Evaluasi Kesehatan Komunitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

EVALUASI PROGRAM KESEHATAN KOMUNITAS Pengertian Evaluasi Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan yang akan digunakan untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program (Yusuf, 2000:2). Evaluasi adalah tindakan intelektual untk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan,dan pelaksanaannya sudah berhasil di capai. Melalui evaluasi memungkinkan perawatan untuk memonitor ”kealpaan yang terjadi ” selama tahap pengkajian,analisa,perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius & Bayne,1994). Menurut Griffith & (Christensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang di rencanakan,dan perbandingan yang sistimatik pada status kesehatan Klien.Dengan mengukur perkembangan Klien dalam mencapai suatu tujuan,maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan.Meskipun valuasi di letakkan pada akhir proses keperawatan,evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data perlu direvisi untuk enentukan apakah informasi yang telah di kumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang di observasi sudah sesuai.Diagnosa juga perlu di evaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya.Tujuan dan intervensi di evaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut,dapat di capai secara efektif.



TUJUAN Evaluasi adalah suatu tahap untuk menentukan manfaat atau nilai dari sesuatu. Selama proses evaluasi, informasi dikumpulkan dan dianalisis untuk ditentukan kegunaan dan signifikansinya. Perubahan yang ada dinilai, dan kemajuan didokumentasikan.



Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan sehingga perawat dapat mengambil keputusan : 1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( Klien telah mencapai tujuan yang di tetapkan ) 2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( Klien mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan) 3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (Klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan )



PENDAHULUAN Perawat mengevaluasi respons dari komunitas terhadap program kesehatan dalam upaya mengukur kemajuan terhadap tujuan dan objektif program. Data evaluasi juga merupakan hal yang krusial untuk memperbaiki database dan diagnosis keperawatan komunitas yang dihasilkan dari analisis pengkajian data komunitas. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan, tetapi evaluasi tetap terkait dengan pengkajian yang merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Praktik keperawatan adalah siklus yang dinamis. Agar intervensi berfokus komunitas dapat diukur secara relevan dan tepat waktu, maka database komunitas, diagnosis keperawatan dan rencana program kesehatan harus dievaluasi secara rutin. Efektivitas intervensi keperawatan komunitas bergantung pada pengkajian ulang yang berkesinambungan terhadap kesehatan komunitas dan juga bergantung pada perbaikan yang tepat terhadap intervensi terencana. Evaluasi merupakan hal yang penting dalam praktik keperawatan, tetapi evaluasi pun berperan sangat penting bagi berfungsinya lembaga kesehatan. Sayangnya, evaluasi terkadang dilakukan secara terpisah dari perencanaan program. Evaluasi bahkan sering kali hanya diikutkan di akhir program, hanya untuk memenuhi kebutuhan sumber pendanaan atau administrasi lembaga. Buktinya, terdapat masalah pada beberapa pendekatan.



Agar keperawatan komunitas berjalan efektif, dituntut suatu pendekatan yang integratif dalam evaluasi; evaluasi merupakan aspek yang unik.



PRISIP EVALUASI Sejalan dengan landasan teoritis dalam menjalin kemitraan dengan komunitas, program evaluasi yang kita jalankan didasarkan pada prinsip yang dikemukakan oleh W.K Kellogg Foundation (1998). Prinsip tersebut disimpulkan sebagai berikut : 1. Memperkuat program. Tujuan kita adalah promosi kesehatan dan peningkatan kepercayaan diri komunitas. Evaluasi membantu pencapaian tujuan ini dengan cara menyediakan proses yang sistematik dan berkelanjutan dalam mengkaji program, dampaknya serta hasil akhir program tersebut. 2. Menggunakan pendekatan multipel. Selain pendekatan multidisiplin, metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam – macam. Tidak ada suatu pendekatan yang lebih unggul, tetapi metode yang dipilih harus sejalan dengan tujuan program. 3. Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata. Program berbasis dan berfokus komunitas, yang berakar pada komunitas “nyata” dan berdasarkan pengkajian komunitas harus memiliki rancangan evaluasi untuk mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi komunitas. 4. Menciptakan proses partisipasi. Apabila anggota komunitas merupakan bagian dari pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi, mereka pun harus menjadi mitra dalam evaluasi. 5. Memungkinkan fleksibilitas. “Pendekatan ecaluasi harus fleksibel dan bersifat preskriptif; jika tidak, akan sulit untuk mendokumentasikan munculnya perubahan yang sering kali meningkat secara tajam dan kompleks: (W.K Kellogg Foundation, 1998, hal. 3) 6. Membangun kapasitas. Proses evaluasi, selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan perilaku individu yang terlibat di dalamnya. Hal ini serupa dengan dengan konteks profesional maupun non profesional.



