12 0 3 MB
EVALUASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMAN 65 JAKARTA
Oleh: GUSTI HARYO BISMO PRAKOSO 1445155457 Manajemen Pendidikan SKRIPSI
Ditulis untuk MemenuhiSebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2019
HALAMAN PERSETUJUAN
i
UJIAN/SIDANG SKRIPSI
Judul
:
EVALUASI
PROGRAM
PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI SMAN 65 JAKARTA
Nama Mahasiswa
: Gusti Haryo Bismo Prakoso
Nomor Registrasi
: 1445155457
Program Studi
: Manajemen Pendidikan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Siti Zulaikha, S.Ag., M.Pd NIP. 197404202008122002
Dr. Wahyu Sri Ambar Arum, MA NIP. 196008201993032002
Mengetahui, Koordinator Program Studi Manajemen Pendidikan
Dr. Supadi, M.Pd NIP. 196403032006041001
LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN HASIL SEMINAR PROPOSAL PENELITIAN
ii
Judul
: Evaluasi Program Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta
Nama Mahasiswa Nomor Registrasi Program Studi
: Gusti Haryo Bismo Prakoso : 1445155457 : Manajemen Pendidikan
Tanggal Seminar Proposal Penelitian: Kamis, 6 Desember 2018 Nama
Saran Perbaikan
Tanda Tangan
Tanggal
Dr. Supadi, M.Pd (Koordinator Program Studi) Dr. Siti Zulaikha, S.Ag., M.Pd (Dosen Pembimbing I) Dr. Wahyu Sri Ambar Arum, MA (Dosen Pembimbing II) Dr. Supadi, M.Pd (Dosen Penguji I) Amril muhammad, S.E, M.Pd (Dosen Penguji II) Dr. Heru Santosa, M. Pd (Dosen Penguji III)
EVALUASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMAN 65 JAKARTA
iii
GUSTI HARYO BISMO PRAKOSO ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi bagaimana program penguatan pendidikan karakter dilaksanakan di SMAN 65 Jakarta. Penelitian evaluasi program ini menggunakan model evaluasi Context, Input, Process, dan Product (CIPP) dengan pendekatan evaluatif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi, observasi, dan angket. Subjek penelitian ini adalah wakil kepala sekolah bidang akademik, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan pengajar. Uji keabsahan data meliputi uji validitas internal, validitas eksternal, realibitas, dan objektifitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan program Penguatan Pendidikan Karakter telah berjalan dengan baik sesuai aspek yang dievaluasi. 1) Pada aspek evaluasi context telah sesuai dengan kriteria yang dievaluasi. 2) Pada aspek evaluasi input, bahwa penyelenggara pembelajaran telah menjalankan tanggung jawab sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kurikulum pembelajaran telah sesuai dengan arahan kementerian dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Modul pembelajaran belum seluruhnya memenuhi muatan pendidikan karakter. Sarana dan prasarana telah tersedia dengan baik. 3) Pada aspek process, penyelenggaraan pembelajaran telah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dari kementerian. 4) Pada aspek product, sekolah telah menyelenggarakan pembelajaran dengan baik. Setelah mengikuti pembelajaran terdapat penanaman karakter yang mampu menjadi bekal siswa untuk bermasyarakat.
Kata Kunci: Evaluasi Program, CIPP, Program Penguatan Pendidikan Karakter
EVALUATION OF THE PROGRAM FOR STRENGTHENING CHARACTER EDUCATION IN SMAN 65 JAKARTA
iv
GUSTI HARYO BISMO PRAKOSO ABSTRACT This study aims to provide information on how the character education strengthening program is implemented at SMAN 65 Jakarta. This program evaluation study uses theevaluation model Context, Input, Process, and Product (CIPP)with an evaluative approach. The technique of collecting data through interviews, documentation, observation, and questionnaires. The subjects of this study were the deputy headmaster of the academic field, the vice principal of the student and teaching field. The validity test of the data includes tests of internal validity, external validity, reality, and objectivity. The results of the study show that the implementation of the Character Education Strengthening program has run well according to the aspects evaluated. 1) The aspect ofevaluation is in context accordance with the criteria evaluated. 2) In the aspect ofevaluation input, the training provider has carried out responsibilities in accordance with their duties and functions. The training curriculum is in accordance with the direction of the ministry and according to the needs of students. The learning module has not entirely fulfilled the character education content. Facilities and infrastructure are well available. 3) In theaspect process, the implementation of training is in accordance with the implementation instructions from the ministry. 4) In theaspect product, the school has conducted training well. After participating in learning there is a character planting that is able to become the provision of students to socialize.
Keywords: Program Evaluation, CIPP, Character Education Strengthening Program
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
v
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta: Nama No. Registrasi Program Studi
: Gusti Haryo Bismo Prakoso : 1445155457 : Manajemen Pendidikan
Menyatakan bahwa skripsi/karya inovasi yang saya buat dengan judul “EVALUASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMAN 65 JAKARTA” adalah: 1. Dibuat dan diselesaikan oleh oleh saya sendiri berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian/pengembangan pada bulan November 2018-Februari 2019. 2. Bukan merupakan duplikasi skripsi/karya inovasi yang pernah dibuat orang lain atau jiplakan karya tulis orang lain dan bukan terjemahan karya tulis orang lain. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia menanggung segala akibat yang timbul jika pernyataan saya ini tidak benar. Jakarta, 11 Februari 2019 Yang membuat pernyataan, (Materai 6.000)
Gusti Haryo Bismo Prakoso
KATA PENGANTAR
vi
Puji syukur marilah peneliti haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat
serta
hidayah-Nya
sehingga
peneliti
dapat
menyelesaikan proposal yang berjudul “Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta”. Penulisan proposal ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat penelitian skripsi dalam rangka menyelesaikan studi S1 di Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Dalam penyusunan proposal ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Sofia Hartati, M.Si selaku Dekan FIP UNJ yang telah memberi izin kepada peneliti untuk penelitian. 2. Dr. Anan Sutisna, M.Pd., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ yang telah memfasilitasi serta memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 3. Bapak Dr. Supadi, M.Pd, selaku Koordinator Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ yang telah memberikan persetujuan
dan
memberikan
arahan
menyelesaikan penelitian ini;
vii
sehingga
peneliti
dapat
4. Ibu Dr. Siti Zulaikha, S.Ag., M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang tak pernah lelah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan serta mengingatkan selama penyusunan proposal; 5. Dr. Wahyu Sri Ambar Arum, MA selaku Dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan serta mengingatkan dan mengkoreksi kata per kata selama penyusunan proposal; 6. Seluruh dosen dan Staff Prodi Manajemen Pendidikan, yang telah memberikan berbagai ilmu pada peneliti dan membantu proses administrasi dalam menempuh perkuliahan. 7. Ibu Gayatri S.Pd dan Ibu Syarifah S.Pd,selaku Wakil Kepala Sekolah Bid.Kurikulum dan Wakil Kepala Sekolah Bid.Kesiswaan di SMAN 65 Jakarta. Selaku Pembimbing penelitian di lokasi penelitian. 8. Mama,Papa,Teteh
Ova,Mas
Andri,Mba
Hapsari,Mas
Beni,Kak
Amel,Chelseana dan Bastian yang selalu mendukung dan memfasilitasi semua kebutuhan peneliti, serta senantiasa mendoakan peneliti dalam proses menyelesaikan proposal. 9. Kakak-Kakak senior Manajemen Pendidikan, Khususnya Sdr. Sri Maya Rosaulina S.Pd dan Sdr.Muhammad Yogi S.Pd yang senantiasa menjadi oase dalam bertanya mengenai proses penyusunan proposal
viii
10. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan FIP UNJ angkatan 2015, khususnya telah berjuang bersama untuk sampai ke tahap ini Agung, Rizky, serta teman-teman GOT MP yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan proposal ini. 11. Teman pendamping dan pemberi semangat setia peneliti,Sdri. Fadila yang senantiasa selalu memberi semangat dan senyuman indah ketika peneliti mengalami penurunan semangat Peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam tulisan ini. Untuk itu peneliti sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca, agar dapar dijadikan perbaikan kedepannya. Terimakasih. Jakarta, November 2018
Gusti Haryo Bismo Prakoso
ix
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................................................................iii DAFTAR ISI.................................................................................................................................x BAB I ......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1 A.
Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
B.
Identifikasi Masalah ................................................................................................... 10
C.
Pembatasan Masalah ................................................................................................. 11
D.
Rumusan Masalah ...................................................................................................... 11
E.
Kegunaan Hasil Penelitian.......................................................................................... 12
BAB II ...................................................................................................................................... 14 KAJIAN TEORI ......................................................................................................................... 14 A.
Evaluasi Program........................................................................................................ 14
B.
Pendidikan Karakter ................................................................................................... 26
C.
Program Pendidikan Karakter Pada Tingkatan Sma................................................... 63
D.
Model Riset Evaluasi .................................................................................................. 63
C.
Penelitian yang Relevan ............................................................................................. 82
BAB III ..................................................................................................................................... 91 DESKRIPSI METODE DAN TEKNIK PENELITIAN ....................................................................... 91 A.
Tujuan Evaluasi .......................................................................................................... 91
B.
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................... 92
C.
Pendekatan, Metode dan Desain Model Penelitian .................................................. 92
D.
Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data................................................................... 96
E.
Teknik Analisis Data ................................................................................................. 107
F.
Instrumen Penelitian................................................................................................ 110
G.
Pemeriksaan Keabsahan Data.................................................................................. 117
H.
Disain Perencanaan Evaluasi .................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 205
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan salah satu cara membentuk karakter manusia sesuai dengan standar-standar karakter SDM yang dibutuhkan secara nasional. Terlahirnya sebuah ide serta gagasan mengenai pendidikan yang berkarakter, tentu saja dapat dimaklumi dengan melihat secara seksama bahwa proses yang dihasilkan dari dunia pendidikan belum menghasilkan manusia Indonesia yang berkarakter. Republik Indonesia setidaknya telah dua kali menuangkan tujuan pendidikan nasional,baik didalam konstitusi (UUD 1945) dan dalam UU no 20 tahun 2003. Didalam konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (versi amandemen) pasal 31 ayat 3 dikatakan bahwa, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undangundang.” Dan dalam Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
1
2
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”1. Adapun, dalam UU no 20 tahun 2003 dikatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Dari pernyataan tersebut,maka dapat peneliti simpulkan bahwa Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Berkaitan dengan landasan-landasan tersebut, bidang pendidikan diharapkan menjadi motor utama dalam pembentukan karakter guna mempersiapkan SDM Indonesia kedepannya,salah satunya dengan
1http://limc4u.com/uud-1945/penjelasan-pasal/penjelasan-pasal-31-uud-1945/
diakses pada 23 Oktober 2018 pukul 14.00 2http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf diakses pada 23 Oktober 2018 pukul 14.06
3
menetapkan sebuah standar kompetensi lulusan yang berkarakter. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan
yang
mencakup
sikap,
pengetahuan,
dan
keterampilan. Lulusan SMA diharapkan memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi lulusan akan tumbuh dan berkembang maksimal melalui tiga dimensi yang menjadi acuan utama yaitu dimensi sikap dalam penguatan karakter, dimensi pengetahuan dan dimensi,keterampilan.3 Dalam
memenuhi
standar
kompetensi
lulusan
tersebut,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan acuanacuan standar yang harus dipenuhi sekolah. Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, yang merupakan salah faktor penentu mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Sekolah juga dianggap sebagai unit yang bertanggung jawab untuk memenuhi standar kompetensi lulusan tersebut. Melalui lembaga pendidikan ini para peserta didik atau siswa, secara mental maupun intelektual dibimbing agar dapat mencapai mutu sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan yang melaksanakan pemberdayaan invidu untuk berubah(change) menjadi lebih baik dan dewasa. Sebagai pendidik
3https://bsnp-indonesia.org/wp-
content/uploads/2009/04/ Permendikbud_Tahun2016_ Nomor020 _Lampiran.pdf diakses pada 17 Desember 2018 pukul 15.47 WIB
4
dan pengajar, guru sangat dibutuhkan dalam membentuk manusia berkarakter cerdas untuk membangun mutu diri dan mutu pendidikan sekolah, sehingga sekolah mampu berinovasi dan memiliki daya saing yang tinggi dalam skala lokal dan global. Untuk mencapai itu, maka organisasi harus mampu melakukan pekerjaan secara lebih baik, lebih efektif, dan lebih efisien dalam menghasilkan output yang berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing. Untuk menghasilkan output yang bersaing, maka pada masa mendatang bukan lagi mengandalkan keunggulan komparatif saja, melainkan juga harus meningkatkan keunggulan kompetitif4. Sekolah
diharapkan
mampu
memberikan
suatu
Pelayanan
pendidikan yang prima dalam pembentukan karakter,yang secara harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Jika pelayanan prima dikaitkan dengan pelayanan publik, berarti pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Adapun berikut ini adalah beberapa prilaku dalam pelayanan prima : (1) Pelayanan yang terbaik dari penyelenggara (sekolah) kepada peserta
4
didik,(2)
Pelayanan
yang
memiliki
standar
Umiarso, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan,2011,Yogyakarta,h.192-193
5
pelayanan,(3)Pelayanan yang mampu melebihi standar atau sama dengan standar.5 Sedangkan yang belum ada standar pelayanan yang terbaik dapat diberikan pelayanan yang mendekati apa yang dianggap pelayanan standar dan pelayanan yang dilakukan secara maksimal. Pengguna adalah peserta didik yang berasal dari masyarakat dalam arti luas masyarakat eksternal dan internal. Apabila pelayanan sekolah dikaitkan dengan pelayanan umum, maka pelayanan sekolah dapat diartikan sebagai suatu proses pelayanan kepada masyarakat, baik berupa barang atau jasa melalui tahapan, prosedur, persyaratanpersyaratan, waktu dan pembiayaan yang dilakukan secara transparan untuk mencapai kepuasan sebagaimana visi yang telah ditetapkan dalam organisasi. Berdasarkan keterangan tersebut, sekolah selaku unit pelaksana kegiatan pelayanan pengembangan karakter memiliki keleluasaan untuk merumuskan
metode
pembelajaran
maupun
program-program
pengembangan kompetensi serta pembentukan karakter peserta didik. Seperti halnya pelaksanaan dan inovasi proses pembelajaran, pembuatan berbagai ekstrakulikuler penunjang keahlian peserta didik di bidang-
5
Laksmi Wahyu K &Nina Widowati, Pelayanan Publik Dalam Menciptakan Pelayanan Prima Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pemalang,FISIP Undip,2016.h.5-7
6
bidang diluar materi pembelajaran, hingga pembuatan program dan pengembangan
yang mampu meningkatan soft skill dan membentuk
karakter peserta didik, seperti Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa, Jambore Siswa maupun Malam Bina Iman dan Taqwa/Retreat Ketercapaian tujuan program pengembangan karakter peserta didik dari suatu sistem. Pendidikan dan sekolah sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen, yaitu: (1) Context, (2)
Input,(3) Process, (4)
Output, (5) Outcome. Kelima komponen tersebut menjadi dasar pelaksanaan program pengembangan karakter peserta didik. Program pengembangan karakter peserta didik akan terlaksana dengan baik bila sekolah membuat RK (Rencana Kegiatan) dengan tepat dan benar dan sesuai dengan RKAS (Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah). Dalam perjalanan memenuhi kualitas lulusan, Sekolah di Indonesia menemui beberapa kegagalan dalam menjamin mutu lulusan agar sesuai dengan standar nasional. Seperti yang dikatakan theconversation.com pada 2 Juli 2018, mengenai posisi kualitas pelajar Indonesia pada indeks Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 yang menempati peringkat 65 dari 70 negara. Hal tersebut tidak disebabkan hanya karena ketidakmampuan pelajar Indonesia pada segi materi pembelajaran (kognitif),hal tersebut juga didasari pada ketidakmampuan siswa menumbuhkan rasa kerja keras dan etos anti plagiasi dalam
7
pembelajaran sehari-hari di sekolah6. Hal ini semakin mendorong opsi bahwa pendidikan karakter pada peserta didik sangat penting guna menunjang proses penyerapan ilmu pada pendidikan. Temuan tersebut membuktikan bahwa ketidakhadiran suatu pendidikan karakter yang bermutu menjadikan mental pelajar di suatu negara (yang merupakan cadangan sumber daya manusia) menjadi rendah dan cenderung melakukan tindakan buruk yang mempengaruhi pembelajaran. Saiful Bahri pada tahun 2015 menerbitkan jurnal penelitian mengenai implementasi Pendidikan Karakter untuk mengatasi krisis moral di sekolah. Dalam penelitian ini, Saiful Bahri menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia lebih menitik beratkan pada kecerdasan intelektual (IQ) dan cenderung meninggalkan kecerdasan emosional (EQ) dalam proses pendidikan. Keadaan tersebut diperparah dalam temuantemuan kasus kriminal di kalangan pelajar Indonesia yang didasarkan pada permasalahan kecil yang berakibat pada tindakan kriminal,seperti peningkatan tawuran antar pelajar yang diikuti sekolah yang dikategorikan unggulan,maupun kasus penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar guna mengalihkan depresi akibat belajar. Melalui penelitian ini, Saiful Bahri mampu menyimpulkan bahwa pendidikan karakter mampu memberikan
6http://theconversation.com/kualitas-buruk-pelajar-indonesia-akibat-proses-belajar-tidak-tuntas-
apa-yang-bisa-dilakukan-97999 diakses pada 23 Oktober 2018 pukul 14.32 WIB
8
kecerdasan
emosi
untuk
pelajar
sehingga
mampu
menemukan
penyelesaian yang efektif dalam permasalahan yang ditemui. Beliau juga menyatakan bahwa kecerdasan emosi yang dihasilkan oleh pendidikan karakter mampu menunjang proses pembelajaran siswa di sekolah guna mencapai pembelajaran yang efektif.7 Penjaminan mutu pendidikan karakter dapat dilakukan dengan melakukan sebuah proses evaluasi yang bersifat kontinyu. Sehingga dengan dilakukannya evaluasi yang kontinyu, dari waktu ke waktu program pengembangan karakter peserta didik akan semakin bermutu 8. Dari
hasil
evaluasi
inilah,
dapat
dilakukan
perbaikan-perbaikan,
pengembangan, dan peningkatan program pengembangan karakter peserta didik sehingga akan semakin sempurna sesuai dengan tuntutan dan harapan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Fungsi evaluasi program adalah sebagai pembantu, pengontrol pelaksanaan program agar dapat diketahui tindak lanjut dari pelaksanaan program tersebut. Berdasarkan argumen tersebut,dapat peneliti simpulkan bahwa evaluasi pada program pendidikan karakter di sekolah merupakan suatu bagian penting dalam suatu proses pendidikan,yang bertujuan guna menjaga penjaminan mutu mempersiapkan kecerdasan emosi bagi masa
7
Saiful Bahri, Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Krisis Moral Di Sekolah,Jurnal Pendidikan Islam Ta’allum,2015 8 Sukardi, 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Bumi Aksara : Jakarta
9
depan sumber daya suatu negara. Melalui program pendidikan karakter, lembaga
pendidikan
mampu
menerapkan
berbagai
materi-materi
pembinaan karakter yang bermanfaat bagi siswa. Evaluasi pada program ini juga diharapkan mampu memberikan penilaian pada tujuan program yang bertujuan untuk menekan perilaku negatif yang berpotensi terjadi pada periode umur remaja akhir (15-18 tahun),seperti penyalahgunaan zat terlarang,perilaku seks bebas dan menyimpang,tawuran pelajar,dll Ketika peneliti melakukan Grand Tour Observation di SMAN 65 pada tanggal 23 Oktober 2018, peneliti menemui ibu Gayatri selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk mengetahui sejauh apa program pendidikan karakter di SMAN 65. Beliau mengatakan bahwa beberapa kegiatan penguatan program pendidikan karakter di SMAN 65 telah berjalan semenjak program ini dicanangkan pemerintah (khususnya setelah pemberlakuan kurikulum 2013),seperti pengintegrasian materi pembelajaran dan pelaksanaan kegiatan penunjang program. Akan tetapi, SMAN 65 baru menyatukan kegiatan-kegiatan penunjang tersebut didalam kesatuan rancangan program pendidikan karakter yang padu. .. Adapun ketika peneliti melakukan observasi mengenai siswa SMAN 65 pada masyarakat di sekitar area sekolah,mereka menyatakan bahwa siswa SMAN 65 dikenal baik dan tidak terdengar tersangkut kasus kriminal maupun pelanggaran norma sosial kemasyarakatan
10
Maka dari itu,peneliti memutuskan untuk menjadikan program pendidikan karakter di SMAN 65 Jakarta sebagai salah satu program pendidikan yang akan di evaluasi melalui metode evaluasi teoritis. Hal ini didorong oleh belumnya SMAN 65 Jakarta melakukan evaluasi secara teoritis, sehingga SMAN 65 Jakarta belum memiliki dan mengetahui aspek-aspek yang dapat dijadikan sebuah keunggulan untuk kedepannya dipertahankan maupun aspek -aspek yang dianggap sebagai suatu kekurangan untuk kemudian dapat dilakukan suatu perbaikan agar kedepannya dapat menjadi sebuah program yang lebih baik. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut, maka peneliti perlu membuat identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kesesuaian Konteks pada Program Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta. 2. Kesesuaian Input pada Program Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta. 3. Kesesuaian Proses pada Program Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta. 4. Kualitas Produk pada Program Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta.
11
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka peneliti memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, peneliti membatasi diri hanya berkaitan dengan “Evaluasi pada Context,Input,Process dan Product pada Program Pendikan Karakter di SMAN 65 Jakarta”. Hal ini dipilih dikarenakan penjaminan mutu merupakan cara untuk menilai relevansi program yang sedang dijalankan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis pilih maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana Evaluasi pada Konteks dalam Program Pendidikan Karakter di SMAN 65?. 2. Bagaimana Evaluasi pada Masukan dalam Program Pendidikan Karakter di SMAN 65? 3. Bagaimana Evaluasi pada Proses dalam Program Pendidikan Karakter di SMAN 65?. 4. Bagaimana
Evaluasi
pada
Produk/Keluaran
Pendidikan Karakter di SMAN 65?
dalam
Program
12
E. Kegunaan Hasil Penelitian Adapun manfaat penelitian evaluasi program Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Atas 65 Jakarta, sebagai berikut. 1. Kegunaan Teoritis a. Pengembangan ilmu tentang evaluasi program,khususnya metode CIPP. b. Sebagai referensi untuk merancang program pendidikan karakter sesuai denga unsur teoritis kedepannya. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Sekolah 1) Dapat memperoleh bantuan masukan melalui evaluasi program sekolah ini, sehingga dapat membuat inovasi-inovasi dalam program pendidikan karakter 2) Dapat memperoleh hasil capaian secara kajian akademis mengenai ketercapaian program b. Bagi Dinas pendidikan 1) Dapat melihat kualitas program pendidikan karakter SMAN 65 dan bila mendapat hasil yang baik,dapat merekomendasikan kegiatan serupa untuk SMA/MA/SMK di DKI Jakarta, khususnya Jakarta Barat c. Bagi Peneliti
13
1) Peneliti dapat memperoleh pengalaman belajar mengevaluasi program sekolah, bersosialisasi dengan para siswa,guru, staf pegawai dan lingkungan sekolah.
BAB II KAJIAN TEORI A. Evaluasi Program 1. Pengertian Evaluasi Program Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti ujian9. Disebutkan oleh Suharsimi Arikunto dalam Evaluasi Program Pendidikan, bahwa disebutkan dalam kamus Oxford, evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.10 Evaluasi dapat dikatakan sebagai suatu proses guna melihat suatu perencanaan dapat terbangun sesuai harapan awal atau tidak sesuai.11 Sedangkan Hayati menyatakan bahwa evaluasi dapat diartikan sebagai
9Rohmad,
Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian,Purwokerto, STAIN Press, 2003,h 46 10Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2, Jakarta : Bumi Aksara, 2013, hal. 325. 11Zinal Abidin, Evaluasi Pembelajaran,Jakarta,Rineka Cipta, 2010, h. 3
14
15
suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan”.12 Evaluasi juga dapatkan dikatakan dengan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dengan tujuan menentukan kualiatas (nilai atau arti) dari pada sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu”.13 Pandangan tentang fungsi evaluasi dikemukakan oleh Edward Sallis dalam Total Quality Management in Education bahwa: The function of evalution at each stage is different. Too often evalution is seen as having prevention as its main purpose. It is a means of discovering what went right and wrong and using the information to improve things next time round, which in education usually means next year. Preventing things from happening again14 Berdasarkan kutipan di atas, dapat diartikan bahwa fungsi evaluasi pada masing-masing tahap berbeda satu sama lainnya. Evaluasi sering dilihat sebagai sebuah upaya pencegahan. Ia bertujuan untuk menemukan apa yang benar dan apa yang salah, serta menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan kinerja di masa
12
Mardiyah Hayati, Desain Pembelajaran (Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau, 2009), h. 51 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta, Bumi Aksara, 2008), h. 180 14 Edward Sallis. 2008. Total Quality Management In Education (alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi). Jogjakarta : IRCiSoD, h. 132. 13
16
yang akan datang. Pencegahan dari kesalahan agar tidak terulang kembali merupakan fungsi evaluasi yang valid, namun ia memiliki kekurangan yang mendasar. Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (Appraisal), pemberian angka (Rating) dan penilaian (Assesment), kata-kata yang menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang spesifik evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai.15 Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan. Pertama, dan yang paling penting, evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja kebijakan. Kedua, evaluasi memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target.16 Melalui penjabaran tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa Evaluasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penilaian terukur atas suatu kegiatan yang disusun secara sistematis. Dimana hasil dari penilaian tersebut dapat digunakan untuk pertimbangan dan perbaikan
15
Fattah Nanang, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), 234. Dunn William, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi Kedua, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2005), 609-610. 16
17
atas kriteria-kriteria penunjang kegiatan/hal tersebut di masa yang akan datang. Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu tertentu.17 Ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum “program” dapat diartikan sebagai rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus. Dalam artikelnya yang berjudul A theory-driven evaluation perspective
on
mixed
methods
research,
Huey
Tsyh
Chen
mengemukakan pengertian teori program sebagai berikut. Program theory is defined as a set assumption of explicit and/or implicit held by stakeholders about what actions are required to solve a social problem and why the problem will respond to these actions. A program theory is the stakeholders’ theory. However, stakeholders usually do not clearly and systematically document their program theories. In conducting theory-driven evaluations, evaluators need to facilitate stakeholders’ clarification of their program theories.18 Maka dapat dikatakan bahwa suatu pemahaman yang terlihat maupun tidak terlihat yang dibuat oleh pembuat keputusan,yang berisikan kegiatan untuk pemecahan suatu masalah yang dimana
17
Suharsimi Arikunto,Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksiara, 2009), h. 3 Jody L. Fitzpatrick, Program Evaluation, Alternative Approaches And Practical Guidelines, (United States, Pearson, 2004). h 54 18
18
masalah tersebut berkaitan dengan program yang dibuat. Program tersebut diharuskan memiliki beberapa teori-teori pendukung yang biasanya bermuatkan sistematika pembentuk program yang mampu memfasilitasi evaluator untuk mengevaluasi program tersebut Menurut John L Herman dalam Tayibnapis (1989) program adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau manfaat. Menurut Suharsimi Arikunto (2004) program dapat dipahami dalam dua makna yaitu secara umum dan khusus.19. Secara umum, program dapat diartikan dengan rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Sedangkan pengertian secara khusus dari program biasanya dikaitkan dengan evaluasi yaitu suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompok orang20 Menurut Kirkpatrick yang dikutip oleh Udiutomo, Evaluasi program dapat dimaknai sebagai Sebuah proses untuk mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing
19 20
Mintarti, dkk., Zakat & Empowering,Jurnal Pemikiran dan Gagasan,vol 2,2009, h. 23. Ibid,
19
komponennya melalui rangkaian informasi yang diperoleh evaluator21. ris Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program.22
Evaluasi
program
juga
merupakan
upaya
untuk
mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung pencapaian tujuan program.23 Evaluasi program dikembangkan dari evaluasi secara umum, yaitu proses pengumpulan data, analisis, dan digunakannya untuk pengambilan keputusan terhadap objek ataupun subyek
yang
dievaluasi.
Selain
itu
evaluasi
program
juga
dikembangkan dari berbagai pilar manajemen atau pengelolaan yang lebih spesifik, yaitu pilar monitoring, evaluasi, dan control.24 Dalam dunia pendidikan, evaluasi program dapat diartikan dengan kegiatan supervisi dan supervisi sekolah dapat diartikan sebagai evaluasi program. Dapat disimpulkan bahwa: Evaluasi program pendidikan tidak lain adalah supervisi pendidikan, pendidikan dalam pengertian khusus, tertuju pada lembaga secara keseluruhan.25
21
Udiutomo, dkk., Zakat & Empowering,Jurnal Pemikiran dan Gagasan,vol 2,2009, h. 70 ArikuntoSuharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi 2, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), hal. 325.. 23 Ibid,,h.17 24Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2015),h. 9 25 Arikunto Suharsimi dan Safrudin Cepi, Evaluasi Program Pendidikan (Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan), Edisi Kedua (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), 21 22
20
Maka dapat peneliti simpulkan bahwa evaluasi program dapat dikatakan sebagai sebuah penilaian terstruktur yang dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan dan efektivitas dari suatu rangkaian kegiatan. 2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini, Feurstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan26: a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai. b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program. c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik. d. Mengidentifikasi
kekurangan
dan
kelebihan.
Agar
dapat
memperkuat program itu sendiri. e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang terjadi setelah diterapkan suatu program.
26Isbandi
Rukminto Adi, Pemberdayaan pengembangan masyarakat dan intervensi komunitas: (pengantar pada pemikiran dan pendekatan praktis), (Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,2001). h.188
21
f.
Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.
g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik. h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik. i.
Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.
j.
Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal. Adapun evaluasi program juga memiliki beberapa manfaat-
manfaat dalam pelaksanaannya. Diantaranya:27 a. Mendokumentasikan kejadian; b. Mencatat perubahan siswa; c. Mendeteksi daya kelembagaan; d. Menempatkan kesalahan bagi permasalahan; e. Membantu membuat keputusan administratif;
27
Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim (Jakarta: Daarus Sunnah, 2007). h. 293
22
f.
Memfasilitasi aksi perbaikan;
g. Meningkatkan pemehaman kita terhadap pembelajaran. Masing-masing tujuan dan manfaat ini berhubungan secara langsung atau tidak pada nilai suatu program dan mungkin suatu tujuan legitimasi untuk studi evaluasi tertentu. Hal ini sangatlah penting untuk disadari bahwa masing masing tujuan membutuhkan data yang terpisah: semua tujuan tidak dapat disajikan dengan pengumpulan data tunggal. 3. Prinsip-prinsip Evaluasi Program Dalam mendesain dan melakukan proses atau kegiatan evaluasi seorang evaluator hendaknya mempertimbangkan prinsipprinsip berikut:28 1. Prinsip berkesinambungan (continuity): Maksud Prinsip ini adalah kegiatan evaluasi dilaksanakan secara terus-menerus. Evaluasi tidak hanya dilakukan sekali setahun atau sekalu setiap semester, melainkan evaluasi juga dilakukan secara berkelanjutan mulai dari proses pembelajaran sampai siswa tersebut menampatkan studinya di Lembaga tersebut.
28
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta, Bumi Aksara, 2009), h. 180
23
2. Prinsip menyeluruh (comprehensive): Prinsip ini maksudnya adalah dalam melakukan evaluasi haruslah melihat keseluruhan dari aspek kognitif, apektif, dan psikomotorik. 3. Prinsip objektivitas (objektivity): maksudnya adalah menilai proses pembelajaran dan siswa secara objektif berdasarkan keadaan yang sesungguhnya, bukan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. 4. Prinsip valididitas (validity): artinya evaluasi yang dilakukan harus menggunakan alat ukur yang shahih. yaitu alat ukur yang telah teruji dapat mengukur objek dengan sebenar-benarnya. 4. Model Evaluasi Program Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap pembuatannya.29 Kaufman dan Thomas sebagaimana dikutip oleh Suharsimi Arikunto membedakan model evaluasi menjadi tujuh, yaitu30 : a. Goal Orinted Evaluation Model Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus
29
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Pelatihan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2008), hal. 13. 30 ArikuntoSuharsimi, Evaluasi Program Pendidikan, hal.41-48
24
menerus, mencek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. b. Goal Free Evaluation Model Yang perlu diperhatikan dalam program ini adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasi penampilanpenampilan yang terjadi, baik hal-hal positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal negatif (yang sebetulnya tidak diharapkan). c. Formatif-Summatif Evaluation Model Model ini menunjuk adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (disebut evaluasi sumatif). d. Countenance Evaluation Model Model
ini
dikembangkan
oleh
Stake.
Model
menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu
Stake (1)
deskripsi (description), dan (2) pertimbangan (judgments); serta membedakan adanya tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu (1) anteseden
(antecedents/context),
(2)
transaksi
(transaction/process), dan (3) keluaran (output-outcomes). e. CSE-UCLA Evaluation Model
25
Ciri dari model CSE-UCLA adalah adanya lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi, yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak. f. Discrepancy Model Model yang dikembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan model yang menekankan pada pandangan adanya kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Evaluasi program yang dilakukan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap komponen. g. CIPP Evaluation Model Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam, dkk. di Ohio State University. CIPP merupakan singkatan, yaitu: Context evaluation (evaluasi terhadap konteks), Input evaluation (evaluasi terhadap masukan), Process evaluation (evaluasi terhadap proses), Product evaluation (evaluasi terhadap hasil). 30 Model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Jika tim evaluator sudah menentukan model CIPP sebagai model yang akan digunakan untuk mengevaluasi program yang ditugaskan maka harus menganalisis komponennya.
program
tersebut
berdasarkan
komponen-
26
B. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan
karakter
kini
memang
menjadi
isu
utama
pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Di lingkungan Kemendiknas sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinannya. Kata pendidikan yang Bahasa Inggrisnya “Education” berarti pendidikan, kata yang semakna dengan education dalam bahasa latinnya adalah educare. Secara etimologi kata educare dalam memiliki konotasi melatih. Dalam dunia pertanian kata educere juga bisa diartikan sebagai menyuburkan (mengolah tanah agar menjadi subur dan menumbuhkan tanaman yang baik). Pendidikan juga bermakna
sebuah
proses
yang
membantu
menumbuhkan,
mendewasakan, mengarakan, mengembangkan berbagai macam
27
potensi yang ada dalam diri manusia agar dapat berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya juga lingkungan sekitarnya.31 Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan.32 Sekolah
merupakan
lembaga
akademik
dengan
tugas
utamanya menyelenggarakan pendidikan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni. Tujuan pendidikan, sejatinya tidak hanya
mengembangkan
keilmuan,
tetapi
juga
membentuk
kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter. Oleh sebab itu, berbagai program dirancang dan diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, terutama dalam rangka pembinaan karakter.
31
D. Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri (Yogyakarta : Pelangi Publishing, 2010), h.1 32 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensial ( Jakarta: Bumi Aksara. 2011), h.69
28
Istilah
karakter
dipakai
secara
khusus
dalam
konteks
pendidikan baru muncul pada akhir abad-18, dan untuk pertama kalinya dicetuskan oleh pedadogik Jerman F.W.Forester.33 Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Istilah karakter juga dianggap sama dengan kepribadian atau ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seorang 34 Dalam wacana pendidikan Barat, telah cukup lama dikenal dua istilah yang hampir sama bentuknya dan sering dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu paedagogie dan paedogogiek. Paedagogie artinya
“pendidikan”,
pendidikan”.35
Sjarkawi
sedangkan
paedogogiek,
menyatakan
dalam
berarti
bukunya
“ilmu bahwa
Paedogogiek atau ilmu pendidikan adalah menyelidiki dan merenungkan gejala-gejala atau fenomenafenomena perilaku dalam mendidik.Istilah tersebut berasal dari 33
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), h.79 34 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Membangun Jatidiri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h.11 35 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), h.1
29
bahasa Yunani yang asal katanya adalah Paedagogia, yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Secara etimologis, paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (peneliti membimbing, memimpin). Dengan demikian, paedagogos berarti peneliti membimbing anak.36 Studi tentang karakter telah lama menjadi pokok perhatian para psikolog, pedagog, dan pendidik. Apa yang disebut karakter bisa dipahami secara berbeda-beda oleh para pemikir sesuai penekanan dan pendekatan mereka masing-masing. Oleh karena itu, memang tidak mudah menentukan secara definitif apa yang dimaksud dengan karakter. Secara etimologi, akar kata karakter dapat dilacak dari bahasa Inggris: character; Yunani: character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam.37 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dimana karakter diartikan sebagai: Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yg membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter juga bisa diartikan tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan.Karakter juga diartikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau kepribadian.38
36
Ibid., h.2 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 2000), h.392 38 Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h.20 37
30
Doni Koesoema memahami bahwa istilah karakter, berasal dari bahasa Yunani “karasso”. Yang berarti cetak biru, format dasar. Ia melihat ada dua makna interpretasi dari karakter, yaitu pertama, sebagai kumpulan kondisi yang telah diberikan begitu saja, atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang demikian dianggap sebagai sesuatu yang telah ada dari lahir (given). Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai tingkat kekuatan melalui mana seseorang individu mampu menguasai kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebutnya sebagai sebuah proses yang dikehendaki (wiled).39
M.
Furqon
Hidayatullah
mengutip
dari
Rutland
yang
mengemukakan bahwa Karakter berasal dari akar kata bahasa Latin yang berarti "dipahat". Sebuah kehidupan, seperti sebuah blok granit dengan hati-hati dipahat atau pun dipukul secara sembarangan yang pada akhirnya akan menjadi sebuah mahakarya atau puingpuing yang rusak. Karakter, gabungan dari kebajikan dan nilainilai yang dipahat di dalam batu hidup tersebut, akan menyatakan nilai yang sebenarnya.40 Berdasarkan pilar yang disebutkan oleh Suyanto, pengertian pendidikan Karakter lebih terkait dengan pilar-pilar sebagai berikut, yaitu cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, hormat dan santun, dermawan, suka tolong menolong/kerjasama, baik dan rendah
39
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter : Strategi Mendidik Anak di Zaman Global (Jakarta: Gramedia, 2010), h.90-91 40 M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter : Membangun Peradaban Bangsa (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010),h.12
31
hati. Itulah sebabnya, ada yang menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti atau akhlak mulia.41 Pendidikan karakter dapat di definisikan sebagai suatu metode untuk mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan prilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan bernegara. Serta membantu mereka utnuk mampu membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan.42 Pendidikan karakter dapat disamakan dengan pendidikan budi pekerti. Dimana tujuan budi pekerti adalah untuk mengembangkan watak atau tabi’at siswa dengan cara menghayati nilai-nilai keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral hidupnya melalui kejujuran, dapat dipercaya, dan kerjasama yang menekankan ranah efektif (perasaan, sikap) tanpa meninggalkan ranah kognitif (berfikir rasional) dan ranah psikomotorik (ketrampilan, terampil mengolah data, mengemukakan pendapat dan kerjasama). Seseorang dapat dikatakan berkarakter atau berwatak jika terlah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan dalam hidupnya.43
Hamzah Ja’cub, Etika Islam(Jakarta: Publicita, 1978), h.10 ibid., h.2 43 Nurul Zuhriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h.19 41 42
32
Pendidikan Karakter dapat dikatakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mengaplikasikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga mereka dapat memberikan sumbangsih yang positif kepada lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada anak-anak adalah nilai-nilai universal yang mana seluruh agama, tradisi, dan budaya pasti menjunjung tinggi nila-nilai tersebut. Nilai-nilai universal ini harus dapat menjadi perekat bagi seluruh anggota masyarakat walaupun berbeda latar belakang budaya, suku, dan agama.44 Yudi Latif mengutip Thomas Lickona yang mengatakan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sengaja untuk menolong orang agar memahami, peduli akan, dan bertindak atas dasar nilai-nilai etis. Lickona menegaskan bahwa tatkala kita berfikir tentang bentuk karakter yang ingin ditunjukkan oleh anak-anak, teramat jelas bahwa kita menghendaki mereka mampu menilai apa yang benar, peduli tentang apa yang benar, serta melakukan apa yang diyakini benar, bahkan ketika menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam.45
44
Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter Solusi Yang Tepat Untuk Membangun Bangsa, Cet. II (Jakarta: Indonesia heritage Foundation, 2007), h.93 45 Yudi Latif, “Hancurnya Karakter Hancurnya Bangsa, Urgensi Pendidikan Karakter” dalam Majalah Basis, Edisi Juli – Agustus 2007, h.40
33
Pendidikan karakter juga dikatakan sebagai sebuah proses tranformasi
nilai-nilai
kehidupan
kehidupan
untuk
di
tumbuh
kembangkan dalam keperibadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai,
2)
ditumbuh kembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam perilaku.46 Dalam
pemahaman
umum
kemasyarakatan,
Pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “The deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan)
harus
dilibatkan,
termasuk
komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan
aktivitas
atau
kegiatan
kokurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
46
Mohammad Fakhry Gaffar, Pendidikan Karakter Berbasis Islam (Jogjakarta: Makalah Workshop Pendidikan Karakter Berbasis Agama. 22 Juli 2010),h.4
34
seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter47 Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karena itu, muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behaviour.48 Secara praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai kebaikan kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), sesama manusia, lingkungan, maupun nusa dan bangsa sehingga menjadi manusia paripurna (insan kamil). Pendidikan karakter di lembaga pendidikan (sekolah) perlu melibatkan berbagai komponen terkait yang didukung oleh proses
47
Dirjen Dikdasmen Kemendiknas, Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama (Jakarta : Dirjen Dikdasmen Kemendiknas, 2010), h.9 48 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter, h.36-37
35
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan warga sekolah, pengelolaan perkuliahan, pengelolaan berbagai kegiatan peserta didik, pemberdayaan sarana dan prasarana. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.49 Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu
secara
pengetahuannya,
mandiri mengkaji
meningkatkan dan
dan
menggunakan
menginternalisasi
serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
49
Dirjen Dikdasmen Kemendiknas, Pembinaan Pendidikan Karakter, h.4-5
36
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.50 Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.51 Melalui
kegiatan
ekstra
kurikuler
diharapkan
dapat
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik
50 51
Ibid.,h.4 Ibid., h.6
37
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.52 Berdasarkan Grand Design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses
dikelompokkan
psikologis dalam:
dan
Olah
sosial-kultural
Hati
(Spiritual
tersebut and
dapat
emotional
development), Olah Pikir (Intellectual Development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and Kinestetic Development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity Development).
52
Ibid., h.8
38
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 2. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan karakter adalah mendorong lahirnya anakanak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar, dan cenderung memiliki tujuan hidup. Meletakkan tujuan pendidikan karakter dalam rangka tantangan di luar kinerja pendidikan, seperti situasi kemorosotan moral dalam masyarakat yang melahirkan adanya kultur kematian sebagai penanda abad, memang bukan merupakan landasan yang kokoh bagi pendidikan karakter itu sendiri. Sebab dengan demikian, pendidikan karakter memperhambakan demi tujuan korektif, kuratif situasi masyarakat. Sekolah bukanlah lembaga demi reproduksi nilai-nilai
39
sosial, atau demi kepentingan korektif bagi masyarakat di luar dirinya, melainkan juga mesti memiliki dasar internal yang menjadi ciri bagi lembaga pendidikan itu sendiri.53 Manusia secara natural memang memiliki potensi di dalam dirinya untuk bertumbuh dan berkembang mengatasi keterbatasan dirinya dan keterbatasan budayanya. Di lain pihak manusia juga tidak dapat abai terhadap lingkungan sekitar dirinya. Tujuan pendidikan karakter mestinya diletakkan dalam kerangka gerak dinamis dialektis, berupa tanggapan individu atas implus natural (fisik dan psikis), sosial, kultural yang melingkupinya, untuk dapat menempa diri menjadi sempurna
sehingga
potensi-potensi
yang
ada
dalam
dirinya
berkembang secara penuh yang membuatnya semakin menjadi manusiawi54. Semakin menjadi manusiawi berarti ia juga semakin menjadi mahluk yang mampu berelasi secara sehat dengan lingkungan di luar dirinya tanpa kehilangan otonomi dan kebebasannya sehingga dia menjadi manusia yang bertanggung jawab. Untuk ini, ia perlu memahami dan menghayati nilai-nilai yang relevan bagi pertumbuhan dan penghargaan harkat dan martabat manusia yang tercermin dalam
53
Wina Sanjaya, Teori dan Perkembangan anak. (Jakarta: Gramedia Citra, 2008), h.29 Doni Koesoema. 2007. Pendidikan Karakter: Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.h.134 54
40
usaha dirinya untuk menjadi sempurna melalui kehadiran orang lain dalam ruang dan waktu yang menjadi ciri drama singularitas historis tiap individu. Dengan menempatkan pendidikan karakter dalam kerangka dinamika dan dialektika proses pembentukan individu, para insan pendidik diharapkan semakin dapat menyadari pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk pedoman perilaku, pengayaan nilai individu dengan cara menyediakan ruang bagi figur keteladanan bagi anak didik dan menciptakan sebuah lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa, kenyamanan, keamanan yang membantu suasana pengembagan diri satu sama lain dalam keseluruhan dimensinya (teknis, intelektual, psikologis, moral, sosial, estetis, dan religius). 3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Kemendiknas
mengungkapkan
bahwa
nilai-nilai
yang
dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa berasal dari beberapa sumber berikut: yaitu agama, pancasila, budaya, dan tujuan Pendidikan Nasional. Agama menjadi sumber pendidikan karakter karena Indonesia merupakan negara yang beragama sehingga nilai yang terkandung dalam agamanya dijadikan dasar dalam membentuk karakter. Pancasila digunakan sebagai sumber
41
karena pancasila adalah daar negara sehingga nilai-nilai pancasila menjadi sumber pendidikan karakter. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam suku bangsa dan budaya sehingga nilai-nilai budaya dalam masyarakat menjadi sumber dalam pendidikan karakter. Tujuan Pendidikan Nasional menjadi sumber pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter dikarenakan semua bentuk pendidikan tidak boleh bertentangan dengan tujuan Pendidikan Nasional. Keempat sumber tersebut menjadi dasar pengembangan nilai-nilai lainnya yang akan dikembangkan dalam pendidikan karakter dan budaya bangsa.55 Berdasarkan keempat sumber itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut: Tabel 2.1 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter NO 1
NILAI Religius
DESKRIPSI Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan rukun dengan
.
pemeluk agama lain
2
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan
55
Kemendiknas, Kerangka Acuan Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kemendiknas), hlm. 7-10
42
NO 3
NILAI Toleransi
DESKRIPSI Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang ain yang berbeda dari dirinya.
4
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5
Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkanupaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya.
6
Kreatif
Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
7
Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dala menyelesaikan tugas-tugas.
8
Demokrasi
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9
Rasa
Ingin Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
Tahu
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10
Semangat Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsan dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11
Cinta Tanah Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan Air
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
43
NO
NILAI
DESKRIPSI
12
Menghargai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
Prestasi
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13
Bersahabat/ Komunikatif
14
Cinta Damai
Tindakan yang memperliatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15
Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu
untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16
Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi.
