Erosi Pantai Di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Erosi Pantai Di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan



1. Pengertian Pantai pantai adalah bagian dari muka bumi dari muka air laut rata-rata terendah sampai muka air laut rata-rata tertinggi (Sandy, 1996). Pantai sebagai shore, beach dan coast (Bird, 1984). Shore adalah suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga batas tertinggi atau efektif yang dapat dicapai gelombang, yaitu meliputi: 1. pantai bagian depan (foreshore), yaitu daerah antara pasang tersurut sampai daerah pasang 2. pantai bagian belakang (backshore), yaitu daerah antara pasang tertinggi sampai daerah tertinggi terkena ombak 3. pantai lepas (offshore), yaitu daerah yang meluas dari titik pasang surut terendah ke arah laut Beach adalah daerah tempat akumulasi dari sedimen lepas seperti kerikil, pasir, dan lainnya yang kadang-kadang hanya sampai pada batas backshore tapi lebih sering sampai pada foreshore. Coast adalah daerah dengan lebar bervariasi yang meliputi shore dan perluasannya sampai pada daerah pengaruh penetrasi laut, seperti tebing pantai, estuaria, laguna, dune dan rawa-rawa (Bird, 1984).



2. Erosi Pantai



Morpologi pantai adalah gambaran nyata interaksi dinamis antara air, angin dan material penyusun dasar laut. Angin dan air yang bergerak membawa



material (sedimen) dari satu tempat ke tempat lain, mengikis tanah maupun pasir dan kemudian mengendapkannya ke suatu tempat secara bertahap (Widi, dkk., 1996). Energi yang diperoleh untuk pergerakan air laut sebahagian berasal dari pemanasan sinar matahari dan sebahagian lagi berasal dari gravitasi matahari, bulan dan bumi. Angin yang berpindah terjadi akibat adanya perbedaan tekanan udara dan hal tersebut disebabkan oleh pemanasan sinar matahari yang tidak merata. Interaksi antara angin dan permukaan laut kemudian menyebabkan terjadinya pergerakan air laut (gelombang). Rentang pasang surut (gelombang panjang) dan kekuatan arus pasang surut ditentukan oleh kombinasi gaya gravitasi matahari, bulan dan bumi. Sedangkan gelombang pendek umumnya disebabkan oleh hembusan angin. Ketika gelombang terbentuk di perairan dalam, partikel air di permukaan bergerak dalam suatu lingkaran besar dan membentuk puncak pada lintasan tertinggi dan lembah pada lintasan terendah. Di bawah permukaan air bergerak dalam orbit lingkaran yang mengecil sampai menuju kedalaman yang lebih besar. Pada saat mendekati pantai, gelombang memiliki orbit melingkar yang memipih dan mulai bergesekan dengan dasar laut. Hal inilah yang menyebabkan pecahnya gelombang di tepi pantai. Kemudian turbulensi yang terbentuk membawa material yang ada di dasar pantai sehingga mengakibatkan terkikisnya sedimen yang membentuk profil pantai. Proses terjadinya erosi pantai dapat dilihat pada Gambar 2.4 (SPM, 1984). Keterangan Gambar dibawah dapat dijabarkan sebagai berikut. Profil A, menunjukkan profil pantai dengan gelombang normal yang terjadi sehari-hari. Di Profil B, pada saat mulai terjadi badai yang bersamaan dengan muka air naik, gelombang mulai mengerosi sand dunes (bukit berpasir) dan membawa material



sedimen ke laut lalu mengendapkannya. Di Profil C, gelombang badaiberlangsung lama dan semakin mengerosi bukit berpasir. Di Profil D, setelah badai reda, maka terlihat perubahan profil pantai. Dengan membandingkan profil pantai sebelum dan sesudah badai, dapatlah diketahui volume sedimen yang tererosi dan mundurnya garis pantai. Berikut diuraikan sebab-sebab terjadinya erosi secara lebih rinci. Meskipun



sering terjadi permasalahan serius dengan erosi pantai yang



diakibatkan oleh alam, masih lebih banyak permasalahan erosi yang terjadi yang disebabkan secara alami yang prosesnya dipicu oleh ulah manusia.



Gambar 2.4: Proses Erosi Pantai (SPM, 1984)



Erosi secara alamiah terjadi sebagai akibat respon garis pantai terhadap gaya-gaya laut yang menyebabkan erosi. Sedangkan erosi yang disebabkan oleh manusia adalah karena manusia berusaha keras merubah sistem yang ada pada alam. Beberapa sebab erosi secara alamiah dapat diungkap sebagai berikut (SPM, 1984): 1. Naiknya muka air laut secara global akibat pemanasan dunia (global warming). Kenaikan muka air laut dapat terjadi secara perlahan dan menyebabkan mundurnya garis pantai. 2. Penurunan suplai sedimen dari daerah pesisir. Hal ini biasanya sebagai akibat penurunan debit banjir pada sungai yang pada gilirannya membawa sedikit sedimen menuju pantai. 2. Gelombang tinggi yang disebabkan oleh badai. Hal ini menyebabkan terbawanya pasir menjauh dari pantai dan disimpan sementara di beting pantai. Kemudian sebagian kembali ke tepi pantai dalam waktu yang cukup lama saat ombak kembali tenang. Tetapi dalam proses ini beberapa material secara permanen hilang ketika menuju garis pantai. 3. Kurangnya angkutan sedimen pada arah longshore yang dibangkitkan oleh ombak yang datang membentuk sudut terhadap arah tegak lurus garis pantai. Arus searah pantai yang terjadi merupakan sarana angkutan yang membawa pasir (sedimen) dalam arah sejajar pantai (longshore). Bila debit sedimen yang dibawa keluar pada arah



