Free Child [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CHILD FREE



Dosen Pengampu : Isnayati Nur,M.E,Sy



DISUSUN OLEH :



SALSA ATHAYA AQILAH PUTRI NIM : 2020103086



FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2022/2023



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,bimbingan, dan penyertaan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Judul makalah ini ialah “Child Free”. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Fiqih Kontemporer. Saya menyadari bahwa terdapat beberapa hal yang perlu saya diskusikan kembali dalam makalah ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk melengkapi makalah ini baik dari segi teori, metode, dan analisis sehingga dapat menjadi acuan referensi bagi peneliti selanjutnya.



Palembang, 13 Desember 2022



Penulis



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........................................................................................i DAFTAR ISI........................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................3 C. Tujuan Penulisan.......................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Childfree.......................................................................................4 1. Pengertian Childfree............................................................................4 2. Sejarah awal kemunculan Childfree ...................................................5 3. Faktor-faktor yang melatar belakangi munculnya Childfree...............6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................8 B. Saran..........................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu hal penting yang terjadi dalamkehidupanmanusia. Perkawinan atau pernikahan merupakan ikatan lahir batin antaralaki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuanmembentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkanKetuhanan Yang Maha Esa (Manjorang & Aditya, 2015). Selain itu, kebutuhanpsikologis seperti kebutuhan akan adanya campanionship, menerima danmemberikan cinta kasih, komitmen, melegatimasi hasrat seksual, serta keinginanmenjadi orang tua akan terpenuhi dengan adanya hubungan pernikahan (Olson&Defrain, 2010). Kemudian Papalia, Olds, dan Feldmen (2008) juga menyatakanbahwa manusia menikah bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan, kepuasan, cinta kasih dan keturunan. Kehadiran anak akan memberikan dampak yang positif pada kesejahteraanpernikahan dan keluarga. Kesejahteraan keluarga akan cenderung lebih meningkat dengan hadirnya anak. Hal ini sejalan dengan pernyataan Olson, DeFrain, danSkogrand (2011) bahwa kebahagiaan keluarga akan lebih meningkat jikadi keluarga tersebut hadir seorang anak. Selain itu, anak mampu mencegahterjadinya perceraian karena orangtua tidak ingin menyakiti anak (Papalia, Olds &Feldmen, 2008). Menurut Moeloek (1986) anak memiliki beberapa fungsi. Pertama, anaksebagai simbol kesuburan dan keberhasilan. Kedua, anak sebagai penerus generasi keturunan. Ketiga, anak sebagai teman dan penghibur dalamkeluarga. Keempat, anak merupakan anugerah dan amanat Tuhan yang harus dijaga dantidak boleh disia-siakan. Kelima, anak yang saleh akan mendoakan dan menolongorang tuanya di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, bagi sebagian besar pasangansuami istri kehadiran anak



4



merupakan suatu hal yang sangat didambakan, mengingat arti dan fungsi anak dalam keluarga sangat memberikan pengaruh bagi kelangsungan hidup. Pernikahan dan kehadiran anak memiliki kaitan yang erat, namun pada kenyataannya tidak semua pasangan yang sudah menikah bisa langsung dikaruniai anak seperti yang diharapkan. Kondisi ini disebut dengan involuntary childless. Involuntary childless yaitu suatu keadaan dimana pasangan suami istri belummemiliki anak bukan dikarenakan keinginan mereka untuk menunda atau tidak ingin memiliki