17
Peduli Sosial
18
Tanggung Jawab
Sikap dan tindakan yeng selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri endiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
44
Sumber : Kemendiknas (2010)56 Dari ke-18 nilai budaya dan karakter bangsa tersebut, peneliti hanya akan memfokuskan pada pelaksanaan nilai karakter yang hubungannya dengan Tuhan, yaitu Nilai Religius. Nilai religius merupakan salah satu faktor pengendalian terhadap tingkah laku yang dilakukan siswa karena nilai religus selalu mewarnai dalam kehidupan manusia setiap hari. Peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan kegiatan keagamaan yang berhubungan dengan nilai religius sebagai penanaman pendidikan karakter berbasis pembiasaan di SMAN 65 Jakarta. Adapun nilai-nilai karakter menurut Jamal Ma’mur Asmani adalah sebagai berikut:57 1. Nilai karakter yang hubungannya dengan Tuhan 1) Nilai ini bersifat religius artinya Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai keTuhanan atau ajaran agama. 2. Nilai karakter yang hubungannya dengan diri sendiri
56
Ibid Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Jogjakarta: Diva Press, 2011), 36-4 57
45
1) Jujur artinya Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. 2) Bertanggung Jawab artinya Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan
tugas
dan
kewajibannya,
yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 3) Bergaya Hidup Sehat artinya segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. 4) Disiplin artinya Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5) Kerja Keras adalah Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya. 6) Percaya Diri adalah Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
46
7) Berjiwa Wirausaha adalah Sikap dan tindakan yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. 8) Berpikir Logis, Kritis, Kreatif, dan Inovatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 9) Mandiri adalah Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 10) Ingin Tahu adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar. 11) Cinta
Ilmu Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa 3. Nilai Karakter Yang Hubungan dengan Sesama 1) Sadar Hak dan Kewajiban Diri dan Orang Lain adalah Sikap tahudan mengerti serta melaksanakan sesuatu yang menjadi
47
milik atauhak diri sendiri dan orang lain, serta tugas atau kewajiban dirisendiri dan orang lain. 2) Patuh pada Aturan-aturan Sosial adalah Sikap menurut dan taatterhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. 3) Menghargai Karya dan Prestasi Orang Lain adalah Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain. 4) Santun Sikap yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata perilakunya kepada semua orang. 5) Demokrasi Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 4. Metode-Metode Pendidikan Karakter Pendidikan Karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman nilai, pendidikan karakter agar dapat di sebut integral dan utuh mesti perlu juga mempertimbangkan berbagai macam metode yang bisa membantu mencapai idealisme dan tujuan pendidikan karakter. Metode ini bisa menjadi unsur-unsur yang sangat penting bagi sebuah proyek pendidikan karakter di sekolah. Pendidikan karakter yang mengakarkan dirinya pada konteks sekolah akan
48
mampu menjiwai dan mengarahkan sekolah pada penghayatan pendidikan karakter yang realistis, konsisten, dan integral. Ada lima metode pendidikan karakter yang bisa kita terapkan dalam sekolah:58 a. Mengajarkan Metode pendidikan karakter yang dimaksud dengan mengajarkan di sini adalah memberikan pemahaman yang jelas tentang apa itu kebaikan, keadilan, dan nilai, sehingga peserta didik memahami apa itu di maksud dengan kebaikan, keadilan dan nilai. Ada beberapa fenomena yang Kadang kala di masyarakat, seseorang tidak memahami apa yang dimaksud dengan kebaikan, keadilan, dan nilai secara konseptual, namun dia mampu mempraktikkan hal tersebut dalam kehidupan mereka tanpa di sadari. Perilaku berkarakter memang mendasarkan diri pada tindakan sadar si pelaku dalam melaksanakan nilai. Meskipun mereka belum memiliki konsep yang jelas tentang milai-nilai karakter yang telah dilakukan, untuk itulah, sebuah tindakan dikatakan bernilai jika seseorang itu melakukannya dengan bebas, sadar, dan dengan pengetahuan yang cukup tentang apa yang dilakukannya. Salah satu unsur yang vital dalam pendidikan
58
Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter, h.212-217
49
karakter adalah mengajarakan nilai-nilai itu, sehingga anak didik mampu dan memliki pemahaman konseptual tentang nilai-nilai pemandu
prilaku
yang
bisa
dikembangkan
dalam
mengembangkan karakter pribadinya. b. Keteladanan Anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat (verba movent exempla trahunt). Pendidikan karakter merupakan tuntutan yang lebih terutama bagi kalangan pendidik sendiri. Karena pemahaman konsep yang baik tentang nilai tidak akan menjadi siasia jika konsep yang sudah tertata bagus itu tidak pernah ditemui oleh anak didik dalam praksis kehidupan sehari hari. Keteladanan memang menjadi salah satu hal klasik bagi berhasilnya sebuah tujuan pendidikan karakter, guru adalah jiwa bagi pendidikan karakter itu sendiri karena karakter guru (mayoritas) menentukan warna kepribadian anak didik. Indikasi adanya keteladanan dalam pendidikan karakter adalah adanya model peran dalam diri insan pendidik yang bisa diteladani oleh siswa sehingga apa yang mereka pahami tentang nilai-nilai itu memang bukan sesuatu yang jauh dari kehidupan mereka, melainkan ada di dekat mereka dan mereka dapat menemukan peneguhan dalam perilaku pendidik.
50
c. Menentukan prioritas Sekolah sebagai lembaga memiliki prioritas dan tuntutan dasar ata karakter yang ingin diterapkandi lingkungan mereka. Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpusan nilai yang di anggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi atas visi dan misi lembaga pendidikan, oleh karena itu, lembaga pendidikan mesti menentukan tuntunan standar atas karakter yang akan di tawarkan kepada peserta didik sebagai bagian kinerja kelembagaan mereka. Demikian juga jika lembaga pendidikan ingin menentukan sekumpulan prilaku standart, maka prilaku standar yang menjadi prioritas khas lembaga pendidkan tersebut harus dapat diketahui dan di pahami oleh anak didik, orang tua, dan masyarakat. Tanpa adanya prioritas yang jelas, proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter akan menjadi tidak jelas. Ketidakjelasan tujuan dan tata cara evaluasi pada gilirannya akan memandulkan keberhasilan program pendidikan karakter di sekolah karena tidak akan terlihat adanya kemajuan atau kemunduran. Oleh karena itu, prioritas akan nilai pendidikan karakter ini mesti dirumuskan dengan jelas dan tegas, diketahui oleh setiap pihak yang terlibat dalam proases pendidikan tersebut. Prioritas ini juga harus diketahui oleh siapa saja yang berhubngan langsung
51
dengan lembaga pendidikan. Pertama-tama kalangan elit sekolah, staff pendidik, administrasi, karyawan lain, kemudian dikenalkan kepada anak didik, orang tua siswa, dan dipertanggung jawabkan di hadapan masyarakat. Sekolah sebagai lembaga publik di bidang pendidikan, memiliki
tanggung
jawab
untuk
memberikan
laporan
pertanggungjawaban kinerja pendidikan mereka secara transparan kepada pemangku kepentingan, yaitu masyarakat luas. d. Praksis prioritas Unsur lain yang tak kalah pentingnya bagi pendidikan karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter tersebut. Ini sebagai tuntutan lembaga pendidikan atas prioritas nilai yang menjadi visi kinerja pendidikannya, sekolah sebagai lembaga pendidikan mesti mampu membuat verifikasi sejauh mana visi sekolah telah dapat direalisasikan dalam lingkup pendidikan skolastik melalui berbagai macam unsur yang ada di dalam lembaga pendidikan itu sendiri. Verifikasi atas tuntutan di atas adalah bagaimana pihak sekolah
menyikapi
pelanggaran
atas
kebijakan
sekolah,
bagaimana sanksi itu diterapkan secara transparan sehingga menjadi praksis secara kelembagaan. Realisasi visi dalam
52
kebijakan
sekolah
merupakan
salah
satu
cara
untuk
mempertanggungjawabkan pendidikan karakter itu di hadapan publik. Sebagai contoh konkritnya dalam tataran praksis ini adalah, jika sekolah menentutkan nilai demokrasi sebagai nilai pendidikan karakter, maka nilai demokrasi tersebut dapat diverifikasi melalui berbagai macam kebijakan sekolah, seperti apakah corak kepemimpinan telah dijiwai oleh semangat demokrasi, apakah setia individu dihargai sebagai pribadi yang memilliki hak yang sama dalam membantu mengembangkan kehidupan di sekolah dan lain sebagainya. e. Refleksi Refleksi adalah kemampuan sadar khas manusiawi. Dengan kemampuan sadar ini, manusia mampu mengatasi diri dan meningkatkan kualitas hidupnya agar menjadi lebih baik. Jadi pendidikan karakter setelah melewati fase tindakan dan praksis perlu diadakan semacam pendalaman, refleksi, untuk melihat sejauh mana lembaga pendidikan telah berhasil atau gagal dalam melaksanakan pendidikan karakter. Keberhasilan dan kegagalan itu lantas menjadi sarana untuk meningkatkan kemajuan yang dasaranya adalah pengalaman itu tersendiri, oleh karena itu perlu
53
dilihat apakah siswa setelah memperoleh kesempatan untuk belajar dari pengalaman dapat menyampaikan refleksi pribadinya tentang nila-nilai tersebut dan membagikannya dengan teman sejawatnya, apakah ada diskusi untuk semakin memahami nilai pendidikan karakter yang hasilnya bisa diterbitkan dalam jurnal, atau koran sekolah. 5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Karakter Zubaedi mengemukakan bahwa Faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:59 a. Faktor Insting (Naluri) Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. 25 Insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku, seperti naluri makan, berjodoh, keibubapakan, berjuang, ber-Tuhan, insting ingin tahu dan memberitahu, insting takut, insting suka bergaul dan insting meniru. Semua insting tersebut merupakan paket yang inheren dengan kehidupan manusia yang secara fitrah sudah ada tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu, dengan potensi naluri itulah
M. Anis Matta, Membentuk Karakter Cara Islam, (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat, 2006), hlm. 35 59
54
manusia dapat memproduk aneka corak perilaku sesuai dengan corak instingnya. b. Faktor adat/ kebiasaan. Adat/ kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Seperti berpakaian, tidur, olaraga dan sebagainya. c. Faktor keturunan. Keturunan sangat mempengaruhi karakter atau sikap seeorang secara langsung atau tidak langsung. Faktor keturunan tersebut terdiri atas warisan khusus kemanusiaan, warisan suku atau bangsa, dan warisan khusus dari orang tua. Adapun sifat-sifat yang biasa diturunkan ada dua macam yakni sifat-sifat jasmaniah dan sifat-sifat rohaniah. d. Faktor lingkungan. Lingkungan adalah suatu yang melingkupi tubuh yang hidup, meliputi tanah dan udara, sedangkan manusia adalah yang mengelilinginya seperti negeri, lautan, udara dan masyarakat. Lingkungan itu dibagi menjadi dua yakni: 1) Lingkungan alam
55
Lingkungan
alam
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi dalam menentukan tingkah laku seseorang, karena
lingkungan
mematangkan
alam
pertumbuhan
dapat bakat
mematahkan yang
dibawa
atau oleh
seseorang. Jika kondisi alamnya jelek, akan dapat menjadi perintang dalam mematangkan bakat seseorang. Namun sebaliknya jika kondisi alam itu baik, maka seseorang akan dapat berbuat dengan mudah dalam menyalurkan persediaan yang dibawanya. Dengan kata lain, kondisi lingkungan alam ikut mencetak akhlak manusia yang dipangkunya. 2) Lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan merupakan interaksi seseorang kepada manusia lainnya, oleh karena itu manusia hendaknya bergaul dengan yang lainnya. Yang mana dalam pergaulan ini akan terjadi saling mempengaruhi dalam pikiran, sifat, dan tingkah laku manusia. Lingkungan pergaulan dibagi menjadi enam macam yakni: lingkungan dalam rumah tangga, lingkungan sekolah, lingkungan
pekerjaan,
lingkungan
organisasi
jamaah,
56
lingkungan kehidupan ekonomi, dan lingkungan pergaulan yang bersifat umum dan bebas. Dari uraian tersebut bahwa keberhasilan pendidikan karakter dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yakni Sesutu yang ada pada diri seseorang dan faktor eksternal yakni faktor yang diakibatkan pengaruh dari luar. 6. Proses Pembentukan Karakter Proses pembentukan karakter tidak mudah dilakukan, oleh karena itu dibutuhkan suatu lembaga pendidikan atau lembaga sosial yang menangani secara khusus pembentukan karakter pada anak. Pendidikan yang mengawali pembentukan karakter tersebut antara lain dapat dilakukan di sekolah dasar sebagai lembaga resmi awal pembelajaran seorang anak. Nilai-nilai agama memang tidak selalu memiliki kualifikasi nilai moral yang mengikat semua orang, namun nilai-nilai agama dapat menjadi dasar kokoh bagi individu dalam kerangka perkembangan kehidupan moralnya. Sebab, ada nilai-nilai agama yang selaras dengan nilai-nilai moral. Pada lingkungan keluarga, orang tua atau wali mengupayakan pendidikan karakter melalui kegiatan keseharian di rumah, untuk memperkuat hasil pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah.
57
Pada lingkungan masyarakat, tokoh-tokoh atau pemuka masyarakat mengupayakan pendidikan karakter melalui kegiatan keseharian di tengah-tengah
masyarakat
sebagai
upaya
memperkuat
hasil
pendidikan karakter di sekolah dan keluarga.60 Keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi pihak lain untuk memperbaikinya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat masyarakat yang tidak berkarakter. Pada sisi lain, orang tua perlu mengawasi pergaulan anak, karena akan berpengaruh pada kepribadian anak. Karakter itu tidak dapat dikembangkan secara cepat dan segera (intant), tetapi harus melewati suatu proses yang panjang, cermat, dan sistematis. Berdasarkan perspektif yang berkembang dalam sejarah pemikiran manusia, pendidikan karakter harus dilakukan berdasarkan tahap-tahap perkembangan sejak usia dini sampai dewasa. Setidaknya, berdasarkan pemikiran psikolog Kohlberg dan ahli pendidikan dasar Marlene Lockheed yang dikutip oleh Abdul Majid dan
60
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsespsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 202-203
58
Dian, terdapat empat tahap pendidikan karakter yang perlu dilakukan, yaitu:61 a. Tahap “pembiasaan” sebagai awal perkembangan karakter anak. b. Tahap pemahaman dan penalaran terhadap nilai, sikap, perilaku, dan karakter siswa. c. Tahap penerapan berbagai perilaku dan tindakan siswa dalam kenyataan sehari-hari d. Tahap pemaknaan, suatu tahap refleksi dari para siswa melalui penilaian terhadap seluruh sikap dan perilaku yang telah dipahami dan lakukan serta bagaimana dampak dan kemanfaatannya dalam kehidupan baik bagi dirinya maupun orang lain. Character Education Quality Standards, merekomndasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebagai berikut62: a. Mempromosikan nilai-nilai dasar dan etika sebagai basis karakter. b. Mengidentifikasi karakter secara komperhensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.
61
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2011), hlm. 108 62
Ibid,hal 109
59
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif, untuk membangun karakter. d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik. f.
Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa. h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama. i.
Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
j.
Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guruguru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa. Salah satu metode atau cara yang tepat dalam penanaman karakter peserta didik adalah dengan melakukan pembiasaan-
60
pembiasaan kepada siswa. Metode pembiasaan ini bertujuan untuk membiasakan peserta didik berperilaku terpuji, disiplin dan giat belajar, kerja keras dan ikhlas, jujur dan tanggung jawab atas segala tugas yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan oleh guru dalam rangka pembentukan karakter untuk membiasakan peserta didik melakukan perilaku terpuji (akhlak mulia).63 Pendidikan dengan pembiasaan menurut Mulyasa dapat dilaksanakan secara terprogram dalam pembelajaran atau dengan tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan pembiasaan dalam pembelajaran secara terprogram dapat dilaksanakan dengan perencanaan
khusus
dalam
kurun
waktu
tertentu,
untuk
mengembangkan pribadi peserta didik secar individu dan kelompok. Adapun kegiatan pembiasaan peserta didik yang dilakukan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan dengan cara-cara berikut64: a. Kegiatan Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan secara terjadwal, seperti shalat berjama’ah, shalat dhuha bersama, 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun) setiap hari, dan melaksanakan kegiatan keagamaan yang lainnya.
63
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabet, 2012), hlm. 94 64 Ibid,hal 95
61
b. Kegiatan yang dilakukan secara spontan, yaitu pembiasaan yang dilakukan tidak terjadwal dalam kejadian khusus, misalnya pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, melakukan antre dan sebagainya. c. Kegiatan dan keteladanan, ialah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari, seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun, rajin membaca, memuji kebaikan atau kebersihan orang lain, datang ke sekolah dengan tepat waktu dan sebagainya. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, pembiasaan peserta didik akan lebih efektif jika ditunjang dengan keteladanan dari tenaga pendidik. Oleh karenanya, metode pembiasaan ini tidak terlepas dari keteladanan. Dimana ada pembiasaan disana ada keteladanan. Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus yang dalam teori pendidikan akan membentuk karakter. 7. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Shaver
mengatakan
bahwa
Sekolah
sebagai
lembaga
pendidikan bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kecakapan peserta didik dalam menentukan keputusan untuk bertindak. Kemampuan tersebut berkaitan dengan nilai-nilai karakter yang dimiliki peserta didik65. Menurut Wibowo, model
65
Sjarkawi,Pembentukan Kepribadian Anak,(Jakarta: Bumi Aksar,2006),hal.42
62
pengintegrasian
pendidikan
karakter
dapat
melalui
program
pengembangan diri dan budaya sekolah.66 Program pengemabangan diri meliputi kegiatan rutin sekolah seperti upacara, kegiatan spontan seperti penggalangan dana kematian, dan keteladanan warga sekolah. Budaya sekolah diciptakan oleh seluruh warga sekolah, dan keteladanan dari kepala sekolah, guru, konselor, serta tenaga administrasi dalam berkomunikasi dengan peserta didik serta dalam penggunaan fasilitas sekolah. Menurut Saptono dalam dimensi pendidikan karakter bahwa: Sekolah mampu menerapkan pendidikan karakter apabila sekolah mampu memahami karakter secara utuh, bersifat proaktif, mampu menciptakan kepedulian, memahami normanorma, dan mampu menjalin kerjasama dengan warga sekolah serta lingkungan sekolah.67
Pendidikan karakter melalui materi pembelajaran berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif baik, serta mampu memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik mengenai kehidupan sehari-hari di masyarakat.68 Implementasi
66
Agus, Wibowo, Pendidikan Karakter,(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012),hal.84-95 Saptono. 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Salatiga: Erlangga. H.25-26 68 Amri, Sofan dkk.2011. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. h. 52 67
63
pendidikan karakter pada mata pelajaran mengarah pada internalisasi nilai-nilai keseharian melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.69 Berdasarkan pendapat ahli di atas mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter di sekolah dapat terlaksana apabila seluruh warga sekolah dan lingkungan sekolah mendukung kegiatan tersebut. Penanaman nilai-nilai karakter berdasarkan pemikiran di atas menyebutkan bahwa, peserta didik mengamati tingkah laku seluruh warga sekolah dan nilai-nilai yang ada dalam kegiatan sekolah. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam penerapan pendidikan karakter pada proses pembelajaran terdapat pemilihan karakter yang disesuaikan dengan materi pembelajaran. Implementasi nilai-nilai karakter tersebut terdapat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Berdasarkan pendapat di atas, nilai karakter terdapat pada silabus dan RPP.
C. Program Pendidikan Karakter Pada Tingkatan Sma 1. Deskripsi, Tujuan, dan Sasaran
69
Asmani, Jamal. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Sekolah. Jogjakarta: Diva Press. H. 58-59
64
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. 70 Nilai-nilai ini ingin ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan nasional agar diketahui, dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah dan di masyarakat. PPK lahir karena kesadaran akan tantangan ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun sekaligus melihat ada banyak harapan bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut lembaga pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara keilmuan dan kepribadian, berupa individuindividu yang kokoh dalam nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami latar belakang, urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting bagi kepala sekolah agar dapat menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan di daerah masing-masing.
70
Kemendikbud, “Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter”,Cerdas Berkarakter, diakses dari https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_id=132 pada 20 Desember 2018 pukul 11.45
65
Adapun kegiatan PPK bertujuan untuk :71 a. Membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi emas Indonesia Tahun 2045 guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; b. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; c. Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi ekosistem pendidikan. 2. Prinsip-Prinsip dalam Penguatan Pendidikan Karakter Berdasarkan Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, Program PPK memiliki prinsip yang harus dijalani oleh setiap lembaga pendidikan. Yaitu adalah 72: a. Berorientasi pada berkembangnya potensi Peserta Didik secara menyeluruh dan terpadu; b. Keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masingmasing lingkungan pendidikan; c. Berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari.
71 72
Ibid. Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pasal 5
66
3. Syarat Pelaksanaan PPK Ditegaskan dalam Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan: a. Intrakurikuier; b. Kokurikuler; dan c. Ekstrakurikuler, dan dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan Satuan Pendidikan Formal73. PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, dilaksanakan
dengan
prinsip
manajemen
berbasis
sekolah/madrasah, dan merupakan tanggung jawab kepala satuan Pendidikan Formal dan guru. Perpres ini menyatakan bahwa penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Intrakurikuler merupakan penguatan nilai-nilai karakter melalui
kegiatan
pembelajaran ketentuan
penguatan
sesuai peraturan
dengan
materi
pembelajaran,
muatan
kurikulum
perundang-undangan.
metode
berdasarkan Sedangkan
penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Kokurikuler, merupakan penguatan nilai-nilai karakter yang dilaksanakan untuk pendalaman dan/ atau pengayaan kegiatan Intrakurikuler sesuai muatan kurikulum. Dan penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Ekstrakurikuler merupakan
73
Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pasal 6
67
penguatan nilai-nilai karakter dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian Peserta Didik secara optimal. Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, meliputi kegiatan krida, karya ilmiah, latihan olah bakat/olah minat, dan kegiatan keagamaan, serta kegiatan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan74. Seperti yang telah disebutkan dalam Pasal 7 ayat (5) Perpres ini bahwa “Kegiatan keagamaan sebagaimana dimaksud dapat dilaksanakan paling sedikit melalui pesantren kilat, ceramah keagamaan, katekisasi, retreat, dan/atau baca tulis Alquran dan kitab suci lainnya,75” Perpres ini juga menyebutkan, bahwa penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud dilaksanakan selama 6 (enam) atau 5 (lima) hari sekolah dalam 1 (satu) minggu.76 Dan pihak sekolah diberikan kebebasan dalam menetapkan hari tersebut,dipertegas pada Pasal 9 ayat (2) Perpres ini yang berbunyi “Ketentuan hari sekoiah sebagaimana dimaksud diserahkan pada masing-masing Satuan Pendidikan bersama-sama dengan Komite 74
Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pasal 7ayat 4 Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pasal 7 ayat 5 76 Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pasal 9 ayat 1 75
68
Sekolah/ Madrasah dan dilaporkan kepada Pemerintah Daerah atau kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama setempat sesuai dengan kewenangan masingmasing,”.77 Dalam menetapkan 5 (lima) hari sekolah sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, Satuan Pendidikan dan Komite Sekolah/ Madrasah mempertimbangkan: 78 a. Kecukupan pendidik dan tenaga kependidikan; b. Ketersediaan sarana dan prasarana; c. Kearifan Lokal; dan d. Pendapat tokoh masyarakat dan/atau tokoh agama di luar Komite Sekolah/Madrasah. Adapun penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Nonformal, , dilaksanakan melalui satuan Pendidikan Nonformal berbasis keagamaan dan satuan Pendidikan Nonformal lainnya, dan merupakan penguatan nilai-nilai karakter melalui materi pembelajaran dan metode pembelajaran dalam pemenuhan muatan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ditegaskan dalam Perpres ini, pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, peraturan perundang-undangan yang mengatur
77 78
Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pasal 9 ayat 2 Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pasal 9 ayat 3
69
mengenai hari sekolah dan pendidikan karakter yang bertentangan dengan Peraturan Presiden ini dinyatakan tidak berlaku79. Secara keseluruhan,Program Penguatan Pendidikan Karakter merupakan langkah pemerintah untuk mengaktualisasikan tujuan utama pendidikan di Indonesia agar membentuk manusia/SDM yang berbudi pekerti luhur dan agar pendidikan mampu mencerdaskan bangsa baik secara keilmuan maupun karakter dari manusia itu sendiri.
D. Model Riset Evaluasi 1. Model Evaluasi CIPP Model evaluasi program CIPP (context, input, procces, product) menurut Daniel L. Stufflebeam, untuk melakukan evaluasi, terdapat banyak model diterapkan, salah satunya adalah model CIPP yang merupakan hasil kerja keras Phi Delta Kappa National Study Committee selama 4 tahun yang diketahui oleh Daniel L. Stufflebeam. Model ini konsisten dengan definisi evaluasi adalah proses yang menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi yang bermanfaat dalam menilai alternatif-alternatif keputusan. Untuk
79
Perpres no 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pasal 17
70
mewakili 4 keputusan, terdapat empat jenis evaluasi yang masingmasing diperuntukkan bagi setiap tipe keputusan, yaitu: 80 a. Context Evaluation As A Mean Of Servicing Planning Decision. Evaluasi konteks merupakan penggambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program (latar belakang yang mempengaruhi tujuan dan strategi yang akan dikembangkan atau dicapai dalam sistem program), legalitas program, dukungan lingkungan, karakteristik populasi sampel dari individu yang dilayani dan tujuan program. Evaluasi konteks membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program dan merumuskan tujuan program. b. Input Evaluation These Structuring Decision. Evaluasi input menyediakan informasi tentang aspek sarana-prasarana yang mendukung tercapainya tujuan program yang
ditetapkan.
keputusan
untuk
Evaluasi
input
menentukan
membantu
sumber-sumber
pengambilan yang
ada,
alternative yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapai tujuan.
80Istiana
Herawati, Evaluasi Program Pendidikan Anak Usia DIni (PAUD) Bagi Anak Dari Keluarga Miskin Di Tempat Penitipan Anak (TPA) Beringharjo Yogyakarta (Jakarta: Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, 2007), h. 1315.
71
Komponen input mencakup indikator: SDM (pesertadidik, pendidik, pengelola program), materi program dan rancangan aplikasi, sarana dan peralatan pendukung, dana/anggaran, beberapa prosedur dan aturan yang di perlukan. c. Procces Evaluation To Guide Implementing. Evaluasi proses menyediakan informasi untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan prosedur 26 dan strategi yang dipilih di lapangan, sejauhmana rencana yang telah ditetapkan dilaksanakan, apakah sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan apakah mempertimbangkan karakteristik sararan program.
Komponen
proses
mencakup
indikator:
proses
pembelajaran dan pelaksanaan program, proses pengelolanan program, hambatan/dukungan yang dijumpai selama pelaksanaan program. d. Product Evaluation To Serve Recycling Decision. Evaluasi produk menghasilkan informasi untuk menentukan sejauhmana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai dan untuk menentukan apakah strategi prosedur atau metode yang telah diimplementasikan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut harus dihentikan, diperbaiki atau dilanjutkan dalam bentuknya yang sekarang. Komponen produk
72
mencakup
indikator:
pencapaian
tujuan,
dampak
program
terhadap sasaran didik, orangtua/masyarakat dan penyelenggara. Dengan menggunakan pendekatan sistem evaluasi model CIPP yang memfokuskan pada evaluasi proses, akan mudah memahami kondisi pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Terkait definisi Stufflebeam terdapat beberapa aspek kunci yang perlu di pahami yaitu81: a. Evaluasi
dilaksanakan
untuk
melayani
pengambilan
keputusan, oleh karena itu evaluasi hendaknya menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pengambil keputusan. b. Evaluasi
merupakan
proses
yang
bersifat
siklis
dan
berkesinambungan sehingga harus dilaksanakan melalui sebuah program yang sistematis. c. Proses
evaluasi
terdiri
dari
3
tahapan
utama
yaitu
penggambaran, pemerolehan dan penyediaan informasi, tahap-tahap ini merupakan dasar bagi metodologi evaluasi. d. Tahapan penggambaran dan penyediaan informasi dalam proses evaluasi adalah aktivitas yang saling berhubungan yang membutuhkan antara evaluator dan pengambila keputusan.
81
Istiana Herawati,Op.Cit.h.12-13
73
Sementara
tahapan
pemerolehan
informasi
merupakan
aktivitas yang bersifat teknis yang sebagian besar dilakukan oleh evaluator. Empat aspek Model Evaluasi CIPP (context, input, process and output) membantu pengambil keputusan untuk menjawab empat pertanyaan dasar mengenai82; a. Apa
yang
harus
dilakukan
(What
should
we
do?);
mengumpulkan dan menganalisa needs assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan sasaran. b. Bagaimana kita melaksanakannya (How should we do it?); sumber daya dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan dan mungkin meliputi identifikasi program
eksternal
dan
material
dalam
mengumpulkan
informasi c. Apakah dikerjakan sesuai rencana (Are we doing it as planned?); Ini menyediakan pengambil-keputusan informasi tentang seberapa baik program diterapkan. Dengan secara terus-menerus monitoring program, pengambil-keputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai petunjuk
82Arikunto
Suharsini,2004. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta.hal. 129-131
74
dan rencana, konflik yang timbul, dukungan staff dan moral, kekuatan
dan
kelemahan
material,
dan
permasalahan
penganggaran. d. Apakah berhasil (Did it work?); Dengan mengukur outcome dan membandingkannya pada hasil yang diharapkan, pengambilkeputusan menjadi lebih mampu memutuskan jika program harus dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali. Beberapa pertanyaan terkait dimensi tersebut diantaranya untuk mengumpulkan dan menganalisa needs assessment data untuk menentukan tujuan, prioritas dan sasaran. Pertanyaan tersebut merupakan jenis pertanyaan yang terdapat pada dimensi context evaluation. Sedangkan untuk mendapatkan sumber daya dan langkah – langkah yang diperlukan untuk mencapai identifikasi program eksternal dan material dalam pengumpulan informasi terdapat pada dimensi input evaluation. Pertanyaan lainnya yang terdapat pada dimensi process evaluation ialah pada penyediaan pengambilan keputusan informasi tentang seberapa baik program diterapkan. Dengan terus menerus memonitoring program, pengambilan keputusan mempelajari seberapa baik pelaksanaan telah sesuai petunjuk dan rencana, konflik timbul, dukungan staf dan moral, kekuatan dan kelemahan material, dan permasalahan penganggaran.
75
Sedangkan
pada
mengukur outcome dan diharapkan,
dimensi product
evaluation ialah
membandingkannya
pengambilan
keputusan
pada
menjadi
hasil
lebih
untuk yang mampu
memutuskan jika program harus dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan sama sekali. Penjelasan masing-masing dimensi dapat dijabarkan lebih jelas lagi seperti di bawah ini. a. Context Evaluation83 Context Evaluation (evaluasi konteks) diartikan sebagai situai atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi yang dilakukan dalam suatu program yang bersangkutan. penilaian dari dimensi konteks evaluasi ini seperti kebijakan atau unit kerja terkait, sasaran yang ingin dicapai unit kerja dalam waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja terkait dan sebagainya. Stufflebeam dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan dari evaluasi konteks yang utama ialah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan, sehingga dapat diberikan arahan perbaikan yang dibutuhkan.
83
Eleanor Chelimsky. 1989. Program Evaluation: Pattern and Directions, 2nd Edition. Washington, DC; American Society for Public Administration. Hal.2-4
76
Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program. Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. b. Input Evaluation84 Input Evaluation pada dasarnya mempunyai tujuan untuk mengaitkan tujuan, konteks, input, dan proses dengan hasil program. Evaluasi ini juga untuk menentukan kesesuaian lingkungan dalam membantu pencapaian tujuan dan objektif program. Menurut Eko Putro Widyoko, evaluasi masukan (Input Evaluation) ini ialah untuk membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untukmencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
84
Eleanor Chelimsky. Op.cit. Hal.5-6
77
Menurut Stufflebeam pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengaral pada "pemecahan masalah" yang mendorong diselenggarakannya progran yang bersangkutan. Misalnya pada evaluasi kurikulum, pertanyaan yang diajukan antara lain : 1) Apakah proses metode belajar mengajar yang diberikan memberikan dampak jelas pada perkembangan peserta didik? 2) Bagaimana reaksi
peserta
didik
terhadap
metode
pembelajaran yang diberikan? c. Process Evaluation85 Process evaluation ini ialah merupakan model CIPP yang diarahkan untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan, apakah program terlaksana sesuai dengan rencana atau tidak. Evaluasi proses juga digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Oleh Stufflebeam (dalam Arikunto, 2004), mengusulkan pertanyaan untuk proses antara lain sebagai berikut:
85
Eleanor Chelimsky.Op.cit. Hal.7-9
78
1) Apakah pelaksanaan program sesuai dengan jadwal. 2) Apakah yang terlibat dalam pelaksanaan program akan sanggup menangani kegiatan selama program berlangsung ? 3) Apakah sarana dan prasarana yang disediakan dimanfaatkan secara maksimal? 4) Hambatan-hambatan apa
saja
yang
dijumpai
selama
pelaksanaan program? d. Product Evaluation86 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa evaluasi produk ialah untuk melayani daur ulang suatu keputusan dalam program. Dari evaluasi produk diharapkan dapat membantu pimpinan proyek dalam mengambil suatu keputusan terkait program yang sedang terlaksana, apakah program tersebut dilanjutkan, berakhir, ataukah ada keputusan lainnya. Keputusan ini juga dapat membantu untuk membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan. Evaluasi produk diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada masukan mentah. Pertanyaanpertanyaan yang bisa diajukan antara lain:
86
Eleanor Chelimsky.Op.cit. Hal.10-12
79
1) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai? 2) Apakah kebutuhan peserta didik sudah dapat dipenuhi selama proses belajar mengajar? 3) Tujuan dan fungsi Evaluasi CIPP 4) Tujuan evaluasi program model CIPP adalah untuk keperluan
pertimbangan
dalam
pengambilan
sebuah
keputusan/kebijakan. 2. Fungsi Dari Evaluasi Model CIPP
Fungsi dari evaluasi model CIPP adalaH sebagai berikut:87 a. Membantu penanggung jawab program tersebut (pembuat kebijakan) dalam mengambil keputusan apakah meneruskan, modifikasi, atau menghentikan program. b. Apabila
tujuan
yang
ditetapkan
program
telah
mencapai
keberhasilannya, maka ukuran yang digunakan tergantung pada kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Langkah-langkah Pelaksanaan Evaluasi CIPP
87
Djaali, Mulyono Pudji dan Ramly. 2000. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta. h.70
80
Dalam
melakukan
menggunakan
model
sebuah
evaluasi
penelitian
CIPP,peneliti
evaluasi akan
dengan
melakukan
penelitian tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut88 a. Menetapkan keputusan yang akan diambil b. Menetapkan jenis data yang diperlukan c. Pengumpulan data d. Menetapkan kriteria mengenai kualitas e. Menganalisis dan menginterpretasi data berdasarkan kriteria f.
Memberikan informasi kepada pihak penanggungjawab program atau pengambil keputusan untuk menentukan kebijakan
4. Kelebihan dan Kelemahan Model CIPP Dari penjelasan di atas, dapat dilihat beberapa kelebihan dan kelemahan jika dilihat dan dibandingkan dengan model evaluasi lainnya :89 a. Keunggulan model CIPP 1) Merupakan system kerja yang dinamis 2) Memiliki pendekatan yang bersifat holistik dalam proses evaluasinya yang bertujuan memberikan gambaran yang detail
88 89
Eleanor Chelimsky,Loc.cit. Ibid
81
dan luas terhadap suatu proyek, mulai dari konteks hingga saat proses implementasinya. 3) Dapat melakukan perbaikan selama program berjalan maupun dapat memberikan informasi final. 4) Memiliki potensi untuk bergerak pada evaluasi formatif dan sumatif 5) Lebih komperenhensif dari model lainnya b. Kelemahan Model CIPP 1) Tidak terlalu mementingkan bagaimana proses seharusnya daripada kenyataan yang sedang berlangsung. 2) Kurang adanya modifikasi juga berdampak pada tingkat keterlaksanaan yang kurang tinggi. 3) Cenderung
fokus
pada rational
management daripada
mengakui realita yang ada 4) Terkesan
top
down
dengan
sifat
manajerial
dalam
pendekatannya Bila diterapkan secara terpisah (partial) akan melemahkan ide dasar
82
C. Penelitian yang Relevan Berdasarkan judul penelitian tentang Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta, maka penelitian yang relevan dengan penelitian tersebut adalah: 1. “Evaluation of Children’s Rehabilitation Program by Using the CIPP Model” (Hezzrin Mohd Pauzi; Nor Jana Saim; Norulhuda Sarnon Kusenin;
Mohammad Rahim Kamaluddin, University Kebangsaan
Malaysia) 90 Penelitian yang dilakukan di University Kebangsaan Malaysia, oleh Hezzrin Mohd Pauzi, Nor Jana Saim, Norulhuda Sarnon Kusenin, Mohammad Rahim Kamaluddin dengan judul penelitian “Evaluation of Children’s Rehabilitation Program by Using the CIPP Model”. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program rehabilitasi anak yang melakukan kasus tindakan kriminal
di Sekolah Tunas
Bhakti,sekolah dibawah lingkup kementerian kesejahteraan sosial Malaysia dan Sekolah Henry Gurney,dibawah lingkup Departemen Urusan Permasyarakatan Malaysia dengan menggunakan model evaluasi CIPP .
90
Hezzrin Mohd Pauzi,et.al;. Evaluation of Children’s Rehabilitation Program by Using the CIPP Model”, International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences,Vol.7,2017
83
Penelitian evaluasi ini dilakukan dengan model CIPP dengan metode analisis literatur dari jurnal,buku pendukung dan hal-hal yang berkaitan dengan evaluasi model CIPP dari program pendidikan pedagogik. Artikel ini membahas bagaimana evaluasi program rehabilitasi anak-anak dapat dilakukan menggunakan model CIPP. Bidang rehabilitasi anak-anak sangat penting untuk meningkatkan perilaku negatif anak-anak dan untuk mengurangi pelanggaran berulang di antara mereka. Karena itu, untuk menyediakan layanan rehabilitasi yang efisien dan efektif, studi evaluasi harus dilakukan untuk CRP. Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai evaluasi CRP, evaluasi banyak dilakukan dari perspektif pelaku anak. Namun, penelitian ini memfokuskan evaluasi pada pelaksana program, di mana evaluasi mencakup dimensi input, proses dan produk, dan didorong mengikuti model yang disarankan. Studi ini bermanfaat untuk masa depan peneliti, evaluator, pekerja sosial dan petugas rehabilitasi dalam aspek mengevaluasi CRP.
84
2. “Cipp Model For School Evaluation” (Mr. Yogesh Patil; Mr. Sunil Kalekar, Adhyapak Mahavidyalaya)91 Peneletian
relevan
selanjutnya
adalah
penelitian
dilakukan oleh Mr. Yogesh Patil, Mr. Sunil Kalekar
yang
di Adhyapak
Mahavidyalaya,dengan judul penelitian “CIPP MODEL FOR SCHOOL EVALUATION”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji relevansi model CIPP untuk mengevaluasi pencapaian sebuah sekolah. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh sekolah di Distrik Aranyeshwar,Pune. Penelitian ini didasarkan pada uji literasi dari berbagai buku,penelitian dan hal-hal yang berkaitan dengan model evaluasi CIPP serta pedoman wawancara yang diberikan kepada seluruh regulator sekolah di distrik Aranyeshwar. Penelitian ini menghasilkan sebuah hasil bahwasanya model CIPP akan membantu stakeholders membuat keputusan tentang sekolah. Itu tidak hanya memberikan tugas pada sekolah untuk mencapai suatu tingkatan tertentu saja, tetapi juga akan membantu sekolah untuk memahami mengapa mereka berada pada tingkatan tertentu dan apa yang harus mereka lakukan untuk mampu mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Teori Stufflebeam sendiri tidak lagi
91
Mr. Yogesh Patil,et.al;. Cipp Model For School Evaluation, Scholarly Research Journal,Vol.2/10, June-July 2015
85
berbicara tentang Model CIPP tetapi mengacu pada evaluasi yang berorientasi pada keputusan / akuntabilitas. Dan jika sekolah mengambil
pendekatan
ini,
peneliti
berharap
mereka
akan
mewujudkan akuntabilitas mereka terhadap para pembelajar, orang tua, masyarakat dan bangsa pada umumnya. Model ini pasti akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan. 3. Program Evaluation Of An Integrated Basic Science Medical Curriculum In Shiraz Medical School, Using CIPP Evaluation Model92 (Azadeh Rooholamini; Mitra Amini; Leila Bazrafkan; Mohammad Reza Dehghani; Zohreh Esmaeilzadeh; Parisa Nabeiei; Rita Rezaee; Javad Kojuri, Clinical Education Research Center, Shiraz University of Medical Sciences, Shiraz, Iran) Penelitian lain juga dilakukan oleh Azadeh Rooholamini, Mitra Amini, Leila Bazrafkan, Mohammad Reza Dehghani, Zohreh Esmaeilzadeh, Parisa Nabeiei, Rita Rezaee, Javad Kojuri dari Clinical Education Research Center, Shiraz University of Medical Sciences, Shiraz, Iran dengan judul penelitian “Program evaluation of an integrated basic science medical curriculum in Shiraz Medical School, using CIPP evaluation model”. Jurnal ini berfokus pada evaluasi
92
Azadeh Rooholamini,et.al;. Program Evaluation Of An Integrated Basic Science Medical Curriculum In Shiraz Medical School, Using CIPP Evaluation Model, Journal of Advances in Medical Education & Professionalism,Vol.5 no 3, July 2017
86
program integasi ilmu medis dasar dalam kurikulum Shiraz Medical School menggunakan model CIPP. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan triangulasi data dalam merumuskan temuan dari narasumber penelitian ini. Penelitian ini menemukan bahwa keuntungan utama menilai suatu program pendidikan berdasarkan evaluasi CIPP model adalah konteks, masukan, proses, dan produk program dilihat dan dievaluasi secara sistematis.Evaluasi Ini akan membantu pendidikan pihak berwenang untuk membuat keputusan yang tepat berdasarkan kelemahan dan kekuatan dari program ini,kelanjutannya, penghentian dan revisi. Berdasar pada hasil penelitian ini, ilmu medis dasar yang terintegrasi pada ilmu perkuliahan untuk sarjana medis siswa di Shiraz Medical School adalah yang diinginkan tingkat. Namun, upaya untuk memperbaiki atau reformasi beberapa bagian dan melanjutkan evaluasi program dan akreditasinya tampaknya diperlukan. Penelitian ini menghasiilkan Saran-saran yang diperlukan untuk meningkatkan program terpadu di masa depan: a. Menggunakan lebih banyak faktor untuk evaluasi dalam domain konteks, masukan, proses, dan produk.
87
b. Menggunakan kelompok minat yang lebih luas, terlibat dalam evaluasi program seperti di atas manajer dan eksekutif, lulusan, pengawas c. dalam
sistem
kesehatan
dan
staf
universitas,
di
untuk
mengevaluasi kualitas program lebih banyak tepat. d. Mengevaluasi metode pengajaran-pembelajaran untuk masingmasing program studi terpadu berdasarkan profesor dan sudut pandang siswa, menggunakan a studi kualitatif. e. Merancang alat penilaian standar yang sama dengan kegunaan ke semua universitas dianjurkan untuk mengevaluasi program pendidikan terpadu internasional yang berkontribusi terhadap perbandingan kualitas program pendidikan terintegrasi di semua universitas dengan standar. 4. An Evaluation of the Implementation of Practice Teaching Program for Prospective Teachers at Ganesha University of Education Based on CIPP Forward Chaining.93 (Putu Wisna Ariawan; Dewa Bagus Sanjaya; Dewa Gede Hendra Divayana, Ganesha University of Education Bali, Indonesia)
93
Putu Wisna Ariawan,et.al;. An Evaluation of the Implementation of Practice Teaching Program for Prospective Teachers at Ganesha University of Education Based on CIPP Forward Chaining, International Journal of Advanced Research in Artificial Intelligence,Vol.5 no 2, 2016
88
Penelitian relevan berikutnya berjudul “An Evaluation of the Implementation of Practice Teaching Program for Prospective Teachers at Ganesha University of Education Based on CIPP Forward Chaining”. Penelitian ini dilakukan oleh Putu Wisna Ariawan, Dewa Bagus Sanjaya2 Dewa Gede Hendra Divayana dari Ganesha University of Education Bali, Indonesia pada mahasiswa Program Pengajaran Lapangan (PPL) di Undiksha,Bali. Studi ini untuk mengevaluasi relevensi Program Pengajaran Lapangan pada calon pengajar melalui model CIPP. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode wawancara yang diberikan kepada 250 peserta PPL Undiksha tahun 2015 yang tersebar di 145 sekolah (dimulai dari PAUD,SD,SMP,SMA dan SMK) di seluruh kota Denpasar dan Buleleng. Terdapat sejumlah instrumen wawancara yang diberikan kepada setiap narasumber di 250 peserta PPL Undiksha tahun 2015 yang akan menyampaikan instrumen tersebut untuk diujikan pada murid yang akan mereka berikan pengajaran.Hasil wawancara ini diuji melalui metode triangulasi data agar menjadikan hasil tersebut lebih reliable.
89
Berdasarkan analisis yang telah dibuat dan hasil pembahasan pada bagian sebelumnya,penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan dapat ditarik sebagai berikut: a. Dari komponen-komponen context, input, proses, dan produk dari pelaksanaan, PPL yang dilakukan para mahasiswa pendidikan tahun 2015 menghasilkan hasil yang efektif. b. Meskipun dalam komponen-komponen context, input, proses, dan produk dari pelaksanaan PPL dari mahasiswa pendidikan Undiksha pada tahun 2015 berlangsung efektif, tetapi terdapat beberapa masalah yang perlu ditingkatkan, termasuk persyaratan yang harus dipenuhi oleh guru pembimbing mengenai status mereka, dan ketidakstabilan peraturan untuk pelaksanaan PPL.
