Faktor Pendukung Penghambat Konseling Tpik 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KONSELING



I.



Faktor pendukung Konseling Suatu konseling dapat dikatakan efektif jika terjadi perubahan-perubahan pada klien sebagaimana yang diharapkan. Dalam penelitian efektifitan konselin, kita ingin memperoleh ukuran atau kekuatan perubahan seseorang setelah terapi itu dilakukan. Factor-faktor yang dipandang



mempengaruhi hasil konseling biasanya digunakan



sebagi pertimbangan dalam memberikan konseling dan risetnya (bloch, 1979); Handley dan strupp, 1976;vannicelli,1990). Factor ini dapat dipertimbangkan dalam penyusunan desain penelitian karena dapat menjadi variable perancu yang dapat mempengaruhi hasil penelitian 1. Factor-faktor yang berhubungan dengan gangguan a. Jenis kesakitan, gangguan, atau masalah Jenis kesakitan atau gangguan, atau masalah merupakan factor yang sangat berpengaruh pada keberhasilan konseling. Dalam konseling kelompok kesamaan kesakitan, gangguan atau gangguan yang dihadapi klien berpengaruh terhadap proses konseling. Artinya jika konseling tidak menyelesaikan dengan baik maka, akan menimbulkan hambatan bagi konselor b. Berat ringan suatu kesakitan, gaggua atau masalah Kompleksitas masalah yang dihadapi klien juga mempengaruhi hasilnya. Sebagian dari klien memiliki satu macam gangguan yang mengakibatkan kesulitan konselor dalam memberikan konseling. c. Terapi sebelumnya Klien yang



sudah mendapatkan terapi (konseling) mempengaruhi keberasilan



konseling berikutnya. Jika klien sudah mendapatkan terapi kemungkinan permasalahanya lebih ringan. Persepsi negatif terhadap terapi sebelumya dapat meimbulkan sikap egatif terhadap peyeleggara kselig berikutya. 2. Factor-faktor yang berhubugan dengan karakteristik subjek a. Klien melihat usia dan pengalaman konselor memengaruhi klien untuk lebih mantap dalam mengambil keputusan. Karena konselor yang memiliki



1



pengalaman yang cukup dan usia yang mencukupi dianggap sebagai orang yang bijak. b. Konselor belum sepenuhnya memahami budaya, bahasa, atau agama klien. Hal ini akan menjadi keterbatasan konselor dalam proses konseling. c. Emosi Merupakan karakteristik pribadi atau relative menetap. d. Konselor seringkali



dihadapkan dengan teori tanpa dibekali



dengan



keterampilan – keterampilan yang khusus agar dapat bekerja utuh. e. Intelegensi, berpengaruh pada penyesuaian diri dan pengambilan suatu keputusan. Jika konselor salah dalam memberikan suatu tindakan maka akan menimbulkan traumatic pada klien dan berdampak pada kegagalan konselor 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepribadian klien a. Motivasi klien , klien yang datang karena rujukan berbeda dengan kehedaknya sendiri. Maka akan menimbulakan koselor ketika memberikan konseling b. Harapan, harapan



proses konseling sangat berpengaruh terhadap hasil



konseling, sehingga konselor harus menyesuaikan kepribadian konseli dengan harapan konseli, hingga memimbulkan kepuasan pada klien 4. Factor-faktor yang berhubungan dengan kehidupan terakhir a. Keluarga Klien yang beraa dalam lingkungan keluarga yang utuh akan berbeda sikapnya dengan yang berada dalam lingkungan keluarga yang tidak stabil. Maka, peran konselor harus mengetahui latar belakang keluarga dari klien utuk memberikan arahan serta penanganan yang cocok untuk klien. b. Kehidupan social 5. Factor-faktor yang berhubungan dengan konselor dan proses konseling a. Kemampuan konselor b. Hubungan konselor dengan klien II.



Faktor Pendukung Keberhasilan Konseling Menurut Gladding terdapat lima faktor yang memengaruhi konseling, diantaranya : 1. Struktur



2



Struktur diartikan sebagai karakteristik, kondisi, prosedur, parameter yang disetujui oleh konselor dan konseli. Struktur digunakan untuk memperjelas bagaimana hubungan antara konselor dan konseli, melindungi hak keduanya, mengarahkan, dan menjamin keberhasilan konseling.



