerja, memiliki kinerja yang lebih baik, dan niat untuk bertahan di organisasi. Locke (1996:187) dalam Adiko Winnetouw (2008) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah apa yang dirasakan oleh seseorang pekerja atas pekerjaan mereka, hal ini menunjukan bahwa sejauh mana individu merasakan hasil yang sesuai dari yang mereka harapkan dari sesuatu pekerjaan sehingga nantinya akan secara langsung mempengaruhi kinerja karyawan. Davis (dalam Iriana dkk, 2004) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sekumpulan perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap pekerjaan mereka. (Jurnal Economia, Vol.8, p14) Menurut Veithzal Rivai (2004, p309) mengatakan bahwa kinerja merupakan prilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Sehingga dapat



disimpulkan bahwa kepuasan kerja karyawan adalah sikap dan prilaku positif atau negatif yang nyata dan dirasakan serta dilakukan oleh karyawan, menunjukan 18 perasaan individu dari hasil yang sesuai dari yang mereka harapkan pada suatu pekerjaan. 2.4.1 Teori Kepuasan Kerja Karyawan Menurut Wexley dan Yulk (1977) dalam bukunya yang berjudul Organizational Behaviour and Personnel Psycology halaman 99 yang dikutip oleh Moch. As’ad (2004, p105) ada dasarnya teori – teori tentang kepuasan kerja yang lazin dikenal ada tiga macam yaitu: 1. Discrepancy Theory Discrepancy theory yang dipelopori oleh porter menjelaskan bahwa kepuasan kerja seseorang diukur dengan menghitung selisih apa yang seharusnya diinginkan dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudia Locke dalam Moch. As’ad (2004, p105) menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung pada perbedaan antara apa yang diinginkan dengan apa yang menurut presepsinya telah diperoleh melalui pekerjaannya. Orang akan puas apabila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat “discrepancy”, tetapi merupakan discrepancy positif. Sebaliknya, semakin jauh dari kenyataan yang dirasakan itu bahwa standar minimum sehingga menjadi negatif discrepancy, makan main besar pula ketidakpuasan terhadap pekerjaannya. 2. Equity theory Equity theory dikembangkan oleh Adams (1963). Adapun pendahulu dari teori ini yaitu Zaleznik (1958) dikutip dari Locke (1969). Dalam equity theory, kepuasan kerja seseorang tergantung apakah ia merasakan keadilan atau tidak atas situasi. Perasaan keadilan atau ketidakadilan atas suatu situasi diperoleh dengan membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain. Menurut Wexley dan Yulk (1997) dalam Moch. As’ad (2004, p105) Menurut teori ini, elemen – lemen dari equity ada tiga yaitu: 19 a) Input Input adalah sesuatu yang berharga yang dirasakan pegawai/karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman kerja, dan kecakapan. b) Out comes Out comes adalah sesuatu yang berharga yang dirasakan pegawai/karyawan sebagai hasil dari pekerjaannya, seperti gaji, status, symbol dan penghargaan. c) Comparation Person Comparation Person adalah dengan membandingkan input, outcomes terhadap orang lain. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Akan tetapi bila perbandingan itu tidak seimbang dan merugikan, akan menimbulkan ketidakpuasan. (Moch. As’ad, 2004, p105). Kelemahan dari teori ini adalah kenyataan bahwa kepuasan kerja seseorang juga ditentukan oleh individual differences (misalnya pada waktu orang melamar kerja apabila ditanya tentang beasrnya upah/gaji yang diinginkan.) Locke, 1969 dikutip oleh Moch. As’ad, 2004, p105 mengatakan bahwa selain itu, tidak liniernya hubungan



antara besarnya kompensasi dengan tingkat kepuasan lebih banyak bertentangan dengan kenyataan. 3. Two Factor Theory Menurut two factor theory, kepuasan kerja itu merupakan dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu variabel yang kontinyu. Herzberg dalam Moch. As’ad, 2004, p105 membagi situasi yang mempengaruhi perasaan seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok yaitu, kelompok satisfiers dan motivator yang terdiri dari presasi pengakuan, dan tanggung jawab. Yang kedua yaitu, kelompok sebagai sumber ketidak puasan atau dissatisfiers yang terdiri dari prosedur kerja, upah/gaji, dan hubungan antar karyawan/pegawai. Pendapat Horald E. Burt yang dikutip oleh Moch. As’ad, 2004, p112 tentang faktor – faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja sebagai berikut: 20 a) Faktor hubungan antar karyawan, antara lain hubungan antara pimpinan dengan pegawai, kondisi fisik, situasi kerja, dan sugesti dari teman kerja. b) Faktor individual, yang berhubungan dengan sikap orang terhadap pekerjaannya, umur orang saat kerja, dan jenis kelamin. c) Faktor – faktor luar antara lain, keadaan keluarga karyawan/pegawai, rekreasi, dan pendidika. 2.4.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Karyawan Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan. Menurut John M. Ivancevich, Robert Konopaske dan Michael T. Matteson (2011, p77) mengatakan ada 4 faktor penting yang berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan: 1. Pembayaran (Pay) Jumlah pembayaran yang diterima dan keadilan yang diterima dari pembayaran tersebut 2. Pekerjaan itu sendiri (Work itself) Banyaknya tugas-tugas kerja yang dianggap menarik dan menyediakan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab 3. Kesempatan promosi (Promotion opportunities) Ketersediaan kesempatan untuk kemajuan karir 4. Pengawasan (supervision) Kompetensi teknis dan kemampuan interpersonal dari atasan alngsung seseorang. 5. Rekan Kerja (Co-workers) Banyaknya rekan kerja yang bersahabat, kompeten dan mendukung. 6. Kondisi kerja (Working conditions) Tingkat dari lingkungan fisik pekerjaan yang nyaman dan mendukung produktivitas. 7. Keamanan kerja (Job Security) Keyakinan bahwa posisi seseorang relatif aman dan kelanjutan pekerjaan dengan organisasi sebagai harapan yang masuk akal. 21 Menurut Smith (dalam Robbin, 2001 dan Noor Arifin dalam Jurnal Economia Vol.8 (2012, p14-15) mengatakan bahwa ada beberapa faktor-faktor penentu kepuasan kerja karyawan, yaitu sebagai berikut: 1. Pekerjaan itu sendiri Sejauh mana pekerjaan menyediakan kesempatan seseorang untuk belajar memperoleh tanggung jawab dalam suatu tugas tertentu dan tantangan untuk



pekerjaan yang menarik. 2. Bayaran atau Upah Upah yang diperoleh seseorang sebanding dengan usaha yang dilakukan dan sama dengan upah yang diterima oleh orang lain dalam posisi kerja yang sama. 3. Kesempatan untuk promosi Kesempatan seseorang untuk meraih atau dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam organisasi. 4. Atasan Kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab para bawahan. 5. Rekan Kerja Sejauh mana rekan kerja secara teknis cakap dan secara sosial mendukung tugas rekan kerja lainnya. Menurut pendapat Gilmer(1966) dalam bukunya Moch. As’ad, 2004, p114 tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut: 1. Kesempatan untuk maju Dalam hal ini tidak adanya kesempatan untuk memperoleh kesempatan peningkatan pengalaman dan kemampuan kerja selama bekerja. 2. Keamanan Kerja Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang amat sangat mempengaruhi perasaan kerja karyawan selama bekerja. 22 3. Gaji/Upah Gaji/upah lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan tidak jarang orang yang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya. 4. Manajemen Kerja Manajemen kerja yang baik adalah yang memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil, sehingga karyawan dapat bekerja dengan nyaman. 5. Kondisi Kerja Dalam hal ini adalah tempat kerja, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parkir. 6. Pengawasan Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over. 7. Faktor intrinsik dari pekerjaan Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas yang meningkatkan atau mengurangi kepuasan. 8. Komunikasi Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pimpinan banyak dipakai untuk mentukan jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak pimpinan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat atau prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan kepuasan kerja. 9. Aspek sosial dalam pekerjaan Aspek sosial dalam pekerjaan merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja. 10. Fasilitas 23



Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas. 2.5 Kerangka Pemikiran Keterangan: Garis merah : Pengaruh secara Invidual Garis Hitam : Pengaruh secara simultan Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara yang dimaksud untuk menjawab permasalahan yang ada. Hipotersis yang diajukan pada penelitian ini adalah: 1. Ha : Ada pengaruh antara intraprenuership (X1) terhadap kepuasan kerja karyawan (Y) Ho : Tidak ada pengaruh antara intraprenuership (X1) terhadap kepuasan kerja karyawan (Y) 2. Ha : Ada pengaruh antara Leadership (X2) terhadap kepuasan kerja karyawan (Y) Ho : Tidak ada pengaruh antara Leadership (X2) terhadap kepuasan karyawan (Y) 3. Ha : Ada pengaruh antara intrapreneur