90
E. Kerangka Berpikir
ia
BAB III DESKRIPSI METODE DAN TEKNIK PENELITIAN A. Tujuan Evaluasi Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Pelaksanaan program Pendidikan Karakter yang dilaksanakan oleh SMAN 65 Jakarta, yang diharapkan dapat membantu dan memberikan kontribusi dalam perbaikan, pengembangan dan penyempurnaan program. Sebagai penelitian evaluasi, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui indikator-indikator yang dapat mempengaruhi efektivitas dari pelaksanaan program Pendidikan Karakter itu sendiri. Secara khusus penelitian evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Gambaran
permasalahan yang berkaitan
dengan
substansi
context meliputi komponen latar belakang, tujuan, dan analisis kebutuhan program Penguatan Pendidikan Karakter. 2. Kesesuaian substansi input program Penguatan Pendidikan Karakter mengenai; a) sumber daya manusia, b) alokasi anggaran, c) kurikulum program, d) sarana dan prasarana pendukung program Penguatan Pendidikan Karakter. 3. Kesesuaian Karakter,
process
pada
program
Penguatan
Pendidikan
yang berhubungan dengan; a) perencanaan, b)
91
ia
pelaksanaan, c) monitoring dan evaluasi program Penguatan Pendidikan Karakter. 4. Kesesuaian product program Penguatan Pendidikan Karakter berhubungan dengan hasil program. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMAN 65 Jakarta, Jalan Panjang Arteri Klp. Dua RT.003 / RW.001, Kebon Jeruk, RT.3/RW.1, Kb. Jeruk, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11530. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2018 sampai bulan Desember 2018. C. Pendekatan, Metode dan Desain Model Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian evaluasi ini dilakukan untuk melihat efektivitas pelaksanaan program pendidikan karakter di SMAN 65. Efektivitas pelaksanaan program ditinjau daritingkat ketercapaian indikator yang telah ditetapkan dengan model evaluasi CIPP maka pendekatan yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan evaluatif. Penelitian evaluatif merupakan suatu investigasi ilmiah yang dilakukan untuk kepentingan evaluasi. Penelitian ini dilakukan untuk membuat judgment berkaitan dengan nilai (worth) keunggulan atau manfaat (merit) dari sebuah program yang dikaitkan dengan bahan pertimbangan pengambilan
keputusan. Selain itu, riset evaluasi
didasarkan atas kebutuhan akan informasi untuk menganalisis 92
ia
kebijakan, kebutuhan untuk membuat perbaikan dan pengembangan program, dan menilai dampak kebijakan serta program. Penelitian evaluatif pada dasarnya terpusat pada rekomendasi akhir yang menegaskan bahwa suatu obyek evaluasi dapat dipertahankan, ditingkatkan, diperbaiki atau bahkan diberhentikan sejalan dengan data yang diperoleh. Dasar kegiatan evaluasi program Pendidikan Karakter di SMA adalah komponen-komponen evaluasi yaitu
Context,
Input (masukan), Process
(rangkaian
kegiatan
penunjang program), dan Product (Lulusan yang dihasilkan). Model evaluasi CIPP dapat digunakan dalam Program Pendidikan Karakter di SMAN 65 karena: a. SMAN 65 memiliki dasar rancangan desain pendidikan karakter secara merinci dan menyeluruh untuk semua kegiatan penunjang pendidikan karakter di sekolah tersebut. Sehingga mampu mengakomodir peneliti dalam tahapan evauasi konteks dan uji substansi dalam tahap evaluasi input. b. Target/audiens yang mudah dicapai dan intensitas kegiatan yang terpantau. Sehingga akan memudahkan peneliti dalam melakukan peninjauan hasil dan penilaian tujuan dalam evaluasi proses. c. Terdapat hasil akhir yang terhitung dalam indeks skor,yaitu indeks skor Afektif dalam laporan belajar akhir semester siswa. Yang
93
ia
memudahkan peneliti untuk melakukan evaluasi dalam tahap evaluasi produk Untuk memudahkan evaluasi program Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta,maka perlu dilihat indikator yang terdapat dalam setiap tahapan yang digunakan dalam penelitian seperti yang terdapat pada tabel sebagai berikut Tabel 3.1 Komponen Evaluasi Program Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta Konteks 1. Latar Belakang
Input Proses 1. Sumber daya 1. Perencanaan manusia
Program
Produk 1. Hasil Pelaksanaan
Program 2. Tujuan Program 3. Analisis
2. Alokasi
2. Pelaksanaan
Anggaran 3. Kurikulum/
Program 3. Monitoring
Kebutuhan Program
garis besar
dan Evaluasi
materi program 4. Sarana dan Prasarana
2. Metode Penelitian
94
Program
ia
Metode Penelitian dipergunakan untuk mendapatkan sebuah data hasil penelitian yang diinginkan. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif yang menggunakan metode riset evaluasi dePngan tujuan menilai dan menguji keterlaksanaan satu program atau efektifitas program. Menurut Nana Syaodih bahwa tujuan riset evaluasi dalam pendidikan adalah untuk merancang, menyempurnakan, dan menguji pelaksanaan suatu praktek
pendidikan berupa program,
kurikulum pembelajaran, kebijakan, regulasi administrasi, manajemen, dan praktek penunjang lain.94 Dalam penelitian ini, kedalaman dan kerincian data dapat dibuktikan karena peneliti mengambil data dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan (kuesioner) kepada responden dan observasi lapangan secara langsung. Penggunaan metode ini dapat memberikan kemudahan kepada peneliti dalam meneliti obyek evaluasi secara terperinci dan mendalam mengenai pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter. Metode pengumpulan data penelitian ini berupa keterangan tertulis, informasi lisan, dan beragam fakta yang berhubungan dengan masalah evaluasi program. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
94
Nana syaodih, Metode Penelitian Pendidikan (bandung; PPs UPI dan PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 121
95
ia
dalam evaluasi ini digunakan metode pengumpulan data, yaitu dokumentasi, wawancara, observasi dan angket.
Dari gambar desain program Pendidikan Karakter
tersebut,
dapat dilihat bahwa setiap langkah evaluasi program yang dilakukan memberikan informasi efektivitas pelaksanaan program Pendidikan Karakter. Pada Tahap evaluasi Context, peneliti melakukan analisis terhadap seluruh aspek dalam perencanaan program yang sekolah tetapkan sebagai acuan program, ditinjau dari latar belakang, tujuan, analisis kebutuhan, target program, dsb. Pada tahap evaluasi Input, peneliti melakukan analisis pada komponen penunjang program,seperti Pengajar,Peserta,dll. Pada evaluasi tahap Process,peneliti melakukan monitoring dan evaluasi pada periode awal berjalannya program pada siswa kelas X, XI dan XII dan melakukan penilaian terhadap temuan program. Pada tahap pengukuran Product ,peneliti melakukan pendataan terhadap indikator nilai Afektif pada siswa kelas X, XI dan XII beserta data-data perilaku alumni pasca lulus dari SMAN 65 dan opini masyarakat terhadap citra siswa SMAN 65 Jakarta. D. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data Teknik dan prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara sistematis dengan menggunakan wawancara, angket,
96
ia
dokumentasi dan observasi. Metode kualitatif terdiri dari tiga cara pengumpulan data yaitu: (1) Wawancara, (2) Observasi, dan (3) dokumentasi.95 Sedangkan pengumpulan data yang bersifat kuantitatif menggunakan instrumen angket. Data yang digunakan dalam penelitian evaluasi ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung berasal dari pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta, data ini berbentuk ucapan lisan dan perilaku dari subjek (informan) yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter. Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dari data yang sudah ada seperti kebijakan, peraturan, pedoman pelaksanaan, dokumen serta hasil evaluasi penyelenggaraan program sebagai pelengkap data primer. Penetapan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu peneliti lebih cenderung memilih dan menetapkan informan yang dianggap memiliki pengetahuan berkaitan dengan program Penguatan Pendidikan Karakter dan dapat dipercaya menjadi sumber data. Sejalan dengan yang dikatakan oleh
95
Michael Quinn Patton, Metode Evaluasi Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 1.
97
ia
Sugiyono bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sempel dengan pertimbangan tertententu. Instrumen untuk pengumpulan data dalam penelitian evaluasi ini adalah: pedoman dokumentasi, pedoman observasi, pedoman angket (kuesioner) dan pedoman wawancara. Tabel berikut ini memperlihatkan aspek-aspek yang akan dievaluasi dan yang menjadi sumber data serta teknik pengumpuan data yang digunakan. Tabel. 3.2 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data No Komponen Sub Komponen 1
Konteks (Context)
1.1. Latar belakang program.
Indikator
Teknik Pengumpulan Data
1.1.1 Memiliki dokumen dasar hukum Analisis dokumentasi dan pelaksanaan Wawancara program Penguatan Pendidikan Karakter 1.1.2 Memilikidokumen dasar hukum organisasi Analisis dokumentasi dan pelaksanaan Wawancara program Penguatan Pendidikan Karakter
98
ia
No Komponen Sub Komponen
2
Masukan (Input)
Indikator
Teknik Pengumpulan Data
1.1.3 Kesesuaian latar belakang program Wawancara dan Angket Penguatan Pendidikan Karakter 1.2.1 Kesesuaian tujuan program Wawancara dan Angket Penguatan Pendidikan Karakter 1.2. Tujuan program 1.2.2 Kesesuaian Analisis target peserta dokumentasi,Wawancara, Penguatan dan Angket Pendidikan Karakter 1.3.1 Kesesuaian Materi/Kurikulum program dengan Analisis dokumentasi dan Angket Kompetensi yang harus dimiliki 1.3. Analisis sebagai siswa kebutuhan 1.3.2 Kesesuaian program Materi/Kurikulum program dengan Wawancara dan Angket kebutuhan lembaga (SMAN 65 Jakarta) 2.1.1 Memiliki struktur Analisis dokumentasi dan 2.1. Sumber daya organisasi SMAN Angket manusia 65 Jakarta
99
ia
No Komponen Sub Komponen
2.2. Alokasi anggaran
2.3. Kurikulum program
Indikator
Teknik Pengumpulan Data
2.1.2 Kesesuaian tugas pokok dan Wawancara dan Angket fungsi struktur organisasi 2.1.3 Memiliki kualifikasi pengajar/ mentor Analisis dokumentasi program ,Wawancara dan Angket Penguatan Pendidikan Karakter 2.1.4 Kesesuaian kualifikasi kriteria Analisis peserta dokumentasi,Wawancara, Penguatan dan Angket Pendidikan Karakter 2.2.1 Memiliki dokumen hasil penyusunan Analisis dokumentasi dan anggaran Wawancara program Penguatan Pendidikan Karakter 2.3.1 Memiliki dokumen Rancang Bangun Kurikulum Analisis dokumentasi dan Program Angket Program (RBPP) Penguatan Pendidikan Karakter
100
ia
No Komponen Sub Komponen
Indikator 2.3.2 Memiliki modul Program
3
Proses (process)
2.4.1 Metode dan Media Pembelajaran yang digunakan 2.4.2 Memiliki fasilitas penunjang 2.4. Sarana dan program prasarana 2.4.3 Memiliki sistem pendukung khusus (aplikasi) pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter 3.1. Perencanaan 3.1.1 Perencanaan dan program sosialisasi Penguatan program Pendidikan Penguatan Karakter Pendidikan 3.1.2 Pelaksanaan Karakter sosialisasi program Penguatan Pendidikan Karakter 3.2.1 Jadwal 3.2. Pelaksanaan pelaksanaan program program Penguatan Penguatan Pendidikan Pendidikan Karakter Karakter
101
Teknik Pengumpulan Data Analisis dokumentasi dan Angket
Observasi dan Angket
Observasi dan Angket
Observasi,Wawancara, dan Angket
Analisis dokumentasi,Wawancara dan Angket
Analisis dokumentasi dan Wawancara
Analisis dokumentasi, Wawancara dan angket
ia
No Komponen Sub Komponen
4 Produk (product)
Indikator
Teknik Pengumpulan Data
3.2.2 Daftar hadir peserta program Penguatan Pendidikan Karakter
Analisis dokumentasi dan Angket
3.2.3 Kesesuaian pengajar
Analisis, dokumentasi, Wawancara, dan angket
3.3.1 Pelaksanaan monitoring program Wawancara dan Angket 3.3. Monitoring Penguatan dan Evaluasi Pendidikan program Karakter Penguatan 3.3.2 Pelaksanaan Pendidikan evaluasi Analisis Dokumentasi, Karakter Penguatan Wawancara dan Angket Pendidikan Karakter 4.1. Pencapaian Observasi, Wawancara, 4.1.1 Keberhasilan tujuan dan Angket penyelenggaraan program Penguatan 4.1.2 Pencapaian Analisis dokumentasi dan Pendidikan kompetensi Angket Karakter peserta.
Jenis alat pengumpulan data yang digunakan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dokumentasi
102
ia
Dokumentasi yang dikumpulkan yaitu dokumentasi yang berhubungan dengan lokasi penelitian, dokumen penyelenggaraan program Penguatan Pendidikan Karakter dan dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian dan pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan dan gambar. Dokumentasi yang berbentuk tulisan dapat berupa catatan harian, biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumentasi yang berbentuk gambar dapat berupa foto. Bogdan dalam Sugiono menyatakan bahwa, In most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by an individual which describes his or her own actions, experience and belief.96 Maksud kutipan tersebut ialah dalam kebanyakan tradisi penelitian kualitatif, dokumen pribadi frase digunakan secara luas untuk mengacu pada setiap orang pertama dengan narasi yang dihasilkan oleh individu yang menggambarkan tindakan, pengalaman dan kepercayaannya sendiri. 2. Observasi
96
Ibid., h. 327
103
ia
Untuk memperoleh data yang objektif, maka dilakukan observasi langsung ke lokasi penelitian agar mendapatkan data yang akurat, secara langsung tanpa dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal lainnya, hasil observasi merupakan deskripsi yang faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan yang terjadi dilapangan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan, berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, menurut Mulyadi observasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :97 a. participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation (Observasi tanpa berperan serta Participant Observation (Observasi Berperan Serta), peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. b. Non Participant Observation (Observasi tanpa berperan serta), peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Selanjutnya mengenai observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Sedangkan observasi tidak
97
Ibid., h. 145
104
ia
terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang kan diobservasi. 3. Wawancara Wawancara
digunakan
peneliti
untuk
menilai
keadaan
seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variable latar belakang peserta didik, pendidikan, perhatian, dan sikap terhadap sesuatu. Ditinjau dari pelaksanaannya, maka wawancara dibedakan atas:98 a. Wawancara bebas (inguided interview), dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. b. Wawancara terpimpin (guided interview), yaitu wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dengan wawancara terstruktur. c. Wawancara bebas terpimpin, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan diatanya.
98
Ibid., h. 199
105
ia
Dalam wawancara
penelitian terstruktur
ini agar
peneliti
menggunakan
pertanyaan
yang
pedoman
diajukan
pada
narasumber lebih terarah dan efektif dalam menggali informasi. Wawancara dilakukan secara langsung dengan responden yaitu Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMAN 65 Jakarta, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan SMAN 65 Jakarta dan Pengajar Mata Pelajaran Agama Islam Wawancara dilaksanakan dengan tiga macam pendekatan: (a) dalam bentuk percakapan informal, yang mengandung unsur spontanitas, santai tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya, (b) menggunakan lembaran berisi garis-garis besar, pokok, topik, atau masalah
yang
dijadikan
pegangan
dalam
pembicaraan,
(c)
menggunakan daftar pertanyaan yang lebih terinci, namun bersifat terbuka yang telah disiapkan lebih dahulu dan akan diajukan menurut urutan dan rumusan yang tercantum. 4. Angket (Kuesioner) Teknik pengumpulan data selanjutnya yaitu angket (kuesioner). Kuesioner dilakukan dengan cara menyiapkan beberapa pertanyaan untuk dijawab oleh responden terkait dengan obyek yang dievaluasi. Menurut Sugiyono, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
106
ia
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.99 Kelebihan metode angket adalah dalam waktu yang relatif singkat dapat memperoleh data yang banyak, tenaga yang diperlukan sedikit dan responden dapat menjawab dengan bebas tanpa pengaruh orang lain. Penggunaan angket juga berdasarkan pada prinsip efisiensi dan efektivitas serta menjadi data pelengkap bagi data primer. E. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, analisis data bersifat induktif, yaitu sebuah analisis berdasarkan data yang diperoleh dan kemudian dikembangkan menjadi hipotesis. Hipotesis tersebut kemudian dipaparkan secara naratif agar hasil penelitian dapat diketahui dengan mudah. Data dikumpulkan dalam berbagai macam cara seperti observasi, wawancara, analisis dokumen, perhitungan angket maupun pita rekaman dan diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan melalui pencatatan, pengetikan, dan penyuntingan, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas atau berbentuk deskripsi. Analisis gambaran
99
deskriptif
kualitatif
diterapkan
untuk
memberikan
secara spesifik tentang karakteristik dari masing-masing
Ibid., h. 192
107
ia
komponen
penelitian.
Analisis deskriptif
dilakukan
dengan
cara
menjelaskan ukuran-ukuran data, meliputi skor maksimum, rata-rata, persentase dari setiap indikator penelitian. Dalam
pengolahan
data
penelitian
evaluasi
ini
peneliti
menggunakan tiga kegiatan dalam menganalisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sugiono berpendapat bahwa: Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari serta membuat kesimpulan hingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.100 Menurut Sugiyono ada beberapa aktivitas dalam analisis data yaitu:101 1. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi
data
merupakan
proses
berfikir
sensitif
yang
memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Dalam penelitian Evaluasi Program Penguatan Pendidikan Karakter reduksi data yang dilakukan ialah dari hasil penelitian baik dari wawancara,
observasi,
angket
(kuesioner)
maupun
analisis
dokumentasi akan diklasifikasikan ke dalam komponen penelitian,
100 101
Ibid., h. 244 Ibid., h. 249
108
ia
dirangkum dan dipilah-pilah sesuai dengan hal-hal pokok yang berkaitan dengan penelitian agar dapat ditemukan gambaran yang mendetail. 2. Penyajian data (Data Display) Penyajian merupakan sebuah proses pemaparan data hasil reduksi. Menurut Sugiyono setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif akan dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian ini, penyajian data akan dilakukan dengan teks yang bersifat naratif. 3. Verifikasi data/ Penarikan Kesimpulan (Conclusing Drawing) Penarikan kesimpulan merupakan aktivitas terakhir dalam analisis data kualitatif. Sugiyono berpendapat bahwa kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan baru tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remangremang sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kausal atau interaktif, hipotesis atau teori sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.102
102
Ibid., h.253.
109
ia
Dalam penelitian ini, peneliti membuat kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam tahapan sebelumnya. Sesuai dengan mekanisme logika pemikiran induktif, maka penarikan kesimpulan di mulai dari halhal yang khusus sampai kepada kesimpulan yang bersifat lebih umum. Untuk
data
kuantitatif,
dilakukan
dengan
menggunakan
statistika deskriptif yang disajikan dalam bentuk grafik atau tabel tentang aspek-aspek evaluasi yang diukur. Menurut Sugiyono, statistik deskriptif adalah statistika yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana
adanya
tanpa
bermaksud
membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.103 F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang digunakan untuk menggali data/informasi. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen penelitian yaitu observasi lapangan, pedoman dokumentasi, kuesioner (angket), dan pedoman wawancara. Pedoman observasi berisi daftar pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap program program. Penggunaan instrumen disesuaikan
103
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 147
110
ia
dengan jenis data yang diperlukan. Data kualitatif diperoleh dengan pedoman wawancara, dan studi dokumentasi. Pedoman dokumentasi lebih terfokus pada peneliti sendiri sebagai instrumen dengan cukup menyiapkan panduan penting atau daftar ceklist tentang data yang akan dikumpulkan. Pedoman wawancara memuat garisgaris besar mengenai apa yang akan ditanyakan kepada responden untuk mengungkap hal-hal yang berkaitan dengan data yang bermanfaat untuk dijadikan dasar penelitian. Pedoman wawancara memuat garis-garis besar mengenai apa yang akan ditanyakan kepada responden untuk mengungkap hal-hal yang berkaitan dengan data yang bermanfaat untuk dijadikan dasar penelitian. Dalam kuesioner (angket) terdapat beberapa pertanyaan terkait dengan obyek penelitian yang dievaluasi. Penggunaan instrumen dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan. Data kualitatif diperoleh dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan studi dokumentasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui angket yang diberikan kepada Pengajar dan Peserta Penguatan Pendidikan Karakter Di SMAN 65 Jakarta. 1. Kisi-Kisi Pedoman Pengumpulan Data Dalam pembuatan pedoman pengumpulan data evaluasi program Penguatan Pendidikan Karakter peneliti membuat kisi-kisi pedoman pengumpulan data agar memudahkan penelitian dalam 111
ia
menjaring data-data terkait program dan dengan tegas menunjukkan instrumen yang akan digunakan untuk mengungkap data yang akan di evaluasi.104 Pembuatan kisi-kisi pedoman meliputi Komponen, Sub komponen, dan indikator yang akan dijadikan sebagai acuan peneliti dalam membuat pedoman pengumpulan data evaluasi Program Penguatan Pendidikan Karakter, sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Evaluasi No Komponen 1
104
Konteks (Context)
Sub Komponen
Indikator
No. Butir Kuesioner
1.2. Latar belakang 1.1.1 Memiliki dokumen program. dasar hukum pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter 1.1.2 Memilikidokumen dasar hukum organisasi pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter
Mulyadi, dkk, Evaluais Program (Jakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan UNJ), h.44
112
ia
No Komponen
Sub Komponen
1.2. Tujuan program
1.3. Analisis kebutuhan program
2
Masukan (Input) 2.1. Sumber daya manusia
Indikator 1.1.3 Kesesuaian latar belakang program Penguatan Pendidikan Karakter 1.2.1 Kesesuaian tujuan program Penguatan Pendidikan Karakter 1.2.2 Kesesuaian target peserta Penguatan Pendidikan Karakter 1.3.1 Kesesuaian Materi/Kurikulum program dengan Kompetensi yang harus dimiliki siswa 1.3.2 Kesesuaian Materi/Kurikulum program dengan kebutuhan lembaga (SMAN 65 Jakarta) 2.1.1 Memiliki struktur organisasi SMAN 65 Jakarta 2.1.2 Kesesuaian tugas pokok dan fungsi struktur organisasi
113
No. Butir Kuesioner
Angket Siswa: 1-12
Angket Siswa: 14 &15
Angket Siswa: 16
Angket Siswa: 2-12,17
Angket Siswa: 18
Angket Siswa: 19 Angket Siswa: 20
ia
No Komponen
Sub Komponen
2.2. Alokasi anggaran
2.3. Kurikulum program
2.4. Sarana dan prasarana pendukung
Indikator 2.1.3 Memiliki kualifikasi pengajar/ mentor program Penguatan Pendidikan Karakter 2.1.4 Kesesuaian kualifikasi kriteria peserta Penguatan Pendidikan Karakter 2.2.1 Memiliki dokumen hasil penyusunan anggaran program Penguatan Pendidikan Karakter 2.3.1 Memiliki dokumen Rancang Bangun Kurikulum Program Program (RBPP) Penguatan Pendidikan Karakter
No. Butir Kuesioner
Angket Siswa: 21
Angket Siswa: 22
Angket Siswa: 23
2.3.2 Memiliki modul
Angket Siswa: 24
2.4.1 Metode dan Media Pembelajaran yang digunakan
Angket Siswa: 25
2.4.2 Memiliki fasilitas penunjang
Angket Siswa: 26
114
ia
No Komponen
3
Proses (process)
Sub Komponen
3.1. Perencanaan dan sosialisasi program Penguatan Pendidikan Karakter
3.2. Pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter
Indikator 2.4.3 Memiliki sistem khusus (aplikasi) pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter 3.1.1 Perencanaan program Penguatan Pendidikan Karakter 3.1.2 Pelaksanaan sosialisasi program Penguatan Pendidikan Karakter 3.2.1 Jadwal pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter 3.2.2 Daftar hadir peserta program Penguatan Pendidikan Karakter 3.2.3 Kesesuaian pengajar
115
No. Butir Kuesioner
Angket Siswa: 27,28
Angket Siswa: 23
Angket Siswa: 29
Angket Siswa: 30
Angket Siswa: 31
Angket Siswa: 32
ia
No Komponen
Sub Komponen
Indikator
3.3.1 Pelaksanaan monitoring program 3.3. Monitoring dan Penguatan Evaluasi Pendidikan program Karakter Penguatan 3.3.2 Pelaksanaan Pendidikan evaluasi Karakter Penguatan Pendidikan Karakter 4 Produk (product)
4.1.1 Keberhasilan 4.1. Pencapaian penyelenggaraan tujuan program Penguatan 4.1.2 Pencapaian Pendidikan kompetensi Karakter peserta.
No. Butir Kuesioner
Angket Siswa: 33
Angket Siswa: 34
Angket Siswa: 35 Angket Siswa: 36
2. Validasi Instrumen Sebelum peneliti menggunakan instrumen penelitian, maka dilakukan validasi terhadap isi dan konstruksi agar instrumen evaluasi program dapat dikatakan valid. Dalam hal ini peneliti menggunakan validitas logis terhadap instrumen evaluasi Program Penguatan Pendidikan Karakter. Validasi instrumen penting untuk dilakukan karena validitas instrumen evaluasi menjadi salah satu gambaran kualitas proses evaluasi program yang dilakukan. Menurut Arikunto,
116
ia
Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan ketentuan yang ada.105 Terdapat dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen, yaitu validitas isi dan konstruksi. Menurut Arikunto, validasi isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi yang dievaluasi. Sedangkan validasi konstruksi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang dususun berdasarkan konstrak aspekaspek kejiwaan yang seharusnya dievaluasi.106 G. Pemeriksaan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data dilakukan untuk memastikan bahwa data
yang
dijadikan
sumber
penelitian
valid
dan
dapat
dipertanggungjawabkan. Data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang disajikan peneliti dengan yang terjadi di lapangan. Absah atau tidaknya data berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan terhadap evaluasi yang dilaksanakan. Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji keabsahan data meliputi uji credibility atau validitas internal,
105 106
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 80 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h.81
117
ia
transferability atau validitas eksternal, dependability atau realibitas, dan confirmability objektifitas. 1. Credibility (Kreadibilitas) Dalam kriteria ini, dilakukan pemeriksaan keabsahan data melalui triangulasi, Dengan menggunakan Triangulasi sumber yang bersumber
pada
pedoman
pelaksanaan
program
Penguatan
Pendidikan Karakter. Triangulasi teknik yaitu dengan pengecekan data dengan menggunkan teknik-teknik wawancara, dokumentasi, dan observasi.107 2. Transferability (Validitas eksternal) Kriteria ini menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang
sama
atas
dasar
penemuan
yang
diperoleh
secara
representatif.108 3. Dependability (Realibitas) Dalam hal ini dilakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Dimulai dari menentukan masalah atau fokus pelaksanaan penelitian di lapangan, menentukan sumber data, analisis data,
107
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2011), h. 330. 108 Ibid, h. 348
118
ia
pemeriksaan keabsahan data, hingga pembuatan kesimpulan oleh peneliti.109
4. Confirmability (Objektifitas) Objektifitas
sebuah
penelitian
dinyatakan
apabila
hasil
penelitian disepakati oleh banyak orang, dengan demikian dapat dipastikan bahwa objektifitas penelitian bergantung pada persatuan beberapa orang terhadap sebuah pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Adapun langkah yang dilakukan pada kriteria ini adalah menguji hasil penelitian dengan mengaitkannya dengan fungsi dari proses pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter yang dilakukan.110 H. Disain Perencanaan Evaluasi Evaluasi digunakan dalam sebuah pelaksanaan suatu program dalam upaya penyajian informasi, analisa, dan pengumpulan data untuk mengukur dan menilai ketercapaian pelaksanaan program yang menjadi objek evaluasinya sehingga hasil dari evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh para pemangku kebijakan dalam mengambil suatu kebijakan. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan
109 110
Ibid, h. 346 Ibid, h. 350
119
ia
Program Penguatan Pendidikan Karakter dengan menggunakan model CIPP (context, input, process, product) maka desain penelitian yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Evaluasi Program Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Topik atau unit yang diteliti dalam penelitian ini adalah (1) context:
pada
bagian
ini
akan
menunjukkan
latar
belakang
penyelenggaraan program Penguatan Pendidikan Karakter seperti penilaian kebutuhan, masalah, sumber daya dan kesempatan yang dimiliki serta kondisi terkini dari proyek atau program,
(2)
Input: dilakukan untuk mengetahui sumber daya yang ada, alokasi 120
ia
anggaran, sarana dan peralatan pendukung, dan berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta, (3) process: pelaksanaan program akan dinilai, tahap ini menilai implementasi dari program Penguatan Pendidikan Karakter yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi terhadap program, (4) product: pada tahap ini evaluator mengidentifikasi dampak yang akan ditimbulkan. Dalam hal ini produk dari program Penguatan Pendidikan Karakter adalah tercapainya tujuan program.
121
ia
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SMAN 65 SMA Negeri 65 Jakarta, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri berpredikat sebagai sekolah standar nasional yang ada di Provinsi DKI Jakarta, Indonesia dan terletak di bilangan Jalan Raya Panjang,Kebon Jeruk,Jakarta Barat. Sama seperti sekolah menengah atas pada umumnya, pendidikan di SMA Negeri 65 Jakarta ditempuh dalam waktu tiga tahun dari kelas X, XI, dan XII dengan peminatan IPA atau IPS. Awal berdirinya SMA Negeri 65 Jakarta,yang dahulu bernama sekolah kelas jauh SMPP 35, sekarang SMPP 35 menjadi SMA Negeri 78 Jakarta dan yang menjabat wakil kepala sekolah SMPP 35 saat itu adalah Dra. Retna Kartiwi yang sangat berperan dalam proses berdirinya SMA Negeri 65 Jakarta. Beliau yang memberi semangat dan usaha untuk memisahkan diri dari SMPP 35 sejak tahun 1980 supaya bisa berdiri mandiri tidak lagi sebagai kelas jauh. Akhirnya sekitar tahun 1981 berhasil melepaskan diri dari induknya dan menjadi SMA Negeri 65 Jakarta dan 122
ia
Dra. Retna Kartiwi menjabat sebagai Kepala Sekolah pertama SMA Negeri 65 Jakarta, dan dibantu oleh tenaga pengajar yang berjumlah 31 Guru dan 5 Tata Usaha. Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 65 Jakarta adalah kurikulum 2013 yang mulai diterapkan sejak tahun 2013 kepada setiap siswa yang bersekolah di SMA Negeri 65 Jakarta. Kurikulum tersebut mengoptimalkan keaktifan siswa, kemampuan analisis, kemampuan berdiskusi, berorganisasi, dan berpikir kritis. 1. Visi dan Misi SMAN 65 a. Visi SMAN 65 SMAN 65 telah menetapkan suatu visi yang akan dicapai oleh seluruh warga sekolah SMAN 65 Jakarta, yaitu: “Terciptanya Sumber Daya Manusia yang Unggul secara Akademis,
Religius,
Demokratis,
Prima
dalam
pelayanan
pendidikan serta Peduli pada Pelestarian Lingkungan Hidup” b. Misi SMAN 65 Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh organisasi sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Berdasarkan visi tersebut, dirumuskanlah beberapa misi dari SMAN 65 Jakarta yang berisikan hal-hal berikut. 1) Memberikan pelayanan pendidikan yang Prima sehingga menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif dan inovatif. 123
ia
2) Mengaktualisasikan pendidikan agama sehingga
tercipta
keimanan dan ketaqwaan yang tinggi terhadap Tuhan yang Maha Esa. 3) Membentuk pribadi siswa agar memiliki sikap Demokratis, yang dapat menerima perubahan inovatif serta menghargai hasil karya orang lain. 4) Menjaga dan memelihara Keseimbangan lingkungan hidup. 5) Menjaga Hubungan silaturrahim antar warga sekolah. 2. Struktur Organisasi SMAN 65
Kepala SMAN 65 Jakarta Hj.Umairoh,S.Pd. M.M
Kasubag Tata Usaha Haerudin, S.Pd. M.M
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikukulum
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Gayatri, S.Pd
Dra.Syarifah
124
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas dan Sarpras Moh. Paisal,M.Pd
ia
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Deskripsi data hasil penelitian yang akan dipaparkan oleh peneliti meliputi deskripsi Context, Input, Process dan Product sesuai dengan model penelitian yang digunakan yaitu model evaluasi CIPP. 1. Hasil Penelitian Evaluasi Context Penguatan Pendidikan Karakter Komponen context/konteks yang akan diteliti yaitu : a. Latar belakang program penguatan pendidikan karakter: dengan indikator-indikator seperti dasar hukum penyelenggaraan program, dasar hukum
organisasi penyelenggara,
latar belakang
penyelenggaraan program); b. Tujuan program Penguatan Pendidikan Karakter: dengan indikator tujuan program, sasaran program; dan c. Analisis
kebutuhan
program:
kebutuhan
penyelenggaraan
program. Tabel 4.1 Gambaran Evaluasi Context Program Penguatan Pendidikan Karakter
No.
Aspek yang dievaluasi
Indikator
Data Objektif
Temuan Penelitian
Memiliki dokumen
1
Latar Belakang
1.1 Dasar hukum
dasar hukum
pelaksanaan
pelaksanaan
program
program Penguatan Pendidikan Karakter
125
Sesuai
ia
No.
Aspek yang dievaluasi
Indikator
Data Objektif
Temuan Penelitian
Memiliki dokumen 1.2 Dasar hukum
dasar hukum
organisasi
organisasi
penyelenggara
pelaksanaan
program
program Penguatan
Sesuai
Pendidikan Karakter Kesesuaian latar 1.3 Latar belakang
belakang program
penyelenggraan
Penguatan
program.
Pendidikan Karakter
Sesuai
Kesesuaian tujuan 2.1 Tujuan program 2
program Penguatan
Sesuai
Pendidikan Karakter
Tujuan
Kesesuaian target 2.2 Sasaran program
peserta Penguatan
Sesuai
Pendidikan Karakter Kesesuaian Materi/Kurikulum pembelajaran dengan Kompetensi 3
Analisis Kebutuhan
3.1 Kebutuhan
Sesuai
yang harus dimiliki
penyelenggaraan
siswa.
program. Kesesuaian Materi/Kurikulum pembelajaran
126
Sesuai
ia
No.
Aspek yang
Indikator
dievaluasi
Data Objektif
Temuan Penelitian
dengan kebutuhan lembaga (SMAN 65)
a. Latar Belakang Program Penguatan Pendidikan Karakter 1) Dasar Hukum Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berdasarkan hasil analisis dokumentasi tentang dasar hukum penyelenggaraan penguatan pendidikan karakter, peneliti menemukan bahwa dasar hukum penyelenggaraan program ini adalah Peraturan Presiden no 87 Tahun 2017 mengenai Penguatan Pendidikan Karakter. Selain
itu,
berdasarkan
hasil
dokumentasi
peneliti
mengenai dasar hukum pelaksanaan penguatan pendidikan karakter diantaranya adalah: Undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional yang merumuskan bahwa tujuan pendidikan ialah menciptakan manusia yang berbudi luhur pekerti dan sopan santun, yang selanjutnya disebutkan dalam Agenda nawacita no 8 Presiden Joko Widodo
127
ia
yang berbunyi penguatan revolusi karakter bangsa melalui budi pekerti dsb. Selain peraturan tersebut terdapat pula dalam RPJMN 2015-2019 yang mengatakan bahwa Penguatan Pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang akan memperkuat nilai-nilai moral,akhlak.dsb 2) Dasar Hukum Organisasi Penyelenggara Program Penguatan Pendidikan Karakter Berdasarkan hasil dokumentasi yang dilakukan peneliti dasar hukum organisasi penyelenggara program penguatan pendidikan karakter ialah Perpres no 87 tahun 2017 tentang PPK, didalam pasal 6 ayat 3 dikatakan bahwa PPK dapat dilaksanakan dengan manajemen berbasis sekolah. Didalam Peraturan ini juga dikatakan
bahwa
PPK
dapat
dilaksanakan
secara
intrakurikuler,kokurikuler dan ekstrakurikuler (pasal 6 ayat 1) . Berdasarkan
hasil
observasi
tentang
kegiatan
penyelengaraan PPK di lingkup SMAN 65, diketahui bahwa semua kegiatan
penyelenggaraan
telah
sesuai dengan Petunjuk
Pelaksanaan yang terdapat pada Perpres no 87 tahun 2017.
128
ia
3) Latar
Belakang
Penyelenggaraan
Program
Penguatan
Pendidikan Karakter Berdasarkan
hasil
wawancara
dengan
pihak
penyelenggaraan program penguatan pendidikan karakter yang menjadi latar belakang dari terciptanya penguatan pendidikan karakter ini, dengan tujuan program PPK bertujuan untuk melaksanakan sebuah proses penanaman nilai yang berorientasi pada perkembangan potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. PPK juga diharapkan memberikan suatu keteladan kepada siswa untuk menerapkan nilai-nilai yang diberikan sekolah kepada siswa. Lalu PPK juga merupakan serangkaian nilai-nilai pembiasaan yang berlangsung dalam kehidupan siswa. Berdasar pada hasil angket yang peneliti sebarkan kepada 93 siswa SMAN 65. Terdapat aspek latar belakang yang peneliti pecah menjadi 12 butir pernyataan agar memudahkan siswa memahami tujuan peneliti secara mendalam. Yaitu dengan 1 butir pernyataan bahwa apakah siswa mengetahui Program ini dan 11 butir
pernyataan
yang
menyatakan
meningkatkan kesebelas nilai karakter .
129
apakah
program
ini
ia
Siswa mengetahui apa itu Program Penguatan Pendidikan karakter TIDAK 16%
IYA 84%
Grafik 4.1 Informasi Latar Belakang
Untuk
pernyataan
pertama,dikatakan
bahwa
84%
responden mengetahui bahwa Program PPK sedang berjalan di SMAN 65. Untuk butir ke 2 sampai ke 12 yang bertujuan mendapatkan pernyataan siswa mengenai pendapat mereka apakah PPK mampu meningkatkan kemampuan mereka dalam masing-masing aspek. Dalam aspek religius, 96% responden menyatakan YA dan 4% menyatakan TIDAK. Dalam aspek kejujuran, 91% responden menyatakan YA dan 9% menyatakan TIDAK. Dalam aspek disiplin, 97% responden menyatakan YA dan 3% menyatakan TIDAK. Dalam aspek sopan santun, 99% responden menyatakan YA dan
130
ia
1% menyatakan TIDAK. Dalam aspek kepedulian, 94% responden menyatakan YA dan 6% menyatakan TIDAK. Dalam aspek bekerjasama, 91% responden menyatakan YA dan 9% menyatakan TIDAK. Dalam aspek toleransi, 86% responden menyatakan YA dan 14% menyatakan TIDAK. Dalam aspek cinta damai, 96% responden menyatakan YA dan 4% menyatakan TIDAK. Dalam aspek bertanggungjawab, 88% responden menyatakan YA dan 12% menyatakan TIDAK. Dalam aspek cekatan, 68% responden menyatakan YA dan 32% menyatakan TIDAK. Dalam aspek aktif, 86% responden menyatakan YA dan 14% menyatakan TIDAK. Program PPK dapat menumbuhkan dan meningkatkan sikap siswa dalam 120% 100% 80% 60%
IYA
40%
TIDAK
20% 0% Religius
Kejujuran
Disiplin
Sopan Santun
131
Kepedulian
ia
Program PPK dapat menumbuhkan dan meningkatkan sikap siswa dalam 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0%
IYA TIDAK
Grafik 4.2 Pencapaian Latar Belakang Nilai Karakter dalam PPK di SMAN 65 b. Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter 1) Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter Peneliti mendapatkan kesamaan pandangan diantara 3 informan. Jika dipandang dari sisi akademis,pendidikan karakter juga dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian yang mampu dicapai seorang siswa itu sendiri berdasar pada sifat alamiahnya. Dikarenakan melalui pendidikan karakter,sekolah pengajar akan merasa terbantukan dalam pembentukan nilai-nilai kepada peserta didik yang sesuai pada masyarakat. Pendidikan karakter juga mampu membuat peserta didik
melestarikan
kearifan
132
lokal,seperti
halnya
budaya
ia
menghormati dan rasa nasionalis yang ditanamkan dalam program PPK ini. Berdasar pada hasil angket yang peneliti sebarkan kepada 93 siswa SMAN 65. Terdapat 3 pernyataan untuk aspek tujuan,yang menitikberatkan pada urgensi diadakan PPK di sekolah. Terdapat 3 jenis pernyataan yang mengarah pada urgensi diadakannya PPK di sekolah, pernyataan pertama adalah “Pendidikan Karakter yang berisikan aspek karakter peserta didik jenjang SMA penting dilaksanakan” yang menghasilkan pernyataan bahwa 100% responden setuju bahwa PPK harus dilaksanakan. Dan pada pernyataan kedua, yang menyatakan “Sekolah berkewajiban
untuk
melaksanakan
Penguatan
Pendidikan
Karakter” mendapat respon 97% menyatakan bahwa sekolah wajib mengadakan,sedangkan 3% mengatakan tidak setuju untuk sekolah mengadakan PPK.Lalu pada pernyataan ketiga,terdapat pernyataan “Siswa yang berkarakter sesuai dengan aspek karakter peserta didik jenjang SMA penting untuk dicapai” hampir seluruh responden menyatakan penting,hanya terdapat 1% dari seluruh responden menyatakan bahwa siswa tidak harus berkarakter sesuai dengan aspek karakter peserta didik SMA.
133
ia
Tujuan Penyelenggaraan PPK SMAN 65 Siswa yang berkarakter sesuai dengan aspek karakter peserta didik jenjang SMA penting untuk dicapai? Sekolah berkewajiban untuk melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter? Pendidikan Karakter yang berisikan aspek karakter peserta didik jenjang sma penting dilaksanakan? TIDAK
1% 3% 0% 99% 97% 100%
IYA
Grafik 4.3 Urgensi Tujuan dalam PPK di SMAN 65 2) Sasaran Program Penguatan Pendidikan Karakter Hasil wawancara dengan key informan serta hasil studi dokumentasi
menghasilkan
bahwa
sasaran
peserta
program
penguatan pendidikan karakter adalah Siswa SMA/sederajat,dan untuk yang diselenggarakan oleh SMAN 65 haruslah Siswa dari SMAN 65. Persyaratan menjadi peserta penguatan pendidikan karakter melalui analisis dokumentasi pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 14 tahun 2018 tentang Peserta didik diantaranya adalah:
a) Berumur maksimal 21 tahun 134
ia
b) Memiliki STTB pendidikan menengah pertama (SMP/Mts/Paket B/ SMPLB) c) Memiliki
SHUN
pendidikan
menengah
pertama
(SMP/Mts/Paket B/ SMPLB) Adapun untuk menjadi peserta PPK di SMAN 65 terdapat syarat tambahan,yaitu lolos seleksi PPDB dan melakukan daftar ulang pada kelas 10. Serta jika akan melanjutkan,peserta didik harus terdaftar pada tiap tahun ajaran baru sebagai peserta didik SMAN 65 Jakarta. c. Analisis Kebutuhan Program Penguatan Pendidikan Karakter 1) Kebutuhan Penyelenggaraan Program Penguatan Pendidikan Karakter Dari pandangan sudut pandang Key Informan ,peneliti mendaptkan pernyataan bahwa PPK amat dibutuhkan oleh siswa khususnya pada era sekarang ini. Kurangnya perhatian dari orang tua serta perkembangan pola asuh dari masing-masing keluarga terlihat memberikan pemahaman yang berbeda mengenai nilai yang harus dimiliki seorang anak. Disinilah rumusan muatanmuatan PPK
hadir dalam
rangka
memberikan
penyatuan
pandangan pada nilai apa saja yang harus dicapai siswa. Apalagi tantangan akan kebutuhan cadangan sumber daya manusia yang berkarakter guna menuju bonus demografi 2035 membuat sekolah 135
ia
selaku
pelaksana
kegiatan
pendidikan
harus
merumuskan
pembelajaran yang bermuatan nilai-nilai karakter seorang siswa. Adapun,menurut pengajar bahwa PPK adalah program yang sangat bermanfaat,beliau melihat dari bagaimana pendidikan karakter mampu membuat seorang siswa mampu memiliki sifat jujur dan loyal serta menjadi berintegritas. Adapun pendidikan karakter juga mampu membentuk siswa memiliki pemikiran yang terbuka akan berbagai macam pendapat dan temuan dalam kesehariannya. Kepedulian juga merupakan salah satu faktor yang mampu ditumbuhkan dalam pendidikan karakter,dimana siswa menjadi aware terhadap kondisi sekitar beliau. Hal-hal lain seperti penumbuhan sikap disiplin,bertanggung jawab,sadar hukum dll. juga mampu ditumbuhkan dalam pendidikan karakter. Adapun,
berdasar
pada
hasil
angket
yang
peneliti
sebarkan,terdapat 2 pernyataan yang mengarah kepada analisis kebutuhan program PPK di SMAN 65. Pada pernyataan ” Materi pelajaran
yang
diberikan
pengajar
dalam
setiap
mata
pelajaran/kegiatan penunjang (Eskul,kegiatan luar sekolah,dll) sudah berisikan aspek karakter peserta didik pada jenjang SMA”,86% responden menyatakan bahwa materi pelajaran yang diberikan pengajar sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan 136
ia
dalam bermasyarakat. Dan untuk pernyataan “Materi pelajaran tersebut dapat dilakukan di lingkungan sekolah maupun sosial saya”,95% responden setuju bahwa materi-materi tersebut sudah dapat mereka lakukan dan sesuai dengan bagaimana kondisi sosial sekolah dan masyarakat sekitar lingkungan mereka. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
95%
86%
14%
5%
Materi pelajaran yang diberikan pengajar dalam setiap mata pelajaran/kegiatan penunjang (Eskul,kegiatan luar sekolah,dll) sudah berisikan aspek karakter peserta didik pada jenjang SMA? YA
Materi pelajaran tersebut dapat dilakukan di lingkungan sekolah maupun sosial saya
TIDAK
Grafik 4.4 Analisis Kebutuhan PPK SMAN 65
137
ia
2. Hasil Penelitian Evaluasi Input Penguatan Pendidikan Karakter Komponen input/masukan yang diteliti adalah sebagai berikut: a. Sumber daya manusia: dengan indikator struktur organisasi, kesesuaian tugas pokok dan fungsi, kualifikasi pengajar, kualifikasi kriteria peserta pembelajaran b. Alokasi anggaran; dengan indikator memiliki dokumen hasil penyusunan anggaran program Penguatan Pendidikan Karakter; c. Kurikulum
pembelajaran:
dengan
indikator
perencanaan
kurikulum,penyususnan modul pembelajaran; d. Sarana dan prasarana pendukung: dengan indikator metode dan media pembelajaran, memiliki fasilitas, memiliki sistem khusus pelaksanaan program pembelajaran
Tabel 4.2 Gambaran Evaluasi Input Program Penguatan Pendidikan Karakter
No.
Aspek yang dievaluasi
Indikator
Data Objektif
1.1 Struktur
1
Sumber daya manusia
Memiliki struktur
organisasi
organisasi SMAN 65
1.2 Kesesuaian tugas pokok dan fungsi
138
Kesesuaian tugas pokok dan fungsi
Temuan Penelitian Sesuai
Sesuai
ia
No.
Aspek yang dievaluasi
Indikator
Data Objektif
Temuan Penelitian
Memiliki kualifikasi
1.3 Kualifikasi
pengajar/
pengajar
Sesuai
widyaiswara
1.4 Kualifikasi
Kesesuaian
kriteria
kualifikasi kriteria
peserta pembelajaran
Sesuai
peserta didik
2.1 Memiliki dokumen hasil penyusunan 2
Alokasi
anggaran
anggaran
program
Memiliki dokumen hasil penyusunan anggaran program
Tidak Sesuai
Penguatan
Penguatan
Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter
Memiliki dokumen Rancang Bangun 3.1 Perencanaan
3
Kurikulum
Kurikulum
Pembelajaran
Sesuai
(RBPP) Penguatan
Pembelajaran
Pendidikan Karakter 3.2 Penyususnan Modul pembelajaran
4
Kurikulum Program
4.1 Media
Memiliki modul pembelajaran Media Pembelajaran
Pembelajaran
139
yang digunakan
Tidak Sesuai
Sesuai
ia
No.
Aspek yang
Indikator
dievaluasi
Temuan
Data Objektif
Penelitian
Memiliki fasilitas 4.2 Memiliki
yang digunakan
fasilitas
ketika pembelajaran berlangsung.