anak



tapi,



lebih



kepada



kondisi



psikologis



mereka



yangmenginginkan anak, namun karna disebabkan beberapa faktor, hal itu tidakdapat terpenuhi walaupun telah melakukan berbagai macam usaha (Moulete, 2005). Kemudian Sabatelli, Melth, dan Gavazzi (1988) juga menyatakan bahwainvoluntary childless merupakan ketidakmampuan untuk memiliki anak meskipuntelah berupaya secara berulang-ulang selama periode satu tahun atau lebih. Penyebab involuntary childless berasal dari masalah kesuburan, pernikahan yang terlalu awal maupun penundaan untuk berkeluarga, penundaankehamilan, kegagalan mengandung tanpa sebab yang diketahui, dan kesibukanwanita-wanita yang bekerja di luar rumah (Laksmi & Kustanti 2017). Penyebab lainnya adalah infertilitas atau kemandulan (Beckmann, 2010). Wiweko(2018) memaparkan hasil survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2015di Indonesia bahwa, 10 hingga 11% dari 48.609 juta pasangan usia subur mengalami infertilitas. Ditinjau dari skala Internasional, pasangan yang mengalami gangguan kesuburan mencapai angka



60



hingga



80



juta



(Putri,



2018).



Ketidaksuburan



dan



ketidakmampuan untuk memiliki anak seperti yang dijelaskan di atas, tentunya akan memberikan dampak pada kehidupan rumah tangga. Menurut Backmann (2010), ketidakhadiran anak akan memberikan beban emosional yang besar pada pasangan. Pasangan akan mengalami timbulnya



perasaan



bahwa



dirinya



5



tidak



berharga,



melemahkan



kehangatan dan kasih sayangdiantara suami istri, merasa bahwa pernikahan dan kehidupannya menjadi tidakberarti, meningkatkan distress pada wanita, merasa putus asa, dan kehilangan harapan (Monach, 1993). Akhirnya



persoalan



tersebut



akan



berujung



padaperasaan



saling



menyalahkan. Hal ini juga diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Olson dan DeFrain (2006) yang menunjukan bahwa kehadirananak akan membuat suatu hubungan pernikahan menjadi bahagia, namun jika hal tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi perasaan kurang mencintai dan seringterjadi konflik. Konflik tersebut dapat berupa tekanan dari keinginan pasanganuntuk memiliki keturunan, desakan dari orangtua atau mertua, sertapandangan-pandangan negatif dari masyarakat. Kemudian konflik itu akanberdampak pada perasaan malu, rasa bersalah, merasa kurang berharga, menarik diri, stres, dan bahkan depresi (Olson & DeFrain, 2006). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis akan membahas lebih rinci terkait “Child Free” pada sub bab selanjutnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Childfree? 2. Bagaimana Sejarah awal kemunculan Childfree? 3. Apa Saja Faktor-faktor yang melatar belakangi munculnya Childfree? C. Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan pengertian Childfree. 2. Menjelaskan Sejarah awal kemunculan Childfree. 3. Menjelaskan Faktor-faktor yang melatar belakangi munculnya Childfree.



6



BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Childfree 1. Pengertian Childfree Childfree atau yang biasa disebut dengan Voluntary Childlessness, di mana keadaan seseorang yang secara sukarela tidak ingin memiliki anak, keadaan tersebut berbeda dengan Involuntary Childlessness, bahwa pasangan belum dikarunia seorang anak dan pasangan tersebut berharap untuk memiliki anak atau secara tidak sukarela tidak memiliki anak. Dalam beberapa kamus bahasa inggris, Childfree bukanlah suatu hal yang asing penyebutannya, seperti dalam kamus Macmillan yang mendefinisikan Childfree sebagai used to describe someone who has decided not to have children (digunakan untuk menggambarkan seseorang yang telah memutuskan untuk tidak punya anak).1 Kemudian dalam kamus Collins diartikan sebagai having no children, childless, especially by choice (tidak punya anak, tanpa anak, terutama karena pilihan)2 selain kedua kamus diatas dalam kamus Merriam Webster diartikan sebagai without children (tanpa anak).3 Dalam beberapa pengertian diatas Childfree berkaitan dengan pilihan atau keputusan seseorang, keadaan tersebut bukanlah suatu keterpaksaan yang menyebabkan seseorang untuk memilih hal tersebut, akan tetapi seseorang mengambil pilihan tersebut dengan keadaan sadar tanpa keterpaksaan, dapat didefinisikan bahwa childfree ialah pilihan hidup seseorang atau pasangan yang dilakukan secara sadar untuk menjalani kehidupan tanpa ingin memiliki anak, baik anak kandung, anak angkat, ataupun anak adopsi. 1



https://www.macmillandictionary.com/dictionary/british/child-free?q=childfree. Di akses 12 Desember 2022 Pukul 20.10 WIB 2 https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/childfree. 3 https://www.merriam-webster.com/dictionary/child-free.



