Ethical Issues in Takata Airbag Recall [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN



























Senin, 4 Desember 2016



TUGAS AKHIR



“TAKATA’S BIGGEST AIRBAG RECALL IN HISTORY”







Oleh: Ananda Thesvara







0133151017



Irham Matin Dwinanda



0133151027



Michael Minarto







0133151012



Nadya Theodora







0133151056







BUSINESS ETHICS AND RESPONSIBILITY FINANCE 5B UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA 2017



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan



rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Takata’s Biggest Airbag Recall in History sebagai final project mata kuliah Business Ethics and Responsibility. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihakpihak yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Winahyu S. selaku Faculty Member untuk mata kuliah Business Ethics and Responsibility atas bantuannya dalam memberikan bimbingan, masukan, dan informasi-informasi yang berguna dalam penulisan makalah ini. 2. Teman-teman Prasmulyan Angkatan 2015 terutama kelas Finance 5B yang memberikan dorongan, masukan, dan motivasi bagi penulis. 3. Keluarga dan sahabat-sahabat atas dukungan, semangat, dan doa yang diberikan sehingga menguatkan dan memotivasi penulis. 4. Semua pihak lain yang turut serta membantu dalam pembuatan makalah ini.



Besar harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat serta menambah



wawasan dan pengetahuan mengenai etika dalam berbisnis, dengan menggunakan contoh yang terjadi di sekitar kehidupan masyarakat.



Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata



sempurna dan masih banyak kekurangan yang masih harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa maupun isi makalah ini sendiri. Oleh karena itu penulis meminta maaf apabila ada hal yang kurang berkenan bagi para pembaca dan penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Tangerang, 4 Desember 2017 Tim Penyusun







ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...………………..…...ii DAFTAR ISI…………………………………………….…………………………………………….……………...iii EXECUTIVE SUMMARY………………………………………………………………………………………….iv BAB I: PENDAHULUAN….…………………………….…………………………………………………….…..1 1.1 PROFIL PERUSAHAAN……………………………………………………………………….………………...1 1.2 STUDI KASUS………………………..……………...…………………………………………………………….3 BAB II: ANALISA KASUS…………………………...………....………………………………………………..6 2.1 PENYEBAB…………………………………………………………………………………………………………..6 2.2 DAMPAK……………………………….................................................................................7 2.3 ETIKA YANG DILANGGAR…………………………………………………………………………………….9 2.4 ETIKA YANG DIPATUHI………………………………………………………………………………………11 2.5 PENYELESAIAN MASALAH………………………………………………………………………………….12 BAB III: PENUTUP………………………………………………………………………………………………..14 3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………….14 3.2 SARAN...................................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………….15











iii



EXECUTIVE SUMMARY



Perusahaan Takata adalah perusahaan dari Jepang yang bergerak di bidang



penyediaan airbag, seatbelt, dan safety child. Hampir semua produk untuk penyediaan barang-barang untuk kebutuhan transportasi. Sebagian besar perusahaan otomotif Jepang menggunakan perusahaan Takata untuk penyediaan barang-barang komplemen untuk mobil.



Pada mulanya kejadian terjadi pada tahun 2001, ada sejumlah masalah yang terjadi



karena airbag pada mobil tidak berfungsi dengan baik. Akan tetapi Takata company masih tetap beroperasi terus dan masih dapat mensupply barang-barang dikarenakan adanya manipulasi data yang dilakukan oleh Takata. Sehingga semua produk dari Takata lolos dan dapat dijual kembali tanpa adanya penyelesaian yang dilakukan setelah kejadian pada tahun 2001.



Tahun demi tahun berlalu, kejadian terulang kembali secara massal pada tahun



2011. Hal ini membuat Takata banyak dituntut oleh banyak orang bahkan dari perusahaan otomotif yang telah bekerja sama dengan Takata. Pada tahun yang sama, Takata akhirnya mengaku bahwa dia melakan manipulasi data ( safety test ). Oleh karena itu, perusahaan Takata bersedia melakukan ganti rugi serta kompensasi ke orang-orang sebagai korban. Akan tetapi, sampai sekarang hanya baru 38% terealisasi. Penyelesaian atas masalah ini sepenuhnya dilakukan oleh Takata saja dan pemerintah tidak ada penyelesaian sama sekali bahkan dengan adanya masalah seperti itu, keadaan Takata sekarang sedang terpuruk dan diambang bangkrut dan banyak perusahaan yang bergerak di otomotif pun ikut membantu dalam pembiayaan Takata.