Intrapreneurship 4 August 2007 by pandarion



Mungkin banyak orang sudah sering mendengar entrepreneurship (kewirausahaan) tapi intrapreneurship agak lebih jarang di kemukakan. Saya sendiri baru mendengar istilah ini satu-dua tahun yang lalu sewaktu berkunjung ke Center for Entrepreneurship. Intrapreneurship pada dasarnya adalah entrepreneurship dalam sebuah entrepreneurship yang lebih besar. Intrapreneurship umumnya dimulai dari karyawan dalam sebuah organisasi yang mempunyai sebuah ide bisnis atau inovasi. Mereka (yang mempunyai ide bisnis) dapat mengemukakan ide bisnis mereka pada direktur. Direktur kemudian memisahkan dia dari core perusahaan dan memberikan sumber daya untuk melaksanakan idenya. Keunggulan dan Kerugian Intrapreneurship dilihat dari orangnya Keunggulan dari intrapreneurship adalah pada sumber daya untuk melaksanakan pembangunan bisnis. Mereka dapat memakai sumber daya yang ada pada perusahaan sekarang. Bahkan perusahaan core dapat memberi jaminan modal dan memperbolehkan penggunaan nama perusahaan inti untuk branding. Manajemen operasi pada perusahaan baru dan kebijakannya terkadang mirip dengan perusahaan lama. Pada entrepreneur, manajemen biasanya lebih flexible. Kerugian dari intrapreneurship adalah “boss” perusahaan baru sebenarnya masih tetap dihitung sebagai karyawan dari perusahaan inti sehingga kebebasannya tidak seluas perusahaan utama (terikat kontrak). Hidup dari perusahaan baru kadang sangat bergantung dari kebijakan perusahaan inti. Contoh perusahaan intrapreneur mungkin adalah google, yang beberapa produk mereka berasal dari ide karyawan mereka sendiri (dimana produknya terkadang tidak secara langsung dengan produk google sendiri yaitu mesin pencari) – lihat artikel saya tentang employee innovation. Contoh lain adalah ada sebuah perusahaan, divisi IT mereka sangat cemerlang sehingga pada



suatu hari direktur memutuskan untuk memisahkan divisi IT mereka ke sebuah perusahaan IT baru. Perusahaan inti seolah2 outsource ke perusahaan IT baru. Sedangkan perusahaan baru ini dapat melayani customer lain (dari perusahaan lain). Faktor pendukung pengembangan intrapreneurship Pengembangan intrapreneur didukung beberapa faktor ini : 



Peningkatan persaingan sehingga innovasi harus diperhatikan termasuk dari karyawan yg tentunya mempunyai gambaran detail operasi perusahaan







Peluang perusahaan menurun untuk memegang posisi atas (lihat referensi 1)







Loyalitas karyawan menurun, bila karyawan mempunyai ide bisnis tetapi perusahaan tidak mau melaksanakannya maka karyawan tsb mungkin akan mencari sumber daya diluar (dan keluar lagi organisasi)



Bagaimana perusahaan sekarang menyikapi Intrapreneur Saat ada beberapa cerita sukses tentang intrapreneur, perusahaan harus juga waspada terhadap resikonya. Membuka perusahaan baru dengan sumber daya perusahaan inti adalah cara yang efektif untuk menguras kekuatan perusahaan inti. Perusahaan inti harus benar-benar memperhitungkan kemampuan mereka dan kemungkinana resiko dan keuntungan dari calon perusahaan baru. Seorang penemu ide bisnis harus dilihat apakah mempunyai kemampuan dalam operasinya. Saat seorang penemu mungkin melihat jalan baru untuk menggapai konsumen, mereka mungkin memerlukan seseorang yang ahli dalam detail operasi. Penemu seperti yang menunjukkan tujuannya, orang operasional akan memutuskan dengan kendaraan apa mereka akan kesana. Perusahaan inti harus melihat intrapreneur sebagai salah satu cara untuk mendeliver ide ke pasar dengan cepat. Sebaiknya perusahaan bisa mengidentifikasikan karyawan mereka yg mempunyai jiwa intrapreneur dan memberikan kesempatan kepada mereka yang idenya berpeluang menghasilkan profit. Reference: 1. http://www.nfib.com/object/IO_23781.html 2. scottgatz 3. pinchot



Entrepreneurship Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Menurut Wikipedia, Entrepreneurship is the act of being an entrepreneur, which can be defined as “one who undertakes innovations, finance and business acumen in an effort to transform innovations into economic goods”. Di bawah ini adalah pengertian Entrepreneurship menurut para Peter F Drucker Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create new and different).



the



Thomas W Zimmerer Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari. Andrew J Dubrin Seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business).



inovatif



Richard Cantillon (1775) Kewirausahaan berarti bekerja sendiri (self-employement). Definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian.



Dari pengertian-pengertian mengenai Entrepreneurship di atas, dapat disimpulkan bahwa Entrepreneurship adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menjalankan suatu usahanya dengan menerapkan ide, kreativitas, dan selalu berinovasi dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Intrapreneur Seorang Intrapreneur adalah para karyawan yang bekerja di dalam sebuah perusahaan tapi memiliki jiwa intrapreneur untuk membangun perusahaan. Tidak semua karyawan memiliki jiwa Intrapreneur. Seorang Intrapreneur disebut juga sebagai seorang professional. Ada perbedaan derajat, kemampuan, karakteristik; tergantung dari seberapa besar keinginan mereka meningkatkan kualitas leadership, pengetahuan, dan kreatifitas dalam mengeksekusi strategi kerja mereka. Intrapreneur adalah seorang entrepreneur di dalam sebuah organisasi yang telah ada. Biasanya dilakukan karena organisasi tersebut telah tumbuh besar dan kurang fleksibel. Orang-orang berjiwa entrepreneur merupakan orang-orang yang mempunyai penciuman dan penglihatan tajam, melihat kesempatan dalam kesempitan dalam arti positif, melihat hambatan menjadi peluang, dan mengubah peluang menjadi bisnis yang mendatangkan uang. Orang-orang berjiwa entrepreneur seperti halnya leader merupakan orang-orang yang mengubah keadaan. Oleh karena itu ada korelasi bahwa orang-orang yang berjiwa entrepreneur juga menjadi leader dalam lingkungannya, bahkan dalam lingkungan yang lebih luas khususnya di dunia bisnis. Seorang Intrapreneur harus memiliki jiwa Intrapreneurship. Intrapreneurship adalah entrepreneurship yang dipraktekkan di dalam sebuah organisasi. Intrapreneurship merupakan kebiasaan mengembangkan bisnis baru di dalam struktur organisasi yang ada (Stoner, 1995). Intrapreneurship membantu terwujudnya keberhasilan yang inging dicapai organisasi. Pokok tujuan intrapreneurship adalah mengembangkan semangat entrepreneurial dalam ikatan organisasi, sekaligus menciptakan iklim guna tercapainya kesejahteraan.



2.1.1 a)



Hal yang harus diperhatikan dalam menjadi seorang intrapreneur: Percaya Diri Percaya diri adalah ciri khas seorang intrapreneur. Ini adalah modal pertama yang harus di miliki. Kita memang tidak dilahirkan dengan tingkat percaya diri yang sama, namun bukan berarti anda tidak mampu untuk memiliki kepercayaan diri. Percaya diri muncul karena tindakan dan pengambilan keputusan yang berani saat mereka dalam keraguan. Justru di saat ragu mereka lebih banyak memutuskan Yes dari pada No.



b)



Memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi Intrapreneur bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sepenuh hati. Mereka bertindak dan memberi perhatian penuh terhadap proses. Mereka melihat solusi dari



setiap masalah, bukan menyalahkan keadaan atau anak buah, betapapun sulit keadaan itu. Ketika mencari solusi, selalu cari cara untuk meningkatkan kualitas perusahaan. Ownership disini sangat berbeda dengan ingin mengontrol segala sesuatu atau control freak. Justru dengan mental positif ini membuat seluruh karyawan yang lain untuk belajar bertanggung jawab. Gerakkan setiap individu agar dapat diandalkan dan membiarkan setiap individu merasakan nikmatnya memenangkan profit, teamwork dan kesuksesan bisnis.



c)