PROSES EVALUASI Literatur mengenai evaluasi semakin banyak tersedia. Evaluasi program atau proyek telah menjadi spesialisasi seluruh departemen dan firma konsultan yang berfokus pada pengukuran dan evaluasi. Demi mencapai tujuan kita (yaitu, membuat pendahuluan dari evaluasi program), kita akan menggunakan suatu model 3 bagian. Pada model ini, kita akan mempelajari proses implementasi program, dampak program, dan hasil program. Pada bagian ini, kita akan berfokus pada promosi kesehatan dan program promosi kesehatan yang dirancang untuk mempengaruhi populasi target melalui aktivitas terencana (proses) yang mungkin menimbulkan efek yang cepat (dampak) dan efek yang lebih lama (hasil). (Dignan & Carr, 1992, hal. 153). Proses



Dampak (sumatif; hasil



(formatif)



jangka pendek)



Informasi



Implementasi



Efek



yang



program,



sebagai contoh :



dikumpulkan termasuk :



segera



program, Insidens dan prevalensi faktor risiko,



1.



Pengetahuan



2.



Perilaku



tempat



3.



Persepsi



2.



4.



Ketrampilan



penerima



5.



Keyakinan



3.



6.



Akses



1.



Respons



Respons



Respons



praktisi 4.



Hasil (jangka panjang)



morbiditas, dan mortalitas



terhadap



sumber



Kompetensi 7.



Dukungan sosial



personel Bilamana



Implementasi



diaplikasikan awal atau



Untuk menentukan apakah Untuk mengukur apakah insidens dan



program faktor yang mempengaruhi prevalensi ketika kesehatan



terjadi perubahan individu



baik



telah



berubah.



Sebagai



dari contoh, apakah angka imunisasi anak maupun usia dua tahun telah meningkat?



program (contoh, lingkungan telah berubah. Apakah



jumlah



pasien



gangguan



pindah ke tempat Sebagai contoh, apakah pernafasan mengalami pe nurunan? baru,



diberikan perilaku



individu



telah Apakah industri memfilter cerobong



kepada populasi berubah? yang berbeda)



Apakah



polutannya? kebijakan



baru



diimplementasikan?



Proses evaluasi terdiri dari dua tahap : 1. Mengukur pencapaian tujuan klien Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan di gunakan dalam evaluasi.Faktor yang di evaluasi mengenai status kesehatan klien, yang terdiri dari bebrapa komponen, meliputi: KAPP (Kognitif, Afektif, Psikomotor, Perubahan fungsi dan gejala yang spesifik). a. Kognitif (pengetahuan) Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di perlukan setelah klien di ajarkan tentang teknik-teknik tertentu. Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi pengetahuan klien terhadap penyakitnya, mengontrol gejala-gejalanya, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alatalat, resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan, pencegahan, pengukuran dan lain-lain. Evaluasi kognitif di peroleh melalui interview atau tes tertulis. b. Affektif (status emosional) Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat sukar di evaluasi.Hasil penilaian emosi di tulis dalam bentuk perilaku yang akan memberikan suatu indikasi terhadap status emosi klien.hasil tersebut meliputi ”tukar menukar perasaan tentang sesuatu”, cemas yang berkurang ada kemauan berkomunikasi dan seterusnya. c. Psikomotor Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang lainnya jika perilaku yang dapat di observasi sudah di identifikasikan pada tujuan (kriteria hasil ).Hal ini biasanya di lakukan melalui observasi secara langsung. Dengan melihat apa yang telah di lakukan Klien sesuai dengan yang di harapkan adalah suatu cara yang terbaik untuk mengevaluasi psikomotor klien.



d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala. Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek status kesehatan klien yang bisa di observasi.Untuk mengevaluasi perubahan fungsi tubuh maka perawat memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan klien berubah setelah di lakukan tindakan keperawatan. Evaluasi pada gejala yang spesifik di gunakan untuk menentukan penurunan atau penigkatan gejala yang mempengaruhi status kesehatan Klien.Evaluasi tersebut bisa di lakukan bisa di lakukan dengan cara observasi secara langsung, interview dan pemeriksaan fisik.



2. Penentuan Keputusan Pada Tahap Evaluasi. Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien,maka perawat membandingkan data dengan outcomes.tahap berikutnya adalah membuat keputusan tentang pencapaian Klien terhadap outcomes. Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini : a. Klien telah mencapai hasil yang di tentukan dalam tujuan.Pada keadaan ini perawat akan mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi outcomes yang lain. b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di tentukan.Perawat mengetahui keadaan klien pada tahap perubahan kearah pemecahan masalah. Penambahan waktu, resources, dan intervensi mungkin di perlukan sebelum tujuan tercapai. c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan.Pada situasi ini, perawatan harus mencoba untuk mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini timbul.