iv



BAB I PENDAHULUAN 1.1 PROFIL PERUSAHAAN



Takata Corporation (



Takata Kabushiki



Gaisha) merupakan perusahaan suku cadang otomotif yang berpusat di negara Jepang. Takata didirikan pada tahun 1933 di Shiga, Jepang oleh Takezo Takada. Takata memulai bisnisnya dengan memproduksi parasut dan tekstil-tekstil lainnya. Pada tahun 1960-an, Takata mulai menjual sabuk pengaman (seatbelts), dan mendirikan pabrik uji kecelakaan (car crash plant) pertama di dunia, yang digunakan untuk menguji keamanan sabuk pengaman dalam kondisi di dunia nyata. Pada tahun 1970-an, Takata Corporation mengembangkan sistem keamanan untuk anak. Pada tahun 1980-an, perusahaan mengembangkan usaha penjualan sabuk pengamannya ke Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Irlandia. Pada dekade selanjutnya, Takata terus mengembangkan usahanya di dunia internasional. Tahun 2000, Takata Corporation mengakuisisi kompetitornya di Jerman yaitu Petri AG, dan mengganti namanya menjadi Takata AG. Takata AG memproduksi setir kemudi dan bagian-bagian plastik, yang bukan hanya untuk industri automotif. Pada tahun 2013, serangkaian kecelakaan yang mengakibatkan kematian dan luka-luka dikaitkan dengan kantung udara (airbag) Takata menyebabkan perusahaan harus menarik jutaan mobil yang memiliki kantung udara tersebut. Penarikan kendaraan bermotor tersebut merupakan penarikan terbesar yang pernah dilakukan sepanjang sejarah. Pada bulan Juni tahun 2017, Takata melaporkan kebangkrutannya.



1.1.1 Filosofi Kami merangkul semangat pelopor pendiri kami dan termotivasi oleh berharganya kehidupan.







1.1.2 Pernyataan Misi •



Mengembangkan produk inovatif dan memberikan kualitas dan layanan superlatif untuk mencapai kepuasan pelanggan.







1







Menghormati berbagai kepribadian dan budaya, serta menjaga agar rekan kerja tetap termotivasi dengan nama Takata untuk mengejar tujuan bersama.







Menjadi anggota aktif di dalam masyarakat dan berkontribusi pada masyarakat yang lebih baik.











1.1.3 Takata Way











Berkomunikasi secara terbuka dan efektif.







Mematuhi Sangen-shugi*.







Berkomitmen dalam segala hal yang kita lakukan. SANGEN SHUGI berarti "3 hal nyata” dalam bahasa Jepang: 1. Gen-ba (Tempat Nyata) Pergilah ke lapangan untuk memahami kenyataan. Ini adalah metode yang lebih efektif daripada sekedar membaca laporan 2. Gen-butsu (Bagian Nyata) Lihatlah bagian sebenarnya atau layanan sebenarnya yang diberikan dan menganalisanya dengan memusatkan perhatian pada fakta 3. Gen-jitsu (Fakta Nyata) Menyediakan kesimpulan menggunakan data nyata untuk pemahaman yang lebih baik tentang apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.







1.1.4 Misi Kami - Keselamatan Anda Tidak ada akhirnya jika memikirkan keamanan di masyarakat otomotif saat ini. Sebagai perusahaan yang membuat sabuk pengaman, kantung udara, tempat duduk anak dan produk lain yang melindungi kehidupan, kami menyadari tanggung jawab kami kepada masyarakat dan ingin berkontribusi dalam mencapai tujuan untuk menciptakan dunia yang aman. Untuk melakukan ini, kami akan terus berupaya menciptakan dan mengembangkan lebih lanjut produk dan sistem keselamatan yang dapat diandalkan orang. Namun, Takata tidak bisa menciptakan dunia yang aman dengan sendirinya. Harapan Takata adalah produknya tidak akan pernah harus digunakan. Kami akan dengan senang hati mengembangkan produk keamanan kami di dunia yang tidak pernah digunakan orang, di mana kecelakaan lalu lintas telah benar-benar dihilangkan. Tolong menyetir dengan hati-hati.







2



Produk Takata diposisikan antara mobil dan orang. Tanpa diragukan lagi, ada beberapa produk Takata di dekat Anda. Di Takata, kami memimpikan "sebuah masyarakat dengan nol korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas." 1.2 STUDI KASUS Takata mulai membuat kantung udara pada tahun 1988 dan, pada tahun 2014, menguasai 20 persen pasar. Pada tahun 2013, beberapa produsen mobil mulai melakukan penarikan besar-besaran terhadap kendaraan bermotor dikarenakan kantung udara Takata yang rusak. Laporan menyatakan bahwa masalah tersebut mungkin telah dimulai 1 dekade sebelumnya.



Honda menyatakan bahwa mereka mengetahui lebih dari 100 cidera dan delapan



kematian (tujuh di Amerika Serikat ditambah satu lagi di Malaysia) yang terkait dengan kerusakan kantung udara Takata.