Sarana dan prasarana
4.3 Memiliki
pendukung
Sesuai
sistem khusus pelaksanaan program Pembelajaran
Memiliki sistem khusus pelaksanaan program Penguatan
Sesuai
Pendidikan Karakter
a. Sumber daya manusia 1) Struktur organisasi penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi, struktur Karakter
organisasi
penyelenggaraan
sesuai dengan
berkas
Penguatan
keluaran
laporan struktur
organisasi sekolah, SMAN 65 Jakarta terdiri atas: a) Kepala Sekolah; b) Bidang Kurikulum; c) Bidang Kesiswaan; d) Bagian Humas dan Sarpras e) Tata Usaha
140
Pendidikan
ia
f)
Jabatan/Tugas tambahan fungsional
g) Siswa Struktur organisasi penyelenggaraan disesuaikan dengan tugas dan fungsi masing-masing dari setiap bidang yang ada di SMAN 65. Dan dalam angket yang peneliti sebarkan kepada siswa, terdapat pernyataan ”Sekolah mempunyai struktur organisasi”. 99% responden menyatakan bahwa sekolah memiliki struktur organisasi, dan 1% menyatakan bahwa sekolah tidak memiliki atau tidak mengetahui itu. Sekolah mempunyai struktur organisasi YA
TIDAK 1% 99%
Grafik 4.5 Siswa Mengetahui Struktur Organisasi
141
ia
2) Kesesuaian tugas pokok dan fungsi Bidang Kurikulum memiliki fungsi yaitu melaksanakan perencanaan dan pengembangan program dan kurikulum, serta penyiapan dan pengembangan kompetensi tenaga pengajar dalam setiap mata pelajaran. Bidang Kurikulum dikepalai oleh Ibu Gayatri S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum,serta memiliki tim penyusun kurikulum yang bertugas melakukan perancangan dan penyusunan dasar kurikulum sekolah dan proses pembelajaran sekolah. Bidang
Kesiswaan
memiliki
fungsi
yaitu
melakukan
perencanaan penerimaan siswa,pengawasan proses pendidikan pada siswa,merancang dan mengawasi kegiatan korikuler dan ekstrakurikuler penunjang,serta melakukan penjaminan kualitas lulusan siswa. Bidang Kesiswaan dikepalai oleh Ibu Syarifah S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan,serta memiliki tim pengawas dan penjamin kesiswaan yang bertugas melakukan pengawasan dan penindakan terhadap berbagai permasalahan yang terjadi didalam proses pendidikan siswa. Bidang Kehumasan memiliki fungsi yaitu melakukan berbagai perancangan kegiatan publikasi sekolah,sebagai pintu 142
ia
komunikasi
antara
sekolah
dengan
masyarakat
luas,serta
pengawasan terhadap kegiatan yang mempengaruhi citra sekolah di masyarakat. Bidang ini juga bertanggung jawab atas penyediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran serta pengawasan dan perawatan sarana prasarana penunjang pembelajaran. Bidang Kehumasan dikepalai oleh Bapak Faisal S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kehumasan,serta memiliki tim Humas yang melakukan kegiatan publikasi dan komunikasi antara sekolah dengan masyarakat,serta tim Sarana Prasarana yang bertugas melakukan perawatan dan pengawasan terhadap sarana prasaran penunjang pembelajaran. Bagian Tata usaha memiliki tugas dan fungsi dalam melakukan
pengelolaan
keuangan,
urusan
tata
usaha,
kepegawaian dan humas, rumah tangga dan pengelolaan aset, penyediaan dukungan teknologi informasi serta pemantauan tindak lanjut rekomendasi atas hasil pemeriksaan aparat pengawasan Bidang Tata Usaha dikepalai oleh Bapak Haerudin S.Pd M.M selaku Kepala Tata Usaha,serta memiliki tim tata usaha yang bekerja sesuai dengan fungsi-fungsi penunjang pembelajaran diluar kependidikan. Dan
dalam
angket
yang
peneliti
sebarkan
kepada
siswa,terdapat pernyataan ” Saya menjalankan tugas sesuai fungsi 143
ia
saya dalam struktur organisasi”. 94% responden menyatakan siswa sudah menjalankan tugas mereka sebagai peserta didik , dan 6% menyatakan bahwa mereka merasa belum menjalankan fungsi peserta didik seutuhnya. Saya menjalankan tugas sesuai fungsi saya dalam struktur organisasi IYA
TIDAK
6%
94%
Grafik 4.6 Siswa menjalankan tugas dan fungsi sesuai struktur organisasi
3) Kualifikasi pengajar
144
ia
Berdasarkan
hasil
wawancara
dilakukan,kualifikasi
pengajar untuk SMA yaitu pendidikan minimal S1 di bidang keilmuan
yang
diajar
(untuk
intrakurikuler)
atau
memiliki
sertifikat/dokumen pendukung keahlian di bidang terkait (untuk intrakurikuler). Berdasarkan analisis dokumentasi yang dilakukan peneliti bahwa telah ada keseuaian dengan yang tertuang pada Permendiknas no 16 tahun 2007 yang didalamnya terdapat kualifikasi pengajar SMA yaitu: Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Adapun setelah melakukan penyebaran angket kepada siswa, terdapat 96% responden menyatakan bahwa pengajar sudah lulus dalam strata 1 (syarat pengajar SMA),sedangkan 4% menyatakan masih ada beberapa guru yang belum lulus strata 1.
145
ia
Seluruh guru/pengajar yang mengajar saya sudah menyelesaikan studi strata 1 IYA
TIDAK
4%
96%
Grafik 4.7 Kesesuaian pengajar PPK di SMAN 65 4) Kualifikasi Peserta Didik Persyaratan menjadi peserta penguatan pendidikan karakter melalui analisis dokumentasi pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 14 tahun 2018 tentang Peserta didik diantaranya adalah: a) Berumur maksimal 21 tahun b) Memiliki STTB pendidikan menengah pertama (SMP/Mts/Paket B/ SMPLB) c) Memiliki
SHUN
pendidikan
(SMP/Mts/Paket B/ SMPLB)
146
menengah
pertama
ia
Adapun untuk menjadi peserta PPK di SMAN 65 terdapat syarat tambahan,yaitu lolos seleksi PPDB dan melakukan daftar ulang pada kelas 10. Serta jika akan melanjutkan,peserta didik harus terdaftar pada tiap tahun ajaran baru sebagai peserta didik SMAN 65 Jakarta. Dalam penyebaran angket,peneliti mendapat bahwa seluruh responden sudah lulus SMP dan belum mencapai umur 21 tahun. b. Alokasi anggaran 1) Penyusunan
anggaran
program
Penguatan
Pendidikan
Karakter SMAN 65 tidak mampu menghadirkan dokumen-dokumen mengenai anggaran dikarenakan alasan kerahasiaan anggaran sekolah yang tidak bisa ditunjukan kepada pihak luar sekolah. Berdasarkan hasil wawancara, Struktur pembiayaan PPK merupakan tanggung jawab bersama yakni, Pemerintah, dana mandiri (pelibatan publik, orang tua, guru dan masyarakat), keterlibatan publik seperti dunia usaha dan dunia industri (DUDI) melalui
program
tanggungjawab
sosial
perusahaan
(Corporate Social Responsibility) dan melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi. Hal tersebut mbeenegaskan bahwa untuk PPK sendiri,SMAN 65 secara terkhusus tidak menganggarkan PPK kedalam 1 pos anggaran tersendiri. Tetapi sekolah membuka kanal 147
ia
kerjasama dengan pihak DUDI untuk memberikan bantuan dalam pelaksanaan PPK didalam kegiatan diluar pembelajaran kelas. SMAN 65 hanya memiliki anggaran khusus penunjang kegiatan siswa yang dialokasikan untuk kegiatan penunjang penumbuhan nilai karakter siswa. Tetapi,dikarenakan SMAN 65 tidak mampu menunjukan dokumen alur pembiayaan dalam PPK,maka peneliti tidak mampu menyimpulkan bahwa pembiayaan berjalan dengan baik. c. Kurikulum Pembelajaran 1) Perencanaan kurikulum Penguatan Pendidikan Karakter Berdasakan hasil wawancara dengan bidang kurikulum Gerakan PPK, tentu bersifat fleksibel sehingga mampu terintegrasi dalam struktur kurikulum, yakni PPK melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan nonkurikuler. Nilai-nilai inti karakter dalam konsep PPK dapat dikembangkan dan diintegrasikan melalui berbagai mata pelajaran, muatan lokal, maupun pengelolaan kelas. Untuk kemudian akan dirumuskan oleh masing-masing pengajar pada mata pelajarannya masing-masing untuk kemudian menghasilkan
perangkat
pembelajaran,dimana
setiap
pembelajaran harus memuat kompetensi inti dan dasar yang memuat nilai-nilai karakter. Adapun guru mata pelajaran untuk kemudia merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk 148
ia
setiap bab-bab mata pelajaran . Dibawah ini alokasi waktu yang diberikan ketika proses pembelajarab dengan muatan PPK dilaksanakan: Tabel 4.1 Alokasi Waktu Pendidikan Karakter dalam 1 Minggu No Nama Mata Pelajaran
Jam Pelajaran
1
Pembelajaran Dalam Kelas
43
2
Upacara Bendera
1
3
Pramuka
2
4
Pembiasaan Pagi
4
5
Ekstrakurikuler
1
6
Pembiasaan Siang Total
5 56 JP
Dalam angket yang peneliti buat,terdapat pernyataan “Seluruh guru/pengajar yang mengajar saya memiliki Silabus dan RPP pada mata pelajaran yang mereka ajar”. Peneliti mendapatkan 91% jawaban YA dan 1% menyatakan TIDAK.
149
ia
Seluruh guru/pengajar yang mengajar anda memiliki Silabus dan RPP pada mata pelajaran yang mereka ajar ? 9% IYA TIDAK
91%
Grafik 4.8 Pengajar memiliki rancangan pembelajaran
2) Penyusunan modul Penguatan Pendidikan Karakter Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumentasi dengan kedua wakil kepala sekolah, Yang berwenang menyusun Modul
pembelajaran
adalah
Kemdikbud,yang
kemudian
menghasilkan produk-produk seperti panduan pelaksanaan PPK dalam bentuk-bentuk pengajaran. Adapun yang diterapkan di SMAN 65 adalah PPK berbasis kelas dan Manajemen berbasis sekolah. Dikarenakan sekolah menyelaraskan dengan budaya sekolah. Untuk
buku
pembelajaran
utama
yang
digunakan
sekolah,SMAN 65 menggunakan buku-buku pelajaran yang
150
ia
distandarisasi oleh BSNP dan yang sudah melalui uji kurikulum kemendikbud dan memiliki relevansi dengan standar isi nasional. Untuk
buku-buku
kegiatan
penunjang,SMAN
65
selalu
mengamanahkan kepada dewan guru untuk menyusun buku berdasar kebutuhan pencapaian siswa dalam kegiatan-kegiatan tersebut,disesuaikan dengan budaya sekolah sendiri. Dalam angket yang peneliti berikan,terdapat pernyataan “Saya memiliki buku pedoman pelajaran yang berisikan muatan pendidikan karakter”. Peneliti mendapatkan hanya 33% jawaban YA dan 67% menyatakan TIDAK. Setelah peneliti melakukan analisis,buku yang digunakan oleh SMAN 65 mayoritas belum terlalu mendalam membahas penguatan karakter. Saya memiliki buku pedoman pelajaran yang berisikan muatan pendidikan karakter IYA
TIDAK
33%
67%
Grafik 4.8 Kepemilikan buku pedoman pelajaran bermuatan PPK 151
ia
d. Media Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru, Untuk metode atau media pembelajaran yang diterapkan guru dalam kelas,para pengajar metode sendiri-sendiri. Seperti dalam
mata
pelajaran agama,informan pengajar lebih sering menggunakan metode Al-Uswah wa Al-Qudwah (Keteladanan). Dimana sebelum pengajar mengajarkan nilai-nilai baik kepada siswa,pengajar harus memiliki nilai tersebut dan mampu menunjukan bahwa ia mempraktikan nilai tersebut dalam kesehariannya. Beliau juga acapkali melakukan metode storytelling dalam menyampaikan beberapa penerapan nilai-nilai,khususnya penerapan nilai pada masa Rasulullah dan kekhalifahan islam. Dalam angket yang peneliti berikan,terdapat pernyataan “Guru melakukan
proses
pembelajaran
dengan
metode
dan
media
pembelajaran yang berisikan muatan pendidikan karakter”. Peneliti mendapatkan 85% jawaban YA dan 15% menyatakan TIDAK.
152
ia
Guru melakukan proses pembelajaran dengan metode dan media pembelajaran yang berisikan muatan pendidikan karakter
TIDAK 15%
IYA 85%
Grafik 4.9 Pembelajaran dengan model dan metode bermuatan PPK e. Sarana dan prasarana pendukung 1) Sarana Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan dokumentasi, sarana
yang
disediakan
meliputi:,
Laser
projector,
Komputer/Internet, Sound System, Papan tulis, Speaker,Modul. Sarana
pembelajaran
dengan muatan PPK sangat beragam,
karena penggunaan sarana atau media pembelajaran sendiri tidak terlepas dari metode yang digunakan oleh masing-masing guru mata pelajaran di pelajaran masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara dengan dua Wakil kepala sekolah dapat diketahui bahwa SMAN 65 selalu berupaya memenuhi kebutuhan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam hal 153
ia
memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa SMAN 65. Standar dalam sarana dan prasarana pendidikan di SMAN 65 mengikuti peraturan yang pemerintah buat. Baik yang tercantum didalam UU diano 20 tahun 2003 maupun Permendiknas no 24 Tahun 2007. Dikarenakan penguatan pendidikan karakter sekolah integrasikan dalam pembelajaran,maka sarana dan prasarana sekolah samakan dengan sarana dan prasarana pembelajaran. 2) Prasarana Berdasarkan hasil pengamatan dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti prasarana yang disediakan oleh SMAN 65 untuk menunjang proses pembelajaran diantaranya yaitu: a) Ruang Kelas b) Ruang Laboratorium Komputer c) Ruang Laboratorium Bahasa d) Ruang Laboratorium IPA e) Ruang Audio Visual f)
Perpustakaan
g) Lapangan Olahraga h) Ruang Aula i)
Kantin
j)
UKS
k) Masjid 154
ia
l)
Ruang Konseling
m) Parkir n) Internet Hotspot Mengenai Sarana dan Prasarana,Peneliti memasukan faktor sarpras yang peneliti masukan dalam pernyataan “Sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk meningkatkan muatan-muatan pendidikan karakter”. Terdapat 73% responden menjawab sekolah sudah menyediakan sarpras yang sesuai dan 27% menjawab belum sesuai.
Sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk meningkatkan muatan-muatan pendidikan karakter
27%
IYA 73%
Grafik 4.10 Sarana Prasarana dan Fasilitas PPK SMAN 65
155
TIDAK
ia
3) Sistem khusus pelaksanaan program pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara peneliti bahwa dalam program Penguatan
Pendidikan Karakter,SMAN 65 memiliki 3 kegiatan
unggulan yang menunjang pendalaman aspek religiusitas seorang siswa. Yang pertama adalah kegiatan Bimbingan Da’I Remaja (BDR) yang dilakukan pada minggu ketiga bulan desember di setiap tahunnya selama 5 hari ,kegiatan ini bertujuan membiasakan siswa kelas X untuk mampu beraktivitas dalam suasana keagamaan dengan harapan mampu mengaplikasikan dalam kesehariannya. Adapun kegiatan ini telah sekolah jalankan sudah lebih dari 10 tahun (bahkan sebelum PPK dicanangkan oleh negara). Kegiatan
berikutnya
adalah
Bimbingan
Latihan
Khutbah,kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan yang ditujukan kepada kelas XI yang mendapatkan peringkat terbaik dalam BDR tahun sebelumnya,BLK diadakan pada minggu kedua di bulan juni setiap tahunnya selama 3 hari,BLK bertujuan untuk melatih kemampuan menyampaikan ilmu tiap siswa didepan umum. Kegiatan ketiga adalah Retreat,suatu kegiatan pengasingan diri dan pendalaman keagamaan selama 4 hari yang ditujukan untuk seluruh siswa beragama nasrani maupun katolik,Retreat diadakan pada minggu ketiga bulan April disetiap tahunnya.
156
ia
Hasil angket yang peneliti berikan kepada responden siswa SMAN 65. Terdapat dua pernyataan dalam angket mengenai sistem khusus pelaksanaan program. Pada pernyataan pertama “Sekolah memiliki kegiatan diluar pembelajaran yang bertujuan menguatkan pendidikan karakter”,terdapat 78% responden menjawab YA dan 22% menjawab TIDAK. Dan pada pernyataan kedua “Saya mengikuti ekstrakurikuler
yang
bermuatan
pendidikan
ROHIS,ROKRIS,OLAHRAGA,PRAMUKA,KLUB
DISKUSI,SENI)
terdapat 88% menjawab IYA dan 12% menjawab TIDAK.
Sistem Khusus Pelaksanaan Program PPK 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% YA
TIDAK
Sekolah memiliki kegiatan diluar pembelajaran yang bertujuan menguatkan pendidikan karakter Saya mengikuti ekstrakurikuler yang bermuatan pendidikan karakter (ROHIS,ROKRIS,OLAHRAGA,PRAMUKA,KLUB DISKUSI,SENI)
Grafik 4.11 Sistem Khusus Pelaksanaan PPK
157
karakter
( ”,
ia
3. Hasil Penelitian Evaluasi Process Penguatan Pendidikan Karakter Komponen-komponen process/proses yang akan peneliti teliti meliputi a. Perencanaan dan Sosialisasi Program
Penguatan Pendidikan
Karakter: dengan indikator perencanaan program, sosialisasi program; b. Pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter: dengan indikator jadwal pelaksanaan program, daftar hadir peserta program, kesesuaian pengajar mata pembelajaran; c. Monitoring dan evaluasi program Penguatan Pendidikan Karakter; dengan indikator pelaksanaan monitoring program
Penguatan
Pendidikan Karakter dan pelaksanaan evaluasi
Penguatan
Pendidikan Karakter. Tabel 4.3 Gambaran Evaluasi Process Program Penguatan Pendidikan Karakter Aspek yang Temuan No. Indikator Data Objektif diEvaluasi Penelitian Memiliki dokumen Perencanaan dan sosialisasi 1
1.1 Perencanaan program
panduan penyelengaraan Penguatan
program
Pendidikan Karakter
Penguatan
Pelaksanaan
Pendidikan Karakter
Sesuai
1.2 Sosialisasi
sosialisasi program
program
Penguatan Pendidikan Karakter
158
Sesuai
ia
No.
Aspek yang diEvaluasi
Indikator
Data Objektif
Temuan Penelitian
Memiliki jadwal 2.1 Jadwal
Pelaksanaan program 2
Penguatan Pendidikan Karakter
pelaksanaan
pelaksanaan
program Penguatan
program
Pendidikan Karakter
2.2 Daftar hadir peserta
Memiliki daftar hadir peserta program Penguatan
program
Sesuai
Sesuai
Pendidikan Karakter
2.3 Kesesuaian
Dokumentasi
pengajar mata kegiatan belajar Pembelajaran
Sesuai
pembelajaran
3.1 Pelaksanaan monitoring Monitoring dan Evaluasi 3
program Penguatan Pendidikan Karakter
program
Dokumentasi
Penguatan
kegiatan monitoring
Sesuai
Pendidikan Karakter 3.2 Pelaksanaan
Dokumentasi
evaluasi
kegiatan evaluasi
Penguatan
dan laporan hasil
Pendidikan
evaluasi Penguatan
Karakter
Pendidikan Karakter
Sesuai
a. Perencanaan dan Sosialisasi Program Penguatan Pendidikan Karakter
159
ia
1) Perencanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter Proses
perencanaan
penyelenggaraan
pembelajaran
dengan muatan PPK dilakukan setiap awal tahun ajaran baru. Kepala sekolah akan mengadakan rapat dewan guru yang dipertanggungjawabkan kepada Wakasek Bid.Kurikulum untuk merumuskan pengembangan kurikulum dan penyusunan berbagai perangkat pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap wakil kepala sekolah dan pengajar, bahwa seluruh proses pembelajaran yang terjadi di SMAN 65 harus memuat konten muatan nilai-nilai karakter yang sudah dirumuskan dalam pedoman pelaksanaan PPK oleh Kemendikbud. Setiap RPP dan silabus yang dibuat oleh diwajibkan bermuatan aspek yang memuat nilai-nilai karakter tersebut. Kami juga memberikan arahan kepada seluruh pembina ekstrakurikuler untuk mengintegrasikan nilai karakter pada tiap kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan di SMAN 65 jakarta. Pembelajaran PPK biasanya ditentukan melalui arahan muatan
dari
mendikbud,yang
diarahkan
melalui
direktorat-
direktorat bidang pelaksanaan pendidikan. Dilanjutkan oleh arahan dari Dinas Pendidikan Provinsi untuk menentukan konten sesuai karakter
kedaerahan
(dalam 160
hal
ini
DKI
Jakarta),agar
ia
mengamanahkan Suku dinas tiap kota maupun kabupaten mengadakan rapat kerja bidang kurikulum maupun bidang kesiswaan tiap jenjang pendidikan. Barulah terbentuk apa yang dinamakan pedoman pelaksanaan kurikulum satuan pendidikan yang merupakan proses sintesis antara nilai keilmuan yang akan dicapai dan nilai karakter yang akan dibangun pada siswa. Untuk kemudian akan dirumuskan oleh masing-masing pengajar pada mata pelajarannya masing-masing untuk kemudian menghasilkan
perangkat
pembelajaran,dimana
setiap
pembelajaran harus memuat kompetensi inti dan dasar yang memuat nilai-nilai karakter. Adapun guru mata pelajar untuk kemudia merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap bab-bab mata pelajaran 2) Sosialisasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah , Sosialisasi dilakukan disetiap rapat koordinasi sekolah dengan komite sekolah (orang tua murid),dimana SMAN 65 berkewajiban untuk mensosialisasikan tiap awal tahun program serta metode penjalanan program kepada setiap orang tua yang hadir agar terjadi kesepahaman. Kami juga memberikan tata tertib sekolah kepada siswa baru yang mendaftar pada sekolah agar kemudian mampu memenuhi aturan tersebut. Selain itu wali kelas juga 161
ia
berkewajiban menuliskan penulisan secara deskripsi pada tiap hasil belajar siswa yang akan diberikan. Hasil angket yang peneliti berikan kepada responden siswa SMAN 65. Terdapat pernyataan dalam angket mengenai sosialisasi PPK. Terdapat pernyataan “Guru/Pelatih melakukan sosialisasi Silabus dan RPP setiap mata pelajaran (untuk guru pelajaran) dan Rencana pembelajaran (Untuk pelatih eskul)”,terdapat 76% responden menjawab YA dan 24% menjawab TIDAK. Guru/Pelatih melakukan sosialisasi Silabus dan RPP setiap mata pelajaran (untuk guru pelajaran) dan Rencana pelatihan (Untuk pelatih eskul)
24%
IYA 76%
TIDAK
Grafik 4.12 Sosialisasi Pelaksanaan PPK b. Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter 1) Jadwal Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa PPK di SMAN 65 dilakukan 162
ia
mayoritas secara intrakurikuler,maka periode kegiatan PPK yang dialami siswa adalah selama 3 tahun atau masa sekolahnya jika normal. Adapun pencanangan kegiatan ini mulai dillakukan di SMAN 65 secara terkhusus semenjak tahun 2010 yang setiap tahun dimodifikasi sesuai aturan pemerintah dan situasi sosial di wilayah sekolah yang dinamis. Pembelajaran dengan muatan PPK akan dimulai dari siswa masuk di kelas X sampai kelak lulus pada kelas XII. Pembelajaran dilaksanakan 5 hari dalam seminggu ditambahkan beberapa kegiatan pembiasaan tambahan di sela sela
pembelajaran.
Siswa
memiliki
pilihan
untuk
memilih
ekstrakurikuler sesuai minat dan bakat siswa tersebut. Hasil angket yang peneliti berikan kepada responden siswa SMAN 65. Terdapat pernyataan dalam angket mengenai jadwal pelaksanaan PPK. Terdapat pernyataan “Saya mengetahui dan memiliki jadwal mata pelajaran dan kegiatan diluar kelas (Jika mengikuti)”,terdapat 90% responden menjawab YA dan 10% menjawab TIDAK.
163
ia
Saya mengetahui dan memiliki jadwal mata pelajaran dan kegiatan diluar kelas (Jika mengikuti) 10%
IYA
TIDAK
90%
Grafik 4.13 Jadwal Pelaksanaan PPK 2) Daftar Peserta Program Penguatan Pendidikan Karakter Berdasarkan studi hasil dokumentasi, peserta Penguatan Pendidikan Karakter berjumlah 612 orang yang memenuhi syarat sudah dinyatakan lulus dari Sekolah Menengah Pertama,berumur sekurang-kurangnya 14 tahun dan setinggi-tingginya 21 tahun. Adapun pembagian peserta adalah sebagai berikut : a.
X-IPA-1 : 36 Orang
i.
XI-IPA-3 : 36 Orang
b.
X-IPA-2 : 36 Orang
j.
XI-IPS-1 : 37 Orang
c.
X-IPA-3 : 36 Orang
k.
XI-IPS-2 : 36 Orang
d.
X-IPA-4 : 36 Orang
l.
XII-IPA-1 : 36 Orang
e.
X-IPS-1 : 36 Orang
m. XII-IPA-2 : 36 Orang
f.
X-IPS-2 : 36 Orang
n.
XII-IPA-3 : 35 Orang
g.
XI-IPA-1 : 36 Orang
o.
XII-IPA-4 : 36 Orang
h.
XI-IPA-2 : 35 Orang
p.
XII-IPS-1 : 35 Orang
164
ia
3) Kesesuaian
Pengajar
Pembelajaran
dengan
muatan
Penguatan Pendidikan Karakter SMAN 65 dalam hal menjaga kualitas pengajar memiliki standar yang mengikuti Permendiknas no 16 tahun 2007 bahwa Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Untuk pelatih ekstrakurikuler,SMAN 65 memiliki standar bahwa pelatih yang akan digaji harus memiliki sertifikat atau sejenisnya yang mengesahkan individu tersebut mahir di bidang tersebut. Berdasarkan
hasil
angket
yang
diperoleh
dari
93
responden,terdapat dua pernyataan yang memberikan hasil mengenai
kesesuaian
pelajaran
yang
pengajar,pernyataan
diberikan
pengajar
pertama
dalam
setiap
“Materi mata
pelajaran/kegiatan penunjang (Eskul,kegiatan luar sekolah,dll) sudah berisikan aspek karakter peserta didik pada jenjang SMA?”, 86% menyatakan materi pelajaran yang diberikan pengajar dalam setiap mata pelajaran sudah berisikan aspek-aspek karakter bermuatan karakter peserta didik SMAN, dan 14% menyatakan 165
ia
materi yang disampaikan belum bermuatan karakter. Pada pernyataan kedua,yaitu “Guru/Pelatih mampu menyampaikan pesan pendidikan karakter dalam setiap materi ajar”,peneliti mendapatkan 85% pernyataan bahwa guru sudah mampu menyampaikan
pesan
pembelajaran,sedangkan
pendidikan 15%
karakter
menyatakan
pengajar
mampu menyampaikan pesan tersebut. Kesesuaian Pengajar Materi pelajaran yang diberikan pengajar dalam setiap mata pelajaran/kegiatan penunjang (Eskul,kegiatan luar sekolah,dll) sudah berisikan aspek karakter peserta didik pada jenjang SMA? Guru/Pelatih mampu menyampaikan pesan pendidikan karakter dalam setiap materi ajar 86% 85%
14%
15%
IYA TIDAK
Grafik 4.14 Kesesuaian Pengajar PPK SMAN 65
166
pada
tiap belum
ia
Berikut daftar pengajar dalam di SMAN 65 Jakarta: Tabel 4.a Daftar Pengajar SMAN 65 Jakarta No 1 2
Pengajar Dra. Syarifah
Nama Mata Pelajaran Biologi
Dra. Widi Endang Widiastuti,Kons
Bimbingan dan Konseling
3
Dra.Nuzulhuda
Kimia
4
Drs. Jamaludin
Fisika
5
Drs.H.M.Gunawan,MM TIK
6
Upi Nurhafizah, S.Pd
Kimia
7
Dra.Hj.Etty Jubaidah
Agama Islam
8
Doddy Setiadi, Amd.Pd
Akuntansi
9
Gayatri, S.Pd
Biologi
10
Nurhidayati, S.Pd
Biologi
11
Lima
Pasaribu, Seni Budaya dan Agama
S.Th,M.Pd.k
Nasrani
12
Saifulloh, S.Ag
Agama Islam
13
Drs.Jumino Alghairy
Penjaskes
14
Satinah, S.Pd
Bahasa Inggris
15
Leni Marlina, S.Pd
Bahasa Indonesia
167
ia
16 17
Abdul Rahman, S.Pd Muhammad
Paisal,
S.Pd
Matematika Sosiologi
18
Jambatan Sirait,S.Pd
Penjaskes
19
Mudjiono, S.Pd
FIsika
20
Ahmad Arfandi, S.Kom TIK
21
Renny Noviani Riandy
Bahasa Jepang
22
Drs. Raya Oktaviano
Bahasa Indonesia
23
Mino Lestoyo, S.Pd
Fisika
24
Sriyanto,S.Pd
Bahasa Inggris
25
Arini Qoryati,S.E
Ekonomi
26
Sahlul Efendi,S.Pd
Geografi
27
Virgyawati Dewy,S.Pd
Sosiologi
28
Rodiyanti,S.E
Ekonomi
29
Siti Patimah,S.Pd
Matematika
30
Y.Rahayu,S.Pd
Agama Katolik
31
Ahmad Fahar,S.Pd
Geografi
c. Monitoring dan Evaluasi Program Penguatan Pendidikan Karakter
168
ia
1) Pelaksanaan Monitoring Program Penguatan Pendidikan Karakter Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kegiatan monitoring dalam pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter dilakukan oleh Kegiatan monitoring di sekolah biasanya dilakukan oleh Kepala SMAN 65 selaku stake holder di SMAN 65 Jakarta. Kepala sekolah biasanya melakukan pengawasan rutin kunjungan ke kelas-kelas sebanyak 1 kali setiap bulan guna memastikan pembelajaran berjalan dengan baik. Adapun juga kepala sekolah dalam kurun waktu 2-3 bulan sekali juga mengumpulkan dewan guru dalam rangka penyatuan dan penyamaan konsep akan pembelajaran di sekolah ini. Kepala
SMAN
65
Jakarta
dalam
kesehariannya
diperbantukan oleh 3 orang WaKaSek di bidang masing-masing. Ibu Gayatri selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum akan berkonsentrasi
penuh
dalam
bidang
perumusan
pembelajaran,pengembangan kurikulum dan pencapaian hasil belajar. Ibu
Syarifah
selaku
Wakil
Kepala
Sekolah
Bidang
Kesiswaaan memiliki kewajiban melakukan pembinaan terhadap sikap siswa serta pengembangan minat dan bakat siswa diluar akademik. Lalu pak Faisal selaku Wakil Kepala Sekolah bidang 169
ia
Sarana Prasarana dan Kehumasan memiliki tugas pokok memastikan
kelengkapan
sarana
prasarana
pendukung
pembelajaran dan sebagai jembatan komunikasi antara sekolah dengan pihak luar. Jika
mendalam
pada
monitoring
pembelajaran,tim
kurikulum berkewajiban melaksanakan pengembangan kurikulum kepada setiap pembelajaran yang terjadi di SMAN 65. Maka Wakil Kepala Sekolah selaku penanggungjawab dibantu oleh 2 staf beliau akan
melakukan
pengecekan
terhadap
seluruh
perangkat
pembelajaran di SMAN 65 Jakarta. Sekolah juga melakukan tindakan penyamaan pandangan kepada sebagian pengajar yang merancang pembelajaran yang nampak keluar dari pengembangan kurikulum sekolah. Dari aspek kesiswaan,setiap guru mata pelajaran yang sedang
didalam
kelas.
Lembar
monitoring
(absensi
dan
pengamatan sikap) kemudian dibawa oleh setiap guru ketika akan melakukan kegiatan pembelajaran. Sekolah juga menerapkan sistem tiket perizinan yang dapat diajukan melalui meja piket. Adapun hasil monitoring tersebut kemudian akan dilaporkan kepada bidang kesiswaan untuk kemudian dilaporkan saat rapat guru di akhir semester.
170
ia
Dalam angket yang peneliti berikan kepada 93 siswa,peneliti memasukan
pernyataan
yang
bertujuan
apakah
siswa
melihat/mengetahui kegiatan monitoring oleh sekolah,dengan bunyi pernyataan “Pihak sekolah melakukan pemantauan terhadap setiap KBM (Untuk mata pelajaran) dan kegiatan eskul (Untuk eskul)”.96% responden atau sebanyak 89 orang menyatakan bahwa sekolah melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dan siswa mengetahui. Dan terdapat 4% atau 4 responden yang menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui sekolah melakukan monitoring atau tidak. Pihak sekolah melakukan pemantauan terhadap setiap KBM (Untuk mata pelajaran) dan kegiatan eskul (Untuk eskul) IYA
TIDAK
4%
96%
Grafik 4.15 Kegiatan Monitoring Sekolah pada Pembelajaran muatan PPK 2) Pelaksanaan Evaluasi Penguatan Pendidikan Karakter
171
ia
Berdasar pada wawancara dan studi Dokumentasi, proses evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun,atau di penghujung tiap semester. Untuk nilai sikap siswa,biasanya dituliskan dalam skala A-E (A sama dengan amat baik,dan E sama dengan Sangat kurang) dengan standar minimal kelulusan hasil belajar pada nilai C (Cukup). Penilaian ini bersumber dari pengamatan sikap dari guru mata pelajaran,catatan evaluasi pada buku penilaian sikap siswa,serta observasi wali kelas kepada siswa. Indikator yang mampu memberikan nilai kepada siswa adalah kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah,sikap siswa dalam pembelajaran,serta jumlah poin/pelanggaran yang siswa kumpulkan selama 1 periode semester belajar. Dalam angket yang peneliti berikan kepada 93 siswa,peneliti memasukan
pernyataan
yang
bertujuan
apakah
siswa
melihat/mengetahui kegiatan evaluasi oleh sekolah,dengan bunyi pernyataan “Saya mengetahui nilai Afektif/Sikap saya dalam laporan hasil akhir belajar”.97% responden atau sebanyak 90 orang menyatakan bahwa sekolah memberikan nilai afektif kepada mereka. Dan terdapat 3% atau 3 responden yang menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui sekolah memberikan nilai afektif kepada mereka atau tidak.
172
ia
Saya mengetahui nilai Afektif/Sikap saya dalam laporan hasil akhir belajar TIDAK 3%
IYA 97%
Grafik 4.15 Kegiatan Monitoring Sekolah pada Pembelajaran muatan PPK 4. Hasil Penelitian Evaluasi Product Penguatan Pendidikan Karakter Komponen product yang diteliti meliputi 1) pencapaian tujuan program
Penguatan
keberhasilan
Pendidikan
penyelenggaraan
Karakter:
pembelajaran,
dengan dan
indikator
pencapaian
kompetensi peserta pembelajaran. Tabel 4.4 Gambaran Evaluasi Product Program Penguatan Pendidikan Karakter
No.
Aspek yang dievaluasi Pencapaian
1
tujuan program Penguatan
Indikator
Data Objektif
Temuan Penelitian
1.1 Keberhasilan penyelengga-
Wawancara dan
raan
Angket Siswa
pembelajaran
173
Sesuai
ia
No.
Aspek yang
Indikator
dievaluasi Pendidikan
Data Objektif
Temuan Penelitian
1.2 Pencapaian
Karakter
kompetensi
Wawancara dan
peserta
Angket Siswa
Sesuai
Pembelajaran.
a. Pencapaian Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter 1) Keberhasilan
Penyelenggaraan
Penguatan
Pendidikan
Karakter Berdasarkan hasil angket dan wawancara kepada Wakil Kepala Sekolah,bahwa tolak ukur keberhasilan program dilihat dari jumlah pelanggaran yang siswa lakukan di sekolah serta diskusi yang terjadi dalam pembelajaran,maka sekolah mengatakan tujuan penyelenggaraan pendidikan karakter itu sendiri sudah mampu dicapai oleh siswa. Terkhusus pada siswa kelas X,muatan PPK mampu memberikan cara adaptasi terhadap perubahan pola pikir remaja awal kepada remaja akhir dalam fase pertumbuhan psikologis peserta didik. Maka dari itu,saya rasa PPK sudah mampu dicapai oleh siswa SMAN 65. Sekolah juga melihat dari bagaimana lulusan kami selepas dari SMAN 65 mampu memiliki bekal sikap dan ilmu yang baik dan jugapula
beberapa alumni
174
kami mampu
menjadi seorang
ia
mahasiswa yang berprestasi selepas dari SMAN 65. Sekolah dapat menganggap bahwa proses penguatan pendidikan karakter di SMAN 65 berjalan dengan baik. Jika
Melihat
dari
aspek
penyelenggaraan,proses
penyelenggaraan dapat dinilai dari angket yang disebar peneliti pada siswa. Terdapat pada poin ke 35,yang menyatakan bahwa “Sekolah mampu menjalankan Penguatan Pendidikan Karakter dalam proses belajar mengajar” terdapat 87 (94%) responden dari 93 responden menyatakan “YA” atau menyetujui bahwa sekolah telah berhasil menyelenggarakan PPK. Sedangkan sisa 6 (6%) responden menyatakan tidak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sekolah menjalankan pembelajaran dengan muatan PPK dengan sangat baik. Jika Melihat dari aspek kompetensi pengajar,kompetensi pengajar terhadap relevansi mata ajar dapat dinilai dari angket yang disebar peneliti pada siswa. Terdapat pada poin ke 32,yang menyatakan bahwa “Guru/Pelatih mampu menyampaikan pesan bermuatan pendidikan karakter dalam setiap materi ajar” terdapat 79 (85%) responden dari 93 responden menyatakan “YA” atau menyetujui bahwa pengajar telah berhasil menyampaikan muatan PPK dalam pembelajaran. Sedangkan sisa 14 (15%) responden menyatakan tidak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sekolah telah 175
ia
menyediakan pengajar yang mampu memberikan pembelajaran dengan muatan PPK dengan baik. 94% 85% Sekolah mampu menjalankan Penguatan Pendidikan Karakter dalam proses belajar mengajar
6%
Guru/Pelatih mampu menyampaikan pesan pendidikan karakter dalam setiap materi ajar
15%
IYA TIDAK
Grafik 4.15 Kegiatan Monitoring Sekolah pada Pembelajaran muatan PPK 2) Pencapaian
Kompetensi
Peserta
Penguatan
Pendidikan
Karakter Berdasarkan hasil angket dan wawancara kepada Wakil Kepala Sekolah , SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil akhir Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. Apabila seorang siswa tidak mampu mencapai nilai minimal (C) dan tidak lulus dalam dibawah 4 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa
176
ia
yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. Berdasarkan hal itu,maka peneliti memasukan aspek tersebut kedalam angket yang diberikan kepada siswa. Dalam poin 36,terdapat pernyataan “Saya Mencapai batas minimal kelulusan nilai Afektif dalam laporan belajar akhir saya (NILAI C)”. Terdapat 79 jawaban “YA” dari 93 responden. Yang menyatakan bahwa terdapat 85% siswa SMAN 65 yang naik kelas tanpa prasyarat sikap. Dan terdapat 14 jawaban “TIDAK” dari 93 Responden yang menyatakan bahwa terdapat 15% siswa SMAN 65 yang dinaikan bersyarat kelulusan pada nilai akademik. Saya mencapai batas minimal kelulusan nilai Afektif ( nilai C) IYA
TIDAK
15%
85%
Grafik 4.16 Kegiatan Monitoring Sekolah pada Pembelajaran muatan PPK
177
ia
C. Pembahasan Hasil Temuan Pada bagian ini merupakan deskripsi pembahasan hasil evaluasi program Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta, yang terdiri dari empat tahapan evaluasi yaitu, Context, Input, Process dan Product, dengan model evaluasi CIPP. 1. Pembahasan Hasil Temuan Evaluasi Konteks (Context) Penguatan Pendidikan Karakter Komponen context yang akan diteliti meliputi 1) latar belakang program Penguatan Pendidikan Karakter: dengan indikator dasar hukum
penyelenggaraan
penyelenggara,
program,
dasar
hukum
organisasi
latar belakang penyelenggaraan program; 2) tujuan
program Penguatan Pendidikan Karakter: dengan indikator tujuan program, sasaran program; dan 3) analisis kebutuhan program: kebutuhan penyelenggaraan program. a. Latar Belakang Program Penguatan Pendidikan Karakter Secara luas,pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan serangkaian nilai-nilai pembiasaan yang berlangsung dalam kehidupan siswa . yang secara khusus bertujuan untuk melaksanakan sebuah proses penanaman nilai yang berorientasi pada perkembangan potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. PPK juga diharapkan memberikan suatu
178
ia
keteladan kepada siswa untuk menerapkan nilai-nilai yang diberikan sekolah kepada siswa. Pelaksanaan PPK tidak dapat dilepaskan pada acuan utama pendidikan yaitu Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,yang secara khusus pada pasal
3
merumuskan
bahwa
tujuan
pendidikan
ialah
menciptakan manusia yang berbudi luhur pekerti dan sopan santun. Presiden Indonesia,bapak Ir.Joko Widodo juga secara khusus
menyebutkan
bahwa
pendidikan
karakter
guna
mencetak manusia yang berkarakter sebagai agenda nawacita beliau. PPK juga dirumuskan dalam rencana pembangunan negara,baik yang berjangka panjang (RPJPN 2005-2025) maupun yang jangka menengah (RPJMN 2015-2019). Aturan-aturan
tersebut
pada
akhirnya
disintesiskan
menjadi produk hukum yang dibuat oleh pemerintah pusat,yaitu melalui Peraturan Presiden no 87 tahun 2018 mengenai Penguatan Pendidikan Karakter. Yang didalamnya mengatur mulai dari latar belakang program,tujuan program,sampai dengan hak dan kewajiban penyelenggaraan PPK di setiap tingkatan. Dimana memuat dasar hukum SMAN 65 untuk menyelenggarakan program PPK di sekolah,yaitu yang diatur pada pasal 6 ayat 1 mengenai PPK dilaksanakan secara 179
ia
intrakurikuler,kokurikuler dan ekstrakurikuler. Dan Perpres ini juga menegaskan bahwa PPK dapat dilaksanakan melalui manajemen berbasis sekolah,seperti yang dikatakan dalam pasal 6 ayat 3. Di SMAN 65 sendiri,latar belakang pelaksanaan PPK dapat dikatakan mampu dipahami secara baik oleh warga SMAN 65. Terbukti dari hasil angket yang peneliti sebarkan. 84% responden menyatakan mereka mengetahui apa itu PPK. Dalam angket pengukuran nilai, mayoritas responden menyatakan merasa tertingkatkan dengan adanya PPK,terbukti dengan capaian respon tersebut 85%. b. Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter PPK jika dipandang dari sisi akademis,PPK dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian yang mampu dicapai seorang siswa itu sendiri berdasar pada sifat alamiahnya. Dikarenakan melalui pendidikan karakter,sekolah pengajar akan merasa terbantukan dalam pembentukan nilai-nilai kepada peserta didik yang sesuai pada masyarakat. Sasaran target dari peserta PPK ialah siswa sekolah formal,yang dalam SMAN 65 harus memiliki status sebagai siswa terdaftar SMAN 65 dengan
180
ia
syarat seperti yang dikatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 14 tahun 2018 tentang Peserta didik. Dalam uji angket yang peneliti lakukan,tujuan program penguatan pendidikan karakter SMAN 65 dapat dikatakan sudah sangat baik dipahami dan diaplikasikan oleh SMAN 65. Terbukti dengan capaian respon dalam pernyataan angket yang menguji hal ini yang memiliki pernyataan setuju tersebut 97%. c. Analisis Kebutuhan Program Penguatan Pendidikan Karakter PPK merupakan sebuah kebutuhan untuk diajarkan kepada siswa khususnya pada era sekarang ini.banyak faktor yang melatarbelakangi argumen bahwa PPK sangat dibutuhkan untuk penanaman nilai kepada siswa, seperti kurangnya perhatian dari orang tua,kebutuhan negara dalam menghadapi bonus demografi 2035 nanti serta penanaman nilai agar siswa mampu bertindak baik dalam masyarakat. Adapun,
berdasar
pada
hasil
angket
yang
peneliti
sebarkan,responden sepakat bahwa PPK merupakan sebuah kebutuhan di era pendidikan sekarang ini. Capaian pernyataan setuju dari responden tercapai sebanyak 85% dan dapat peneliti katakan bahwa penyelenggaraan PPK yang dilaksanakan SMAN 65 sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan budaya sekolah.
181
ia
2. Pembahasan Hasil Temuan Evaluasi Masukan (Input) Penguatan Pendidikan Karakter Komponen input yang diteliti meliputi 1) sumber daya manusia: dengan indikator struktur organisasi, kesesuaian tugas pokok dan fungsi, kualifikasi pengajar, kualifikasi kriteria peserta pembelajaran; 2) alokasi anggaran; dengan indikator memiliki dokumen hasil penyusunan anggaran program Penguatan Pendidikan Karakter; 3)
kurikulum
pembelajaran:
dengan
indikator
perencanaan
kurikulum,penyususnan modul pembelajaran; 4) sarana dan prasarana pendukung: dengan indikator metode dan media pembelajaran, memiliki fasilitas, memiliki sistem khusus pelaksanaan program pembelajaran. a. Sumber Daya Manusia Dari penelitian ini ditemukan bahwa Susunan Organisasi dalam penyelenggaraan PPK,sesuai dengan struktur organisasi yang sudah sekolah rumuskan. Yang terdiri dari Tata usaha,Bidang Kurikulum,Bidang Kesiswaan dan Bidang Sarana Prasarana. Bidang Kurikulum memiliki fungsi yaitu melaksanakan perencanaan dan pengembangan program dan kurikulum, serta penyiapan dan pengembangan kompetensi tenaga pengajar dalam setiap mata pelajaran.
182
ia
Bidang
Kesiswaan
memiliki
fungsi
yaitu
melakukan
perencanaan penerimaan siswa,pengawasan proses pendidikan pada siswa,merancang dan mengawasi kegiatan korikuler dan ekstrakurikuler penunjang,serta melakukan penjaminan kualitas lulusan siswa. Bidang Kehumasan memiliki fungsi yaitu melakukan berbagai perancangan kegiatan publikasi sekolah,sebagai pintu komunikasi
antara
sekolah
dengan
masyarakat
luas,serta
pengawasan terhadap kegiatan yang mempengaruhi citra sekolah di masyarakat. Bidang ini juga bertanggung jawab atas penyediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran serta pengawasan dan perawatan sarana prasarana penunjang pembelajaran. Bagian Tata usaha memiliki tugas dan fungsi dalam melakukan
pengelolaan
keuangan,
urusan
tata
usaha,
kepegawaian dan humas, rumah tangga dan pengelolaan aset, penyediaan dukungan teknologi informasi serta pemantauan tindak lanjut rekomendasi atas hasil pemeriksaan aparat pengawasan Mengenai kualifikasi pengajar dalam pelaksanaan PPK. SMAN 65 mengikuti peraturan perundang-undangan dalam menetapkan standar pengajar sekolah. Yaitu ketentuan yang tertuang pada Permendiknas no 16 tahun 2007 yang didalamnya terdapat kualifikasi pengajar SMA. 183
ia
Adapun,setelah peneliti melakukan uji angket untuk aspek sumber daya manusia. Hasil respon yang diberikan responden pada pertanyaan terkait input sumber daya manusia pada pelaksanaan PPK di SMAN 65 memiliki respon tersebut 90% pada pernyataan yang mengarah pada kesimpulan bahwa input sumber daya manusia yang dimiliki SMAN 65 sudah dalam kategori sangat baik. b. Alokasi anggaran Struktur pembiayaan PPK merupakan tanggung jawab bersama yakni, Pemerintah, dana mandiri (pelibatan publik, orang tua, guru dan masyarakat), keterlibatan publik seperti dunia usaha dan dunia industri (DUDI) melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi. Hal tersebut meneegaskan bahwa untuk PPK sendiri,SMAN 65 secara terkhusus tidak menganggarkan PPK kedalam 1 pos anggaran tersendiri. Tetapi sekolah membuka kanal kerjasama dengan
pihak
DUDI
untuk
memberikan
bantuan
dalam
pelaksanaan PPK didalam kegiatan diluar pembelajaran kelas. SMAN 65 hanya memiliki anggaran khusus penunjang kegiatan siswa yang dialokasikan untuk kegiatan penunjang penumbuhan nilai karakter siswa. Tetapi, SMAN 65 tidak mampu menghadirkan anggaran SMAN 65 dengan alasan kerahasiaan,sehingga peneliti tidak dapat 184
ia
melihat alur pembiayaan dalam PPK,maka peneliti tidak mampu menyimpulkan bahwa pembiayaan berjalan dengan baik atau tidak. c. Kurikulum Pembelajaran Kurikulum PPK di SMAN 65 diintegrasikan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan nonkurikuler. Nilainilai inti karakter dalam konsep PPK dapat dikembangkan dan diintegrasikan melalui berbagai mata pelajaran, muatan lokal, maupun pengelolaan kelas. Untuk kemudian akan dirumuskan oleh masing-masing pengajar pada mata pelajarannya masing-masing untuk kemudian menghasilkan perangkat. pembelajaran, dimana setiap pembelajaran harus memuat kompetensi inti dan dasar yang memuat nilai-nilai karakter. PPK sendiri dilaksanakan selama 5 hari waktu sekolah dan dengan total jam pelajaran sebanyak 56 JP dengan alokasi 43 JP secara intrakurikuler,9 JP secara korikuler dan 3 JP secara Ekstrakurikuler. Yang memiliki kewenangan dalam penyusunan Modul utama PPK adalah Kemdikbud,yang kemudian menghasilkan produk-produk seperti panduan pelaksanaan PPK dalam bentukbentuk pengajaran. Adapun yang diterapkan di SMAN 65 adalah PPK berbasis kelas dan Manajemen berbasis sekolah. Dikarenakan sekolah.