Mampu berkomunikasi Intrapreneur menyadari bahwa faktor manusia sangat penting bagi kesuksesan kerja. Bukan hanya karyawan tapi termasuk juga customer, business partner, strategic alliances dan elemen manusia lainnyalah yang membuat pekerjaan sukses atau hancur berkepingkeping. Maka komunikasi menjadi kunci kesuksesan dalam menciptakan hubungan yang harmonis. Seorang intrapreneur mau berpikiran terbuka untuk mempelajari cara berkomunikasi efektif, baik secara tulisan maupun lisan. Demi komunikasi efektif, mereka tidak segan-segan menginvestasikan uang dan waktu untuk mengambil kursus komunikasi, public speaking, computer, email, neurolingusitic programming, search engine optimization yang berhubungan dengan komunikasi. Mereka mau mendengar, berpikiran terbuka, menjaga integritas dengan mengatakan secara jujur apa yang ada di dalam pikirannya.



d)



Sangat Terbuka Untuk Belajar Hal Baru Intrapreneurs adalah pembelajar sejati. Mereka sangat terbuka dengan semua hal yang berhubungan dengan ilmu baru. Banyak yang tidak memiliki pendidikan yang signifikan, namun mereka penuh semangat mencari informasi, bertanya, riset dan membaca buku. Tidak sedikit intrapreneur yang belajar dari kesalahan. Mereka tidak memiliki arogansi, ego dan dibutakan dengan melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Mereka selalu menganjurkan teamnya untuk terus belajar. Thomas Alfa Edison hanya mengecap pendidikan selama tiga bulan. Beliau bukan ilmuwan, bahkan tidak tahu cara yang benar ketika menciptakan bola lampu pijar. Namun beliau dikelilingi orang-orang yang lebih pandai dari beliau. Demikian pula dengan intrapreneur, mereka sangat menghargai edukasi dan menjadi pelajar seumur hidup dari kehidupan dan pengalaman.



e)



Team Player Ini satu hal yang menarik berdasarkan penelitian para pakar bisnis. Intrapreneur adalah pemain team yang penuh komitmen. Mereka menyadari bahwa sebatang lidi bisa dengan mudah di patahkan, namun sapu lidi sangat sulit untuk di hancurkan. Bersatu kita teguh,



bercerai kita runtuh. Mereka juga menciptakan leverage, daya ungkit dari teamwork untuk menyelesaikan persoalan bisnis yang rumit dan berat. Tidak ada intrapreneur yang sukses tanpa dukungan team sukses.



f)



System-Oriented Seperti seorang ahli matematika, formula yang benar akan memberikan hasil yang benar terus menerus. Selama kita masih menggunakan formula yang sama, hasilnya pasti sama. Seorang intrapreneur sangat mengandalkan system. Mereka sangat system oriented. Mereka berupaya menyelesaikan masalah dengan system sebelum mencari penyelesaian manusia. Mereka percaya bahwa pekerjaan yang sukses bukan karena mengandalkan manusianya tapi systemlah yang bekerja. Manusia bisa sakit, cuti, resign, jika intrapreneur mengandalkan manusia, maka system akan berhenti saat manusianya tidak di tempat. Untuk itu intrapreneur membuat sebuah blueprint, peta dan kompas agar saat terjadi sesuatu ada alat yang bisa memandu untuk mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten. Nah, saat terjadi sebuah masalah, seorang intrapreneur akan menganalisa sistem yang sudah ada, melakukan desain ulang, implementasi, dan menyempurnakan system tersebut.



g)



Dedikasi Tinggi Seorang intrapreneur mendedikasikan dirinya untuk menyelesaikan rencana-rencananya, visinya, dan mimpi-mimpinya yang merupakan tujuan hidupnya. Salah satu alasan mengapa sebuah pekerjaan gagal adalah karena kehilangan fokus. Contoh yang sangat nyata, Donald Trump sangat fokus dengan property, Anita Roddick sangat fokus dengan kosmetik ramah lingkungan, Warren Buffet sangat fokus dengan investing, Bill Gates sangat fokus dengan Microsoft, Michael Dell sangat fokus dengan Dell Computer, Robert Kyosaki sangat fokus dengan edukasi financial, Anthony Robbins sangat fokus dengan peak performance coach. Tidak menghiraukan masalah dan upaya yang harus dilakukan, seorang intrapreneur sangat berdedikasi tinggi dan single-minded atas komitmen terhadap goal mereka.



h)



Grateful Intrapreneur sejati ternyata adalah orang-orang yang penuh rasa syukur. Mereka sadari semakin bersyukur, semakin tangan terbuka, semakin terbuka pula pintu-pintu berkat. Karena hanya orang yang menghargai pemberian akan lebih banyak diberi. Mereka bukan hanya bersyukur menerima kebaikan, namun mereka juga bersyukur karena mendapat pembelajaran dari kesalahan. Mereka tidak menganggap remeh apapun,



dan inilah yang memberikan mereka ketekunan, daya tahan serta fleksibilitas untuk terus maju. Intrapreneur sejati menyadari bahwa ‘kaya’ tidak semata-mata diukur oleh benda-benda dan kemewahan, ‘kekayaan’ diukur oleh kepuasan hati, kenikmatan memberi, berkontribusi dan pencapaian prestasi. Donald Trump mengatakan, “ Money was never my greatest motivation, it’s my way of keeping the score, the true excitement is playing the game.”



i)



Optimistic Mereka sangat optimis. Mereka tidak menjadikan kegagalan masa lalu menjadi hambatan untuk maju. Ambil hikmah dari kegagalan dan ciptakan momentum baru. Saat musim kemarau mereka tetap menaruh harapan bahwa musim hujan akan tiba dan saat makmur menghampiri, mereka menambah keyakinan, iman, dan pengharapan bahwa dunia akan menjadi lebih baik.



j)



Keseimbangan Semangat tinggi 80% kegagalan di pekerjaan disebabkan oleh manusia, untuk itu intrapreneur sangat menghargai hubungan antar manusia. Mereka sangat mudah didekati, suka bersosialisasi. Semangat mereka menular kepada team, pelanggan, teman, suplier. Meskipun mereka adalah pekerja keras, mereka juga seimbang dalam membagi kesenangan, bersama keluarga. Para psychologist mengakui, intrapreneur yang memiliki keseimbangan antara kerja keras dengan fun adalah orang yang lebih berpotensi memiliki karir dan kesuksesan lebih tinggi lagi. Justru intrapreneur adalah orang yang penuh perhatian, kesabaran dan Fun. Tidak selamanya serius dan pemarah.



k)



Menciptakan Pemimpin Baru Selain self motivated, mereka juga memiliki kemampuan untuk memimpin orang. Mereka memahami pentingnya teamwork, dan mereka memahami bahwa mendukung orang lain untuk sukses dan menjadi pemimpin akan membawa hasil yang lebih memuaskan lagi. Mereka bukan leader yang tidak bisa digantikan sehingga organisasi bisa bertumbuh tanpa mereka dan akhirnya meraih kemakmuran dan kebebasan yang di idam-idamkan. Seorang business consultant dan pensiunan United States Air Force Major General Perry M. Smith menulis, “ seorang pemimpin yang membagikan kekuasaannya akan menghasilkan hal-hal yang luarbiasa. Pemimpin sejati memahami bahwa kepempimpinan adalah pembebasan bakat terpendam; mereka mencapai kejayaan bukan hanya karena menyerahkan kekuasaan namun karena tidak pernah menarik kekuasaan kembali.”



l)



Tidak takut Sukses ataupun Resiko Mereka tidak takut resiko. Bukan hanya mengambil kesempatan, namun mereka mengambil resiko. Banyak orang menghambat kesuksesan dengan cara menurunkan mimpi dan takut dengan kemungkinan sukses. Ada pengusaha yang masih memiliki employee mindset bertahan dengan familiarity, zona nyaman, dan berusaha untuk tidak berubah. Intrapreneurs bukan orang yang tak kenal rasa takut. Mereka menciptakan prioritas sehingga mengalahkan rasa takut gagal, frustrasi, kebosanan, ketidakpuasan dan takut sukses.



m)



Mengenali potensi dari dalam Sangat mudah mengenali seorang individu yang memiliki kualitas intrapreneur sejati. Ada pula yang perlu bersusah payah membangun kualitas tersebut dalam dirinya. Apapun alasannya, anda bisa memupuk sifat ini dengan guidance, edukasi, pengetahuan, dan coaching secara konsisten. Mereka mengambil jalan yang salah karena kurang pengetahuan dan akhirnya membuang waktu berbulan-bulan, bertahun-tahun karenanya. Keith Cunningham, Rich Dad Robert Kyosaki mengatakan,”segala sesuatu yang belum anda ketahui mengakibatkan biaya besar, namun tidak semua yang anda ketahui bisa dijadikan uang.”