Pada bulan April dan Mei 2013, sekitar 3,6 juta mobil ditarik kembali karena kantong



udara Takata yang rusak. Semua kantung udara itu dibuat, atau menggunakan unit inflator yang diproduksi oleh Pabrik Monclova milik Takata di Coahuila, Meksiko, dan dioperasikan oleh anak perusahaan Takata di Amerika Utara/Meksiko, TK Holdings Inc. Pada bulan November 2014, BMW mengumumkan bahwa mereka akan memindahkan pesanan dari pabrik Takata di Meksiko ke pabrik Takata di Jerman.



Pada bulan Juni 2014, Takata mengakui bahwa anak perusahaan Meksiko mereka



telah salah menangani pembuatan propelan eksplosif dan bahan kimia yang tersimpan dengan tidak benar yang digunakan di kantong udara. Mengidentifikasi kendaraan dengan kantung udara yang cacat dibuat lebih sulit karena kegagalan TK Holdings Inc. untuk menyimpan catatan kontrol kualitas yang baik. Hal itu memicu penarikan lainnya pada bulan Juni 2013.



Pada 23 Juni 2014, produsen mobil BMW, Chrysler, Ford, Honda, Mazda, Nissan, dan



Toyota mengumumkan bahwa mereka menarik lebih dari tiga juta kendaraan di seluruh dunia karena kantung udara Takata Corporation. Alasannya adalah karena kantung udara tersebut bisa pecah dan menerbangkan puing-puing ke dalam kendaraan. Hal ini dilakukan sebagai tanggapan atas penyelidikan National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) yang dimulai setelah NHTSA menerima tiga keluhan cidera.



Dalam sebuah pernyataan pada tanggal 23 Juni 2014, Takata mengatakan bahwa



mereka menganggap kelembaban yang berlebihan adalah penyebab kerusakan kantung udara tersebut. Haruo Otani, seorang pejabat di bagian recall kendaraan Kementerian Kementerian Darat, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang, mengatakan bahwa







3



kelembaban dan kelembaban dapat merembes di dalam inflators, mendestabilisasi propelan yang mudah menguap di dalamnya.



Pada tanggal 19 Mei 2015, Takata telah menarik 40 juta kendaraan dari 12 merek



kendaraan bermotor berbeda untuk "Airbag yang bisa meledak dan berpotensi mengirim pecahan ke wajah dan tubuh pengemudi dan penumpang depan". Pada bulan November 2015, Takata didenda $200 juta oleh regulator federal A.S. sebagai tanggapan atas masalah yang dibuat oleh Takata.



Pada tanggal 4 Mei 2016, NHTSA memerintahkan Takata untuk menarik kembali



sekitar 30-40 juta inflator tambahan yang diperkirakan meningkat dari 28,8 juta inflator sebelumnya.



Pada tahun 2014, NHTSA menerima pemberitahuan dari BMW, Chrysler, Ford,



Honda, Mazda, Nissan, dan Toyota bahwa mereka melakukan recall regional terbatas untuk mengatasi kemungkinan cacat keselamatan yang melibatkan inflator kantung udara Takata.



Pada tanggal 25 Juni 2014, General Motors mengatakan kepada dealer Amerika



Utara mereka untuk menghentikan penjualan sedan Chevrolet Cruze produksi tahun 2013/2014. GM menyatakan, "Kendaraan tertentu mungkin dilengkapi dengan modul inflator kantung udara yang mungkin telah dirakit dengan bagian yang salah,” kantung udara yang terlibat dibuat oleh Takata Corporation. Pada tanggal 11 Juni 2014, Toyota melakukan recall 2,3 juta kendaraan untuk yang kedua kalinya. Pada tanggal 17 Juli 2015, Ferrari mengeluarkan sebuah recall untuk produk mereka dari model tahun 2014-15 karena kantung udara pengemudi yang dipasang dengan tidak benar dan kulit yang menutupi mereka tidak terpaku dengan benar. Ini ditemukan ketika perusahaan tersebut melakukan tes pada model mobil 458 Italia. Kantung udara dipasang pada orientasi yang diputar, berpotensi menyebabkan luka-luka. Takata mengklaim bahwa masalah itu sendiri terbukti hanya mempengaruhi kendaraan di lokasi yang panas dan lembab. Namun, semua kendaraan yang berpotensi terkena dampak telah di recall sebagai tindakan pencegahan. Tidak ada bukti dari masalah yang terjadi di Inggris dan Eropa. Hampir semua cedera yang dilaporkan (berakibat fatal dan kecil) terjadi pada kendaraan Honda, sesuatu yang sedang dalam penyelidikan. Ford menambahkan model tertentu ke daftar setelah 10 kematian terjadi ketika kantung udara di pickup Ford Ranger 2006 yang dikendarai oleh seorang pria di Georgia pecah dengan hebat di South Carolina, pada akhir Desember 2015. Pada tanggal 9 Desember 2016, banyak produsen mobil melakukan recall untuk produknya termasuk Acura, Audi, BMW, Cadillac, Chevrolet, Chrysler, Truk Daimler Amerika Utara, Daimler Vans USA LLC, Dodge/Ram, Ferrari, Fisker, Ford, GMC, Honda,