Buku
sekolah
menyelaraskan
pembelajaran 185
utama
dengan yang
budaya
digunakan
ia
sekolah,SMAN 65 menggunakan buku-buku pelajaran yang distandarisasi oleh BSNP dan yang sudah melalui uji kurikulum kemendikbud dan memiliki relevansi dengan standar isi nasional. Untuk
buku-buku
kegiatan
penunjang,SMAN
65
selalu
mengamanahkan kepada dewan guru untuk menyusun buku berdasar kebutuhan pencapaian siswa dalam kegiatan-kegiatan tersebut,disesuaikan dengan budaya sekolah sendiri. Dalam hasil angket yang peneliti dapatkan mengenai kurikulum,peneliti menemukan bahwa dalam hal perencanaan kurikulum,SMAN
65
telah
berhasil
menghadirkan
suatu
perencanaan kurikulum yang sesuai dengan ketentuan pusat dan kebutuhan siswa,terbukti dengan capaian respon setuju sebanyak 91% dari total responden. Tetapi dalam hal menyediakan modul utama pembelajaran, SMAN 65 dinilai kurang menghadirkan modul/buku pembelajaran yang kurang memuat nilai-nilai karakter sesuai acuan kemendikbud,terbukti dengan 67% jawaban tidak setuju dalam bulir pernyataan bahwa buku pembelajaran utama sudah memuat nilai karakter. d. Media Pembelajaran Metode atau media pembelajaran yang diterapkan guru SMAN 65 didalam kelas,memiliki metode yang dirancang sesuai karakter pengajar dan kebutuhan kelas.SMAN 65 secara khusus 186
ia
tidak mengatur metode atau media pembelajaran utama. Seperti halnya apa yang peneliti dapatkan ketika melakukan observasi kedalam kelas pembelajaran agama islam. Pak Saiful menerapkan model keteladanan dan story telling dalam menyampaikan pesan berani dan percaya diri dalam materi khutbah. Siswa SMAN 65 dapat dikatakan puas dan setuju bahwa media dan metode pembelajaran yang dilakukan guru mereka sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Seperti yang ditunjukan dalam hasil angket yang peneliti berikan,sebanyak 85% dari total responden menyetujui bahwa metode/media pembelajaran sudah dilakukan dengan baik dan sesuai. e. Sarana dan prasarana pendukung Dalam
memenuhi
sarana
dan
prasarana
dalam
penyelenggaraan PPK di SMAN 65. SMAN 65 mengikuti standar yang sudah dimuat dalam peraturan yang pemerintah buat. Baik yang tercantum didalam UU no 20 tahun 2003 maupun Permendiknas no 24 Tahun 2007. Dikarenakan penguatan pendidikan
karakter
sekolah
integrasikan
dalam
pembelajaran,maka sarana dan prasarana sekolah samakan dengan sarana dan prasarana pembelajaran. SMAN 65 juga selalu berusaha memenuhi kebutuhan yang mengikuti perkembangan siswa itu sendiri, seperti halnya pembelajaran berbasis multimedia. 187
ia
Dalam angket mengenai Sarana dan Prasarana,Peneliti mendapatkan hasil bahwa 73% responden memberi pernyataan bahwa sekolah sudah mampu memberikan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. Maka dapat peneliti simpulkan bahwa fasilitas penunjang PPK di SMAN 65 dapat dikatakan cukup baik. f.
Sistem khusus pelaksanaan program SMAN 65 memiliki 3 kegiatan unggulan yang menunjang pendalaman aspek religiusitas seorang siswa. Yaitu kegiatan Bimbingan Da’I Remaja (BDR), Bimbingan Latihan Khutbah,dan Retreat. Ketiga kegiatan tersebut memiliki tujuan yang sama,yaitu memberikan
peningkatan
penanaman
nilai
karakter
siswa
(khususnya aspek religiusitas) diluar suasana sekolah dan suasana kelas dengan harapan siswa mampu menyerap dengan baik dalam suasana nyaman. Dalam hasil angket mengenai sistem khusus yang mengarah kepada pengetahuan dan partisipasi siswa,peneliti mendapatkan hasil tersebut 75% untuk kedua hal tersebut. Dapat peneliti katakan bahwa sistem khusus ini sudah dijalankan dengan baik dan siswa mampu mengikuti hal ini dengan baik. Sehingga penyelenggaraan PPK di SMAN 65 dapat terbantukan guna mencapai efektivitas penyelenggaraan. 188
ia
3. Pembahasan Hasil Temuan Evaluasi Proses (Process) Penguatan Pendidikan Karakter Komponen process yang diteliti meliputi 1) perencanaan dan sosialisasi program Penguatan Pendidikan Karakter: dengan indikator perencanaan program, sosialisasi program; 2) pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter: dengan indikator jadwal pelaksanaan program, daftar hadir peserta program, kesesuaian pengajar mata pembelajaran; 3) monitoring dan evaluasi program
Penguatan
Pendidikan Karakter; dengan indikator pelaksanaan monitoring program Penguatan Pendidikan Karakter dan pelaksanaan evaluasi Penguatan Pendidikan Karakter. a. Perencanaan dan Sosialisasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Proses
perencanaan
penyelenggaraan
pembelajaran
dengan muatan PPK di SMAN 65 dilakukan setiap awal tahun ajaran baru. Kepala sekolah akan mengadakan rapat dewan guru yang dipertanggungjawabkan kepada Wakasek Bid.Kurikulum untuk merumuskan pengembangan kurikulum dan penyusunan berbagai perangkat pembelajaran. Seluruh proses pembelajaran yang terjadi di SMAN 65 harus memuat konten muatan nilai-nilai karakter yang sudah dirumuskan dalam pedoman pelaksanaan
189
ia
PPK oleh Kemendikbud yang sudah disintesiskan sesuai budaya daerah oleh Dinas Pendidikan Provinsi. Sosialisasi dilakukan disetiap rapat koordinasi sekolah dengan komite sekolah (orang tua murid),dimana SMAN 65 berkewajiban untuk mensosialisasikan tiap awal tahun program serta metode penjalanan program kepada setiap orang tua yang hadir agar terjadi kesepahaman. Serta pada akhir tahun ajaran, sekolah juga berkewajiban menuliskan penulisan secara deskripsi pada tiap hasil belajar siswa yang akan diberikan. Hasil angket yang memuat aspek perencanaan dan sosialisasi menyatakan bahwa 76% responden setuju bahwa sekolah telah memiliki perencanaan dan melakukan sosialisasi secara
baik
dan
menyeluruh.
Sehingga
peneliti
dapat
menyampaikan bahwa perencanaan dan sosialisasi program PPK di SMAN 65 berjalan dengan baik.
b. Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter PPK
di
SMAN
65
dilakukan
mayoritas
secara
intrakurikuler,maka periode kegiatan PPK di SMAN 65 dijalankan siswa selama 3 tahun atau masa sekolahnya jika normal. PPK akan dimulai ketka siswa masuk di kelas X sampai kelak lulus pada kelas XII.
Pembelajaran
dilaksanakan 190
5
hari
dalam
seminggu
ia
ditambahkan beberapa kegiatan pembiasaan tambahan di sela sela
pembelajaran.
Siswa
memiliki
pilihan
untuk
memilih
ekstrakurikuler sesuai minat dan bakat siswa tersebut. PPK di SMAN 65 pada tahun ajaran 2018-2019 diikuti sebanyak 612 siswa yang terbagi kepada 17 kelas. SMAN 65 selalu menjaga kualitas pengajar dengan mengikuti
Permendiknas no 16 tahun 2007. Untuk pelatih
ekstrakurikuler,SMAN 65 memiliki standar bahwa pelatih yang akan digaji harus memiliki sertifikat atau sejenisnya yang mengesahkan individu tersebut mahir di bidang tersebut. Dalam hasil angket mengenai pelaksanaan PPK di SMAN 65,peneliti mendapatkan pernyataan tersebut 85% yang menyatakan bahwa pelaksanaan di SMAN 65 dilakukan dengan sangat baik. Dilihat dari aspek jadwal pelaksanaan,kehadiran peserta dan relevansi pengajar dalam pelaksanaan PPK.
c. Monitoring dan Evaluasi Program
Penguatan Pendidikan
Karakter Kegiatan monitoring di SMAN 65 biasanya dilakukan oleh Kepala SMAN 65 selaku stake holder. Kepala sekolah biasanya melakukan pengawasan rutin kunjungan ke kelas-kelas sebanyak 1 kali setiap bulan guna memastikan pembelajaran berjalan dengan 191
ia
baik. Adapun juga kepala sekolah dalam kurun waktu 2-3 bulan sekali juga mengumpulkan dewan guru dalam rangka penyatuan dan penyamaan konsep akan pembelajaran di sekolah ini. Kepala SMAN 65 Jakarta dalam kesehariannya diperbantukan oleh 3 orang WaKaSek di bidang masing-masing.Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum akan berkonsentrasi penuh dalam bidang perumusan
pembelajaran,
pengembangan
kurikulum
dan
pencapaian hasil belajar. Wakil
Kepala
Sekolah
Bidang
Kesiswaaan
memiliki
kewajiban melakukan pembinaan terhadap sikap siswa serta pengembangan minat dan bakat siswa diluar akademik. Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana dan Kehumasan memiliki tugas pokok memastikan kelengkapan sarana prasarana pendukung pembelajaran dan sebagai jembatan komunikasi antara sekolah dengan pihak luar. Terkhusus dari aspek monitoring kesiswaan,setiap guru mata pelajaran yang sedang didalam kelas. Lembar monitoring (absensi dan pengamatan sikap) kemudian dibawa oleh setiap guru ketika akan melakukan kegiatan pembelajaran. Sekolah juga menerapkan sistem tiket perizinan yang dapat diajukan melalui meja piket. Adapun hasil monitoring tersebut kemudian akan
192
ia
dilaporkan kepada bidang kesiswaan untuk kemudian dilaporkan saat rapat guru di akhir semester. Proses evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun,atau di penghujung tiap semester. Untuk nilai sikap siswa,biasanya dituliskan dalam skala A-E (A sama dengan amat baik,dan E sama dengan Sangat kurang) dengan standar minimal kelulusan hasil belajar pada nilai C (Cukup), yang bersumber dari pengamatan sikap dari guru mata pelajaran,catatan evaluasi pada buku penilaian sikap siswa,serta observasi wali kelas kepada siswa. Dalam angket yang memuat aspek monitoring dan evaluasi, peneliti mendapatkan hasil tersebut 95% yang memberi pernyataan mengarah pada pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan SMAN 65 terhadap PPK sudah dilaksanakan dengan sangat baik. 4. Pembahasan Hasil Temuan Evaluasi Produk (Product) Penguatan Pendidikan Karakter Komponen product yang diteliti meliputi pencapaian tujuan program
Penguatan
keberhasilan
Pendidikan
penyelenggaraan
Karakter:
pembelajaran,
dengan dan
indikator
pencapaian
kompetensi peserta pembelajaran. a. Pencapaian Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter 193
ia
1) Keberhasilan Penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter SMAN 65 memiliki tolak ukur keberhasilan program PPK dilihat dari jumlah pelanggaran yang siswa lakukan di sekolah serta diskusi yang terjadi dalam pembelajaran,maka sekolah mengatakan tujuan penyelenggaraan pendidikan karakter itu sendiri sudah mampu dicapai oleh siswa. Terkhusus pada siswa kelas X,muatan PPK mampu memberikan cara adaptasi terhadap perubahan pola pikir remaja awal kepada remaja akhir dalam fase pertumbuhan psikologis peserta didik. Maka dari itu,saya rasa PPK sudah mampu dicapai oleh siswa SMAN 65. Sekolah juga melihat dari bagaimana alumni selepas dari SMAN 65 mampu memiliki bekal sikap dan ilmu yang baik dan jugapula beberapa alumni kami mampu menjadi seorang mahasiswa yang berprestasi selepas dari SMAN 65. Sekolah dapat menganggap bahwa proses penguatan pendidikan karakter di SMAN 65 berjalan dengan baik. Jika dilihat dari hasil angket, SMAN 65 memiliki penilaian cukup baik dari responden penelitian ini. Terbukti dengan 94% responden menyatakan bahwa SMAN 65 telah berhasil menjalankan program PPK dan 85% menyatakan SMAN 65
194
ia
telah berhasil menyediakan pengajar yang kompeten dalam penyelenggaraan PPK di SMAN 65. 2) Pencapaian
Kompetensi
Peserta
Penguatan
Pendidikan
Karakter Dalam meluluskan siswa ,SMAN 65 masih berpedoman pada hasil akhir Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. Apabila seorang siswa tidak mampu mencapai nilai minimal (C) dan tidak lulus dibawah 3 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. Berdasar pada hal itu, peneliti membuat pernyataan mengenai capaian siswa dalam standar minimal afektif sekolah. 85% siswa SMAN 65 menyatakan bahwa mereka sudah lulus dalam nilai afektif pada laporan penilaian semester 1. Dan 15% lainnya sedang dalam pengawasan intensif guna mencapai capaian nilai tersebut. Hasil ini membuahkan kesimpulan bahwa capaian peserta program PPK di SMAN 65 dapat dikatakan baik.
195
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Evaluasi program penguatan pendidikan karakter di SMAN 65 penting untuk
dilakukan guna mengetahui ketercapaian, efektivitas,
efisiensi dan optimalisasi pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter. Kegiatan evaluasi akan menunjukkan seberapa efektif setiap pembelajaran dalam mencapai tujuan dan informasi d a l a m s u a t u p r o g r a m . Hasil evaluasi tentunya akan menjadi s u a t u tolak ukur dalam membuat penyelenggaraan penguatan pendidikan karakter atau program sejenis berikutnya yang akan dilakukan di SMAN 65 agar selalu mengalami perkembangan dan penyempurnaan dalam membentuk karakter siswa. Berdasarkan fokus penelitian dan hasil evaluasi serta pembahasan program penguatan pendidikan karakter telah terlaksana di SMAN 65 walaupun masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki. Untuk itu secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Context Pada komponen context, terdapat tiga indikator yaitu latar belakang, tujuan dan analisis kebutuhan
196
program penguatan
pendidikan karakter. Ketiga indikator komponen context ini telah memenuhi
sesuai kriteria yang ditetapkan melihat dari berbagai
aspek. Pertama, penyelenggaraan PPK di SMAN 65 memiliki dasar hukum yang mampu memperkuat penyelenggaraan program tersebut. Kedua, tujuan program PPK di SMAN 65 telah sesuai dan tercapai dengan sangat baik,serta peserta pembelajaran juga mampu memahami tujuan dari penyelenggaraan program ini. Ketiga, analisis kebutuhan penyelenggaraan penguatan pendidikan karakter telah sesuai dengan kompetensi karakter yang harus dipenuhi siswa SMAN sesuai dengan arahan kementerian dan sesuai dengan harapan peserta penguatan pendidikan karakter itu sendiri. 2. Input Pada komponen masukan (input), terdapat enam indikator yaitu sumber
daya
manusia,
alokasi
anggaran,
kurikulum,media
pembelajaran, sarana dan prasarana pendukung,serta sistem khusus dalam program penguatan pendidikan karakter. Keempat indikator yang ada pada komponen ini telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumya. Pertama, sumber daya manusia dalam SMAN 65 baik dari penyelenggara dan pengajar sudah professional. Hal ini ditunjukkan
dengan
pelayanan
yang
diberikan
penyelenggara
pembelajaran sangat baik bagi alumni pembelajaran, dan pengajar
197
yang mengisi tiap mata pelajaran merupakan orang yang ahli dan berkompeten di tiap bidang mata pelajaran sesuai dengan standarstandar yang negara rumuskan dalam undang-undang. Kedua, sumber dana atau alokasi anggaran, dapat dikatakan bahwa alokasi anggaran penyelenggraan penguatan pendidikan karakter secara prinsip sudah sesuai dengan arahan perencanaan anggaran penguatan pendidikan karakter secara nasional. Yaitu dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat guna menjadikan suatu pembiayaan yang kuat untuk pembelajaran yang baik. Adapun peneliti tidak mampu menyimpulkan kesesuaian anggaran PPK di SMAN 65 dikarenakan tidak diberikannya/diperlihatkan anggaran dana sekolah yang bermuatkan PPK. Ketiga, Indikator evaluasi yaitu kurikulum pembelajaran, berdasarkan hasil penelitian bahwa kurikulum penguatan pendidikan karakter telah sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pembelajaran yaitu, untuk menanamkan nilai-nilai karakter bangsa yang akan dijadikan bekal siswa dalam bermasyarakat kelak. Perumusan dan pengembangan kurikulum juga sudah mencakup aspek-aspek yang ditetapkan oleh kementerian pusat. Walaupun peneliti menemukan respon yang cukup kurang dalam hal penyediaan dan penetapan modul utama pembelajaran yang belum bermuatan PPK. Keempat,
198
media pembelajaran dalam program penguatan pendidikan karakter telah dilakukan secara baik oleh pengajar dan sekolah,ini dibuktikan dengan kepuasan siswa dalam melihat metode pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar. Berikutnya yang kelima, penyelenggaraan PPK di SMAN 65 didukung oleh
sarana dan prasarana yang dapat menunjang
efektivitas, efisiensi dan optimalisasi dalam mencapai keberhasilan dan tujuan penyelenggaraan penguatan pendidikan karakter. Dan yang terakhir keenam, SMAN 65 memiliki suatu sistem khusus yang mampu membantu sekolah menanamkan karakter-karakter bangsa yang dilakukan dalam serangkaian kegiatan luar sekolah dan dalam suasana berbeda 3. Process Pada komponen process, terdapat empat indikator yang meliputi
Perencanaan
dan
Sosialisasi
Program;
Pelaksanaan
Program; dan Monitoring dan Evaluasi Program penguatan pendidikan karakter. Pertama, Perencanaan dan Sosialisasi Program penguatan pendidikan karakter, berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan perencanaan dan sosialisasi penyelenggaraan penguatan pendidikan karakter di SMAN 65 telah sesuai dengan konten muatan nilai-nilai karakter yang sudah dirumuskan dalam pedoman pelaksanaan PPK
199
oleh Kemendikbud yang sudah disintesiskan sesuai budaya daerah oleh Dinas Pendidikan Provinsi dan dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak sekolah. Sosialisasi juga dijalankan secara baik dibuktikan dengan siswa sekolah mengetahui jalannya program PPK. Kegiatan
Monitoring
pada
penyelenggaraan
penguatan
pendidikan karakter dilakukan Kepala SMAN 65 selaku stake holder. Kepala sekolah biasanya melakukan pengawasan rutin kunjungan ke kelas-kelas sebanyak 1 kali setiap bulan Adapun juga kepala sekolah dalam kurun waktu 2-3 bulan sekali juga mengumpulkan dewan guru dalam rangka penjagaan arah pembelajaran yang satu. Kegiatan evaluasi
penyelenggaraan
penguatan
pendidikan
karakter
dilaksanakan diakhir pembelajaran. Proses evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun,. Untuk nilai sikap siswa,biasanya dituliskan dalam skala afektif, yang bersumber dari pengamatan sikap dari guru mata pelajaran,catatan evaluasi pada buku penilaian sikap siswa,serta observasi wali kelas kepada siswa.. 4. Product Pada komponen product, Indikator evaluasi yaitu mengetahui pencapaian tujuan program penguatan pendidikan karakter, dengan kriteria evaluasi: keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran dan pencapaian
kompetensi
peserta
200
pembelajaran.
Keberhasilan
penyelenggaraa penguatan pendidikan karakter secara keseluruhan mendapatkan hasil “Baik”. Pencapaian peserta diklat keprotokolan, setelah dilakukan angket pernyataan siswa, dengan
capaian
sebanyak 85% responden dalam status lulus tanpa pengawasan. Dan 15% responden dinyatakan lulus bersyarat dengan pengawasan. Secara umum, keseluruhan komponen evaluasi pada program penguatan pendidikan karakter di SMAN 65 menunjukan hasil yang amat baik ditinjau dari kriteria evaluasi, melalui pedoman pelaksanaannya memberikan langkah-langkah strategis dalam upaya meningkatkan efektifitas, efisiensi, optimalisasi dan akuntabilitas pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter. Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter di SMAN 65 tetap dapat dilaksanakan dengan melakukan beberapa perbaikan.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneiliti menyampaikan implikasi dari hasil penelitian, meliputi: 1. Hasil penelitian evaluasi pada komponen context menunjukkan bahwa, latar
belakang
penyelenggaraan
penguatan pendidikan
karakter memiliki dasar hukum dan dari analisis kebutuhan program
201
menunjukkan bahwa program ini dibutuhkan oleh siswa-siswa seluruh Indonesia, Hal tersebut dapat berimplikasi pada pelaksanaan program yang sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kebutuhan nasional. 2. Hasil penelitian pada komponen input menunjukkan bahwa Sumber Daya
Manusia
penguatan
pendidikan
karakter,
kurikulum
pembelajaran, alokasi anggaran dan sarana prasarana telah dimaksimalkan SMAN 65. Sumber Daya Manusia
penguatan
pendidikan karakter, kurikulum pembelajaran, alokasi anggaran dan sarana prasarana yang berkualitas pada program penguatan pendidikan karakter tentunya berdampak pada proses pelaksanaan pembelajaran yang berjalan dengan baik dan mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan program. Ketepatan sasaran peserta dan pengajar juga akan mempengaruhi keberhasilan penyeleggaraan, jika peserta dan pengajar tidak sesuai maka penyelenggaraan pembelajaran akan sia-sia karena tidak berdampak apa pun terhadap peserta pembelajaran dan perkembangan lembaga (SMAN 65). 3. Hasil penelitian pada komponen process menunjukkan adanya kesesuaian
antara
indikator
yang
dinilai
dengan
kegaiatan
perencanaan dan sosialisasi; pelaksanaan program; serta kegiatan monitoring dan evaluasi. Indikator yang digunakan untuk menilai berdasarkan dasar hukum, perangkat pembelajaran, dan pedoman
202
penyelenggaraan pembelajaran. Kesesuaian pada komponen proses akan berimplikasi pada penyelenggaraan pembelajaran yang sesuai rencana, sehingga kegiatan proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. 4. Pada komponen produk, produk dari penyelenggaraan penguatan
pendidikan
karakter
adalah
keberhasilan
penyelenggaraan
pembelajaran dalam mencapai tujuan, dengan indikator keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran.
dan
penambahan
Berdasarkan
hasil
kompetensi
penelitian,
peserta
penyelenggaraan
pembelajaran dapat dikatakan berhasil, dilihat dari jumlah capaian nilai afektif siswa dan pengamatan sikap keseharian. Implikasi dari keberhasilan penyelenggaraan penguatan pendidikan karakter ini adalah penyelenggaraan program dapat dilanjutkan namun ada beberapa
yang
harus
diperbaiki.
bertambahnya kompetensi
peserta
Sedangkan
implikasi
adalah peserta
dari
yang telah
mengikuti pembelajaran atau yang sering disebut sebagai alumni, mereka dapat memiliki bekal dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat.
203
C. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa rekomendasi yang dapat digunakan serta menjadi bahan pertimbangan
dalam
melakukan
perbaikan
pelaksanaan
program
penguatan pendidikan karakter, dalam rangka meningkatkan efektivitas, efisiensi dan optimalisasi pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter sebagai berikut: 1. SMAN 65 dalam hal penganggaran program PPK diharapkan semakin membuka kanal-kanal pembiayaan kepada pihak swasta dalam bentuk kerjasama,dalam hal menunjang kegiatan diluar pembelajaran dalam kelas agar memiliki pembiayaan kuat dalam hal meningkatkan inovasi program. 2. SMAN 65 diharapkan melakukan update terhadap buku-buku utama penunjang pembelajaran,agar memberikan buku yang bermuatan pendidikan karakter sesuai dengan arahan kemendikbud. 3. SMAN 65 diharapkan untuk memperkuat hubungan antara sekolah dengan orangtua siswa dalam hal sosialisasi metode pembelajaran bermuatan PPK,agar kemudian tidak terjadi miskonsepsi diantara tujuan sekolah dengan pemahaman orangtua murid. 4. SMAN 65 sebaiknya melibatkan OSIS selaku representatif siswa dalam hal menjaring opini siswa terhadap pembelajaran bermuatan PPK,agar
204
kemudian mampu memberikan pembelajaran dengan muatan PPK yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan keinginan siswa selaku peserta.
DAFTAR PUSTAKA penjelasan-pasal-31-uud-1945/. (2010). Retrieved October 23, 2018, from http://limc4u.com: http://limc4u.com/uud-1945/penjelasan-pasal/penjelasanpasal-31-uud-1945/
205
A., D. K. (2007). Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern. Jakarta: PT. Grasindo. Abidin, Z. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Adi, I. R. (2001). Pemberdayaan pengembangan masyarakat dan intervensi komunitas: (pengantar pada pemikiran dan pendekatan praktis). Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. An-Nawawi, I. (2007). Syarah Shahih Muslim. Jakarta: Daarus Sunnah. Arikonto, S. (Jakarta). Manajemen Penelitian. 2013: PT Rineka Cipta. Arikunto, S. (2009). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksiara . Asmani, J. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Sekolah. Jogjakarta: Diva Press. Asmani, J. M. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press. Bagus, L. (2000). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. Bahri, S. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mengatasi Krisis Moral Di Sekolah. Jurnal Pendidikan Islam Ta’allum, 93-100.
206
Chelimsky, E. (1989). Program Evaluation: Pattern and Directions, 2nd Edition. Washington, DC: American Society for Public Administration. DIKTI,
K.
(2003).
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf. Retrieved October 23, 2018, from http://kelembagaan.ristekdikti.go.id:
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf Dirjen Dikdasmen Kemendiknas. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemendiknas. Djaali, Pudji , M., & Ramly. (2000). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta., 70. dkk, A. S. (2011). Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Dunn, W. (2005). Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Edward, S. (2002). Total Quality Management in Education, Third edition. USA : Kogan Page. Fitzpatrick, J. L. (2004). Program Evaluation: Alternative Approaches And Practical Guidelines. Pearson: United States. Gaffar, M. F. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Islam. Makalah Workshop Pendidikan Karakter Berbasis Agama, 4. Gunawan, H. (2012). Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabet. Gwynne-Atwater, A. (2011). An Evaluation of a Special Education Preschool Program Serving Children With Autism or Autistic-Like Behaviors. Virginia Polytechnic Institute and State University, vol. 11(7).
207
Hamalik, O. (2008). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. (2009). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara. Hayati, M. (2009). Desain Pembelajaran. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau. Herawati, I. (2007). Istiana Herawati, Evaluasi Program Pendidikan Anak Usia DIni (PAUD) Bagi Anak Dari Keluarga Miskin Di Tempat Penitipan Anak (TPA) Beringharjo Yogyakarta. Jakarta: Departemen Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Hidayatullah, M. F. (2010). Pendidikan Karakter : Membangun Peradaban Bangsa . Surakarta: Yuma Pustaka. http://limc4u.com/uud-1945/penjelasan-pasal/penjelasan-pasal-31-uud-1945/. (n.d.). Ja’cub, H. (1999). Etika Islam. Jakarta: Publicita. Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (n.d.). Kerangka Acuan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemendiknas. Khan, D. Y. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta : Pelangi Publishing. Latif, Y. (2007). “Hancurnya Karakter Hancurnya Bangsa, Urgensi Pendidikan Karakter”. Majalah Basis, Edisi Juli – Agustus, 40. Majid, A., & Andayani, D. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. MAK., W. S. (2014). Evaluation of a Moral and Character Education Group for Primary School Students . Discovery – SS Student E-journal, Vol. 3, 142-164. Matta, M. A. (2006). Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat.
208
Megawangi, R. (2007). Pendidikan Karakter Solusi Yang Tepat Untuk Membangun Bangsa, Cet. II . Jakarta : Indonesia heritage Foundation. Mintarti. (n.d.). Kajian Perumusan. Zakat & Empowering. Mintarti, & dkk. (2009). Zakat & Empowering. Jurnal Pemikiran dan Gagasan, 23. Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensial. Jakarta: Bumi Aksara. Nanang, F. (2012). Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Poerwadarminta. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purwanto, N. (2010). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis . Bandung: Remaja Rosda Karya. Rahman, H. A., & Ahmad, J. (2015). “A Conceptual Framework For Evaluating Professional Upskilling Of English Language Teachers Programme” . Australian Journal of Basic and Applied Sciences, Vol 9(14) , 93-99. Rohmad. (2003). Pengembangan Instrumen Evaluasi dan Penelitian. Purwokerto: STAIN Press. Sanjaya, W. (2008). Teori dan Perkembangan anak. Jakarta: Gramedia Citra. Saptono. (2011). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Salatiga: Erlangga. Sjarkawi. (2006). Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Membangun Jatidiri. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, A. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi, A., & Cepi, S. (2014). Evaluasi Program Pendidikan (Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara. 209
Suharsini, A. (2004). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Rineka Cipta. Sukardi. (2015). Evaluasi Program Pendidikan dan Keprogram. Jakarta: Bumi Aksara. Suparno, P. (2008). Action Research: Riset Tindakan untuk Pendidik. Jakarta: PT Grasindo. Tayibnapis, F. Y. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Program. Jakarta: Rineka Cipta . theconversation.com.
(2012).
kualitas-buruk-pelajar-indonesia-akibat-proses-belajar-
tidak-tuntas-apa-yang-bisa-dilakukan-97999 . Retrieved Oktober 23, 2018 , from http://theconversation.com/:
http://theconversation.com/kualitas-buruk-pelajar-
indonesia-akibat-proses-belajar-tidak-tuntas-apa-yang-bisa-dilakukan-97999 Udiutomo, d. (n.d.). Evaluasi dan Kaji Dampak. Zakat & Empowering. Wibowo, A. (2012). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Wiebers, J. A. (2001). An Evaluation of CHARACTER COUNTS : SM Character Education Activities in Relationship to the Behavior of Elementary School Children in Sullivan County Tennessee. Trace: Tennessee Research and CreativeExchange. Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsespsi dan Aplikasi dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana. Zuhriah, N. (2008). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti. Jakarta: PT Bumi Aksara .
210
LAMPIRAN
Lampiran 1 ........................................................................................................................... 213 AGENDA PENELITIAN ............................................................................................................................ 213 Lampiran 2 ........................................................................................................................... 216 PEDOMAN PENELITIAN ......................................................................................................................... 216 Lampiran 3 ........................................................................................................................... 217 KISI-KISI PENGUMPULAN DATA ................................................................. Error! Bookmark not defined. Lampiran 4 ........................................................................................................................... 221 Pedoman Wawancara ................................................................................ Error! Bookmark not defined. Lampiran 5 ........................................................................................................................... 226 Pedoman Observasi ................................................................................... Error! Bookmark not defined. Lampiran 6 ........................................................................................................................... 227 Pedoman Studi Dokumentasi .................................................................... Error! Bookmark not defined. Lampiran 7 ........................................................................................................................... 229 Angket Evaluasi .......................................................................................... Error! Bookmark not defined. Lampiran 8 ........................................................................................................................... 233 CATATAN LAPANGAN ............................................................................................................................ 233 Lampiran 9 ........................................................................................................................... 244 Hasil Wawancara................................................................................................................................... 244 Lampiran 10 ......................................................................................................................... 264 Klasifikasi Data ........................................................................................... Error! Bookmark not defined. Lampiran 11 ......................................................................................................................... 279 Reduksi Data .............................................................................................. Error! Bookmark not defined. Lampiran 12 ......................................................................................................................... 385 Dokumentasi Hasil Penelitian ............................................................................................................... 389 Lampiran 13 ......................................................................................................................... 393 Profil SMAN 65 ...................................................................................................................................... 393 A.
Visi dan Misi .................................................................................................................................. 393
B.
Tugas dan Fungsi ........................................................................................................................... 394
C.
Struktur Organisasi........................................................................................................................ 395
211
D.
Tupoksi dan Personal .................................................................................................................... 395
Lampiran 14 ......................................................................................................................... 397 Surat Izin Mengadakan Penelitian ........................................................................................................ 398 Lampiran 15 ......................................................................................................................... 399 Surat Persetujuan Mengadakan Penelitian .......................................................................................... 399
212
Lampiran 1 AGENDA PENELITIAN A. Agenda Wawancara No. 1
2
3
Tanggal, Waktu, Tempat Jumat, 19 Oktober 2018, Pukul 09:0011:00 WIB, di Ruang Wakil Kepala Sekolah SMAN 65 Selasa, 23 Oktober 2018, Pukul 12:3014.00 WIB, di Ruang Wakil Kepala Sekolah SMAN 65 Selasa, 29 Januari 2019, Pukul 08:0009:00 WIB, Di Ruang Wakil Kepala Sekolah SMAN 65
Informan
Materi Wawancara
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kehumasan (Bapak Faisal S.Pd)
Grandtour Observation
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum (Ibu Gayatri S.Pd)
Grandtour Observation
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan (Ibu Dra.Syarifah)
Evaluasi Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter (Context, Input, Process, Product)
4
Selasa, 29 Januari 2019, Pukul 10.1511.00 WIB, Di Guru SMAN 65 Jakarta
Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (Bapak Saifulloh S.Ag)
Evaluasi Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter (Context, Input, Process, Product)
5
Selasa, 29 Januari 2019, Pukul 12.3013.30 WIB, Di Ruang Wakil Kepala Sekolah SMAN 65
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum (Ibu Gayatri S.Pd)
EvaluasiPenguatan Penguatan Pendidikan Karakter (Context, Input, Process, Product)
213
B. Agenda Observasi / Pengamatan No. 1
Hari/Tanggal Jumat, 19 Oktober 2018
Hal yang Diamati Memberikan surat izin melakukan observasi penelitian Mengamati keadaan lingkungan SMAN 65 Mengamati aktivitas kerja SMAN 65
2
Rabu, 31 Oktober 2018
3
Senin,3 Desember 2018
4
Rabu,5 Desember 2018
5
Senin, 7 Januari 2018
Mengamati sumber belajar Mengamati kondisi sarana dan prasarana Mengamati kelengkapan sarana dan prasarana Mengamati fasilitas penunjang Mengamati kegiatan pembelajaran di SMAN 65 Jakarta
214
C. Agenda Studi Dokumentasi No. 1
Hari/Tanggal Rabu, 9 Januari 2019
2
Selasa, 22 Januari 2019
Data/Dokumen Studi dokumentasi Permendikbud no 21 tahun 2016 tentang Standar Isi Studi dokumentasi Permendikbud no 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Studi dokumentasi Permendiknas no 16 tahun 2007 tentang Kualifikasi dan Kompetensi Guru Studi dokumentasi Permendikbud no 17 tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Studi dokumentasi Perangkat Pembelajaran PAI SMAN 65 Jakarta tahun ajaran 20182019 (Program Tahunan,Program Semester,Penetapan Indikator Pencapaian Kompetensi) Studi dokumentasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PAI SMAN 65 Jakarta tahun ajaran 2018-2019 (analisis implementasi KI dan KD)
3
215
Lampiran 2 PEDOMAN PENELITIAN Fokus
Sub Fokus 1. Evaluasi terhadap context meliputi komponen latar
Evaluasi Program Penguatan
belakang,
tujuan,
dan
analisis
kebutuhan
program
Penguatan Pendidikan Karakter.
Pendidikan Karakter 2. Evaluasi terhadap input program Penguatan Pendidikan di SMAN 65 Jakarta
Karakter mengenai; a) sumber daya manusia, b) alokasi anggaran, c) kurikulum program, d) sarana dan prasarana pendukung program Penguatan Pendidikan Karakter. 3. Efektivitas
dan
kesesuaian
process
pada
program
Penguatan Pendidikan Karakter, yang berhubungan dengan; a) perencanaan dan sosialisasi, b) pelaksanaan program, c) monitoring dan evaluasi program Penguatan Pendidikan Karakter. 4. Kesesuaian product program Penguatan Pendidikan Karakter berhubungan dengan hasil program.
216
Lampiran 3 KISI-KISI PENGUMPULAN DATA Fokus penelitian Evaluasi Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter
Sub Fokus
Indikator
Teknik penelitian
1. Evaluasi Konteks (Context)
1.1.1. Memiliki dokumen dasar hukum pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter 1.1.2. Memiliki dokumen dasar hukum organisasi pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter 1.1.3. Kesesuaian latar belakang program Penguatan Pendidikan Karakter 1.2.1. Kesesuaian tujuan program Penguatan Pendidikan Karakter
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
217
Analisis dokumentasi
Analisis dokumentasi
Wawancara
Wawancara
Fokus penelitian
Sub Fokus
Indikator
1.3 Analisis Kebutuhan
Teknik penelitian
1.2.2. Kesesuaian target peserta Penguatan Pendidikan Karakter
Analisis dokumentasi dan Wawancara
1.3.1 Kesesuaian Materi/Kurikulum dengan Kompetensi yang harus dimiliki siswa.
Analisis dokumentasi
1.3.2 Kesesuaian Materi/Kurikulum dengan kebutuhan lembaga (SMAN 65)
Wawancara
2. Evaluasi Masukan (Input)
2.1. Sumber daya manusia
218
2.1.1. Memiliki struktur organisasi SMAN 65 Jakarta
Analisis dokumentasi
2.1.2. Kesesuaian tugas pokok dan fungsi
Wawancara
2.1.3 Memiliki kualifikasi pengajar program Penguatan Pendidikan Karakter
Analisis dokumentasi
2.1.4 Kesesuaian kualifikasi kriteria peserta Penguatan Pendidikan Karakter
Analisis dokumentasi dan Wawancara
Fokus penelitian
Sub Fokus
Indikator
2.2. Alokasi anggaran
2.2.1. Memiliki dokumen hasil penyusunan anggaran program Penguatan Pendidikan Karakter
2.3. Kurikulum pembelajaran
2.3.1 Memiliki dokumen Rancang Bangun Kurikulum Program Pembelajaran (RBPP) Penguatan Pendidikan Karakter 2.3.2. Memiliki modul pembelajaran
2.4. Sarana dan prasarana pendukung
Teknik penelitian
Analisis dokumentasi
Analisis dokumentasi
Analisis dokumentasi
2.4.1. Metode dan Media Pembelajaran yang digunakan
Observasi
2.4.2. Memiliki fasilitas
Observasi
2.4.3. Memiliki sistem khususpelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter
Observasi dan Wawancara
3. Evaluasi Proses (Process) 3.1.Perencanaan dan sosialisasi program Penguatan
219
3.1.1. Perencanaan program Penguatan Pendidikan Karakter
Analisis dokumentasi dan Wawancara
Fokus penelitian
Sub Fokus
Indikator
Pendidikan Karakter
3.2.Pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter
3.3. Monitoring dan Evaluasi program Penguatan Pendidikan Karakter
3.1.2. Pelaksanaan sosialisasi program Penguatan Pendidikan Karakter 3.2.1 Jadwal pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter 3.2.2. Daftar hadir peserta program Penguatan Pendidikan Karakter
Teknik penelitian Analisis dokumentasi dan Wawancara Analisis dokumentasi dan Wawancara
Analisis dokumentasi
3.2.3. Kesesuaian Pengajar mata Pembelajaran
Analisis, dokumentasi dan Wawancara
3.3.1. Pelaksanaan monitoring program Penguatan Pendidikan Karakter
Wawancara
3.3.2 Pelaksanaan Analisis, evaluasi Penguatan Dokumentasi Pendidikan dan, Karakter Wawancara
4. Evaluasi Produk (Product) 4.1. Pencapaian tujuan program Penguatan Pendidikan Karakter
220
4.1.1. Keberhasilan penyelenggaraan Pembelajaran 4.1.2. Pencapaian kompetensi peserta Pembelajaran.
Observasi dan Wawancara Analisis dokumentasi
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bid. Akademik 1. Apakah yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 2. Apakah ada dasar hukum tentang wewenang SMAN 65 untuk menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter? 3. Apakah tujuan dari penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 4. Siapakah yang menjadi sasaran peserta Penguatan Pendidikan Karakter? 5. Apakah penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter ini sangat dibutuhkan oleh Siswa? 6. Siapakah pihak pihak yang berwenang untuk menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter? 7. Apakah
penyelenggara
Penguatan
Pendidikan
Karakter
sudah
menjalankan tugas sesuai tugas pokok dan fungsinya? 8. Bagaimana kegiatan penyusunan anggaran Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 9. Apakah alokasi anggaran sesuai dengan pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter? 10. Siapakah pihak yang berwenang menyusun kurikulum Penguatan Pendidikan Karakter? 11. Bagaimana proses untuk menentukan kurikulum Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 12. Siapakah yang berwenang untuk menyusun modul pembelajaran bermuatan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter?
221
13. Bagaimana
proses
penyusunan
modul
Penguatan
Pendidikan
Karakter? 14. Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan SMAN 65 dalam menunjang kegiatan pembelajaran Penguatan Pendidikan Karakter? 15. Adakah
standar
mengenai
sarana
yang
dibutuhkan
dalam
penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? 16. Apakah SMAN 65 memiliki sistem khusus dalam penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? 17. Bagaimana proses perencanaan program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 18. Bagaimana
kegiatan
sosialisasi
penyelenggaraan
Penguatan
Pendidikan Karakter? 19. Kapan diselenggarakannya Penguatan Pendidikan Karakter? 20. Apakah kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi pengajar Penguatan Pendidikan Karakter? 21. Bagaimana kegiatan monitoring pada penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 22. Bagaimana kegiatan evaluasi yang dilakukan pada penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? 23. Bagaimana kriteria kelulusan peserta didik? 24. Apakah tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter tercapai?
Pedoman Wawancara
222
Wakil Kepala Sekolah Bid. Kesiswaan 25. Apakah yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 26. Apakah ada dasar hukum tentang wewenang SMAN 65 untuk menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter? 27. Apakah tujuan dari penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 28. Siapakah yang menjadi sasaran peserta Penguatan Pendidikan Karakter? 29. Apakah penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter ini sangat dibutuhkan oleh Siswa? 30. Siapakah pihak pihak yang berwenang untuk menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter? 31. Apakah
penyelenggara
Penguatan
Pendidikan
Karakter
sudah
menjalankan tugas sesuai tugas pokok dan fungsinya? 32. Bagaimana kegiatan penyusunan anggaran Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 33. Apakah alokasi anggaran sesuai dengan pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter? 34. Siapakah pihak yang berwenang menyusun kurikulum Penguatan Pendidikan Karakter? 35. Bagaimana proses untuk menentukan kurikulum Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 36. Siapakah yang berwenang untuk menyusun modul pembelajaran bermuatan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 37. Bagaimana
proses
penyusunan
modul
Penguatan
Pendidikan
Karakter? 38. Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan SMAN 65 dalam menunjang kegiatan pembelajaran Penguatan Pendidikan Karakter?
223
39. Adakah
standar
mengenai
sarana
yang
dibutuhkan
dalam
penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? 40. Apakah SMAN 65 memiliki sistem khusus dalam penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? 41. Bagaimana proses perencanaan program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 42. Bagaimana
kegiatan
sosialisasi
penyelenggaraan
Penguatan
Pendidikan Karakter? 43. Kapan diselenggarakannya Penguatan Pendidikan Karakter? 44. Apakah kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi pengajar Penguatan Pendidikan Karakter? 45. Bagaimana kegiatan monitoring pada penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 46. Bagaimana kegiatan evaluasi yang dilakukan pada penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? 47. Bagaimana kriteria kelulusan peserta didik? 48. Apakah tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter tercapai?
224
Pedoman Wawancara Pengajar/ Tutor 1. Apakah tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? 2. Apakah penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter sangat bermanfaat bagi siswa? Jawab: 3. Bagaimana proses penyusunan kurikulum pelajaran dan yang memuat Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? 4. Bagaimana
kesesuaian
materi pembelajaran
bermuatan
PPK
terhadap
kompetensi yang harus dicapai siswa? 5. Metode dan media apa yang digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung? 6. Adakah kendala dalam kegiatan pembelajaran? 7. Apakah sarana dan prasarana sudah menunjang kegiatan pembelajaran? 8. Bagaimana
penilaian
pembelajaran
bermuatan
Penguatan
Penguatan
Pendidikan Karakter? 9. Bagaimana kriteria kelulusan Siswa? 10. Apakah tujuan penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter sudah tercapai?
225
Lampiran 5 PEDOMAN OBSERVASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER Aspek atau Unsur yang Diteliti 1
Deskripsi
1. Konteks Program Pembelajaran Kelembagaan a. Kondisi dan situasi lembaga (tata letak gedung/ruangan) b. Aktivitas kerja di SMAN 65
2
Input Program Penguatan Pendidikan Karakter 1. Sarana dan Prasarana a. Penggunaan sumber belajar b. Kondisi sarana prasarana Pembelajaran c. Kelengkapan sarana dan prasarana d. Kondisi alat dan bahan lainnya
3
Proses Program Penguatan Pendidikan Karakter 1. Kegiatan pembelajaran
4
Produk Program Penguatan Pendidikan Karakter 1. Keberhasilan penyelenggaraan Pembelajaran
226
Lampiran 6
PEDOMAN STUDI DOKUMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER Komponen Konteks
Indikator 1
(context)
Memiliki dokumen dasar hukum pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter
2
Memiliki dokumen dasar hukum organisasi pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter
3
Kebijakan Pemerintah tentang Program Penguatan Pendidikan Karakter
4
Kesesuaian Materi/Kurikulum pembelajaran dengan Kompetensi yang harus dimiliki siswa.
Masukan
1
(Input)
Memiliki kualifikasi pengajar program Penguatan Pendidikan Karakter
Ada
2
Memiliki struktur organisasi SMAN 65
3
Kriteria Peserta Pembelajaran
4
Memiliki dokumen hasil penyusunan anggaran program Penguatan Pendidikan Karakter
5
Memiliki dokumen Kerangka Acuan Program (KAP) Penguatan Pendidikan Karakter/ sejenisnya
Proses
6
Memiliki modul Pembelajaran
1
Perencanaan program Penguatan Pendidikan Karakter
(process)
227
Tidak Ada
2
Jadwal pelaksanaan program Penguatan Pendidikan Karakter
3
Daftar hadir peserta program Penguatan Pendidikan Karakter
Produk
4
Pelaksanaan kegiatan evaluasi
5
Kesesuaian Pengajar mata Pembelajaran
1
Rekapitulasi nilai yang dicapai peserta Penguatan
(product)
Pendidikan Karakter 2
Laporan evaluasi Penguatan Pendidikan Karakter
228
Lampiran 7 (Untuk Siswa)
ANGKET EVALUASI PROGRAM PENGUATAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMAN 65 JAKARTA Nama : No. Induk : Kelas : Jenis Kelamin :
Petunjuk : 1. Dibawah ini terdapat serangkaian pernyataan mengenai Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta 2. Dimohon agar Saudara/I menjawab pernyataan-pernyataan tersebut dengan jujur 3. Jawaban yang Saudara/i berikan tidak akan merugikan pihak manapun dan dilindungi oleh institusi peneliti 4. Jawablah pernyataan berikut dengan memberikan tanda Checklist (√) pada kolom yang merupakan pernyataan yang disetujui oleh Saudara/i 5. Terimakasih atas bantuan Saudara/I dalam membantu jalannya penelitian saya
NO
URAIAN PERNYATAAN
1
Saya mengetahui apa itu Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter
2
Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dapat menumbuhkan dan meningkatkan sikap Religius saya?
3
Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dapat menumbuhkan kejujuran saya 229
JAWABAN IYA TIDAK
4
Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter membuat saya bersikap Disiplin ?
5
Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dapat menumbuhkan dan meningkatkan sikap santun saya
6
Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dapat menumbuhkan dan meningkatkan kepedulian saya
7
Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dapat membuat saya mampu bekerja sama dengan orang lain?
8
Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dapat membuat saya mampu memahami perbedaan pada setiap individu?
9
10
Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dapat membuat saya menyikapi konflik secara damai Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dapat membuat saya mampu mempertanggungjawabkan setiap perbuatan yang saya lakukan
11
Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dapat membuat saya bertindak cepat dan cekatan dalam menyelesaikan suatu hal
12
Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dapat membuat saya selalu ingin terlibat dalam suatu kegiatan yang berguna
13 14
15
Sekolah mempunyai tata tertib untuk siswa Penguatan Pendidikan Karakter yang berisikan aspek karakter peserta didik jenjang sma penting dilaksanakan? Sekolah berkewajiban untuk melaksanakan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter?
230
16
Siswa yang berkarakter sesuai dengan aspek karakter peserta didik jenjang SMA penting untuk dicapai?