2.2.2



Keunggulan dan Kerugian Intrapreneurship Keunggulan dari intrapreneurship adalah pada sumber daya untuk melaksanakan pembangunan bisnis. Mereka dapat memakai sumber daya yang ada pada perusahaan sekarang. Bahkan perusahaan core dapat memberi jaminan modal dan memperbolehkan penggunaan nama perusahaan inti untuk branding. Manajemen operasi pada perusahaan baru dan kebijakannya terkadang mirip dengan perusahaan lama. Pada entrepreneur, manajemen biasanya lebih flexible. Kerugian dari intrapreneurship adalah “boss” perusahaan baru sebenarnya masih tetap dihitung sebagai karyawan dari perusahaan inti sehingga kebebasannya tidak seluas perusahaan utama (terikat kontrak). Hidup dari perusahaan baru kadang sangat bergantung dari kebijakan perusahaan inti.



2.2.3



Korelasi antara intrapreneur dan entrepreneur Korelasi nyata antara entrepreneur dengan intrapreneur sendiri adalah entrepreneur merupakan orang yang membuka usaha sendiri dan menciptakan lapangan usaha bagi orang lain, sedangkan intrapreneur merupakan mereka yang bekerja di perusahaan dan menciptakan keamaan kerja bagi orang lain. Maksud keamanan kerja



adalah peran intrapreneur mampu memberikan rasa aman bagi karyawan dalam bekerja karena perusahaan dimana mereka bekerja mampu beroperasi dengan stabil bahkan mampu bersaing hingga survive. Value yang diciptakan oleh intrapreneur dalam hal produk, model bisnis, dll akan mampu menghasilkan produk atau jasa yang sangat berguna bagi masyarakat. Misalnya, penemuan obat-obatan dalam perusahaan farmasi yang tentu saja akan menolong masyarakat untuk menyembuhkan wabah yang mereka derita.



2.3



Contoh Entrepreneur dan Intrapreneur Contoh Entrepreneur di Indonesia:



Ø Boenjamin Setiawan Pendiri PT Kalbe Farma Tbk. Pendiri dan Komisaris Utama PT Kalbe Farma Tbk, Boenjamin Setiawan yang akrab dipanggil Dr. Boen dedikasinya bagi kemajuan industri farmasi nasional tak diragukan lagi. Di tangan Boen, perusahaan sekelas garasi “disulap” menjadi grup farmasi terbesar di Tanah Air: PT Kalbe Farma Tbk.



Ø Trihatma Kusuma Haliman Pemilik Grup Agung Podomoro Trihatma Kusuma Haliman, Pemilik Grup Agung Podomoro yang mengelola 27 proyek properti berskala besar di Jakarta dan sekitarnya dengan total kapitalisasi Rp15 triliun. Pengusaha yang sudah berbisnis perumahan dan konstruksi sejak 1970, ini dulu sering disebut sebagai raja apartemen, tetapi kini dia telah masuk pula ke bisnis pusat perbelanjaan. Contoh Entrepreneur di dunia: Ø Walt Disney. Setelah DO dari sekolah pada usia 16 tahun, karir Walt Disney menanjak. Dia hobi menggambar dan mencoba membuat beberapa kartun animasi. Hasilnya karya animasinya ternyata sangat disukai. Animasinya terkenal sangat disukai dan cukup kocak - beberapa karyanya seperti donald duck, micky mouse dll. Walt Disney meraih banyak penghargaan untuk pencapaiannya itu, sekarang penghasilan perusaan walt disney ini mencapai 30 miliar dolar pertahun. Ø Henry Ford. Pada usia 16 tahun, henry ford meninggalkan rumah untuk bekerja sebagai seorang mekanik, atau montir. Dari pengalaman yang ia miliki, ia kemudian melakukan percobaan membuat dan mendisain mobil hingga akhirnya berdirilah Perusahan Motor Ford yang memproduksi mobil. Kesuksesan pertama ford adalah mobil model T-nya.



Ø Mary Kay Ash. Beliau adalah pendiri Perusahan Mary Kay Inc. Dia merintis usaha di bidang bisnis kosmetik. Kenyataannya adalah bahwa si Kay ini tidak pernah mengikuti pendidikan perkuliahan ataupun mengikuti kegiatan training atau pelatihan, tapi ternyata hal ini tidak menjadi hambatan ia berusaha. Mary Kay sukses menciptakan brandnya sendiri yang cukup terkenal di seluruh dunia. Bisnis ini mungkin belum masuk di Indonesia, tapi di berbagai belahan dunia, sekarang banyak sekali jtaan wanita yang menjalankan bisnis Mary Kay, menjual produk kosmetik. Contoh Intrapreneur di Indonesia: Ø Emiryah Satar Emirsyah Satar lahir dari pasangan Minangkabau. Ayahnya berasal dari Sulit Air, Solok dan ibunya berasal dari Bukittinggi. Ayahnya yang berprofesi sebagai diplomat, membuat hidupnya selalu berpindah-pindah. Satar lulus dari FEUI pada tahun 1985 dan mengawali kariernya sebagai auditor di kantor akuntan Pricewaterhouse Coopers pada 1983. Dengan bekal pendidikan akuntansiyang dimilikinya, pada tahun 1985 ia memasuki dunia perbankan dengan menjadi Assistant of Vice President of Corporate Banking Group Citibank. Pada 2003 - 2005 ia menjadi Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Dia pernah menjabat sebagai Presiden Direktur PT Niaga Factoring Corporation. Sebelum menjabat sebagai Direktur Utama dari PT Garuda Indonesiapada tahun 2005, ia menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia pada 2003. Contoh Intrapreneur di dunia: Ø John Francis Welch Jr. John Francis Welch Jr. (Lahir 19 November 1935) adalah salah satu tokoh yang dikenal karena kepemimpinannya saat ia menjabat sebagai Pemimipin dan Ketua Eksekutif dari General Electric (GE) pada periode 1981-2001. Reputasinya diraih berkat kecerdasan bisnis yang tinggi dan strategi kepemimpinannya di GE. Ia tetap menjadi tokoh yang disegani di kalangan bisnis mengingat strategi manajemennya yang inovatif dan gaya kepemimpinannya. Welch bergabung dengan General Electric pada tahun 1960, saat ia bekerja sebagai insinyur muda di Pittsfield, Massachusetts. Ketika ia tidak puas dengan kenaikan gaji yang diterimanya dan dengan birokrasi yang ada dalam GE. Ia merencanakan untuk meninggalkan perusahaan itu untuk bekerja pada International Minerals & Chemicals di Skokie, Illinois. Namun, Reuben Gutoff, seorang eksekutif muda dua tingkat di atasnya, memutuskan bahwa Welch terlalu berharga untuk dilepas. Ia mengajak Welch dan Istrinya dalam jamuan makan malam di restoran Yellow Aster dan menghabiskan berjam-jam untuk meyakinkan Welch untuk bertahan. Gutoff berjanji untuk mengubah birokrasi yang ada dan menciptakan nuansa perusahaan kecil di GE. Welch diangkat menjadi wakil presiden direktur di GE pada 1972. Kariernya menanjak menjadi wakil presiden senior pada tahun 1977 dan wakil ketua dewan direksi pada tahun 1979. Pada tahun 1981, Welch menjadi



CEO termuda GE, menggantikan Reginal H. Jones. Pada tahun 1982, Welch telah membongkar sebagian besar manajemen yang dibangun oleh Jones.