4



Infiniti, Jaguar, Jeep, Land Rover, Lexus, Lincoln, Mazda, McLaren, Mercedes-Benz, Mercury, Mitsubishi, Nissan, Pontiac, Saab, Saturnus, Scion, Subaru, Tesla, Toyota, dan Volkswagen







5



BAB II ANALISA KASUS 2.1 PENYEBAB Menurut Independent Testing Coalition - sebuah kelompok yang terdiri dari 10 pembuat mobil yang dibentuk pada bulan Desember 2014 - salah satu penyebab kerusakan dari kantung udara Takata adalah fase nitrat yang stabil namun tanpa desiccant penyerapan air. Saat uap air hadir, dan kantung udara terpapar terhadap suhu tinggi dalam janga panjang dan berulang, maka kantung udara tersebut tidak dapat mencegah masuknya kelembaban tersebut. Menurut Independent Testing Coalition, seluruh faktor tersebut ikut berkontribusi terhadap pecahnya inflator kantung udara Takata. Menurut Wharton John Paul MacDuffie, seorang profesor manajemen, juga menunjuk sebuah masalah mendasar yang dilakukan oleh Takata dalam penggunaan ammonium nitrat dalam wadah di dalam kantong udara. Wadah tersebut tidak memiliki bahan untuk menyerap kelembaban yang disebabkan oleh uap air, yang akhirnya menyebabkan mereka meledak secara prematur pada tingkat suhu dan kelembaban yang tinggi. Banyak perusahaan pesaing Takata memutuskan untuk tidak menggunakan ammonium nitrat karena risikonya yang besar tersebut. Namun, Takata merasa yakin dengan keahlian manufakturnya, dan merasa mampu mengatasi masalah kualitas yang mungkin muncul dan melakukan perbaikan dari masalah tersebut. Mungkin juga, di situlah letak asal mula masalah Takata, yang termasuk kemungkinan untuk perusahaan memanipulasi hasil data uji kualitas. Beberapa ahli juga menyebutkan bahwa Takata memiliki hubungan yang sangat dekat dengan perusahaan-perusahaan automotif, sehingga antara supplier dan konsumen tidak ada yang mau mengakui jika ada masalah yang terjadi. Komite Senat di Amerika Serikat, yang memeriksa catatan komunikasi internal di Takata, mengatakan bahwa paling tidak kegagalan Takata ada dalam kegagalannya memastikan integritas quality control dari kantung udaranya, dan juga kegagalannya dalam menanggapi secara tepat masalah etika yang diangkat ke karyawan-karyawan senior di Takata. Manipulasi pengujian juga ikut meningkatkan kekhawatiran mengenai keamanan semua inflator kantung udara Takata yang memiliki ammonium nitrat. Takata disebut memiliki budaya keselamatan yang rusak.







6



2.2 DAMPAK



2.2.1 Bagi Konsumen Regulator Keselamatan di Amerika Serikat telah mengkonfirmasi 11 kematian di Amerika Serikat yang disebabkan oleh inflator kantung udara Takata yang pecah, terkait dengan penarikan alat keselamatan terbesar sepanjang sejarah. Sedikitnya 16 kematian yang telah dipastikan terkait dengan kesalahan perusahaan tersebut, termasuk 5 kecelakaan yang terjadi di Malaysia. Hal ini mendorong penarikan sekitar hampir 100 juta kantung udara di dunia yang dilakukan oleh lebih dari selusin perusahaan otomotif. National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) mengatakan bahwa kecelakaan pertama yang berhubungan dengan kecacatan ini diduga telah terjadi pada 30 September 2001, yang menewaskan seorang wanita berusia 50 tahun. Perusahaan otomotif telah memperbaiki sekitar 11,4 juta inflators di Amerika Serikat sampai saat ini - menyisakan lebih dari 20 juta yang tidak diperbaiki. Kantung kantung udara yang rusak mengerahkan terlalu banyak kekuatan dan mengirim pecahan logam terbang. Honda mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa lebih dari 20 pemberitahuan recall dikirim selama hampir delapan tahun ke pemilik kendaraan yang terdaftar dalam kecelakaan California yang mematikan. Korban kecelakaan tersebut diidentifikasi sebagai Delia Robles, warga Corona, California yang meninggal di sebuah rumah sakit setelah terjadi kecelakaan di persimpangan Riverside. Sembilan dari 11 korban yang tewas di A.S. telah dilaporkan meninggal pada model kendaraan Honda dan Acura tahun 2001-2003, yang pada bulan Juni 2016 diklasifikasikan oleh NHTSA sebagai kendaraan dengan risiko tinggi dan pemilik kendaraan tersebut didesak untuk segera berhenti mengemudikan kendaraan mereka sampai kendaraannya mendapat perbaikan. Sekitar 313.000 kendaraan diidentifikasi memiliki hingga 50% kemungkinan adanya pecahnya inflator kantong udara yang berbahaya dalam kecelakaan.