17
Materi pelajaran yang diberikan pengajar dalam setiap mata pelajaran/kegiatan penunjang (Eskul,kegiatan luar sekolah,dll) sudah berisikan aspek karakter peserta didik pada jenjang SMA?
18
Materi pelajaran tersebut dapat dilakukan di lingkungan sekolah maupun sosial saya
19
Sekolah mempunyai struktur organisasi
20
Saya menjalankan tugas sesuai fungsi saya dalam struktur organisasi
21
Seluruh guru/pengajar yang mengajar anda sudah menyelesaikan studi strata 1 ? Saya sudah lulus SMP dan Berumur dibawah 21 tahun
22
23
Seluruh guru/pengajar yang mengajar anda memiliki Silabus dan RPP pada mata pelajaran yang mereka ajar ?
24
Saya memiliki buku pedoman pelajaran yang berisikan muatan Penguatan Pendidikan Karakter
25
Guru melakukan proses pembelajaran dengan metode dan media pembelajaran yang berisikan muatan Penguatan Pendidikan Karakter
26
Sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk meningkatkan muatan-muatan Penguatan Pendidikan Karakter?
27
Sekolah memiliki kegiatan diluar pembelajaran yang bertujuan menguatkan Penguatan Pendidikan Karakter
231
28
29
Saya mengikuti ekstrakurikuler yang bermuatan Penguatan Pendidikan Karakter (ROHIS,ROKRIS,OLAHRAGA,PRAMUKA,KLUB DISKUSI,SENI) Guru/Pelatih melakukan sosialisasi Silabus dan RPP setiap mata pelajaran (untuk guru pelajaran) dan Rencana pembelajaran (Untuk pelatih eskul)
30
Saya mengetahui dan memiliki jadwal mata pelajaran dan kegiatan diluar kelas (Jika mengikuti)
31
Saya memiliki daftar hadir kegiatan belajar mengajar dan Ekstrakurikuler (Jika mengikuti)
32
Guru/Pelatih mampu menyampaikan pesan Penguatan Pendidikan Karakter dalam setiap materi ajar
33
Pihak sekolah melakukan pemantauan terhadap setiap KBM (Untuk mata pelajaran) dan kegiatan eskul (Untuk eskul)
34
Saya mengetahui nilai Afektif/Sikap saya dalam laporan hasil akhir belajar
35 36
Sekolah mampu menjalankan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dalam proses belajar mengajar Saya mencapai batas minimal kelulusan nilai Afektif ( nilai C)
232
Lampiran 8 CATATAN LAPANGAN No.CL/01/29/1/2019 Syarifah
Hari/Tanggal
: Selasa, 29 Januari 2019
Tempat
: Ruang Wakil Kepala Sekolah SMAN 65 Jakarta
Waktu
: 08:00-09:00WIB
Informan
: Dra. Syarifah
Jabatan
: Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
A. Setting Pada hari senin peneliti tiba di SMAN 65 Jakarta pukul 07:00 WIB, pada saat itu terlihat semua siswa sedang melaksanakan tadarus dan doa pagi. ketika sampai peneliti langsung menuju meja piket untuk membuat janji dengan para informan wawancara. Saat ditemui ,guru piket terlihat sibuk dan akhirnya saya diminta menunggu sebentar sebelum beliau menemui saya. Ketika saya telah menunggu keluarlah WaKaSek bidang Kesiswaan,yaitu ibu Syarifah dan mengajak saya untuk melakukan wawancara di Ruang Wakasek di Lt.1 B. Hasil Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan program yang didasari oleh nawacita Presiden Republik Indonesia yang 233
kemudian diarahkan untuk dilaksanakan di tiap-tiap unit pelaksana pendidikan. Melalui perpres,program ini memiliki dasar hukum untuk dijalankan. PPK sendiri merupakan sebuah program penanaman nilai yang berorientasi pada perkembangan potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. PPK juga diharapkan memberikan suatu keteladan kepada siswa untuk menerapkan nilai-nilai yang diberikan sekolah kepada siswa. Lalu PPK juga merupakan serangkaian nilai-nilai pembiasaan yang berlangsung dalam kehidupan siswa. PPK dijalankan dalam dua jalur,yaitu formal dan informal.Di jalur formal,peserta program adalah siswa terdaftar di setiap sekolah. Seperti halnya siswa SMAN 65,yang sudah melalui proses seleksi PPKB yang diadakan oleh suku dinas pendidikan kota administratif Jakarta Barat. Maka terkumpulah 612 siswa didik yang akan mengikuti pembelajaran bermuatan PPK selama 3 tahun masa belajar. Di SMAN 65,terdapat dua bidang yang bertanggung jawab penuh terhadap kepala sekolah mengenai jalannya PPK,yaitu bid.kurikulum dan bid. Kesiswaan. Ibu Syarifah merupakan penanggung jawab PPK di area peserta/kesiswaan. Beliau dibantu oleh 2 orang guru/staf yang memiliki fungsi penyuluh/pengarah (metode persuasif) dan penindak (metode represif) terhadap seluruh aktivitas pembentukan karakter siswa. SMAN 65 memiliki 3 kegiatan unggulan yang menunjang pendalaman aspek religiusitas seorang siswa. Yang pertama adalah kegiatan Bimbingan Da’I Remaja (BDR) yang dilakukan pada minggu ketiga bulan desember di setiap
234
tahunnya selama 5 hari ,kegiatan ini bertujuan membiasakan siswa kelas X untuk mampu beraktivitas dalam suasana keagamaan dengan harapan mampu mengaplikasikan dalam kesehariannya. Adapun kegiatan ini telah kami jalankan sudah lebih dari 10 tahun (bahkan sebelum PPK dicanangkan oleh negara). Kegiatan berikutnya adalah Bimbingan Latihan Khutbah,kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan yang ditujukan kepada kelas XI yang mendapatkan peringkat terbaik dalam BDR tahun sebelumnya,BLK diadakan pada minggu kedua di bulan juni setiap tahunnya selama 3 hari,BLK bertujuan untuk melatih kemampuan menyampaikan ilmu tiap siswa didepan umum. Kegiatan ketiga adalah Retreat,suatu kegiatan pengasingan diri dan pendalaman keagamaan selama 4 hari yang ditujukan untuk seluruh siswa beragama nasrani maupun katolik,Retreat diadakan pada minggu ketiga bulan April disetiap tahunnya. SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil akhir Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. Apabila seorang siswa tidak mampu mencapai nilai minimal (C) dan tidak lulus dalam dibawah 4 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. Menurut beliau,Tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter itu sendiri sudah mampu dicapai oleh siswa dilihat dari jumlah pelanggaran yang siswa lakukan di sekolah serta diskusi yang terjadi dalam pembelajaran,saya rasa tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter itu sendiri sudah
235
mampu dicapai oleh siswa. Terkhusus pada siswa kelas X,muatan PPK mampu memberikan cara adaptasi terhadap perubahan pola pikir remaja awal kepada remaja akhir dalam fase pertumbuhan psikologis peserta didik. Maka dari itu,saya rasa PPK sudah mampu dicapai oleh siswa SMAN 65 Terkhusus pada siswa kelas X,muatan PPK mampu memberikan cara adaptasi terhadap perubahan pola pikir remaja awal kepada remaja akhir dalam fase pertumbuhan psikologis peserta didik. Maka dari itu,saya rasa PPK sudah mampu dicapai oleh siswa SMAN 65
C. Refleksi Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Ibu Syarifah, peneliti mendapatkan banyak informasi mengenai perencanaan, evaluasi dan monitoring PPK dilakukan. Informasi tersebut membuat peneliti memahami tentang bagaimana teknis perencanaan, evaluasi dan monitoring yang dilakukan dari sudut pandang bidang kesiswaan SMAN 65 Jakarta.
Mengetahui, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 65 Jakarta
Dra.Syarifah
236
CATATAN LAPANGAN No.CL/02/29/1/2019 Gayatri
Hari/Tanggal
: Selasa, 29 Januari 2019
Tempat
: Ruang bidang penyelenggaraan
Waktu
: 12:30-13:30 WIB
Informan
: Ibu Gayatri S.Pd
Jabatan
: Wakil Kepala Sekolah. Bidang Kurikulum
A. Setting Setelah peneliti selesai melakukan wawancara kepada bapak Saiful peneliti diarahkan untuk melakuka ibadah shalat dzuhur dan makan siang terlebih dahulu Pasca selesai melakukan ibadah shalat, tiba-tiba ibu Gayatri memanggil saya untuk hadir ke ruang WaKaSek untuk melakukan wawancara,dikarenakan beliau akan berangkat menuju MGMP pada jam 14.00 dan khawatir tidak cukup waktu B. Hasil Wawancara dengan ibu Lily menghasilkan penegasan dasar
hukum
penyelenggaraaan PPK di SMAN 65 Jakarta.Ibu Gayatri juga melakukan pembedahan mendalam pada Perpres no 87 tahun 2017mengenai PPK . Menurut Ibu Gayatri bahwa tujuan dari diselenggarakan PPK ialah membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi masa depan Indonesia dengan menanamkan jiwa Pancasila dan Penguatan Pendidikan Karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; selain itu PPK juga mampu mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan Penguatan
237
Pendidikan Karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia. Secara mendalam,ibu Gayatri menjelaskan proses sintesis nilai karakter yang diarahkan Kemendikbud kedalam kurikulum pembelajaran yang berlaku di SMAN 65. Mulai dari Pedoman Pelaksanaan PPK sampai kepada penetapan RPP oleh masingmasing pengajar
C. Refleksi Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Ibu Gayatri, peneliti mendapatkan banyak informasi mengenai perencanaan, evaluasi dan monitoring PPK dilakukan. Informasi tersebut membuat peneliti memahami tentang bagaimana teknis perencanaan, evaluasi dan monitoring yang dilakukan dari sudut pandang bidang kurikulum di SMAN 65 Jakarta.
Mengetahui, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN 65 Jakarta
Gayatri S.Pd
238
239
CATATAN LAPANGAN No.CL/03/29/1/2019 SAIFUL
Hari/Tanggal
: Selasa, 29 Januari 2019
Tempat
: Ruang Guru SMAN 65 Jakarta
Waktu
: 10:15-11:00 WIB
Informan
: Saifulloh, S.Ag
Jabatan
: Guru Mata Pelajaran Agama Islam dan Staff Kesiswaan
A. Setting Setelah peneliti selesai melakukan wawancara dengan Ibu Syarifah,peneliti diarahkan untuk menemui bapak Saifulloh di ruang guru untuk melaksanakan wawancara pengajar. Dan pak Saifulloh nampaknya masih berada didalam kelas. Pihak piket berinisiatif memanggil pak Saiful ke ruang guru melalui pengeras suara sekolah,pada akhirnya tak berapa lama pak Saiful hadir dan bersedia melakukan wawancara dan observasi pada kegiatan belajar di kelasnya. B. Hasil Penguatan Pendidikan Karakter secara luas itu sendiri bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai bermanfaat dalam kehidupan seorang siswa. Nilai ini biasanya didasari pada tanggapan aktif konteks dari suatu individu atau rangsangan natural dari sikap hidup diri sorang siswa tersebut. Jika dipandang dari sisi akademis,Penguatan Pendidikan Karakter juga dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian yang mampu dicapai seorang siswa itu sendiri berdasar pada sifat alamiahnya. Dikarenakan melalui 240
Penguatan Pendidikan Karakter,kami pengajar akan merasa terbantukan dalam pembentukan nilai-nilai kepada peserta didik yang sesuai pada masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter juga mampu membuat peserta didik melestarikan kearifan lokal,seperti halnya budaya menghormati dan rasa nasionalis yang ditanamkan dalam program PPK ini. Beliau melihat dari Penguatan Pendidikan Karakter mampu membuat seorang siswa mampu memiliki sifat jujur dan loyal serta menjadi berintegritas. Adapun Penguatan Pendidikan Karakter juga mampu membentuk siswa memiliki pemikiran yang terbuka akan berbagai macam pendapat dan temuan dalam kesehariannya Beliau melakukan 3 pendekatan kepada siswa untuk menguji keseuaian materi kepada siswa, pendekatan pertama adalah melalui relevansi,yaitu sebuah materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan kemampuan apa yang diharapkan akan dimiliki seorang siswa. Misalkan seorang siswa diharapkan mampu menghafal surat Al-Maun serta mampu mengaplikasikan seruan Allah yang terkandung didalamnya. Maka materi pembelajaran saya harus mengandung hal tersebut. Pendekatan kedua adalah konsistensi/keajegan. Dalam hal ini,Pak Saiful biasanya mendasarkan pembelajaran saya kepada konsistensi saya terhadap berapa hal yang harus dicapai siswa dalam satu tahun pembelajaran,maka itulah yang akan diusahakan dan ajarkan agar siswa saat menghadapi penilaian akhir sudah mencapai hal tersebut. Pendekatan ketiga adalah Kecukupan materi, seluruh materi yang diajarkan kepada siswa haruslah memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit maupun terlalu banyak, agar siswa mampu menyerap dengan baik.
241
Untuk metode atau media pembelajaran yang diterapkan guru dalam kelas,kami memiliki metode sendiri-sendiri. Untuk mata pelajaran agama,saya lebih sering menggunakan metode Al-Uswah wa Al-Qudwah (Keteladanan). Dimana sebelum saya mengajarkan nilai-nilai baik kepada siswa,saya sendiri harus memiliki nilai tersebut dan mampu menunjukan bahwa saya mempraktikan nilai tersebut dalam keseharian saya. Saya juga acapkali melakukan metode storytelling dalam menyampaikan beberapa penerapan nilai-nilai Kendala pembelajaran lebih sering ditemukan pada kemauan siswa pada penyerapan pembelajaran itu sendiri.
Lalu juga adanya ketidaksepahaman orang tua terhadap
metode pembelajaran yang saya terapkan. Hal-hal diatas dapat diatasi dengan dialogdialog personal antara pengajar dengan siswa maupun orangtua,agar mendapatkan kesepahaman tentang metode dan cara pembelajaran pengajar dalam sekolah Dalam penilaian sikap seorang siswa akan didasarkan pada form pengamatan sikap dalam pembelajaran yang dituliskan oleh guru setiap mata pelajaran. Dari hasil penilaian ini, akan ditimbang dan dikonversi oleh wali kelas dan tim kesiswaan untuk mengeluarkan penilaian antar individu siswa. Pengamatan guru didalam kelas ini juga dijadikan pertimbangan dalam memutuskan kenaikan kelas seorang siswa. C. Refleksi Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Pak Saifulloh, peneliti mendapatkan banyak informasi mengenai perencanaan, evaluasi dan monitoring PPK dilakukan. Informasi tersebut membuat peneliti memahami tentang bagaimana teknis perencanaan, evaluasi dan monitoring yang dilakukan dari sudut pandang pengajar di SMAN 65 Jakarta.
242
Mengetahui, Pengajar
Saifulloh S.Ag
243
Lampiran 9 Hasil Wawancara Ibu Syarifah
Topik
: Evaluasi Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN
65 Jakarta Informan
: Ibu Dra.Syarifah
Jabatan
: Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Tempat/tgl
: Ruang Wakil Kepala Sekolah / Selasa, 29 Januari 2019
A. Pertanyaan Aspek Konteks 1. Apakah yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Dasar hukum pelaksanaan PPK adalah berbasis kepada pasal 3 UU no 20 tahun 2003 tentang sisdiknas yang menitikberatkan pada pengembangan potensi peserta didik agar mengarah kepada manusia yang beriman,bertaqwa,berakhlak mulia,demokratis,mandiri,dll. Adapun hal ini diperkuat oleh Perpres no 87 tahun 2017 tentang PPK yang menjelaskan secara rinci mengenai detil tata cara implementasi program PPK pada sekolah. Bapak presiden juga memasukan agenda Penguatan Pendidikan Karakter dalam nawacita butir ke-8 yang menyuarakan revolusi mental bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan karakter bangsa. Penguatan Pendidikan Karakter juga masuk dalam RPJMN 2015-2019 yang disusun oleh negara,yang secara khusus
244
mengatakan bahwa penguatan Penguatan Pendidikan Karakter hendaknya diintegrasikan dalam pembelajaran terhadap siswa di setiap sekolah. 2. Apakah ada dasar hukum tentang wewenang SMAN 65 untuk menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Dalam perpres no 87 tahun 2017,PPK merupakan sebuah program yang akan dijalankan oleh seluruh tingkat satuan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. SMAN 65 sebagai salah satu satuan pendidikan dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia berkewajiban untuk melakukan PPK pada pembelajaran sekolah. Apalagi didasari oleh aturanaturan pemerintah yang sudah sebutkan tadi. 3. Apakah tujuan dari penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : PPK bertujuan untuk melaksanakan sebuah proses penanaman nilai yang berorientasi pada perkembangan potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. PPK juga diharapkan memberikan suatu keteladan kepada siswa untuk menerapkan nilai-nilai yang diberikan sekolah kepada siswa. Lalu PPK juga merupakan serangkaian nilai-nilai pembiasaan yang berlangsung dalam kehidupan siswa. B. Pertanyaan Aspek Input 1. Siapakah yang menjadi sasaran peserta Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab :
245
Dalam hal ini sudah pasti siswa terdaftar di setiap sekolah. Seperti halnya siswa SMAN 65,yang sudah melalui proses seleksi PPKB yang diadakan oleh suku dinas pendidikan kota administratif Jakarta Barat. Maka terkumpulah 612 siswa didik yang akan mengikuti pembelajaran bermuatan PPK selama 3 tahun masa belajar. 2. Apakah penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter ini sangat dibutuhkan oleh Siswa? Jawab: Dalam pandangan saya,PPK amat dibutuhkan oleh siswa khususnya pada era sekarang ini. Kurangnya perhatian dari orang tua serta perkembangan pola asuh dari masing-masing keluarga terlihat memberikan pemahaman yang berbeda mengenai nilai yang harus dimiliki seorang anak. Disinilah rumusan muatan-muatan PPK hadir dalam rangka memberikan penyatuan pandangan pada nilai apa saja yang harus dicapai siswa. Apalagi tantangan akan kebutuhan cadangan sumber daya manusia yang berkarakter guna menuju bonus demografi 2035 membuat kami selaku pelaksana kegiatan pendidikan harus merumuskan pembelajaran yang bermuatan nilai-nilai karakter seorang siswa. 3. Siapakah pihak pihak yang berwenang untuk menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Dalam Perpres no 87 tahun 2017, PPK hanya dapat dilakukan oleh satuan pendidikan,baik itu formal maupun non formal. Untuk satuan pendidikan formal,ppk biasanya dapat diintegrasikan melalui kurikulum pembelajaran intrakurikuler maupun ekstrakurikuler tiap sekolah,baik yang terdaftar dibawah 246
naungan kemendikbud maupun kementerian lainnya. Dan dalam satuan non formal, PPK dapat dilakukan di setiap PKBM maupun kegiatan pembelajaran kswadaya masyarakat dalam bentuk seminar maupun penyuluhan mengenai nilai-nilai karakter.
4. Apakah penyelenggara Penguatan Pendidikan Karakter sudah menjalankan tugas sesuai tugas pokok dan fungsinya? Jawab: Dalam tim yang saya pimpin (tim kesiswaan),setiap guru yang saya tugaskan untuk melakukan pengawasan,penindakan,pencegahan dan konsultasi kesiwaan sudah melakukan tugas dan fungsi secara baik. Seperti bapak Saifulah yang secara khusus saya berikan amanah untuk melakukan bimbingan moril dan keteladanan kepada siswa,dalam rangka pencegahan perilaku negatif kepada siswa SMAN 65 itu sendiri. Program pencegahan yang dicetus oleh beliau adalah pembiasaan keagaamaan setiap sebulan sekali kepada seluruh siswa di SMAN 65. Begitupun bapak Jambatan,yang secara khusus saya berikan amanah sebagai penindak dan pengawas perilaku siswa. Beliau secara khusus saya berikan izin untuk memberi tindakan secara represif kepada siswa yang terbukti melanggar aturan sekolah atau siswa yang disinyalir membuat gerakan massal yang mengarah kepada pelanggaran. 5. Bagaimana kegiatan penyusunan anggaran Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: 247
Anggaran untuk penguatan Penguatan Pendidikan Karakter sendiri tidak diletakan secara khusus atau diposkan tersendiri. Biaya-biaya tersebut dipecah kedalam cekstrakurikuler. Dikarenakan PPK sendiri diterapkan di SMAN 65 secara integrasi nilai-nilai karakter pada pembelajaran siswa itu sendiri.
6. Apakah alokasi anggaran sesuai dengan pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Sejauh yang saya
amati,sudah cukup sesuai. Kegiatan-kegiatan
penunjangpun sudah kami biayai dengan penuh sesuai jumlah yang diajukan siswa untuk menunjang kegiatan tersebut. 7. Siapakah pihak yang berwenang menyusun kurikulum Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Seluruh dewan guru di SMAN 65 dilibatkan dalam setiap proses pengembangan kurikulum di SMAN 65. Akan tetapi,jika dilihat sesuai garis komando,maka kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh dalam proses pengembangan serta implementasi kurikulum,yang kemudian diamanahkan kepada bidang kurikulum yang dipimpin Ibu Gayatri S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum 8. Bagaimana proses untuk menentukan kurikulum Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab:
248
Kurikulum PPK biasanya ditentukan melalui arahan muatan dari mendikbud,yang diarahkan melalui direktorat-direktorat bidang pelaksanaan pendidikan. Dilanjutkan oleh arahan dari Dinas Pendidikan Provinsi untuk menentukan konten sesuai karakter kedaerahan (dalam hal ini DKI Jakarta),agar mengamanahkan Suku dinas tiap kota maupun kabupaten mengadakan rapat kerja bidang kurikulum maupun bidang kesiswaan tiap jenjang pendidikan. Barulah terbentuk apa yang dinamakan pedoman pelaksanaan kurikulum satuan pendidikan. Untuk lebih lengkap silahkan bertanya ke ibu Gayatri. 9. Siapakah yang berwenang untuk menyusun modul pembelajaran bermuatan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Modul pembelajaran biasanya disusun oleh tim pengembang diluar sekolah yang menyusun buku pembelajaran berdasarkan pada standar kurikulum yang sudah ditetapkan oleh kementerian secara nasional. 10. Bagaimana proses penyusunan modul Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Untuk buku pembelajaran utama,SMAN 65 menggunakan buku-buku pelajaran yang dijual secara bebas yang sudah melalui uji kurikulum kemendikbud dan memiliki relevansi dengan standar isi nasional. Untuk bukubuku kegiatan penunjang,kami selalu mengamanahkan kepada dewan guru untuk menyusun buku berdasar kebutuhan pencapaian siswa dalam kegiatankegiatan tersebut,disesuaikan dengan budaya sekolah kami sendiri. 11. Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan SMAN 65 dalam menunjang kegiatan pembelajaran Penguatan Pendidikan Karakter? 249
Jawab: SMAN 65 selalu berupaya memenuhi kebutuhan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam hal memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa SMAN 65. Setiap kelas kami fasilitasi dengan pendingin ruangan dan set bangku meja yang berfungsi dengan baik,guna menopang kenyamanan belajar di tiap kelas. Setiap kelas juga kami sediakan 1 set wireless LCD beserta layar dan pengeras suara,guna mewujudkan pembelajaran multimedia berbasis teknologi. Dalam hal ini SMAN 65 selalu berupaya memenuhi keinginan siswa dalam hal fasilitas pembelajaran. 12. Adakah standar mengenai sarana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Standar dalam sarana dan prasarana pendidikan di SMAN 65 mengikuti peraturan yang pemerintah buat. Baik yang tercantum didalam UU diano 20 tahun 2003 maupun Permendiknas no 24 Tahun 2007. Dikarenakan penguatan Penguatan Pendidikan Karakter kami integrasikan dalam pembelajaran,maka sarana dan prasarana kami samakan dengan sarana dan prasarana pembelajaran. 13. Apakah SMAN 65 memiliki sistem khusus dalam penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Untuk sistem khusus,kami memiliki 3 kegiatan unggulan yang menunjang pendalaman aspek religiusitas seorang siswa. Yang pertama adalah kegiatan Bimbingan Da’I Remaja (BDR) yang dilakukan pada minggu ketiga bulan
250
desember di setiap tahunnya selama 5 hari ,kegiatan ini bertujuan membiasakan siswa kelas X untuk mampu beraktivitas dalam suasana keagamaan dengan harapan mampu mengaplikasikan dalam kesehariannya. Adapun kegiatan ini telah kami jalankan sudah lebih dari 10 tahun (bahkan sebelum PPK dicanangkan oleh negara). Kegiatan berikutnya adalah Bimbingan Latihan Khutbah,kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan yang ditujukan kepada kelas XI yang mendapatkan peringkat terbaik dalam BDR tahun sebelumnya,BLK diadakan pada minggu kedua di bulan juni setiap tahunnya selama 3 hari,BLK bertujuan untuk melatih kemampuan menyampaikan ilmu tiap siswa didepan umum. Kegiatan ketiga adalah Retreat,suatu kegiatan pengasingan diri dan pendalaman keagamaan selama 4 hari yang ditujukan untuk seluruh siswa beragama nasrani maupun katolik,Retreat diadakan pada minggu ketiga bulan April disetiap tahunnya.
C. Pertanyaan Aspek Proses 1. Bagaimana proses perencanaan program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Seluruh proses pembelajaran yang terjadi di SMAN 65 harus memuat konten muatan nilai-nilai karakter yang harus dicapai siswa. Setiap RPP dan silabus yang dibuat oleh guru hendaknya berisikan muatan yang memuat nilainilai karakter tersebut. Kami juga memberikan arahan kepada seluruh pembina ekstrakurikuler untuk mengintegrasikan nilai karakter pada tiap kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan di SMAN 65 jakarta. 251
2. Bagaimana kegiatan sosialisasi penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Sosialisasi kami lakukan disetiap rapat koordinasi sekolah dengan komite sekolah
(orang
tua
murid),dimana
SMAN
65
berkewajiban
untuk
mensosialisasikan tiap awal tahun program serta metode penjalanan program kepada setiap orang tua yang hadir agar terjadi kesepahaman. Kami juga memberikan tata tertib sekolah kepada siswa baru yang mendaftar pada sekolah agar kemudian mampu memenuhi aturan tersebut. Selain itu wali kelas juga berkewajiban menuliskan penulisan secara deskripsi pada tiap hasil belajar siswa yang akan diberikan. 3. Kapan diselenggarakannya Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: PPK diselenggarakan di seluruh aspek pembelajaran di SMAN 65 Jakarta,dimulai dari siswa masuk di kelas X sampai kelak lulus pada kelas XII. Pembelajaran dilaksanakan 5 hari dalam seminggu ditambahkan beberapa kegiatan pembiasaan tambahan di sela sela pembelajaran. Siswa memiliki pilihan untuk memilih ekstrakurikuler sesuai minat dan bakat siswa tersebut. Waktu normal siswa mengikuti PPK di tingkatan SMA adalah 3 tahun. 4. Apakah kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi pengajar Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Sesuai dengan apa yang diatur dalam peraturan,bahwa setiap guru mata pelajaran harus memiliki pendidikan minimal S1 dalam mata pelajaran yang
252
diajar,berakal sehat dan memiliki fisik yang sehat. Selain itu guru juga dipersilahkan untuk mengambil sertifikasi kemampuan diluar pengajaran agar menambah kompetensi guru tersebut. Untuk pelatih ekstrakurikuler,SMAN 65 memiliki standar bahwa pelatih yang akan digaji harus memiliki sertifikat atau sejenisnya yang mengesahkan individu tersebut mahir di bidang tersebut. D. Pertanyaan Aspek Product 1. Bagaimana kegiatan monitoring pada penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Kegiatan monitoring di sekolah biasanya dilakukan oleh Kepala SMAN 65 selaku stake holder di SMAN 65 Jakarta. Kepala sekolah biasanya melakukan pengawasan rutin kunjungan ke kelas-kelas sebanyak 1 kali setiap bulan guna memastikan pembelajaran berjalan dengan baik. Adapun juga kepala sekolah dalam kurun waktu 2-3 bulan sekali juga mengumpulkan dewan guru dalam rangka penyatuan dan penyamaan konsep akan pembelajaran di sekolah ini. Kepala SMAN 65 Jakarta dalam kesehariannya diperbantukan oleh 3 orang WaKaSek di bidang masing-masing. Ibu Gayatri selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum akan berkonsentrasi penuh dalam bidang perumusan pembelajaran,pengembangan kurikulum dan pencapaian hasil belajar. Saya (ibu Syarifah) selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaaan memiliki kewajiban melakukan pembinaan terhadap sikap siswa serta pengembangan minat dan bakat siswa diluar akademik. Lalu pak Faisal selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana Prasarana dan Kehumasan memiliki tugas pokok memastikan
253
kelengkapan sarana prasarana pendukung pembelajaran dan sebagai jembatan komunikasi antara sekolah dengan pihak luar.
2. Bagaimana kegiatan evaluasi yang dilakukan pada penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun,atau di penghujung tiap semester. Untuk nilai sikap siswa,biasanya dituliskan dalam skala A-E (A sama dengan amat baik,dan E sama dengan Sangat kurang) dengan standar minimal kelulusan hasil belajar pada nilai C (Cukup). Penilaian ini bersumber dari pengamatan sikap dari guru mata pelajaran,catatan evaluasi pada buku penilaian sikap siswa,serta observasi wali kelas kepada siswa. Indikator yang mampu memberikan nilai kepada siswa adalah kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah,sikap siswa dalam pembelajaran,serta jumlah poin/pelanggaran yang siswa kumpulkan selama 1 periode semester belajar. 3. Bagaimana kriteria kelulusan peserta didik? Jawab: SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil akhir Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. Apabila seorang siswa tidak mampu mencapai nilai minimal (C) dan tidak lulus dalam dibawah 4 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. 254
4. Apakah tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter tercapai? Jawab: Melihat dari jumlah pelanggaran yang siswa lakukan di sekolah serta diskusi yang terjadi dalam pembelajaran,saya rasa tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter itu sendiri sudah mampu dicapai oleh siswa. Terkhusus pada siswa kelas X,muatan PPK mampu memberikan cara adaptasi terhadap perubahan pola pikir remaja awal kepada remaja akhir dalam fase pertumbuhan psikologis peserta didik. Maka dari itu,saya rasa PPK sudah mampu dicapai oleh siswa SMAN 65
Mengetahui, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Dra.Syarifah
255
Hasil Wawancara Pak Saiful
Topik
: Evaluasi Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN
65 Jakarta Informan : Saifulloh S.Ag Jabatan
: Pengajar
Tempat/tgl
: Selasa, 29 Januari 2019
A. Pertanyaan Aspek Konteks 1. Apakah tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Bagi saya,Penguatan Pendidikan Karakter secara luas itu sendiri bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai bermanfaat dalam kehidupan seorang siswa. Nilai ini biasanya didasari pada tanggapan aktif konteks dari suatu individu atau rangsangan natural dari sikap hidup diri sorang siswa tersebut. Jika dipandang dari sisi akademis,Penguatan Pendidikan Karakter juga dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian yang mampu dicapai seorang siswa itu sendiri berdasar pada sifat alamiahnya. Dikarenakan melalui Penguatan Pendidikan Karakter,kami pengajar akan merasa terbantukan dalam pembentukan nilai-nilai
kepada peserta didik yang sesuai pada
masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter juga mampu membuat peserta didik melestarikan kearifan lokal,seperti halnya budaya menghormati dan rasa nasionalis yang ditanamkan dalam program PPK ini 2. Apakah penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter sangat bermanfaat bagi siswa? 256
Jawab: Sangat bermanfaat,saya melihat dari bagaimana Penguatan Pendidikan Karakter mampu membuat seorang siswa mampu memiliki sifat jujur dan loyal serta menjadi berintegritas. Adapun Penguatan Pendidikan Karakter juga mampu membentuk siswa memiliki pemikiran yang terbuka akan berbagai macam pendapat dan temuan dalam kesehariannya. Kepedulian juga merupakan salah satu faktor yang mampu ditumbuhkan dalam Penguatan Pendidikan Karakter,dimana siswa menjadi aware terhadap kondisi sekitar beliau. Hal-hal lain seperti penumbuhan sikap disiplin,bertanggung jawab,sadar hukum dll. juga mampu ditumbuhkan dalam Penguatan Pendidikan Karakter. Maka dari itu dapat saya katakan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter sangat memberi manfaat pada siswa.
B. Pertanyaan Aspek Input 1. Bagaimana proses penyusunan kurikulum pelajaran dan yang memuat Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: PPK
sendiri
kurikulum,pelaksanaan
dapat
diintegrasikan
kegiatan
melalui
pembelajaran
proses
penyusunan
(intrakurikuler),pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler,hingga tahap evaluasi kurikulum di satuan pendidikan. PPK sendiri perlu untuk menonjolkan nilai-nilai pada warga sekolah,baik dalam sekolah maupun luar sekolah. Saya akan menjabarkan proses ke proses penyusunan itu sendiri secara singkat yang mungkin akan dijabarkan lebih lengkap oleh ibu wakasek kurikulum.
257
Pada awal pengembangan kurikulum,kami akan merancang buku produk kurikulum yang didasarkan pada pedoman pelaksanaan kurikulum satuan pendidikan (buku 1) dan Silabus dan RPP pada tiap guru (buku 2). 2. Bagaimana kesesuaian materi pembelajaran bermuatan PPK terhadap kompetensi yang harus dicapai siswa? Jawab: Saya terbiasa melakukan 3 pendekatan kepada siswa untuk menguji keseuaian materi saya kepada siswa, pendekatan pertama adalah melalui relevansi,yaitu
sebuah
materi
pembelajaran
hendaknya
sesuai
dengan
kemampuan apa yang diharapkan akan dimiliki seorang siswa. Misalkan seorang siswa
diharapkan
mampu
menghafal
surat
Al-Maun
serta
mampu
mengaplikasikan seruan Allah yang terkandung didalamnya. Maka materi pembelajaran saya harus mengandung hal tersebut. Pendekatan kedua adalah konsistensi/keajegan. Dalam hal ini,saya biasanya mendasarkan pembelajaran saya kepada konsistensi saya terhadap berapa hal yang harus dicapai siswa dalam satu tahun pembelajaran,maka itulah yang akan saya usahakan dan ajarkan agar siswa saat menghadapi penilaian akhir sudah mencapai hal tersebut. Pendekatan ketiga adalah Kecukupan materi, seluruh materi yang saya ajarkan kepada siswa haruslah memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit maupun terlalu banyak, agar siswa mampu menyerap dengan baik
C. Pertanyaan Aspek Proses 258
1. Metode dan media apa yang digunakan ketika proses pembelajaran berlangsung? Jawab: Biasanya setelah perancangan dari produk kurikulum selesai,maka akan kami sosialisasikan pada siswa dan pengajar agar kemudian dilakukan proses implementasi,seperti halnya guru secara bergantian akan menyambut siswa didepan gerbang dalam rangka memberikan tauladan hadir tepat waktu,lalu membiasakan membuka pelajaran dengan membaca kitab suci sesuai agama masing-masing dalam rangka membiasakan diri agar memulai hari sesuai dengan ridho tuhan. Adapun disetiap mata pelajaran,Kepala sekolah dan Wakil Kepala bidang kurikulum melakukan pengawasan pada setiap materi yang diajarkan kepada siswa,apakah sudah sesuai aspek yang tertera pada produk kurikulum yang ditetapkan oleh sekolah. Tim kesiswaan juga melakukan monitoring kepada aspek prilaku yang siswa lakukan dalam keseharian siswa di sekolah,serta memberikan penindakan atas setiap pelanggaran atau anomali sikap yang siswa tunjukan Nah jika membahas metode atau media pembelajaran yang diterapkan guru dalam kelas,kami memiliki metode sendiri-sendiri. Untuk mata pelajaran agama,saya lebih sering menggunakan metode Al-Uswah wa Al-Qudwah (Keteladanan). Dimana sebelum saya mengajarkan nilai-nilai baik kepada siswa,saya sendiri harus memiliki nilai tersebut dan mampu menunjukan bahwa saya mempraktikan nilai tersebut dalam keseharian saya. Saya juga acapkali
259
melakukan metode storytelling dalam menyampaikan beberapa penerapan nilainilai,khususnya penerapan nilai pada masa Rasulullah dan kekhalifahan islam. 2. Adakah kendala dalam kegiatan pembelajaran? Jawab: Kendala pembelajaran lebih sering saya temukan pada kemauan siswa pada penyerapan pembelajaran itu sendiri. Terkadang tidak semua siswa siap untuk mengikuti proses pembelajaran itu sendiri,maka seringkali terjadi pelanggaran-pelanggaran kecil yang dilakukan siswa akibat ketidaksiapan siswa itu sendiri. Lalu juga adanya ketidaksepahaman orang tua terhadap metode pembelajaran yang saya terapkan. Saya seringkali menyerukan siswa untuk melakukan tugas ke masyarakat (seperti praktik tabligh,praktik observasi majelis,dll) yang dianggap orangtua sebagai suatu kegiatan pemborosan secara materil. Hal-hal diatas dapat diatasi dengan dialog-dialog personal antara saya dengan siswa maupun orangtua,agar mendapatkan kesepahaman tentang metode dan cara pembelajaran saya dalam sekolah. 3. Apakah sarana dan prasarana sudah menunjang kegiatan pembelajaran? Jawab: SMAN 65 sendiri saya rasa sudah siap untuk melakukan pembelajaran berbasis teknologi,terbukti dengan ketika anda mengobservasi proses belajar di kelas yang saya ajar. Kami menggunakan fasilitas teknologi yang berjalan baik dan membantu proses belajar itu sendiri. Ruang kelas juga dibuat untuk membuat
260
nyaman siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang baik,terbukti dengan bangku dan meja yang berfungsi baik (dalam temuan saya ada 1 set meja bangku yang rusak di kelas XI-IPA 3) dan pendingin ruang berfungsi dengan baik. Dalam hal fasilitas tempat,SMAN 65 memiliki tempat ibadah yang mampu menampung seluruh siswa muslim untuk melakukan ibadat shalat dhuha dan dzuhur.Diluar tempat ibadah solat,mesjid juga seringkali dijadikan tempat siswa melakukan praktik-praktik pelajaran ibadah.
D. Pertanyaan Aspek Produk 1. Bagaimana penilaian pembelajaran bermuatan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Saya akan membahas terbatas pada penilaian sikap seorang siswa. Dalam penilaian sikap seorang siswa akan didasarkan pada form pengamatan sikap dalam pembelajaran yang dituliskan oleh guru setiap mata pelajaran. Dari hasil penilaian ini, akan ditimbang dan dikonversi oleh wali kelas dan tim kesiswaan untuk mengeluarkan penilaian antar individu siswa. Pengamatan guru didalam kelas ini juga dijadikan pertimbangan dalam memutuskan kenaikan kelas seorang siswa. Lalu hasil pengamatan ini akan dijadikan pertimbangan wali kelas dan tim kesiswaan dalam merumuskan penilaian sikap kepada tiap individu siswa. Penilaian ini akan dijadikan pula kriteria dalam proses penentuan naik maupun tinggal kelas seorang siswa. 261
2. Bagaimana kriteria kelulusan Siswa? Jawab: SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil akhir Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. Apabila seorang siswa tidak mampu mencapai nilai minimal (C) dan tidak lulus dalam dibawah 4 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. 3. Apakah tujuan penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter sudah tercapai? Jawab Melihat dari jumlah pelanggaran yang siswa lakukan di sekolah serta diskusi yang terjadi dalam pembelajaran,saya rasa tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter itu sendiri sudah mampu dicapai oleh siswa. Terkhusus pada siswa kelas X,muatan PPK mampu memberikan cara adaptasi terhadap perubahan pola pikir remaja awal kepada remaja akhir dalam fase pertumbuhan psikologis peserta didik. Maka dari itu,saya rasa PPK sudah mampu dicapai oleh siswa SMAN 65
Mengetahui, Pengajar
262
Saifulloh, S.Ag
263
Hasil Wawancara Bu Gayatri
Topik
: Evaluasi Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN
65 Jakarta Informan
: Ibu Gayatri S.Pd
Jabatan
: Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Tempat/tgl
: Ruang Wakil Kepala Sekolah / Selasa, 29 Januari 2019
C. Pertanyaan Aspek Konteks 4. Apakah yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Keberadaan dan pentingnya Penguatan Pendidikan Karakter bagi para peserta didik sebagai generasi penerus bangsa tentu saja bukan sesuatu yang tanpa dasar. maka dasar filosofinya tentu saja Pancasila. Tujuan utamanya ingin membentuk manusia Indonesia yang ber Pancasila, yang berarti manusia yang dapat memiliki dan menghayati nilai yang terkandung dalam ke lima sila pada Pancasila serta mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arah kebijakan dan prioritas pada pembangunan, Penguatan Pendidikan Karakter dimasukan dalam Visi dari Pembangunan Nasional yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 -2025. Selain hal itu, terdapat pula dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan
264
nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan serta membentuk karakter peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdas kan kehidupan bangsa. Dan sudah pasti pula,penetapan Peraturan Presiden no 87 tahun 2013 semakin menegaskan bahwa PPK itu sendiri penting dilakukan didalam dunia pendidikan 5. Apakah ada dasar hukum tentang wewenang SMAN 65 untuk menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Seperti yang sudah dikatakan dalam Perpres no 87 tahun 2013, Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan seperti Intrakurikuier,kokurikuler, ekstrakurikuler, dan dilaksanakan di dalam atau di luar lingkungan sekolah. PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, dilaksanakan dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah, dan merupakan tanggung jawab kepala satuan Pendidikan Formal dan guru. Penyelenggaraan
PPK
dalam
kegiatan
Intrakurikuler
merupakan
penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan penguatan materi pembelajaran, metode pembelajaran sesuai dengan muatan kurikulum berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Kokurikuler, menurut Perpres ini, merupakan penguatan nilai-nilai karakter yang dilaksanakan untuk pendalaman dan/ atau pengayaan kegiatan
265
Intrakurikuler sesuai muatan kurikulum. Dan penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Ekstrakurikuler merupakan penguatan nilai-nilai karakter dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian Peserta Didik secara optimal. Perpres ini juga menyebutkan, bahwa penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud dilaksanakan selama 6 (enam) atau 5 (lima) hari sekolah dalam 1 (satu) minggu. Seperti yang sudah dijelaskan pada pasal 9 ayat 2. Dalam menetapkan 5 (lima) hari sekolah sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, Satuan Pendidikan dan Komite Sekolah mempertimbangkan hal-hal seperti kecukupan pendidik dan tenaga kependidikan, ketersediaan sarana dan prasarana,kearifan lokal, pendapat tokoh masyarakat atau tokoh agama di luar Komite Sekolah.
6. Apakah tujuan dari penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Yang pasti,karena hal ini dilakukan dengan jalur pendidikan dan pembelajaran,hal utama yang akan dicapai adalah membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi masa depan Indonesia dengan menanamkan jiwa Pancasila dan Penguatan Pendidikan Karakter yang baik guna menghadapi dinamika
perubahan
di
masa
depan;
selain
itu
PPK
juga
mampu
mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan Penguatan Pendidikan Karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi
266
Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; D. Pertanyaan Aspek Input 14. Siapakah yang menjadi sasaran peserta Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Seperti yang sudah diterangkan dalam RPJMN 2015-2019 bahwa Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat Penguatan Pendidikan Karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran. Maka dapat kita tafsirkan bahwa target peserta Penguatan Pendidikan Karakter itu sendiri adalah peserta didik atau anak-anak usia sekolah. 15. Apakah penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter ini sangat dibutuhkan oleh Siswa? Jawab: Penguatan Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang sangat penting bagi kita terutama bagi anak-anak yang masih dalam dunia pendidikan, karena Penguatan Pendidikan Karakter dalam dunia pendidikan ini dijadikan sebagai wadah atau proses untuk membentuk pribadi anak agar menjadi pribadi yang baik. Sebagai tenaga pendidik seorang guru juga perlu memberikan contoh perilaku yang baik kepada peserta didik, karena perilaku guru merupakan teladan bagi anak didik. Dalam dunia pendidikan memang Penguatan Pendidikan
267
Karakter sangat di butuhkan oleh peserta didik untuk membentuk pribadi yang baik, bijaksana, jujur, bertanggung jawab, dan bisa menghormati orang lain. Pendidikan karater adalah pendidikan yang dilakukan untuk membentuk kepribadian seseorang agar menjadi pribadi yang baik. Dalam dunia pendidikan, Penguatan Pendidikan Karakter memang sangat penting bagi peserta didik, untuk bekal mereka ketika sudah bekerja ataupun jika kelak akan membangun masyarakat, dengan adanya hal demikian maka bagi pendidik perlu membentuk kepribadian peserta didik mulai sejak dini agar menjadi pribadi yang baik. Tetapi pada
kenyataanya
pendidikan
sekarang
ini
terlalu
berorientasi
pada
pengembangan otak kiri dan kurang memperhatikan perkembangan otak kanan 16. Siapakah pihak pihak yang berwenang untuk menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Jika mengkaji Perpres no 87 tahun 2017, PPK hanya dapat dilakukan dengan dua jalur,baik itu formal maupun non formal. Untuk jalur formal,PPK biasanya dapat dilakukan oleh satuan pendidikan,dengan cara integrasi nilai melalui kurikulum pembelajaran intrakurikuler maupun ekstrakurikuler tiap sekolah,baik yang terdaftar dibawah naungan kemendikbud maupun kementerian lainnya. Adapun penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Nonformal, menurut Perpres ini, dilaksanakan melalui satuan Pendidikan Nonformal berbasis keagamaan dan satuan Pendidikan Nonformal lainnya, dan merupakan penguatan nilai-nilai karakter melalui materi pembelajaran dan metode pembelajaran dalam pemenuhan muatan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 268
17. Apakah penyelenggara Penguatan Pendidikan Karakter sudah menjalankan tugas sesuai tugas pokok dan fungsinya? Jawab: Dalam tim kurikulum, saya memiliki tugas dan fungsi sebagai pengembang kurikulum yang ditetapkan secara nasional. Adapun pengembangan kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan budaya sekolah. Setelah pengembangan kurikulum tersebut menghasilkan rencana-rencana pembelajaran,maka saya berkewajiban melakukan sosialisasi kepada dewan guru mengenai hal ini. Saya dibantu oleh dua guru yang diamanahkan sebagai staff saya, yaitu ibu Virgawaty dan bapak Ahmad Arfandi. Saya dan kedua staff saya memiliki pertanggungjawaban
langsung
kepada
kepala
sekolah
untuk
mampu
mensintesiskan nilai-nilai karakter pada pembelajaran yang akan dilakukan di SMAN 65 Jakarta. 18. Bagaimana kegiatan penyusunan anggaran Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Sebagai sebuah Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang ingin menerapkan perubahan pola pikir, pola sikap dan cara bertindak dalam mengelola pendidikan, pembiayaan pendidikan diharapkan dapat merupakan implementasi dari sikap mandiri dan gotong royong yang menjadi salah satu nilai utama dalam pengembangan PPK. 269
Struktur pembiayaan PPK merupakan tanggung jawab bersama yakni, Pemerintah, dana mandiri (pelibatan publik, orang tua, guru dan masyarakat), keterlibatan publik seperti dunia usaha dan dunia industri (DUDI)
melalui
program tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) dan melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi. Penguatan Program Penguatan Pendidikan Karakter tidak dimaksudkan untuk memberikan beban biaya tambahan pada sekolah dan orang tua, melainkan mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mengembangkan sikap mandiri dan gotong royong menyelesaikan persoalan dalam rangka membentuk karakter para siswa menjadi individu yang kokoh, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur, dan mampu bersaing di dunia global yang penuh tantangan dan persoalan. Maka dari itu SMAN 65 membuka kanal-kanal penyuluhan mengenai Penguatan Pendidikan Karakter yang dilaksanakan diluar rancanganrancangan program intrakurikuler kami. Untuk kegiatan penunjang PPK yang dilaksanakan SMAN 65 pun seringkali mengajukan kerjasama dengan pihakpihak DUDI sebagai sponsor.
