Fragmentasi Dan Interaktivitas [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Fajar
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Interaktivitas Karakter struktural media baru dalam revolusi komunikasi adalah kemunculan media interaktif. Secara umum, interaktivitas adalah urutan aksidan reaksi. Van Dijk dan de Vos menawarkan definisi operasionalinteraktivitas yang seharusnya berlaku untuk komunikasi tatap muka. Keduapeneliti ini mendefinisikan interaktivitas pada empat tingkat akumulatif—dengan landasan bahwa konsep interaktivitas bersifat multidimensi. Pada level pertama, interaktivitas adalah kemungkinan untuk membangun komunikasi dua sisi atau multilateral komunikasi. Ini adalah dimensi ruang. Semua media digital menawarkan kemungkinan ini sampai batas tertentu. Level kedua interaktivitas adalah derajat sinkronisitas. Ini adalah dimensi waktu. Hal ini juga diketahui bahwa urutan aksi dan reaksi (yang tidak terganggu) biasanya meningkatkan kualitas interaksi. Level ketiga interaktivitas adalah cakupan kontrol yang dilakukan oleh para pihak yang berinteraksi. Ini adalah dimensi perilaku, yang didefinisikan sebagai kemampuan pengirim dan penerima untuk berganti peran setiap saat.Dengan kata lain, ini tentang kontrol atas peristiwa dalam proses interaksi. Interaktivitas dalam hal kontrol adalah dimensi yang paling penting dalam semua definisi interaktivitas dalam kajian media dan komunikasi. Level keempat dan tertinggi interaktivitas adalah bertindak dan bereaksi dengan memahami makna dan konteks. Ini adalah dimensi mental—kondisi yang diperlukan untuk interaktivitas penuh, misalnya, dalam percakapan fisik dan komunikasi melalui komputer. 2. Fragmentasi Fragmentasi audiens (audience fragmentation) adalah proses segmentasi audiens menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Internet dan media sosial mengubah peta persaingan media. Khalayak juga menjadi terfragmentasi ke dalam banyak segmen yang membutuhkan berita berbeda-beda. Sebelum era Internet, yang berlaku adalah "apa yang dilakukan media kepada khalayak". Setelah era Internet, berubah menjadi "apa yang dilakukan khalayak kepada media". Internet melahirkan khalayak otonom yang bisa memilih isu apa yang penting bagi mereka. Jika sebelumnya media memilihkan isu kepada pembaca, di era Internet khalayak menentukan sendiri isu yang mereka anggap penting. Khalayak kemudian memilih media sesuai dengan isu yang mereka butuhkan. Konsekuensinya, isi media menjadi terfragmentasi pula.