2.2.2 Bagi Perusahaan Takata Corporation akhirnya jatuh akibat biaya yang besar berhubungan dengan krisis kesalahan inflator kantung udara mereka yang meledak. Inflator kantung udara yang rusak tersebut dapat meledak dan melemparkan pecahan-







7



pecahan ke pengemudi dan penumpang, dan telah mengakibatkan banyak kematian di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Dengan hutang yang diperkirakan mencapai lebih dari USD 9 miliar, Takata mengatakan bahwa pihaknya mencari perlindungan kebangkrutan di Jepang dan A.S.Takata juga menjual bagian terbesar bisnisnya kepada saingannya yang berbasis di A.S. Key Safety Systems (KSS), sebuah perusahaan milik China yang berbasis di Michigan, membayar USD 1,6 miliar untuk membeli hampir semua operasi Takata. Tapi KSS meninggalkan bagian-bagian yang berhubungan dengan inflator kantung udara, yang pada akhirnya akan ditutup. "Kami menyebabkan masalah bagi pendukung kami, mereka yang bekerja sama dengan kami, dan para kreditur," kata Shigehisa Takada, pemimpin Takata, pada sebuah konferensi pers. "Atas nama Takata, saya mohon maaf secara mendalam dari lubuk hati saya yang paling dalam." Skandal mengenai kantung udara tersebut telah menyebabkan kehancuran perlahan-lahan bagi Takata yang telah berkembang lebih dari 80 tahun, dan menjadi spesialis sabuk pengaman, kantung udara, dan sistem keamanan lainnya. Kesalahan Takata tersebut telah mengakibatkan kematian salah satu supplier sistem keamanan paling sukes di industri otomotif, dan semuanya ini dikarenakan keangkuhan perusahaan, kesalahan manajemen, dan budaya manipulasi yang berkembang di perusahaan. Takata telah mengakui bahwa mereka memanipulasi data, dan menahan banyak informasi penting yang berhubungan dengan inflator yang cacat selama bertahun-tahun, bahkan setelah inflator-inflator tersebut mulai meledak di mobil yang beredar di masyarakat. Takata mengakui bersalah di Amerika Serikat, atas tuntutan pidana penipuan, di mana perusahaan harus membayar denda sebesar USD 1 miliar, termasuk dana kompensasi untuk korban dan keluarga sebesar USD 125 juta. Hasil dari penjualan Takata kepada Key Safety Systems (KSS) akan digunakan untuk menutupi biaya tersebut, serta biaya lain yang dihasilkan dari penarikan kembali kantung udara mereka yang cacat. Tetapi, pemegang saham di Takata tetap tidak akan mendapatkan uang yang telah mereka investasikan kembali. Selain itu, saham perusahaan telah jatuh hingga lebih dari 65% dalam jangka waktu seminggu, menyusul asumsi bahwa kebangkrutan perusahaan sudah dekat.







8



Tak berapa lama kemudian, sahamnya berhenti diperjualbelikan, karena akan dihapus dari Bursa Efek Tokyo. Para perusahaan kendaraan bermotor besar, yang menggunakan kantung udara Takata di mobil-mobil yang diproduksi, seperti Honda, Toyota, dan General Motors juga bisa merasakan kerugian. Diprediksikan, mereka harus membayar sebagian besar dari biaya sebesar USD 5 miliar, yang harus dikeluarkan untuk perbaikan puluhan juta inflator kantung udara Takata yang masih tersebar di seluruh dunia. Sejauh ini, baru 35% dari mobil yang memiliki kantung udara yang catat telah diganti dan diperbaiki. Diperkirakan upaya tersebut baru akan dapat selesai pada tahun 2023. Takata sekarang hanya memproduksi sekitar 25% dari seluruh inflator pengganti, dan sisanya disediakan oleh perusahaan-perusahaan pesaing. 2.3 ETIKA YANG DILANGGAR



Setelah melakukan analisis kasus atas meledaknya inflator kantung udara



Perusahaan Takata, maka penulis telah menetapkan etika-etika yang dilanggar oleh Takata. Berikut merupakan penjabaran dari analisis tersebut.