19. Apakah alokasi anggaran sesuai dengan pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Dalam pengamatan saya,untuk anggaran pusat yang dianggarkan kepada kami untuk pembelajaran sudah disalurkan dengan baik. Tetapi untuk penganggaran kepada kegiatan-kegiatan penunjang,bisa coba ditanyakan kepada tata usaha atau bidang kesiswaan 270
20. Siapakah pihak yang berwenang menyusun kurikulum Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Seluruh dewan guru di SMAN 65 dilibatkan dalam setiap proses pengembangan kurikulum di SMAN 65. Akan tetapi,jika dilihat sesuai garis komando,maka kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh dalam proses pengembangan serta implementasi kurikulum,yang kemudian diamanahkan kepada bidang kurikulum ,yaitu bidang saya. Tetapi seluruh guru memiliki hak untuk mengajukan saran dan pemikiran dalam proses pengembangan kurikulum. 21. Bagaimana proses untuk menentukan kurikulum Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Gerakan PPK, tentu bersifat fleksibel sehingga mampu terintegrasi dalam struktur kurikulum, yakni PPK melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan nonkurikuler. Nilai-nilai inti karakter dalam konsep PPK dapat dikembangkan dan diintegrasikan melalui berbagai mata pelajaran, muatan lokal, maupun pengelolaan kelas. Dalam hal ini,kami menerima rancangan besar penguatan Penguatan Pendidikan Karakter yang akan diintegrasikan dalam pembelajaran kami. Barulah terbentuk apa yang dinamakan pedoman pelaksanaan kurikulum satuan pendidikan setelah melalui proses sintesis antara nilai keilmuan yang akan dicapai dan nilai karakter yang akan dibangun pada siswa. Untuk kemudian akan dirumuskan oleh masing-masing pengajar pada mata pelajarannya masing-masing untuk kemudian menghasilkan perangkat pembelajaran,dimana setiap pembelajaran harus memuat kompetensi inti dan 271
dasar yang memuat nilai-nilai karakter. Adapun guru mata pelajar untuk kemudia merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap bab-bab mata pelajaran 22. Siapakah yang berwenang untuk menyusun modul pembelajaran bermuatan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Modul
pembelajaran
disusun
oleh
Kemdikbud,yang
kemudian
menghasilkan produk-produk seperti panduan pelaksanaan PPK dalam bentukbentuk pengajaran. Adapun yang diterapkan di SMAN 65 adalah PPK berbasis kelas dan Manajemen berbasis sekolah. Dikarenakan kami menyelaraskan dengan budaya sekolah 23. Bagaimana proses penyusunan modul Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Untuk buku pembelajaran utama,SMAN 65 menggunakan buku-buku pelajaran yang dijual secara bebas yang sudah melalui uji kurikulum kemendikbud dan memiliki relevansi dengan standar isi nasional. Untuk bukubuku kegiatan penunjang,kami selalu mengamanahkan kepada dewan guru untuk menyusun buku berdasar kebutuhan pencapaian siswa dalam kegiatankegiatan tersebut,disesuaikan dengan budaya sekolah kami sendiri. 24. Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan SMAN 65 dalam menunjang kegiatan pembelajaran Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: SMAN 65 selalu berusaha untuk memenuhi kepuasan warga sekolah dalam menjalankan proses pembelajaran. Kami selalu mencoba memenuhi
272
kebutuhan warga sekolah,seperti pembelajaran berbasis multimedia. Maka sekolah
akan
mengajukan
penyediaan
alat-alat
penunjang
selayaknya
pembelajaran multimedia tersebut. Sejauh ini warga sekolah puas dengan sarana prasarana yang sudah disediakan oleh sekolah. Pembelajaran yang nyaman tentu akan membantu siswa dalam menyerap materi pembelajaran. Selain itu diluar kebutuhan akademik,kami juga selalu berusaha memberikan fasilitas penunjang,seperto lapangan olahraga yang selalu dioptimalisasi dengan lahan yang terbatas agar mampu membantu pengembangan kinestetik siswa,fasilitas ibadah yang terus dikembangkan agar siswa merasa nyaman. 25. Adakah standar mengenai sarana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Standar dalam sarana dan prasarana pendidikan di SMAN 65 mengikuti peraturan yang pemerintah buat. Baik yang tercantum didalam UU diano 20 tahun 2003 maupun Permendiknas no 24 Tahun 2007. Dikarenakan penguatan Penguatan Pendidikan Karakter kami integrasikan dalam pembelajaran,maka sarana dan prasarana kami samakan dengan sarana dan prasarana pembelajaran. 26. Apakah SMAN 65 memiliki sistem khusus dalam penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Untuk sistem khusus,kami memiliki 3 kegiatan unggulan yang menunjang pendalaman aspek religiusitas seorang siswa. Yang pertama adalah kegiatan 273
Bimbingan Da’I Remaja (BDR) kegiatan ini bertujuan membiasakan siswa kelas X untuk mampu beraktivitas dalam suasana keagamaan dengan harapan mampu mengaplikasikan dalam kesehariannya serta merupakan proses pengenalan siswa kepada budaya religiusitas sekolah.. Kegiatan berikutnya adalah Bimbingan Latihan Khutbah,kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan yang ditujukan kepada kelas XI yang,BLK diadakan pada bulan juni setiap tahunnya selama beberapa hari,BLK bertujuan untuk melatih mental siswa berbicara didepan umum serta untuk mengasah pemikiran siswa terhadap hal-hal kompleks. Kegiatan ketiga adalah Retreat,suatu kegiatan pengasingan diri dan pendalaman keagamaan selama 4 hari yang ditujukan untuk seluruh siswa beragama nasrani maupun katolik,Retreat diadakan pada minggu ketiga bulan April disetiap tahunnya.
D. Pertanyaan Aspek Proses 5. Bagaimana proses perencanaan program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Seluruh proses pembelajaran yang terjadi di SMAN 65 harus memuat konten muatan nilai-nilai karakter yang sudah dirumuskan dalam pedoman pelaksanaan PPK oleh Kemendikbud. Setiap RPP dan silabus yang dibuat oleh diwajibkan bermuatan aspek yang memuat nilai-nilai karakter tersebut. Kami juga memberikan
arahan
kepada
seluruh
pembina
ekstrakurikuler
untuk
mengintegrasikan nilai karakter pada tiap kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan di SMAN 65 jakarta. 274
6. Bagaimana kegiatan sosialisasi penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Sosialisasi kami lakukan disetiap rapat koordinasi sekolah dengan komite sekolah
(orang
tua
murid),dimana
SMAN
65
berkewajiban
untuk
mensosialisasikan tiap awal tahun program serta metode penjalanan program kepada setiap orang tua yang hadir agar terjadi kesepahaman. Kami juga memberikan tata tertib sekolah kepada siswa baru yang mendaftar pada sekolah agar kemudian mampu memenuhi aturan tersebut. Selain itu wali kelas juga berkewajiban menuliskan penulisan secara deskripsi pada tiap hasil belajar siswa yang akan diberikan. 7. Kapan diselenggarakannya Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Karena PPK di SMAN 65 dilakukan mayoritas secara intrakurikuler,maka periode kegiatan PPK yang dialami siswa adalah selama 3 tahun atau masa sekolahnya jika normal. Adapun pencanangan kegiatan ini mulai dillakukan di SMAN 65 secara terkhusus semenjak tahun 2010 yang setiap tahun dimodifikasi sesuai aturan pemerintah dan situasi sosial di wilayah sekolah yang dinamis. 8. Apakah kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi pengajar Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Sesuai dengan apa yang diatur dalam peraturan,bahwa setiap guru mata pelajaran harus memiliki pendidikan minimal S1 dalam mata pelajaran yang diajar,berakal sehat dan memiliki fisik yang sehat. Selain itu guru juga
275
dipersilahkan untuk mengambil sertifikasi kemampuan diluar pengajaran agar menambah kompetensi guru tersebut. Untuk pelatih ekstrakurikuler,SMAN 65 memiliki standar bahwa pelatih yang akan digaji harus memiliki sertifikat atau sejenisnya yang mengesahkan individu tersebut mahir di bidang tersebut. E. Pertanyaan Aspek Product 5. Bagaimana kegiatan monitoring pada penyelenggaraan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab : Jika menanyakan kegiatan monitoring,maka akan saya jelaskan kegiatan monitoring yang dilakukan oleh tim saya,yaitu tim kurikulum. Tim kurikulum berkewajiban
melaksanakan
pengembangan
kurikulum
kepada
setiap
pembelajaran yang terjadi di SMAN 65. Maka saya dibantu oleh 2 staf saya akan melakukan pengecekan terhadap seluruh perangkat pembelajaran di SMAN 65 Jakarta. Kami juga melakukan tindakan penyamaan pandangan kepada sebagian pengajar
yang
merancang
pembelajaran
yang
nampak
keluar
dari
pengembangan kurikulum sekolah. 6. Bagaimana kegiatan evaluasi yang dilakukan pada penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter? Jawab: Evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun,atau di penghujung tiap semester. Untuk nilai sikap siswa,biasanya dituliskan dalam skala A-E (A sama dengan amat baik,dan E sama dengan Sangat kurang) dengan standar minimal kelulusan hasil belajar pada nilai C (Cukup). Penilaian ini bersumber dari pengamatan sikap dari guru mata pelajaran,catatan evaluasi pada buku penilaian 276
sikap siswa,serta observasi wali kelas kepada siswa. Indikator yang mampu memberikan nilai kepada siswa adalah kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah,sikap siswa dalam pembelajaran,serta jumlah poin/pelanggaran yang siswa kumpulkan selama 1 periode semester belajar. 7. Bagaimana kriteria kelulusan peserta didik? Jawab: SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil akhir Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. Apabila seorang siswa tidak mampu mencapai nilai minimal (C) dan tidak lulus dalam dibawah 4 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. 8. Apakah tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter tercapai? Jawab: Melihat dari bagaimana lulusan kami selepas dari SMAN 65 mampu memiliki bekal sikap dan ilmu yang baik dan jugapula beberapa alumni kami mampu menjadi seorang mahasiswa yang berprestasi selepas dari SMAN 65. Saya dapat menganggap bahwa proses penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 berjalan dengan baik. Adapun jika ditinjau dari aspek-aspek pelanggaran dalam pembelajaran,jumlah pelanggaran tersebut juga dapat dikatakan kecil, maka saya dapat mengatakan bahwa proses penguatan karakter di SMAN 65 berjalan dengan baik.
277
Mengetahui, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
Gayatri S.Pd
278
Lampiran 10
Klasifikasi Data
Informan : Penyelenggaraan Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta 1. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
: Key Informan 1 (K1)
2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
: Key Informan 2 (K2)
3. Pengajar
: Informan 1 (A1)
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
A
Evaluasi terhadap konteks Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta
1. Apakah yang menjadi dasar hukum penyelengg araan Penguatan Penguatan
Informan
Hasil Wawancara
K1
Keberadaan dan pentingnya Penguatan Pendidikan Karakter bagi para peserta didik sebagai generasi penerus bangsa tentu saja bukan sesuatu yang tanpa dasar. maka 279
Studi Dokumentasi Pasal 3 undangundang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Peraturan presiden no 87 tahun 2017
Observasi Mengamati undangundang yang berkaitan dengan dasar hukum penyelenggar aan penguatan Penguatan
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian Pendidikan Karakter?
Informan
Hasil Wawancara dasar filosofinya tentu saja Pancasila. Tujuan utamanya ingin membentuk manusia Indonesia yang ber Pancasila, yang berarti manusia yang dapat memiliki dan menghayati nilai yang terkandung dalam ke lima sila pada Pancasila serta mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam arah kebijakan dan prioritas pada pembangunan, Penguatan Pendidikan Karakter dimasukan dalam Visi dari Pembangunan Nasional yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 -2025. 280
Studi Dokumentasi tentang penguatan Penguatan Pendidikan Karakter Peraturan presiden no 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggara an pendidikan Permendikbud no 21 tahun 2016 tentang standar isi Permendikbud no 22 tahun 2016 tentang standar proses RPJMN 20152019 RPJPN 20052025
Observasi Pendidikan Karakter. Mengamati lingkungan SMAN 65 jakarta
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara Selain hal itu, terdapat pula dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan serta membentuk karakter peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdas kan kehidupan bangsa. Dan sudah pasti pula,penetapan Peraturan Presiden no 87 tahun 2013 semakin menegaskan bahwa PPK itu sendiri penting dilakukan didalam dunia pendidikan Dasar hukum pelaksanaan PPK adalah berbasis kepada pasal 3 UU 281
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara no 20 tahun 2003 tentang sisdiknas yang menitikberatkan pada pengembangan potensi peserta didik agar mengarah kepada manusia yang beriman,bertaqwa,be rakhlak mulia, demokratis, mandiri,dll. Adapun hal ini diperkuat oleh Perpres no 87 tahun 2017 tentang PPK yang menjelaskan secara rinci mengenai detil tata cara implementasi program PPK pada sekolah. Bapak presiden juga memasukan agenda Penguatan Pendidikan Karakter dalam nawacita butir ke-8 yang menyuarakan revolusi mental 282
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara bangsa melalui budi pekerti dan pembangunan karakter bangsa. Penguatan Pendidikan Karakter juga masuk dalam RPJMN 2015-2019 yang disusun oleh negara,yang secara khusus mengatakan bahwa penguatan Penguatan Pendidikan Karakter hendaknya diintegrasikan dalam pembelajaran terhadap siswa di setiap sekolah.
A1
Terdapat dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan serta membentuk 283
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
2. Apakah ada dasar hukum tentang wewenang SMAN 65 untuk menyelengg arakan Penguatan
Informan
K1
Hasil Wawancara karakter peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdas kan kehidupan bangsa. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 yaitu tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada pasal 17 ayat 3 menyebutkan bahwa pendidikan dasar bertujuan membangun landsan bagi berkembangnya potensi peserta didik. Seperti yang sudah dikatakan dalam Perpres no 87 tahun 2013, Penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud dilakukan secara terintegrasi 284
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian Pendidikan Karakter?
Informan
Hasil Wawancara dalam kegiatankegiatan seperti Intrakurikuier,kokurik uler, ekstrakurikuler, dan dilaksanakan di dalam atau di luar lingkungan sekolah. PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, dilaksanakan dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah, dan merupakan tanggung jawab kepala satuan Pendidikan Formal dan guru. Penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Intrakurikuler merupakan penguatan nilai-nilai karakter melalui kegiatan penguatan materi pembelajaran, metode 285
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara pembelajaran sesuai dengan muatan kurikulum berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan. Sedangkan penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Kokurikuler, menurut Perpres ini, merupakan penguatan nilai-nilai karakter yang dilaksanakan untuk pendalaman dan/ atau pengayaan kegiatan Intrakurikuler sesuai muatan kurikulum. Dan penyelenggaraan PPK dalam kegiatan Ekstrakurikuler merupakan penguatan nilai-nilai karakter dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, 286
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara kepribadian, kerja sama, dan kemandirian Peserta Didik secara optimal. Perpres ini juga menyebutkan, bahwa penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal sebagaimana dimaksud dilaksanakan selama 6 (enam) atau 5 (lima) hari sekolah dalam 1 (satu) minggu. Seperti yang sudah dijelaskan pada pasal 9 ayat 2. Dalam menetapkan 5 (lima) hari sekolah sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, Satuan Pendidikan dan Komite Sekolah mempertimbangkan hal-hal seperti kecukupan pendidik 287
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara dan tenaga kependidikan, ketersediaan sarana dan prasarana,kearifan lokal, pendapat tokoh masyarakat atau tokoh agama di luar Komite Sekolah.
K2
Dalam perpres no 87 tahun 2017,PPK merupakan sebuah program yang akan dijalankan oleh seluruh tingkat satuan pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. SMAN 65 sebagai salah satu satuan pendidikan dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia berkewajiban untuk melakukan PPK pada pembelajaran sekolah. Apalagi didasari oleh aturan288
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara aturan pemerintah yang sudah sebutkan tadi.
A1
3. Apakah tujuan dari penyelengg araan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter?
K1
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 yaitu tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada pasal 17 ayat 3 menyebutkan bahwa pendidikan dasar bertujuan membangun landsan bagi berkembangnya potensi peserta didik. Yang pasti,karena hal ini dilakukan dengan jalur pendidikan dan pembelajaran,hal utama yang akan dicapai adalah membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi masa depan Indonesia dengan 289
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara menanamkan jiwa Pancasila dan Penguatan Pendidikan Karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; selain itu PPK juga mampu mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan Penguatan Pendidikan Karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi Peserta Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia;
290
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
A1
Hasil Wawancara PPK bertujuan untuk melaksanakan sebuah proses penanaman nilai yang berorientasi pada perkembangan potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. PPK juga diharapkan memberikan suatu keteladan kepada siswa untuk menerapkan nilainilai yang diberikan sekolah kepada siswa. Lalu PPK juga merupakan serangkaian nilainilai pembiasaan yang berlangsung dalam kehidupan siswa. Bagi saya,Penguatan Pendidikan Karakter secara luas itu sendiri bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai bermanfaat 291
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara dalam kehidupan seorang siswa. Nilai ini biasanya didasari pada tanggapan aktif konteks dari suatu individu atau rangsangan natural dari sikap hidup diri sorang siswa tersebut. Jika dipandang dari sisi akademis,Penguatan Pendidikan Karakter juga dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian yang mampu dicapai seorang siswa itu sendiri berdasar pada sifat alamiahnya. Dikarenakan melalui Penguatan Pendidikan 292
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara
Studi Dokumentasi
Observasi
Karakter,kami pengajar akan merasa terbantukan dalam pembentukan nilai-nilai kepada peserta didik yang sesuai pada masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter juga mampu membuat peserta didik melestarikan kearifan lokal,seperti halnya budaya menghormati dan rasa nasionalis yang ditanamkan dalam program PPK ini
B
Evaluasi terhadap input Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta
1. Siapakah yang menjadi sasaran peserta Penguatan Pendidikan Karakter?
K1
Seperti yang sudah diterangkan dalam RPJMN 2015-2019 bahwa Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, 293
Permendikn as no 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru
Mengamati dokumen pembelajaran seperti kurikulum, modul, dan tugas dan fungsi sekolah Mengamati sarana dan
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat Penguatan Pendidikan Karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran. Maka dapat kita tafsirkan bahwa target peserta Penguatan Pendidikan Karakter itu sendiri adalah peserta didik atau anak-anak usia sekolah.
K2
Dalam hal ini sudah pasti siswa terdaftar di setiap sekolah. Seperti halnya siswa SMAN 65,yang 294
Studi Dokumentasi Permendikb ud no 14 tahun 2018 tentang penerimaan peserta didik baru tahun 2018 Permendikn as no 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana pendidikan Perangkat pembelajar an pai SMAN 65 Rpp mapel pai SMAN 65 Foto situasi pembelajar an
Observasi prasarana yang digunakan dalam pembelajaran
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara sudah melalui proses seleksi PPKB yang diadakan oleh suku dinas pendidikan kota administratif Jakarta Barat. Maka terkumpulah 612 siswa didik yang akan mengikuti pembelajaran bermuatan PPK selama 3 tahun masa belajar.
A1
2. Apakah penyelengg araan Penguatan Pendidikan Karakter ini sangat dibutuhkan oleh Siswa?
K1
Seluruh peserta didik yang telah terdftar di SMAN 65 Penguatan Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang sangat penting bagi kita terutama bagi anak-anak yang masih dalam dunia pendidikan, karena Penguatan Pendidikan Karakter dalam dunia 295
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara pendidikan ini dijadikan sebagai wadah atau proses untuk membentuk pribadi anak agar menjadi pribadi yang baik. Sebagai tenaga pendidik seorang guru juga perlu memberikan contoh perilaku yang baik kepada peserta didik, karena perilaku guru merupakan teladan bagi anak didik. Dalam dunia pendidikan memang Penguatan Pendidikan Karakter sangat di butuhkan oleh peserta didik untuk membentuk pribadi yang baik, bijaksana, jujur, bertanggung jawab, dan bisa menghormati orang lain. Pendidikan karater adalah pendidikan 296
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara yang dilakukan untuk membentuk kepribadian seseorang agar menjadi pribadi yang baik. Dalam dunia pendidikan, Penguatan Pendidikan Karakter memang sangat penting bagi peserta didik, untuk bekal mereka ketika sudah bekerja ataupun jika kelak akan membangun masyarakat, dengan adanya hal demikian maka bagi pendidik perlu membentuk kepribadian peserta didik mulai sejak dini agar menjadi pribadi yang baik. Tetapi pada kenyataanya pendidikan sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri dan kurang memperhatikan 297
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara perkembangan otak kanan Dalam pandangan saya,PPK amat dibutuhkan oleh siswa khususnya pada era sekarang ini. Kurangnya perhatian dari orang tua serta perkembangan pola asuh dari masingmasing keluarga terlihat memberikan pemahaman yang berbeda mengenai nilai yang harus dimiliki seorang anak. Disinilah rumusan muatanmuatan PPK hadir dalam rangka memberikan penyatuan pandangan pada nilai apa saja yang harus dicapai siswa. Apalagi tantangan akan kebutuhan cadangan sumber daya manusia yang 298
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
3. Siapakah pihak pihak yang berwenang untuk menyelengg arakan Penguatan
K1
Hasil Wawancara berkarakter guna menuju bonus demografi 2035 membuat kami selaku pelaksana kegiatan pendidikan harus merumuskan pembelajaran yang bermuatan nilai-nilai karakter seorang siswa. Menurut saya, PPK sangat diperlukan bagi siswa/I di SMA Negeri 65 Jakarta. Selain untuk menunjang program pemerintah, PPK itu sendiri bermanfaat bagi proses pembentukan kepribadian siswa/i itu sendiri. Jika mengkaji Perpres no 87 tahun 2017, PPK hanya dapat dilakukan dengan dua jalur,baik itu formal maupun non formal. Untuk jalur 299
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian Pendidikan Karakter?
Informan
Hasil Wawancara formal,PPK biasanya dapat dilakukan oleh satuan pendidikan,dengan cara integrasi nilai melalui kurikulum pembelajaran intrakurikuler maupun ekstrakurikuler tiap sekolah,baik yang terdaftar dibawah naungan kemendikbud maupun kementerian lainnya. Adapun penyelenggaraan PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Nonformal, menurut Perpres ini, dilaksanakan melalui satuan Pendidikan Nonformal berbasis keagamaan dan satuan Pendidikan Nonformal lainnya, dan merupakan penguatan nilai-nilai karakter melalui 300
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara materi pembelajaran dan metode pembelajaran dalam pemenuhan muatan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dalam Perpres no 87 tahun 2017, PPK hanya dapat dilakukan oleh satuan pendidikan,baik itu formal maupun non formal. Untuk satuan pendidikan formal,ppk biasanya dapat diintegrasikan melalui kurikulum pembelajaran intrakurikuler maupun ekstrakurikuler tiap sekolah,baik yang terdaftar dibawah naungan kemendikbud maupun kementerian lainnya. Dan dalam 301
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
4. Apakah penyelengg ara Penguatan Pendidikan Karakter sudah menjalankan tugas sesuai
K1
Hasil Wawancara satuan non formal, PPK dapat dilakukan di setiap PKBM maupun kegiatan pembelajaran kswadaya masyarakat dalam bentuk seminar maupun penyuluhan mengenai nilai-nilai karakter. Menurut saya, PPK dapat diselenggarakan oleh semua satuan pendidikan yang ada di Indonesia, tidak terbatas bagi sekolah negeri maupun swasta. Terlebih bagi sekolah negeri. Dalam tim kurikulum, saya memiliki tugas dan fungsi sebagai pengembang kurikulum yang ditetapkan secara nasional. Adapun pengembangan kurikulum tersebut 302
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian tugas pokok dan fungsinya?
Informan
Hasil Wawancara harus disesuaikan dengan budaya sekolah. Setelah pengembangan kurikulum tersebut menghasilkan rencana-rencana pembelajaran,maka saya berkewajiban melakukan sosialisasi kepada dewan guru mengenai hal ini. Saya dibantu oleh dua guru yang diamanahkan sebagai staff saya, yaitu ibu Virgawaty dan bapak Ahmad Arfandi. Saya dan kedua staff saya memiliki pertanggungjawaban langsung kepada kepala sekolah untuk mampu mensintesiskan nilainilai karakter pada pembelajaran yang akan dilakukan di SMAN 65 Jakarta. 303
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara
K2
Dalam tim yang saya pimpin (tim kesiswaan),setiap guru yang saya tugaskan untuk melakukan pengawasan,penind akan,pencegahan dan konsultasi kesiwaan sudah melakukan tugas dan fungsi secara baik. Seperti bapak Saifulah yang secara khusus saya berikan amanah untuk melakukan bimbingan moril dan keteladanan kepada siswa,dalam rangka pencegahan perilaku negatif kepada siswa SMAN 65 itu sendiri. Program pencegahan yang dicetus oleh beliau adalah pembiasaan keagaamaan setiap sebulan sekali kepada seluruh siswa di SMAN 65. 304
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
5. Bagaimana kegiatan penyusunan anggaran Penguatan
K1
Hasil Wawancara Begitupun bapak Jambatan,yang secara khusus saya berikan amanah sebagai penindak dan pengawas perilaku siswa. Beliau secara khusus saya berikan izin untuk memberi tindakan secara represif kepada siswa yang terbukti melanggar aturan sekolah atau siswa yang disinyalir membuat gerakan massal yang mengarah kepada pelanggaran. Beberapa kegiatan yang sudah berjalan, menurut saya sudah sesuai sebagaimana tugas dan fungsinya Sebagai sebuah Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang ingin menerapkan 305
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian Penguatan Pendidikan Karakter?
Informan
Hasil Wawancara perubahan pola pikir, pola sikap dan cara bertindak dalam mengelola pendidikan, pembiayaan pendidikan diharapkan dapat merupakan implementasi dari sikap mandiri dan gotong royong yang menjadi salah satu nilai utama dalam pengembangan PPK. Struktur pembiayaan PPK merupakan tanggung jawab bersama yakni, Pemerintah, dana mandiri (pelibatan publik, orang tua, guru dan masyarakat), keterlibatan publik seperti dunia usaha dan dunia industri (DUDI) melalui program tanggungjawab 306
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) dan melalui kerjasama dengan Perguruan Tinggi. Penguatan Program Penguatan Pendidikan Karakter tidak dimaksudkan untuk memberikan beban biaya tambahan pada sekolah dan orang tua, melainkan mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk mengembangk an sikap mandiri dan gotong royong menyelesaikan pers oalan dalam rangka membentuk karakter para siswa menjadi individu yang kokoh, cerdas, terampil, berbudi pekerti luhur, dan mampu bersaing di dunia global yang penuh tantangan 307
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara dan persoalan. kanal-kanal penyuluhan mengenai Penguatan Pendidikan Karakter yang dilaksanakan diluar rancanganrancangan program intrakurikuler kami. Untuk kegiatan penunjang PPK yang dilaksanakan SMAN 65 pun seringkali mengajukan kerjasama dengan pihak-pihak DUDI sebagai sponsor. Anggaran untuk penguatan Penguatan Pendidikan Karakter sendiri tidak diletakan secara khusus atau diposkan tersendiri. Biaya-biaya tersebut dipecah kedalam ekstrakurikuler. Dikarenakan PPK sendiri diterapkan di 308
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
6. Apakah alokasi anggaran sesuai dengan pelaksanaa n Penguatan Pendidikan Karakter?
K1
Hasil Wawancara SMAN 65 secara integrasi nilai-nilai karakter pada pembelajaran siswa itu sendiri. Setau saya, tidak ada anggaran khusus. Seperti sekolah lainnya anggaran esktrakulikuler dimaksudkan dalam anggaran pengembangan karakter dan minat bakar siswa Dalam pengamatan saya,untuk anggaran pusat yang dianggarkan kepada kami untuk pembelajaran sudah disalurkan dengan baik. Tetapi untuk penganggaran kepada kegiatankegiatan penunjang,bisa coba ditanyakan kepada tata usaha atau bidang kesiswaan 309
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
A1
7. Siapakah pihak yang berwenang menyusun kurikulum Penguatan Pendidikan Karakter?
K1
Hasil Wawancara Sejauh yang saya amati,sudah cukup sesuai. Kegiatankegiatan penunjangpun sudah kami biayai dengan penuh sesuai jumlah yang diajukan siswa untuk menunjang kegiatan tersebut. Menurut saya sudah sesuai dengan kebutuhan PPK di sekolah ini Seluruh dewan guru di SMAN 65 dilibatkan dalam setiap proses pengembangan kurikulum di SMAN 65. Akan tetapi,jika dilihat sesuai garis komando,maka kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh dalam proses pengembangan serta implementasi kurikulum,yang kemudian 310
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara diamanahkan kepada bidang kurikulum ,yaitu bidang saya. Tetapi seluruh guru memiliki hak untuk mengajukan saran dan pemikiran dalam proses pengembangan kurikulum. Seluruh dewan guru di SMAN 65 dilibatkan dalam setiap proses pengembangan kurikulum di SMAN 65. Akan tetapi,jika dilihat sesuai garis komando,maka kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh dalam proses pengembangan serta implementasi kurikulum,yang kemudian diamanahkan kepada bidang kurikulum yang 311
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
8. Bagaimana proses untuk menentukan kurikulum Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter?
K1
Hasil Wawancara dipimpin Ibu Gayatri S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Melibatkan Seluruh anggota sekolah yang berada di SMAN 65 dilibatkan dalam menyusun kurikulum Penguatan Pendidikan Karakter Gerakan PPK, tentu bersifat fleksibel sehingga mampu terintegrasi dalam struktur kurikulum, yakni PPK melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan nonkurikuler. Nilainilai inti karakter dalam konsep PPK dapat dikembangkan dan diintegrasikan melalui berbagai mata pelajaran, muatan lokal, maupun pengelolaan kelas. Dalam hal 312
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara ini,kami menerima rancangan besar penguatan Penguatan Pendidikan Karakter yang akan diintegrasikan dalam pembelajaran kami. Barulah terbentuk apa yang dinamakan pedoman pelaksanaan kurikulum satuan pendidikan setelah melalui proses sintesis antara nilai keilmuan yang akan dicapai dan nilai karakter yang akan dibangun pada siswa. Untuk kemudian akan dirumuskan oleh masing-masing pengajar pada mata pelajarannya masing-masing untuk kemudian menghasilkan perangkat pembelajaran,diman 313
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara a setiap pembelajaran harus memuat kompetensi inti dan dasar yang memuat nilai-nilai karakter. Adapun guru mata pelajar untuk kemudia merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap bab-bab mata pelajaran Kurikulum PPK biasanya ditentukan melalui arahan muatan dari mendikbud,yang diarahkan melalui direktorat-direktorat bidang pelaksanaan pendidikan. Dilanjutkan oleh arahan dari Dinas Pendidikan Provinsi untuk menentukan konten sesuai karakter kedaerahan (dalam hal ini DKI Jakarta),agar 314
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
Hasil Wawancara mengamanahkan Suku dinas tiap kota maupun kabupaten mengadakan rapat kerja bidang kurikulum maupun bidang kesiswaan tiap jenjang pendidikan. Barulah terbentuk apa yang dinamakan pedoman pelaksanaan kurikulum satuan pendidikan. Untuk lebih lengkap silahkan bertanya ke ibu Gayatri. PPK sendiri dapat diintegrasikan melalui proses penyusunan kurikulum,pelaksana an kegiatan pembelajaran (intrakurikuler),pelak sanaan kegiatan ekstrakurikuler,hingg a tahap evaluasi kurikulum di satuan pendidikan. PPK sendiri perlu untuk 315
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
9. Siapakah yang berwenang
Informan
K1
Hasil Wawancara menonjolkan nilainilai pada warga sekolah,baik dalam sekolah maupun luar sekolah. Saya akan menjabarkan proses ke proses penyusunan itu sendiri secara singkat yang mungkin akan dijabarkan lebih lengkap oleh ibu wakasek kurikulum. Pada awal pengembangan kurikulum,kami akan merancang buku produk kurikulum yang didasarkan pada pedoman pelaksanaan kurikulum satuan pendidikan (buku 1) dan Silabus dan RPP pada tiap guru (buku 2). Modul pembelajaran disusun oleh Kemdikbud,yang 316
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian untuk menyusun modul pembelajara n bermuatan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter?
Informan
K2
A1
Hasil Wawancara kemudian menghasilkan produk-produk seperti panduan pelaksanaan PPK dalam bentuk-bentuk pengajaran. Adapun yang diterapkan di SMAN 65 adalah PPK berbasis kelas dan Manajemen berbasis sekolah. Dikarenakan kami menyelaraskan dengan budaya sekolah Modul pembelajaran biasanya disusun oleh tim pengembang diluar sekolah yang menyusun buku pembelajaran berdasarkan pada standar kurikulum yang sudah ditetapkan oleh kementerian secara nasional. Disusun oleh tim yang sudah 317
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
10. Bagaimana proses penyusunan modul Penguatan Pendidikan Karakter?
Informan
K1
K2
Hasil Wawancara ditentukan dari hasil rapat PPK Untuk buku pembelajaran utama,SMAN 65 menggunakan bukubuku pelajaran yang dijual secara bebas yang sudah melalui uji kurikulum kemendikbud dan memiliki relevansi dengan standar isi nasional. Untuk buku-buku kegiatan penunjang,kami selalu mengamanahkan kepada dewan guru untuk menyusun buku berdasar kebutuhan pencapaian siswa dalam kegiatankegiatan tersebut,disesuaikan dengan budaya sekolah kami sendiri. Untuk buku pembelajaran utama,SMAN 65 318
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
Hasil Wawancara menggunakan bukubuku pelajaran yang dijual secara bebas yang sudah melalui uji kurikulum kemendikbud dan memiliki relevansi dengan standar isi nasional. Untuk buku-buku kegiatan penunjang,kami selalu mengamanahkan kepada dewan guru untuk menyusun buku berdasar kebutuhan pencapaian siswa dalam kegiatankegiatan tersebut, disesuaikan dengan budaya sekolah kami sendiri. Biasanya, kami menggunakan modul yang sudah dibuat leh kemendikbud yang disalurkan ke sekolah-sekolah. Termasuk sekolah kami 319
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
11. Bagaimanak ah sarana dan prasarana yang disediakan SMAN 65 dalam menunjang kegiatan pembelajara n Penguatan Pendidikan Karakter?
Informan
Hasil Wawancara
K1
SMAN 65 selalu berusaha untuk memenuhi kepuasan warga sekolah dalam menjalankan proses pembelajaran. Kami selalu mencoba memenuhi kebutuhan warga sekolah,seperti pembelajaran berbasis multimedia. Maka sekolah akan mengajukan penyediaan alat-alat penunjang selayaknya pembelajaran multimedia tersebut. Sejauh ini warga sekolah puas dengan sarana prasarana yang sudah disediakan oleh sekolah. Pembelajaran yang nyaman tentu akan membantu siswa dalam menyerap materi pembelajaran. 320
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara Selain itu diluar kebutuhan akademik,kami juga selalu berusaha memberikan fasilitas penunjang,seperti lapangan olahraga yang selalu dioptimalisasi dengan lahan yang terbatas agar mampu membantu pengembangan kinestetik siswa,fasilitas ibadah yang terus dikembangkan agar siswa merasa nyaman. SMAN 65 selalu berupaya memenuhi kebutuhan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam hal memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa SMAN 65. Setiap kelas kami fasilitasi dengan pendingin ruangan dan set 321
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
Hasil Wawancara bangku meja yang berfungsi dengan baik,guna menopang kenyamanan belajar di tiap kelas. Setiap kelas juga kami sediakan 1 set wireless LCD beserta layar dan pengeras suara,guna mewujudkan pembelajaran multimedia berbasis teknologi. Dalam hal ini SMAN 65 selalu berupaya memenuhi keinginan siswa dalam hal fasilitas pembelajaran. Kami menggunakan fasilitas teknologi yang berjalan baik dan membantu proses belajar itu sendiri. Ruang kelas juga dibuat untuk membuat nyaman siswa dan guru dalam melaksanakan 322
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
12. Adakah standar mengenai sarana yang dibutuhkan dalam penyelengg araan Penguatan Pendidikan Karakter?
Informan
K1
K2
Hasil Wawancara pembelajaran yang baik,terbukti dengan bangku dan meja yang berfungsi baik Standar dalam sarana dan prasarana pendidikan di SMAN 65 mengikuti peraturan yang pemerintah buat. Baik yang tercantum didalam UU pasal 20 tahun 2003 maupun Permendiknas no 24 Tahun 2007. Dikarenakan penguatan Penguatan Pendidikan Karakter kami integrasikan dalam pembelajaran,maka sarana dan prasarana kami samakan dengan sarana dan prasarana pembelajaran. Standar dalam sarana dan 323
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
Hasil Wawancara prasarana pendidikan di SMAN 65 mengikuti peraturan yang pemerintah buat. Baik yang tercantum didalam UU pasal 20 tahun 2003 maupun Permendiknas no 24 Tahun 2007. Dikarenakan penguatan Penguatan Pendidikan Karakter kami integrasikan dalam pembelajaran,maka sarana dan prasarana kami samakan dengan sarana dan prasarana pembelajaran. SMAN 65 sendiri saya rasa sudah siap untuk melakukan pembelajaran berbasis teknologi,terbukti dengan ketika anda 324
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara mengobservasi proses belajar di kelas yang saya ajar. Kami menggunakan fasilitas teknologi yang berjalan baik dan membantu proses belajar itu sendiri. Ruang kelas juga dibuat untuk membuat nyaman siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang baik,terbukti dengan bangku dan meja yang berfungsi baik (dalam temuan saya ada 1 set meja bangku yang rusak di kelas XI-IPA 3) dan pendingin ruang berfungsi dengan baik. Dalam hal fasilitas tempat,SMAN 65 memiliki tempat ibadah yang mampu menampung seluruh siswa muslim untuk 325
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
13. Apakah SMAN 65 memiliki sistem khusus dalam penyelengg araan Penguatan Pendidikan Karakter?
Informan
K1
Hasil Wawancara melakukan ibadat shalat dhuha dan dzuhur.Diluar tempat ibadah solat,mesjid juga seringkali dijadikan tempat siswa melakukan praktik-praktik pelajaran ibadah. Untuk sistem khusus,kami memiliki 3 kegiatan unggulan yang menunjang pendalaman aspek religiusitas seorang siswa. Yang pertama adalah kegiatan Bimbingan Da’I Remaja (BDR) kegiatan ini bertujuan membiasakan siswa kelas X untuk mampu beraktivitas dalam suasana keagamaan dengan harapan mampu mengaplikasikan dalam kesehariannya serta 326
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara merupakan proses pengenalan siswa kepada budaya religiusitas sekolah.. Kegiatan berikutnya adalah Bimbingan Latihan Khutbah,kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan yang ditujukan kepada kelas XI yang,BLK diadakan pada bulan juni setiap tahunnya selama beberapa hari,BLK bertujuan untuk melatih mental siswa berbicara didepan umum serta untuk mengasah pemikiran siswa terhadap hal-hal kompleks. Kegiatan ketiga adalah Retreat,suatu kegiatan pengasingan diri dan pendalaman keagamaan selama 4 hari yang ditujukan untuk seluruh siswa 327
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara beragama nasrani maupun katolik,Retreat diadakan pada minggu ketiga bulan April disetiap tahunnya. Untuk sistem khusus,kami memiliki 3 kegiatan unggulan yang menunjang pendalaman aspek religiusitas seorang siswa. Yang pertama adalah kegiatan Bimbingan Da’I Remaja (BDR) yang dilakukan pada minggu ketiga bulan desember di setiap tahunnya selama 5 hari ,kegiatan ini bertujuan membiasakan siswa kelas X untuk mampu beraktivitas dalam suasana keagamaan dengan harapan mampu mengaplikasikan 328
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
Hasil Wawancara dalam kesehariannya. Adapun kegiatan ini telah kami jalankan sudah lebih dari 10 tahun (bahkan sebelum PPK dicanangkan oleh negara). selama 4 hari yang ditujukan untuk seluruh siswa beragama nasrani maupun katolik,Retreat diadakan pada minggu ketiga bulan April disetiap tahunnya. Untuk sistem khusus,salah satunya adalah kegiatan Bimbingan Da’I Remaja (BDR) yang dilakukan pada minggu ketiga bulan desember di setiap tahunnya selama 5 hari
329
Studi Dokumentasi
Observasi
No
C
Sub Fokus
Evaluasi terhadap proses Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana proses perencanaa n program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter?
Informan
K1
K2
Hasil Wawancara Seluruh proses pembelajaran yang terjadi di SMAN 65 harus memuat konten muatan nilainilai karakter yang sudah dirumuskan dalam pedoman pelaksanaan PPK oleh Kemendikbud. Setiap RPP dan silabus yang dibuat oleh diwajibkan bermuatan aspek yang memuat nilainilai karakter tersebut. Kami juga memberikan arahan kepada seluruh pembina ekstrakurikuler untuk mengintegrasikan nilai karakter pada tiap kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan di SMAN 65 jakarta. Seluruh proses pembelajaran yang terjadi di SMAN 65 harus memuat 330
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
Hasil Wawancara konten muatan nilainilai karakter yang harus dicapai siswa. Setiap RPP dan silabus yang dibuat oleh guru hendaknya berisikan muatan yang memuat nilainilai karakter tersebut. Kami juga memberikan arahan kepada seluruh pembina ekstrakurikuler untuk mengintegrasikan nilai karakter pada tiap kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan di SMAN 65 jakarta. Tentunya diakan rapat bersama mengenai diselenggrakannya program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter, dari situ barulah memulai rancangan apa saja yang diperlukan untuk 331
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara menunjang terselenggarakannya proses program PPK
2. Bagaimana kegiatan sosialisasi penyelengg araan Penguatan Pendidikan Karakter?
K1
Sosialisasi kami lakukan disetiap rapat koordinasi sekolah dengan komite sekolah (orang tua murid),dimana SMAN 65 berkewajiban untuk mensosialisasikan tiap awal tahun program serta metode penjalanan program kepada setiap orang tua yang hadir agar terjadi kesepahaman. Kami juga memberikan tata tertib sekolah kepada siswa baru yang mendaftar pada sekolah agar kemudian mampu memenuhi aturan tersebut. Selain itu wali kelas juga 332
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara berkewajiban menuliskan penulisan secara deskripsi pada tiap hasil belajar siswa yang akan diberikan. Sosialisasi kami lakukan disetiap rapat koordinasi sekolah dengan komite sekolah (orang tua murid),dimana SMAN 65 berkewajiban untuk mensosialisasikan tiap awal tahun program serta metode penjalanan program kepada setiap orang tua yang hadir agar terjadi kesepahaman. Kami juga memberikan tata tertib sekolah kepada siswa baru yang mendaftar pada sekolah agar kemudian mampu memenuhi aturan 333
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara tersebut. Selain itu wali kelas juga berkewajiban menuliskan penulisan secara deskripsi pada tiap hasil belajar siswa yang akan diberikan.
A1
3. Kapan diselenggar akannya Penguatan Pendidikan Karakter?
K1
Sosialisasi dimulai dari guru yang mengajar dikelas memberikan pemahaman terhadap pentingnya PPK, lalu diadakan pertemuan wali murid dengan guru untuk mensosialisasikan hal tsb Karena PPK di SMAN 65 dilakukan mayoritas secara intrakurikuler,maka periode kegiatan PPK yang dialami siswa adalah selama 3 tahun atau masa sekolahnya jika normal. Adapun 334
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara pencanangan kegiatan ini mulai dillakukan di SMAN 65 secara terkhusus semenjak tahun 2010 yang setiap tahun dimodifikasi sesuai aturan pemerintah dan situasi sosial di wilayah sekolah yang dinamis. PPK diselenggarakan di seluruh aspek pembelajaran di SMAN 65 Jakarta,dimulai dari siswa masuk di kelas X sampai kelak lulus pada kelas XII. Pembelajaran dilaksanakan 5 hari dalam seminggu ditambahkan beberapa kegiatan pembiasaan tambahan di sela sela pembelajaran. Siswa memiliki pilihan untuk memilih 335
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara ekstrakurikuler sesuai minat dan bakat siswa tersebut. Waktu normal siswa mengikuti PPK di tingkatan SMA adalah 3 tahun.
A1
4. Apakah kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi pengajar Penguatan Pendidikan Karakter?
K1
Setiap tahun ajaran awal siswa/i masuk di sekolah kami Sesuai dengan apa yang diatur dalam peraturan,bahwa setiap guru mata pelajaran harus memiliki pendidikan minimal S1 dalam mata pelajaran yang diajar,berakal sehat dan memiliki fisik yang sehat. Selain itu guru juga dipersilahkan untuk mengambil sertifikasi kemampuan diluar pengajaran agar menambah kompetensi guru tersebut. Untuk pelatih 336
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara ekstrakurikuler,SMA N 65 memiliki standar bahwa pelatih yang akan digaji harus memiliki sertifikat atau sejenisnya yang mengesahkan individu tersebut mahir di bidang tersebut. Sesuai dengan apa yang diatur dalam peraturan,bahwa setiap guru mata pelajaran harus memiliki pendidikan minimal S1 dalam mata pelajaran yang diajar,berakal sehat dan memiliki fisik yang sehat. Selain itu guru juga dipersilahkan untuk mengambil sertifikasi kemampuan diluar pengajaran agar menambah kompetensi guru tersebut. Untuk pelatih 337
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
D
Kesesuaia n Produk Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta
1. Bagaimana kegiatan monitoring pada penyelengg araan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter?
K1
Hasil Wawancara ekstrakurikuler,SMA N 65 memiliki standar bahwa pelatih yang akan digaji harus memiliki sertifikat atau sejenisnya yang mengesahkan individu tersebut mahir di bidang tersebut. Tentunya oleh pengajar sesuai dengan baground pendidikannya dan memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan Jika menanyakan kegiatan monitoring,maka akan saya jelaskan kegiatan monitoring yang dilakukan oleh tim saya,yaitu tim kurikulum. Tim kurikulum berkewajiban melaksanakan pengembangan kurikulum kepada 338
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara setiap pembelajaran yang terjadi di SMAN 65. Maka saya dibantu oleh 2 staf saya akan melakukan pengecekan terhadap seluruh perangkat pembelajaran di SMAN 65 Jakarta. Kami juga melakukan tindakan penyamaan pandangan kepada sebagian pengajar yang merancang pembelajaran yang nampak keluar dari pengembangan kurikulum sekolah. Kegiatan monitoring di sekolah biasanya dilakukan oleh Kepala SMAN 65 selaku stake holder di SMAN 65 Jakarta. Kepala sekolah biasanya melakukan pengawasan rutin kunjungan ke kelas339
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara kelas sebanyak 1 kali setiap bulan guna memastikan pembelajaran berjalan dengan baik. Adapun juga kepala sekolah dalam kurun waktu 2-3 bulan sekali juga mengumpulkan dewan guru dalam rangka penyatuan dan penyamaan konsep akan pembelajaran di sekolah ini. Kepala SMAN 65 Jakarta dalam kesehariannya diperbantukan oleh 3 orang WaKaSek di bidang masingmasing. Ibu Gayatri selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum akan berkonsentrasi penuh dalam bidang perumusan pembelajaran,penge mbangan kurikulum 340
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara dan pencapaian hasil belajar. Saya (ibu Syarifah) selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaaan memiliki kewajiban melakukan pembinaan terhadap sikap siswa serta pengembangan minat dan bakat siswa diluar akademik. Lalu pak Faisal selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan Kehumasan memiliki tugas pokok memastikan kelengkapan sarana prasarana pendukung pembelajaran dan sebagai jembatan komunikasi antara sekolah dengan pihak luar. dan Kehumasan memiliki tugas pokok memastikan 341
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
2. Bagaimana kegiatan evaluasi yang dilakukan pada
K1
Hasil Wawancara kelengkapan sarana prasarana pendukung pembelajaran dan sebagai jembatan komunikasi antara sekolah dengan pihak luar.dan Kehumasan memiliki tugas pokok memastikan kelengkapan sarana prasarana pendukung pembelajaran dan sebagai jembatan komunikasi antara sekolah dengan pihak luar. Biasanya, kepala sekolah dalam waktu tertentu mengunjungi kelas perkelas untuk memonitoring jalannya PPK Evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun,atau di penghujung tiap semester. Untuk nilai sikap siswa,biasanya 342
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian penyelengg araan Penguatan Pendidikan Karakter?