Analisis dan Hasil Baik Intrapreneur dan Entrepreneur, masing-masing memiliki resiko masing-masing. Entrepreneur jelas memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan Intrapreneur karena Entrepreneur membuka usahanya sendiri, sedangkan Intrapreneur adalah orang yang bekerja di suatu perusahaan yang sudah mapan. Bagi orang-orang yang tidak yakin untuk menjadi seorang Entrepreneur, mereka dapat menyalurkan ide-ide yang mereka miliki dengan menjadi Intrapreneur. Dari hasil penelitian lewat situs-situs di internet, menunjukkan baik orang-orang yang menjadi Entrepreneur maupun Intrapreneur sukses sama-sama makmur. Perbedaannya hanya pada jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang dimiliki. Baik Entrepreneur maupun Intrapreneur memerlukan ide dan kreatifitas sehingga dapat memajukan usaha mereka. Pengertian Disiplin Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat di berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang lain. Masalah disiplin yang dibahas dalam penelitian ini hanya difokuskaan mengenai disiplin siswa. Disiplin yang dimaksud dalam hal ini adalah disiplin yang dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah. Unsur-unsur Disiplin Menurut Tulus Tu’u (2004:33) menyebutkan unsur–unsur disiplin adalah sebagai berikut : a. Mengikuti dan menaati peraturan, nilai dan hukum yang berlaku. b. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya. c. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. d. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku. e. Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku.



http://meitarini25.blogspot.co.id/2012/09/tugas-2-keorganisasian-review.html



I. Entrepreneur University Kata entrepreneur yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai wirausaha mengandung



makna : suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Pengertian dari pemahaman ini adalah sampai sejauhmana seseorang mampu memaknai tugastugasnya secara optimal dan sampai sejauhmana mereka mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pelanggan bukan diartikan sebatas orang yang membeli produk atau menerima jasa, melainkan semua pihak yang berkepentingan dengan tugas-tugas tersebut. Jadi bisa saja pelanggan itu atasan kita, bahkan bawahan kita sendiri adalah pelanggan kita. Pengertian entrepreneurship seperti ini mencoba untuk menjelaskan bahwa entrepreneurship bukan lagi semata-mata sebagai kemampuan berwirausaha, tetapi lebih kepada sisi-sisi mentalitas manusia, yang selalu bersikap melayani. Jiwa dan semangat entrepreneurship tersebut mesti dimiliki oleh semua pihak dalam organisasi, mulai dari tingkat terendah sampai tingkat pimpinan. Dan jiwa enterpreneurship diperlukan dalam kondisi perubahan lingkungan yang serba cepat sekarang ini. Entrepreneurial University Mendasarkan kepada pemahaman tentang entrepreneur diatas, maka menurut saya, entrepreneurial University bukan berarti komerisalisasi kampus sebagai terjemahan ‘universitas yang melakukan wirausaha’ melainkan memiliki makna sebagai Universitas yang berorientasi terhadap kepuasan public-nya, baik internal public maupun external public. Sebagai pihak Universitas yang mencari pendanaan dengan memulai atau menjalankan bisnis,melalui segenap resiko finansialnya. University is busines. Service butuh cost. Namun kita harus terus meningkatkan mutu pendidikan. Jadi tidak semata-mata untuk peningkatan income sajaDalam kerangka orientasi terhadap pelanggan itu-lah yang kemudian menuntut sederetan konsekuensi yang harus berpusat terhadap mutu, dan mutu akan menuntut tanggung jawab dari para pihak yang terlibat didalammnya. Lalu bagaimana kita mendapatkan income ? Ada banyak jalan yang bisa kita tempuh. Diantaranya, kita bisa mengkomersilkan prosesi wisuda. Dengan kemasan yang bagus, maka acara wisuda bisa ditawarkan ke beberapa pihak. Bahkan, kita bisa menjual mahasiswa yang berprestasi ke luar negeri. Publik Internal dalam sebuah Universtitas adalah para mahasiswa, karyawan, dosen dan unsur pimpinan. Sedangkan public eksternalnya adalah ; pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas. Dengan demikian sebuah entrepreneurial university harus mampu mencari titik temu dimana terjadi kesepakatan mutu pelayanan diantara para pelanggannya tersebut . Untuk itu perlu dirumuskan standar mutu dan kepentingan masing-masing pihak satu sama lain. Komersialisasi kampus merupakan suatu istilah yang berarti upaya pemanfaatan aset kampus untuk mencari dana dengan cara bekerjasama dengan pihak luar. Hal ini akhirnya bersifat negatif karena pada prakteknya, komersialisasi kampus tersebut hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu dan sedikit keuntungan bagi universitas. Faktor utama yang menjadi pergeseran nilai ini adalah transparansi dari semua kegiatan terutama yang menyangkut finansial. Sebagai gambaran menarik dapat diceritakan tentang keberhasilan alumni dan dosen-dosen MIT yang telah mendirikan Kira-kira 4000 perusahaan baru, dan jika penghasilan seluruhnya dijumlahkan, maka penghasilan ini merupakan produktivitas suatu negara yang ke-24 terkaya didunia. Yaitu US$230 billion setiap tahunnya, dan memperkerjakan satu-juta orang. 50% dari industri2 tersebut dibangun dalam 15 tahun sesudah hari wisuda pendiri, dan 15% dalam jangka waktu 5 tahun sesudah hari wisuda pendirinya. Sehingga hampir semua Universitas diseluruh Dunia berusaha meniru Stanford University dan MIT, dan berusaha membangun inkubator2 didalam kampus masing2. Ivory-Tower Philosophy dari budaya Renaissance ditinggalkan. Seluruh Universitas di Dunia sangat tertarik bercampur iri-hati, melihat kampus Amerika mampu mengaitkan (meng-synergy-kan) disiplin academic-science dengan corporate-science. Seluruh Dunia kagum melihat Amerika dapat meng-kombinasikan 'dayajuang meneliti' seorang Ilmuwan dengan nilai/sifat "berani mengambil risiko" seorang Wirausahawan. Contoh entrepreneur university : Universitas Brawijaya, sebagai Entrepreneur University, selalu berupaya mempersiapkanmahasiswanya untuk masuk dalam pasar kerja global dengan alat ukur yang tepat. Salah satunya adalah alat ukur proficiency Bahasa Inggris. Bila dilampirkan pada surat lamaran kerja, Sertifikat TOEIC menjamin keterandalan yang bersangkutan karena kemampuan berbahasa Inggrisnya yang berstandar internasional. Lalu ada hal nyata yang lebih mencolok yaitu dibangunnya guest house sebagai sarana penginapan yang merupakan usaha dari universitas Brawijaya untuk membangun entrepreneurship di lingkungan kampus. Lalu ada inbis, setahu saya inbis menyediakan fasilitas seperti fitnes, toko buku, ruang pertemuan, toeic. Inbis juga dibuka



untuk umum, bukan hanya untuk mahasiswa universitas Brawijaya. Ada rumah pintar yang berfungsi untuk play group, pendidikan tingkat kecil, penitipan anak. Kegiatan di rumah pintar bersifat komersil dan dibuka untuk umum. II. Intrapreneur Apakah yang disebut oleh intrapreneurship? Arti gampangnya adalah entrepreneurship yang dipraktekkan di dalam sebuah organisasi yang mapan. Entrepreneurship memang identik dengan era perintisan usaha. Ketika perusahaan sudah membesar, organisasi menjadi sangat stabil, jiwa entrepreneurship sering tergerus oleh rasa aman dan kemapanan ini. Padahal agar organisasi bisa tetap kompetitif, entrepreneurship bukan saja wajib dimiliki oleh para pengusaha yang bekerja mandiri, tetapi juga oleh jajaran eksekutif dan karyawan perusahaan. Jadi,intrapreneurship adalah praktek-praktek entrepreneurship pada perusahaan yang sudah mapan yaitu melalui penerapan gaya manajemen yang luwes, inovatif, dan berani mengambil peluang. Definisi yang lain disebutkan di sini, yang menyebutkan intrapreneur adalah entrepreneur yang bekerja di perusahaan besar. Menurut saya, intrapreneur adalah seseorang yang bekerja di sebuah perusahaan yang mempunyai jiwa entreprenurship sehingga memberikan kontribusi atau pengaruh yang besar terhadap lingkungan pekerjaan atau perusahaannya itu sendiri. Entrepreneurship dapat dikatakan sebagai suatu proses untuk menciptakan nilai melalui pemanfaatan sejumlah sumber daya untuk ‘mengeksploitasi’ sebuah kesempatan. Dapat pula dikatakan entrepreneurship adalah bagaimana memanfaatkan kesempatan, tanpa terlalu ‘hitunghitung’ seberapa banyak sumber daya yang dimiliki. Modal tekad dan semangat merupakan yang utama ketimbang modal lainnya. Pendek kata entrepreneurship adalah opportunity driven. Kesempatan tercipta oleh perubahan lingkungan, dan salah satu ciri seorang entrepreneur adalah kemampuannya yang lebih tajam dalam melihat perubahan-perubahan, dan menemukan kesempatan-kesempatan yang tersimpan di balik perubahan itu. Seorang manajer yang rendah tingkat intrapreneurship-nya mengatakan seberapa banyak sumber daya yang dapat saya kelola, dan dari sumber daya yang dipegang ini apa yang akan dapat dicapai ? Namun seorang manajer yang tinggi tingkat intrapreneurship-nya akan mengatakan berdasarkan apa yang ingin dicapai, baru mengatakan apa saja yang harus dimiliki untuk mencapainya. Perbedaan antara enrtrepreneur dan intrapreneur terletak pada sisi kelompok (team). Karena pengertian organisasi atau tim sangat luas, oleh karena itu organisasi bisa dimulai dari tingkat keluarga, kampung hingga perusahaan besar. Walaupun secara berkelompok, bukan berarti intrapreneurship lebih mudah dicapai daripada entrepreneurship. Karena dalam intrapreneurship terdapat perpaduan antara pemimpin dan manajemen akan menentukan keberhasilan berorganisasi. Terdapat tiga pilar dalam intrepreneurship yaitu inovasi, pengambilan resiko yang terkalkulasi, dan kreativitas. Inovasi adalah kemampuan untuk melihat segala sesuatu dengan cara yang baru. Pengambilan resiko yang terkalkulasi merupakan kemampuan untuk mengambil kesempatan yang sudah diperhitungkan dan menganggap kegagalan sebagai suatu pengalaman belajar. Kreativitas merupakan kemampuan untuk memperkirakan berbagai kemungkinan di masa depan dan secara proaktif menciptakan apa yang diidamkan. Menarik untuk mengamati General Motors yang berusaha menanggulangi penyakit ini. General Motors mencoba menciptakan “pasar” di dalam tubuhnya. GM mereorganisasi pabrik komponen yang kaku dan tidak efisien dengan melakukan pemecahan menjadi delapan unit internal market. Masing-masing unit dipandang sebagai profit center dan diharapkan mengembangkan keahlian yang terkait dengan system industri otomotif. Unit ini juga diharapkan mampu menjual produknya dalam pasar terbuka di luar kebutuhan GM. Misalnya, AC-Rochester tidak hanya menjual produknya kepada GM, tetapi juga menjualnya kepada Mitsubishi, Daewoo, dan Opel. Unit-unit usaha ini diberi kebebasan untuk melakukan pembelian produk atau jasa dari pihak luar, dengan kompensasi dapat memberikan produk yang benar-benar mempunyai daya saing baik ke dalam maupun keluar. Untuk alasan kepentingan perusahaan yang lebih besar, terdapat kemungkinan perusahaan membatasi pembelian atau penjualan unit profit-center-nya ke dalam pasar internal, dengan kompensasi penurunan pemasukan atau laba dari yang seharusnya disumbangkan oleh unit tersebut. Internal market network bukanlah pasar bebas, tetapi sebuah aliansi yang terdiri atas para intrapreneur. Kunci efektivitasnya terletak di dalam kolaborasi budaya yang dapat memberikan nuansa kebebasan berkembang kepada individu, teknologi, dan keterampilan melalui unit-unit profit center dan kemudian diorganisasi secara cepat ke arah sumber masalah dan penyelesaiannya. Dengan demikian, di dalam perusahaan diciptakan atmosfer dinamika pasar untuk merangsang daya saing. Tiap unit bertindak sebagai customer bagi unit yang lain seperti layaknya customer eksternal dan sebaliknya tiap unit menjadi pemasar seperti layaknya pemasok eksternal.