Ada lima saran yang diberikan oleh Lesmana (2005) sebagai pedoman praktis untuk membangun struktur dalam konseling, meliputi : a. Time limits, durasi waktu yang disepakati dalam satu kali pertemuan. b. Action limits, membatasi perilaku agar tidak terjadi sesuatu yang destruktif. c. Role limits, kesepakatan mengenai tujuan akhir d. Procedural limits, pemberian tanggung jawab kepada klien untuk menghadapi suatu kebutuhan spesifik. e. Fee schedules, mengenai waktu dan cara pembayaran 2. Inisiatif Dalam konteks konseling, inisiatif merupakan sikap atau usaha yang dapat memotivasi konseli untuk mempercepat mendapatkan jalan keluar dari suatu permasalahan. 3. Setting Fisik Suasana yang kondusif perlu diciptakan saat konseling. Dalam hal ini, konselor harus memiliki keterampilan untuk menyiapkan ruangan yang dapat membuat diri konseli merasa nyaman, aman, tenang, dan relax. Biasanya keterampilan ini, meliputi : pengaturan dekorasi ruangan, pengaturan tempat duduk, jarak tempat duduk konseli, letak tempat duduk konseli, dan ruang konseling. 4. Kualitas Konseli Kualitas konseli mencakup hal – hal yang berkenaan dengan karakteristik dan kesiapannya untuk menjalani proses konseling. 5. Kualitas Konselor Pihak yang paling mengetahui arah konseling dan sejauh mana tingkat keberhasilan konseling. Sementara itu, Latipun (2001) meninjau faktor penunjang keberhasilan konseling menjadi lima sudut pandang. Berikut ini adalah tabel penjelasannya : 3



No. Sudut Pandang Faktor



Aspek yang Ditinjau



1.



- Jenis



Faktor yang berhubungan dengan gangguan



gangguan



atau



masalah,



menentukan seberapa besar tingkat kesulitan yang akan dihadapi oleh konselor. - Bobot permasalahan, masalah yang kompleks dapat memengaruhi hasil konseling. - Konseling sebelumnya, konseli yang sudah



pernah



menjalani



konseling



sebelumnya pada konselor lain, akan memengaruhi keberhasilan konseling yang dijalani. 2.



Faktor yang berhubungan dengan konseli



- Usia, klien yang masih remaja lebih mudah



dimodifikasi



perilakunya



daripada kien yang sudah dewasa. Dikarenakan klien yang masih remaja memiliki karakter kepribadian yang masih fleksibel, lain halnya dengan usia dewasa yang lebih mantap. - Jenis kelamin, wanita lebih mudah dipengaruhi perilakunya daripada pria karena wanita sering melakukan proses modelling. - Tingkat



pendidikan,



berpendidikan



tinggi



klien



yang



lebih



dapat



menyikapi interaksi dalam konseling secara positif. - Inteligensi, kemampuan



berpengaruh klien



untuk



terhadap dapat



menyesuaikan diri dan cara – cara 4



pengambilan keputusan. - Status ekonomi, klien dengan latar belakang ekonomi yang baik lebih positif menilai diri di masa depan. 3.



Faktor yang berhubungan dengan



kepribadian



konseli



- Motivasi, motivasi



klien yang datang atas pribadi



akan



lebih



berpengaruh positif terhadap konseling. - Harapan, dengan harapan klien akan lebih semangat menjalani konseling. - Kekuatan memiliki



ego



dan



peranan



kepribadian,



penting



dalam



penangan masalah dan kecemasan menghadapi resiko. 4.



Faktor yang berhubungan dengan kehidupan klien



- Keluarga, dukungan dari keluarga menanamkan keyakinan dan semangat klien dalam menjalani konseling. - Kehidupan sosial, klien yang hidup di lingkungan sosial yang mendukung klien akan lebih berhasil.



5.



Faktor yang berhubungan



- Kemampuan konselor



dengan



- Hubungan



konselor



proses konseling



III.



dan



yang



harmonis



antara



konselor dan konseli



Faktor Penghambat Keberhasilan Konseling Menurut Yeo (2003), konselor memiliki keterbatasan – keterbatasan dalam menjalankan tugas professionalnya, meliputi : 1. Pengetahuan dan Keterampilan Konselor seringkali dihadapkan dengan teori tanpa dibekali dengan keterampilan – keterampilan yang khusus agar dapat bekerja utuh.



5



2. Usia dan Pengalaman Klien melihat usia dan pengalaman konselor memengaruhi klien untuk lebih mantap dalam mengambil keputusan. Karena konselor yang memiliki pengalaman yang cukup dan usia yang mencukupi dianggap sebagai orang yang bijak.



3. Emosi Merupakan karakteristik pribadi atau relative menetap.



4. Kebudayaan, Bahasa, dan Agama Konselor belum sepenuhnya memahami budaya, bahasa, atau agama klien. Hal ini akan menjadi keterbatasan konselor dalam proses konseling. Dalam Cavanag (1982) dalam Lesmana (2006) mengemukakan ada 7 masalah umum yang dapat menghambat hubungan konseling, diantaranya : 1. Kebosanan Konselor yang sudah melakukan konseling berulang kali atau memiliki jam terbang yang tinggi berpotensi untuk merasakan kebosanan saat proses konseling.



2. Hostilitas Konselor yang sudah merasa dirinya nice people karena sudah merasa membantu dan berharap ia dihargai akan hal itu dapat menimbulkan hostilitas pada klien.