Informan
Hasil Wawancara dituliskan dalam skala A-E (A sama dengan amat baik,dan E sama dengan Sangat kurang) dengan standar minimal kelulusan hasil belajar pada nilai C (Cukup). Penilaian ini bersumber dari pengamatan sikap dari guru mata pelajaran,catatan evaluasi pada buku penilaian sikap siswa,serta observasi wali kelas kepada siswa. Indikator yang mampu memberikan nilai kepada siswa adalah kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah,sikap siswa dalam pembelajaran,serta jumlah poin/pelanggaran yang siswa kumpulkan selama 1 343
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara periode semester belajar. Evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun,atau di penghujung tiap semester. Untuk nilai sikap siswa,biasanya dituliskan dalam skala A-E (A sama dengan amat baik,dan E sama dengan Sangat kurang) dengan standar minimal kelulusan hasil belajar pada nilai C (Cukup). Penilaian ini bersumber dari pengamatan sikap dari guru mata pelajaran,catatan evaluasi pada buku penilaian sikap siswa,serta observasi wali kelas kepada siswa. Indikator yang mampu memberikan nilai kepada siswa adalah kepatuhan 344
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
3. Bagaimana kriteria kelulusan peserta didik?
K1
Hasil Wawancara siswa terhadap tata tertib sekolah,sikap siswa dalam pembelajaran,serta jumlah poin/pelanggaran yang siswa kumpulkan selama 1 periode semester belajar. Evaluasi bisanya dilakukan persemester dilihat dari hasil pembuatan rapot, rpp, dan silabus yang telah dibuat, jika ada yang kurang maka kepala sekolah mengarahkan dan membina lagi para guru SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil akhir Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan 345
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara kenaikan kelas seorang siswa. Apabila seorang siswa tidak mampu mencapai nilai minimal (C) dan tidak lulus dalam dibawah 4 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil akhir Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. 346
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
Hasil Wawancara Apabila seorang siswa tidak mampu mencapai nilai minimal (C) dan tidak lulus dalam dibawah 4 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil akhir Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. Apabila seorang siswa tidak mampu 347
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
4. Apakah tujuan penyelengg araan Penguatan Pendidikan Karakter tercapai?
Informan
K1
Hasil Wawancara mencapai nilai minimal (C) dan tidak lulus dalam dibawah 4 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. Melihat dari bagaimana lulusan kami selepas dari SMAN 65 mampu memiliki bekal sikap dan ilmu yang baik dan jugapula beberapa alumni kami mampu menjadi seorang mahasiswa yang berprestasi selepas dari SMAN 65. Saya dapat menganggap bahwa proses 348
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
K2
Hasil Wawancara penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 berjalan dengan baik. Adapun jika ditinjau dari aspek-aspek pelanggaran dalam pembelajaran,jumlah pelanggaran tersebut juga dapat dikatakan kecil, maka saya dapat mengatakan bahwa proses penguatan karakter di SMAN 65 berjalan dengan baik. Melihat dari jumlah pelanggaran yang siswa lakukan di sekolah serta diskusi yang terjadi dalam pembelajaran,saya rasa tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter itu sendiri sudah mampu dicapai oleh siswa. Terkhusus 349
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara pada siswa kelas X,muatan PPK mampu memberikan cara adaptasi terhadap perubahan pola pikir remaja awal kepada remaja akhir dalam fase pertumbuhan psikologis peserta didik. Maka dari itu,saya rasa PPK sudah mampu dicapai oleh siswa SMAN 65
350
Studi Dokumentasi
Observasi
Klasifikasi Data Informan : Pengajar Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta 1. Pengajar
No
A
Sub Fokus
Evaluasi terhadap konteks Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta
: Informan 1 (A1)
Pertanyaan Penelitian
1. Apakah tujuan penyelengg araan Penguatan Pendidikan Karakter?
Informan
Hasil Wawancara
A1
Bagi saya, Penguatan Pendidikan Karakter secara luas itu sendiri bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai bermanfaat dalam kehidupan seorang siswa. Nilai ini biasanya didasari pada tanggapan aktif konteks dari suatu individu atau rangsangan natural dari sikap hidup diri sorang siswa tersebut. Jika dipandang dari sisi akademis, Penguatan Pendidikan Karakter juga dapat digunakan sebagai alat untuk 351
Studi Dokumentasi
Jadwal
Sekolah;
Jadwal Ekstrakurikuler Form Pengamatan Sikap Siswa; Daftar hadir Siswa Form Penilaian Siswa ;
Observasi Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran mata pelajaran Agama Islam dalam materi “Khutbah”
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian yang mampu dicapai seorang siswa itu sendiri berdasar pada sifat alamiahnya. Dikarenakan melalui Penguatan Pendidikan Karakter, kami pengajar akan merasa terbantukan dalam pembentukan nilai-nilai kepada peserta didik yang sesuai pada masyarakat. Penguatan Pendidikan Karakter juga mampu membuat peserta didik melestarikan kearifan lokal,seperti halnya budaya menghormati dan rasa nasionalis yang
352
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara ditanamkan dalam program PPK ini.
2. Apakah penyelengg araan Penguatan Pendidikan Karakter sangat bermanfaat bagi siswa?
A1
Sangat bermanfaat,saya melihat dari bagaimana Penguatan Pendidikan Karakter mampu membuat seorang siswa mampu memiliki sifat jujur dan loyal serta menjadi berintegritas. Adapun Penguatan Pendidikan Karakter juga mampu membentuk siswa memiliki pemikiran yang terbuka akan berbagai macam pendapat dan temuan dalam kesehariannya. Kepedulian juga merupakan salah satu faktor yang mampu ditumbuhkan dalam Penguatan Pendidikan 353
Studi Dokumentasi
Observasi
No
B
Sub Fokus
Evaluasi terhadap input Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana proses penyusunan kurikulum pelajaran dan yang memuat Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter?
Informan
Hasil Wawancara Karakter,dimana siswa menjadi aware terhadap kondisi sekitar beliau. Halhal lain seperti penumbuhan sikap disiplin,bertanggung jawab,sadar hukum dll. juga mampu ditumbuhkan dalam Penguatan Pendidikan Karakter. Maka dari itu dapat saya katakan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter sangat memberi manfaat pada siswa. PPK sendiri dapat diintegrasikan melalui proses penyusunan kurikulum,pelaksana an kegiatan pembelajaran (intrakurikuler),pelak sanaan kegiatan ekstrakurikuler,hingg a tahap evaluasi kurikulum di satuan pendidikan. PPK 354
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
Hasil Wawancara sendiri perlu untuk menonjolkan nilainilai pada warga sekolah,baik dalam sekolah maupun luar sekolah. Saya akan menjabarkan proses ke proses penyusunan itu sendiri secara singkat yang mungkin akan dijabarkan lebih lengkap oleh ibu wakasek kurikulum. Pada awal pengembangan kurikulum,kami akan merancang buku produk kurikulum yang didasarkan pada pedoman pelaksanaan kurikulum satuan pendidikan (buku 1) dan Silabus dan RPP pada tiap guru (buku 2).
355
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
2. Bagaimana kesesuaian materi pembelajara n bermuatan PPK terhadap kompetensi yang harus dicapai siswa?
Informan
A1
Hasil Wawancara Saya terbiasa melakukan 3 pendekatan kepada siswa untuk menguji keseuaian materi saya kepada siswa, pendekatan pertama adalah melalui relevansi,yaitu sebuah materi pembelajaran hendaknya sesuai dengan kemampuan apa yang diharapkan akan dimiliki seorang siswa. Misalkan seorang siswa diharapkan mampu menghafal surat AlMaun serta mampu mengaplikasikan seruan Allah yang terkandung didalamnya. Maka materi pembelajaran saya harus mengandung hal tersebut. Pendekatan kedua adalah konsistensi/keajegan 356
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara . Dalam hal ini,saya biasanya mendasarkan pembelajaran saya kepada konsistensi saya terhadap berapa hal yang harus dicapai siswa dalam satu tahun pembelajaran,maka itulah yang akan saya usahakan dan ajarkan agar siswa saat menghadapi penilaian akhir sudah mencapai hal tersebut. Pendekatan ketiga adalah Kecukupan materi, seluruh materi yang saya ajarkan kepada siswa haruslah memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit maupun terlalu 357
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara banyak, agar siswa mampu menyerap dengan baik
C
Evaluasi terhadap proses Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta
1. Metode dan media apa yang digunakan ketika proses pembelajara n berlangsung ?
A1
Biasanya setelah perancangan dari produk kurikulum selesai,maka akan kami sosialisasikan pada siswa dan pengajar agar kemudian dilakukan proses implementasi,seperti halnya guru secara bergantian akan menyambut siswa didepan gerbang dalam rangka memberikan tauladan hadir tepat waktu,lalu membiasakan membuka pelajaran dengan membaca kitab suci sesuai agama masingmasing dalam rangka membiasakan diri agar memulai hari 358
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara sesuai dengan ridho tuhan. Adapun disetiap mata pelajaran,Kepala sekolah dan Wakil Kepala bidang kurikulum melakukan pengawasan pada setiap materi yang diajarkan kepada siswa,apakah sudah sesuai aspek yang tertera pada produk kurikulum yang ditetapkan oleh sekolah. Tim kesiswaan juga melakukan monitoring kepada aspek prilaku yang siswa lakukan dalam keseharian siswa di sekolah,serta memberikan penindakan atas setiap pelanggaran atau anomali sikap yang siswa tunjukan Nah jika membahas metode atau media 359
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara pembelajaran yang diterapkan guru dalam kelas,kami memiliki metode sendiri-sendiri. Untuk mata pelajaran agama,saya lebih sering menggunakan metode Al-Uswah wa Al-Qudwah (Keteladanan). Dimana sebelum saya mengajarkan nilai-nilai baik kepada siswa,saya sendiri harus memiliki nilai tersebut dan mampu menunjukan bahwa saya mempraktikan nilai tersebut dalam keseharian saya. Saya juga acapkali melakukan metode storytelling dalam menyampaikan beberapa penerapan nilai-nilai,khususnya penerapan nilai pada masa Rasulullah dan kekhalifahan islam. 360
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
2. Adakah kendala dalam kegiatan pembelajara n? A1
Hasil Wawancara
Kendala pembelajaran lebih sering saya temukan pada kemauan siswa pada penyerapan pembelajaran itu sendiri. Terkadang tidak semua siswa siap untuk mengikuti proses pembelajaran itu sendiri,maka seringkali terjadi pelanggaranpelanggaran kecil yang dilakukan siswa akibat ketidaksiapan siswa itu sendiri. Lalu juga adanya ketidaksepahaman orang tua terhadap metode pembelajaran yang saya terapkan. Saya seringkali menyerukan siswa untuk melakukan tugas ke masyarakat (seperti praktik tabligh,praktik 361
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
3. Apakah sarana dan prasarana sudah menunjang kegiatan pembelajara n?
Informan
Hasil Wawancara observasi majelis,dll) yang dianggap orangtua sebagai suatu kegiatan pemborosan secara materil. Hal-hal diatas dapat diatasi dengan dialog-dialog personal antara saya dengan siswa maupun orangtua,agar mendapatkan kesepahaman tentang metode dan cara pembelajaran saya dalam sekolah. SMAN 65 sendiri saya rasa sudah siap untuk melakukan pembelajaran berbasis teknologi,terbukti dengan ketika anda mengobservasi proses belajar di kelas yang saya ajar. Kami menggunakan fasilitas teknologi 362
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
Hasil Wawancara yang berjalan baik dan membantu proses belajar itu sendiri. Ruang kelas juga dibuat untuk membuat nyaman siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang baik,terbukti dengan bangku dan meja yang berfungsi baik (dalam temuan saya ada 1 set meja bangku yang rusak di kelas XI-IPA 3) dan pendingin ruang berfungsi dengan baik. Dalam hal fasilitas tempat,SMAN 65 memiliki tempat ibadah yang mampu menampung seluruh siswa muslim untuk melakukan ibadat shalat dhuha dan dzuhur.Diluar tempat ibadah solat,mesjid juga seringkali 363
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara dijadikan tempat siswa melakukan praktik-praktik pelajaran ibadah.
D
Kesesuaia n Produk Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 Jakarta
1. Bagaimana penilaian pembelajara n bermuatan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter?
A1
Saya akan membahas terbatas pada penilaian sikap seorang siswa. Dalam penilaian sikap seorang siswa akan didasarkan pada form pengamatan sikap dalam pembelajaran yang dituliskan oleh guru setiap mata pelajaran. Dari hasil penilaian ini, akan ditimbang dan dikonversi oleh wali kelas dan tim kesiswaan untuk mengeluarkan penilaian antar individu siswa. 364
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara Pengamatan guru didalam kelas ini juga dijadikan pertimbangan dalam memutuskan kenaikan kelas seorang siswa. Lalu hasil pengamatan ini akan dijadikan pertimbangan wali kelas dan tim kesiswaan dalam merumuskan penilaian sikap kepada tiap individu siswa. Penilaian ini akan dijadikan pula kriteria dalam proses penentuan naik maupun tinggal kelas seorang siswa.
2. Bagaimana kriteria kelulusan Siswa?
SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil akhir Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam 365
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
A1
3. Apakah tujuan penyelengg araan Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter sudah tercapai?
A1
Hasil Wawancara proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. Apabila seorang siswa tidak mampu mencapai nilai minimal (C) dan tidak lulus dalam dibawah 4 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. Melihat dari jumlah pelanggaran yang siswa lakukan di sekolah serta diskusi yang terjadi dalam pembelajaran, saya rasa tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter 366
Studi Dokumentasi
Observasi
No
Sub Fokus
Pertanyaan Penelitian
Informan
Hasil Wawancara itu sendiri sudah mampu dicapai oleh siswa. Terkhusus pada siswa kelas X,muatan PPK mampu memberikan cara adaptasi terhadap perubahan pola pikir remaja awal kepada remaja akhir dalam fase pertumbuhan psikologis peserta didik. Maka dari itu,saya rasa PPK sudah mampu dicapai oleh siswa SMAN 65
367
Studi Dokumentasi
Observasi
Lampiran 11 REDUKSI DATA Penyelenggaraan Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter Di SMAN 65 Jakarta
A. Evaluasi Terhadap Konteks Penyelenggaraan Program Penguatan Penguatan Pendidikan Karakter Di SMAN 65 Jakarta
No
Komponen
1
Dasar hukum penyelenggaraan penguatan Penguatan Pendidikan Karakter
Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yang berwenang dalam penyelenggaraan program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter dasar hukum pelaksanaan PPK adalah berbasis kepada pasal 3 uu no 20 tahun 2003 tentang sisdiknas yang menitikberatkan pada pengembangan potensi peserta didik agar mengarah kepada manusia yang beriman,bertaqwa,berakhla
Teknik pengumpulan data Studi dokumentasi Observasi
Pasal 3 undangundang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Peraturan presiden no 87 tahun 2017 tentang penguatan Penguatan Pendidikan Karakter Peraturan presiden no 17 tahun 2010 368
Mengamati undangundang yang berkaitan dengan dasar hukum penyelengga raan penguatan Penguatan Pendidikan Karakter. Mengamati lingkungan SMAN 65 jakarta
Kesimpulan sementara Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi serta observasi yang dilakukan peneliti pada informan yang memiliki tugas sebagi penyelenggara maka dasar hukum penyelenggaraan penguatan Penguatan Pendidikan Karakter sangat jelas karena dasar hukum tersebut berupa undang-undang, peraturan presiden, peraturan menteri, dan rencana pembangunan nasional
2
Dasar hukum tentang wewenang SMAN 65 untuk menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter
k mulia, demokratis, mandiri,dll. Adapun hal ini diperkuat oleh perpres no 87 tahun 2017 tentang PPK yang menjelaskan secara rinci mengenai detil tata cara implementasi program PPK pada sekolah. Dalam peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 yaitu tentang pengelolaan penyelenggaraan pendidikan pada pasal 17 ayat 3 menyebutkan bahwa pendidikan dasar bertujuan membangun landsan bagi berkembangnya potensi peserta didik Dalam perpres no 87 tahun 2017,PPK merupakan sebuah program yang akan dijalankan oleh seluruh tingkat satuan pendidikan di seluruh wilayah indonesia. SMAN 65 sebagai salah satu satuan pendidikan dibawah naungan kementerian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia berkewajiban
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan Permendikbud no 21 tahun 2016 tentang standar isi Permendikbud no 22 tahun 2016 tentang standar proses Rpjmn 2015-2019 Rpjpn 2005-2025
Seperti yang sudah dikatakan dalam perpres no 87 tahun 2013, penyelenggaraan PPK pada satuan pendidikan jalur pendidikan formal sebagaimana dimaksud dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan seperti intrakurikuier,kokurikuler, ekstrakurikuler, dan dilaksanakan di dalam atau di luar lingkungan sekolah. 369
3
Tujuan dari penyelenggaraan penguatan Penguatan Pendidikan Karakter
untuk melakukan PPK pada pembelajaran sekolah. PPK bertujuan untuk melaksanakan sebuah proses penanaman nilai yang berorientasi pada perkembangan potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. PPK juga diharapkan memberikan suatu keteladan kepada siswa untuk menerapkan nilai-nilai yang diberikan sekolah kepada siswa.
Membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi masa depan indonesia dengan menanamkan jiwa pancasila dan Penguatan Pendidikan Karakter yang baik. Penguatan Pendidikan Karakter mampu membuat peserta didik melestarikan kearifan lokal,seperti halnya budaya menghormati dan rasa nasionalis yang ditanamkan dalam program PPK ini.
B. Evaluasi terhadap input program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 jakarta
No
Komponen
1
Sasaran peserta Penguatan Pendidikan Karakter
Wawancara Siswa yang terdaftar di setiap sekolah. Seperti halnya siswa SMAN 65,yang sudah melalui proses seleksi PPKb yang diadakan oleh suku dinas
Teknik pengumpulan data Studi dokumentasi Observasi
Permendiknas no 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan
370
Mengamati dokumen pembelajaran seperti kurikulum, modul, dan
Kesimpulan sementara Seluruh peserta didik yang telah terdaftar di SMAN 65 dengan syarat : Berumur maksimal 21 tahun
pendidikan kota administratif jakarta barat
2
Kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi pengajar Penguatan Pendidikan Karakter
kompetensi guru Permendikbud no 14 tahun 2018 tentang penerimaan peserta didik baru tahun 2018 Permendiknas no 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana pendidikan Perangkat pembelajaran pai SMAN 65 Rpp mapel pai SMAN 65 Foto situasi pembelajaran
Sesuai dengan apa yang diatur dalam peraturan,bahwa setiap guru mata pelajaran harus memiliki pendidikan minimal s1 dalam mata pelajaran yang diajar,berakal sehat dan memiliki fisik yang sehat. Selain itu guru juga dipersilahkan untuk mengambil sertifikasi
tugas dan fungsi sekolah Mengamati sarana dan prasarana yang digunakan dalam pembelajaran
Memiliki sttb pendidikan menengah pertama (smp/mts/paket b/ smplb) Memiliki shun pendidikan menengah pertama (smp/mts/paket b/ smplb)
Guru mata pelajaran harus memiliki pendidikan minimal s1 dalam mata pelajaran yang diajarkannya. Untuk pelatih ekstrakurikuler, memiliki standar bahwa pelatih yang akan digaji harus memiliki sertifikat atau sejenisnya
371
3
Penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter ini sangat dibutuhkan oleh siswa
4
Pihak-pihak yang berwenang untuk menyelenggarakan Penguatan Pendidikan Karakter
kemampuan diluar pengajaran agar menambah kompetensi guru tersebut. Untuk pelatih ekstrakurikuler,SMAN 65 memiliki standar bahwa pelatih yang akan digaji harus memiliki sertifikat atau sejenisnya yang mengesahkan individu mahir di bidang tersebut Dalam dunia pendidikan memang Penguatan Pendidikan Karakter sangat di butuhkan oleh peserta didik untuk membentuk pribadi yang baik, bijaksana, jujur, bertanggung jawab, dan bisa menghormati orang lain. Pendidikan karater adalah pendidikan yang dilakukan untuk membentuk kepribadian seseorang agar menjadi pribadi yang baik. Dalam perpres no 87 tahun 2017, PPK hanya dapat dilakukan oleh satuan pendidikan,baik itu formal maupun non formal.
PPK amat dibutuhkan oleh siswa khususnya pada era sekarang ini. Yaitu guna menanamkan nilai-nilai karakter baik agar kelak siswa siap bertindak dan berbuat di masyarakat sesuai dengan apa yang masyarakat harapkan. Selain untuk menunjang program pemerintah, PPK itu sendiri bermanfaat bagi proses pembentukan kepribadian siswa/i itu sendiri. PPK dapat diselenggarakan oleh semua satuan pendidikan yang ada di indonesia, tidak terbatas bagi sekolah negeri maupun swasta sesuai dengan budaya sekoklah itu sendiri. 372
5
Penyelenggara Penguatan Pendidikan Karakter sudah menjalankan tugas sesuai tugas pokok dan fungsinya
6
Kegiatan penyusunan anggaran penguatan Penguatan Pendidikan Karakter
7
Alokasi anggaran sesuai dengan pelaksanaan
Dalam tim kurikulum, memiliki tugas dan fungsi sebagai pengembang kurikulum yang ditetapkan secara nasional. Adapun pengembangan kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan budaya sekolah Dalam tim kesiswaan, setiap guru yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan,penindakan,pe ncegahan dan konsultasi kesiwaan sudah melakukan tugas dan fungsi secara baik. Struktur pembiayaan PPK merupakan tanggung jawab bersama yakni, pemerintah, dana mandiri (pelibatan publik, orang tua, guru dan masyarakat), keterlibatan publik seperti dunia usaha dan dunia industri (dudi) melalui program tanggungjawab sosial perusahaan.
Beberapa kegiatan yang sudah berjalan, menurut peneliti sudah sesuai sebagaimana tugas dan fungsinya. Karena kesinergisan antara kepala sekolah dengan para guru dan siswa mempermudah jalannya PPK
Anggaran untuk penguatan Penguatan Pendidikan Karakter sendiri tidak diletakan secara khusus atau diposkan tersendiri. Biayabiaya tersebut dipecah kedalam ekstrakurikuler penguatan program Penguatan Pendidikan Karakter tidak dimaksudkan untuk memberikan beban biaya tambahan pada sekolah dan orang tua, Anggaran pusat yang dianggarkan kepada kami untuk pembelajaran sudah disalurkan dengan baik.
Anggaran pusat yang dianggarkan kepada kami untuk pembelajaran sudah disalurkan dengan baik. 373
Penguatan Pendidikan Karakter
8
Pihak yang berwenang menyusun kurikulum Penguatan Pendidikan Karakter
9
Proses untuk menentukan kurikulum penguatan Penguatan Pendidikan Karakter
Kegiatan-kegiatan penunjangpun sudah kami biayai dengan penuh sesuai jumlah yang diajukan siswa untuk menunjang kegiatan tersebut. Seluruh dewan guru di SMAN 65 dilibatkan dalam setiap proses pengembangan kurikulum di SMAN 65. Akan tetapi,jika dilihat sesuai garis komando,maka kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh dalam proses pengembangan serta implementasi kurikulum,yang kemudian diamanahkan kepada bidang kurikulum. Tetapi tidak membatasi bagi seluruh guru memiliki hak untuk mengajukan saran dan pemikiran dalam proses pengembangan kurikulum. Dalam hal ini,kami menerima rancangan besar penguatan Penguatan Pendidikan Karakter yang akan diintegrasikan dalam pembelajaran kami. Barulah terbentuk apa yang
Seluruh dewan guru di SMAN 65 dilibatkan dalam setiap proses pengembangan kurikulum di SMAN 65. Akan tetapi,jika dilihat sesuai garis komando,maka kepala sekolah memiliki tanggung jawab penuh dalam proses pengembangan. Dengan proses bottom to the up dalam perumusan pengembangan, dimana guru mapel dipersilahkan merancang pembelajaran sesuai standarisasi untuk kemudian diverifikasi oleh bidang kurikulum
Kurikulum utama PPK biasanya ditentukan melalui arahan dan muatan-muatan pedoman dari mendikbud,yang diarahkan melalui direktorat-direktorat bidang pelaksanaan 374
10
Siapakah yang berwenang untuk menyusun modul pembelajaran bermuatan penguatan Penguatan Pendidikan Karakter
dinamakan pedoman pelaksanaan kurikulum satuan pendidikan setelah melalui proses sintesis antara nilai keilmuan yang akan dicapai dan nilai karakter yang akan dibangun pada siswa. Untuk kemudian akan dirumuskan oleh masingmasing pengajar pada mata pelajarannya masingmasing untuk kemudian menghasilkan perangkat pembelajaran,dimana setiap pembelajaran harus memuat kompetensi inti dan dasar yang memuat nilainilai karakter Modul pembelajaran biasanya disusun oleh tim pengembang diluar sekolah yang menyusun buku pembelajaran berdasarkan pada standar kurikulum yang sudah ditetapkan oleh kementerian secara nasional.
pendidikan. Dilanjutkan oleh arahan dari dinas pendidikan provinsi untuk menentukan konten sesuai karakter kedaerahan (dalam hal ini dki jakarta. Lalu selepas dari dinas provinsi,kurikulum dan muatan yang sudah di sintesiskan antara arah nasional dan kedaerahan diberikan kepada suku dinas kota/kabupaten untuk disosialisasikan kepada sekolah selaku unit penyelenggara pendidikan,agar kemudian sekolah mengembangkan sesuai kebudayaan sekolah tersebut Modul pembelajaran disusun oleh kemdikbud,yang kemudian menghasilkan produk-produk seperti panduan pelaksanaan PPK dalam bentuk-bentuk pengajaran. Adapun yang diterapkan di SMAN 65 adalah PPK berbasis kelas dan manajemen berbasis sekolah. Dikarenakan kami menyelaraskan dengan budaya sekolah
375
11
Proses penyusunan modul Penguatan Pendidikan Karakter
13
Prasarana yang disediakan SMAN 65 dalam menunjang kegiatan pembelajaran Penguatan Pendidikan Karakter
Untuk buku pembelajaran utama,SMAN 65 menggunakan buku-buku pelajaran yang dijual secara bebas yang sudah melalui uji kurikulum kemendikbud dan memiliki relevansi dengan standar isi nasional. Untuk buku-buku kegiatan penunjang,kami selalu mengamanahkan kepada dewan guru untuk menyusun buku berdasar kebutuhan pencapaian siswa dalam kegiatankegiatan tersebut, disesuaikan dengan budaya sekolah kami sendiri. Diluar kebutuhan akademik,kami juga selalu berusaha memberikan fasilitas penunjang,seperti lapangan olahraga yang selalu dioptimalisasi dengan lahan yang terbatas agar mampu membantu pengembangan kinestetik siswa,fasilitas ibadah yang terus dikembangkan agar siswa merasa nyaman.
Biasanya, kami menggunakan modul yang sudah dibuat oleh kemendikbud dan sudah distandarisasi BSNP yang disalurkan ke sekolahsekolah. Termasuk sekolah kami . Untuk buku-buku kegiatan penunjang,kami selalu mengamanahkan kepada dewan guru untuk menyusun buku berdasar kebutuhan pencapaian siswa dalam kegiatan-kegiatan tersebut,disesuaikan dengan budaya sekolah kami sendiri.
Dalam hal memenuhi kebutuhan pembelajaran siswa SMAN 65. Setiap kelas kami fasilitasi dengan pendingin ruangan dan set bangku meja yang berfungsi dengan baik,guna menopang kenyamanan belajar di tiap kelas. Setiap kelas juga kami sediakan 1 set wireless lcd beserta layar dan pengeras suara,guna mewujudkan pembelajaran multimedia berbasis teknologi. Dalam hal ini SMAN 65 selalu berupaya 376
14
Standar mengenai sarana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter
15
Sistem khusus dalam penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter
memenuhi keinginan siswa dalam hal fasilitas pembelajaran. Standar dalam sarana dan prasarana pendidikan di SMAN 65 mengikuti peraturan yang pemerintah buat. Baik yang tercantum didalam uu pasal 20 tahun 2003 maupun permendiknas no 24 tahun 2007.
Standar dalam sarana dan prasarana pendidikan di SMAN 65 mengikuti peraturan yang pemerintah buat. Baik yang tercantum didalam uu pasal 20 tahun 2003 maupun permendiknas no 24 tahun 2007. Dikarenakan penguatan Penguatan Pendidikan Karakter kami integrasikan dalam pembelajaran,maka sarana dan prasarana kami samakan dengan sarana dan prasarana pembelajaran. Untuk system khusus,kami memiliki 3 kegiatan unggulan yang menunjang pendalaman aspek religiusitas seorang siswa. Yang pertama adalah kegiatan bimbingan da’i remaja (bdr) kegiatan ini bertujuan membiasakan siswa kelas x untuk mampu beraktivitas dalam suasana keagamaan dengan harapan mampu
Untuk sistem khusus,kami memiliki 3 kegiatan unggulan yang menunjang pendalaman aspek religiusitas seorang siswa. Yang pertama adalah kegiatan bimbingan da’i remaja (BDR), kegiatan berikutnya adalah bimbingan latihan khutbah(BLK), . Kegiatan ketiga adalah Retreat
377
mengaplikasikan dalam kesehariannya serta merupakan proses pengenalan siswa kepada budaya religiusitas sekolah.. Kegiatan berikutnya adalah bimbingan latihan khutbah,kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan yang ditujukan kepada kelas xi yang,blk diadakan pada bulan juni setiap tahunnya selama beberapa hari,blk bertujuan untuk melatih mental siswa berbicara didepan umum serta untuk mengasah pemikiran siswa terhadap hal-hal kompleks. Kegiatan ketiga adalah retreat,suatu kegiatan pengasingan diri dan pendalaman keagamaan selama 4 hari yang ditujukan untuk seluruh siswa beragama nasrani maupun katolik,retreat diadakan pada minggu ketiga bulan april disetiap tahunnya.
378
C. Evaluasi terhadap proses program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 jakarta
No
Komponen
1
Proses perencanaan program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter
Teknik pengumpulan data Studi dokumentasi Observasi
Wawancara Seluruh proses pembelajaran yang terjadi di SMAN 65 harus memuat konten muatan nilai-nilai karakter yang sudah dirumuskan dalam pedoman pelaksanaan PPK oleh kemendikbud. Setiap rpp dan silabus yang dibuat oleh diwajibkan bermuatan aspek yang memuat nilainilai karakter tersebut. Kami juga memberikan arahan kepada seluruh pembina ekstrakurikuler untuk mengintegrasikan nilai karakter pada tiap kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan di SMAN 65 jakarta.
Jadwal Sekolah; Jadwal Ekstrakurikuler Form Pengamatan Sikap Siswa; Daftar hadir Siswa Form Penilaian Siswa ;
379
Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran mata pelajaran Agama Islam dalam materi “Khutbah”
Kesimpulan sementara Seluruh proses pembelajaran yang terjadi di SMAN 65 harus memuat konten muatan nilai-nilai karakter yang harus dicapai siswa. Tentunya diakan rapat bersama mengenai diselenggrakannya program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter, dari situ barulah memulai rancangan apa saja yang diperlukan untuk menunjang terselenggarakannya proses program PPK. Seperti yang dilakukan pak Saiful dalam merumuskan pembelajaran yang dituangkan dalam RPP dan Perangkat Pembelajaran beliau. Kedua dokumen pembelajaran sudah melalui proses verifikasi dari bidang kurikulum dan boleh dilakukan dalam kelas.
2
Kegiatan sosialisasi penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter
3
Kapan diselenggarakannya Penguatan Pendidikan Karakter
Sosialisasi kami lakukan disetiap rapat koordinasi sekolah dengan komite sekolah (orang tua murid),dimana SMAN 65 berkewajiban untuk mensosialisasikan tiap awal tahun program serta metode penjalanan program kepada setiap orang tua yang hadir agar terjadi kesepahaman. Kami juga memberikan tata tertib sekolah kepada siswa baru yang mendaftar pada sekolah agar kemudian mampu memenuhi aturan tersebut. Selain itu wali kelas juga berkewajiban menuliskan penulisan secara deskripsi pada tiap hasil belajar siswa yang akan diberikan. PPK diselenggarakan di seluruh aspek pembelajaran di SMAN 65 jakarta,dimulai dari siswa masuk di kelas x sampai kelak lulus pada kelas xii. Pembelajaran dilaksanakan 5 hari dalam seminggu ditambahkan beberapa kegiatan pembiasaan
Sosialisasi dimulai dari pihak sekolah mengadakan rapat temu dengan komite,dimana sekolah akan melakukan koordinasi dan penyamaan visi atas pembelajaran. Lalu kemudian guru yang mengajar dikelas memberikan pemahaman terhadap pentingnya PPK kepada siswa,agar siswa memahami pentingnya memiliki karakterkarakter yang ditumbuhkan dalam PPK yang diintegrasikan dalam pembelajaran.
Dimulai dari siswa masuk di kelas x sampai kelak lulus pada kelas xii. Pembelajaran dilaksanakan 5 hari dalam seminggu ditambahkan beberapa kegiatan pembiasaan tambahan di sela sela pembelajaran. Siswa memiliki pilihan untuk memilih ekstrakurikuler sesuai minat 380
4
5
tambahan di sela sela pembelajaran. Siswa memiliki pilihan untuk memilih ekstrakurikuler sesuai minat dan bakat siswa tersebut. Waktu normal siswa mengikuti PPK di tingkatan sma adalah 3 tahun. Kegiatan monitoring Tim kurikulum berkewajiban pada penyelenggaraan melaksanakan penguatan Penguatan pengembangan kurikulum Pendidikan Karakter kepada setiap pembelajaran yang terjadi di SMAN 65. Maka Wakasek Kurikulum dibantu oleh 2 staf akan melakukan pengecekan terhadap seluruh perangkat pembelajaran di SMAN 65 jakarta. Mereka juga melakukan tindakan penyamaan pandangan kepada sebagian pengajar yang merancang pembelajaran yang nampak keluar dari pengembangan kurikulum sekolah. Kegiatan evaluasi Evaluasi dilakukan yang dilakukan pada sebanyak 2 kali dalam 1 penyelenggaraan tahun,atau di penghujung Penguatan Pendidikan tiap semester. Untuk nilai Karakter sikap siswa,biasanya
dan bakat siswa tersebut. Waktu normal siswa mengikuti PPK di tingkatan sma adalah 3 tahun.
Kegiatan monitoring di sekolah biasanya dilakukan oleh kepala SMAN 65 selaku stake holder di SMAN 65 jakarta. Kepala sekolah biasanya melakukan pengawasan rutin kunjungan ke kelas-kelas sebanyak 1 kali setiap bulan guna memastikan pembelajaran berjalan dengan baik.Guru juga diberikan form penilaian sikap siswa yang dapat digunakan sebagai berita acara proses pembelajaran. Yang dimana form ini akan dijadikan pertimbangan nilai sikap siswa yang dicatatkan dalam form ini. Evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun,atau di penghujung tiap semester. Dengan hasil evaluasi siswa dengan bentuk rapor akhir 381
dituliskan dalam skala a-e (a sama dengan amat baik,dan e sama dengan sangat kurang) dengan standar minimal kelulusan hasil belajar pada nilai c (cukup). Penilaian ini bersumber dari pengamatan sikap dari guru mata pelajaran,catatan evaluasi pada buku penilaian sikap siswa,serta observasi wali kelas kepada siswa. Indikator yang mampu memberikan nilai kepada siswa adalah kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah,sikap siswa dalam pembelajaran,serta jumlah poin/pelanggaran yang siswa kumpulkan selama 1 periode semester belajar.
siswa yang memuat nilai akademis kognitif dan afektif. Dari sisi pengajaran,evaluasi dilakukan dimulai saat rapat koordinasi dengan komite sekolah,Jika ada kekurangan maka kepala sekolah memberikan arahan dan mengajukan pembinaan kembali para guru.
D. Evaluasi terhadap produk program penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 jakarta
No 1
Komponen Pencapaian lulusan peserta didik
Wawancara
Teknik pengumpulan data Studi dokumentasi Observasi
SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil
Kesimpulan sementara SMAN 65 dalam meluluskan siswa masih berpedoman pada hasil akhir ujian nasional
382
2
Pencapaian tujuan penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter tercapai
akhir ujian nasional dan ujian sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. Apabila seorang siswa tidak mampu mencapai nilai minimal (c) dan tidak lulus dalam dibawah 4 mata pelajaran ,maka pihak sekolah akan memutuskan siswa tersebut untuk tinggal kelas. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. Melihat dari bagaimana lulusan i SMAN 65 mampu memiliki bekal sikap dan ilmu yang baik mampu menjadi seorang mahasiswa yang berprestasi selepas dari SMAN 65. Sekolah dapat menganggap bahwa proses penguatan Penguatan Pendidikan Karakter di SMAN 65 berjalan dengan baik. Adapun jika ditinjau dari aspek-aspek pelanggaran dalam
dan ujian sekolah. Penilaian sikap lebih dititikberatkan dalam proses penentuan kenaikan kelas seorang siswa. Maka dari itu,sekolah menjamin bahwa siswa yang duduk di kelas 12 sudah memiliki kecakapan sikap sesuai arahan dan nilai yang baik. Degan standar minimal B dalam nilai afektif dan maksimal tidak lulus 3 mata pelajaran dalam nilai kognitif
Penyelenggaraan Penguatan Pendidikan Karakter itu sendiri sudah mampu dicapai oleh siswa. Terkhusus pada siswa kelas x,muatan PPK mampu memberikan cara adaptasi terhadap perubahan pola pikir remaja awal kepada remaja akhir dalam fase pertumbuhan psikologis peserta didik. Maka dari itu,peneliti rasa PPK sudah mampu dicapai oleh siswa SMAN 65
383
pembelajaran,jumlah pelanggaran tersebut juga dapat dikatakan kecil, maka sekolah dapat mengatakan bahwa proses penguatan karakter di SMAN 65 berjalan dengan baik.
384
Lampiran 12
CATATAN HASIL ANGKET
Butir Soal Nomor
Jawaban
Jumlah
Ya
78
Persentase
Indikator
84% 1
Terlaksana dengan Sangat Baik 16%
Tidak
15
Ya
89
96% 2
Terlaksana dengan Sangat Baik 4%
Tidak
4
Ya
85
Tidak
8
Ya
90
91% 3
Terlaksana dengan Sangat Baik 9% 97%
4
Terlaksana dengan Sangat Baik 3%
Tidak
3
Ya
92
Tidak
1
Ya
87
99% 5
Terlaksana dengan Sangat Baik 1% 94%
6
Terlaksana dengan Baik 6%
Tidak
6
Ya
85
91% 7
Terlaksana dengan Sangat Baik 9%
Tidak
8 385
Butir Soal Nomor
Jawaban
Jumlah
Ya
80
Tidak
13
Ya
89
Persentase
Indikator
86% 8
Terlaksana dengan Sangat Baik 14% 96%
9
Terlaksana dengan Sangat Baik 4%
Tidak
4
Ya
82
Tidak
11
Ya
63
88% 10
Terlaksana dengan Baik 12% 68%
11
Terlaksana dengan cukup Baik 32%
Tidak
30
Ya
80
86% 12
Terlaksana dengan Sangat Baik 14%
Tidak
13
Ya
93
100% 13
Terlaksana dengan Sangat Baik 0%
Tidak
0
Ya
93
100% 14
Terlaksana dengan Sangat Baik 0%
Tidak
0
Ya
90
Tidak
3
Ya
92
97% 15
Terlaksana dengan Sangat Baik 3% 99%
16
Terlaksana dengan Sangat Baik 1%
Tidak
1
Ya
80
Tidak
13
86% 17
Terlaksana dengan Sangat Baik 14%
386
Butir Soal Nomor
Jawaban
Jumlah
Ya Tidak
88
Persentase
Indikator
95% 18
Terlaksana dengan Sangat Baik 5% 5 99%
19
Ya
92
Terlaksana dengan Sangat Baik 1%
Tidak
1
Ya
87
Tidak
6
Ya
89
94% 20
Terlaksana dengan Sangat Baik 6% 96%
21
Terlaksana dengan Sangat Baik 4%
Tidak
4
Ya
93
Tidak
0
Ya
85
100% 22
Terlaksana dengan Sangat Baik 0% 91%
23
Terlaksana dengan Sangat Baik 9%
Tidak
8
Ya
31
33% 24
Terlaksana dengan Kurang Baik 67%
Tidak
62
Ya
79
85% 25
Terlaksana dengan Sangat Baik 15%
Tidak
14
Ya
68
73% 26
Terlaksana dengan Baik 27%
Tidak
25
Ya
73
Tidak
20
78% 27
Terlaksana dengan Baik 22% 387
Butir Soal Nomor
Jawaban
Jumlah
Ya
82
Tidak
11
Ya
71
Tidak
22
Ya
84
Tidak
9
Ya
77
Persentase
Indikator
88% 28
29
Terlaksana dengan Sangat Baik 12% 76%
Terlaksana dengan Baik
24% 90% 30
Terlaksana dengan Sangat Baik 10% 83%
31
Terlaksana dengan Sangat Baik 17%
Tidak
16
Ya
79
85% 32
Terlaksana dengan Sangat Baik 15%
Tidak
14
Ya
89
96% 33
Terlaksana dengan Sangat Baik 4%
Tidak
4
Ya
90
97% 34
Terlaksana dengan Sangat Baik 3%
Tidak
3
Ya
87
Tidak
6
Ya
79
94% 35
Terlaksana dengan Sangat Baik 6% 85%
36
Terlaksana dengan Sangat Baik 15%
Tidak
14
388
,
Lampiran 13 Dokumentasi Hasil Penelitian
Ruang Lab Komputer
Ruang Lab Bahasa
389
Ruang Perpustakaan
Laboratorium IPA
UKS SMAN 65
390
Proses Pembelajaran bermuatan PPK
Guru (Saifulloh S.Ag) mencontohkan khutbah untuk menstimulus siswa agar berani
Siswa (Zulfiandi) mempresentasikan hasil uji coba praktik Khutbah di Rohis SMP 75 kepada kelas
391
392
Lampiran 14 Profil SMAN 65 Jakarta A. Sejarah dan Profil Singkat SMA Negeri 65 Jakarta, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri berpredikat sebagai sekolah standar nasional yang ada di Provinsi DKI Jakarta, Indonesia dan terletak di bilangan Jalan Raya Panjang,Kebon Jeruk,Jakarta Barat. Sama seperti sekolah menengah atas pada umumnya, pendidikan di SMA Negeri 65 Jakarta ditempuh dalam waktu tiga tahun dari kelas X, XI, dan XII dengan peminatan IPA atau IPS. Awal berdirinya SMA Negeri 65 Jakarta,yang dahulu bernama sekolah kelas jauh SMPP 35, sekarang SMPP 35 menjadi SMA Negeri 78 Jakarta dan yang menjabat wakil kepala sekolah SMPP 35 saat itu adalah Dra. Retna Kartiwi yang sangat berperan dalam proses berdirinya SMA Negeri 65 Jakarta. Beliau yang memberi semangat dan usaha untuk memisahkan diri dari SMPP 35 sejak tahun 1980 supaya bisa berdiri mandiri tidak lagi sebagai kelas jauh. Akhirnya sekitar tahun 1981 berhasil melepaskan diri dari induknya dan menjadi SMA Negeri 65 Jakarta dan Dra. Retna Kartiwi menjabat sebagai Kepala Sekolah pertama SMA Negeri 65 Jakarta, dan dibantu oleh tenaga pengajar yang berjumlah 31 Guru dan 5 Tata Usaha. Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 65 Jakarta adalah kurikulum 2013 yang mulai diterapkan sejak tahun 2013 kepada setiap siswa yang bersekolah di SMA Negeri 65 Jakarta. Kurikulum tersebut mengoptimalkan keaktifan siswa, kemampuan analisis, kemampuan berdiskusi, berorganisasi, dan berpikir kritis.
B. Visi dan Misi 1. Visi SMAN 65 SMAN 65 telah menetapkan suatu visi yang akan dicapai oleh seluruh warga sekolah SMAN 65 Jakarta, yaitu: “Terciptanya Sumber Daya Manusia yang Unggul secara Akademis, Religius, Demokratis, Prima dalam pelayanan pendidikan serta Peduli pada Pelestarian Lingkungan Hidup” 2. Misi SMAN 65 Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh organisasi sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Berdasarkan visi tersebut, dirumuskanlah beberapa misi dari SMAN 65 Jakarta yang berisikan halhal berikut. a. Memberikan pelayanan pendidikan yang Prima sehingga menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif dan inovatif. b. Mengaktualisasikan pendidikan agama sehingga tercipta keimanan dan ketaqwaan yang tinggi terhadap Tuhan yang Maha Esa. c. Membentuk pribadi siswa agar memiliki sikap Demokratis, yang dapat menerima perubahan inovatif serta menghargai hasil karya orang lain. d. Menjaga dan memelihara Keseimbangan lingkungan hidup. e. Menjaga Hubungan silaturrahim antar warga sekolah.
C. Struktur Organisasi
Kepala SMAN 65 Jakarta Hj.Umairoh,S.Pd. M.M
Kasubag Tata Usaha Haerudin, S.Pd. M.M
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikukulum
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan
Gayatri, S.Pd
Dra.Syarifah
Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas dan Sarpras Moh. Paisal,M.Pd
D. Tupoksi dan Personal 1. Bidang Kurikulum Bidang Kurikulum memiliki fungsi yaitu melaksanakan perencanaan dan pengembangan program dan kurikulum, serta penyiapan dan pengembangan kompetensi tenaga pengajar dalam setiap mata pelajaran. Bidang Kurikulum dikepalai oleh Ibu Gayatri S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum,serta memiliki tim penyusun kurikulum yang bertugas melakukan perancangan dan penyusunan dasar kurikulum sekolah dan proses pembelajaran sekolah.
2. Bidang Kesiswaan Bidang Kesiswaan memiliki fungsi yaitu melakukan perencanaan penerimaan siswa,pengawasan proses pendidikan pada siswa,merancang dan mengawasi kegiatan korikuler dan ekstrakurikuler penunjang,serta melakukan penjaminan kualitas lulusan siswa. Bidang Kurikulum dikepalai oleh Ibu Syarifah S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan,serta memiliki tim pengawas dan penjamin kesiswaan yang bertugas melakukan pengawasan dan penindakan terhadap berbagai permasalahan yang terjadi didalam proses pendidikan siswa. 3. Bidang Kehumasan dan Sarana Prasarana Bidang Kehumasan memiliki fungsi yaitu melakukan berbagai perancangan kegiatan publikasi sekolah,sebagai pintu komunikasi antara sekolah dengan masyarakat luas,serta pengawasan terhadap kegiatan yang mempengaruhi citra sekolah di masyarakat. Bidang ini juga bertanggung jawab atas penyediaan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran serta pengawasan dan perawatan sarana prasarana penunjang pembelajaran. Bidang Kehumasan dikepalai oleh Bapak Faisal S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kehumasan,serta memiliki tim Humas yang melakukan kegiatan publikasi dan komunikasi antara sekolah dengan masyarakat,serta tim Sarana Prasarana yang bertugas melakukan perawatan dan pengawasan terhadap sarana prasaran penunjang pembelajaran 4. Tata Usaha
Bagian Tata usaha memiliki tugas dan fungsi dalam melakukan pengelolaan keuangan, urusan tata usaha, kepegawaian dan humas, rumah tangga dan pengelolaan aset, penyediaan dukungan teknologi informasi serta pemantauan tindak lanjut rekomendasi atas hasil pemeriksaan aparat pengawasan
Bidang Tata Usaha dikepalai oleh Bapak Haerudin S.Pd M.M selaku Kepala Tata Usaha,serta memiliki tim tata usaha yang bekerja sesuai dengan fungsi-fungsi penunjang pembelajaran diluar kependidikan.
Lampiran 15 Surat Izin Mengadakan Penelitian
Lampiran 16 Surat Persetujuan Mengadakan Penelitian