7



2. Sejarah awal kemunculan Childfree Fenomena childfree pada saat ini menjadi pembicaraan kalangan masyarakat Indonesia, meskipun istilah childfree terdengar istilah yang baru, namun pada praktiknya childfree sudah menjadi keputusan banyak manusia dalam melangsungkan kehidupan. Istilah childfree sendiri sudah muncul sebelum tahun 1901 dalam kamus bahasa Inggris MerriamWebster istilah tersebut pertama kali muncul dan menjadi suatu istilah yang skeptis sebagai kehidupan kontemporer.4 Dalam buku How to Be Childless: A History and Philosophy of Life Without Children yang ditulis oleh Dr. Rachel Chrastil menyebutkan bahwa banyak penduduk Inggris, Belanda, dan Prancis sejak tahun 1500- an yang menunda pernikahan (Chrastil 2019). Wanita muda di kota dan desa di Eropa memilih mendirikan rumah tangga mandiri alih-alih memilih membangun rumah tangga dan bergabung ke rumah mertua. Di kota Prancis sendiri pada era prarevolusioner, 15 hingga 22 persen orang dewasa memilih untuk tidak menikah dan memiliki anak, berbeda dengan seberang Atlantik di koloni-koloni Amerika, tidak memiliki anak merupakan kondisi yang jarang terjadi, perintah al-kitabiah untuk memiliki keturunan serta kebutuhan akan anak-anak untuk bekerja di ladang mengharuskan seseorang untuk memiliki anak, akan tetapi keadaan tersebut tidak berlangsung lama, pada tahun 1800-an,5 wanita di Amerika dan Eropa Barat memilih untuk tidak menikah dan memiliki anak, menurut mereka dengan tidak memiliki anak mereka dapat melakukan pekerjaan tanpa memperjuangkan kesetaraan dan membesarkan anak, kondisi tersebut mengalami puncaknya pada tahun 1900-an di mana 1 dari 5 wanita Amerika yang lahir pada tahun 1885- 1915 tidak 4



Tunggono, V. (2021). Childfree & Happy. ealey, J. (2016). Rejecting reproduction: The national organization for non-parents and childfree activism in 1970s America. Journal of Women's History, 28(1), 131-156. 5



8



mempunyai anak, keadaan tersebut berubah ketika terjadi pascaPerang Dunia II,6 keluarga menjadi tempat perlindungan akibat perang yang mengerikan, di Negara Amerika Serikat, pemerintah federal mendukung pembentukan keluarga yang tertuang dalam RUU GI dan Kredit Pajak, akan tetapi tren ini memiliki umur pendek, pada tahun 1970- an7 terdapat diskusi terbuka serta klaim bahwa wanita dapat mengendalikan tubuhnya sendiri dengan tidak memiliki anak. 3. Faktor-faktor yang melatar belakangi munculnya Childfree Saat seseorang memilih untuk childfree terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang tersebut memilih gaya hidup childfree, dalam buku yang ditulis oleh Corinne Maier yang berjudul No Kids:40 Reasons For Not Having Children,8 terdapat lima kategori alasan seseorang memilih childfree diantarannya: a. Pribadi Faktor pribadi biasannya timbul dari emosi dan batin seseorang, seperti masa kecilnya yang mengalami kondisi buruk dalam keluargannya, merasa bahwa memiliki anak ialah tanggungjawab yang besar sehingga tidak ada waktu atau merasa terbenani dengan tanggungjawab tersebut, selain beberapa hal tersebut, alasan seseorang untuk memilih childfree ialah, merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk menjadi orangtua yang baik. b. Psikologis dan Medis Alasan psikologis dan medis merupakan alasan yang paling sering digunakan oleh seseorang yang memutuskan untuk childfree, faktor psikologis yang merupakan pikiran bawah 6



Chrastil, R. (2019). How to be childless: A history and philosophy of life without children. Oxford University Press 7 Ichie, C. (2013). Voluntary sterilization for childfree women: understanding patient profiles, evaluating accessibility, examining legislation. Hastings Center Report, 43(6), 36-44. 8 Maier, C. (2009). No Kids: 40 Good Reasons Not to Have Children. McClelland & Stewart.