2.3.1 Teori Deontologi



Etika Deontologi merupakan pandangan etika yang mengatakan bahwa



suatu perbuatan dianggap beretika jika mengikuti peraturan tertentu. Karena adanya peraturan, maka memunculkan pula suatu kewajiban yang harus dipatuhi oleh seseorang atau sebuah perusahaan. Menurut teori ini, melakukan peraturan atau kewajiban berarti sudah melakukan perbuatan yang beretika.



Menurut penulis, Perusahaan Takata telah melanggar teori etika ini, karena



seharusnya Takata mengikuti aturan keselamatan yang berlaku dengan melakukan tes keselamatan yang benar, dan melaporkan hasil dari tes tersebut kepada pihak yang berwajib. Namun, bukannya melakukan hal tersebut, Takata menyembunyikan tanda-tanda adanya kecacatan dalam produknya, bahkan juga memanipulasi data yang akan dilaporkan. Selain itu, para petinggi dalam Takata juga tidak memedulikan masalah-masalah yang diangkat oleh karyawan perusahaan.











2.3.2 Teori Utilitarianisme



Etika Utilitarianisme merupakan etika yang percaya bahwa suatu perbuatan



yang beretika adalah perbuatan yang memaksimalkan kegunaan (utilitas) bagi orang







9



banyak. Etika ini juga dapat didefinisikan dengan memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. Menurut etika ini, baik atau buruk ditentukan dengan apakah perbuatan tersebut berguna, dan menguntungkan orang banyak.



Menurut penulis, Perusahaan Takata melakukan kebalikan dari etika ini.



Sebagai sebuah perusahaan yang memproduksi banyak sistem-sistem keamanan dalam dunia otomotif, seharusnya produk Takata memiliki manfaat bagi masyarakat banyak untuk mengurangi risiko saat kecelakaan. Tetapi, justru Takata membiarkan produknya yang cacat dijual di kehidupan masyarakat, dan akhirnya menyebabkan banyak kecelakaan. Karena kelicikan Takata, produknya malah akhirnya menyebabkan penderitaan banyak orang. Setidaknya terdapat 16 kecelakaan yang menyebabkan kematian akibat produk Takata yang cacat.



Selain itu, kelalaian Takata ini juga menyebabkan ruginya banyak sekali



perusahaan kendaraan bermotor lainnya yang menggunakan produk keselamatan Takata. Hal ini tentu juga berbeda dengan etika Utilitarianisme, yang seharusnya sebuah perbuatan memberikan manfaat bagi orang banyak. 2.3.3 Teori Hak



Teori Hak merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan dalam



mengevaluasi baik buruknya sebuah perilaku. Jika Deontologi membicarakan mengenai kewajiban, maka Teori Hak merupakan sisi lain dari teori etika. Kewajiban yang muncul biasanya juga disertai oleh hak yang muncul bagi orang lain. Teori ini didasarkan oleh hak dasar yang dimiliki manusia atau Hak Asasi Manusia (HAM).



Dari analisis penulis, Takata juga melanggar etika tersebut. Salah satu hak



dari seorang pelanggan adalah mendapatkan keuntungan yang dijanjikan oleh sebuah perusahaan saat pelanggan tersebut membeli produknya. Dalam hal ini, Takata menjanjikan keselamatan melalui produk-produknya. Namun, justru produkproduk tersebut melakukan hal sebaliknya, dan menyebabkan banyak kecelakaan. Kesalahan Takata ini tentu saja tidak sesuai dengan etika Hak.



2.3.4 Teori Keutamaan



Menurut teori Keutamaan, suatu baik buruknya sebuah perbuatan harus



didasarkan dari sebuah prinsip atau norma. Keutamaan merupakan watak yang dimiliki oleh seseorang agar dapat bertingkah laku sesuai dengan prinsip atau norma yang berlaku. Dalam dunia bisnis, keutamaan yang penting terdapat empat, yaitu







10



kejujuran, fairness, kepercayaan, dan keuletan. Keempat keutamaan tersebut saling berkaitan satu sama lain.



Menurut analisis penulis, Perusahaan Takata telah melanggar keutamaan



terpenting dalam dunia bisnis, yaitu kejujuran. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Takata memanipulasi data dan menyembunyikan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa produk mereka cacat dan dapat membahayakan orang lain. Hal ini adalah salah satu penyebab utama dan awal dari kekacauan yang disebabkan oleh Takata.



Selain kejujuran, penulis juga mendapati bahwa keutamaan lain yang tidak



dimiliki oleh Takata adalah keuletan. Takata menggunakan bahan nitrat untuk inflator kantung udaranya, yang merupakan bahan yang sulit untuk diolah. Namun, ternyata Takata tidak memiliki keuletan yang cukup untuk mengolah bahan tersebut hingga menjadi bahan yang aman, dan akhirnya bahan tersebut yang menjadi penyebab utama meledaknya inflator kantung udara Takata. 2.4 ETIKA YANG DIPATUHI



Walaupun terdapat banyak teori etika yang dilanggar oleh Perusahaan Takata,



namun ada juga teori etika yang berusaha untuk dilakukan oleh Takata. Berikut adalah penjelasan lanjutan dari pernyataan tersebut.