longshore melebihi debit suplai sedimen ke dalam lokasi tertentu maka akan mengakibatkan erosi di lokasi tersebut. Beberapa sebab erosi yang diinduksi oleh manusia dapat diungkap sebagai berikut: 1. Eksploitasi sumber daya alam seperti gas, minyak, batubara dan air bawah tanah menyebabkan longsor pada pantai. 2. Pengerukan beting pantai dapat merubah pola energi gelombang pada perairan pantai.



Perubahan



perlindungan



alam



pada



pantai



ini mengakibatkan erosi, seperti rusaknya sistem dunes, vegetasi pantai dan konstruksi yang berada di sekitar area pantai tersebut. erosi, seperti rusaknya sistem dunes, vegetasi pantai dan konstruksi yang berada di sekitar area pantai tersebut. Struktur bangunan laut (seperti groin dan breakwater) dapat merupah pola gelombang dan arus yang pada gilirannya mengakibatkan akresi di satu tempat, namun erosi di tempat yang lain



3. Erosi Pantai di Kabupaten Pinrang Erosi pantai telah dan masih berlangsung terutama di kawasan-kawasan pesisir yang padat penduduknya dan tinggi pembangunannya seperti



Pantai



Utara Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan. Namun dari ketiga wilayah tersebut, perhatian dalam penanganan mitigasi dan pemberdayaan masyarakat



pesisir



lebih terpusat pada Pulau Jawa dan Bali. Selain itu kedua pulau ini juga sudah memiliki infrastruktur yang memadai dan sumber daya manusia tinggi dibandingkan dengan Sulawesi Selatan. Hal tersebut mengakibatkan daerah Sulawesi Selatan dalam pengelolaan dan pengorganisasian wilayah pesisir masih



tertinggal. Selain disebabkan oleh infrastruktur yang kurang memadai juga pengetahuan masyarakatnya sangat minim tentang isu perubahan



iklim,



demikian pula cara adaptasi yang akan dilakukan ketika mengalami perubahan lingkungan yang berbeda (Hidayati dkk, 2011). Salah satu kabupaten yang mengalami erosi pantai yang terparah di Sulawesi



Selatan. Erosi pantai yang terjadi terdapat di dua kecamatan yaitu,



Kecamatan Mattirosompe dan Kecamatan Duampanua (Nasiah dan Suprapta, 2009). Erosi pantai juga terjadi di Kecamatan Suppa, khususnya di Desa Lero dan Desa Tasiwalie, Kecamatan Lanrisang, khususnya di Kelurahan Lanrisang dan Desa Waetue dan Kecamatan Mattirosompe di Kelurahan Langnga dan Kelurahan Pallamang (Amal dan Taufik, 2011). Berdasarkan fakta–fakta tersebut terjadinya perubahan lingkungan yang secara teoritis diakibatkan oleh meningkatnya erosi pantai, akan menimbulkan



pengaruh yang besar terhadap masyarakat di



Kabupaten Pinrang. Pada kondisi demikian, masyarakat akan beradaptasi terhadap perubahan dan kondisi lingkungan yang baru, akan menjadi isu penting yang harus dicermati dengan baik. Persepsi masyarakat tentang erosi pantai masih sangat bervariasi sesuai dengan kondisi sumber daya pesisir dan aktifitas kegiatan ekonomi. Pemahaman tentang erosi pantai dipengaruhi oleh penglihatan, pengetahuan dan pengalaman yang telah dihadapi. Masyarakat telah mengetahui waktu dan penyebab terjadinya erosi pantai. Masyarakat juga sadar bahwa wilayahnya sangat rentan terhadap erosi pantai, namun karena persoalan ekonomi dan kepemilikan lahan mereka harus



mampu bertahan. Masyarakat melihat erosi pantai sebagai



ancaman, namun di sisi lain di wilayah pesisir juga terdapat sumber kehidupan



Erosi pantai menimbulkan dampak pada kehidupan masyarakat pesisir, baik dampak fisik, sosial, ekonomi, maupun budaya. Dampak fisik terjadi pada pengurangan daratan. Dampak sosial budaya terjadi pada perubahan tingkah laku masyarakat pada saat terjadi erosi pantai. Dampak ekonomi terjadi pada kehilangan mata pencaharian dan kerusakan yang terjadi pada lahan dan bangunan rumah.