9



sadar seseorang seperti trauma, sedangkan alasan medis berhubungan dengan suatu keterbatasan fisik, seseorang tersebut biasannya mengalami kondisi genetik atau fisik yang apabila dia memiliki seorang anak akan membahayakan kondisi anak tersebut. c. Ekonomi Seseorang merasa bahwa untuk menghidupi dirinya sendiri ia mengalami kesulitan dalam ekonomi apalagi ketika ia memiliki seorang anak, seseorang melihat harga melahirkan serta membesarkan anak hingga dewasa bukanlah harga yang murah, oleh karennya orang tersebut berpikir realistis dan memahami keadaan ekonominya yang pas-pasan dan tidak mampu melahirkan dan membesarkan anak sampai dewasa dengan keadaan kekurangan aspek finansial. d. Filosofis Faktor filosofis menyangkut pandangan atau cara berfikir seseorang tersebut tentang gaya hidup yang dipilih, salah satu pandangan tersebut ialah, untuk mempersembahkan karya yang lebih bermartabat dan berfungsi bagi banyak orang, seseorang memberikan konstribusi dalam bidang sosial dan tidak harus dengan memiliki anak. Beberapa pandangan lain berpendapat bahwa memiliki anak ialah sebuah narsisme. e. Lingkungan Hidup Linkungan hidup sebagai suatu alasan seseorang memilih Childfree berasal dari luar diri seseorang tersebut, keadaan tersebut berasal dari orang yang memiliki simpati yang besar, sebagian orang berpendapat bahwa dengan memiliki seorang anak, populasi manusia di dunia menjadi berlebih dan dapat merusak bumi.



10



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Childfree atau yang biasa disebut dengan Voluntary Childlessness, di mana keadaan seseorang yang secara sukarela tidak ingin memiliki anak, keadaan tersebut berbeda dengan Involuntary Childlessness, bahwa pasangan belum dikarunia seorang anak dan pasangan tersebut berharap untuk memiliki anak atau secara tidak sukarela tidak memiliki anak. Dalam beberapa kamus bahasa inggris, Childfree bukanlah suatu hal yang asing



penyebutannya,



seperti



dalam



kamus



Macmillan



yang



mendefinisikan Childfree sebagai used to describe someone who has decided not to have children (digunakan untuk menggambarkan seseorang yang telah memutuskan untuk tidak punya anak). B. Saran Demikianlah makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi para pembaca. Apabila ada krtik dan saran yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Atas kesalahan kami mohon maaf, kepada Allah SWT kami mohon ampun, kami ucapkan terima kasih.



11



DAFTAR PUSTAKA Chrastil, R. (2019). How to be childless: A history and philosophy of life without children. Oxford University Press Ealey, J. (2016). Rejecting reproduction: The national organization for non parents and childfree activism in 1970s America. Journal of Women's History, 28(1), 131-156. https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/childfree. https://www.macmillandictionary.com/dictionary/british/child-free?q=childfree. Di akses 12 Desember 2022 Pukul 20.10 WIB https://www.merriam-webster.com/dictionary/child-free. Ichie, C. (2013). Voluntary sterilization for childfree women: understanding patient profiles, evaluating accessibility, examining legislation. Hastings Center Report, 43(6), 36-44. Maier, C. (2009). No Kids: 40 Good Reasons Not to Have Children. McClelland & Stewart. Tunggono, V. (2021). Childfree & Happy.



12