Dinamika pasar mendorong perusahaan untuk bersifat fleksibel dan responsif terhadap permintaan pasar. Kelambanan dan kekakuan birokrasi dalam bisnis membutuhkan perampingan struktur organisasi dan prosedur. Keberhasilan seringkali teraih dari kemampuan untuk melakukan hal yang berbeda, lebih cepat, dan lebih baik dari kompetitor. Semangat intrapreneurship merupakan hal yang esensial bagi pemasar. Intrapreneurship dalam organisasi dibandingkan entrepreneurship memiliki sejumlah kelebihan maupun hambatan. Kelebihannya dibandingkan entrepreneursip terutama pada ketersedian sumber daya. Semangat intrapreneurship dalam sebuah perusahaan yang sudah mapan mempunyai sumber dayanya sudah tersedia dan ‘gratis’, tinggal bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada. Sementara hambatannya adalah spesialisasi dan pemisahan seringkali menghambat komunikasi, dan kompetisi internal seringkali pula menciptakan problem tersendiri. Kenapa intrapreneurship sulit tumbuh dalam suatu organisasi? Pertama, biaya terhadap suatu kegagalan bagi yang bersangkutan terlalu tinggi, sementara penghargaan terhadap kesuksesan terlalu rendah. Intrapreneurship harus mempunyai ruang terhadap terjadinya kegagalan sementara kegagalan di dalam sebuah organisasi sering diharamkan dan dapat merusak karir seseorang. Daripada mengambil resiko yang dapat menghancurkan karirnya, anggota organisasi cenderung cari selamat. Padahal penghargaan yang akan diperolehnya jika mengalami kegagalan tidak seberapa. Kedua, terjadinya inersia yang disebabkan oleh kemapanan sebuah sistem, yang menyebabkan tidak seorang pun tergugah untuk melakukan perubahan. Ketiga, hirarki organisasi yang menyebabkan hambatan yang berlapis-lapis untuk menciptakan dan bertindak dengan cara yang baru. Contoh perusahaan intrapreneurship: Semangat entrepreneurship yang diperlukan oleh perusahaan besar tercermin ketika AT&T merintis pasar Rusia. AT&T menghadapi masalah ketika ingin melaksanakan program pemasaran melalui direct mail. Buku petunjuk telepon tidak tersedia, daftar nama tidak ada, dan kantor pos tidak menyediakan jasa ini. Hal ini tentu sangat sulit bagi AT&T yang terbiasa dengan informasi yang lengkap di AS. Dengan berbagai cara, AT&T menyewa YAR Communication untuk mendapat data tersebut dan tentunya dengan biaya yang lumayan besar. Empat ribu buah surat siap untuk dikirim. Tetapi, Kantor Pos Rusia mencurigainya dan menahannya untuk keperluan investigasi. YAR Communication mengklarifikasi masalahnya dan akhirnya surat tersebut dapat terkirim. Respons yang sangat bagus, dan kemudian sebagian eksekutif Rusia memesan melalui telepon tanpa melihat produknya. Kegigihan dalam keadaan yang serba terbatas dalam perintisan pasar merupakan ujian semangat intrapreneurship. Semangat ini seringkali luntur dalam perusahaan yang meraksasa dan stabil, yang dapat menimbulkan rasa aman yang berlebihan. Jadi, tugas pengelola adalah menciptakan struktur yang tidak birokratis, sistem dan budaya perusahaan yang memungkinan tumbuhnya tiga pilar utama intrapreneurship : inovasi, pengambilan resiko yang terkalkulasi, dan kreatifitas.



Daftar Pustaka http://retnosawitri.blogspot.co.id/2010/10/entrepreneur-university-dan.html



http://meitarini25.blogspot.co.id/2012/09/tugas-2-keorganisasian-review.html http://kataloggeografi.blogspot.co.id/2014/01/karyawanentrepreneurintrapreneur.html http://tribiznetwork.com/profiles/blogs/tugas-app-raisya Sumber : (http://cyndrell4.blogspot.com/2009/03/kreatif.html)



http://www.nfib.com/object/IO_23781.html



http://meitarini25.blogspot.co.id/2012/09/tugas-2-keorganisasian-review.html



Anonim.2010.Menuju Entrepreneural University Universitas Brawijaya. http://ubeec.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 28 April 2010 pada pukul 5:53 AM. Bhermana.2010. Rumput Tetangga Lebih Hijau. http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/bhermana/2009/03/07/rumput-tetangga-lebih-hijau/. Diakses pada tanggal 28 April 2010 pada pukul 5:55 AM Sulaiman, fatah. 2010. Entrepreneur University.http://fatahsulaiman.multiply.com/journal/item/1. diakses pada tanggal 28 April 2010 pada pukul 5: 57 AM. Susanto, A.B.2010. Intrapreneurship.http://www.jakartaconsulting.com/art-13-14. diakses pada tanggal 28 April 2010 pada pukul 5 : 59 AM