KOMPONEN EVALUASI Ada 2 (dua ) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan, yaitu : 1. Proses (formatif) Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan. Evaluasi proses harus di lakukan



segera setelah perencanaan keperawatan di laksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap tindakan. Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di tentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri dari analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit, pertemuan kelompok, interview, dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi. Sistem penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sitem SOAP atau model dokumentasi lainnya. 2. Hasil (sumatif) Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan efisien. Adapun metode penatalaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari closed-chart audit, interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga. Meskipun informasi pada tahap ini tidak secara langsung berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas dan evisiensi tindakan yang telah diberikan. Komponen evaluasi dapat di bagi menjadi 5 komponen menurut (Pinnell & Meneses,1986) : a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi. b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru. c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.



MENENTUKAN KRITERIA, STANDAR DAN PERTANYAAN EVALUASI. 1. Kriteria. Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk mengumpulkan data dan sebagai penentuan kesahihan data yang terkumpul. Semua kriteria yang



di gunakan pada tahap evaluasi di tulis sebagai kriteria hasil. Outcomes menandakan hasil akhir tindakan keperawatan. Sedangkan standar keperawatan digunakan lebih luas sebagai dasar untuk evaluasi praktek keperawatan secara luas. Outcome criteria. Kriteria hasil didefenisikan sebagai standar untuk menjelaskan respon atau hasil dari rencana tindakan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan bagaimana keadaan klien ,setelah tindakan dilaksanakan. Kriteria akan dinyatakan dalam istilah behaviour (perilaku) sebagaimana disebutkan dalam bab terdahulu, supaya dapat diobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam istilah yang mudah dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap orang yang terlibat dalam evaluasi. 2. Standar Praktek Standar pelayanan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek keperawatan secara luas. Suatu standar menyatakan apa yang harus dilaksanakan sebagai suatu model untuk kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penelitian, konsep teori, dan dapat di terima oleh praktek klinik keperawatan saat sekarang. Standar harus secara cermat disusun dan di uji untuk menetukan kesesuain dalam penggunaannya. Contoh pemakain standar dapat dilihat pada standar praktek keperawatan yang disusun oleh ANA. 3. Evaluative question Untuk menentukan suatu kriteria dan standart, perlu digunakan pertanyaan evaluative sebagai dasar mengevaluasi kualitas pelayanan dan respon klien terhadap tindakan. a. Pengkajian



: apakah pengkajian dapat dilaksanakan kepada klien?



b. Diagnosa



: apakah diagnosa disusun bersama dengan klien?



c. Perencanaan : apakah tujuan diidentifikasi dalam perencanaan? d. Pelaksanaan : apakah klien diberitahu terhadap tindakan yang diberikan? e. Evaluasi



: apakah modivikasi tindakan keperawatan diperlukan? Evaluasi dan Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan Komunitas



Mutu layanan kesehatan dapat diukur melalui 3 cara : 1) Pengukuran mutu prospektif Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Oleh karena itu pengukurannya akan ditujukan terhadap struktur atau input layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan harus memiliki sumber daya tertentu agar dapat menghasilkan suatu layanan kesehatan yang bermutu. Bagian – bagiannya sebagai berikut : a) Pendidikan Profesi Kesehatan Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang dapat mendukung layanan kesehatan yang bermutu. b) Perizinan Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan. Surat ijin kerja (SIK) dan surat iji praktek (SIP) yang diberikan kepada perawat merupakan suatu pengakuan bahwa seorang perawat telah memenuhi syarat untuk melakukan praktek profesi keperawatan (NERS). Demikian pula dengan profesi kesehatan lain, harus mempunyai ijin kerja sesuai dengan profesinya. c) Standarisasi Dengan menetapkan standarisasi, seperti standarisasi peralatan, tenaga, gedung, sistem, organisasi, anggaran dan lain-lain. Setiap fasilitas layanan



kesehatan



yang



memiliki



standar



yang



sama



dapat



menyelenggarakan layanan kesehatan yang sama mutunya. Contohnya: standardisasi



layanan



rumah



sakit



akan



mengelompokan



atau



mengklasifikasikan rumah sakit kedalam berbagai kelas tertentu misalnya RSU kelas A, B, C dan D, Rumah sakit jiwa kelas A dan B. d) Sertifikasi Merupakan selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai ners yang tergistrasi adalah contoh setifikasi. Di indonesia, perizinan seperti itu dilakukan oleh departemen kesehatan atau dinas kesehatan dengan rekomendasi dari persatuan perawat nasional indonesia (PPNI).



e) Akreditasi Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti RS telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu prospektif berfokus pada penilaian, sumber daya, bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan.



2) Pengukuran Mutu Retrospektif Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan setelah penyelenggaraan layanan kesehatan selesai dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya merupakan gabungan dari beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan (nursing record), wawancara, pembuatan kuesioner, dan penyelenggaraan pertemuan.