2.4.1 Teori Deontologi



Sesuai dengan penjelasan teori Deontologi, suatu perbuatan dianggap baik



jika sesuai dengan peraturan dan kewajiban yang berlaku. Dalam hal ini, penulis menganalisa bahwa Takata melakukan etika ini setelah mereka mengakui kesalahan mereka.







Untuk menyelesaikan kewajiban mereka, Takata setuju untuk mengganti



seluruh kantung udara mereka yang mereka duga mengalami kecacatan, secara cuma-cuma. Mereka juga bertanggung jawab penuh dengan mengaku bersalah atas kelalaian mereka, dan mengganti rugi dan mengompensasi korban-korban dari inflator kantung udara Takata yang meledak.



2.4.2 Teori Hak



Teori hak merupakan sisi lain dari Teori Deontologi. Jika ada kewajiban,



maka akan muncul juga hak yang patut diterima oleh pihak lainnya. Dalam hal ini, adalah konsumen dan korban dari inflator kantung udara Takata.







11







Takata telah mengikuti teori ini, karena mereka sudah berusaha



memberikan kembali hak konsumen yang telah gagal mereka berikan pada kali pertama. Hak tersebut adalah hak keamanan yang dijanjikan oleh produkproduknya. Dengan mengganti produk mereka yang cacat, mereka telah mengembalikan hak keamanan yang pantas diterima oleh konsumen.



Selain itu, Takata juga telah memberikan kompensasi sebagai hak dari



konsumen yang hidupnya telah terpengaruh karena kesalahan Takata. Walaupun mungkin kompensasi tersebut tidak dapat sepenuhnya menyelesaikan masalah, namun Takata telah berusaha memberikan bantuan kepada korban dan keluarga korban sebagai hak mereka. 2.5 PENYELESAIAN MASALAH



2.5.1 Oleh Perusahaan



Perusahaan Takata mengaku bersalah pada pengadilan di Amerika Serikat,



yang menuntut Takata atas skandalnya memanipulasi data dan menyebar luaskan produk cacat yang mengakibatkan meledaknya kantung udara.



Sebagai gantinya, Takata telah setuju untuk membayar USD 1 miliar sebagai



penalti yang diberikan, termasuk sebesar USD 125 juta sebagai kompensasi bagi orang-orang yang terluka akibat ledakan inflator kantung udara mereka. Kecacatan tersebut telah mengakibatkan lebih dari 100 kecelakaan yang menghasilkan paling sedikit 16 kematian.



Lebih dari 42 juta mobil terpengaruh karena menggunakan produk cacat



dari Takata tersebut, yang mengakibatkan penarikan kantung udara terbesar sepanjang masa. Walaupun Takata telah menyatakan kebangkrutannya, namun Takata masih tetap berusaha untuk menyelesaikan masalah ini. Berikut adalah upaya Takata untuk menyelesaikan



masalah



kantung



udara



mereka



meskipun



menghadapi



kebangkrutan.



2.5.1.1. Perbaikan Kantung Udara akan tetap berlangsung. Walaupun Takata telah menyatakan kebangkutannya, namun perbaikan atas kantung udara yang cacat tersebut akan tetap dilakukan. Selama Takata masih berdiri, produksi utama yang harus dilakukan Takata adalah untuk memproduksi bagian pengganti. Selain itu, perusahaan-perusahaan kendaraan bermotor juga telah berkontribusi secara besar untuk memastikan bahwa perbaikan kantung-







12



kantung udara tersebut terjadi secara cepat dan efektif, walaupun Takata telah bangkrut. Hingga 25 Mei 2017, sekitar 38,1% dari kantung udara yang cacat telah diperbaiki.



2.5.1.2. Korban Kecelakaan akan mendapatkan kompensasi. Orang-orang yang terluka karena kantung udara Takata akan mendapat kompensasi dengan dengan total sebesar USD 125 juta, sesuai dengan ketentuan yang telah disetujui oleh Takata. Walaupun biasanya kebangkrutan dapat menghambat pembayaran utang-utang perusahaan, kompensasi ini akan menjadi prioritas dari Takata dibandingkan dengan utang-utangnya yang lain.