3. Distansi Emosional Konselor yang distan secara emosional tidak dapat “masuk” ke dalam diri klien. Sehingga ia tidak berempati dengan benar. 4. Kesalahan – kesalahan Konselor Semua konselor pasti pernah melakukan kesalahan, ini juga menjadi salah satu penyebab mengapa konseling menjadi terhambat. 6



5. Kelekatan Emosional Konselor dan/atau klien bergantung pada satu sama lain dalam hal pemenuhan kebutuhan mereka, hanya sebatas untuk merasa aman, untuk menerima, dan memberi cinta, untuk dikagumi dan dibutuhkan (Lesmana, 2006). 6. Penderitaan (Suffering / Psychological Bleeding) Konselor bisa menyebabkan penderitaan pada klien ketika ia mendorong kliennya untuk berkembang, padahal klien memiliki keinginan besar untuk menetap pada suatu keadaan atau bahkan mundur.



7. Burnout Adalah suatu suasana kepadaman gairah kerja dan berprestasi, kadang juga dapat disebut stress kerja (Mappiare, 2006). Konselor terus dihapakan dengan emosional yang tinggi pada diri klien. Penderitaan klien juga menjadi penderitaannya, tapi di sisi lain ia harus mempertahankan sikap profesionalnya. Selain hal – hal diatas, Yeo (2003, 104:107) juga mengemukakan bahwa terdapat kesenjangan yang berkaitan relasi dengan klien diantaranya : 1. Sebagian klien mengharapkan konselor mau menceritakan informasi pribadi tentang dirinya dan berusaha mendapatkan kesetaraan dalam berelasi. 2. Perasaan – perasaan konselor terhadap klien 3. Daya tarik seksual



7



FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN DA PEGHAMBAT PSIKOTERAPI



I.



Faktor Pendukung Keberhasilan Psikoterapi Terdapat lima faktor yang mendukung keberhasilan proses psikoterapi, diantaranya : 1. Tujuan yang Ingin Dicapai Proses psikoterapi harus memiliki tujuan yang jelas mengapa psikoterapi tersebut dilaksanakan. Psikoterapis juga harus memahami permasalahan klien dan perubahan seperti apa yang ingin dicapai. Oleh sebab itu, pada awal proses psikoterapi biasanya dilakukan assessment sebagai pengantar ke step berikutnya.



2. Kemauan Klien untuk Berubah Keberhasilan psikoterapi sangat bergantung pada hal ini. Karena proses psikoterapi sifatnya tidak boleh dipaksakan. Apabila seorang pasien menjalani psikoterapi hanya karena paksaan dari pihak luar, maka hasil yang didapatkan dari psikoterapi tidak maksimal bila tidak didukung oleh kemauan dari pasien untuk berubah.



3. Pengalaman dan Keterampilan Psikoterapis Psikoterapis yang baik harus terampil mengaplikasikan ilmu yang dimilikinya selama proses psikoterapi. Kemudian akan lebih baik lagi apabila ditambah dengan jam terbang yang cukup dalam menangani pasien. Seorang psikoterapis dituntut untuk dapat memahami dasar psikologi, psikopatologi, dan cara kerja pikiran manusia.



4. Keterbukaan Pasien kepada Psikoterapis Pasien diharapkan untuk dapat terbuka kepada psikoterapis, menceritakan permasalahan seddetail mungkin, dang yang terjadi sesuai dengan realita yang ada. Hal ini akan mendukung data – data yang dimiliki oleh psikoterapis, sehingga pasien mendapatkan perlakuan yang tepat guna.



8



5. Metode yang Digunakan Opsi metode yang terdapat pada psikoterapis sangatlah variatif. Psikoterapis diharapkan dapat menyesuaikan metode yang digunakan dengan keluhan pasien.



II.



Faktor Penghambat Keberhasilan Psikoterapi Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan psikoterapi, diantaranya : 1. Usia. Banyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang dewasa yang berusia diatas 40 tahun tidak memilki fleksibilitas yang cukup untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting daripada usia pasien adalah kapasitas pasien individual untuk introspeksi secara bijaksana dan keinginan untuk berubah. Calon ideal untuk pasien psikoterapi biasanya adalah mereka yang berusia dewasa muda.



2. Analisis dengan sifat hubungan teman, saudara, dan kenalan di kontraindikasikan karena mengganggu transferensi dan objektivitas ahli analisis.



3. Kesalahan pemilihan metode yang digunakan dalam psikoterapi dapat menghambat keberhasilan psikoterapi karena tidak didapatkannya hasil baik yang signifikan.



4. Psikoterapis tidak terampil dalam menerapkan teknik dan metode penanganan fungi – fungsi mental pasien.



5. Rasa takut yang dimiliki pasien saat psikoterapi



9



DAFTAR PUSTAKA Latipun.2015.Konseling Dan Psikoterapi.Malang.Umm-Press http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/ALIB/article/view/2008/1252 https://www.academia.edu/30039386/MAKALAH_FAKTOR_PENGHAMBAT_DAN_KEBER HASILAN_KONSELING_-_PSIKOTERAPI.docx



10