KEWIRAUSAHAAN Sejarah dan Pengertian Kewirausahaan A. Sejarah Kewirausahaan. Sejarah kewirausahaan dapat dibagi dalam beberapa periode: 1. Periode awal Sejarah kewirausahaan dimulai dari periode awal yang dimotori oleh Marcopolo. Dalam masanya, terdapat dua pihak yakni pihak pasif dan pihak aktif. Pihak pasif bertindak sebagai pemilik modal dan mereka mengambil keuntungan yang sangat banyak terhadap pihak aktif. Sedangkan pihak aktif adalah pihak yang menggunakan modal tersebut untuk berdagang antara lain dengan mengelilingi lautan. Mereka menghadapi banyak resiko baik fisik maupun sosialakan tetapi keuntungan yang diperoleh sebesar 25%. 2. Abad pertengahan Kewirausahaan berkembang di periode pertengahan, pada masa ini wirausahawan dilekatkan pada aktor dan seorang yang mengatur proyek besar. Mereka tidak lagi berhadapan dengan resiko namun mereka menggunakan sumber daya yang diberikan, yang biasanya yang diberikan oleh pemerintah. Tipe wirausahaawan yang menonjol antara lain orang yang bekerja dalam bidang arsitektural. 3. Abad 17 Di abad 17, seorang ekonom, Richard Cantillon, menegaskan bahwa seorang wirausahawan adalah seorang pengambil resiko, dengan melihat perilaku mereka yakni membeli pada harga yang tetap namun menjual dengan harga yang tidak pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi resiko. 4. Abad 18 Berlanjut di abad ke 18, seorang wirausahawan tidak dilekatkan pada pemilik modal, tetapi dilekatkan pada orang-orang yang membutuhkan modal. Wirausahawan akan membutuhkan dana untuk memajukan dan mewujudkan inovasinya. Pada masa itu dibedakan antara pemilik modal dan wirausahawan sebagai seorang penemu. 5. Abad 19 Sedangkan di abad ke 19 dan 20, wirausahawan didefinisikan sebagai seseorang yang mengorganisasikan dan mengatur perusahaan untuk meningkatkan pertambahan nilai personal. 6. Abad 20 Pada abad 20, inovasi melekat erat pada wirausahawan di masa sekarang. B. Pengertian Kewirausahaan. Ada kerancuan istilah antara entrepreneurship, intrapreneurship, dan entrepreneurial, dan entrepreneur. 1. Entrepreneurship adalah jiwa kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu dengan kemampuan pasar. Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas kewirausahaan juga kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur. 2. Intrapreneurship didefinisikan sebagai kewirausahaan yang terjadi di dalam



organisasi yang merupakan jembatan kesenjangan antara ilmu dengan keinginan pasar. 3. Wirausahawan (entrepreneur) didefinisikan sebagai seseorang yang membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan asset lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga dilekatkan pada orang yang membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru. 4. Entrepreneurial adalah kegiatan dalam menjalankan usaha atau berwirausaha. *.Inventor dan Entrepreneur. Berikut ini beberapa perbedaan antara inventor dan entrepreneur. Inventor didefinisikan sebagai seseorang yang bekerja untuk mengkreasikan sesuatu yang baru untuk pertama kalinya, ia termotivasi dengan ide dan pekerjaannya. Inventor pada umumnya memiliki pendidikan dan motivasi berprestasi yang tinggi. Menurutnya, standar kesuksesan bukanlah dari moneter semata tetapi dari hak patent yang didapatnya. Sedangkan wirausaha atau entrepreneur lebih menyukai berorganisasi daripada menemukan sesuatu. Ia mengatur dan memastikan agar organisasinya berkembang dan bertahan. Entrepreneur berupaya mengimplementasikan penemuannya sehingga disukai publik namun inventor lebih menyukai menemukan atau menciptakan sesuatu. Kewirausahaan mengacu pada perilaku yang meliputi: 1. Pengambilan inisiatif, 2. Mengorganisasi dan mengorganisasi kembali mekanisme sosial dan ekonomi untuk mengubah sumber daya dan situasi pada perhitungan praktis 3. Penerimaan terhadap resiko dan kegagalan. Kewirausahaan meliputi proses yang dinamis sehingga dengan demikian timbul pengertian baru dalam kewirausahaan yakni sebuah proses mengkreasikan dengan menambahkan nilai sesuatu yang dicapai melalui usaha keras dan waktu yang tepat dengan memperkirakan dana pendukung, fisik, dan resiko social, dan akan menerima reward yang berupa keuangan dan kepuasan serta kemandirian personal. Melalui pengertian tersebut, terdapat empat hal yang dimiliki oleh seorang wirausahawan yakni : 1. Proses berkreasi yakni mengkreasikan sesuatu yang baru dengan menambahkan nilainya. Pertambahan nilai ini tidak hanya diakui oleh wirausahawan semata namun juga audiens yang akan menggunakan hasil kreasi tersebut. 2. Komitmen yang tinggi terhadap penggunaan waktu dan usaha yang diberikan. Semakin besar fokus dan perhatian yang diberikan dalam usaha ini maka akan mendukung proses kreasi yang akan timbul dalam kewirausahaan. 3. Memperkirakan resiko yang mungkin timbul. Dalam hal ini resiko yang mungkin terjadi berkisar pada resiko keuangan, fisik dan resiko social. 4. Memperoleh reward. Dalam hal ini reward yang terpenting adalah independensi atau kebebasan yang diikuti dengan kepuasan pribadi. Sedangkan reward berupa uang biasanya dianggap sebagai suatu bentuk derajat kesuksesan usahanya. C.Pengambilan Keputusan Berwirausaha.



Setiap orang memiliki ide untuk berkreasi namun hanya sedikit orang yang tertarik untuk terus melanjutkan sebagai seorang wirausahawan. Berikut ini beberapa paparan yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk berwirausaha: 1. mengubah gaya hidup atau meninggalkan karir yang telah dirintis. Hal ini biasanya dipicu oleh keinginan untuk mengubah keadaan yang statis ataupun mengubah gaya hidupnya karena adanya suatu hal negative yang menimbulkan gangguan. 2. Adanya keinginan untuk membentuk usaha baru. Faktor yang mendukung keinginan ini antara lain adalah budaya juga dukungan dari lingkungan sebaya, keluarga, dan partner kerja. Dalam budaya Amerika dimana menjadi bos bagi diri sendiri lebih dihargai daripada bekerja dengan orang lain. Hal ini lebih memacu seseorang untuk lebih mengembangkan usaha daripada bekerja untuk orang lain. Selain itu, dukungan pemerintah juga menjadi faktor yang tak kalah penting. Dukungan ini dapat terlihat melalui pembangunan infrastruktur, regulasi yang mendukung pembentukan usaha baru, stabilitas ekonomi dan kelancaran komunikasi. Faktor selanjutnya adalah pemahaman terhadap pasar. Tentu saja hal ini menjadi penting terutama dalam meluncurkan produk baru ke pasaran. Selanjutnya adalah peranan dari model yang akan mempengaruhi dan juga memotivasi seorang wirausahawan. Faktor yang terakhir adalah ketersediaan finansial yang akan menunjang usaha. D.Peranan Wirausaha Dalam Perkembangan Ekonomi.



Peranan wirausaha tidak hanya sekedar meningkatkan pendapatan perkapita tapi juga memicu dan mundukung perubahan struktur masyarakat dan bisnis. Dalam hal ini, pemerintah dapat berperan sebagai inovator. Pemerintah akan bergerak sebagi pelindung dalam memasarkan hasil teknologi dan kebutuhan sosial. Disarikan dari Hisrich, R.D. dkk. 2005. Entrepreneurship. sixth edition. New York: McGraw-Hill. Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menurut Para Ahli



Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan moneter dan kepuasan pribadi. Menurut Para Ahli : 1.Peter F Drucker Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) . 2.Thomas W Zimmerer



Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.



3.Andrew J Dubrin Seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business). 4.Robbin & Coulter Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently controlled. Dari definisi tentang Entrepreneurship diatas terdapat 3 tema penting yang dapat di identifikasi: *. the pursue of opportunities , *. innovation, *. growth. Penjelasannya : *. pursuit of opportunities , (entrepreneurship adalah berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya). *. innovation, (entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru…. Yaitu produk baru atau cara baru dalam melakukan bisnis). *. growth (Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan innovasi produk dan pendekatan baru . 4.Arif F. Hadipranata, wirausaha adalah sosok pengambil risiko yang diperlukan untuk mengatur dan mengelola bisnis serta menerima keuntungan financial ataupun non uang 5.Kathleen mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang mengatur, menjalankan, dan menanggung risiko bagi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya dalam dunia usaha. 6.Robbin & Coulter Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently controlled. (Kewirausahaan adalah proses dimana seorang individu ataukelompok individu menggunakan upaya tero



rganisir dan sarana untuk mencari peluang untuk menciptakan nilai dantumbuh dengan memenuhi keinginan dan k ebutuhan melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli apa sumber dayayang saat ini dikendalikan. 7.Soeharto Prawiro, 1997 Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth). 8.Acmad Sanusi, 1994 Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis. 9.Jean Baptista Say (1816) Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan menemukan nilai dari produksinya. 10.Frank Knight (1921) Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.