2.5.2 Oleh Perusahaan Lain



Selain Perusahaan Takata, banyak juga perusahaan otomotif lainnya yang



ikut terbawa akibat masalah kantung udara cacat tersebut. Dikabarkan bahwa Toyota, Subaru, Mazda, dan BMW telah setuju untuk membayar sebesar USD 533 juta sebagai penyelesaian atas economic loss yang disebabkan oleh masalah ini. Namun, berbeda dengan penyelesaian yang dibayarkan oleh Takata, uang yang dibayarkan oleh keempat perusahaan ini tidak termasuk kompensasi untuk cidera pribadi dan kerusakan properti. Berikut adalah detil pembayaran yang dilakukan oleh keempat perusahaan otomotif tersebut: • Toyota: 9,2 juta kendaraaan; USD 278,500,000 • BMW: 2,3 juta kendaraan; USD 131,000,000 • Subaru: 2,6 juta kendaraan; USD 68,262,257 • Mazda: 1,7 juta kendaraan; USD 75,805,050 Uang penyelesaian ini ditujukan bagi orang-orang yang memiliki atau menyewakan kendaraan mereka, sehingga kehidupan mereka terganggu akibat masalah yang disebabkan oleh kantung udara yang ada di mobil mereka. Selain keempat perusahaan di atas, masih terdapat beberapa perusahaan lain yang akan dimintai pertanggung jawabannya, seperti Ford, Honda, dan Nissan.







13







BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN



Semua perusahaan seharusnya dalam menjalankan bisnisnya harus memiliki



corporate responsibility and ethics. Dengan menkalankan corporate responsibility and ethics perusahaan akan terhindar dari kasus-kasus yang dapat membahayakan banyak orang. Jika dilihat dari kasus Takata Corporation yang memanipulasi data safety test dari tahun 2001. Dengan manipulasi data ini mengakibatkan setidaknya meninggal 16 orang di berbagai penjuru diakibatkan meledaknya kantung udara dan ratusan orang luka-luka. Selain pengemudi kendaraan itu sendiri, pengendara mobil lainnya juga akan terkena risiko kecelakaan juga. Hal ini diakibatkan jika pengendara yang mengalami malfunction dari kantung udara sedang menyetir di jalanan dan menabrak pengendara lain.



Berbagai masalah yang diakibatkan oleh perusahaan Takata Corporation melanggar



berbagai etika yang sudah dipelajari. Antara lain etika deontologi, etika hak, etika utilitarianisme, dan etika keutamaan. Kelompok kami menganggap Takata Corporation melanggar etika-etika tersebut dikarenakan mengabaikan kewajiban perusahaan dan hak konsumen dengan memanipulasi data safety test yang berujung kepada malfungsi produk dan merugikan banyak orang. 3.2 SARAN



Saran yang dapat diberikan oleh kelompok kami adalah; seharusnya Takata tidak



melakukan tindakan tidak etis seperti ini. Setelah melakukan analisa dan penelitian, kami dapat menyimpulkan bahwa awal dari masalah ini berasal dari tindakan Takata yang melakukan manipulasi data dari safety test. Seharusnya Takata dapat mengetahui akibat dari perbuatannya yang akhirnya membuat kebangkrutan. Kami menilai bahwa tindakan ini memang menimbulkan keuntungan di awal tetapi sangat merugikan untuk semua pihak. Kami menyarankan perusahaan-perusahaan untuk tetap melakukan kegiatan usaha secara etis karena jika melihat kasus ini, keuntungan semata tersebut akhirnya membuat perusahaan menjadi bangkrut dan tidak dapat berbisnis.







14



DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2017. “Takata Corporation”. https://en.wikipedia.org/wiki/Takata_Corporation , diakses pada 27 November 2017. Anonim.



2016.



“What



Caused



Takata’s



Airbag



Problems?”.







http://knowledge.wharton.upenn.edu/article/dasher-macduffie-takata-airbags/,







diakses pada 28 November 2017.



Bertens, K. 2000.Pengantar Etika Bisnis. Jakarta: Kanisius. Blackwell, Rusty. 2017. “Massive Takata Airbag Recall: Everything You Need to Know,



Including Full List of Affected Vehicles”. https://blog.caranddriver.com/massive-







takata-airbag-recall-everything-you-need-to-know-including-full-list-of-affected-







vehicles/, diakses pada 27 November 2017.



Chappell,



Bill.



2017.



“4



Car



Companies



Settle



Takata



Airbag



Lawsuit”.







https://www.npr.org/sections/thetwo-way/2017/05/18/528966358/4-car-







companies-settle-takata-airbag-lawsuit-for-553-million, diakses pada 3 Desember







2017.



Mullen,



Jethro.



2017.



“Takata,



Brought



Down



by







http://money.cnn.com/2017/06/25/news/companies/takata-







bankruptcy/index.html, diakses pada 3 Desember 2017.



Airbag



Crisis”.



Reuters. 2016. “Takata’s Faulty Airbag is Now Linked to 11 Deaths in the U.S.”



http://fortune.com/2016/10/21/takata-air-bag-deaths/, diakses pada 28 November







2017



















15