3) Pengukuran Mutu Konkuren Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang- kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada catatan keperawatan serta melakukan wawancara dan mengadakan pertemuan dengan klien, keluarga, atau petugas kesehatan. Standar



Evaluasi



Praktik



Keperawatan



Menurut



ANA



(2004)



Perawat kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan komunitas. Adapun kriteria pengukuran bagi perawat kesehatan komunitas adalah sebagai berikut : a) Mengkordinasikan secara sistematis, berkelanjutan, dan evaluasi berdasarkan kriteria hasil pelayanan dalam komunitas dan pemangku kepentingan lain. b) Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi dan metode ilmiah untuk menentukan efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas dalam kebijakan, program, dan pelayanan. c) Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitas pemantauan (monitoring) program dan pelayanan.



d) Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk merevisi rencana, intervensi, dan aktivitas yang sesuai. e) Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas intervensi. f) Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan kepada komunitas dan pemangku kepentingan lain berdasarkan hukum dan peraturan negara.



Biasanya fokus pertanyan evaluasi adalah seputar relevansi, kemajuan, efiensi biaya, efektivitas, dan hasil. a. Relevansi Adakah



tuntutan



untuk



menyelenggarakan



program



?



Relevansi



menentukan alasan untuk menyelenggarakan suatu program atau serankaian aktivitas. Pertanyaan seputar relevansi mungkin lebih penting untuk program yang sudah berjalan dibandingkan dengan program baru. Seringkali suatu program direncanakan untuk memenuhi kebutuhan komunitas yang terungkap, seperti screening tekanan darah. Program ini kemudian berlangsung selama beberapa tahun tanpa disertai evaluasi mengenai relevansinya. Pertanyaan harus diajukan secara rutin apakah program nasih dibutuhkan ? Sebenarnya, evaluasi tidak hanya dibutuhkan untuk program baru, tetapi untuk seluruh program. Keterbatasan yang lazim ditemukan pada program baru adalah ketidakadekuatan staff atau anggaran. Satu jalan keluar terhadap keterbatasan tersebut adalah evaluasi relevansi program yang ada. Staff dan anggaran program yang tidak lagi dibutuhkan dapat dialokasikan pada program baru. b. Kemajuan Apakah aktivitas program sesuai dengan rencana? Apakah staff dan material yang tepat tersedia dalam kuantitas dan waktu yang tepat untuk mengimplementasikan aktivitas program? Apakah banyak klien yang diharapkan banyak ikut berpartisipasi dalam aktivitas



program yang



dijadwalkan? Apakah input dan output memenuhi beberapa rencana yang



ditetapkan sebelumnya? Jawaban terhadap pertanyaan ini akan mengukur kemajuan program dan merupakan bagian dari proses evaluasi formatif. c. Efisiansi Biaya Bagaimana



pembiayaan



program?



Apa



keuntungannya?



Apakah



keuntungan program sebanding dengan biaya yang dikeluarkan? Evaluasi efisiensi biaya mengukur hubungan antara hasil (keuntungan / manfaat program dan biaya penyelenggaraan program (seperti gaji staff dan material). Efisiensi biaya mengevaluasi apakah hasil program dapat dicapai dengan biaya yang lebih murah melalui pendekatan yang lain. d. Efektivitas (dampak) Apakah tujuan program tercapai? Apakah klien merasa puas dengan program? Apakah penyelenggaran program merasa puas dengan aktivitas dan keterlibatan klien? Efektivitas berfokus pada evaluasi formatif seperti hasil jangka pendek dan segera. e. Hasil Apakah implikasi jangka panjang program? Sebagai hasil dari program, perubahan perilaku apa yang dapat diharapkan dalam waktu 6 minggu, 6 bulan atau 6 tahun? Efektivitas mengukur hasil yang segera, sedangkan evaluasi hasil mengukur apakah aktivitas program mengubah alasan awal penyelenggara program. Pertanyaan mendasar adalah : apakah program mencapai tujuannya? (apakah kesehatan meningkat?).



METODE TERPILIH UNTUK PENGUMPULAN DATA Empat poin kunci yang perlu dipahami ketika Anda menentukan metode yang dapat digunakan untuk pengumpulan data adalah : 1. Sumber-sumber apa yang tersedia untuk tugas evaluasi ? 2. Apakah metode tersebut sensitif terhadap responden/partisipasi program? 3. Bagaimana kredibilitas evaluasi Anda dengan metode tersebut? 4. Seberapa pentingkah data yang dikumpulkan? Terhadap keseluruhan program? Terhadap para partisipan? (W.K. Kellog Foundation, 1998). Terdapat beberapa kerangka kerja atau paradigma yang dapat memberikan informasi mengenai pilihan Anda.