11.Joseph Schumpeter (1934) Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahanperubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk: (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya. 12.Harvey Leibenstein (1968, 1979) Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya 13.Penrose (1963)



Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan. 14.Israel Kirzner (1979) Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio: Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasila akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi resiko atau ketidakpastian. Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluangpeluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif. Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional. 15.Raymond, (1995) Wirausaha adalah orang yang kreatif dan inovatif serta mampu mewujudkanya untuk meningkatkan kesejahteraan diri masyarakat dan lingkungan. 16.Kasmir (2006) Wirausaha adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Kewirausahaan



Kewirausahaan (inggris : Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian. Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya (1). Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan Cantillon, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem



ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut Wirausahawan



Proses kewirausahaan Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktorfaktor tersebut membentuk ‘’locus of control’’, Kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti ‘’locus of control’’, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.



*.Tahap-tahap kewirausahaan Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:



Tahap memulai Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan ‘’franchising’’.Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian , industri atau jasa.



Tahap melaksanakan usaha Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.



Tahap mempertahankan usaha Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi. 



Tahap mengembangkan usaha Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.



*.Faktor-faktor motivasi berwirausaha Ciri-ciri wirausaha yang berhasil: 











 







 



Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan. Berorientasi pada prestasi.Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya.Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu. Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang.Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. [ Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak. Komitmen pada berbagai pihak. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan, antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah , pemasok, serta masyarakat luas



*.Sikap wirausaha Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut: 



Disiplin



Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi.Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas.Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan.Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja. 



Komitmen Tinggi Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan targettarget yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.







Jujur Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks.Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.







Kreatif dan Inovatif Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.







Mandiri



Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain.Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan.Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya. 



Realistis Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya.Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya.Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis. Pengertian Wirausaha



Pengertian Kewirausahaan berasal dari kata enterpteneur yang berarti orang yang membeli barang dengan harga pasti meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang yang akan dijual. Wirausaha sering juga disebut wiraswasta yang artinya sifat-sifat keberanian, keutamaan, keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Meski demikian wirausaha dan wiraswasta sebenarnya memiliki arti yang berbeda . Wiraswasta tidak memiliki visi pengembangan usaha sedangkan wirausaha mampu terus berkembang dan mencoba usaha lainnya. Istilah lainnya yang semakna dengan wirausaha adalah wiraswasta. Istilah wiraswasta lebih sering dipakai dan lebih dikenal daripada wirausaha. Padahal, keduanya bermakna sama dan merupakan padanan dari kata entrepreneur. Kata wiraswasta berasal dari gabungan wira-swasta dalam bahasa sansekerta. Wira berarti utama, gagah, luhur, berani, teladan, atau pejuang; swa berarti sendiri atau mandiri; sta berarti berdiri; swasta berarti berdiri ditas kaki sendiri atau dengan kata lain berdiri di atas kemampuan sendiri. Sedangkan wirausahawan mengandung arti secara harfah, wira berarti berani dan usaha berarti daya upaya atau dengan kata lain wirausaha adalah kemampuan atau keberanian yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih kesuksesan. Berdasarkan makna-makna tersebut, kata wiraswasta atau wirausaha berarti pejuang yang gagah, luhur, berani dan pantas menjadi teladan di bidang usaha. Dengan kalimat lain, wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewiraswastaan atau kewira-usahaan. Ia bersikap berani unuk mengambil resiko. Ia juga memiliki leutamaan, kreatifitas, dan teladan dalam menangani usaha atau perusahaan. Keberaniannya berpijak pada kemampuan sendiri atau kemandiriannya.



Pengertian lainnya menyebutkan kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan resiko serta menerima balas jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi. Raymond dan russel memberikan definisi tentang wirausaha dengan menekankan pada aspek kebebasan berusaha yang dinyatakannya sebagai berikut : An entrepreneur is an independent growth oriented owner operator. Menurut Gede Pratama, ada beberapa sifat dasar yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5.



Wirausaha adalah seorang pencipta perubahan (the change creator) Wirausaha selalu melihat [erbedaan sebagai peluang Wirausaha selalu bereksperimen dengan pembaharuan Wirausaha adalah seorang pakar tentang dirinya Wirausaha melihat pengetahuan dan pengalaman hanyalah alat untuk memacu kreativitas 6. Wirausaha berani memaksa diri untuk menjadi pelayan bagi orang lain Sedangkan menurut Robin, kewirausahaan adalah suatu proses seseorang guna mengejar peluang-peluang memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi tanpa memperhatikan sumber daya yang mereka kendalikan. Wirausahawan atau entrepreneur juga diartikan sebagai seorang penemu bisnis yang sama sekali baru dan mampu mengembangkan menjadi perusahaan yang mencapai kesuksesan. Contohnya adalah Microsoft, Wal-Mart, dan Aqua. Seseorang entrepreneur memiliki cirri-ciri diantaranya: 1. focus yang terkendali 2. berenergi yang tinggi 3. kebutuhan akan prestasi 4. bertoleransi terhadap keraguan 5. percaya diri 6. berorientasi terhadap tindakan Kunci Keberhasilan Wirausaha : 1. Kemauan yang keras 2. Perjuangan tak kenal lelah 3. Kesediaan menghadapi segala kemungkinan 4. Selalu berproses pikir positif 5. Telaten dan ulet dalam melakukan pekerjaan 6. Informasi dan konfirmasi harus selalu mendapatkan 7. Kreatif, ulet, telaten, sabar dan pantang menyerah



Para wirausahawan adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana menentukan keputusan dalam pekerjaan dan bagga terhadap prestasinya. Menurut Joseph Schumpeter menyebutkan , “entrepreneur is the person who perceives an opportunity and creates an organization to pursue it. “ (bygrave, 1994:2). Dengan kata lain, seseorang wirausahawan atau entrepreneur harus memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai keberhasilan. David Mc. Clelland berpendapat, ada sifat yang baku dalam diri seriap manusia, yaitu : need of power, need of affiliation, and need of achievement.



Pada abad ke-20, konotasi dari entrepreneur yang berarti innovator mulai dikenal. Inovasi adalah kegiatan memperkenalkan sesuatu yang baru, yang merupakan tugas seseorang entrepreneur sebagai sebuah proses dinamis dalam meningkatkan kesejahteraan. Perkembangan definisi mengarahkan pada definisi baru “perilaku berpikir strategis dan pengambilan resiko yang dilakukan oleh individu maupun organisasi”. Definisi ini memberikan penjelasan bahwa definisi entrepreneur adalah indivisu yang mengambil segala resiko untuk mengejar dan menjangkau peluang serta situasi yang berbeda dengan kemungkinan kegagalan dan ancaman serta hambatan. Pada Negara yang berkembang, motivasi menguasai bisnis sangat penting untuk menunjang daya saing yang kompetitif. Setelah itu, barulah kemudian menumbuhkan motivasi yang berkumpul, yaitu keinginan untuk saling berbagi informasi melalui kelompok-kelompok tertentu agar timbul peluang dan kesempatan dalam berusaha. Agar peluang tersebut terlaksana, harus dibangun kehausan akan prestasi, diantaranya, menggerakkan diri sendiri sehingga timbul keinginan untuk berwirausaha



Ciri-Ciri Wirausaha Ciri-ciri wirausaha: Tidak semua orang dapat dan mampu menjadi seorang wirausaha sukses dan berhasil. Dibwah ini ada beberapa kepribadian dari seorang wirausaha yang sukses , antara lain: 1. Mempunyai emosi untuk membayangkan keberhasilan tujuan usahanya 2. Berani menanggung resiko baik resiko kegagaglan maupun resiko sukses dari usaha yang dikerjakannya. 3. Gigih dan bekerja keras. Ia selalu berprinsip bahwa hanya dengan bekerja keras dan gigih maka usahanya akan bisa berkembang jauh ke depan. 4. Bersemangat dan gesit dalam berusaha 5. Percaya pada dirinya sendiri. Ia selalu meyakini dirinya dalam menjalani usaha-usaha terutama yang masih asing baginya, dan ia selalu tidak mudah putus asa dan menyerah setiap ada kegagalan dan kendala dalam menjalankan usahanya. 6. Berusaha meningkatkan pengetahuannya. Seorang wirausaha yang sukses tidak pernah merasa puas, dia selalu merasa kurang dan kurang sehingga ia selalu tertantang untuk dapat mengasah dan meningkatkan pengetahuannya., 7. Memiliki kemampuan untuk memimpin. Minimal menjadi pemimpin bagi dirinya dalam mengambil keputusan yang terkait dengan usahanya. 8. Seorang pembaharu (innovator). Ia seringkali berpikiran jauh kedepan dan sangat kreatif dalam melihat suatu peluang usaha yang baru. 9. Pemburu keberhasilan. Keberhasilan baginya bukan sekedar keuntungan financial tapi keberhasilan kerja atas apa-apa yang telah dikerjakannya.